SlideShare a Scribd company logo
1 of 125
Download to read offline
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
Bahan Materi 1 :
Introduction to Cost
Accounting and Cost
Management
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
MANAJEMEN BIAYA
1. MANAJEMEN BIAYA
1.1 PERANAN MANAJEMEN BIAYA BAGI ORGANISASI
1.2 PENTINGNYA MANAJEMEN BIAYA DALAM SETIAP FUNGSI
MANAJEMEN
1.3 PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS TERHADAP PRAKTEK
MANAJEMEN BIAYA
1.4 TEKNIK MANAJEMEN KONTEMPORER
2. ANALISIS MANAJEMEN BIAYA
2.1 STRATEGI COST LEADERSHIP
2.2 ANALISIS VALUE CHAIN
2.3 TAHAPAN ANALISIS VALUE CHAIN
2.4 VALUE-ADDED ACTIVITIES & NON-VALUE ADDED
ACTIVITIES
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
MANAJEMEN BIAYA
3. KONSEP BIAYA DAN COST DRIVER
3.1 KONSEP COST DRIVER
3.2 JENIS JENIS COST-DRIVER
3.3 COST POOL & COST OBJECT
3.4 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK
4. ACTIVITY BASED COSTING (ABC-SYSTEM)
4.1 KONSEP ACTIVITY BASED COSTING (ABC-
SYSTEM)
4.2 TAHAPAN PERANCANGAN ABC-SYSTEM
4.2 IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING
4.4 MANFAAT & KETERBATASAN ABC-SYSTEM
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
MANAJEMEN BIAYA
5. ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)
5.1 KONSEP ACTIVITY BASED MANAGEMENT
5.2 IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED MANAGEMENT
5.3 ACTIVITY BASED MANAGEMENT & STARATEGIC
COST MANAGEMENT
5.4 ISU ISU MANAJEMEN BIAYA & IMPLEMENTASINYA
6. REKAYASA VALUE
6.1 TARGET COSTING
6.2 THEORY OF CONSTRAINTS
6.3 LIFE CYCLE COSTING
6.4 SALES LIFE CYCLE
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
MANAJEMEN BIAYA
7. BIAYA KUALITAS
7.1 BIAYA PENCEGAHAN
7.2 BIAYA PENILAIAN
7.3 BIAYA KEGAGALAN INTERNAL
7.4 BIAYA KEGAGALAN EKSTERNAL
7.5 PALAPORAN BIAYA KUALITAS
8. BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
8.1 KEPUTUSAN JUAL ATAU PEMPROSESAN LEBIH LANJUT
8.2 KEPUTUSAN MEMBUAT ATAU MEMBELI PRODUK
8.3 KEPUTUSAN MENUTUP ATAU MENERUSKAN PRODUK
8.4 KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MANAJEMEN BIAYA
9. PERENCANAAN LABA (COST-PROFIT-VOLUME
ANALYSIS)
9.1 KONSEP COST-PROFIT-VOLUME ANALYSIS
9.2 PENENTUAN BREAK EVEN-POINT
9.3 IMPLEMENTASI BREAK EVEN-POINT DALAM
MANUFAKTUR MAJU
9.4 ANALISIS SENSITIVITAS
10. PENENTUAN HARGA TRANSFER
10.1 TUJUAN HARGA TRANSFER
10.2 KONSEP HARGA TRANSFER
10.3 PENENTUAN HARGA TRANSFER ATAS DASAR BIAYA
10.4 PENENTUAN HARGA TRANSFER ATAS DASAR HARGA
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
MANAJEMEN BIAYA
11. ISU ISU PENENTUAN HARGA TRANSFER
11.1 DIVISI PENJUAL DIPERLAKUKAN SEBAGAI PUSAT
BIAYA
11.2 BEBAN TETAP BULANAN
11.3 TRANSFER HARGA DENGAN PEMBAGIAN LABA
11.4 PENGELOLAAN HARGA TRANSFER
12. PERANAN INFORMASI BIAYA UNTUK PENENTUAN
HARGA JUAL
12.1 KOMPONEN BIAYA PENENTU LABA
12.2 COST-PLUS PRICING
12.3 PENDEKATAN FULL COSTING
12.4 PENDEKATAN VARIABLE COSTING
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
BUKU REFERENSI:
BLOCHER J., EDWARD, CHEN KUNG H., AND LIN, THOMAS W. 1999.
MANAJEMEN BIAYA (ALIH BAHASA SUSTY AMBARRIANI). BUKU
SATU. JAKARTA: PENERBIT SALEMBA
BLOCHER J., EDWARD, CHEN KUNG H., COKINS, GARY AND LIN THO
MAS W. 2005. MANAJEMEN BIAYA (ALIH BAHASA TEAM SALEMBA)
BUKU DUA. JAKARTA: PENERBIT SALEMBA EMPAT
HILTON, RONALD W., MAHER, MICHAEL W., AND SELTO, FRANK H.
2003. COST MANAJEMENT: STRATEGIES FOR BUSINESS DECESION.
SECOND EDITION. NEW YORK: MAC-GRAW-HILL
KAPLAN, ROBERT S., AND COOPER, ROBIN. 1997. COST AND EFFECT:
USING INTEGRATED COST SYSTEMS TO DRIVE PROFITABILITY
AND PERFORMANCE. BOSTON: HARVARD BUSINESS SCHOOL
PRESS
MULYADI. 2001. AKUNTANSI MANAJEMEN: KONSEP, MANFAAT DAN
REKAYASA. EDISI. KETIGA. JAKARTA: PENERBIT SALEMBA EMPAT
AKUNTANSI
BIAYA
(COSTING)
AKUNTANSI
MANAJEMEN
(DECESION)
PERUBAHAN
LINGKUNGAN BISNIS
(TREN TEKNOLOGI)
MANAJEMEN
STRATEGIK
(KEUNGGULAN)
MANAJEMEN BIAYA
CREATE TO VALUE
REDUCE COST
COMPETITIVE ADVANTAGE
CUSTOMER SATISFACTION
HUBUNGAN AKUNTANSI DENGAN MANAJEMEN BIAYA
SUMBER: MODIFIKASI
MANAJEMEN BIAYA DAN
MANAJEMEN STRATEGIK
1. PERANAN MANAJEMEN BIAYA DALAM ORGANISASI
MENYEDIAKAN INFORMASI BIAYA YANG DIPERLUKAN UNTUK ME
NGELOLA ORGANISASI SECARA EFEKTIF, MEMBERIKAN HASIL PENGU
KURAN DAN PENYAJIAN LAPORAN BIAYA PRODUKSI DAN JASA YANG
LEBIH BAIK.
MANAJEMEN BIAYA MEMILIKI MISI:
□ FILOSOFI
□ PENCAPAIAN HASIL
□ TEKNIK
KETERBATASAN INFORMASI KEUANGAN:
□ BERFOKUS KEPENTINGAN JANGKA PANDEK
□ MENGABAIKAN FAKTOR JANGKA PANJANG DLM MEMBANGUN
KEUNGGULAN
□ MENGABAIKAN UKURAN NON-KEUANGAN
MENCAPAI VALUE YANG LEBIH
BAIK DGN BIAYA YANG RENDAH
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
INTRUKSI
PROSEDUR
OUTPUTINPUT
PENYIMPANAN
DATA
TRANSFORMASI
DOKUMEN:
FAKTUR PENJUALAN
FAKTUR PEMBELIAN
DAFTAR GAJI
PERMINTAAN BAHAN
RETUR BAHAN BAKU
PROSES:
PENCATATAN
POSTING B. BESAR
SALDO B. BESAR
PENYESUAIAN
NERACA SALDO
LAP. KEUANGAN:
NERACA
LABA-RUGI
LABA DITAHAN
ARUS KAS
CATATAN ATAS LAP
2. MANAJEMEN BIAYA & FUNGSI MANAJEMEN
FUNGSI UTAMA MANAJEMEN:
□ MANAJEMEN STRATEGIK
□ PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
□ PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN OPERASIONAL
□ PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
3. TREN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK
ADANYA TEKANAN DARI:
□ KOMPETISI GLOBAL
□ INOVASI DIBIDANG TEKNOLOGI
□ PERUBAHAN PROSES BISNIS
□ MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF:
● QUALITY
● FLEXIBILITY
● COST LEADERSHIP
● DELIVERY
1. PERLUNYA BUDAYA KREATIF
2. INOVASI BERKELANJUTAN
3. KEUNGGULAN KOMPETITIF BERKALANJUTAN
BUDAYA KREATIF
INOVASI
BERKELANJUTAN
KEUNGGGULAN
KOMPETITIF
BERKELANJUTAN
FLEXIBILITY
DELEVERY
COST
LEADERSHIP
QUALITY
4. PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS
a. MENINGKATNYA KOMPETISI GLOBAL
□ TUNTUTAN KUALITAS PRODUK
□ KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS (AFTA, WTO, NAFTA, EU)
□ PERTUMBUHAN PASAR INTERNASIONAL
KOMPETISI GLOBAL DAN TEKNOLOGI INFORMASI
GLOBAL
VILLAGE
ENTERPRICE
EXCELLENCE
FLIKSIVILITY
TEKNOLOGI
PRODUK
BERMUTU
COST
EFFECTIVE
WORLD-CLASS
COMPANY
GLOBAL
COMPETETION
SUMBER: MULYADI (2003: 31)
b. TREN TEKNOLOGI INFORMASI & MANUFAKTUR
□ KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI
□ IMPLEMENTASI JUST TIME (JIT)
□ COMPUTER INTEGRATED MANUFACTURING (CIM)
● COMPUTER AIDED DESIGN (CAD)
● COMPUTER AIDED ENGINEERING (CAE)
● COMPUTER AIDED MANUFACTURING (CAM)
● FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM (FMS)
c. PERUBAHAN ORGANISASI MANAJEMEN
□ MENGUBAH BENTUK HIRARKI MENJADI FLEKSIBEL
□ MENDORONG KERJA TEAM & KOORDINASI FUNGSI
d. PERUBAHAN SOSIAL POLITIK & BUDAYA
□ PERUBAHAN NILAI NILAI INDIVIDU (LIFE STYLE)
□ PERUBAHAN NORMA SOSIAL
□ TRANSFORMASI BUDAYA
5. TEKNIK MANAJEMEN KONTEMPORER
a. BENCHMARKING
□ IDENTIFIKASI FAKTOR KEBERHASILAN KRITIS
□ MENGKAJI PRAKTEK TERBAIK DARI PERUSAHAAN LAIN
□ MENERAPKAN HASIL PERBAIKAN
□ MENCAPAI KINERJA YANG LEBIH BAIK
b. TOTAL QUALITY MANAGEMENT
□ MENGEMBANGKAN KEBIJAKAN TERPADU
□ MENINGKATKAN FUNGSI PRODUK (FUCTIONALITY)
□ MENINGKATKAN KEHANDALAN (REABILITY)
□ MENINGKATKAN KETAHANAN (DURABILITY)
□ KEMUDAHAN DALAM PERBAIKAN (SERVICEABILITY)
c. CONTINUES IMPROVEMENT (KAIZEN)
□ MEMPERBAIKI INPUT
□ MEMPERBAIKI PROSES
□ MEMPERBAIKI STRATEGI
□ MENGEMBANGKAN MODEL
d. ACTIVITY BASED COSTING/MANAGEMENT
□ ANALISIS AKTIVITAS THD OPERASI PERUSAHAAN
□ MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS BIAYA (OBYEK BIAYA)
□ ANALISIS PELANGGAN, LINE PRODUK DAN PROFIT
□ MENINGKATKAN PENGENDALIAN LEWAT ANALISIS AKTIVITAS
e. REENGINEERING
□ MENATA ULANG DAN PERENCANAAN KEMBALI SUATU PROSES
□ UPAYA MENURUNKAN BIAYA
□ MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF STRATEGIK
f. THE THEORY OF CONSTRAINT
□ MENINGKATKAN FAKTOR KEBERHASILAN KRITIS
□ MEMPERBAIKI THROUGHPUT (PROSES CEPAT)
□ MENGEMBANGKAN PRODUK, PENGIRIMAN, PROSES PRODUKSI
g. MASS CUSTOMIZATION
□ MENINGKATKAN VARIASI (PRODUK & BISNIS)
□ MEDESAIN PROSES PRODUKSI BERSKALA BESAR
□ VARIASI & KOMPLEKSITAS PROSES MENINGKATKAN BIAYA
TETAPI LAYANAN MENURUN
□ MENINGKATKAN KEPUASAN PELANGGAN
h. TARGET COSTING
□ MENENTUKAN BIAYA YANG DIHARAPKAN UNTUK PRODUK DAN
HARGA YANG KOMPETITIF, MERAIH LABA YANG DIINGINKAN
□ PERUSAHAAN LEBIH KOMPETITIF
□ ANALISIS TARGET BIAYA UNTUK KEPENTINGAN STRATEGIK
i. LIFE CYCLE COSTING
□ IDENTIFIKASI DAN MONITORING PROSES PRODUKSI (PLC)
□ TAHAPAN DAUR HIDUP
● RISET DAN PENGEMBANGAN
● RANCANGAN PRODUK
● PROSES PRODUKSI
● PEMASARAN DAN LAYANAN
j. THE BALANCE SCORECARD
□ MENGGUNAKAN INFORMASI STRATEGIK
● INFORMASI KEUANGAN
● INFORMASI NON-KEUANGAN
□ MELAPORKAN KINERJA PERUSAHAAN:
● KINERJA KEUANGAN (PROFITABILITY, MARKET VALUE)
● KEPUASAN PELANGGAN (KUALITAS, LAYANAN, BIAYA)
● PROSES BISNIS INTERNAL (EFISIENSI & EFEKTIVITAS)
● INOVASI & PEMBELAJARAN (KREATIVITAS SDM)
KINERJA ORGANISASI
KINERJA DIVISI
KINERJA DEPARTEMEN
PROSES PENCAPAIAN TUJUAN
LAPORAN KINERJA PERUSAHAAN
LAPORAN KINERJA PUSAT PERTANGGJAWABAN
(JENJANG DIVISI)
LAPORAN KINERJA PUSAT PERT. JAWABAN
(JENJANG DEPARTEMEN)
PROSES PERINGKATAN INFORMASI
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
Bahan Materi 2 :
Basic Cost Management
Concepts
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
KONSEP BIAYA DAN COST-DRIVER
1. KONSEP COST DRIVER
UPAYA MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF ADALAH
MENGIDENTIFIKASI COST DRIVER DALAM ORGANISASI
COST DRIVER MERUPAKAN FAKTOR YANG MEMBERI
DAMPAK PADA PERUBAHAN TINGKAT BIAYA
a. COST POOL SEKUMPULAN BIAYA TERTENTU YANG
DIKELOMPOKKAN MENJADI SATU
b. COST OBJECT ADALAH PRODUK ATAU UNIT
ORGANISASI DIMANA BIAYA DIBEBANKAN UNTUK
BEBERAPA TUJUAN MANAJEMEN
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
PEMBEBANAN BIAYA & ALOKASI BIAYA
a. BIAYA LANGSUNG, DAPAT DITELUSURI LANGSUNG KE
COST POOL ATAU COST DRIVER DENGAN MUDAH
b. BIAYA TAK LANGSUNG, SULIT DITELUSURI SECARA
EKONOMIS TERHADAP COST POOL ATAU COST-OBJECT
c. ALOKASI BIAYA ADALAH PROSES PEMBEBANAN BIAYA
TAK LANGSUNG KE COST POOL ATAU COST-OBJECT
2. JENIS JENIS COST-DRIVER
a. ACTIVITY BASED COST DRIVER, PERUBAHAN BIAYA
YANG TERJADI AKIBAT AKTIVITAS SPESIFIK YANG
TERJADI DALAM ORGANISASI
b. VOLUME BASED COST DRIVER, PERUBAHAN BIAYA
YANG TERJADI AKIBAT PERUBAHAN VOLUME (BIAYA
BB, TKL)
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
3. COST-DRIVER STRUKTURAL & EKSEKUSIONAL
a. COST DRIVER STRUKTURAL, MELIBATKAN PERENCANAAN &
KEPUTUSAN YANG BERPENGARUH DALAM JANGKA
PANJANG.
 SKALA EKONOMI
 PENGALAMAN
 TEKNOLOGI
 KOMPLEKSITAS
b. COST DRIVER EKSEKUSIONAL, FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEMAMPUAN PERUSAHAAN DALAM
JANGKA PENDEK, MELIPUTI:
 KETERLIBATAN SUMBER DAYA MANUSIA
 DESAIN PROSES PRODUKSI
 HUBUNGAN DENGAN VENDOR
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
ACTIVITY DRIVER DAN COST DRIVER
DI RUMAH SAKIT
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
NO AKTIVITAS COST-DRIVER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
MENDAFTAR PASIEN
PEMBUKTIAN ASURANSI
MENERIMA PASIEN
MENYIAPKAN KAMAR
MEREVIEW LAPORAN DOKTER
MEMBERI MAKANAN
MEMESAN OBAT OBATAN
MELAKSANAKAN OPERASI
PENGELUARAN PASIEN
JUMLAH PASIEN
JUMLAH DOKUMEN
JUMLAH PASIEN
JUMLAH PERSIAPAN
JUMLAH REVIEW
JUMLAH MAKANAN
JUMLAH PESANAN
JUMLAH PROSEDUR
JUMLAH PASIEN
KLASIFIKASI BERDASAR PERENCANAAN &
PENGENDALIAN BIAYA
1. BERDASAR PERILAKU
a.BIAYA VARIABEL
b.BIAYA TETAP
c.BIAYA SEMI VARIABEL/TETAP
2. BERDASAR PERTANGGUNGJAWABAN
a.BIAYA TERKENDALI (CONTROLLABLE COST)
b.BIAYA TAK TERKENDALI (UNCONTROLLABLE COST)
3. BERDASAR OBYEK BIAYA
a.BIAYA LANGSUNG (DIRECT COST)
b.BIAYA TAK LANGSUNG (INDIRECT COST)
4.BERDASAR FUNGSI PRODUKSI
a.BIAYA BAHAN BAKU (MATERIAL)
b.BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG (LABOR)
c.BIAYA OVERHEAD PABRIK (FACTORY OVERHEAD)
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
6. BIAYA BERDASAR PERUBAHAN PER UNIT
a. BIAYA MARGINAL (MARGINAL COST)
b. BIAYA DIFERENSIAL (DIFERENTIAL COST)
7. BIAYA BERDASAR KEJADIANNYA
a. BIAYA TERHINDAR (AVOIDABLE COST)
b. BIAYA DIFERENSIAL (UNAVOIDABLE COST)
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
KLASIFIKASI BERDASAR PERENCANAAN &
PENGENDALIAN BIAYA
1. BERDASAR PERILAKU
a.BIAYA VARIABEL
b.BIAYA TETAP
c.BIAYA SEMI VARIABEL/TETAP
2. BERDASAR PERTANGGUNGJAWABAN
a.BIAYA TERKENDALI (CONTROLLABLE COST)
b.BIAYA TAK TERKENDALI (UNCONTROLLABLE COST)
3. BERDASAR OBYEK BIAYA
a.BIAYA LANGSUNG (DIRECT COST)
b.BIAYA TAK LANGSUNG (INDIRECT COST)
4.BERDASAR FUNGSI PRODUKSI
a.BIAYA BAHAN BAKU (MATERIAL)
b.BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG (LABOR)
c.BIAYA OVERHEAD PABRIK (FACTORY OVERHEAD)
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
5. BERDASAR FUNGSI OPERASI
a. BIAYA DISTRIBUSI
b. BIAYA ADMINISTRASI
c. BIAYA RISET & PENGEMBANGAN
d. BIAYA KEUANGAN
KLASIFIKASI BIAYA UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. BIAYA BERDASAR WAKTU
a. BIAYA MASA LALU (HISTORICAL COST)
b. BIAYA AKAN DATANG (FUTURE COST)
2. BIAYA BERDASAR PENGELUARANNYA
a. BIAYA TENGGELAM (SUNK COST)
b. BIAYA TAK TUNAI (OUT OF POCKET COST)
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
3. BIAYA BERDASAR RELEVANSINYA
a. BIAYA RELEVAN (RELEVANT COST)
b. BIAYA TAK RELEVAN (IRRELEVANT COST)
4. BIAYA KESEMPATAN (OPPOURTUNIT COST)
5. BIAYA MODAL SENDIRI (IMPUTED COST)
6. BIAYA BERDASAR PERUBAHAN PER UNIT
a. BIAYA MARGINAL (MARGINAL COST)
b. BIAYA DIFERENSIAL (DIFERENTIAL COST)
7. BIAYA BERDASAR KEJADIANNYA
a. BIAYA TERHINDAR (AVOIDABLE COST)
b. BIAYA DIFERENSIAL (UNAVOIDABLE COST)
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
COST MANAGEMENT SYSTEM DAN
ACTIVITY BASED COSTING
Tujuan sistem Manajemen Biaya :
• Mengukur biaya aktivitas
• Mengidentifikasi Non Value Added Cost
• Menentukan efisien dan efektifitas aktivitas
• Mengevaluasi aktivitas untuk meningkatkan kinerja
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
Throughput Time
• Process Time
• Inspection Time
• Move Time dapat
• Waiting Time dihilangkan
• Storage Time
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
Throughput Time
Process Time
Inspection Time
Move Time
Waiting Time
Storage Time
DAPAT
DI HILANGKAN
Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
Throughput Time
• Process Time
• Inspection Time
• Move Time dapat
• Waiting Time dihilangkan
• Storage Time
MANAJEMEN BIAYA
Bahan Materi 3 :
Strategic Cost Management
Frans Habrizons, SE., M.Si
ANALISIS STRATEGIS
DAN MANAJEMEN BIAYA
1. COST LEADERSHIP
KEUNGGULAN BIAYA YANG DIPEROLEH MELALUI AKSES BAHAN BAKU
YANG MURAH, SKALA OPERASI YANG EFISIEN, DESAIN PRODUK YANG
APLIKATIF, BIAYA OVERHEAD YANG TERKENDALI. KEUNGGULAN SISI
BIAYA MENEMPATKAN PERUSAHAAN PADA POSISI YANG KOMPETITIF
SEHINGGA MAMPU MEMPERTAHANKAN TINGKAT LABA YG MEMADAI.
SUMBER KEUNGGULAN BIAYA:
■ KURVA PENGALAMAN
■ EFISIENSI TENAGA KERJA
■ MENIADAKAN ATRIBUT PRODUK
■ SUBSIDI PEMERINTAH
■ DESAIN PRODUK
■ REKAYASA ULANG
■ INOVASI PRODUK
■ METODE BARU DALAM PROSES PRODUK ATAU JASA
PENGALAMAN EMPERIS:
KEUNGGULAN DALAM BIAYA TIDAK DAPAT BERTAHAN LAMA, KARENA
SUMBERDAYA INI DENGAN MUDAH DITIRU OLEH PESAINGNYA SEPERTI:
■ IMPLEMENTASI JUST-IN TIME (JIT)
■ COMPUTER INTEGRATED MANUFACTURING (CAD, CAE, FMS)
BIAYA
WAKTU0
KURVA PENGALAMAN
54
DEFINE SCALE AND SCOPE OF OPERATIONS
PHYSICAL
RESOURCES
SUPPORT SERVICES
● ACCOUNTING
● HUMAN RESOURCES
● LEGAL SERVICES
● INFORMATION SYSTEM
● TELECOMUNICATIONS
HUMAN
RESOURCES
3 6 7
VALUE OF
PRODUCTS &
SERVICES
1 2
PRIMARY PROCESSES
SUMBER: HILTON et al. (2003: 11)
2. ANALISIS VALUE CHAIN
KETERANGAN:
1. RESEARCH & DEVELOPMENT
2. DESIGN
3. SUPPLY
4. PRODUCTION
5. MARKETING
6. DISTRIBUTION
7. CUSTOMER SERVICE
3. TAHAPAN ANALISIS VALUE CHAIN
a. MENGIDENTIFIKASI AKTIVITAS VALUE CHAIN
■ PROSES DESAIN
■ PROSES MANUFAKTUR
■ PELAYANAN PELANGGAN
b. MENGIDENTIFIKASI COST DRIVER UNTUK SETIAP AKTIVITAS
■ MENELUSURI AKTIVITAS YANG MEMILIKI KEUNGGULAN
■ MENELUSURI BIAYA YANG TIDAK MEMBERI VALUE
■ MEMBUAT KEBIJAKAN YANG MEMBERI VALUE
c. MENGEMBANGKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DENGAN VALUE
■ MENGIDENTIFIKASI KEUNGGULAN KOMPETITIF
■ MENGIDENTIFIKASI PELUANG ATAS VALUE ADDED
■ MENGIDENTIFIKASI PELUANG UNTUK REDUCE COST
4. PEMBENTUKAN VALUE ADDED
THROUGHPUT
TIME
STORAGE
TIME
MOVING
TIME
INSPECTION
TIME
PROCESSING
TIME
NON-VALUE ADDED
ACTIVITIES
VALUE-ADDED
ACTIVITIES
STORAGE
TIME
MOVING
TIME
INSPECTION
TIME
PROCESSING
TIME
THROUGHPUT-TIME MANAJEMEN AMERIKA:
TIME AND
MOTION STUDY
ACCEPTABLE
QUALITY LEVEL
EOC
SAFETY STOCK
VALUE
ADDED
NON-VALUE ADDED ACTIVITIES
THROUGHPUT-TIME MANAJEMEN JEPANG:
JUST-IN TIME
MANUFACTURING
TQC
ZERO DEFECT
JIT ZERO
INVENTORY
STORAGE
TIME
MOVING
TIME
INSPECTION
TIME
PROCESSING
TIME
VALUE
ADDED
NON-VALUE ADDED ACTIVITIES
CELLULER
MANUFACTURING
LAYOUT MESIN DALAM SISTEM PRODUKSI TRADISIONAL
PEMOTONGAN PERAKITAN FINISHING
A B A B A BPRODUK A
PRODUK B
BRG JADI A
BRG JADI B
DEPARTEMEN1 DEPARTEMEN3DEPARTEMEN2
B
A A
B
LAYOUT MESIN DALAM CELLULER MANUFACTURING
B B B
A A A
PRODUK A PRODUK B
CEEL A CEEL B
MANAJEMEN BIAYA
Bahan Materi 4 :
Inventory Management: Economic
OrderQuantity, JIT dan Theory of
Constraints
Frans Habrizons, SE., M.Si
1
Pendahuluan
 Yaitu:
 Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan
 Sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses
transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan
kemudian barang jadi
 Meliputi:
 Persediaan bahan mentah
 Persediaan barang dalam proses
 Persediaan barang jadi/produk akhir
 Persediaan bahan-bahan pembantu/pelengkap
 Persediaan komponen-komponen lain yang menjadi bagian
keluaran produk perusahaan
 Uang
 Ruangan fisik (bangunan)
 Peralatan
 Tenaga kerja
2
Fungsi Pengendalian Persediaan
 Sebagai penyangga proses produksi
sehingga proses operasi dapat berjalan
terus
 Menetapkan banyaknya barang yang
harus disimpan sebagai sumber daya agar
tetap ada
 Sebagai pengganggu inflasi
 Menghindari kekurangan/kelebihan bahan
3
FUNGSI PERSEDIAAN
 Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi
permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
 Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.
 Untuk mengambil keuntungan dari quantity discount
 Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
 Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi krn cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman terlambat.
 Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik
dengan menggunakan “barang dalam proses” dalam
persediaannya.
4
Persediaan barang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan barang jika terjadi :
1. Permintaan konsumen sangat tinggi sehingga
produksi melonjak tinggi
2. Suplai bahan baku berkurang sehingga
perusahaan sulit mencari bahan baku
5
Jenis-jenis persediaan
 1. Persediaan bahan mentah
 2. Persediaan komponen–komponen
rakitan
 3. Persediaan bahan pembantu
 4. Persediaan barang dalam proses
 5. Persediaan barang jadi
6
Biaya-Biaya Persediaan
 1. Biaya penyimpanan
 2. Biaya pemesanan
 3. Biaya Penyiapan
 4. Biaya kehabisan atau kekurangan
bahan
7
Manajemen Persediaan Dibagi menjadi
 1. Manajemen persediaan barang yang
permintaannya independen
 2. Manajemen persediaan barang yang
permintaannya dependen
8
JUST IN TIME INVENTORY
Merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk
mempertahankan operasi sistem yang sempurna. Dengan
persediaan JIT, barang-barang dengan jumlah yang tepat
tiba pada saat dibutuhkan, bukan semenit sebelum atau
semenit sesudah
 Reduce variability
 Reduce inventory
 Reduce lot sizes
 Reduce setup costs
9
Biaya-biaya Dalam Persediaan
 Biaya penyimpanan
(holding cost/carrying costs)
 Biaya pemesanan
(order costs)
 Biaya persiapan
(setup costs)
 Biaya kehabisan/kekurangan bahan
(shortage costs)
10
Biaya Penyimpanan
(holding cost/carrying costs)
 Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan, mis:
penerangan, pemanas, pendingin, dll)
 Biaya modal (opportunity cost of capital)
 Biaya keusangan
 Biaya penghitungan fisik dan konsiliasi laporan
 Biaya asuransi
 Biaya pajak persediaan
 Biaya pencurian, pengrusakan, atau
perampokan
 Biaya penanganan persediaan
 dll
11
Biaya Pemesanan
(order costs)
 Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
 Upah
 Biaya telpon
 Pengeluaran surat menyurat
 Biaya pengepakan dan penimbangan
 Biaya pemeriksaan penerimaan
 Biaya pengiriman ke gudang
 Biaya hutang lancar
 dll
12
Biaya Persiapan
(setup costs)
 Biaya mesin-mesin penganggur
 Biaya persiapan tenaga kerja langsung
 Biaya scheduling (penjadwalan)
 Biaya ekspedisi
 dll
13
Biaya Kehabisan/kekurangan
Bahan (shortage costs)
 Kehilangan penjualan
 Kehilangan langganan
 Biaya pemesanan khusus
 Biaya ekspedisi
 Selisih harga
 Terganggunya operasi
 Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial
 dll
14
Model Manajemen Persediaan
 EOQ (economic order quantity)
EOQ = 2.S.D
H
 ELS (economic lot size)
ELS = 2.S.D
H(1-D/P)
S = biaya pesan/order
D = permintaan (kebutuhan)
H = Biaya simpan/u/th
P = kapasitas operasi (mesin)
15
Hubungan Biaya Pesan
dan Biaya Simpan
Total biaya
QEOQ0
Bi. Simpan = H.Q/2
Bi. Pesan = S. D/Q
TC = H.Q/2 + S. D/Q
16
Asumsi EOQ
 Permintaan akan produk konstan, seragam, dan diketahui
(deterministik)
 Harga/unit produk konstan
 Tidak mungkin diberikan diskon.
 Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan
 Biaya simpan/unit/th konstan
 Biaya pesan/order konstan
 Wakttu antara pesanan dilakukan dan barang diterima
(lead time/L) konstan
 Tidak terjadi kekurangan barang/back order
17
Contoh Soal
Diketahui sebuah perusahaan memiliki kebutuhan bahan
baku sebesar 10.000 unit per tahun. Biaya pemesanan untuk
pengadaan bahan tersebut adalah sebesar Rp 150,-/order.
Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/u/tahun. Hari kerja
per tahun adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk
pengiriman bahan tersebut selama 10 hari
Pertanyaan:
 Hitunglah EOQ
 Berapa total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan
bahan tersebut
 Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1 tahun
 Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan
 Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali)
 Bagan persediaan perusahaan
18
Jawab
 EOQ = 2x150x10.000 = 2000 unit
0.75
 TC = HxQ/2 + S.D/Q = (0.75 x 2000/2) + (150 x 10000/2000)
= Rp 750,- + Rp 750,- = Rp 1500,-
 Jumlah pemesanan/th = D/Q
= 10000/2000 = 5 kali
 Durasi habisnya EOQ = 350/5 = 70 hari
 Reorder point = L. D/hari kerja setahun
= 10 x (10000/350) = 285. 7 hari
 Bagan:
0
2000
Q
285.7
R R R
70 19
Contoh Soal
 Suatu perusahaan memiliki kebutuhan material sebesar
100.000 unit per tahun. Biaya pesan $35/order. Biaya
simpan sebesar 20% dari harga beli material.
Pihak supplier menawarkan suatu penawaran khusus
untuk pengadaan material tersebut dalam bentuk harga
potongan. Adapun syaratnya adalah sbb:
Kuantitas pembelian Harga
4000 – 7999 unit $1.80
Lebih dari 8000 unit $1.70
Pertanyaan:
Di unit berapakah sebaiknya perusahaan melakukan
pembelian.
20
Jawab
 Kuantitas pembelian paling sedikit 8000 unit
Harga beli (C) = $1.70
H = $1.70 x 0.2 = $0.34
EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4537.43 unit (tidak feasible)
0.34
TC = 100.000 x $1.70 + 0.34 x (8000/2) + 35 x (100000/8000)
= $ 171,795.5
 Kuantitas pembelian 4000 – 7999 unit
harga beli = $180
H = $1.80 x 0.2 = $0.36
EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4409.59 = 4409.59 unit
0.36
TC = 100.000 x $1.80 + 0.36 x (4409.59/2) + 35 x (100000/4409.59)
= $181,587.5
Jadi yang dipilih adalah kuantitas pembelian 8000 unit karena memiliki total biaya terkecil
21
Sebuah perusahaan membutuhkan bahan mentah
60.000 unit per tahun. Biaya lainnya adalah sebagai
berikut :
a. Biaya pengiriman setiap kali pesan 40.000
b. Biaya persiapan setiap kali pesan 10.000
c. Biaya penerimaan barang setiap pesan 10.000
d. Biaya pemeliharaan per unit per tahun 15
e. Biaya bunga atas modal per unit/thn 15
f. Biaya sewa gudang per unit per tahun 20
g. Safety stock ditentukan untuk 15 hari
h. Lead time 5 hari
i. Satu tahun terdiri dari 300 hari
Hitunglah EOQ, biaya total persediaan, reorder point
22
Kasus II
Perusahaan FIRA mempunyai kebutuhan bahan
mentah 3.600 unit per tahun. Biaya pengiriman barang
setiap kali pembelian Rp. 800,- biaya asuransi per unit
Rp. 16,- biaya sewa gudang per unit Rp. 40,- biaya
penyelesaian setiap kali pembelian Rp. 400,- biaya
modal per unit Rp. 40,-. Waktu menunggu datangnya
barang yang dipesan ½ bulan. Persediaan per unit 100
unit.
Hitunglah jumlah pembelian paling ekonomis,
persediaan pada titik pemesanan kembali, dan biaya
total persediaan jika perusahaan melakukan pembelian
optimal.
23
Economic Order Quantity
 Model EOQ digunakan untuk
menentukan kuantitas pembelian
(pemesanan) yang meminimumkan
biaya penyimpanan dan pemesanan
24
Asumsi-asumsi model EOQ:
1. Jumlah kebutuhan barang dapat diperkirakan relatif
stabil
2. Hanya ada biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan
3. Biaya pemesanan sama
4. Biaya pemeliharaan sama
5. Usia barang relatif lama
6. Harga barang stabil
7. Tidak ada batasan jumlah barang yang disimpan
25
 EOQ =
2RCs/Ci
Keterangan :
R : Kebutuhan bahan baku
Cs : Biaya pemesanan
Ci : Biaya penyimpanan
26
Model Persediaan untuk
Barang yang Dibuat Sendiri
 Q* =
 S*
2RCs/Cl Pr/Pr-R
Keterangan : Pr = tingkat permintaan
2RCs/Cl Pr-R/Pr
Keterangan : S* = persediaan maksimum
27
 Contoh :
 Suatu perusahaan memerlukan bahan
baku setiap tahun sebanyak 3000 unit
barang. Biaya pemesanan setiap kali
pesan sebesar Rp 155.000,- Biaya
penyimpanan setiap unit barang Rp
2500,-. Berapa pembelilan yang dapat
meminimumkan biaya
28
 Suatu perusahaan membuat suatu
barang. Untuk membuat barang
tersebut perusahaan membuat suku
cadang sendiri dengan kapasitas
produksi setiap tahun 3000 buah.
Kebutuhan suku cadang setiap tahun
2000 buah. Biaya set up produksi Rp
45.000 dan biaya pemeliharaan suku
cadang Rp 500 / buah /tahun
29
Titik Pemesanan Kembali (Reorder
Point= ROP)
 ROP adalah tingkat persediaan dimana pemesanan
kembali harus dilakukan
 ROP harus dihitung secara tepat, karena jika ROP
terlambat berakibat muncul biaya kekurangan bahan
(stock out cost) dan jika ROP terlalu cepat berakibat
timbulnya biaya penyimpanan (extra carrying cost)
ROP = (Permintaan/pengg per hari) x (lead time)
= d x L
d = D/Jumlah periode waktu per th
D = permintaan tahunan 30
 Contoh : suatu perusahaan memerlukan
bahan baku per hari 500 unit dengan
waktu tunggu 4 hari. Jika kebutuhan
pengamannya sebesar 50 % dari
kebutuhan per hari, tentukan titik
pemesanan kembali.
ROP = (4x 500) + 50% (4x500)
= 2.000 + 1.000
= 3.000
Jadi pemesanan akan dilakukan jika
persediaan mencapai 3.000 unit 31
 Contoh: Tahun lalu suatu perusahaan
memproduksi 100 unit barang sesuai
pesanan dan tahun ini pesanan naik 20%.
Untuk memproduksi satu unit barang
membutuhkan 100 kg bahan yang harganya
Rp 100/kg. Biaya pemesanan bahan Rp
500/order dan biaya penyimpanan 10% dari
harga beli. Time lead 4 hari. Hari efektif
produksi dalam 1 tahun 300.Tentukan
besarnya nilai EOQ dan ROP untuk tahun ini
32
Keputusan Pembelian dan
Penjadwalan Persediaan
Koordinasi yang baik antara bagian produksi,
pemasaran, pembelian dan aktivitas persediaan
menyebabkan aktivitas proses produksi menjadi
optimal
Ada 2 cara untuk memenuhi kebutuhan persediaan:
1. Persediaan diberi waktu untuk disediakan tepat
saat dibutuhkan untuk produksi
2. Kebutuhan dipenuhi dari persediaan pada
penyimpanan
33
 Penjadwalan yang tepat waktu (Just in time
=JIT) merupakan aktivitas dalam saluran
persediaan yang bertujuan untuk
mendapatkan barang yang tepat pada
tempat dan waktu tertentu
 Kerjasama yang saling menguntungkan
antara pemasok dan pembeli dapat
menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak
perlu serta menurunkan biaya produksi
34
Tujuan JIT
a. Menghilangkan kegiatan-kegiatan yang
tidak perlu
b. Menghilangkan persediaan dalam pabrik
sesuai prinsip JIT yaitu siap pada saat
dibutuhkan pada tempat dan waktu yang
ditentukan
c. Penghilangkan persediaan dalam
pengalihan
d. Menyingkirkan pemasok yang buruk
35
Karakteristik penjadwalan JIT
1. Memiliki hubungan yang dekat dengan
beberapa pemasok dan perusahaan agkutan
2. Saluran informasi yang baik antara pembeli
dan pemasok
3. Produksi atau pembelian dan pengiriman
barang lebih sering dan dalam jumlah yang
lebih kecil
4. Mengurangi hal-hal yang tidak berguna
5. Mempunyai tujuan yang jelas
36
JUST IN TIME
 Latar Belakang
 Sistem Manajemen Persediaan Tradisional
 Sistem Manajemen Persediaan Just In Time
 Perbedaan Persediaan Tradisional dengan JIT
 Manfaat JIT pada Penentuan Biaya
 Penentuan Biaya Backflush
 Pelaporan Manajemen dalam Just In Time
37
Karakteristik dalam Operasi JIT
 Mempertahankan jumlah persediaan seminimum
mungkin
 Memelihara kualitas produk tetap tinggi
 Pembelian material dan memproduksi barang
HANYA dilakukan bila diperlukan
 Membangun sistem penjadualan yang disiplin
 Memelihara pekerja/karyawan yang mempunyai
beberapa keahlian
 Membangun sistem manufacturing yang fleksibel
38
Perbandingan Tradisional & JIT
 Sistem tarikan
 Persediaan tidak signifikan
 Basis pemasok sedikit
 Kontrak jk. panjang
 Pemanufakturan seluler
 Karyawan berkeahlian ganda
 Jasa terdesentralisasi
 Keterlibatan karyawan tinggi
 Manajemen sbg penyedia fasilitas
 T Q C
 Sistem dorongan
 Persediaan signifikan
 Basis pemasok banyak
 Kontrak jk. pendek
 Pemanufakturan departemen
 Karyawan terspesialisasi
 Jasa tersentralisasi
 Keterlibatan karyawan rendah
 Manajemen sbg pemberi
perintah
 Acceptable Quality Level
39
Manfaat JIT
 Keterlacakan Biaya
 Keakuratan Penentuan Biaya Produk
 Mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah
 Meminimumkan Persediaan
 Zero Defect
 Mengurangi harga pokok produksi
40
Jenis Just In Time
1. Purchasing Just In Time
 Membeli barang yang berkualitas baik
dengan jumlah yang benar dengan harga
bersaing, sumber yang tepat dan waktu
yang cepat.
41
Aktivitas Just In Time Tradisional
Ukuran Lot Lot Kecil Lot Besar
Pemilihan
Pemasok
Satu pemasok dengan
kontrak jangka panjang
Banyak pemasok
dengan kontrak jangka
pendek
Penilaian Pemasok Mutu produk, performa
pengiriman dan harga
dengan Acceptable
Quality Level
Mutu produk, performa
pengiriman dan harga
dengan Acceptable
Quality Level
Inspeksi Produk Dieliminasi Dilakukan pembeli
Metode
Transportasi
Jadual pengiriman
diserahkan pada
pembeli
Jadual pengiriman
diserahkan pada
pemasok
42
Produksi Just In Time
Pekerjaan
Klerikal
Lebih sedikit Banyak
Kemasan Kemasan kecil
cukup untuk
menampung
kualitas yang
benar dibutuhkan
Kemasan
regular, tidak
ada spesifikasi
yang jelas
terhadap isi
produk.
43
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
1
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Persediaan mjadi sangat penting karena persedian berhubungan dengan pembentukan
keunggulan kompetitif jangka panjang.
Hal-hal yang sangat dipengaruhi oleh tingkat persediaan :
1. Kualitas 5. Kapasitas berlebih
2. Rekayasa Produk 6. Kemampuan merespon pelanggan
3. Harga 7. Tenggang waktu
4. Lembur 8. Profitabilitas keseluruhan
Artinya : Perusahaan dengan tingkat persediaan lebih tinggi dari perusahaan lain  memiliki
kecendrungan untuk berada dalam kompetitif yang lebih rendah (persediaan tinggi  biaya
persediaan tinggi  biaya tinggi  mempengaruhi laba)
Apa Itu Biaya Persediaan ???
Ada 2 (dua) kemungkinan :
1. Dunia Penuh Kepastian  dimana permintaan akan suatu produksi / bahan baku diketahui
dengan pasti untuk periode tertentu, sehingga dikenal 2 biaya utama :
1.a. Jika bahan baku dibeli dari luar  biaya pemesanan* dan biaya penyimpanan
1.b. Jika bahan baku diproduksi  biaya persiapan* dan penyimpanan
*) mewakili biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh persediaan
2. Dunia Tidak Pasti  dimana permintaan tidak diketahui secara pasti  muncul katagori
biaya ke-3 dari biaya persediaan yaitu : biaya habisnya persediaan
Biaya Pemesanan / Ordering Cost : biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan.
Contoh : Biaya pemrosesan pesanan , biaya asuransi untuk pengiriman, biaya
pembongkaran
Biaya Persiapan atau penyetelan / Setup Cost : biaya untuk menyiapkan peralatan dan fasilitas
sehingga dapat digunakan untuk memproduksi produk atau komponen tertentu. Contoh :
biaya uji coba produksi
Biaya Penyimpanan / Carrying Cost : biaya untuk menyimpan persediaan. Contoh : Biaya
asuransi, pajak persediaan, keusangan dan biaya ruang penyimpanan.
Biaya Habisnya Persediaan / Stockout Cost : Biaya yang terjadi karena tidak dapat
menyediakan produk ketika diminta pelanggan. Contoh : penjualan yang hilang (baik saat
ini maupun dimasa yad)
Alasan Tradisional Punya Persediaan :
1. Laba Maximal  Turut meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan
Minimalkan biaya penyimpanan  mendukung produksi dikit aja
Minimalkan biaya pemesanan  mendukurng pemesanan dalam jumlah besar
Artinya  menyeimbangkan biaya pemesanan / persiapan dengan biaya penyimpanan
2. Memenuhi permintaan pelanggan (dalam memenuhi tanggal pengiriman)
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a. Kerusakan Mesin
b. Kerusakan Komponen
c. Tidak tersedianya komponen
d. Pengiriman komponen yang terlambat
4. Mendapatkan potongan harga jika beli dalam jumlah banyak
5. Proses produksi yang tidak dapat diandalkan  selalu hasilkan produk rusak
6. Hindari resiko kenaikan harga dimasa yad
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
2
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
Economic Order Quantity : Model Persediaan Tradisional
Kegiatan bisnis yang memerlukan manajemen persediaan adalah bidang industri manufaktur
dan perdagangan. Dalam industri manufaktur, persediaan terdiri dari: (1)persediaan bahan
baku, (2)persediaan barang dalam proses, (3)persediaan barang jadi, dan (4)persediaan bahan
pembantu. Sedangkan dalam perusahaan dagang yang dimaksud persediaan adalah persediaan
barang dagangan.
Dalam perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang jadi, kemudian
dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang diinvestasikan dalam
persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat. Kondisi yang demikian manajemen
persediaan harus mendapatkan perhatian manajemen yang sangat serius. Kelebihan
persediaan akan mengakibatkan pemborosan penggunaan modal, sedangkan kekurangan
persediaan proses produksi bisa terganggu. Mengelola persediaan dalam perusahaan industri
manufaktur relatif lebih sulit dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan
dagang. Dalam perusahaan dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu
yang dibutuhkan relatif pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat.
Manajemen persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu model Economic Order Quantity atau EOQ dan Tepat Waktu atau Just in Time
(JIT). Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan manajemen terhadap pemasok.
Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari pemasok yang paling murah dapat
menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim digunakan. Tetapi jika pemasok
diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan dinyatakan satu kesatuan dalam proses
produksi, maka model JIT lazim digunakan.
1. Model Economic Order Quantity (EOQ)
Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola persediaan,
yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung kelancaran proses
produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan biaya persediaan yang
paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order Quantity atau EOQ. EOQ
akan menjawab pertanyaan berapa banyak kualitas bahan baku yang harus dipesan dan
berapa biayanya yang paling murah atau paling ekonomis.
Perusahaan manufaktur pada umumnya memperhitungkan empat macam persediaan, yaitu
persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi. Pada umumnya persediaan bahan pembantu jumlahnya relatif
kecil, maka tidak dibahas dalam kajian ini.
Persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan persediaan barang jadi harus dihitung
tingkat perputarannya (turn overnya) tujuannya adalah untuk pengendalian. Teknik
perhitungan perputaran bahan sebagai berikut:
Bahan Baku digunakan dalam proses produksi
Perputaran Persediaan =
Bahan Baku Rata-rata persediaan bahan baku
Harga Pokok Produksi
Perputaran Persediaan =
Barang dalam Proses Rata-rata persediaan barang dalam proses
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
3
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
Harga pokok penjualan atau penjualan
Perputaran Persediaan =
Barang Jadi Rata-rata persediaan barang jadi
Harga Pokok penjualan atau Penjualan
Perputaran Persediaan =
Barang Dagangan Rata-rata persediaan barang dagangan
Dalam kegiatan manufaktur, pengelolaan bahan baku merupakan unsur penting
manajemen yang harus dikelola secara profesional. Besar kecilnya persediaan bahan baku
berhubungan langsung dengan modal yang diinvestasikan ke dalamnya; makin besar
persediaan bahan baku, makin besar investasi dan makin besar beban biaya modal, dan
sebaliknya. Besar kecilnya nilai persediaan bahan baku dipengaruhi oleh:
1) Estimasi dan perencanaan volume penjualan
2) Estimasi dan perencanaan volume produksi
3) Estimasi dan perencanaan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi
4) Biaya order pembelian
5) Biaya penyimpanan
6) Harga bahan baku
Dalam mengelola bahan baku dibutuhkan dua unsur biaya variabel utama, yaitu biaya
pesanan (procurement cost atau set up cost) dan biaya penyimpanan (storage cost atau
carrying cost).
Yang termasuk biaya pesanan antara lain adalah:
1) Biaya proses pemesanan bahan baku
2) Biaya pengiriman pesanan
3) Biaya penerimaan bahan baku yang dipesan
4) Biaya untuk memproses pembayaran bahan baku yang dibeli
Biaya-biaya tersebut makin besar jika jumlah tiap-tiap pesanan kecil, atau makin kecil
jumlah bahan baku tiap-tiap pesanan, makin besar jumlah biaya pesanan dalam suatu
periode tertentu, misalnya dalam satu tahun. Sedangkan yang termasuk biaya
penyimpanan (penggudangan) adalah:
1) Biaya untuk mengelola bahan baku (biaya menimbang dan menghitung)
2) Biaya sewa gudang atau penyusutan gudang
3) Biaya pemeliharaan dan penyelamatan bahan baku
4) Biaya asuransi
5) Biaya pajak
6) Biaya modal
Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada setiap jumlah barang
yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan antara harga bahan baku,
biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar persentase tertentu dari nilai
persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam satu periode misalnya
dalam satu tahun, dan biaya pesanan. Teknik perhitungan ini lazim disebut Economic
Order Quantity atau EOQ dengan rumus:
EOQ = √2XRXS
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
4
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
P X I
Di mana:
R = Requirement of raw material, atau jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama satu
tahun periode, misalnya 1.200 unit
S = Set up cost, atau biaya pesanan setiap kali pemesanan, misalnya Rp 15
P = Price, atau harga bahan baku per satuan, misalnya Rp 1 per unit
I = Inventory, atau biaya memiliki persediaan yang terdiri dari: biaya keuangan 10%,
biaya penyusutan fisik 10%, biaya modal atau biaya bunga pinjaman 10%, biaya
penanganan bahan 2%, biaya pajak kekayaan 2%, biaya asuransi 2%, dan biaya
penggudangan 3%, biaya lain-lain 1% (atau total biaya memiliki persediaan 40% dan
biaya diperhitungkan dari nilai persediaan rata-rata).
EOQ = √2 X 1.200 X 15
= √ 36.000
= √ 90.000
= 300 unit
= 0,40 X 1
= 0,40
Dengan diketahui angka 300 unit setiap pesanan, berarti dalam satu tahun dapat dilakukan
4 kali pesanan. Dalam 4 kali pesanan itu biaya persediaan bahan baku adalah yang paling
rendah atau paling ekonomis. Rincian perhitungan biaya persediaan dapat disajikan dalam
tabel 12.1
Tabel 11.1
Perhitungan Biaya Persediaan yang paling Ekonomis
Frekwensi pemesanan bahan
baku
3X 4X 5X
Jumlah bahan baku yang
dipesan
Rata-rata persediaan dalam unit
Nilai persediaan rata-rata
Biaya pesanan
Biaya penyimpanan
Jumlah Biaya persediaan
400 unit
#200
*Rp 200
**Rp 45
***Rp 80
Rp 125
300 unit
150
Rp 150
Rp 60
Rp 60
Rp 120
240unit
120
Rp 120
Rp 75
Rp 48
Rp 123
Keterangan:
Teknik perhitungan 3X pesan
#200 unit = (400unit / 2)
* Rp 200 = 200 unit x Rp 1
** Rp 45 = 3 kali pesan @ Rp 15 per sekali pesan
*** Rp 80 = 40% X Rp Rp 200 nilai persediaan rata – rata
Teknik perhitungan untuk 4X pesan dan 5X pesan seperti pada 3X pesan.
Jika biaya penyimpanan dinyatakan dalam Rupiah per unit (missal Rp 0,4), maka EOQ
dapat dihitung sebagai berikut.
= √2 X 1.200 X 15
= √ 36.000
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
5
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
= 300 unit
= 0,4
Dalam satu tahun mengadakan pesanan 4X yaitu kebutuhan satu tahun 1.200 unit dibagi
300 unit, atau besarnya penggunaan bahan per bulan sebesar 100 unit atau setiap minggu
sebesar 25 unit. Dengan demikian, pesanan dilakukan setiap12 minggu atau 3 bulan
sekali. Jika EOQ 300 unit dan kebutuhan bahan baku selama satu periode (satu tahun)
1.200 unit, maka jumlah pesanan adalah 4X pesanan. Pada 4X pesanan biaya persediaan
yang paling ekonomis dapat disajikan dalam tabel 12.1
Berdasarkan perhitungan dalam tabel 12.1 tersebut, maka biaya persediaan yang paling
ekonomis adalah Rp 120, yaitu pada tingkat pesanan 400 unit sekali pesan, dan
perusahaan hanya memesan 4X. Pada 3X kali pesanan biaya persediaan sebesar Rp 125,
dan pada 5X pesanan, biaya persediaan sebesar Rp 123.
2. Titik Pemesanan Kembali (Recorder Point)
Dalam pengelolaan persediaan bahan baku, perusahaan harus mempunyai persediaan besi
(safety stock), yaitu suatu jumlah persediaan bahan baku yang harus selalu ada dalam
gudang untuk menjaga kemungkinan terlambatnya bahan baku yang di pesan. Di samping
itu, perusahaan juga harus memperhitungkan penggunaan bahan baku selama waktu
menunggu datangnya bahan baku yang di pesan (lead time).
Titik pemesanan kembali adalah titik dimana pesanan bahan baku harus dilakukan. Hal ini
merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu pesanan dating atau tenggang waktu, dan
persediaan besi atau persediaan pengaman (safety stock). Ketiga unsure tersebut dapat di
sajikan rumus sebagai berikut:
Rumus titik pemesanan kembali:
(Tingkat penggunaan bahan selama tenggang waktu + besi)
Misalnya lead time 6 minggu, dan kebutuhan bahan baku tiap minggu 25 unit, dan safety
stock ditentukan 40% dari kebutuhan selama lead time, re-order point adalah sebagai
berikut:
 Re-order point (ROP) = (6 X 25) + 40%(6 X 25) = 150 + 60 = 210 unit
Safety stock juga dapat ditentukan berdasr kebutuhan bahan baku dalam beberapa minggu,
misalnya dalam 5 minggu, kebutuhan bahan baku tiap minggu 25 unit, maka:
 Re-order point (ROP) = (6 X 25) + (5 X25) = 150 + 125 = 275 unit
Yang berhak menentukan besarnya safety stock dan lead time adalah manajer pabrik
berdasar pengalaman dari waktu ke waktu dan pengetrapan teori dalam praktik produksi.
Pada hakikatnya praktik produksi menentukan teori produksi. Oleh sebab itu, walau jenis
produksinya sama, praktiknya belum tentu sama, dan teori untuk memecahkan masalah
juga tiadak sama.
Secara grafis, penentuan jumlah pesanan dengan biaya yang paling ekonomis pada tabel
12.1 dapat disajikan dalam gambar 12.1.
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
6
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
Gambar 11.1
Jumlah pesanan yang paling ekonomis
Keterangan:
 Makin sering melakukan pesanan makin besar biaya pemesanan
 Makin sering melakukan pemesanan, makin kecil biaya penyimpanan
Titik pemesanan kembali (reorder point), jika safety stock dinyatakan 5 minggu kali
kebutuhan per minggu atau sebesar 125 unit, dan tenggang waktu pemesanan diterima 6
minggu kali kebutuhan per minggu sebesar 150 minggu, maka titik pemesanan kembali
sebesar 275 unit. Jumlah pesanan yang paling ekonomis adalah sebesar 725 unit yaitu dari
perhitungan EOQ 600 unit ditambah 125 persediaan besi (safety stock). Hubungan titik
pemesanan kembali, persediaan besi dan persediaan maksimum dapat disajikan dalam
gambar 12.2.
Gambar 11.2
Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Total biaya
persediaan
Biaya
Pengudangan
(carrying cost)
240
5X 300
4X
400
3X
pesan
Unit
Biaya
Pesanan60
Rp
Persediaan maksimum = 300 + 275
Persediaan besi
Waktu tunggu
1 Waktu Pesan
(Minggu)
Titik 275
pesan
Unit
2 3 4
575
125
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
7
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
3. Biaya Kehabisan Persediaan
Perusahaan takut bila terjadi kehabisan persediaan,. Bila perusahaan kehabisan persediaan
maka akan melibatkan analisis empat faktor yaitu: (1) siklus persediaan per tahun, (2) unit
kehabisan persediaan, (3) kemungkinan kehabisan persediaan, dan (4) biaya kehabisan
persediaan per unit. Multiplier dari keempat faktor tersebut disebut biaya kehabisan
persediaan. Dengan demikian, biaya kehabisan persediaan dapat disajikan dengan
perhitungan:
 Biaya kehabisan = (siklus persediaan per tahun x unit kehabisan persediaan x
kemungkinan kehabisan persediaan x biaya kehabisan persediaan per unit)
 Siklus persediaan per tahun = (kebutuhan bahan baku per tahun / EOQ)
 Unit kehabisan persediaan = (pemakaian bahan baku harian atau mingguan – unit
bahan baku tenggang waktu atau lead time)
 Kemungkinan kehabisan persediaan adalah probabilitas atas pemakain bahan baku
harian
 Biaya kehabisan persediaan ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan manajer
pembelian
 Pada tabel ilustrasi diatas menunjukkan bahwa kebutuhan bahan selama satu tahun
1.200 unit, EOQ 300 unit, selama satu tahun dilakukan pesanan 4X atau setiap 3 bulan
atau 12 minggu; kebutuhan bahan per minggu (300 unit / 12 minggu) = 25 unit. Waktu
tunggu datangnya pesanan 6 minggu atau (6 x 25 unit) = 150 unit, dan penggunaan
maksimum per minggu 30 unit atau (6 x 30 unit) = 180 unit, maka kehabisan
persediaan dalam unit adalah 180 unit dikurangi 150 unit sama dengan 30 unit. Jika
diketahui bahwa kemungkinan distribusi pemakaian mingguan adalah:
Pemakaian
Mingguan Kemungkinan
30 0,2
25 0,5
20 0,2
10 0,1
Manajer produksi menetapkan kemungkinan pemakaian harian 0,2 dan biaya kehabisan
persediaan per unit Rp 2,083. Berdasarkan informasi yang tersedia itu dapat dihitung
biaya kehabisan persediaan:
(4 x 30 x 0,2 x Rp2,083) = Rp 50.
Kemudian dapat dihitung besarnya persediaan pengaman dalam unit dengan rumus: (biaya
kehabisan persediaan = biaya memiliki persediaan-persediaan pengaman). Biaya memiliki
persediaan pengaman adalah biaya penyimpangan (carrying costs) kali harga bahan kali
unit persediaan pengaman: (40% x Rp 1 x X) = Rp 0,4X. Besarnya unit persediaan
pengaman: (Rp 50 = Rp 0,4X), jadi X atau unit persediaan pengaman = 125 unit.
Keunggulan Model EOQ:
1) Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan dengan biaya
persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).
2) Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau persediaan
besi (safety stock).
3) Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar
tertentu dan diproduksi secara massal.
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
8
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
4) Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien yang
sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani dengan
cepat.
Kelemahan Model EOQ:
Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis
sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga penggunaan
model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi.
Contoh : Jika penggunaan maksimal komponen lemari es 60 unit perhari dan rata-rata
penggunaan adalah 50 unit perhari, dan tenggang waktu 4 hari, maka persediaan
pengaman dihitung sb:
Safety Stock = Penggunaan maksimal 60
Rata-rata penggunaan 50
Selisih 10
Tenggang waktu x 4 hari
Safety stock 40 unit
ROP = ROP semula + Safety Stock
= 200 + 40 = 240 unit
Biaya Persediaan = Biaya pemesanan / Persiapan + Biaya penyimpanan
TC = PD/Q + CQ/2 ………..(1)
dimana :
P : Biaya penempatan dan penerimaan pesanan/biaya persiapan pelaksanaan produksi
D : Jumlah permintaan tahunan yang diketahui
Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan
C : Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun
Contoh : Sebuah usaha reparasi lemari es (dimana komponen dibeli dari pemasok
eksternal) D = 10.000 unit P = $25 perpesanan
Q = 1.000 unit C = $2 perunt
Biaya persediaan = (10 kali pesanan X $25/pesanan) + ($2 x (1000 unit /2)
= $1.250
Artinya : Kuantitas pesanan sebanyak 1.000 dengan total biaya $1.250 apakah sudah
merupakan pilihan terbaik (biaya terkecil)  Itu sebabnya perlu EOQ !!!
EOQ / Q = √ 2PD/C
= √ (2 x $25 X 10.000) : $2
= √ 250.000
= 500 unit  Pemesanan 500 unit tiap kali pesanan  20 x pesanan
merupakan hitungan yang menghasilkan biaya persediaan terkecil  masukan ke
pesamaan (1)  Biayanya menjadi $1.000 (Bandingkan dengan Q = 1.000 unit  biaya
$1.250)
Contoh: EOQ, ROP dan SAFETY STOCK pada Perusahaan Manufaktur
Benson Company, manufaktur besar pembuat alat-alat pertanian yang memiliki beberapa
pabrik. Manajer di baprik Barat Tengah ini mencoba menentukan ukuran produksi untuk
bagian pembuatan mata pisau. Ia yakin bahwa ukuran lota yang ada sekarang terlalu besar
dan ingin mengidentifikasi jumlah yang harus diproduksi agar dapat meminimalkan biaya
penyimpanan dan biaya persiapan. Ia juga ingin menghindari kehabisan persediaan karena
setiap kehabisan persediaan itu akan menutup Departemen Perakitan.
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
9
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
Guna membantu manajer tersebut membuat keputusan, kontroler perusahaan telah
menyedian informasi beriktut :
Permintaan rata-rata mata pisau 320 perhari
Permintaan maksimal mata pisau 340 perhari
Permintaan tahunan mata pisau 80.000
Biaya penyimpanan perunit $5
Biaya persiapan $12.500
Tenggang waktu 20 hari
EOQ = √ 2PD/C  √ 2 x 12.500 x 80.000 : 5  √400.000.000  20.000 belati
Safety Stock : Penggunaan maksimal 340
Penggunaan rata-rata 320
Selisih 20
Tenggang waktu x 20
Safety Stock 400
ROP = (Penggunaan rata-rata x tenggang waktu) + Safety stock
= (320 x 20) + 400  6.800 unit
4. Pengawasan Persediaan
Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan sampai
produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai, dan
biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu, barang
dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan pembantu
dimulai dari bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan dalam proses
produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan, keuangan, kehilangan,
dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk satuan uang.
Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk hilang
dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana penjualan,
jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu (bahan baku,
bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah persediaannya secara fisik
harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan. Kekurangan persediaan
bahan baku dan bahan pemabantu dapat mengakibatkan proses produksi terganggu, dan
kekurangan persediaan barang jadi akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan
konsumen. Sebaliknya jika terjadi kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang
ditanamkan dalam persediaan tersebut besar, dan biaya modalnya besar.
5. Model Tepat Pada Waktu (Just In Time Atau JIT)
Model JIT adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati; mereka
dididik, dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang dipasok bahan
bakunya. Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol, artinya
perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saat
dibutuhakan. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang setia dan
profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan baku.
Dalam hubungannya dengan barang jadi (finished goods) model JIT juga diterapkan,
dimana perusahaan hanya memproduksi sesuai dengan pesanan sehingga ia tidak
mempnyai persediaan barang jadi. Dampaknya adalah penghematan biaya persediaan
barang jadi. Model ini dapat diterapkan jika semua pihak yang terlibat dalam proses
produk mulai dari pemasok sampai ke pelanggan memiliki motivasi kuat dalam
pengendalian dan peningkatan kualitas berkelanjutan.
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
10
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
JIT bertujuan mengubah budaya perusahaan, yaitu usaha menjadi organisasi terbaik dari
atas ke bawah; setiap orang adalah pakar bagi pekerjaannya sendiri dengan
mengendalikan berpikir kolektif dan kreatif. Hakikatnya, JIT adalah peningkatan proses
untuk menghindari masalah kronis, yaitu masalah yang ditimbulkan dari pemasok bahan
baku yang mengakibatkan kerugian; masalah ini sulit diidentifikasi dan umunya dibiarkan,
maka menjadi penyakit kronis yang sulit diobati. Hubungan kerja sama jangka panjang
dengan pemasok harus dibina, pemasok tidak boleh dieksploitir demi keuntungan sesaat.
Prinsip dasar JIT adalah bahwa perusahaan tidak memiliki persediaan besi (safety stock).
Dengan tidak memiliki safety stock, perusahaan dapat menghemat biaya persediaan.
Dalam model ini pemasok menjadi mitra sejati yang loyal dan profesional karena setiap
saat bahan baku diperlukan untuk proses produksi, pada saat itu pula bahan baku harus
sudah ada di tempat proses produksi.
Motivasi semua pihak yang demikian itu hanya bisa terjadi bila mereka berpikir kritis
dialektik, artinya setiap akibat harus dicari sebabnya, dan setiap obyek dicari saling
hubungannya dengan obyek yang lainnya. Ishikawa menemukan teori untuk menelusuri
sebab yang dapat menggunakan “Ishikawa Tulang Ikan”. Ia menjelaskan bahwa setiap
kegagalan pasti ada sebabnya, dan penyebab itu dapat ditelusuri dari tujuh aspek yaitu
aspek:
 Tenaga manusia, kurang latihan, kurang pengetahuan, dan ketrampilan sehingga
produktifitas rendah dan kualitas output rendah.
 Metode kerja, tanpa petunjuk kerja yang jelas sehingga pekerja (buruh) bekerja tidak
mengikuti aturan.
 Peralatan, kurang perawatan, aus, dan teknologi sudah usang.
 Material, salah menentukan spesifikasi: kualitas dan jenis
 Lingkungan, kondisi kerja yang kurang menyenangkan atau kondisi kerja yang buruk
yang mengakibatkan pekerja (buruh) tidak memiliki motivasi kerja.
 Pengukuran, kurang tepat mengadakan pengukuran hasil kerja.
 Kepemimpinan, gaya yang otokratik sehingga pekerja (buruh) tidak menghargai
pemimpinnya (manajernya).
Jika salah satu dari tujuh aspek rusak, maka outputnya rusak, apalagi ketujuh aspek
tersebut rusak semua. Setiap kesalahan atau kegagalan harus diperbaikki secara terus
menerus agar produktifitas kerja dapat ditingkatkan, mutu dapat ditingkatkan, dan nilai
persediaan dapat dikurangi. Di samping itu, perbaikan secara terus menerus juga dapat
meningkatkan rancangan produk, perbaikan proses produksi, perbaikan distribusi,
perbaikan promosi, perbaikan harga, dan perbaikan layanan purna jual. Hubungan input
dengan output berdasarkan gambar Ishikawa Tulang Ikan disajikan dalam gambar 12.3.
Gambar 12.3.
Ishikawa Tulang Ikan (dilengkapi)
Pengukuran Metode Manusia
Kepemimpinan Output
Lingkungan Bahan baku Peralatan
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
11
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
Keunggulan JIT
Keunggulan JIT antara lain adalah:
 Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam
kuantitas yang diminta pelanggan.
 Dampak persediaan, persediaan kecil, mungkin nol.
 Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem sel.
 Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk.
 Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus menyesuaikan dengan
perubahan alat kerja dan metode kerja.
 Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu produk.
Kritik terhadap JIT
Kritik terhadap JIT anatara lain:
 Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan
pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya
memproduksi satu jenis produk.
 Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan, khususnya yang bahan
bakunya impor.
 Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya memproduksi satu
macam komoditi dengan teknologi khusus.
 Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah,
dan mungkin biayanya mahal.
 Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi komoditi
terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan
karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang sudah ahli sehingga tidak
perlu mendidik dan melatih; teknologi dan metode kerja tidak begitu mudah diganti.
 Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah; mereka bekerja bukan ingin
merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi mereka pada
umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.
KETERBATASAN JIT
1. Sering timbul masalah dengan pemasok, meski ada kontrak jangka panjang
2. Pandangan negative dari karyawan yang merasa diperas tenaganya
3. Jika tidak dijalankan dengan baik  ada resiko kehilangan penjualan yang bisa jadi
meruakan penjualan yang hilang selamanya
Item Agustus Desember
Biaya
Tahunan
Bagian pembelian
Bagian
administrasi
Bagian gudang
5.000
4.000
3.000
4.500
3.000
2.500
56.000
37.000
33.000
Jumlah 12.000 10.000 126.00
0
Yang termasuk biaya bagian pembelian adalah gaji manajer dan pegawai, biaya order, dan
biaya peralatan kantor. Yang termasuk biaya bagian administrasi pembelian adalah gaji
manajer dan pegawai dan biaya peralatan kantor, dan yang termasuk biaya gudang adalah
gaji manajer, pengawas, pegawai penerima, pegawai pengirim, biaya angkutan, biaya
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
12
Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si
peralatan. Bagian pembelian bertanggung jawab semua pemesanan barang, bagian
administrasi bertanggung jawab atas pembayaran utang dagan, dan bagian gudang
bertanggung jawab kelancaran penerimaan dan pengiriman barang. Kantor dan gudang
disewa dengan harga Rp 20.000 per tahun, biaya asuransi Rp 2.000 per tahun, dan pajak
bumi dan bangunan Rp 3.000 per tahun. Pajak perseroan 50% per tahun, bunga jangka
pendek 18% per tahun, dan bunga jangka panjang 16% per tahun. Data mengenai
persediaan dalam tahun yang bersangkutan adalah: persediaan awal per 1 Januari Rp
50.000, persediaan akhir per 31 Desember Rp 30.000, saldo persediaan tertinggi bulan
Agustus Rp 60.000, dan saldo terendah bulan Desember Rp 40.000, Persediaan rata-rata
setiap bulan Rp 55.000, Saudara diminta untuk:
1) Menghitung biaya per pesanan, biaya penyimpangan dan pemeliharaan, dan apa
rekomendasi Anda?
2) Jika perusahaan menjualkan 300 unit per bulannya, dengan harga Rp 45 per unit, dan
rata-rata persediaan 60 unit, biaya pesanan sekali pesan Rp 15, hari kerja dinyatakan
360 hari per tahun, biaya mengelola persediaan Rp 432 per tahun berapa hari setiap
pesanan dilakukan dan berapa besarnya biaya penyimpanan dan pemeliharaan
persediaan?
Homework :
1. Sebuah toko perbaikan TV local menggunakan 36.000 unit suku cadang tiap tahun (rata-
rata 100 unit setiap hari kerja). Biaya penempatan dan penerimaan pesanan $20. Toko
memesan dalam lot berisi 400 unit. Biaya penyimpanan perunit pertahun $4
Diminta :
1. Hitunglah total biaya pemesanan tahunan
2. Hitunglah total biaya penyimpanan tahunan
3. Hitunglah total biaya persediaan tahunan
4. Hitunglah EOQ
5. Hitunglah total biaya persediaan tahunan dengan gunakan kebijakan EOQ
6. Berapa yang dihemat setiap tahun dengan gunakan EOQ dibanding dengan
menggunakn ukuran pesanan sebanyak 400 unit
7. Hitungkah titik ROP, dengan asumsi lead time 3 hari
8. Anggaplah penggunaan suku cadang bisa menacapai 110 unti perhari. Hitunglah
persediaan pengaman dan ROP yang baru.
2. Hurst Company menjual peralatan medis. Suatu bahan baku yang dipesannya adalah
plastic. Plastik dicairkan dan ditempatkan dalam cetakan yang digunakan untuk
memproduksi berbagai instrument. Informasi yang didapatkan untuk bahan baku plastic
adalah sbb:
Kuantitas pesanan ekonomis 120.000 pon
Penggunaan harian rata-rata 8.000 pon
Penggunaan harian maksimal 12.000 pon
Tenggang waktu 3 hari
Diminta : ROP bila tidak ada dan ada safety stock yang disimpan.
MANAJEMEN BIAYA
Bahan Materi 5 :
TOTAL QUALITY
MANAGEMENT (TQM)
Frans Habrizons, SE., M.Si
Manajemen Kualitas
• Masalah yang dihadapi perusahaan:
mengusahakan agar kualitas
produknya sesuai dengan kebutuhan
konsumen tetapi dapat dilakukan
secara ekonomi
• Kualitas produk merupakan senjata
yang efektif untuk memenangkan
persaingan
2Frans Habrizons, SE., M.Si
TOTAL QUALITY
MANAGEMENT (TQM)
• Prinsip dasar TQM yaitu :
• 1. Kepuasan konsumen
• 2. Keterlibatan semua karyawan
• 3. Continuous improvement
3Frans Habrizons, SE., M.Si
1. Kualitas berorientasi
pada konsumen
• Kualitas dapat diukur dengan beberapa
dimensi yaitu :
• a. Conformance to specification merupakan
kesesuaian antara kualitas produk dengan
kualitas produk yang seharusnya
• b. Nilai merupakan persepsi konsumen
terhadap imbangan antara manfaat suatu
produk terhadap pengorbanan untuk
mendapatkan produk tersebut
4Frans Habrizons, SE., M.Si
• c. Fitness for use adalah kemampuan suatu
produk yang dihasilkan memenuhi fungsinya
• d. Support yaitu dukungan perusahaan
terhadap produk yang dihasilkan misalnya
garansi
• e. Psycological impressions yaitu faktor
psikologis yang dianggap menentukan
kualitas produk misalnya pelayanan,
lingkungan
5Frans Habrizons, SE., M.Si
2. Keterlibatan karyawan
• Beberapa hal yang harus dikerjakan :
• a.Perubahan budaya organisasi
• b.Pengembangan kemampuan karyawan
• c.Pemberian insentif
• d.Membentuk teamwork
6Frans Habrizons, SE., M.Si
Perbaikan yang terus
menerus
• 1. Plan : team memilih rencana yang
paling tepat
• 2. Do : team melaksanakan rencana
• 3. Check : mengadakan analisis dari
kegiatan yang telah dilaksanakan
• 4. Act : jika pelaksanaan kegiatan
berhasil dapat dijadikan prosedur
standar
7Frans Habrizons, SE., M.Si
Plan
Do
Check
Act
8Frans Habrizons, SE., M.Si
Biaya-biaya dalam
Manajemen Kualitas
• 1.Prevention cost adalah biaya-biaya
pencegahan sebelum kerusakan atau
kekeliruan itu terjadi
• 2. Biaya appraisal adalah biaya untuk
mengusahakan agar keadaan barang atau
bahan yang dikerjakan baik serta biaya
untuk mengetahui kalau terjadi kerusakan.
9Frans Habrizons, SE., M.Si
• 3. Internal failure cost adalah biaya
yang terjadi karena ada kesalahan-
kesalahan atau kerusakan dalam
proses produksi
• 4. External failure cost adalah biaya
yang dikeluarkan karena ada
kesalahan proses pembuatan produk
tetapi diketahui setelah produk
sampai di tangan konsumen.
10Frans Habrizons, SE., M.Si
STANDAR MANAJEMEN
KUALITAS ISO 9000
• ISO 9000 merupakan standar
manajemen mutu internasional.
• ISO = International Organization for
standardization
• ISO 9000 terdiri dari 5 macam
dokumen yaitu ISO 9000 sd 9004
• ISO 9000 merupakan petunjuk untuk
memilih dan menggunakan standar-
standar yang ada
11Frans Habrizons, SE., M.Si
• ISO 9001 digunakan untuk sertifikasi
usaha yang melakukan semua kegiatan
mulai design, produksi, instalasi dan
service
• ISO 9002 digunakan untuk
sertifikasi lembaga yang melakukan
kegiatan produksi dan instalasi
12Frans Habrizons, SE., M.Si
• ISO 9003 digunakan untuk
sertifikasi lembaga yang hanya
melakukan kegiatan produksi
• ISO 9004 merupakan petunjuk
penggunaan standar yang ada
13Frans Habrizons, SE., M.Si
Standar Manajemen
Lingkungan ISO 14000
• ISO 14000 merupakan standar
manajemen lingkungan, penggunaan
bahan dan penggunaan energi
• Dalam ISO 14000 ada 13 elemen yang
dinilai diantaranya peredaran udara,
pembuangan limbah, kebisingan,
radiasi, AMDAL
14Frans Habrizons, SE., M.Si
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
1
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
ACTIVITY-BASED COSTING
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya.
ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk
memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi
yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk
menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead
pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
a. Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap
produksi.
b. Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung
atau hanya dengan volume produksi.
c. Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya
overhead yang berbeda beda.
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang
paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk
membuat dan menjual produk digolonhkan dalam 4 kelompok, yaitu:
a. Facility sustaining activity cost --- biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya
asuransi, biaya gaji pegawai kunci
b. Product sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian
dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap
dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk
c. Bacth activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang
diproduksi. Misal biaya setup mesin.
d. Unit level activity cost ---- biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit
produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
2
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
Langkah-langkah ABC system
1. Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya yang
homogen. Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead yang variasinya
dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver). Untuk menentukan mana
kelompok biaya yang homogen, dapat melihat biaya yang mempunyai rasio
konsumsi sama untuk seluruh produk.
2. Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:
Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan
yang dikonsumsi
Soal Latihan:
PT ABC mempunyai dua depatermen, yaitu dep I dan II yang digunakan untuk
memproduksi produk A dan produk B. Data untuk menentukan biaya produk A dan B
adalah sebagai berikut:
Keterangan Produk A Produk B
Unit diproduksi 10.000 unit 40.000 unit
Biaya bahan baku Rp 10.000.000 Rp 40.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 12.000.000 Rp 48.000.000
Jam mesin 20.000 jm 80.000 jm
Kilowat 50.000 200.000
Jam inspeksi 5.200 7.800
Jam kerja langsung 10.000 jkl 40.000 jkl
Frekuensi produksi 1.000 kali 1.500 kali
Data per Depatermen
Keterangan Depatermen I Depatermen II
Jam kerja langsung:
Produk A
Produk B
2.000
36.000
8.000
4.000
Jam mesin:
Produk A
Produk B
5.000
20.000
15.000
60.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya inspeksi pabrik Rp 5.000.000 Rp 8.000.000
Biaya listrik Rp 5.000.000 Rp 15.000.000
Biaya pemeliharan mesin Rp 4.000.000 Rp 10.000.000
Biaya persiapan produksi Rp 8.500.000 Rp 15.000.000
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
3
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
Diminta:
Hitunglah harga pokok produksi produk A dan B dengan pendekatan tradisional (tarif
tunggal dan tarif depatermen) dan ABC sistem
MANAJEMEN KUALITAS, WAKTU DAN BIAYA
PERLUNYA PENINGKATAN MANAJEMEN KUALITAS:
KEMAJUAN IPTEK
DEREGULASI
MENINGKATKAN KEPUASAN
PERSAINGAN KONSUMEN
GLOBALISASI
MENINGKATNYA
TUNTUTAN
KONSUMEN
SEBAB DAMPAK PENANGGULANGAN
UKURAN KEPUASAN KONSUMEN:
KESESUAIAN KUALITAS
HARGA YANG KOMPETITIVE
KEPUASAN
KONSUMEN KETEPATAN WAKTU
PENYERAHAN
PELAYANAN SBLM & SSDH
PENYERAHAN
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
4
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
PERKEMBANGAN PERUBAHAN PEMICU PERSAINGAN DAN KUNCI
PENGUASAAN PASAR:
PEMICU PERSAINGAN
KARAKTERISTIK KEUNGGULAN INOVASI KETEPATAN
WKT
DI PASAR
PRODUK BIAYA KUALITAS FLEKSIBILITAS
PELAYANAN
KEUNGGULAN INOVASI KETEPATAN WKT DIFERENSIANSI
DI PASAR PASAR MELALUI
KEUNGGULAN
BIAYA KUALITAS FLEKSIBILITAS YANG UNIK
PELAYANAN
KUNCI PENGUASAAN PASAR
KERTERKAITAN MANAJEMEN KUALITAS DENGAN
PROFITABILITAS
KUALITAS
TERCERMIN DALAM TERWUJUD DALAM
PENURUNAN PENINGKATAN PENINGKATAN
PEMBOROSAN PRODUKTIVITAS MANFAAT PRODUK
BIAYA PENINGKATAN
LEBIH RENDAH PANGSA PASAR
PENURUNAN PENINGKATAN PENINGKATAN
UTILISASI ASSET MARGIN PENDAPATAN
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
5
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
PENINGKATAN PROFITABILITAS
KEPUASAN PENINGKATAN
KUALITAS KONSUMEN PROFITABILITAS
KONSEP MANAJEMEN YANG DIPERLUKAN:
FAKTOR YANG DIPERHATIKAN DALAM TQM:
 KEPEMIMPINAN
 INFORMASI DAN ANALISA
 PERENCANAAN MUTU STRATEGIS
 PENGEMBANGAN DAN MANAJEMEN SDM
 MANAJEMEN PROSES MUTU
 HASIL OPERASI DAN MUTU
 KEPUASAN PELANGGAN/KONSUMEN
OBJECTIVE DAN IMPLEMENTASI TQM:
 MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
 MENINGKATKAN KUALITAS
 MENGURANGI BIAYA
 PENGIRIMAN TEPAT WAKTU
 MENINGKATKAN KESELAMATAN KERJA
 MENINGKATKAN MORAL/KEPUASAN KARYAWAN
PROSES MANAJEMEN KUALITAS:
PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU
 PRODUK SEBAGAI PEMICU
(PRODUCT DRIVEN)
 PASAR SEBAGAI PEMICU (MARKET
DRIVEN)
 MANAJEMEN PRODUK
- KUALITAS DIJAMIN MELALUI
INSPEKSI
- KUALITAS DITINGKATKAN
MELALUI INSPEKSI YANG KETAT
DAN MENAMBAH BIAYA
- KUALITAS TANGGUNG JAWAB
DEPATERMEN QUALITY
 MANAJEMEN PROSES
- KUALITAS DITETAPKAN
MELALUI PENCEGAHAN
- HUBUNGAN PELANGGAN DAN
PEMASOK SCR TERINTEGRASI
- PENINGKATAN KUALITAS
MELALUI INFORMASI
PELANGGAN, PERBAIKAN PROSES
KERJA BERKELANJUTAN,
PENINGKATAN KEMAMPUAN
PELAKSANA
- KUALITAS TANGGUNG JAWAB
SEMUA PIHAK
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
6
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
PEMICU PERUBAHAN DARI PRODUCT DRIVEN MARKET DRIVEN:
 KEINGINAN KONSUMEN YANG SELALU MENINGKAT:
- Lebih Berkualitas
- Lebih Mudah
- Lebih Murah
- Lebih Berfungsi
 SUPPLAY LEBIH BESAR DARI DEMAND (KRN KEMAJUAN TEKNOLOGI)
 KONSUMEN MEMPUNYAI BANYAK PILIHAN (KRN SUBSTITUSI PRODUK DAN
DEREGULASI, GLOBALISASI)
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS
MEKANISME PELAKSANAAN TQM:
 HARUS SELALU BICARA DENGAN DATA
 PIMPINAN HARUS TURUN KE BAWAH
 ORIENTASI PROSES DISAMPING HASIL AKHIR
 ORIENTASI PADA KONSUMEN
 TRAINNING YANG KONTINUE
 PERBAIKAN YANG TERUS MENERUS
 CROSS FUNCTION DALAM MEMECAHKAN MASALAH
 COST REDUCTION MELALUI ELIMINASI BIAYA
HAL YANG DIPERHATIKAN PELAKSANAAN TQM
 KETERLIBATAN SEMUA PIHAK
 ORIENTASI MEMUASKAN KONSUMEN
 LEADERSHIP
 SISTEM SUPPORT DAN MANAGEMENT
 PEMECAHAN PERSOALAN
 CORPORATE VALUE
KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN TQM:
 KOMITMEN PIMPINAN PUNCAK DALAM MENJALANKAN MANAJEMEN
KUALITAS SEKALIGUS SEBAGAI “QUALITY LEADER”
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
7
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
 MELIBATKAN SEMUA JAJARAN DALAM MANAJEMEN KUALITAS DENGAN
MENETAPKAN “QUALITY OBJECTIVE” UNTUK SETIAP AKTIVITAS SEBAGAI
PENJABARAN DARI “COMPANY GOAL/OBJECTIVE”
 PENERAPAN SISTEM IMBALAN (REWARD) DAN SANGSI (PUNISHMENT)
 MENGINTEGRASIKAN KUALITAS KE DALAM SISTEM MANAJEMEN
PERUSAHAAN, DIMANA MANAJEMEN KUALITAS MERUPAKAN CARA
MENJALANKAN AKTIVITAS USAHA
ILUSTRASI PERBANDINGAN ANTARA TRADISIONAL DENGAN ABC
PT “Cinta Sejati” memproduksi 3 jenis produk. Penghitungan Harga Pokok Produk selama ini masih
menggunakan secara tradisional. Mulai tahun ini PT “Bangetmaju” selain melakukan penghitungan
secara tradisional juga melakukan penghitungan Harga Pokok Produk dengan menerapkan
penghitungan atas dasar aktifitas. Data yang berkaitan dengan penghitungan Harga Pokok Produk untuk
tahun ini disajikan dalam tabel berikut:
BTKL BBB BOP
Produk Unit JKL Setups Handles Part
X
Y
Z
20 unit
100 unit
100 unit
30 jam
150 jam
70 jam
Rp 300
Rp 1.500
Rp 700
Rp 600
Rp 3.000
Rp 3.000
2 kali
1 kali
3 kali
2 kali
1 kali
3 kali
1 kali
1 kali
2 kali
Total 250 jam 6 kali 6 kali 4 kali
Jml biaya Rp 2.500 Rp 6.600 Rp 6.200 Rp 3.300 Rp 3.000
BOP yang terjadi di PT “Cinta Sejati” dikaitkan dengan penyebab terjadinya biaya (cost drivers)
Overhead, yaitu: product line setups, number of handles dan number of part. Number of setups menujuk
pada jumlah berapa kali setiap jenis produk (product line) di set up (penyiapan atau menyusun persiapan
produksi). Jumlah penanganan (number of handles) menunjuk pada jumlah berapa kali produk
ditangani, yaitu perpindahan dari tempat kerja yang satu ke tempat yang lainya hingga menjadi produk
jadi. Jumlah bahan penolong (number of part) adalah jumlah bahan penolong yang dipakai dalam
pemrosesan tiap unit produk.
KUNCI SUKSES
MANAJEMEN
KUALITAS
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
8
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
ALOKASI BOP SECARA TRADISIONAL
Penentuan tarip BOP:
BOP
Tarip BOP = -------------------
JKL
Rp 6.200 + Rp 3.300 + Rp 3.000
Tarip BOP = -----------------------------------------------------
250 jam
Tarip BOP = Rp 50 per JKL
Pembebanan BOP ke produk:
Produk
( A )
Konsumsi
JKL
( B )
Tarip per
JKL
( C )
BOPdb
( D )
Jumlah Unit
( E )
Tarip Pembebanan
BOP per Unit
( F )
X
Y
Z
30 JKL
150 JKL
70 JKL
Rp 50
Rp 50
Rp 50
Rp 1.500
Rp 7.500
Rp 3.500
20 unit
100 unit
100 unit
Rp 75
Rp 75
Rp 35
Keterangan:
D = B x C BOPdb = BOP dibebankan
F = D (:) E
TABEL Penghitungan Harga Pokok per unit:
Produk JML BTKL BBB BIAYA PER UNIT TOTAL
( A )
Unit
( B ) ( C ) ( D )
BTKL
( E )
BBB
( F )
BOPdb
( G )
HP /unit
( H )
X
Y
Z
20 unit
100 unit
100 unit
Rp 300
Rp 1.500
Rp 700
Rp 600
Rp 3.000
Rp 3.000
Rp 15
Rp 15
Rp 7
Rp 30
Rp 30
Rp 30
Rp 75
Rp 75
Rp 35
Rp 120
Rp 120
Rp 72
Keterangan:
E = C : B F = D : BH = E+F+G
Dengan perhitungan secara tradisional, produk X dan Y harga pokok per unitnya sama yaitu sebesar
Rp 120 sedangkan produk Z hanya sebesar = Rp 72. Jumlah BOPdb diatas tidak dapat menunjukkan
hubungan sebab akibat antara jumlah BOPdb dengan penyebabnya. Hal tersebut dikarenakan
jumlah BOPdb ditentukan dengan cara pengalokasian BOP menurut JKL.
ACTIVITY-BASED COSTING
Dari kasus diatas, BOP dapat dibebankan berdasarkan aktifitas. Aktifitas merupakan penyebab
timbulnya biaya. Oleh karena itu biaya harus dibebankan menurut aktifitas yang dikonsumsi. Tarip
untuk tiap satu kali aktifitas dapat ditentukan dengan total biaya aktifitas dibagi dengan aktifitas yang
dipakai tiap produk. Perhitungan tersebut ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut:
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
9
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
AKTIFITAS
( A )
TOTAL BIAYA
AKTIFITAS
( B )
AKTIFITAS
DIKONSUMSI
( C )
TARIP PER
AKTIFITAS
(D)=B:C
Setup
Handling
Part numbers
Rp 6.200
Rp 3.300
Rp 3.000
6 kali
6 kali
4 kali
Rp 1.033,33
Rp 550,00
Rp 750,00
Kemudian penghitungan pembebanan BOP berdasarkan aktifitas yang dikonsumsi oleh produk
dilakukan dengan mengalikan jumlah aktifitas yang dikonsumsi dengan tarip per aktifitas.
Perhitungan tersebut diringkas dalam tabel sebagai berikut:
AKTIFITAS TARIP Produk X Produk Y Produk Z
(A) (B) (C) (D)=BxC (E) (F)=BxE (G) (H)=BxG
Setup
Handling
Part
Rp 1.033,33
Rp 550,00
Rp 750,00
2
2
1
Rp 2.066,67
Rp 1.100,00
Rp 750,00
1
1
1
Rp 1.033,33
Rp 550,00
Rp 750,00
3
3
2
Rp 3.099,99
Rp 1.650,00
Rp 1.500,00
TOTAL 5 Rp 3.916,67 3 Rp 2.333,33 8 Rp 6.249,99
Hasil penghitungan Harga Pokok per unit:
PRODUK
(A)
JML UNIT
(B)
BTKL
(C)
BBB
(D)
BOP
(E)
TOTAL HP
(F)=C+D+E
HP PER UNIT
(G)=F/B
X
Y
Z
20 unit
100 unit
100 unit
Rp 300
Rp 1.500
Rp 700
Rp 600
Rp 3.000
Rp 3.000
Rp 3.916,67
Rp 2.333,33
Rp 6.249,99
Rp 4.816,67
Rp 6.833,33
Rp 9.949,99
Rp 240,83
Rp 68,33
Rp 99,50
Dari tabel diatas nampak bahwa Harga Pokok Produk per unit untuk produk X jumlahnya = Rp 240,83
jumlah ini merupakan jumlah yang terbesar bila dibandingkan dengan produk lainnya. Sementara
yang harga pokok per unitnya terendah adalah produk Y (yaitu sebesar = Rp 68,33).
Keuntungan Penggunaan ABC
Penerapan sistim ABC memberikan beberapa keuntungan antara lain, berkaitan dengan pengambilan
keputusan, pengendalian aktifitas, dan berkaitan dengan penentuan relevant cost.
1. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
Penerapan sistim ABC akan meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan, karena penentuan
harga pokok produk yang lebih informatif. Keputusan yang tidak tepat sering terjadi karena
informasi berdasarkan unit yang disajikan mengalami distrosi. Sistim ABC mencegah timbulnya
distorsi dalam penentuan harga pokok produk. Penentuan harga pokok produk secara akurat
sangat diperlukan terutama bagi perusahaan yang dalam kondisi persaingan ketat. Contoh, bila
salah dalam penentuan harga jual, maka perusahaan tidak dapat bersaing dengan perusahaan
lain.
2. Aktifitas perbaikan secara terus menerus untuk mengurangi BOP.
Umumnya perusahaan saat ini menginginkan adanya penurunan BOP. Penurunan BOP tersebut
dilakukan dengan cara menerapkan perbaikan secara terus menerus (continous improvement).
Apabila perusahaan menerapkan ABC, manajer akan memahami bahwa aktifitas akan memacu
timbulnya biaya. oleh karena itu aktifitas-aktifitas yang tidak ada nilai tambahnya (nonvalue
added) harus dihilangkan. Dengan demikian akan memaksa manajemen untuk menyederhanakan
operasi. Misalnya dengan mengurangi aktifitas penanganan persediaan, akan mengurangi biaya
total. Hal ini merupakan kebalikan dari akuntansi biaya tradisional dimana untuk mengurangi
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
10
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
biaya per unit perusahaan harus memproduksi unit yang lebih banyak tanpa memperhatikan
konsekuensi manajemen persediaan.
3. Memudahkan menentukan relevant cost.
Data harga pokok produk, umumnya akan dianalisa secara mendalam untuk mendapatkan
informasi yang relevan terhadap keputusan tertentu. Penyesuaian sering dilakukan terhadap data
yang ada. Bila data dihasilkan dari sistim yang kurang bagus, maka data yang ada perlu
disesuaikan dengan cara yang lebih sulit bila dibandingkan dengan data yang dihasilkan dari sistim
yang lebih bagus. Penerapan ABC akan memberikan kemudahan dalam memperoleh relevant
cost untuk keputusan yang lebih luas. Misalkan, jika suatu keputusan yang diajukan akan
menurunkan atau justru meningkatkan aktifitas yang ber-level batch, maka pembuat keputusan
dapat memperkirakan penurunan atau peningkatan biaya yang akan terjadi. Hal yang sama
sangat sulit dilakukan bila perusahaan menerapkan sistim yang berbasis volume.
SOAL – SOAL LATIHAN
1. PT “Lelaki Perkasa” memproduksi suatu produk yang dilayani melalui suatu pesanan. Sistem
penghitungan harga pokok pesanan yang dipakai selama ini mengkategorikan biaya ke dalam dua
jenis biaya langsung (biaya bahan dan BTKL) dan satu biaya tak langsung (yaitu BOP, dialokasikan
dengan menggunakan Jam Kerja Langsung). Tarip alokasi BOP pada sistem sebelumnya adalah
sebesar Rp 115.000,- per JKL. Pada saat ini sebuah tim sedang menerapkan sistem penghitungan
HPP dengan ABC. Dalam sistem yang baru tersebut, dua jenis biaya langsung tetap dipertahankan,
sedang tarip BOP tunggal diganti dengan 5 pusat pengumpulan biaya (cost pool). Kelima cost pool
menyajikan lima aktifitas.
Aktivitas Cost Driver Tarip
Penanganan bahan jumlah unit bahan Rp 400
Pembubutan jumlah perputaran Rp 200
Penggilingan jumlah jam mesin Rp 20.000
Grenda jumlah unit bahan Rp 800
Pengujian jumlah unit di test Rp 15.000
Saat ini ada 2 pesanan yang diproses dengan menggunakan sistem yang baru. Pesanan tersebut
memiliki karakteristik sebagai berikut:
Pesanan AA Pesanan AB
Biaya Bahan Baku Rp 9.700.000 Rp 59.900.000
BTKL Rp 750.000 Rp 11.250.000
Jumlah JKL 25 375
Jumlah bahan penolong 500 2.000
Jumlah perputaran 20.000 60.000
Jumlah jam mesin 150 1.042,5
Jumlah unit di uji (seluruh-
nya telah diuji) 10 200
Diminta:
1. Hitunglah Harga Pokok Produk per unit dengan sistem yang lama.
2. Hitunglah Harga Pokok Produk per unit dengan sistem yang baru.
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
11
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
2. Anggaran BOP untuk tahun 2016 di PT Empat Putri sebagai berikut:
Teknik.............................................. Rp 64.000.000
Inspeksi pengendalian kualitas ....... Rp 280.000.000
Setups mesin................................... Rp 66.000.000
Total anggaran ................................ Rp 410.000.000
BOP yang telah diterapkan berdasarkan pada jam kerja langsung. Anggaran untuk tahun 2016 adalah
sebesar 16.400 jam kerja langsung. PT UNIRAYA kawatir apakah dengan penerapan ABC akan
memperbaiki sistim penentuan HPP atau tidak. Anggaran pemacu biaya BOP berdasarkan ABC untuk
tahun 2016 sebagai berikut:
Teknik........................................................... 1.600 pergantian teknik
Inspeksi pengendalian kualitas.................... 20.000 jumlah inspeksi
Jam setups mesin........................................... 6.000 jam setup
PT Empat Putri pada tahun 2016 memproduksi 5.000 unit computer. Data yang berkaitan dengan
produksi tersebut adalah sebagai berikut:
Jumlah Jam mesin......................................1.000 jam
Jumlah Jam kerja langsung ........................3.000 jam
Jumlah perubahan teknik ............................. 200 kali
Jumlah inspeksi pengendalian kualitas........... 40 kali
Jumlah Jam setup mesin.................................30 jam
DIMINTA:
a). Hitung berapa BOP per computer dengan menggunakan alokasi berdasar volume yang
menerapkan BOP berdasarkan jam kerja langsung.
b). Hitung berapa BOP per computer jika menggunakan ABC.
c). Jika bahan baku (BB) dan biaya tenaga kerja langsung (BTKL) per unit sebesar Rp 400.000, dan PT
UNIRAYA menghendaki laba kotor 40% dari biaya produksi, berapakah harga jual computer
dengan penghitungan harga pokok tradisional maupun ABC.
3. PT Cinta Debby akhir-akhir ini memperkenalkan produk barunya, yang disebutnya sebagai special,
untuk melengkapi produk reguler. Biaya overhead dikumpulkan dalam satu cost pool dan
dialokasikannya dengan mendasarkan pada jam mesin.
Dengan penerapan computer yang baru PT Cinta Debby memutuskan untuk memulai menerapkan
sistim ABC. Menurut pengamatan tim, BOP yang terjadi banyak berkaitan dengan setup mesin dan
pergantian teknik.
Tim kemudian menetapkan jumlah setup mesin dan jumlah pergantian teknik sebagai pemacu
aktifitas untuk dua tempat pengumpulan biaya yang baru. Sedangkan BOP yang belum dialokasikan
dengan dua pemacu tersebut, dialokasikan dengan jam mesin. Berikut ini data yang berkaitan di PT
Cinta Debby
Reguler Spesial Total
Unit produksi 1.344.600 5.400 1.350.000
Biaya Bahan Baku per unit Rp 540.000 Rp 3.240.000
BTKL Rp 59.400.000 Rp 8.100.000 Rp 67.500.000
Jam mesin 297.000 jam 25.920 jam 322.920 jam
Setup mesin 540 kali 1.080 kali 1.620 kali
Pergantian teknik 10.800 kali 16.200 kali 27.000 kali
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
12
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
BOP:
Berkaitan dengan setup mesin ...............................................Rp 6.480.000
Berkaitan dengan teknik .........................................................Rp 22.582.800
Lainnya...................................................................................Rp 51.667.200+
TOTAL BOP .............................................................................Rp 80.730.000
DIMINTA:
a). Dengan menggunakan sistim yang lama hitunglah HPP untuk tiap jenis produk.
b). Hitung HPP untuk setiap jenis produk tersebut dengan ABC.
4. PT Sayang Selalu memproduksi dan menjual radio ukuran kecil dan ukuran besar.
Data yang terkumpul selama tahun 2016 sbb:
Jenis produk Jam mesin Unit produksi Biaya Bahan BTKL
Meja belajar 8.000 jam 1.300 unit Rp 22.500.000 Rp 2.670.000
Meja makan 12.000 jam 400 unit Rp 14.900.000 Rp 1.450.000
20.000 jam 1.700 unit Rp 37.400.000 Rp 4.120.000
Akuntan PT Sayang Selalu telah mengidentifikasi semua kegiatan dan mengumpulkan data biaya yang
terjadi, sbb:
Aktivitas Pemacu biaya Total Biaya Volume
1. Penanganan bahan Jumlah bahan dalam Rp 2.000.000 100.000 m3
setiap unit produk.
2. Penyetelan mesin Jumlah setup Rp 8.000.000 40 kali setup
3. Inspeksi Jumlah jam inspeksi Rp 4.000.000 4.000 jam
4. Pengoperasian mesin Jam mesin Rp 6.000.000 20.000 jam
Selama tahun 2016 PT Sayang Selalu memproduksi 2 jenis produk dengan data sbb:
Aktivitas Meja Belajar Meja Makan Total
1. Penanganan bahan 40.000 M3
60.000 M3
100.000 M3
2. Penyetelan mesin 15 kali setup 25 kali setup 40 kali setup
3. Inspeksi 1.000 jam 3.000 jam 4.000 jam
4. Pengoperasian mesin 8.000 Jam 12.000 jam 20.000 jam
DIMINTA: Hitunglah berapa Harga pokok untuk kedua jenis produk tersebut.
FRANS HABRIZONS, SE., M.Si
13
Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)
JAWABAN:
1. PT Sayang Selalu
Sistim Lama
Pesanan AA Pesanan AB
10 Unit 200 Unit
Biaya Bahan Baku Rp 9.700.000 Rp 59.900.000
BTKL Rp 750.000 Rp 11.250.000
BOP: Rp 115.000 x 25 Rp 2.875.000
Rp 115.000 x 375 Rp 43.125.000
Total HPP Rp 13.325.000 Rp 114.275.000
HPP per unit Rp 1.332.500 Rp 571.375
SISTIM ABC
Biaya langsung:
BBB Rp 9.700.000 Rp 59.900.000
BTKL Rp 750.000 Rp 11.250.000
Jumlah biaya langsung Rp 10.450.000 Rp 71.150.000
Biaya tak langsung (BOP):
Penanganan bahan Rp 400 x 500............................Rp 200.000
Rp 400 x 2.000............................................... ........ Rp 800.000
Pembubutan Rp 200 x 20.000...................... Rp 4.000.000
Rp 200 x 60.000............................................. ........Rp 12.000.000
Penggilingan Rp 20.000 x 150...................... Rp 3.000.000
Rp 20.000 x 1.042,5....................................... ........Rp 20.850.000
Gerenda: Rp 800 x 500............................Rp 400.000
Rp 800 x 2.000............................................... ........Rp 1.600.000
Pengujian: Rp 15.000 x 10 ........................Rp 150.000
Rp 15.000 x 200.................... ........................ ........Rp 3.000.000
Jumlah biaya tak langsung ..... Rp 7.750.000........Rp 38.250.000
Total HPP ................ ................................................Rp 18.200.000 Rp 109.400.000
HPP per Unit ........... ................................................ Rp 1.820.000 Rp 547.000

More Related Content

What's hot

Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Eka Wahyuliana
 
Latihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemenLatihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemen
mochammad rasyiid
 
makalah penganggaran di akuntansi manajemen
makalah penganggaran di akuntansi manajemenmakalah penganggaran di akuntansi manajemen
makalah penganggaran di akuntansi manajemen
Fitri Bersahabat
 
47.1 menghitung erc earning response coefficient (erc)
47.1 menghitung erc earning response coefficient (erc)47.1 menghitung erc earning response coefficient (erc)
47.1 menghitung erc earning response coefficient (erc)
AminullahAssagaf3
 

What's hot (20)

Perilaku Organisasi Bab 11 Komunikasi
Perilaku Organisasi Bab 11 KomunikasiPerilaku Organisasi Bab 11 Komunikasi
Perilaku Organisasi Bab 11 Komunikasi
 
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
 
Globalisasi dan Manajemen
Globalisasi dan ManajemenGlobalisasi dan Manajemen
Globalisasi dan Manajemen
 
Latihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemenLatihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemen
 
makalah penganggaran di akuntansi manajemen
makalah penganggaran di akuntansi manajemenmakalah penganggaran di akuntansi manajemen
makalah penganggaran di akuntansi manajemen
 
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIKPertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
 
Suku Bunga, Penilaian Obligasi, dan Penilaian Saham
Suku Bunga, Penilaian Obligasi, dan Penilaian SahamSuku Bunga, Penilaian Obligasi, dan Penilaian Saham
Suku Bunga, Penilaian Obligasi, dan Penilaian Saham
 
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
 
Modul kuliah manajemen strategi
Modul kuliah manajemen strategiModul kuliah manajemen strategi
Modul kuliah manajemen strategi
 
Pengambilan Keputusan dalam Manajemen - PENGANTAR MANAJEMEN
 Pengambilan Keputusan dalam Manajemen - PENGANTAR MANAJEMEN Pengambilan Keputusan dalam Manajemen - PENGANTAR MANAJEMEN
Pengambilan Keputusan dalam Manajemen - PENGANTAR MANAJEMEN
 
1.manajemen operasional
1.manajemen operasional1.manajemen operasional
1.manajemen operasional
 
Perubahan organisasi dan manajemen stress
Perubahan organisasi dan manajemen stressPerubahan organisasi dan manajemen stress
Perubahan organisasi dan manajemen stress
 
6. pembuatan keputusan
6. pembuatan keputusan6. pembuatan keputusan
6. pembuatan keputusan
 
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva PhillipsInflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
 
Analisis rasio
Analisis rasioAnalisis rasio
Analisis rasio
 
47.1 menghitung erc earning response coefficient (erc)
47.1 menghitung erc earning response coefficient (erc)47.1 menghitung erc earning response coefficient (erc)
47.1 menghitung erc earning response coefficient (erc)
 
Nilai Waktu dari Uang
Nilai Waktu dari UangNilai Waktu dari Uang
Nilai Waktu dari Uang
 
Kelompok 1 strategi operasi jasa
Kelompok 1 strategi operasi jasaKelompok 1 strategi operasi jasa
Kelompok 1 strategi operasi jasa
 
Strategi generik porter
Strategi generik porterStrategi generik porter
Strategi generik porter
 
Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5
 

Similar to Materi Manajemen Biaya Frans Habrizons

Value chain analisis
Value chain analisisValue chain analisis
Value chain analisis
Hasto W Seto
 
Dosen : Rismayani S.Kom, M.T( Infomasi Dan Proses Bisnis Klp 3 kls D(SI)) Part.2
Dosen : Rismayani S.Kom, M.T( Infomasi Dan Proses Bisnis Klp 3 kls D(SI)) Part.2Dosen : Rismayani S.Kom, M.T( Infomasi Dan Proses Bisnis Klp 3 kls D(SI)) Part.2
Dosen : Rismayani S.Kom, M.T( Infomasi Dan Proses Bisnis Klp 3 kls D(SI)) Part.2
irhamblabla
 
PENGARUH HARGA PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KM....
PENGARUH HARGA PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KM....PENGARUH HARGA PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KM....
PENGARUH HARGA PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KM....
Salman Paludi
 
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
Zakik Bsm
 
Aminullah assagaf k1 3-manj oprs dan prod_2020
Aminullah assagaf k1 3-manj oprs dan prod_2020Aminullah assagaf k1 3-manj oprs dan prod_2020
Aminullah assagaf k1 3-manj oprs dan prod_2020
Aminullah Assagaf
 
Presentasi Kelompok Strategi Transportasi (Prof. Dr. Syamsir Abduh)
Presentasi Kelompok Strategi Transportasi (Prof. Dr. Syamsir Abduh)Presentasi Kelompok Strategi Transportasi (Prof. Dr. Syamsir Abduh)
Presentasi Kelompok Strategi Transportasi (Prof. Dr. Syamsir Abduh)
Guruh Pradipto Purboyo
 
akuntansi manajemen
akuntansi manajemenakuntansi manajemen
akuntansi manajemen
Yola_Fitri
 

Similar to Materi Manajemen Biaya Frans Habrizons (20)

Pertemuan i pendahuluan
Pertemuan i pendahuluanPertemuan i pendahuluan
Pertemuan i pendahuluan
 
Manajemen logistik
Manajemen logistikManajemen logistik
Manajemen logistik
 
Management Pengadaan_Materi Pelatihan "PROCUREMENT and PURCHASING MANAGEMENT"
Management Pengadaan_Materi Pelatihan "PROCUREMENT and PURCHASING MANAGEMENT"Management Pengadaan_Materi Pelatihan "PROCUREMENT and PURCHASING MANAGEMENT"
Management Pengadaan_Materi Pelatihan "PROCUREMENT and PURCHASING MANAGEMENT"
 
Smm iso
Smm isoSmm iso
Smm iso
 
Intro to Strategic Cost Management SCM
Intro to Strategic Cost Management SCMIntro to Strategic Cost Management SCM
Intro to Strategic Cost Management SCM
 
Value chain analisis
Value chain analisisValue chain analisis
Value chain analisis
 
Dosen : Rismayani S.Kom, M.T( Infomasi Dan Proses Bisnis Klp 3 kls D(SI)) Part.2
Dosen : Rismayani S.Kom, M.T( Infomasi Dan Proses Bisnis Klp 3 kls D(SI)) Part.2Dosen : Rismayani S.Kom, M.T( Infomasi Dan Proses Bisnis Klp 3 kls D(SI)) Part.2
Dosen : Rismayani S.Kom, M.T( Infomasi Dan Proses Bisnis Klp 3 kls D(SI)) Part.2
 
PENGARUH HARGA PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KM....
PENGARUH HARGA PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KM....PENGARUH HARGA PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KM....
PENGARUH HARGA PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KM....
 
Pemasaran dan nilai pelanggan
Pemasaran dan nilai pelangganPemasaran dan nilai pelanggan
Pemasaran dan nilai pelanggan
 
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
 
Aminullah assagaf k1 3-manj oprs dan prod_2020
Aminullah assagaf k1 3-manj oprs dan prod_2020Aminullah assagaf k1 3-manj oprs dan prod_2020
Aminullah assagaf k1 3-manj oprs dan prod_2020
 
MARKETING STRATEGIC
MARKETING STRATEGICMARKETING STRATEGIC
MARKETING STRATEGIC
 
Costumer Value & logistik
Costumer Value & logistikCostumer Value & logistik
Costumer Value & logistik
 
Sap akuntansi manajemen pasca
Sap akuntansi manajemen pascaSap akuntansi manajemen pasca
Sap akuntansi manajemen pasca
 
Pertemuan v value for money, jenis anggaran
Pertemuan v value for money, jenis anggaranPertemuan v value for money, jenis anggaran
Pertemuan v value for money, jenis anggaran
 
MANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARAN MANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARAN
 
bab 1_konsep dasar akuntansi manajemen.pdf
bab 1_konsep dasar akuntansi manajemen.pdfbab 1_konsep dasar akuntansi manajemen.pdf
bab 1_konsep dasar akuntansi manajemen.pdf
 
Supply Chain Management (SCM) and E-commerce
Supply Chain Management (SCM) and E-commerceSupply Chain Management (SCM) and E-commerce
Supply Chain Management (SCM) and E-commerce
 
Presentasi Kelompok Strategi Transportasi (Prof. Dr. Syamsir Abduh)
Presentasi Kelompok Strategi Transportasi (Prof. Dr. Syamsir Abduh)Presentasi Kelompok Strategi Transportasi (Prof. Dr. Syamsir Abduh)
Presentasi Kelompok Strategi Transportasi (Prof. Dr. Syamsir Abduh)
 
akuntansi manajemen
akuntansi manajemenakuntansi manajemen
akuntansi manajemen
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
MetalinaSimanjuntak1
 

Recently uploaded (20)

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

Materi Manajemen Biaya Frans Habrizons

  • 1. Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang Bahan Materi 1 : Introduction to Cost Accounting and Cost Management MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 2. MANAJEMEN BIAYA 1. MANAJEMEN BIAYA 1.1 PERANAN MANAJEMEN BIAYA BAGI ORGANISASI 1.2 PENTINGNYA MANAJEMEN BIAYA DALAM SETIAP FUNGSI MANAJEMEN 1.3 PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS TERHADAP PRAKTEK MANAJEMEN BIAYA 1.4 TEKNIK MANAJEMEN KONTEMPORER 2. ANALISIS MANAJEMEN BIAYA 2.1 STRATEGI COST LEADERSHIP 2.2 ANALISIS VALUE CHAIN 2.3 TAHAPAN ANALISIS VALUE CHAIN 2.4 VALUE-ADDED ACTIVITIES & NON-VALUE ADDED ACTIVITIES Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 3. MANAJEMEN BIAYA 3. KONSEP BIAYA DAN COST DRIVER 3.1 KONSEP COST DRIVER 3.2 JENIS JENIS COST-DRIVER 3.3 COST POOL & COST OBJECT 3.4 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK 4. ACTIVITY BASED COSTING (ABC-SYSTEM) 4.1 KONSEP ACTIVITY BASED COSTING (ABC- SYSTEM) 4.2 TAHAPAN PERANCANGAN ABC-SYSTEM 4.2 IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING 4.4 MANFAAT & KETERBATASAN ABC-SYSTEM Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 4. MANAJEMEN BIAYA 5. ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) 5.1 KONSEP ACTIVITY BASED MANAGEMENT 5.2 IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED MANAGEMENT 5.3 ACTIVITY BASED MANAGEMENT & STARATEGIC COST MANAGEMENT 5.4 ISU ISU MANAJEMEN BIAYA & IMPLEMENTASINYA 6. REKAYASA VALUE 6.1 TARGET COSTING 6.2 THEORY OF CONSTRAINTS 6.3 LIFE CYCLE COSTING 6.4 SALES LIFE CYCLE Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 5. MANAJEMEN BIAYA 7. BIAYA KUALITAS 7.1 BIAYA PENCEGAHAN 7.2 BIAYA PENILAIAN 7.3 BIAYA KEGAGALAN INTERNAL 7.4 BIAYA KEGAGALAN EKSTERNAL 7.5 PALAPORAN BIAYA KUALITAS 8. BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN 8.1 KEPUTUSAN JUAL ATAU PEMPROSESAN LEBIH LANJUT 8.2 KEPUTUSAN MEMBUAT ATAU MEMBELI PRODUK 8.3 KEPUTUSAN MENUTUP ATAU MENERUSKAN PRODUK 8.4 KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
  • 6. MANAJEMEN BIAYA 9. PERENCANAAN LABA (COST-PROFIT-VOLUME ANALYSIS) 9.1 KONSEP COST-PROFIT-VOLUME ANALYSIS 9.2 PENENTUAN BREAK EVEN-POINT 9.3 IMPLEMENTASI BREAK EVEN-POINT DALAM MANUFAKTUR MAJU 9.4 ANALISIS SENSITIVITAS 10. PENENTUAN HARGA TRANSFER 10.1 TUJUAN HARGA TRANSFER 10.2 KONSEP HARGA TRANSFER 10.3 PENENTUAN HARGA TRANSFER ATAS DASAR BIAYA 10.4 PENENTUAN HARGA TRANSFER ATAS DASAR HARGA Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 7. MANAJEMEN BIAYA 11. ISU ISU PENENTUAN HARGA TRANSFER 11.1 DIVISI PENJUAL DIPERLAKUKAN SEBAGAI PUSAT BIAYA 11.2 BEBAN TETAP BULANAN 11.3 TRANSFER HARGA DENGAN PEMBAGIAN LABA 11.4 PENGELOLAAN HARGA TRANSFER 12. PERANAN INFORMASI BIAYA UNTUK PENENTUAN HARGA JUAL 12.1 KOMPONEN BIAYA PENENTU LABA 12.2 COST-PLUS PRICING 12.3 PENDEKATAN FULL COSTING 12.4 PENDEKATAN VARIABLE COSTING Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
  • 8. BUKU REFERENSI: BLOCHER J., EDWARD, CHEN KUNG H., AND LIN, THOMAS W. 1999. MANAJEMEN BIAYA (ALIH BAHASA SUSTY AMBARRIANI). BUKU SATU. JAKARTA: PENERBIT SALEMBA BLOCHER J., EDWARD, CHEN KUNG H., COKINS, GARY AND LIN THO MAS W. 2005. MANAJEMEN BIAYA (ALIH BAHASA TEAM SALEMBA) BUKU DUA. JAKARTA: PENERBIT SALEMBA EMPAT HILTON, RONALD W., MAHER, MICHAEL W., AND SELTO, FRANK H. 2003. COST MANAJEMENT: STRATEGIES FOR BUSINESS DECESION. SECOND EDITION. NEW YORK: MAC-GRAW-HILL KAPLAN, ROBERT S., AND COOPER, ROBIN. 1997. COST AND EFFECT: USING INTEGRATED COST SYSTEMS TO DRIVE PROFITABILITY AND PERFORMANCE. BOSTON: HARVARD BUSINESS SCHOOL PRESS MULYADI. 2001. AKUNTANSI MANAJEMEN: KONSEP, MANFAAT DAN REKAYASA. EDISI. KETIGA. JAKARTA: PENERBIT SALEMBA EMPAT
  • 9. AKUNTANSI BIAYA (COSTING) AKUNTANSI MANAJEMEN (DECESION) PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS (TREN TEKNOLOGI) MANAJEMEN STRATEGIK (KEUNGGULAN) MANAJEMEN BIAYA CREATE TO VALUE REDUCE COST COMPETITIVE ADVANTAGE CUSTOMER SATISFACTION HUBUNGAN AKUNTANSI DENGAN MANAJEMEN BIAYA SUMBER: MODIFIKASI
  • 10. MANAJEMEN BIAYA DAN MANAJEMEN STRATEGIK 1. PERANAN MANAJEMEN BIAYA DALAM ORGANISASI MENYEDIAKAN INFORMASI BIAYA YANG DIPERLUKAN UNTUK ME NGELOLA ORGANISASI SECARA EFEKTIF, MEMBERIKAN HASIL PENGU KURAN DAN PENYAJIAN LAPORAN BIAYA PRODUKSI DAN JASA YANG LEBIH BAIK. MANAJEMEN BIAYA MEMILIKI MISI: □ FILOSOFI □ PENCAPAIAN HASIL □ TEKNIK KETERBATASAN INFORMASI KEUANGAN: □ BERFOKUS KEPENTINGAN JANGKA PANDEK □ MENGABAIKAN FAKTOR JANGKA PANJANG DLM MEMBANGUN KEUNGGULAN □ MENGABAIKAN UKURAN NON-KEUANGAN MENCAPAI VALUE YANG LEBIH BAIK DGN BIAYA YANG RENDAH MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 11. INTRUKSI PROSEDUR OUTPUTINPUT PENYIMPANAN DATA TRANSFORMASI DOKUMEN: FAKTUR PENJUALAN FAKTUR PEMBELIAN DAFTAR GAJI PERMINTAAN BAHAN RETUR BAHAN BAKU PROSES: PENCATATAN POSTING B. BESAR SALDO B. BESAR PENYESUAIAN NERACA SALDO LAP. KEUANGAN: NERACA LABA-RUGI LABA DITAHAN ARUS KAS CATATAN ATAS LAP
  • 12. 2. MANAJEMEN BIAYA & FUNGSI MANAJEMEN FUNGSI UTAMA MANAJEMEN: □ MANAJEMEN STRATEGIK □ PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN □ PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN OPERASIONAL □ PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN 3. TREN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK ADANYA TEKANAN DARI: □ KOMPETISI GLOBAL □ INOVASI DIBIDANG TEKNOLOGI □ PERUBAHAN PROSES BISNIS □ MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF: ● QUALITY ● FLEXIBILITY ● COST LEADERSHIP ● DELIVERY 1. PERLUNYA BUDAYA KREATIF 2. INOVASI BERKELANJUTAN 3. KEUNGGULAN KOMPETITIF BERKALANJUTAN
  • 14. 4. PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS a. MENINGKATNYA KOMPETISI GLOBAL □ TUNTUTAN KUALITAS PRODUK □ KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS (AFTA, WTO, NAFTA, EU) □ PERTUMBUHAN PASAR INTERNASIONAL KOMPETISI GLOBAL DAN TEKNOLOGI INFORMASI GLOBAL VILLAGE ENTERPRICE EXCELLENCE FLIKSIVILITY TEKNOLOGI PRODUK BERMUTU COST EFFECTIVE WORLD-CLASS COMPANY GLOBAL COMPETETION SUMBER: MULYADI (2003: 31)
  • 15. b. TREN TEKNOLOGI INFORMASI & MANUFAKTUR □ KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI □ IMPLEMENTASI JUST TIME (JIT) □ COMPUTER INTEGRATED MANUFACTURING (CIM) ● COMPUTER AIDED DESIGN (CAD) ● COMPUTER AIDED ENGINEERING (CAE) ● COMPUTER AIDED MANUFACTURING (CAM) ● FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM (FMS) c. PERUBAHAN ORGANISASI MANAJEMEN □ MENGUBAH BENTUK HIRARKI MENJADI FLEKSIBEL □ MENDORONG KERJA TEAM & KOORDINASI FUNGSI d. PERUBAHAN SOSIAL POLITIK & BUDAYA □ PERUBAHAN NILAI NILAI INDIVIDU (LIFE STYLE) □ PERUBAHAN NORMA SOSIAL □ TRANSFORMASI BUDAYA 5. TEKNIK MANAJEMEN KONTEMPORER a. BENCHMARKING □ IDENTIFIKASI FAKTOR KEBERHASILAN KRITIS
  • 16. □ MENGKAJI PRAKTEK TERBAIK DARI PERUSAHAAN LAIN □ MENERAPKAN HASIL PERBAIKAN □ MENCAPAI KINERJA YANG LEBIH BAIK b. TOTAL QUALITY MANAGEMENT □ MENGEMBANGKAN KEBIJAKAN TERPADU □ MENINGKATKAN FUNGSI PRODUK (FUCTIONALITY) □ MENINGKATKAN KEHANDALAN (REABILITY) □ MENINGKATKAN KETAHANAN (DURABILITY) □ KEMUDAHAN DALAM PERBAIKAN (SERVICEABILITY) c. CONTINUES IMPROVEMENT (KAIZEN) □ MEMPERBAIKI INPUT □ MEMPERBAIKI PROSES □ MEMPERBAIKI STRATEGI □ MENGEMBANGKAN MODEL d. ACTIVITY BASED COSTING/MANAGEMENT □ ANALISIS AKTIVITAS THD OPERASI PERUSAHAAN □ MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS BIAYA (OBYEK BIAYA) □ ANALISIS PELANGGAN, LINE PRODUK DAN PROFIT □ MENINGKATKAN PENGENDALIAN LEWAT ANALISIS AKTIVITAS
  • 17. e. REENGINEERING □ MENATA ULANG DAN PERENCANAAN KEMBALI SUATU PROSES □ UPAYA MENURUNKAN BIAYA □ MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF STRATEGIK f. THE THEORY OF CONSTRAINT □ MENINGKATKAN FAKTOR KEBERHASILAN KRITIS □ MEMPERBAIKI THROUGHPUT (PROSES CEPAT) □ MENGEMBANGKAN PRODUK, PENGIRIMAN, PROSES PRODUKSI g. MASS CUSTOMIZATION □ MENINGKATKAN VARIASI (PRODUK & BISNIS) □ MEDESAIN PROSES PRODUKSI BERSKALA BESAR □ VARIASI & KOMPLEKSITAS PROSES MENINGKATKAN BIAYA TETAPI LAYANAN MENURUN □ MENINGKATKAN KEPUASAN PELANGGAN h. TARGET COSTING □ MENENTUKAN BIAYA YANG DIHARAPKAN UNTUK PRODUK DAN HARGA YANG KOMPETITIF, MERAIH LABA YANG DIINGINKAN □ PERUSAHAAN LEBIH KOMPETITIF □ ANALISIS TARGET BIAYA UNTUK KEPENTINGAN STRATEGIK
  • 18. i. LIFE CYCLE COSTING □ IDENTIFIKASI DAN MONITORING PROSES PRODUKSI (PLC) □ TAHAPAN DAUR HIDUP ● RISET DAN PENGEMBANGAN ● RANCANGAN PRODUK ● PROSES PRODUKSI ● PEMASARAN DAN LAYANAN j. THE BALANCE SCORECARD □ MENGGUNAKAN INFORMASI STRATEGIK ● INFORMASI KEUANGAN ● INFORMASI NON-KEUANGAN □ MELAPORKAN KINERJA PERUSAHAAN: ● KINERJA KEUANGAN (PROFITABILITY, MARKET VALUE) ● KEPUASAN PELANGGAN (KUALITAS, LAYANAN, BIAYA) ● PROSES BISNIS INTERNAL (EFISIENSI & EFEKTIVITAS) ● INOVASI & PEMBELAJARAN (KREATIVITAS SDM)
  • 19. KINERJA ORGANISASI KINERJA DIVISI KINERJA DEPARTEMEN PROSES PENCAPAIAN TUJUAN
  • 20. LAPORAN KINERJA PERUSAHAAN LAPORAN KINERJA PUSAT PERTANGGJAWABAN (JENJANG DIVISI) LAPORAN KINERJA PUSAT PERT. JAWABAN (JENJANG DEPARTEMEN) PROSES PERINGKATAN INFORMASI
  • 21. Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang Bahan Materi 2 : Basic Cost Management Concepts MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 22. KONSEP BIAYA DAN COST-DRIVER 1. KONSEP COST DRIVER UPAYA MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF ADALAH MENGIDENTIFIKASI COST DRIVER DALAM ORGANISASI COST DRIVER MERUPAKAN FAKTOR YANG MEMBERI DAMPAK PADA PERUBAHAN TINGKAT BIAYA a. COST POOL SEKUMPULAN BIAYA TERTENTU YANG DIKELOMPOKKAN MENJADI SATU b. COST OBJECT ADALAH PRODUK ATAU UNIT ORGANISASI DIMANA BIAYA DIBEBANKAN UNTUK BEBERAPA TUJUAN MANAJEMEN Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 23. PEMBEBANAN BIAYA & ALOKASI BIAYA a. BIAYA LANGSUNG, DAPAT DITELUSURI LANGSUNG KE COST POOL ATAU COST DRIVER DENGAN MUDAH b. BIAYA TAK LANGSUNG, SULIT DITELUSURI SECARA EKONOMIS TERHADAP COST POOL ATAU COST-OBJECT c. ALOKASI BIAYA ADALAH PROSES PEMBEBANAN BIAYA TAK LANGSUNG KE COST POOL ATAU COST-OBJECT 2. JENIS JENIS COST-DRIVER a. ACTIVITY BASED COST DRIVER, PERUBAHAN BIAYA YANG TERJADI AKIBAT AKTIVITAS SPESIFIK YANG TERJADI DALAM ORGANISASI b. VOLUME BASED COST DRIVER, PERUBAHAN BIAYA YANG TERJADI AKIBAT PERUBAHAN VOLUME (BIAYA BB, TKL) Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 24. 3. COST-DRIVER STRUKTURAL & EKSEKUSIONAL a. COST DRIVER STRUKTURAL, MELIBATKAN PERENCANAAN & KEPUTUSAN YANG BERPENGARUH DALAM JANGKA PANJANG.  SKALA EKONOMI  PENGALAMAN  TEKNOLOGI  KOMPLEKSITAS b. COST DRIVER EKSEKUSIONAL, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN PERUSAHAAN DALAM JANGKA PENDEK, MELIPUTI:  KETERLIBATAN SUMBER DAYA MANUSIA  DESAIN PROSES PRODUKSI  HUBUNGAN DENGAN VENDOR Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 25. ACTIVITY DRIVER DAN COST DRIVER DI RUMAH SAKIT Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang NO AKTIVITAS COST-DRIVER 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MENDAFTAR PASIEN PEMBUKTIAN ASURANSI MENERIMA PASIEN MENYIAPKAN KAMAR MEREVIEW LAPORAN DOKTER MEMBERI MAKANAN MEMESAN OBAT OBATAN MELAKSANAKAN OPERASI PENGELUARAN PASIEN JUMLAH PASIEN JUMLAH DOKUMEN JUMLAH PASIEN JUMLAH PERSIAPAN JUMLAH REVIEW JUMLAH MAKANAN JUMLAH PESANAN JUMLAH PROSEDUR JUMLAH PASIEN
  • 26. KLASIFIKASI BERDASAR PERENCANAAN & PENGENDALIAN BIAYA 1. BERDASAR PERILAKU a.BIAYA VARIABEL b.BIAYA TETAP c.BIAYA SEMI VARIABEL/TETAP 2. BERDASAR PERTANGGUNGJAWABAN a.BIAYA TERKENDALI (CONTROLLABLE COST) b.BIAYA TAK TERKENDALI (UNCONTROLLABLE COST) 3. BERDASAR OBYEK BIAYA a.BIAYA LANGSUNG (DIRECT COST) b.BIAYA TAK LANGSUNG (INDIRECT COST) 4.BERDASAR FUNGSI PRODUKSI a.BIAYA BAHAN BAKU (MATERIAL) b.BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG (LABOR) c.BIAYA OVERHEAD PABRIK (FACTORY OVERHEAD) Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 27. 6. BIAYA BERDASAR PERUBAHAN PER UNIT a. BIAYA MARGINAL (MARGINAL COST) b. BIAYA DIFERENSIAL (DIFERENTIAL COST) 7. BIAYA BERDASAR KEJADIANNYA a. BIAYA TERHINDAR (AVOIDABLE COST) b. BIAYA DIFERENSIAL (UNAVOIDABLE COST) Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 28. KLASIFIKASI BERDASAR PERENCANAAN & PENGENDALIAN BIAYA 1. BERDASAR PERILAKU a.BIAYA VARIABEL b.BIAYA TETAP c.BIAYA SEMI VARIABEL/TETAP 2. BERDASAR PERTANGGUNGJAWABAN a.BIAYA TERKENDALI (CONTROLLABLE COST) b.BIAYA TAK TERKENDALI (UNCONTROLLABLE COST) 3. BERDASAR OBYEK BIAYA a.BIAYA LANGSUNG (DIRECT COST) b.BIAYA TAK LANGSUNG (INDIRECT COST) 4.BERDASAR FUNGSI PRODUKSI a.BIAYA BAHAN BAKU (MATERIAL) b.BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG (LABOR) c.BIAYA OVERHEAD PABRIK (FACTORY OVERHEAD) Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang MATAKULIAH : MANAJEMEN BIAYA
  • 29. 5. BERDASAR FUNGSI OPERASI a. BIAYA DISTRIBUSI b. BIAYA ADMINISTRASI c. BIAYA RISET & PENGEMBANGAN d. BIAYA KEUANGAN KLASIFIKASI BIAYA UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. BIAYA BERDASAR WAKTU a. BIAYA MASA LALU (HISTORICAL COST) b. BIAYA AKAN DATANG (FUTURE COST) 2. BIAYA BERDASAR PENGELUARANNYA a. BIAYA TENGGELAM (SUNK COST) b. BIAYA TAK TUNAI (OUT OF POCKET COST) Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
  • 30. 3. BIAYA BERDASAR RELEVANSINYA a. BIAYA RELEVAN (RELEVANT COST) b. BIAYA TAK RELEVAN (IRRELEVANT COST) 4. BIAYA KESEMPATAN (OPPOURTUNIT COST) 5. BIAYA MODAL SENDIRI (IMPUTED COST) 6. BIAYA BERDASAR PERUBAHAN PER UNIT a. BIAYA MARGINAL (MARGINAL COST) b. BIAYA DIFERENSIAL (DIFERENTIAL COST) 7. BIAYA BERDASAR KEJADIANNYA a. BIAYA TERHINDAR (AVOIDABLE COST) b. BIAYA DIFERENSIAL (UNAVOIDABLE COST) Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
  • 31. Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang
  • 32. Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang COST MANAGEMENT SYSTEM DAN ACTIVITY BASED COSTING Tujuan sistem Manajemen Biaya : • Mengukur biaya aktivitas • Mengidentifikasi Non Value Added Cost • Menentukan efisien dan efektifitas aktivitas • Mengevaluasi aktivitas untuk meningkatkan kinerja
  • 33. Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang Throughput Time • Process Time • Inspection Time • Move Time dapat • Waiting Time dihilangkan • Storage Time
  • 34. Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang Throughput Time Process Time Inspection Time Move Time Waiting Time Storage Time DAPAT DI HILANGKAN
  • 35. Program Studi S1 AkuntansiSTIE Abdi Nusa Palembang Throughput Time • Process Time • Inspection Time • Move Time dapat • Waiting Time dihilangkan • Storage Time
  • 36. MANAJEMEN BIAYA Bahan Materi 3 : Strategic Cost Management Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 37. ANALISIS STRATEGIS DAN MANAJEMEN BIAYA 1. COST LEADERSHIP KEUNGGULAN BIAYA YANG DIPEROLEH MELALUI AKSES BAHAN BAKU YANG MURAH, SKALA OPERASI YANG EFISIEN, DESAIN PRODUK YANG APLIKATIF, BIAYA OVERHEAD YANG TERKENDALI. KEUNGGULAN SISI BIAYA MENEMPATKAN PERUSAHAAN PADA POSISI YANG KOMPETITIF SEHINGGA MAMPU MEMPERTAHANKAN TINGKAT LABA YG MEMADAI. SUMBER KEUNGGULAN BIAYA: ■ KURVA PENGALAMAN ■ EFISIENSI TENAGA KERJA ■ MENIADAKAN ATRIBUT PRODUK ■ SUBSIDI PEMERINTAH ■ DESAIN PRODUK ■ REKAYASA ULANG ■ INOVASI PRODUK ■ METODE BARU DALAM PROSES PRODUK ATAU JASA
  • 38. PENGALAMAN EMPERIS: KEUNGGULAN DALAM BIAYA TIDAK DAPAT BERTAHAN LAMA, KARENA SUMBERDAYA INI DENGAN MUDAH DITIRU OLEH PESAINGNYA SEPERTI: ■ IMPLEMENTASI JUST-IN TIME (JIT) ■ COMPUTER INTEGRATED MANUFACTURING (CAD, CAE, FMS) BIAYA WAKTU0 KURVA PENGALAMAN
  • 39. 54 DEFINE SCALE AND SCOPE OF OPERATIONS PHYSICAL RESOURCES SUPPORT SERVICES ● ACCOUNTING ● HUMAN RESOURCES ● LEGAL SERVICES ● INFORMATION SYSTEM ● TELECOMUNICATIONS HUMAN RESOURCES 3 6 7 VALUE OF PRODUCTS & SERVICES 1 2 PRIMARY PROCESSES SUMBER: HILTON et al. (2003: 11) 2. ANALISIS VALUE CHAIN
  • 40. KETERANGAN: 1. RESEARCH & DEVELOPMENT 2. DESIGN 3. SUPPLY 4. PRODUCTION 5. MARKETING 6. DISTRIBUTION 7. CUSTOMER SERVICE 3. TAHAPAN ANALISIS VALUE CHAIN a. MENGIDENTIFIKASI AKTIVITAS VALUE CHAIN ■ PROSES DESAIN ■ PROSES MANUFAKTUR ■ PELAYANAN PELANGGAN b. MENGIDENTIFIKASI COST DRIVER UNTUK SETIAP AKTIVITAS ■ MENELUSURI AKTIVITAS YANG MEMILIKI KEUNGGULAN ■ MENELUSURI BIAYA YANG TIDAK MEMBERI VALUE ■ MEMBUAT KEBIJAKAN YANG MEMBERI VALUE
  • 41. c. MENGEMBANGKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DENGAN VALUE ■ MENGIDENTIFIKASI KEUNGGULAN KOMPETITIF ■ MENGIDENTIFIKASI PELUANG ATAS VALUE ADDED ■ MENGIDENTIFIKASI PELUANG UNTUK REDUCE COST 4. PEMBENTUKAN VALUE ADDED THROUGHPUT TIME STORAGE TIME MOVING TIME INSPECTION TIME PROCESSING TIME NON-VALUE ADDED ACTIVITIES VALUE-ADDED ACTIVITIES
  • 42. STORAGE TIME MOVING TIME INSPECTION TIME PROCESSING TIME THROUGHPUT-TIME MANAJEMEN AMERIKA: TIME AND MOTION STUDY ACCEPTABLE QUALITY LEVEL EOC SAFETY STOCK VALUE ADDED NON-VALUE ADDED ACTIVITIES THROUGHPUT-TIME MANAJEMEN JEPANG: JUST-IN TIME MANUFACTURING TQC ZERO DEFECT JIT ZERO INVENTORY STORAGE TIME MOVING TIME INSPECTION TIME PROCESSING TIME VALUE ADDED NON-VALUE ADDED ACTIVITIES CELLULER MANUFACTURING
  • 43. LAYOUT MESIN DALAM SISTEM PRODUKSI TRADISIONAL PEMOTONGAN PERAKITAN FINISHING A B A B A BPRODUK A PRODUK B BRG JADI A BRG JADI B DEPARTEMEN1 DEPARTEMEN3DEPARTEMEN2 B A A B LAYOUT MESIN DALAM CELLULER MANUFACTURING B B B A A A PRODUK A PRODUK B CEEL A CEEL B
  • 44. MANAJEMEN BIAYA Bahan Materi 4 : Inventory Management: Economic OrderQuantity, JIT dan Theory of Constraints Frans Habrizons, SE., M.Si 1
  • 45. Pendahuluan  Yaitu:  Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan  Sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi  Meliputi:  Persediaan bahan mentah  Persediaan barang dalam proses  Persediaan barang jadi/produk akhir  Persediaan bahan-bahan pembantu/pelengkap  Persediaan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan  Uang  Ruangan fisik (bangunan)  Peralatan  Tenaga kerja 2
  • 46. Fungsi Pengendalian Persediaan  Sebagai penyangga proses produksi sehingga proses operasi dapat berjalan terus  Menetapkan banyaknya barang yang harus disimpan sebagai sumber daya agar tetap ada  Sebagai pengganggu inflasi  Menghindari kekurangan/kelebihan bahan 3
  • 47. FUNGSI PERSEDIAAN  Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.  Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.  Untuk mengambil keuntungan dari quantity discount  Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.  Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi krn cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman terlambat.  Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaannya. 4
  • 48. Persediaan barang digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang jika terjadi : 1. Permintaan konsumen sangat tinggi sehingga produksi melonjak tinggi 2. Suplai bahan baku berkurang sehingga perusahaan sulit mencari bahan baku 5
  • 49. Jenis-jenis persediaan  1. Persediaan bahan mentah  2. Persediaan komponen–komponen rakitan  3. Persediaan bahan pembantu  4. Persediaan barang dalam proses  5. Persediaan barang jadi 6
  • 50. Biaya-Biaya Persediaan  1. Biaya penyimpanan  2. Biaya pemesanan  3. Biaya Penyiapan  4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan 7
  • 51. Manajemen Persediaan Dibagi menjadi  1. Manajemen persediaan barang yang permintaannya independen  2. Manajemen persediaan barang yang permintaannya dependen 8
  • 52. JUST IN TIME INVENTORY Merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk mempertahankan operasi sistem yang sempurna. Dengan persediaan JIT, barang-barang dengan jumlah yang tepat tiba pada saat dibutuhkan, bukan semenit sebelum atau semenit sesudah  Reduce variability  Reduce inventory  Reduce lot sizes  Reduce setup costs 9
  • 53. Biaya-biaya Dalam Persediaan  Biaya penyimpanan (holding cost/carrying costs)  Biaya pemesanan (order costs)  Biaya persiapan (setup costs)  Biaya kehabisan/kekurangan bahan (shortage costs) 10
  • 54. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying costs)  Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan, mis: penerangan, pemanas, pendingin, dll)  Biaya modal (opportunity cost of capital)  Biaya keusangan  Biaya penghitungan fisik dan konsiliasi laporan  Biaya asuransi  Biaya pajak persediaan  Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan  Biaya penanganan persediaan  dll 11
  • 55. Biaya Pemesanan (order costs)  Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi  Upah  Biaya telpon  Pengeluaran surat menyurat  Biaya pengepakan dan penimbangan  Biaya pemeriksaan penerimaan  Biaya pengiriman ke gudang  Biaya hutang lancar  dll 12
  • 56. Biaya Persiapan (setup costs)  Biaya mesin-mesin penganggur  Biaya persiapan tenaga kerja langsung  Biaya scheduling (penjadwalan)  Biaya ekspedisi  dll 13
  • 57. Biaya Kehabisan/kekurangan Bahan (shortage costs)  Kehilangan penjualan  Kehilangan langganan  Biaya pemesanan khusus  Biaya ekspedisi  Selisih harga  Terganggunya operasi  Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial  dll 14
  • 58. Model Manajemen Persediaan  EOQ (economic order quantity) EOQ = 2.S.D H  ELS (economic lot size) ELS = 2.S.D H(1-D/P) S = biaya pesan/order D = permintaan (kebutuhan) H = Biaya simpan/u/th P = kapasitas operasi (mesin) 15
  • 59. Hubungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan Total biaya QEOQ0 Bi. Simpan = H.Q/2 Bi. Pesan = S. D/Q TC = H.Q/2 + S. D/Q 16
  • 60. Asumsi EOQ  Permintaan akan produk konstan, seragam, dan diketahui (deterministik)  Harga/unit produk konstan  Tidak mungkin diberikan diskon.  Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan  Biaya simpan/unit/th konstan  Biaya pesan/order konstan  Wakttu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead time/L) konstan  Tidak terjadi kekurangan barang/back order 17
  • 61. Contoh Soal Diketahui sebuah perusahaan memiliki kebutuhan bahan baku sebesar 10.000 unit per tahun. Biaya pemesanan untuk pengadaan bahan tersebut adalah sebesar Rp 150,-/order. Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/u/tahun. Hari kerja per tahun adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk pengiriman bahan tersebut selama 10 hari Pertanyaan:  Hitunglah EOQ  Berapa total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan bahan tersebut  Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1 tahun  Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan  Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali)  Bagan persediaan perusahaan 18
  • 62. Jawab  EOQ = 2x150x10.000 = 2000 unit 0.75  TC = HxQ/2 + S.D/Q = (0.75 x 2000/2) + (150 x 10000/2000) = Rp 750,- + Rp 750,- = Rp 1500,-  Jumlah pemesanan/th = D/Q = 10000/2000 = 5 kali  Durasi habisnya EOQ = 350/5 = 70 hari  Reorder point = L. D/hari kerja setahun = 10 x (10000/350) = 285. 7 hari  Bagan: 0 2000 Q 285.7 R R R 70 19
  • 63. Contoh Soal  Suatu perusahaan memiliki kebutuhan material sebesar 100.000 unit per tahun. Biaya pesan $35/order. Biaya simpan sebesar 20% dari harga beli material. Pihak supplier menawarkan suatu penawaran khusus untuk pengadaan material tersebut dalam bentuk harga potongan. Adapun syaratnya adalah sbb: Kuantitas pembelian Harga 4000 – 7999 unit $1.80 Lebih dari 8000 unit $1.70 Pertanyaan: Di unit berapakah sebaiknya perusahaan melakukan pembelian. 20
  • 64. Jawab  Kuantitas pembelian paling sedikit 8000 unit Harga beli (C) = $1.70 H = $1.70 x 0.2 = $0.34 EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4537.43 unit (tidak feasible) 0.34 TC = 100.000 x $1.70 + 0.34 x (8000/2) + 35 x (100000/8000) = $ 171,795.5  Kuantitas pembelian 4000 – 7999 unit harga beli = $180 H = $1.80 x 0.2 = $0.36 EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4409.59 = 4409.59 unit 0.36 TC = 100.000 x $1.80 + 0.36 x (4409.59/2) + 35 x (100000/4409.59) = $181,587.5 Jadi yang dipilih adalah kuantitas pembelian 8000 unit karena memiliki total biaya terkecil 21
  • 65. Sebuah perusahaan membutuhkan bahan mentah 60.000 unit per tahun. Biaya lainnya adalah sebagai berikut : a. Biaya pengiriman setiap kali pesan 40.000 b. Biaya persiapan setiap kali pesan 10.000 c. Biaya penerimaan barang setiap pesan 10.000 d. Biaya pemeliharaan per unit per tahun 15 e. Biaya bunga atas modal per unit/thn 15 f. Biaya sewa gudang per unit per tahun 20 g. Safety stock ditentukan untuk 15 hari h. Lead time 5 hari i. Satu tahun terdiri dari 300 hari Hitunglah EOQ, biaya total persediaan, reorder point 22
  • 66. Kasus II Perusahaan FIRA mempunyai kebutuhan bahan mentah 3.600 unit per tahun. Biaya pengiriman barang setiap kali pembelian Rp. 800,- biaya asuransi per unit Rp. 16,- biaya sewa gudang per unit Rp. 40,- biaya penyelesaian setiap kali pembelian Rp. 400,- biaya modal per unit Rp. 40,-. Waktu menunggu datangnya barang yang dipesan ½ bulan. Persediaan per unit 100 unit. Hitunglah jumlah pembelian paling ekonomis, persediaan pada titik pemesanan kembali, dan biaya total persediaan jika perusahaan melakukan pembelian optimal. 23
  • 67. Economic Order Quantity  Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pembelian (pemesanan) yang meminimumkan biaya penyimpanan dan pemesanan 24
  • 68. Asumsi-asumsi model EOQ: 1. Jumlah kebutuhan barang dapat diperkirakan relatif stabil 2. Hanya ada biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan 3. Biaya pemesanan sama 4. Biaya pemeliharaan sama 5. Usia barang relatif lama 6. Harga barang stabil 7. Tidak ada batasan jumlah barang yang disimpan 25
  • 69.  EOQ = 2RCs/Ci Keterangan : R : Kebutuhan bahan baku Cs : Biaya pemesanan Ci : Biaya penyimpanan 26
  • 70. Model Persediaan untuk Barang yang Dibuat Sendiri  Q* =  S* 2RCs/Cl Pr/Pr-R Keterangan : Pr = tingkat permintaan 2RCs/Cl Pr-R/Pr Keterangan : S* = persediaan maksimum 27
  • 71.  Contoh :  Suatu perusahaan memerlukan bahan baku setiap tahun sebanyak 3000 unit barang. Biaya pemesanan setiap kali pesan sebesar Rp 155.000,- Biaya penyimpanan setiap unit barang Rp 2500,-. Berapa pembelilan yang dapat meminimumkan biaya 28
  • 72.  Suatu perusahaan membuat suatu barang. Untuk membuat barang tersebut perusahaan membuat suku cadang sendiri dengan kapasitas produksi setiap tahun 3000 buah. Kebutuhan suku cadang setiap tahun 2000 buah. Biaya set up produksi Rp 45.000 dan biaya pemeliharaan suku cadang Rp 500 / buah /tahun 29
  • 73. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point= ROP)  ROP adalah tingkat persediaan dimana pemesanan kembali harus dilakukan  ROP harus dihitung secara tepat, karena jika ROP terlambat berakibat muncul biaya kekurangan bahan (stock out cost) dan jika ROP terlalu cepat berakibat timbulnya biaya penyimpanan (extra carrying cost) ROP = (Permintaan/pengg per hari) x (lead time) = d x L d = D/Jumlah periode waktu per th D = permintaan tahunan 30
  • 74.  Contoh : suatu perusahaan memerlukan bahan baku per hari 500 unit dengan waktu tunggu 4 hari. Jika kebutuhan pengamannya sebesar 50 % dari kebutuhan per hari, tentukan titik pemesanan kembali. ROP = (4x 500) + 50% (4x500) = 2.000 + 1.000 = 3.000 Jadi pemesanan akan dilakukan jika persediaan mencapai 3.000 unit 31
  • 75.  Contoh: Tahun lalu suatu perusahaan memproduksi 100 unit barang sesuai pesanan dan tahun ini pesanan naik 20%. Untuk memproduksi satu unit barang membutuhkan 100 kg bahan yang harganya Rp 100/kg. Biaya pemesanan bahan Rp 500/order dan biaya penyimpanan 10% dari harga beli. Time lead 4 hari. Hari efektif produksi dalam 1 tahun 300.Tentukan besarnya nilai EOQ dan ROP untuk tahun ini 32
  • 76. Keputusan Pembelian dan Penjadwalan Persediaan Koordinasi yang baik antara bagian produksi, pemasaran, pembelian dan aktivitas persediaan menyebabkan aktivitas proses produksi menjadi optimal Ada 2 cara untuk memenuhi kebutuhan persediaan: 1. Persediaan diberi waktu untuk disediakan tepat saat dibutuhkan untuk produksi 2. Kebutuhan dipenuhi dari persediaan pada penyimpanan 33
  • 77.  Penjadwalan yang tepat waktu (Just in time =JIT) merupakan aktivitas dalam saluran persediaan yang bertujuan untuk mendapatkan barang yang tepat pada tempat dan waktu tertentu  Kerjasama yang saling menguntungkan antara pemasok dan pembeli dapat menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak perlu serta menurunkan biaya produksi 34
  • 78. Tujuan JIT a. Menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak perlu b. Menghilangkan persediaan dalam pabrik sesuai prinsip JIT yaitu siap pada saat dibutuhkan pada tempat dan waktu yang ditentukan c. Penghilangkan persediaan dalam pengalihan d. Menyingkirkan pemasok yang buruk 35
  • 79. Karakteristik penjadwalan JIT 1. Memiliki hubungan yang dekat dengan beberapa pemasok dan perusahaan agkutan 2. Saluran informasi yang baik antara pembeli dan pemasok 3. Produksi atau pembelian dan pengiriman barang lebih sering dan dalam jumlah yang lebih kecil 4. Mengurangi hal-hal yang tidak berguna 5. Mempunyai tujuan yang jelas 36
  • 80. JUST IN TIME  Latar Belakang  Sistem Manajemen Persediaan Tradisional  Sistem Manajemen Persediaan Just In Time  Perbedaan Persediaan Tradisional dengan JIT  Manfaat JIT pada Penentuan Biaya  Penentuan Biaya Backflush  Pelaporan Manajemen dalam Just In Time 37
  • 81. Karakteristik dalam Operasi JIT  Mempertahankan jumlah persediaan seminimum mungkin  Memelihara kualitas produk tetap tinggi  Pembelian material dan memproduksi barang HANYA dilakukan bila diperlukan  Membangun sistem penjadualan yang disiplin  Memelihara pekerja/karyawan yang mempunyai beberapa keahlian  Membangun sistem manufacturing yang fleksibel 38
  • 82. Perbandingan Tradisional & JIT  Sistem tarikan  Persediaan tidak signifikan  Basis pemasok sedikit  Kontrak jk. panjang  Pemanufakturan seluler  Karyawan berkeahlian ganda  Jasa terdesentralisasi  Keterlibatan karyawan tinggi  Manajemen sbg penyedia fasilitas  T Q C  Sistem dorongan  Persediaan signifikan  Basis pemasok banyak  Kontrak jk. pendek  Pemanufakturan departemen  Karyawan terspesialisasi  Jasa tersentralisasi  Keterlibatan karyawan rendah  Manajemen sbg pemberi perintah  Acceptable Quality Level 39
  • 83. Manfaat JIT  Keterlacakan Biaya  Keakuratan Penentuan Biaya Produk  Mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah  Meminimumkan Persediaan  Zero Defect  Mengurangi harga pokok produksi 40
  • 84. Jenis Just In Time 1. Purchasing Just In Time  Membeli barang yang berkualitas baik dengan jumlah yang benar dengan harga bersaing, sumber yang tepat dan waktu yang cepat. 41
  • 85. Aktivitas Just In Time Tradisional Ukuran Lot Lot Kecil Lot Besar Pemilihan Pemasok Satu pemasok dengan kontrak jangka panjang Banyak pemasok dengan kontrak jangka pendek Penilaian Pemasok Mutu produk, performa pengiriman dan harga dengan Acceptable Quality Level Mutu produk, performa pengiriman dan harga dengan Acceptable Quality Level Inspeksi Produk Dieliminasi Dilakukan pembeli Metode Transportasi Jadual pengiriman diserahkan pada pembeli Jadual pengiriman diserahkan pada pemasok 42
  • 86. Produksi Just In Time Pekerjaan Klerikal Lebih sedikit Banyak Kemasan Kemasan kecil cukup untuk menampung kualitas yang benar dibutuhkan Kemasan regular, tidak ada spesifikasi yang jelas terhadap isi produk. 43
  • 87. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 1 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan mjadi sangat penting karena persedian berhubungan dengan pembentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. Hal-hal yang sangat dipengaruhi oleh tingkat persediaan : 1. Kualitas 5. Kapasitas berlebih 2. Rekayasa Produk 6. Kemampuan merespon pelanggan 3. Harga 7. Tenggang waktu 4. Lembur 8. Profitabilitas keseluruhan Artinya : Perusahaan dengan tingkat persediaan lebih tinggi dari perusahaan lain  memiliki kecendrungan untuk berada dalam kompetitif yang lebih rendah (persediaan tinggi  biaya persediaan tinggi  biaya tinggi  mempengaruhi laba) Apa Itu Biaya Persediaan ??? Ada 2 (dua) kemungkinan : 1. Dunia Penuh Kepastian  dimana permintaan akan suatu produksi / bahan baku diketahui dengan pasti untuk periode tertentu, sehingga dikenal 2 biaya utama : 1.a. Jika bahan baku dibeli dari luar  biaya pemesanan* dan biaya penyimpanan 1.b. Jika bahan baku diproduksi  biaya persiapan* dan penyimpanan *) mewakili biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh persediaan 2. Dunia Tidak Pasti  dimana permintaan tidak diketahui secara pasti  muncul katagori biaya ke-3 dari biaya persediaan yaitu : biaya habisnya persediaan Biaya Pemesanan / Ordering Cost : biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan. Contoh : Biaya pemrosesan pesanan , biaya asuransi untuk pengiriman, biaya pembongkaran Biaya Persiapan atau penyetelan / Setup Cost : biaya untuk menyiapkan peralatan dan fasilitas sehingga dapat digunakan untuk memproduksi produk atau komponen tertentu. Contoh : biaya uji coba produksi Biaya Penyimpanan / Carrying Cost : biaya untuk menyimpan persediaan. Contoh : Biaya asuransi, pajak persediaan, keusangan dan biaya ruang penyimpanan. Biaya Habisnya Persediaan / Stockout Cost : Biaya yang terjadi karena tidak dapat menyediakan produk ketika diminta pelanggan. Contoh : penjualan yang hilang (baik saat ini maupun dimasa yad) Alasan Tradisional Punya Persediaan : 1. Laba Maximal  Turut meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan Minimalkan biaya penyimpanan  mendukung produksi dikit aja Minimalkan biaya pemesanan  mendukurng pemesanan dalam jumlah besar Artinya  menyeimbangkan biaya pemesanan / persiapan dengan biaya penyimpanan 2. Memenuhi permintaan pelanggan (dalam memenuhi tanggal pengiriman) 3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat : a. Kerusakan Mesin b. Kerusakan Komponen c. Tidak tersedianya komponen d. Pengiriman komponen yang terlambat 4. Mendapatkan potongan harga jika beli dalam jumlah banyak 5. Proses produksi yang tidak dapat diandalkan  selalu hasilkan produk rusak 6. Hindari resiko kenaikan harga dimasa yad
  • 88. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 2 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si Economic Order Quantity : Model Persediaan Tradisional Kegiatan bisnis yang memerlukan manajemen persediaan adalah bidang industri manufaktur dan perdagangan. Dalam industri manufaktur, persediaan terdiri dari: (1)persediaan bahan baku, (2)persediaan barang dalam proses, (3)persediaan barang jadi, dan (4)persediaan bahan pembantu. Sedangkan dalam perusahaan dagang yang dimaksud persediaan adalah persediaan barang dagangan. Dalam perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang jadi, kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat. Kondisi yang demikian manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian manajemen yang sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan pemborosan penggunaan modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi bisa terganggu. Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur relatif lebih sulit dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu yang dibutuhkan relatif pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat. Manajemen persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu model Economic Order Quantity atau EOQ dan Tepat Waktu atau Just in Time (JIT). Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan manajemen terhadap pemasok. Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari pemasok yang paling murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim digunakan. Tetapi jika pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan dinyatakan satu kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan. 1. Model Economic Order Quantity (EOQ) Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order Quantity atau EOQ. EOQ akan menjawab pertanyaan berapa banyak kualitas bahan baku yang harus dipesan dan berapa biayanya yang paling murah atau paling ekonomis. Perusahaan manufaktur pada umumnya memperhitungkan empat macam persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Pada umumnya persediaan bahan pembantu jumlahnya relatif kecil, maka tidak dibahas dalam kajian ini. Persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan persediaan barang jadi harus dihitung tingkat perputarannya (turn overnya) tujuannya adalah untuk pengendalian. Teknik perhitungan perputaran bahan sebagai berikut: Bahan Baku digunakan dalam proses produksi Perputaran Persediaan = Bahan Baku Rata-rata persediaan bahan baku Harga Pokok Produksi Perputaran Persediaan = Barang dalam Proses Rata-rata persediaan barang dalam proses
  • 89. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 3 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si Harga pokok penjualan atau penjualan Perputaran Persediaan = Barang Jadi Rata-rata persediaan barang jadi Harga Pokok penjualan atau Penjualan Perputaran Persediaan = Barang Dagangan Rata-rata persediaan barang dagangan Dalam kegiatan manufaktur, pengelolaan bahan baku merupakan unsur penting manajemen yang harus dikelola secara profesional. Besar kecilnya persediaan bahan baku berhubungan langsung dengan modal yang diinvestasikan ke dalamnya; makin besar persediaan bahan baku, makin besar investasi dan makin besar beban biaya modal, dan sebaliknya. Besar kecilnya nilai persediaan bahan baku dipengaruhi oleh: 1) Estimasi dan perencanaan volume penjualan 2) Estimasi dan perencanaan volume produksi 3) Estimasi dan perencanaan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi 4) Biaya order pembelian 5) Biaya penyimpanan 6) Harga bahan baku Dalam mengelola bahan baku dibutuhkan dua unsur biaya variabel utama, yaitu biaya pesanan (procurement cost atau set up cost) dan biaya penyimpanan (storage cost atau carrying cost). Yang termasuk biaya pesanan antara lain adalah: 1) Biaya proses pemesanan bahan baku 2) Biaya pengiriman pesanan 3) Biaya penerimaan bahan baku yang dipesan 4) Biaya untuk memproses pembayaran bahan baku yang dibeli Biaya-biaya tersebut makin besar jika jumlah tiap-tiap pesanan kecil, atau makin kecil jumlah bahan baku tiap-tiap pesanan, makin besar jumlah biaya pesanan dalam suatu periode tertentu, misalnya dalam satu tahun. Sedangkan yang termasuk biaya penyimpanan (penggudangan) adalah: 1) Biaya untuk mengelola bahan baku (biaya menimbang dan menghitung) 2) Biaya sewa gudang atau penyusutan gudang 3) Biaya pemeliharaan dan penyelamatan bahan baku 4) Biaya asuransi 5) Biaya pajak 6) Biaya modal Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan. Teknik perhitungan ini lazim disebut Economic Order Quantity atau EOQ dengan rumus: EOQ = √2XRXS
  • 90. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 4 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si P X I Di mana: R = Requirement of raw material, atau jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama satu tahun periode, misalnya 1.200 unit S = Set up cost, atau biaya pesanan setiap kali pemesanan, misalnya Rp 15 P = Price, atau harga bahan baku per satuan, misalnya Rp 1 per unit I = Inventory, atau biaya memiliki persediaan yang terdiri dari: biaya keuangan 10%, biaya penyusutan fisik 10%, biaya modal atau biaya bunga pinjaman 10%, biaya penanganan bahan 2%, biaya pajak kekayaan 2%, biaya asuransi 2%, dan biaya penggudangan 3%, biaya lain-lain 1% (atau total biaya memiliki persediaan 40% dan biaya diperhitungkan dari nilai persediaan rata-rata). EOQ = √2 X 1.200 X 15 = √ 36.000 = √ 90.000 = 300 unit = 0,40 X 1 = 0,40 Dengan diketahui angka 300 unit setiap pesanan, berarti dalam satu tahun dapat dilakukan 4 kali pesanan. Dalam 4 kali pesanan itu biaya persediaan bahan baku adalah yang paling rendah atau paling ekonomis. Rincian perhitungan biaya persediaan dapat disajikan dalam tabel 12.1 Tabel 11.1 Perhitungan Biaya Persediaan yang paling Ekonomis Frekwensi pemesanan bahan baku 3X 4X 5X Jumlah bahan baku yang dipesan Rata-rata persediaan dalam unit Nilai persediaan rata-rata Biaya pesanan Biaya penyimpanan Jumlah Biaya persediaan 400 unit #200 *Rp 200 **Rp 45 ***Rp 80 Rp 125 300 unit 150 Rp 150 Rp 60 Rp 60 Rp 120 240unit 120 Rp 120 Rp 75 Rp 48 Rp 123 Keterangan: Teknik perhitungan 3X pesan #200 unit = (400unit / 2) * Rp 200 = 200 unit x Rp 1 ** Rp 45 = 3 kali pesan @ Rp 15 per sekali pesan *** Rp 80 = 40% X Rp Rp 200 nilai persediaan rata – rata Teknik perhitungan untuk 4X pesan dan 5X pesan seperti pada 3X pesan. Jika biaya penyimpanan dinyatakan dalam Rupiah per unit (missal Rp 0,4), maka EOQ dapat dihitung sebagai berikut. = √2 X 1.200 X 15 = √ 36.000
  • 91. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 5 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si = 300 unit = 0,4 Dalam satu tahun mengadakan pesanan 4X yaitu kebutuhan satu tahun 1.200 unit dibagi 300 unit, atau besarnya penggunaan bahan per bulan sebesar 100 unit atau setiap minggu sebesar 25 unit. Dengan demikian, pesanan dilakukan setiap12 minggu atau 3 bulan sekali. Jika EOQ 300 unit dan kebutuhan bahan baku selama satu periode (satu tahun) 1.200 unit, maka jumlah pesanan adalah 4X pesanan. Pada 4X pesanan biaya persediaan yang paling ekonomis dapat disajikan dalam tabel 12.1 Berdasarkan perhitungan dalam tabel 12.1 tersebut, maka biaya persediaan yang paling ekonomis adalah Rp 120, yaitu pada tingkat pesanan 400 unit sekali pesan, dan perusahaan hanya memesan 4X. Pada 3X kali pesanan biaya persediaan sebesar Rp 125, dan pada 5X pesanan, biaya persediaan sebesar Rp 123. 2. Titik Pemesanan Kembali (Recorder Point) Dalam pengelolaan persediaan bahan baku, perusahaan harus mempunyai persediaan besi (safety stock), yaitu suatu jumlah persediaan bahan baku yang harus selalu ada dalam gudang untuk menjaga kemungkinan terlambatnya bahan baku yang di pesan. Di samping itu, perusahaan juga harus memperhitungkan penggunaan bahan baku selama waktu menunggu datangnya bahan baku yang di pesan (lead time). Titik pemesanan kembali adalah titik dimana pesanan bahan baku harus dilakukan. Hal ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu pesanan dating atau tenggang waktu, dan persediaan besi atau persediaan pengaman (safety stock). Ketiga unsure tersebut dapat di sajikan rumus sebagai berikut: Rumus titik pemesanan kembali: (Tingkat penggunaan bahan selama tenggang waktu + besi) Misalnya lead time 6 minggu, dan kebutuhan bahan baku tiap minggu 25 unit, dan safety stock ditentukan 40% dari kebutuhan selama lead time, re-order point adalah sebagai berikut:  Re-order point (ROP) = (6 X 25) + 40%(6 X 25) = 150 + 60 = 210 unit Safety stock juga dapat ditentukan berdasr kebutuhan bahan baku dalam beberapa minggu, misalnya dalam 5 minggu, kebutuhan bahan baku tiap minggu 25 unit, maka:  Re-order point (ROP) = (6 X 25) + (5 X25) = 150 + 125 = 275 unit Yang berhak menentukan besarnya safety stock dan lead time adalah manajer pabrik berdasar pengalaman dari waktu ke waktu dan pengetrapan teori dalam praktik produksi. Pada hakikatnya praktik produksi menentukan teori produksi. Oleh sebab itu, walau jenis produksinya sama, praktiknya belum tentu sama, dan teori untuk memecahkan masalah juga tiadak sama. Secara grafis, penentuan jumlah pesanan dengan biaya yang paling ekonomis pada tabel 12.1 dapat disajikan dalam gambar 12.1.
  • 92. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 6 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si Gambar 11.1 Jumlah pesanan yang paling ekonomis Keterangan:  Makin sering melakukan pesanan makin besar biaya pemesanan  Makin sering melakukan pemesanan, makin kecil biaya penyimpanan Titik pemesanan kembali (reorder point), jika safety stock dinyatakan 5 minggu kali kebutuhan per minggu atau sebesar 125 unit, dan tenggang waktu pemesanan diterima 6 minggu kali kebutuhan per minggu sebesar 150 minggu, maka titik pemesanan kembali sebesar 275 unit. Jumlah pesanan yang paling ekonomis adalah sebesar 725 unit yaitu dari perhitungan EOQ 600 unit ditambah 125 persediaan besi (safety stock). Hubungan titik pemesanan kembali, persediaan besi dan persediaan maksimum dapat disajikan dalam gambar 12.2. Gambar 11.2 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Total biaya persediaan Biaya Pengudangan (carrying cost) 240 5X 300 4X 400 3X pesan Unit Biaya Pesanan60 Rp Persediaan maksimum = 300 + 275 Persediaan besi Waktu tunggu 1 Waktu Pesan (Minggu) Titik 275 pesan Unit 2 3 4 575 125
  • 93. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 7 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si 3. Biaya Kehabisan Persediaan Perusahaan takut bila terjadi kehabisan persediaan,. Bila perusahaan kehabisan persediaan maka akan melibatkan analisis empat faktor yaitu: (1) siklus persediaan per tahun, (2) unit kehabisan persediaan, (3) kemungkinan kehabisan persediaan, dan (4) biaya kehabisan persediaan per unit. Multiplier dari keempat faktor tersebut disebut biaya kehabisan persediaan. Dengan demikian, biaya kehabisan persediaan dapat disajikan dengan perhitungan:  Biaya kehabisan = (siklus persediaan per tahun x unit kehabisan persediaan x kemungkinan kehabisan persediaan x biaya kehabisan persediaan per unit)  Siklus persediaan per tahun = (kebutuhan bahan baku per tahun / EOQ)  Unit kehabisan persediaan = (pemakaian bahan baku harian atau mingguan – unit bahan baku tenggang waktu atau lead time)  Kemungkinan kehabisan persediaan adalah probabilitas atas pemakain bahan baku harian  Biaya kehabisan persediaan ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan manajer pembelian  Pada tabel ilustrasi diatas menunjukkan bahwa kebutuhan bahan selama satu tahun 1.200 unit, EOQ 300 unit, selama satu tahun dilakukan pesanan 4X atau setiap 3 bulan atau 12 minggu; kebutuhan bahan per minggu (300 unit / 12 minggu) = 25 unit. Waktu tunggu datangnya pesanan 6 minggu atau (6 x 25 unit) = 150 unit, dan penggunaan maksimum per minggu 30 unit atau (6 x 30 unit) = 180 unit, maka kehabisan persediaan dalam unit adalah 180 unit dikurangi 150 unit sama dengan 30 unit. Jika diketahui bahwa kemungkinan distribusi pemakaian mingguan adalah: Pemakaian Mingguan Kemungkinan 30 0,2 25 0,5 20 0,2 10 0,1 Manajer produksi menetapkan kemungkinan pemakaian harian 0,2 dan biaya kehabisan persediaan per unit Rp 2,083. Berdasarkan informasi yang tersedia itu dapat dihitung biaya kehabisan persediaan: (4 x 30 x 0,2 x Rp2,083) = Rp 50. Kemudian dapat dihitung besarnya persediaan pengaman dalam unit dengan rumus: (biaya kehabisan persediaan = biaya memiliki persediaan-persediaan pengaman). Biaya memiliki persediaan pengaman adalah biaya penyimpangan (carrying costs) kali harga bahan kali unit persediaan pengaman: (40% x Rp 1 x X) = Rp 0,4X. Besarnya unit persediaan pengaman: (Rp 50 = Rp 0,4X), jadi X atau unit persediaan pengaman = 125 unit. Keunggulan Model EOQ: 1) Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost). 2) Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau persediaan besi (safety stock). 3) Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar tertentu dan diproduksi secara massal.
  • 94. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 8 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si 4) Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien yang sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani dengan cepat. Kelemahan Model EOQ: Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi. Contoh : Jika penggunaan maksimal komponen lemari es 60 unit perhari dan rata-rata penggunaan adalah 50 unit perhari, dan tenggang waktu 4 hari, maka persediaan pengaman dihitung sb: Safety Stock = Penggunaan maksimal 60 Rata-rata penggunaan 50 Selisih 10 Tenggang waktu x 4 hari Safety stock 40 unit ROP = ROP semula + Safety Stock = 200 + 40 = 240 unit Biaya Persediaan = Biaya pemesanan / Persiapan + Biaya penyimpanan TC = PD/Q + CQ/2 ………..(1) dimana : P : Biaya penempatan dan penerimaan pesanan/biaya persiapan pelaksanaan produksi D : Jumlah permintaan tahunan yang diketahui Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan C : Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun Contoh : Sebuah usaha reparasi lemari es (dimana komponen dibeli dari pemasok eksternal) D = 10.000 unit P = $25 perpesanan Q = 1.000 unit C = $2 perunt Biaya persediaan = (10 kali pesanan X $25/pesanan) + ($2 x (1000 unit /2) = $1.250 Artinya : Kuantitas pesanan sebanyak 1.000 dengan total biaya $1.250 apakah sudah merupakan pilihan terbaik (biaya terkecil)  Itu sebabnya perlu EOQ !!! EOQ / Q = √ 2PD/C = √ (2 x $25 X 10.000) : $2 = √ 250.000 = 500 unit  Pemesanan 500 unit tiap kali pesanan  20 x pesanan merupakan hitungan yang menghasilkan biaya persediaan terkecil  masukan ke pesamaan (1)  Biayanya menjadi $1.000 (Bandingkan dengan Q = 1.000 unit  biaya $1.250) Contoh: EOQ, ROP dan SAFETY STOCK pada Perusahaan Manufaktur Benson Company, manufaktur besar pembuat alat-alat pertanian yang memiliki beberapa pabrik. Manajer di baprik Barat Tengah ini mencoba menentukan ukuran produksi untuk bagian pembuatan mata pisau. Ia yakin bahwa ukuran lota yang ada sekarang terlalu besar dan ingin mengidentifikasi jumlah yang harus diproduksi agar dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya persiapan. Ia juga ingin menghindari kehabisan persediaan karena setiap kehabisan persediaan itu akan menutup Departemen Perakitan.
  • 95. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 9 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si Guna membantu manajer tersebut membuat keputusan, kontroler perusahaan telah menyedian informasi beriktut : Permintaan rata-rata mata pisau 320 perhari Permintaan maksimal mata pisau 340 perhari Permintaan tahunan mata pisau 80.000 Biaya penyimpanan perunit $5 Biaya persiapan $12.500 Tenggang waktu 20 hari EOQ = √ 2PD/C  √ 2 x 12.500 x 80.000 : 5  √400.000.000  20.000 belati Safety Stock : Penggunaan maksimal 340 Penggunaan rata-rata 320 Selisih 20 Tenggang waktu x 20 Safety Stock 400 ROP = (Penggunaan rata-rata x tenggang waktu) + Safety stock = (320 x 20) + 400  6.800 unit 4. Pengawasan Persediaan Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan sampai produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai, dan biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan pembantu dimulai dari bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan dalam proses produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan, keuangan, kehilangan, dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk satuan uang. Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk hilang dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana penjualan, jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu (bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah persediaannya secara fisik harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan. Kekurangan persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika terjadi kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam persediaan tersebut besar, dan biaya modalnya besar. 5. Model Tepat Pada Waktu (Just In Time Atau JIT) Model JIT adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati; mereka dididik, dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang dipasok bahan bakunya. Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol, artinya perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saat dibutuhakan. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang setia dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan baku. Dalam hubungannya dengan barang jadi (finished goods) model JIT juga diterapkan, dimana perusahaan hanya memproduksi sesuai dengan pesanan sehingga ia tidak mempnyai persediaan barang jadi. Dampaknya adalah penghematan biaya persediaan barang jadi. Model ini dapat diterapkan jika semua pihak yang terlibat dalam proses produk mulai dari pemasok sampai ke pelanggan memiliki motivasi kuat dalam pengendalian dan peningkatan kualitas berkelanjutan.
  • 96. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 10 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si JIT bertujuan mengubah budaya perusahaan, yaitu usaha menjadi organisasi terbaik dari atas ke bawah; setiap orang adalah pakar bagi pekerjaannya sendiri dengan mengendalikan berpikir kolektif dan kreatif. Hakikatnya, JIT adalah peningkatan proses untuk menghindari masalah kronis, yaitu masalah yang ditimbulkan dari pemasok bahan baku yang mengakibatkan kerugian; masalah ini sulit diidentifikasi dan umunya dibiarkan, maka menjadi penyakit kronis yang sulit diobati. Hubungan kerja sama jangka panjang dengan pemasok harus dibina, pemasok tidak boleh dieksploitir demi keuntungan sesaat. Prinsip dasar JIT adalah bahwa perusahaan tidak memiliki persediaan besi (safety stock). Dengan tidak memiliki safety stock, perusahaan dapat menghemat biaya persediaan. Dalam model ini pemasok menjadi mitra sejati yang loyal dan profesional karena setiap saat bahan baku diperlukan untuk proses produksi, pada saat itu pula bahan baku harus sudah ada di tempat proses produksi. Motivasi semua pihak yang demikian itu hanya bisa terjadi bila mereka berpikir kritis dialektik, artinya setiap akibat harus dicari sebabnya, dan setiap obyek dicari saling hubungannya dengan obyek yang lainnya. Ishikawa menemukan teori untuk menelusuri sebab yang dapat menggunakan “Ishikawa Tulang Ikan”. Ia menjelaskan bahwa setiap kegagalan pasti ada sebabnya, dan penyebab itu dapat ditelusuri dari tujuh aspek yaitu aspek:  Tenaga manusia, kurang latihan, kurang pengetahuan, dan ketrampilan sehingga produktifitas rendah dan kualitas output rendah.  Metode kerja, tanpa petunjuk kerja yang jelas sehingga pekerja (buruh) bekerja tidak mengikuti aturan.  Peralatan, kurang perawatan, aus, dan teknologi sudah usang.  Material, salah menentukan spesifikasi: kualitas dan jenis  Lingkungan, kondisi kerja yang kurang menyenangkan atau kondisi kerja yang buruk yang mengakibatkan pekerja (buruh) tidak memiliki motivasi kerja.  Pengukuran, kurang tepat mengadakan pengukuran hasil kerja.  Kepemimpinan, gaya yang otokratik sehingga pekerja (buruh) tidak menghargai pemimpinnya (manajernya). Jika salah satu dari tujuh aspek rusak, maka outputnya rusak, apalagi ketujuh aspek tersebut rusak semua. Setiap kesalahan atau kegagalan harus diperbaikki secara terus menerus agar produktifitas kerja dapat ditingkatkan, mutu dapat ditingkatkan, dan nilai persediaan dapat dikurangi. Di samping itu, perbaikan secara terus menerus juga dapat meningkatkan rancangan produk, perbaikan proses produksi, perbaikan distribusi, perbaikan promosi, perbaikan harga, dan perbaikan layanan purna jual. Hubungan input dengan output berdasarkan gambar Ishikawa Tulang Ikan disajikan dalam gambar 12.3. Gambar 12.3. Ishikawa Tulang Ikan (dilengkapi) Pengukuran Metode Manusia Kepemimpinan Output Lingkungan Bahan baku Peralatan
  • 97. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 11 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si Keunggulan JIT Keunggulan JIT antara lain adalah:  Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas yang diminta pelanggan.  Dampak persediaan, persediaan kecil, mungkin nol.  Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem sel.  Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk.  Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus menyesuaikan dengan perubahan alat kerja dan metode kerja.  Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu produk. Kritik terhadap JIT Kritik terhadap JIT anatara lain:  Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk.  Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan, khususnya yang bahan bakunya impor.  Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya memproduksi satu macam komoditi dengan teknologi khusus.  Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.  Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi komoditi terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang sudah ahli sehingga tidak perlu mendidik dan melatih; teknologi dan metode kerja tidak begitu mudah diganti.  Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah; mereka bekerja bukan ingin merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi mereka pada umumnya kurang peduli terhadap mutu produk. KETERBATASAN JIT 1. Sering timbul masalah dengan pemasok, meski ada kontrak jangka panjang 2. Pandangan negative dari karyawan yang merasa diperas tenaganya 3. Jika tidak dijalankan dengan baik  ada resiko kehilangan penjualan yang bisa jadi meruakan penjualan yang hilang selamanya Item Agustus Desember Biaya Tahunan Bagian pembelian Bagian administrasi Bagian gudang 5.000 4.000 3.000 4.500 3.000 2.500 56.000 37.000 33.000 Jumlah 12.000 10.000 126.00 0 Yang termasuk biaya bagian pembelian adalah gaji manajer dan pegawai, biaya order, dan biaya peralatan kantor. Yang termasuk biaya bagian administrasi pembelian adalah gaji manajer dan pegawai dan biaya peralatan kantor, dan yang termasuk biaya gudang adalah gaji manajer, pengawas, pegawai penerima, pegawai pengirim, biaya angkutan, biaya
  • 98. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 12 Manajemen Biaya_Frans H, SE., M.Si peralatan. Bagian pembelian bertanggung jawab semua pemesanan barang, bagian administrasi bertanggung jawab atas pembayaran utang dagan, dan bagian gudang bertanggung jawab kelancaran penerimaan dan pengiriman barang. Kantor dan gudang disewa dengan harga Rp 20.000 per tahun, biaya asuransi Rp 2.000 per tahun, dan pajak bumi dan bangunan Rp 3.000 per tahun. Pajak perseroan 50% per tahun, bunga jangka pendek 18% per tahun, dan bunga jangka panjang 16% per tahun. Data mengenai persediaan dalam tahun yang bersangkutan adalah: persediaan awal per 1 Januari Rp 50.000, persediaan akhir per 31 Desember Rp 30.000, saldo persediaan tertinggi bulan Agustus Rp 60.000, dan saldo terendah bulan Desember Rp 40.000, Persediaan rata-rata setiap bulan Rp 55.000, Saudara diminta untuk: 1) Menghitung biaya per pesanan, biaya penyimpangan dan pemeliharaan, dan apa rekomendasi Anda? 2) Jika perusahaan menjualkan 300 unit per bulannya, dengan harga Rp 45 per unit, dan rata-rata persediaan 60 unit, biaya pesanan sekali pesan Rp 15, hari kerja dinyatakan 360 hari per tahun, biaya mengelola persediaan Rp 432 per tahun berapa hari setiap pesanan dilakukan dan berapa besarnya biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan? Homework : 1. Sebuah toko perbaikan TV local menggunakan 36.000 unit suku cadang tiap tahun (rata- rata 100 unit setiap hari kerja). Biaya penempatan dan penerimaan pesanan $20. Toko memesan dalam lot berisi 400 unit. Biaya penyimpanan perunit pertahun $4 Diminta : 1. Hitunglah total biaya pemesanan tahunan 2. Hitunglah total biaya penyimpanan tahunan 3. Hitunglah total biaya persediaan tahunan 4. Hitunglah EOQ 5. Hitunglah total biaya persediaan tahunan dengan gunakan kebijakan EOQ 6. Berapa yang dihemat setiap tahun dengan gunakan EOQ dibanding dengan menggunakn ukuran pesanan sebanyak 400 unit 7. Hitungkah titik ROP, dengan asumsi lead time 3 hari 8. Anggaplah penggunaan suku cadang bisa menacapai 110 unti perhari. Hitunglah persediaan pengaman dan ROP yang baru. 2. Hurst Company menjual peralatan medis. Suatu bahan baku yang dipesannya adalah plastic. Plastik dicairkan dan ditempatkan dalam cetakan yang digunakan untuk memproduksi berbagai instrument. Informasi yang didapatkan untuk bahan baku plastic adalah sbb: Kuantitas pesanan ekonomis 120.000 pon Penggunaan harian rata-rata 8.000 pon Penggunaan harian maksimal 12.000 pon Tenggang waktu 3 hari Diminta : ROP bila tidak ada dan ada safety stock yang disimpan.
  • 99. MANAJEMEN BIAYA Bahan Materi 5 : TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 100. Manajemen Kualitas • Masalah yang dihadapi perusahaan: mengusahakan agar kualitas produknya sesuai dengan kebutuhan konsumen tetapi dapat dilakukan secara ekonomi • Kualitas produk merupakan senjata yang efektif untuk memenangkan persaingan 2Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 101. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) • Prinsip dasar TQM yaitu : • 1. Kepuasan konsumen • 2. Keterlibatan semua karyawan • 3. Continuous improvement 3Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 102. 1. Kualitas berorientasi pada konsumen • Kualitas dapat diukur dengan beberapa dimensi yaitu : • a. Conformance to specification merupakan kesesuaian antara kualitas produk dengan kualitas produk yang seharusnya • b. Nilai merupakan persepsi konsumen terhadap imbangan antara manfaat suatu produk terhadap pengorbanan untuk mendapatkan produk tersebut 4Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 103. • c. Fitness for use adalah kemampuan suatu produk yang dihasilkan memenuhi fungsinya • d. Support yaitu dukungan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan misalnya garansi • e. Psycological impressions yaitu faktor psikologis yang dianggap menentukan kualitas produk misalnya pelayanan, lingkungan 5Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 104. 2. Keterlibatan karyawan • Beberapa hal yang harus dikerjakan : • a.Perubahan budaya organisasi • b.Pengembangan kemampuan karyawan • c.Pemberian insentif • d.Membentuk teamwork 6Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 105. Perbaikan yang terus menerus • 1. Plan : team memilih rencana yang paling tepat • 2. Do : team melaksanakan rencana • 3. Check : mengadakan analisis dari kegiatan yang telah dilaksanakan • 4. Act : jika pelaksanaan kegiatan berhasil dapat dijadikan prosedur standar 7Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 107. Biaya-biaya dalam Manajemen Kualitas • 1.Prevention cost adalah biaya-biaya pencegahan sebelum kerusakan atau kekeliruan itu terjadi • 2. Biaya appraisal adalah biaya untuk mengusahakan agar keadaan barang atau bahan yang dikerjakan baik serta biaya untuk mengetahui kalau terjadi kerusakan. 9Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 108. • 3. Internal failure cost adalah biaya yang terjadi karena ada kesalahan- kesalahan atau kerusakan dalam proses produksi • 4. External failure cost adalah biaya yang dikeluarkan karena ada kesalahan proses pembuatan produk tetapi diketahui setelah produk sampai di tangan konsumen. 10Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 109. STANDAR MANAJEMEN KUALITAS ISO 9000 • ISO 9000 merupakan standar manajemen mutu internasional. • ISO = International Organization for standardization • ISO 9000 terdiri dari 5 macam dokumen yaitu ISO 9000 sd 9004 • ISO 9000 merupakan petunjuk untuk memilih dan menggunakan standar- standar yang ada 11Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 110. • ISO 9001 digunakan untuk sertifikasi usaha yang melakukan semua kegiatan mulai design, produksi, instalasi dan service • ISO 9002 digunakan untuk sertifikasi lembaga yang melakukan kegiatan produksi dan instalasi 12Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 111. • ISO 9003 digunakan untuk sertifikasi lembaga yang hanya melakukan kegiatan produksi • ISO 9004 merupakan petunjuk penggunaan standar yang ada 13Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 112. Standar Manajemen Lingkungan ISO 14000 • ISO 14000 merupakan standar manajemen lingkungan, penggunaan bahan dan penggunaan energi • Dalam ISO 14000 ada 13 elemen yang dinilai diantaranya peredaran udara, pembuangan limbah, kebisingan, radiasi, AMDAL 14Frans Habrizons, SE., M.Si
  • 113. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 1 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) ACTIVITY-BASED COSTING Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan. Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh: 1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective 2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost. 3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional: a. Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi. b. Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi. c. Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda. Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolonhkan dalam 4 kelompok, yaitu: a. Facility sustaining activity cost --- biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci b. Product sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk c. Bacth activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup mesin. d. Unit level activity cost ---- biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
  • 114. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 2 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) Langkah-langkah ABC system 1. Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya yang homogen. Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead yang variasinya dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver). Untuk menentukan mana kelompok biaya yang homogen, dapat melihat biaya yang mempunyai rasio konsumsi sama untuk seluruh produk. 2. Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik: Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan yang dikonsumsi Soal Latihan: PT ABC mempunyai dua depatermen, yaitu dep I dan II yang digunakan untuk memproduksi produk A dan produk B. Data untuk menentukan biaya produk A dan B adalah sebagai berikut: Keterangan Produk A Produk B Unit diproduksi 10.000 unit 40.000 unit Biaya bahan baku Rp 10.000.000 Rp 40.000.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 12.000.000 Rp 48.000.000 Jam mesin 20.000 jm 80.000 jm Kilowat 50.000 200.000 Jam inspeksi 5.200 7.800 Jam kerja langsung 10.000 jkl 40.000 jkl Frekuensi produksi 1.000 kali 1.500 kali Data per Depatermen Keterangan Depatermen I Depatermen II Jam kerja langsung: Produk A Produk B 2.000 36.000 8.000 4.000 Jam mesin: Produk A Produk B 5.000 20.000 15.000 60.000 Biaya overhead pabrik: Biaya inspeksi pabrik Rp 5.000.000 Rp 8.000.000 Biaya listrik Rp 5.000.000 Rp 15.000.000 Biaya pemeliharan mesin Rp 4.000.000 Rp 10.000.000 Biaya persiapan produksi Rp 8.500.000 Rp 15.000.000
  • 115. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 3 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) Diminta: Hitunglah harga pokok produksi produk A dan B dengan pendekatan tradisional (tarif tunggal dan tarif depatermen) dan ABC sistem MANAJEMEN KUALITAS, WAKTU DAN BIAYA PERLUNYA PENINGKATAN MANAJEMEN KUALITAS: KEMAJUAN IPTEK DEREGULASI MENINGKATKAN KEPUASAN PERSAINGAN KONSUMEN GLOBALISASI MENINGKATNYA TUNTUTAN KONSUMEN SEBAB DAMPAK PENANGGULANGAN UKURAN KEPUASAN KONSUMEN: KESESUAIAN KUALITAS HARGA YANG KOMPETITIVE KEPUASAN KONSUMEN KETEPATAN WAKTU PENYERAHAN PELAYANAN SBLM & SSDH PENYERAHAN
  • 116. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 4 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) PERKEMBANGAN PERUBAHAN PEMICU PERSAINGAN DAN KUNCI PENGUASAAN PASAR: PEMICU PERSAINGAN KARAKTERISTIK KEUNGGULAN INOVASI KETEPATAN WKT DI PASAR PRODUK BIAYA KUALITAS FLEKSIBILITAS PELAYANAN KEUNGGULAN INOVASI KETEPATAN WKT DIFERENSIANSI DI PASAR PASAR MELALUI KEUNGGULAN BIAYA KUALITAS FLEKSIBILITAS YANG UNIK PELAYANAN KUNCI PENGUASAAN PASAR KERTERKAITAN MANAJEMEN KUALITAS DENGAN PROFITABILITAS KUALITAS TERCERMIN DALAM TERWUJUD DALAM PENURUNAN PENINGKATAN PENINGKATAN PEMBOROSAN PRODUKTIVITAS MANFAAT PRODUK BIAYA PENINGKATAN LEBIH RENDAH PANGSA PASAR PENURUNAN PENINGKATAN PENINGKATAN UTILISASI ASSET MARGIN PENDAPATAN
  • 117. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 5 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) PENINGKATAN PROFITABILITAS KEPUASAN PENINGKATAN KUALITAS KONSUMEN PROFITABILITAS KONSEP MANAJEMEN YANG DIPERLUKAN: FAKTOR YANG DIPERHATIKAN DALAM TQM:  KEPEMIMPINAN  INFORMASI DAN ANALISA  PERENCANAAN MUTU STRATEGIS  PENGEMBANGAN DAN MANAJEMEN SDM  MANAJEMEN PROSES MUTU  HASIL OPERASI DAN MUTU  KEPUASAN PELANGGAN/KONSUMEN OBJECTIVE DAN IMPLEMENTASI TQM:  MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS  MENINGKATKAN KUALITAS  MENGURANGI BIAYA  PENGIRIMAN TEPAT WAKTU  MENINGKATKAN KESELAMATAN KERJA  MENINGKATKAN MORAL/KEPUASAN KARYAWAN PROSES MANAJEMEN KUALITAS: PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU  PRODUK SEBAGAI PEMICU (PRODUCT DRIVEN)  PASAR SEBAGAI PEMICU (MARKET DRIVEN)  MANAJEMEN PRODUK - KUALITAS DIJAMIN MELALUI INSPEKSI - KUALITAS DITINGKATKAN MELALUI INSPEKSI YANG KETAT DAN MENAMBAH BIAYA - KUALITAS TANGGUNG JAWAB DEPATERMEN QUALITY  MANAJEMEN PROSES - KUALITAS DITETAPKAN MELALUI PENCEGAHAN - HUBUNGAN PELANGGAN DAN PEMASOK SCR TERINTEGRASI - PENINGKATAN KUALITAS MELALUI INFORMASI PELANGGAN, PERBAIKAN PROSES KERJA BERKELANJUTAN, PENINGKATAN KEMAMPUAN PELAKSANA - KUALITAS TANGGUNG JAWAB SEMUA PIHAK
  • 118. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 6 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) PEMICU PERUBAHAN DARI PRODUCT DRIVEN MARKET DRIVEN:  KEINGINAN KONSUMEN YANG SELALU MENINGKAT: - Lebih Berkualitas - Lebih Mudah - Lebih Murah - Lebih Berfungsi  SUPPLAY LEBIH BESAR DARI DEMAND (KRN KEMAJUAN TEKNOLOGI)  KONSUMEN MEMPUNYAI BANYAK PILIHAN (KRN SUBSTITUSI PRODUK DAN DEREGULASI, GLOBALISASI) IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS MEKANISME PELAKSANAAN TQM:  HARUS SELALU BICARA DENGAN DATA  PIMPINAN HARUS TURUN KE BAWAH  ORIENTASI PROSES DISAMPING HASIL AKHIR  ORIENTASI PADA KONSUMEN  TRAINNING YANG KONTINUE  PERBAIKAN YANG TERUS MENERUS  CROSS FUNCTION DALAM MEMECAHKAN MASALAH  COST REDUCTION MELALUI ELIMINASI BIAYA HAL YANG DIPERHATIKAN PELAKSANAAN TQM  KETERLIBATAN SEMUA PIHAK  ORIENTASI MEMUASKAN KONSUMEN  LEADERSHIP  SISTEM SUPPORT DAN MANAGEMENT  PEMECAHAN PERSOALAN  CORPORATE VALUE KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN TQM:  KOMITMEN PIMPINAN PUNCAK DALAM MENJALANKAN MANAJEMEN KUALITAS SEKALIGUS SEBAGAI “QUALITY LEADER”
  • 119. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 7 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC)  MELIBATKAN SEMUA JAJARAN DALAM MANAJEMEN KUALITAS DENGAN MENETAPKAN “QUALITY OBJECTIVE” UNTUK SETIAP AKTIVITAS SEBAGAI PENJABARAN DARI “COMPANY GOAL/OBJECTIVE”  PENERAPAN SISTEM IMBALAN (REWARD) DAN SANGSI (PUNISHMENT)  MENGINTEGRASIKAN KUALITAS KE DALAM SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN, DIMANA MANAJEMEN KUALITAS MERUPAKAN CARA MENJALANKAN AKTIVITAS USAHA ILUSTRASI PERBANDINGAN ANTARA TRADISIONAL DENGAN ABC PT “Cinta Sejati” memproduksi 3 jenis produk. Penghitungan Harga Pokok Produk selama ini masih menggunakan secara tradisional. Mulai tahun ini PT “Bangetmaju” selain melakukan penghitungan secara tradisional juga melakukan penghitungan Harga Pokok Produk dengan menerapkan penghitungan atas dasar aktifitas. Data yang berkaitan dengan penghitungan Harga Pokok Produk untuk tahun ini disajikan dalam tabel berikut: BTKL BBB BOP Produk Unit JKL Setups Handles Part X Y Z 20 unit 100 unit 100 unit 30 jam 150 jam 70 jam Rp 300 Rp 1.500 Rp 700 Rp 600 Rp 3.000 Rp 3.000 2 kali 1 kali 3 kali 2 kali 1 kali 3 kali 1 kali 1 kali 2 kali Total 250 jam 6 kali 6 kali 4 kali Jml biaya Rp 2.500 Rp 6.600 Rp 6.200 Rp 3.300 Rp 3.000 BOP yang terjadi di PT “Cinta Sejati” dikaitkan dengan penyebab terjadinya biaya (cost drivers) Overhead, yaitu: product line setups, number of handles dan number of part. Number of setups menujuk pada jumlah berapa kali setiap jenis produk (product line) di set up (penyiapan atau menyusun persiapan produksi). Jumlah penanganan (number of handles) menunjuk pada jumlah berapa kali produk ditangani, yaitu perpindahan dari tempat kerja yang satu ke tempat yang lainya hingga menjadi produk jadi. Jumlah bahan penolong (number of part) adalah jumlah bahan penolong yang dipakai dalam pemrosesan tiap unit produk. KUNCI SUKSES MANAJEMEN KUALITAS
  • 120. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 8 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) ALOKASI BOP SECARA TRADISIONAL Penentuan tarip BOP: BOP Tarip BOP = ------------------- JKL Rp 6.200 + Rp 3.300 + Rp 3.000 Tarip BOP = ----------------------------------------------------- 250 jam Tarip BOP = Rp 50 per JKL Pembebanan BOP ke produk: Produk ( A ) Konsumsi JKL ( B ) Tarip per JKL ( C ) BOPdb ( D ) Jumlah Unit ( E ) Tarip Pembebanan BOP per Unit ( F ) X Y Z 30 JKL 150 JKL 70 JKL Rp 50 Rp 50 Rp 50 Rp 1.500 Rp 7.500 Rp 3.500 20 unit 100 unit 100 unit Rp 75 Rp 75 Rp 35 Keterangan: D = B x C BOPdb = BOP dibebankan F = D (:) E TABEL Penghitungan Harga Pokok per unit: Produk JML BTKL BBB BIAYA PER UNIT TOTAL ( A ) Unit ( B ) ( C ) ( D ) BTKL ( E ) BBB ( F ) BOPdb ( G ) HP /unit ( H ) X Y Z 20 unit 100 unit 100 unit Rp 300 Rp 1.500 Rp 700 Rp 600 Rp 3.000 Rp 3.000 Rp 15 Rp 15 Rp 7 Rp 30 Rp 30 Rp 30 Rp 75 Rp 75 Rp 35 Rp 120 Rp 120 Rp 72 Keterangan: E = C : B F = D : BH = E+F+G Dengan perhitungan secara tradisional, produk X dan Y harga pokok per unitnya sama yaitu sebesar Rp 120 sedangkan produk Z hanya sebesar = Rp 72. Jumlah BOPdb diatas tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat antara jumlah BOPdb dengan penyebabnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah BOPdb ditentukan dengan cara pengalokasian BOP menurut JKL. ACTIVITY-BASED COSTING Dari kasus diatas, BOP dapat dibebankan berdasarkan aktifitas. Aktifitas merupakan penyebab timbulnya biaya. Oleh karena itu biaya harus dibebankan menurut aktifitas yang dikonsumsi. Tarip untuk tiap satu kali aktifitas dapat ditentukan dengan total biaya aktifitas dibagi dengan aktifitas yang dipakai tiap produk. Perhitungan tersebut ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut:
  • 121. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 9 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) AKTIFITAS ( A ) TOTAL BIAYA AKTIFITAS ( B ) AKTIFITAS DIKONSUMSI ( C ) TARIP PER AKTIFITAS (D)=B:C Setup Handling Part numbers Rp 6.200 Rp 3.300 Rp 3.000 6 kali 6 kali 4 kali Rp 1.033,33 Rp 550,00 Rp 750,00 Kemudian penghitungan pembebanan BOP berdasarkan aktifitas yang dikonsumsi oleh produk dilakukan dengan mengalikan jumlah aktifitas yang dikonsumsi dengan tarip per aktifitas. Perhitungan tersebut diringkas dalam tabel sebagai berikut: AKTIFITAS TARIP Produk X Produk Y Produk Z (A) (B) (C) (D)=BxC (E) (F)=BxE (G) (H)=BxG Setup Handling Part Rp 1.033,33 Rp 550,00 Rp 750,00 2 2 1 Rp 2.066,67 Rp 1.100,00 Rp 750,00 1 1 1 Rp 1.033,33 Rp 550,00 Rp 750,00 3 3 2 Rp 3.099,99 Rp 1.650,00 Rp 1.500,00 TOTAL 5 Rp 3.916,67 3 Rp 2.333,33 8 Rp 6.249,99 Hasil penghitungan Harga Pokok per unit: PRODUK (A) JML UNIT (B) BTKL (C) BBB (D) BOP (E) TOTAL HP (F)=C+D+E HP PER UNIT (G)=F/B X Y Z 20 unit 100 unit 100 unit Rp 300 Rp 1.500 Rp 700 Rp 600 Rp 3.000 Rp 3.000 Rp 3.916,67 Rp 2.333,33 Rp 6.249,99 Rp 4.816,67 Rp 6.833,33 Rp 9.949,99 Rp 240,83 Rp 68,33 Rp 99,50 Dari tabel diatas nampak bahwa Harga Pokok Produk per unit untuk produk X jumlahnya = Rp 240,83 jumlah ini merupakan jumlah yang terbesar bila dibandingkan dengan produk lainnya. Sementara yang harga pokok per unitnya terendah adalah produk Y (yaitu sebesar = Rp 68,33). Keuntungan Penggunaan ABC Penerapan sistim ABC memberikan beberapa keuntungan antara lain, berkaitan dengan pengambilan keputusan, pengendalian aktifitas, dan berkaitan dengan penentuan relevant cost. 1. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Penerapan sistim ABC akan meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan, karena penentuan harga pokok produk yang lebih informatif. Keputusan yang tidak tepat sering terjadi karena informasi berdasarkan unit yang disajikan mengalami distrosi. Sistim ABC mencegah timbulnya distorsi dalam penentuan harga pokok produk. Penentuan harga pokok produk secara akurat sangat diperlukan terutama bagi perusahaan yang dalam kondisi persaingan ketat. Contoh, bila salah dalam penentuan harga jual, maka perusahaan tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain. 2. Aktifitas perbaikan secara terus menerus untuk mengurangi BOP. Umumnya perusahaan saat ini menginginkan adanya penurunan BOP. Penurunan BOP tersebut dilakukan dengan cara menerapkan perbaikan secara terus menerus (continous improvement). Apabila perusahaan menerapkan ABC, manajer akan memahami bahwa aktifitas akan memacu timbulnya biaya. oleh karena itu aktifitas-aktifitas yang tidak ada nilai tambahnya (nonvalue added) harus dihilangkan. Dengan demikian akan memaksa manajemen untuk menyederhanakan operasi. Misalnya dengan mengurangi aktifitas penanganan persediaan, akan mengurangi biaya total. Hal ini merupakan kebalikan dari akuntansi biaya tradisional dimana untuk mengurangi
  • 122. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 10 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) biaya per unit perusahaan harus memproduksi unit yang lebih banyak tanpa memperhatikan konsekuensi manajemen persediaan. 3. Memudahkan menentukan relevant cost. Data harga pokok produk, umumnya akan dianalisa secara mendalam untuk mendapatkan informasi yang relevan terhadap keputusan tertentu. Penyesuaian sering dilakukan terhadap data yang ada. Bila data dihasilkan dari sistim yang kurang bagus, maka data yang ada perlu disesuaikan dengan cara yang lebih sulit bila dibandingkan dengan data yang dihasilkan dari sistim yang lebih bagus. Penerapan ABC akan memberikan kemudahan dalam memperoleh relevant cost untuk keputusan yang lebih luas. Misalkan, jika suatu keputusan yang diajukan akan menurunkan atau justru meningkatkan aktifitas yang ber-level batch, maka pembuat keputusan dapat memperkirakan penurunan atau peningkatan biaya yang akan terjadi. Hal yang sama sangat sulit dilakukan bila perusahaan menerapkan sistim yang berbasis volume. SOAL – SOAL LATIHAN 1. PT “Lelaki Perkasa” memproduksi suatu produk yang dilayani melalui suatu pesanan. Sistem penghitungan harga pokok pesanan yang dipakai selama ini mengkategorikan biaya ke dalam dua jenis biaya langsung (biaya bahan dan BTKL) dan satu biaya tak langsung (yaitu BOP, dialokasikan dengan menggunakan Jam Kerja Langsung). Tarip alokasi BOP pada sistem sebelumnya adalah sebesar Rp 115.000,- per JKL. Pada saat ini sebuah tim sedang menerapkan sistem penghitungan HPP dengan ABC. Dalam sistem yang baru tersebut, dua jenis biaya langsung tetap dipertahankan, sedang tarip BOP tunggal diganti dengan 5 pusat pengumpulan biaya (cost pool). Kelima cost pool menyajikan lima aktifitas. Aktivitas Cost Driver Tarip Penanganan bahan jumlah unit bahan Rp 400 Pembubutan jumlah perputaran Rp 200 Penggilingan jumlah jam mesin Rp 20.000 Grenda jumlah unit bahan Rp 800 Pengujian jumlah unit di test Rp 15.000 Saat ini ada 2 pesanan yang diproses dengan menggunakan sistem yang baru. Pesanan tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: Pesanan AA Pesanan AB Biaya Bahan Baku Rp 9.700.000 Rp 59.900.000 BTKL Rp 750.000 Rp 11.250.000 Jumlah JKL 25 375 Jumlah bahan penolong 500 2.000 Jumlah perputaran 20.000 60.000 Jumlah jam mesin 150 1.042,5 Jumlah unit di uji (seluruh- nya telah diuji) 10 200 Diminta: 1. Hitunglah Harga Pokok Produk per unit dengan sistem yang lama. 2. Hitunglah Harga Pokok Produk per unit dengan sistem yang baru.
  • 123. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 11 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) 2. Anggaran BOP untuk tahun 2016 di PT Empat Putri sebagai berikut: Teknik.............................................. Rp 64.000.000 Inspeksi pengendalian kualitas ....... Rp 280.000.000 Setups mesin................................... Rp 66.000.000 Total anggaran ................................ Rp 410.000.000 BOP yang telah diterapkan berdasarkan pada jam kerja langsung. Anggaran untuk tahun 2016 adalah sebesar 16.400 jam kerja langsung. PT UNIRAYA kawatir apakah dengan penerapan ABC akan memperbaiki sistim penentuan HPP atau tidak. Anggaran pemacu biaya BOP berdasarkan ABC untuk tahun 2016 sebagai berikut: Teknik........................................................... 1.600 pergantian teknik Inspeksi pengendalian kualitas.................... 20.000 jumlah inspeksi Jam setups mesin........................................... 6.000 jam setup PT Empat Putri pada tahun 2016 memproduksi 5.000 unit computer. Data yang berkaitan dengan produksi tersebut adalah sebagai berikut: Jumlah Jam mesin......................................1.000 jam Jumlah Jam kerja langsung ........................3.000 jam Jumlah perubahan teknik ............................. 200 kali Jumlah inspeksi pengendalian kualitas........... 40 kali Jumlah Jam setup mesin.................................30 jam DIMINTA: a). Hitung berapa BOP per computer dengan menggunakan alokasi berdasar volume yang menerapkan BOP berdasarkan jam kerja langsung. b). Hitung berapa BOP per computer jika menggunakan ABC. c). Jika bahan baku (BB) dan biaya tenaga kerja langsung (BTKL) per unit sebesar Rp 400.000, dan PT UNIRAYA menghendaki laba kotor 40% dari biaya produksi, berapakah harga jual computer dengan penghitungan harga pokok tradisional maupun ABC. 3. PT Cinta Debby akhir-akhir ini memperkenalkan produk barunya, yang disebutnya sebagai special, untuk melengkapi produk reguler. Biaya overhead dikumpulkan dalam satu cost pool dan dialokasikannya dengan mendasarkan pada jam mesin. Dengan penerapan computer yang baru PT Cinta Debby memutuskan untuk memulai menerapkan sistim ABC. Menurut pengamatan tim, BOP yang terjadi banyak berkaitan dengan setup mesin dan pergantian teknik. Tim kemudian menetapkan jumlah setup mesin dan jumlah pergantian teknik sebagai pemacu aktifitas untuk dua tempat pengumpulan biaya yang baru. Sedangkan BOP yang belum dialokasikan dengan dua pemacu tersebut, dialokasikan dengan jam mesin. Berikut ini data yang berkaitan di PT Cinta Debby Reguler Spesial Total Unit produksi 1.344.600 5.400 1.350.000 Biaya Bahan Baku per unit Rp 540.000 Rp 3.240.000 BTKL Rp 59.400.000 Rp 8.100.000 Rp 67.500.000 Jam mesin 297.000 jam 25.920 jam 322.920 jam Setup mesin 540 kali 1.080 kali 1.620 kali Pergantian teknik 10.800 kali 16.200 kali 27.000 kali
  • 124. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 12 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) BOP: Berkaitan dengan setup mesin ...............................................Rp 6.480.000 Berkaitan dengan teknik .........................................................Rp 22.582.800 Lainnya...................................................................................Rp 51.667.200+ TOTAL BOP .............................................................................Rp 80.730.000 DIMINTA: a). Dengan menggunakan sistim yang lama hitunglah HPP untuk tiap jenis produk. b). Hitung HPP untuk setiap jenis produk tersebut dengan ABC. 4. PT Sayang Selalu memproduksi dan menjual radio ukuran kecil dan ukuran besar. Data yang terkumpul selama tahun 2016 sbb: Jenis produk Jam mesin Unit produksi Biaya Bahan BTKL Meja belajar 8.000 jam 1.300 unit Rp 22.500.000 Rp 2.670.000 Meja makan 12.000 jam 400 unit Rp 14.900.000 Rp 1.450.000 20.000 jam 1.700 unit Rp 37.400.000 Rp 4.120.000 Akuntan PT Sayang Selalu telah mengidentifikasi semua kegiatan dan mengumpulkan data biaya yang terjadi, sbb: Aktivitas Pemacu biaya Total Biaya Volume 1. Penanganan bahan Jumlah bahan dalam Rp 2.000.000 100.000 m3 setiap unit produk. 2. Penyetelan mesin Jumlah setup Rp 8.000.000 40 kali setup 3. Inspeksi Jumlah jam inspeksi Rp 4.000.000 4.000 jam 4. Pengoperasian mesin Jam mesin Rp 6.000.000 20.000 jam Selama tahun 2016 PT Sayang Selalu memproduksi 2 jenis produk dengan data sbb: Aktivitas Meja Belajar Meja Makan Total 1. Penanganan bahan 40.000 M3 60.000 M3 100.000 M3 2. Penyetelan mesin 15 kali setup 25 kali setup 40 kali setup 3. Inspeksi 1.000 jam 3.000 jam 4.000 jam 4. Pengoperasian mesin 8.000 Jam 12.000 jam 20.000 jam DIMINTA: Hitunglah berapa Harga pokok untuk kedua jenis produk tersebut.
  • 125. FRANS HABRIZONS, SE., M.Si 13 Bahan Materi 6: Activity-Based Costing (ABC) JAWABAN: 1. PT Sayang Selalu Sistim Lama Pesanan AA Pesanan AB 10 Unit 200 Unit Biaya Bahan Baku Rp 9.700.000 Rp 59.900.000 BTKL Rp 750.000 Rp 11.250.000 BOP: Rp 115.000 x 25 Rp 2.875.000 Rp 115.000 x 375 Rp 43.125.000 Total HPP Rp 13.325.000 Rp 114.275.000 HPP per unit Rp 1.332.500 Rp 571.375 SISTIM ABC Biaya langsung: BBB Rp 9.700.000 Rp 59.900.000 BTKL Rp 750.000 Rp 11.250.000 Jumlah biaya langsung Rp 10.450.000 Rp 71.150.000 Biaya tak langsung (BOP): Penanganan bahan Rp 400 x 500............................Rp 200.000 Rp 400 x 2.000............................................... ........ Rp 800.000 Pembubutan Rp 200 x 20.000...................... Rp 4.000.000 Rp 200 x 60.000............................................. ........Rp 12.000.000 Penggilingan Rp 20.000 x 150...................... Rp 3.000.000 Rp 20.000 x 1.042,5....................................... ........Rp 20.850.000 Gerenda: Rp 800 x 500............................Rp 400.000 Rp 800 x 2.000............................................... ........Rp 1.600.000 Pengujian: Rp 15.000 x 10 ........................Rp 150.000 Rp 15.000 x 200.................... ........................ ........Rp 3.000.000 Jumlah biaya tak langsung ..... Rp 7.750.000........Rp 38.250.000 Total HPP ................ ................................................Rp 18.200.000 Rp 109.400.000 HPP per Unit ........... ................................................ Rp 1.820.000 Rp 547.000