Dokumen tersebut membahas pengaruh kewajiban kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan penagihan pajak terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Jakarta Selatan. Dokumen tersebut menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian, konsep dasar terkait NPWP dan penagihan pajak, serta metode pengumpulan data melalui wawancara
1. PENGARUH KEWAJIBAN KEPEMILIKAN NPWP DAN
PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI
WILAYAH
JAKARTA SELATAN
Fitri Yanti
12160020
6H-AKT
2. A. Latar Belakang Masalah
• Sebagai negara yang berkembang, sebenarnya Indonesia memiliki berbaga
i macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada
kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Sa
lah satunya adalah Indonesia mengalami masalah di sektor ekonomi, untu
k mengatasi masalah tersebut maka pajak diharapkan bisa menjadi solusi
yang efektif. Hal ini dikarenakan pajak merupakan potensi penerimaan te
rbesar dalam negeri. Karena pajak merupakan penerimaan langsung yang
bisa diolah guna untuk pembiayaan berbagai macam keperluan negara (Li
nstyaningtyas, 2012). Maka dari itu, penerimaan pajak di harapkan dapat
dimaksimalkan.
• Untuk lebih memaksimalkan penerimaan pajak, pemerintah telah menga
mbil langkah-langkah kebijakan agar dapat memancing kesadaran masyar
akat untuk mau membayar pajak. Pada tahun 2008 pemerintah melalui Di
rektorat Jenderal Pajak mengeluarkan kebijakan berupa sunset policy. Da
lam sunset policy, pemerintah secara tidak langsung mewajibkan masyara
kat sebagai wajib pajak untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(Fitriyani dan Wiwik, 2009:89).
3. Bagaimana gambaran kewajiban kepemilikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan penagihan pajak terhadap peneri
maan pajak?
Bagaimana pengaruh kewajiban kepemilikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan penagihan pajak terhadap peneri
maan pajak?
RUMUSAN MASALAH & TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui gambaran kewajiban kepemilikan N
omor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan penagihan pajak
terhadap penerimaan pajak.
Untuk mengetahui pengaruh kewajiban kepemilikan N
omor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan penagihan pajak
terhadap penerimaan pajak.
4. Pengertian Pajak
Menurut Waluyo (2009:2) pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mend
apat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Berdasarkan Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 pajak adalah kontribusi wajib
pada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
Imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebasar-besarnya kemakmuran rakyat.
5. Menurut Resmi (2009:26), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak.
Menurut Mardiasmo (2009:23) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai saran
a dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksan
akan hak dan kewajiban perpajakannya.
6. Contoh NPWP 08.516.767.0-823.000, dapat dijabarkan
sebagai berikutnya (Tansuria,2010:1)
08 : identitas wajib pajak orang pribadi
516.767 : nomor urut/nomor registrasi
0 : cek digit (sebagai alat pengaman agar
tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan
NPWP)
823 : kode KPP (KPP Pratama Bitung)
000 : kode pusat/suami atau cabang/istri
7. Menurut Rahayu (2010:197) pengertian dalam pasal 1 butir 9 Und
ang-undang no.19 Tahun 2000 penagihan pajak adalah serangkaia
n tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biay
a penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melak
sanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melak
sanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
8. H0 = 0, artinya kewajiban kepemilikan NPWP dan pena
gihan pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan p
ajak baik secara parsial maupun simultan di KPP Prat
ama di wilayah Jakarta Selatan.
H0 ≠ 0, artinya kewajiban kepemilikan NPWP dan pena
gihan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
baik secara parsial maupun simultan di KPP Pratama
di wilayah Jakarta Selatan.
9. Populasi dalam penelitian ini
adalah Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama di wilayah
Jakarta Selatan.
Dalam penelitian ini terdapat sampel berjumlah
149 sesuai dengan tabel penentuan jumlah
sampel dari populasi tertentu yang dikembangka
n dari Isaac dan Michael.