SlideShare a Scribd company logo
1 of 98
Download to read offline
HUKUM PAJAK
Pemahaman Dasar tentang Perpajakan
Pertanyaan :
◼ Aa yang dmaksud dengan pajak ?
◼ Mengapa Negara memliki kewenangan
membebani pungutan berupa pajak?
◼ Apa dasar pembenarnya, bak secara
filosofi maupun yuridis ?
Mengapa masyarakat dibebani
kewajiban pajak oleh negara ?
◼ Dalam kehidupan bernegara ada
pengeluaran negara untuk membiayai
pelayanan publik atau ”public service”
yang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
(1) Biaya Rutin
(2) Biaya Pembangunan
Mengapa masyarakat dibebani
kewajiban pajak oleh negara ?
◼ Biaya Rutin : gaji aparatur negara
(aparatur pada lembaga ekskutif,
legislatif, yudikatif, badan atau lembaga
negara lainnya, aparatur pemerintah
daerah, TNI, POLRI, administrasi
pemerintahan dll.
◼ Biaya Pembangunan : infrastruktur baik
di daerah kabupaten/kota, provinsi,
maupun di pusat, dll.
Apa yang dimaksud dengan pajak ?
Istilah Pajak
◼ Belanda : belasting, fiscaal
◼ Inggris : tax, fiscal
◼ Jerman : steuer
Apa yang dimaksud dengan pajak ?
Menurut Prof. Rochmat Soemitro
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara (peralihan kekayaan dari sektor
swasta ke sektor pemerintahan) dengan
tidak mendapat jasa timbal-balik (tegen
prestatie) yang langsung dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum.
(lanjutan)
◼ Pengertian lainnya, pajak adalah
peralihan kekayaan dari rakyat
kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk membiayai public
invesment.
Apa yang dimaksud dengan pajak ?
Menurut Prof. P.J.A. Adriani
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Lanjutan
Menurut Prof. P.J.A. Adriani
Pajak adalah pungutan oleh
pemerintah dengan paksaan yuridis
untuk mendapatkan alat-alat penutup
bagi pengeluaran-pengeluaran umum
(anggaran belanja) tanpa adanya jasa
timbal khusus terhadapnya
Apa saja ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak ?
Menurut R. Santoso Brotodihardjo
◼ Pajak dipungut berdasarkan/dengan
kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
◼ Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya ”kontra prestasi
individual” oleh pemerintah.
◼ Pajak dipungut oleh negara, baik oleh
pemerintah pusat mupun daerah
(lanjutan)
◼ Pajak diperuntukkan bagi
pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat
surplus, diperuntukkan untuk
membiayai ”public invesment”.
◼ Selain mempunyai fungsi anggaran
(budgeter), pajak juga mempunyai
fungsi mengatur (regulerend)
Apa saja unsur-unsur yang terdapat
dalam pajak ?
Menurut Prof. Rochmat Soemitro
◼ Ada masyarakat (kepentingan umum)
◼ Ada undang-undang
◼ Pemungut pajak-penguasa masyarakat
◼ Subyek pajak-wajib pajak
◼ Obyek pajak-tatbestand
◼ Surat ketetapan pajak (fakultatif)
HUKUM PAJAK
TEORI PEMUNGUTAN PAJAK
Pertanyaan :
Apa dasar pembenar bagi negara untuk
memungut pajak ?
◼ Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Y.
S r i P u d i y a t m o k o m e n g u r a i k a n
perkembnagan teori yang menjelaskan
permasalahan ini, teori tersebut adalah :
◼ Teori Asuransi;
◼ Teori Kepentingan;
◼ Teori Bhakti;
◼ Teori Daya Beli; dan
◼ Teori Pembenaran Pajak Menurut Pancasila
Teori Asuransi
◼ M e n u r u t t e o r i i n i , p a j a k
diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayar oleh
setiap orang, karena mereka
mendapatkan perlindungan atas
hak-haknya dari pemerintah.
◼ Pajak disamakan dengan premi
asuransi, wajib pajak disamakan
dengan tertanggung, dan negara
d i s a m a k a n d e n g a n p i h a k
p e n a n g g u n g .
◼ Dalam kenyataannya, justru dalam
pemungutan pajak tidak diterima
suatu imbalan yang secara langsung
d a p a t d i t u n j u k . D a l a m
p e r k e m b a n g a n n y a t e o r i i n i
ditinggalkan karena mengandung
b a n y a k k e l e m a h a n .
Teori Kepentingan
◼ Teori ini mengatakan bahwa
negara mengenakan pajak
terhadap rakyat karena negara
telah melindungi kepentingan
r a k y a t .
◼ Teori ini mengukur besarnya pajak
sesuai dengan besarnya kepentingan
wajib pajak yang dilindungi oleh
n e g a r a .
◼ Jadi, lebih besar kepentingan yang
dilindungi, maka lebih besar pula
p a j a k y a n g h a r u s d i b a y a r .
◼ Pertanyaan yang muncul, apakah hanya
terhadap mereka yang membayar pajak
saja negara memberikan perlindungan dan
jasanya ? Dalam kenyataanya tidak seperti
itu.
◼ Teori ini menyamakan pajak dengan
retribusi, di mana hubungan antara prestasi
dan kontraprestasi terjadi secara langsung.
Teori Bhakti
(Kewajiban Pajak Mutlak)
◼ Teori ini didasarkan pada ”Orgaan
Theory” dari Otto von Gierke yang
menyatakan bahwa negara itu
merupakan suatu kesatuan yang di
dalamnya setiap warga negara terikat.
Tanpa ada ”organ” atau lembaga itu,
individu tidak mungkin dapat hidup.
◼ Oleh karena itu, organ atau
lembaga itu dapat membebani
setiap anggota masyarakatnya
dengan kewajiban-kewajiban,
antara lain kewajiban membayar
p a j a k .
Teori Daya Beli
◼ Menurut teori ini, pajak diibaratkn
sebagai ”pompa” yang menyedot
daya beli seseorang (anggota
masyarakat) yang kemudian
dikembalikan lagi kepada
m a s y a r a k a t .
◼ Jadi pajak yang berasal dari masyarakat
dikembalikan lagi kepada masyarakat tanpa
dikurangi, sehingga pajak itu hanya berfungsi
sebagai ”pompa” untuk menyedot uamg dari
rakyat yang akhirnya dikembalikan lagi kepada
masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat,
sehingga pajak pada hakekatnya tidak merugikan
rakyat. Oleh karena itu, maka pungutan pajak
d a p a t d i b e n a r k a n .
◼ Menurut teori ini pajak hanya berfungsi
sebagai instrumen untuk menyedot daya
beli masyarakat untuk dimasukkan ke kas
negara dan kemudian dikembalikan lagi
kepada masyakakat. Hal ini dapat
d i d e s k r i p s i k a n d i b a w a h i n i :
Masyarakat Negara
Pajak
Teori Pembenaran Pajak Menurut
Pancasila
◼ P a n c a s i l a m e n g a n u t s i f a t
kekeluargaan dan gotong royong.
Gotong rorong dalam pajak tidak lain
dari pada pengorbanan setiap
a n g g o t a m a s y a r a k a t u n t u k
k e p e n t i n g a n b e r s a m a t a n p a
m e n d a p a t k a n i m b a l a n .
◼ Berdasarkan Pancasila, pungutan
pajak dapat dibenarkan karena
pembayaran pajak dipandang
sebagai uang yang tidak keluar
dari lingkungan masyarakat
tempat wajib pajak hidup.
◼ Jadi, akhirnya uang dari pajak untuk diri
sendiri, untuk kesejahteraan sendiri, untuk
masyarakat sendiri. Anggota masyarakat
tidak dapat dipandang terlepas dari
masyarakat dan lingkungannya. Hak asasi
individu dihormati, dan hanya dikurangi
u n t u k k e p e n t i n g a n u m u m .
HUKUM PAJAK
Fungsi Pajak
Fungsi Pajak
Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi
utama dari pajak, yaitu
(1)
fungsi anggaran (budgeter)
(2)
fungsi mengatur (regulerend)
Fungsi Anggaran
Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau
instrumen yang digunakan untuk
memasukkan dana yang sebesar-
besarnya ke dalam kas negara. Dalam hal
ini fungsi pajak lebih diarahkan sebagai
instrumen untuk menarik dana dari
masyarakat untuk dimasukkan ke dalam
kas negara.
Fungsi Mengatur
Pajak digunakan untuk mengatur dan
mengarahkan masyarakat ke arah yang
dikehendaki oleh pemerintah. Oleh
karenanya, fungsi mengatur ini
menggunakan pajak untuk dapat
mendorong dan mengendalikan kegiatan
masyarakat agar sejalan dengan rencana
dan keinginan pemerintah.
Menurut Y. Sri Pudiyatmoko, untuk melaksankan fungsi
mengtur ini, umumnya oleh fiskus digunakan dua cara:
◼ Cara Umum, cara ini biasanya digunakan dengan
menggunakan tarif-tarif pajak yang dimaksudkan untuk
mengadakan perubahan-perubahan terhadap tarif yang
bersifat umum. Tarif yang merupakan persentase atau
jumlah yang dikenakan terhadap basis pajak (tax base),
yang berlaku secara umum dijadikan instrumen
perwujudan fungsi ini.
◼ Cara Khusus, cara ini dapat dibedakan nmenjadi dua,
yaitu yang bersifat positif dan bersifat negatif.
bersifat positif
◼ Bersifat positif, apabila suatu kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat itu oleh pemerintah
dipandang sesutu yang positif, maka kegiatan itu
akan mendapat dukungan dari pemerintah. Oleh
karena itu, dalam keadaan yang demikian,
pemerintah biasanya memberikan dorongan (tax
incentive) yang dilakukan dengan cara pemberian
fasilitas perpajakan yang antara lain berupa :
❑ pemberian kelonggaran yang berbentuk
pembebasan pajak (tax holiday) dan
keringanan pajak;
❑ pemberian pengecualian-pengecualian;
❑ pemberian pengurangan-pengurangan;
❑ kompensasi-kompensasi.
❑ mengadakan penghapusan (afchrifving);
bersifat negatif
◼ Bersifat negatif, merupakan cara mengatur
dengan maksud untuk mencegah atau
menghalangi atau menjuruskn masyarakat ke
arah tujuan tertentu. Ini merupakan suatu
keinginan dari pemerintah (fiskus) atau pembuat
undang-undang dengan cara membuat berbagai
peraturan di bidang pajak yang menghambat
atau memberatkan masyarakat yang
menyebabkan tumbuh dan berkembangnya
suatu kegiatan yang justru ingin ditiadakan atau
diberantas oleh pemerintah.
Tindakan pemerintah yang demikian itu dapat
dipandang sebagai sebuah des incentive tax.
Upaya des incentive tax yang dilakukan oleh
pemerintah dapat berfungsi sebagai:
◼ pemberian hambatan-hambatan;
◼ pencegahan atas pemakaian atau
pemasukan;
◼ pemberatan-pemberatan khusus.
HUKUM PAJAK
KLASIFIKASI PAJAK
(1)
Menurut Administrasi Perpajakan,
terdiri dari:
◼ Pajak langsung, yaitu suatu pajak di mana
beban pajaknya tidak boleh dilimpahkan
kepada pihak lain dan pemungutannya
dilakukan secara periodik (setiap tahun
atau setiap masa) berdasarkan suatu
p e n e t a p a n . M i s a l n y a P P h .
◼ Pajak tidak langsung, yaitu suatu pajak di
m a n a p i h a k w a j i b p a j a k d a p a t
mengalihkan beban pajaknya kepada
pihak lain (atinya bahwa antara mereka
yang menjadi wajib pajak dan yang benar-
benar memikul beban pajak itu merupakan
pihak yang berbeda) dan pemungutannya
dilakukan secara insidental. Misalnya PPN
(2)
Menurut Sifatnya, terdiri dari :
◼ Pajak subyektif, yaitu pajak yang berpangkal
atau berdasar pada subyekya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Pajak
subyektif ini dimulai dengan menetapkan
subyeknya baru kemudian dicari syarat-syarat
obyeknya (bersifat perseorangan/personlijk).
M i s a l n y a P P h
◼ Pajak obyektif, yaitu pajak yang
berpangkal dari obyeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Pajak obyektif ini pengenaannya bertitik
tolak pada obyek yang dikenai pajak, baru
kemudian dicari subyeknya (bersifat
kebendaan/zaakenlijk). Misalnya PPN,
P P n B M , d a n P B B .
(3)
Menurut kewenangan pemungutnya,
terdiri dari:
◼ Pajak pusat, yaitu pajak yang kewenangan
pemungutannya berada pada pemerintah
pusat. Misalnya PPh, PPN, PPnBM, Bea
Materai,
Pajak Daerah, terdiri dari :
(a)
Pajak provinsi :
(b)
Pajak kabupaten/kota
7. Pajak Daerah Provinsi
a. Pendahuluan
b. Pajak Kendaraan Bermotor
c. Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
d. Pajak Alat Berat
e. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
f. Pajak Air Permukaan
g. Pajak Rokok
h. Opsen Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
i. Penutup
8. Pajak Daerah Kabupaten/Kota
a. Pendahuluan
b. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan
c. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
d. Pajak Barang dan Jasa Tertentu
e. Pajak Reklame
f. Pajak Air Tanah
g. Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan
h. Pajak Sarang Burung Walet
i. Opsen Pajak Kendaraan Bermotor
j. Opsen Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
k. Penutup
HUKUM PAJAK
STELSEL PAJAK
Apa pengertian dari stelsel pajak ?
Stelsel Pajak : sistem penentuan
waktu pengenaan pajak, apakah
pajak dikenakan di depan atau di
belakang masa/tahun pajak.
Stelsel Pajak, terdiri dari :
(a)
Stelsel riil/nyata
(b)
Stelsel anggapan
(c)
Stelsel campuran
Stelsel riil/nyata
◼ Dalam stelsel riil/nyata ini pengenaan
pajak didasarkan pada keadaan dari
obyek pajak yang sesungguhnya.
Misalnya, apabila pajak itu dikenakan
terhadap penghasilan, maka
pengenaan pajak didasarkan pada
penghasilan yang sungguh-sungguh
diterima atau diperoleh wajib pajak.
◼ Karena pengenaan pajak didasarkan pada
keadaan yang ada pada obyek pajak itu, maka
tentu tidak dapat dilakukan pemungutan pada
awal masa/tahun pajak di mana selama
masa/tahun pajak itu jumlah dan keadaan
obyek pajak masih sangat mungkin berubah.
Oleh karena itu, apabila terhadap suatu jenis
pajak digunakan stelsel riil, maka sistem
pemungutan pajaknya adalah sistem
pemungutan pajak di belakang (naheffing).
Pemungutan pajak dilakukan setelah
masa/tahun pajak berakhir.
◼ Stelsel ini mempunyai kelebihan tertentu, yaitu
baik bagi wajib pajak maupun fiskus tidak
merasa dirugikan apabila ternyata terjadi
perubahan terhadap keadaan obyek pajak
selama masa pajak itu berlangsung, karena
semua perubahan itu tetap dipertimbangkan
d a l a m p e n e n t u a n j u m l a h p a j a k .
◼ Kelemahan dari penggunaan stelsel ini adalah
terlambatnya utang pajak masuk ke dalam kas
negara. Hal tersebut mengingat utang pajak
baru dapat diterima oleh negara setelah
m a s a / t a h u n p a j a k i t u b e r a k h i r .
Stelsel anggapan
◼ Dalam stelsel anggapan,
pengenaan pajak didasarkan
pada suatu anggapan hukum
(fictie) tertentu. Oleh karena itu,
stelsel ini juga disebut sebagai
fictieve stelsel.
◼ Fictie hukum yang dipakai ini misalnya
menganggap bahwa penghasilan yang
diterima oleh setiap wajib pajak adalah
sama besarnya untuk setiap tahun pajak.
Oleh karenanya, begitu tahun pajak sudah
berakhir dan dapat diketahui besarnya
penghasilan dari wajib pajak yang
bersangkutan, maka sudah dapat
ditentukan pajak penghasilan untuk tahun
p a j a k b e r i k u t n y a .
◼ Fictie lain yang dapat digunakan,
misalnya bagi wajib pajak yang
menerima gaji bulanan, penghasilan
dalam satu tahun pajak adalah sama
dengan penghasilan pada bulan
pertama dikalikan dua belas.
◼ Dengan demikian, stelsel ini
menerapkn sistem pemungutan pajak
d i d e p a n ( v o o r h e f f i n g )
◼ Kelebihan stelsel ini, uang hasil pajak
segera dapat masuk ke dalam kas negara.
Akan tetapi kelemahannya adalah akan
merugikan wajib pajak apabila ternyata
selama masa/tahun pajak berjalan terjadi
penurunan penghasiln dari wajib pajak.
Sebaliknya juga akan merugikan negara
apabila ternyata selama masa/tahun pajak
berlangsung terjadi kenaikan penghasilan
d a r i w a j i b p a j a k .
◼ Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan perpaduan
antara stelsel riil dan stelsel
anggapan, dan sekaligus merupakan
u p a y a u n t u k m e n g h i l a n g k a n
kelemahan-kelemahan dari kedua
s t e l s e l s e b e l u m n y a .
◼ Dalam stelsel campuran ini, utang
p a j a k d i k e n a k a n d e n g a n
mendasarkan stelsel fictie pada awal
masa/tahun yang itu merupakan
ketetapan yang bertsifat sementara,
di mana setelah tahun pajak berakhir
akan dikoreksi berdasarkan keadaan
dari penghasilan yang sesungguhnya
d i t e r i m a o l e h w a j i b p a j a k .
◼ Dengan demikian ada dua ketetapan
pajak, yakni di awal masa/tahun pajak
dikenakan ketetapan sementara dan
kemudian setelah masa/tahun pajak
berakhir dikeluarkan ketetapan yang
final. Penggunaan stelsel ini
m e m b a w a k o n s e k u e n s i
digunakannya sistem pemungutan di
depan dan di belakang sekaligus.
HUKUM PAJAK
TARIF PAJAK
◼ Besarnya utang pajak ditentukan oleh dua
komponen utama, yakni (1) jumlah yang
menjadi dasar pengenaan pajak atau
jumlah yang dikenai pajak (tax base) dan
(2) tarif yang diterapkan terhadapnya
(tax rates). Oleh karena itu, untuk
menentukan besarnya pajak dapat
d i g u n a k a n r u m u s :
T =Tb x Tr
Keterangan :
T : adalah besarnya utang pajak
(tax)
Tb: adalah dasar pengenaan pajak
(tax base)
Tr : adalah tarif pajak (tax rates)
Macam Tarif Pajak
(a)
Tarif tetap
(b)
Tarif proporsional
(c)
Tarif progresif
(d)
Tarif degresif
TARIF TETAP
◼ Tarif tetap, yaitu suatu tarif yang
berupa suatu jumlah tertentu
yang sifatnya tetap dan tidak
dipengaruhi oleh besarnya jumlah
dasar pajak (tax base), obyek
pajak maupun subyek pajak/wajib
pajak
◼ Adanya tarif tetap ini
dilatarbelakangi oleh adanya
pemikiran bahwa keadilan akan
ada apabila terhadap semua
pihak diberikan secara sama.
Jadi, semua dikenakan dalam
jumlah yang sama.
TARIF PROPORSIONAL
Tarif ini merupakan sebuah
“persentase tunggal” yang dikenakan
terhadap semua obyek pajak
berapapun nilainya. Jadi, apabila tarif
ini diterapkan, besar kecilnya utang
pajak semata-mata ditentukan oleh
jumlah/nilai dasar dari obyek yang
dikenai pajak (tax base). Sebagai
contoh, PPN di mana tarif pajaknya
11 %.
• A d a n y a t a r i f p r o p o r s i o n a l i n i
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa
apabila semua orang dikenakan pajak
dalam jumlah yang sama itu menjadi
kurang adil, hal tersebut disebabkan
karena kenyataannya keadaan dan
kemampuan dari orang yang satu
dengan yang lain itu tidaklah sama. Oleh
karena itu, harus dikenakan beban yang
sebanding dengan kemampuan mereka
m a s i n g - m a s i n g .
TARIF PROGRESIF
◼ Tarif ini berupa persentase yang
meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah yang
dikenai pajak. Jadi, tarif pajak
jenis ini terdiri dari beberapa
persentase dan bukan persentase
tunggal.
TARIF DEGRESIF
◼ Tarif ini berupa persentase yang
m e n u r u n s e i r i n g d e n g a n
meningkatnya jumlah yang dikenai
pajak. Jadi, tarif pajak jenis ini terdiri
dari beberapa persentse dan bukan
peresentase tunggal di mana
persentasenya semakin kecil apabila
jumlah yang dikenai pajak semakin
b e s a r .
◼ Tarif degresif ini tidak digunakan atau
diterapkan dalam praktek, karena tarif ini
mengandung ketidakadilan. Apabila tarif
ini diterapkan, maka mereka yang
mempunyai penghasilan yang rendah
akan mendapat beban pajak yang lebih
berat, sementara mereka yang
mempunyai penghasilan yang lebih tinggi
justru mendapat beban pajak yang
semakin ringan.
Contoh Tarif Proporsional
No Dasar Pengenaan
Pajak (Tax Base)
Tarif Utang Pajak
1. Rp. 10.000.000,00 11 % Rp. 1.000.000,00
2. Rp. 100.000.000,00 11 % Rp. 10.000.000,00
3. Rp. 1.000.000.000,00 11 % Rp. 100.000.000,00
Contoh Tarif Progresif
No Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
(%)
1. sampai dengan
Rp 50.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)
5 %
2. di atas Rp 50.000.000,00 ( lima puluh juta rupiah)
s.d. Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah)
15 %
3. di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) s.d. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
25 %
4. di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30 %
Contoh Tarif Degresif
No Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
(%)
1. sampai dengan
Rp 50.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)
30 %
2. di atas Rp 50.000.000,00 ( lima puluh juta rupiah)
s.d. Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah)
25 %
3. di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) s.d. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
15 %
4. di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 5 %
HUKUM PAJAK
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
Adam Smith dalam bukunya Wealth
of Natioans mengemukakan 4
(empat) asas pemungutan pajak yang
lazim dikenal dengan “FOUR
CANONS TAXATION” atau ”sering
disebut ”THE FOUR MAXIMS” yaitu:
THE FOUR MAXIMS :
(1)
Equality (asas persamaan)
(2)
Certainty (asas kepastian)
(3)
Conveniency of Payment (asas menyenangkan)
(4)
Low Cost of Collection (asas efisiensi)
Equality
◼ Equality (asas persamaan), asas ini
menekankan bahwa warga negara
seharusnya memberikan sumbangannya
kepada negara sebanding dengan
kemampuan mereka masing-masing
sehubungan dengan keuntungan (besar
kecinya pendapatan yang diperoleh) di
bawah perlindungan negara.
Certainty
Certainty (asas kepastian), asas ini
menekankan bahwa bagi wajib pajak harus
jelas dan pasti tentang waktu, jumlah, dan
tata cara pembayaran pajak (kepastian
hukum mengenai subyek, obyek dan tata
cara pemungutan pajak).
Conveniency of Payment
◼ Conveniency of Payment (asas
menyenagkan), asas ini mengandung makna
bahwa pajak seharusnya dipungut pada
waktu maupun dengan cara yang paling
menyenangkan bagi para wajib pajak.
Misalnya PPh dipungut pada saat wajib
pajak menerima penghasilan atau gaji.
Low Cost of Collection
Low Cost of Collection (asas efisiensi),
asas ini menekankan bahwa biaya
pemungutan pajak tidak boleh lebih
dari hasil pajak yang akan diterima.
◼ Tunggul Ansyari Setia Negara
mengelompokkan asas pemungutan pajak
sebagai berikut :
◼ Asas yuridis
◼ Asas ekonomis
◼ Asas finansial
◼ Asas pengenaan pajak
Asas Yuridis
Asas yuridis, menurut asas ini hukum
pajak harus dapat memberikan jaminan
hukum bagi negara maupun warganya.
Oleh karena itu pajak di negara hukum
harus didasarkan pada undang-
undang.
Asas Ekonomis
Asas ekonomis, asas ini mengandung
makna bahwa dengan pemungutan
pajak, keseimbangan dalam kehidupan
ekonomi tidak boleh terganggu, bahkan
harus tetap dipupuk sesuai dengan
fungsi mengatur (regulerend).
Asas Finansial
Asas finansial, asas ini menekankan
bahwa biaya-biaya pemungutan pajak
harus lebih kecil dibandingkan dengan
hasil penerimaan pajak. Hal ini sesuai
dengan fungsi anggaran (budgeter)
pajak.
Asas Pengenaan Pajak
Asas pengenaan pajak (yurisdiksi pemungutan
pajak), asas ini membicarakan tentang yurisdiksi
dari suatu negara berhadapan dengan negara lain
(hukum pajak internasional). Prinsipnya, asas ini
mencari jawaban atas permasalahan pemerintah
negara mana yang berwenang memungut pajak
terhadap suatu sasaran pajak tertentu.
Asas Pengenaan Pajak, meliputi:
Asas tempat tinggal (domisili)
Menurut asas ini negara domisili
atau tempat tinggal wajib pajak
yang berwenang memungut
obyek pajak tertentu.
Asas sumber
Menurut asas ini negara sumber
yang berwenang untuk memungut
suatu obyek pajak tertentu
terhadap wajib pajak.
Asas kebangsaan
Menurut asas ini negara menurut
kebangsaan wajib pajak yang
berwenang memungut pajak
terhadap obyek pajak tertentu atas
diri wajib pajak.
HUKUM PAJAK
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
(1)
Official Assessment System
(2)
Self Assessment System
(3)
With Holding System
Official Assessment System
Official Assessment System, yaitu
suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
Official Assessment ...
Ciri sistem ini adalah :
◼ Wewenang untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang ada
pada fiskus.
◼ Wajib pajak bersifat pasif.
◼ Utang pajak timbul setelah
dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
Self Assessment System
Self Assessment System, yaitu suatu
sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
Self Assessment ...
Ciri dari sistem ini adalah :
◼ Wewenang untuk menentukan besarnya
pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri.
◼ Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung,
menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
◼ Fiskus tidak ikut campur dan hanya
mengawasi.
With Holding System
◼ With Holding System, yaitu suatu
sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan wajib pajak)
untuk menentukan pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
With Holding ...
Ciri dari sistem ini, bahwa
wewenang untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga (pihak selain
fiskus dan wajib pajak).

More Related Content

Similar to 06-01-2023-materi-mata-kuliah-hukum-pajak-pertemuan-9.pdf

Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Nanda Dwi Ferbiana
 
Tugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakTugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakrhatnae23
 
Perpajakan : Pertemuan 1
Perpajakan : Pertemuan 1Perpajakan : Pertemuan 1
Perpajakan : Pertemuan 1Cindi Almira
 
Pengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum PajakPengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum PajakRizki Alyusra
 
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajakSejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajakYanels Garsione
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...dhanny deswita
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...enggar fajri hasti
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Nanda Dwi Ferbiana
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Rahma Naulita
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Annez Fathia
 
Pengantar Perpajakan pertemuan I
Pengantar Perpajakan pertemuan IPengantar Perpajakan pertemuan I
Pengantar Perpajakan pertemuan Isischayank
 
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...Jiantari Marthen
 
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANG
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANGPENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANG
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANGjohnfreddy75
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianMulyana Natsir
 
Pratikum komputer yeni marlina
Pratikum komputer yeni marlinaPratikum komputer yeni marlina
Pratikum komputer yeni marlinaRickyshidiq
 
Sistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan IndonesiaSistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan IndonesiaPutri Shafira
 
Materi pajak
Materi pajakMateri pajak
Materi pajakJogo Hera
 
D1 Pajak: Asas Asas Pemungutan Pajak, Teori Pemungutan Pajak Adil, Yurisdiksi...
D1 Pajak: Asas Asas Pemungutan Pajak, Teori Pemungutan Pajak Adil, Yurisdiksi...D1 Pajak: Asas Asas Pemungutan Pajak, Teori Pemungutan Pajak Adil, Yurisdiksi...
D1 Pajak: Asas Asas Pemungutan Pajak, Teori Pemungutan Pajak Adil, Yurisdiksi...Nur Rina Martyas Ningrum
 

Similar to 06-01-2023-materi-mata-kuliah-hukum-pajak-pertemuan-9.pdf (20)

Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
 
Tugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakTugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajak
 
Perpajakan : Pertemuan 1
Perpajakan : Pertemuan 1Perpajakan : Pertemuan 1
Perpajakan : Pertemuan 1
 
Pengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum PajakPengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum Pajak
 
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajakSejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
 
Pengantar Perpajakan pertemuan I
Pengantar Perpajakan pertemuan IPengantar Perpajakan pertemuan I
Pengantar Perpajakan pertemuan I
 
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
 
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANG
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANGPENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANG
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANG
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
 
Pratikum komputer yeni marlina
Pratikum komputer yeni marlinaPratikum komputer yeni marlina
Pratikum komputer yeni marlina
 
Sistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan IndonesiaSistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan Indonesia
 
Materi pajak
Materi pajakMateri pajak
Materi pajak
 
D1 Pajak: Asas Asas Pemungutan Pajak, Teori Pemungutan Pajak Adil, Yurisdiksi...
D1 Pajak: Asas Asas Pemungutan Pajak, Teori Pemungutan Pajak Adil, Yurisdiksi...D1 Pajak: Asas Asas Pemungutan Pajak, Teori Pemungutan Pajak Adil, Yurisdiksi...
D1 Pajak: Asas Asas Pemungutan Pajak, Teori Pemungutan Pajak Adil, Yurisdiksi...
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

06-01-2023-materi-mata-kuliah-hukum-pajak-pertemuan-9.pdf

  • 1. HUKUM PAJAK Pemahaman Dasar tentang Perpajakan
  • 2. Pertanyaan : ◼ Aa yang dmaksud dengan pajak ? ◼ Mengapa Negara memliki kewenangan membebani pungutan berupa pajak? ◼ Apa dasar pembenarnya, bak secara filosofi maupun yuridis ?
  • 3. Mengapa masyarakat dibebani kewajiban pajak oleh negara ? ◼ Dalam kehidupan bernegara ada pengeluaran negara untuk membiayai pelayanan publik atau ”public service” yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Biaya Rutin (2) Biaya Pembangunan
  • 4. Mengapa masyarakat dibebani kewajiban pajak oleh negara ? ◼ Biaya Rutin : gaji aparatur negara (aparatur pada lembaga ekskutif, legislatif, yudikatif, badan atau lembaga negara lainnya, aparatur pemerintah daerah, TNI, POLRI, administrasi pemerintahan dll. ◼ Biaya Pembangunan : infrastruktur baik di daerah kabupaten/kota, provinsi, maupun di pusat, dll.
  • 5. Apa yang dimaksud dengan pajak ? Istilah Pajak ◼ Belanda : belasting, fiscaal ◼ Inggris : tax, fiscal ◼ Jerman : steuer
  • 6. Apa yang dimaksud dengan pajak ? Menurut Prof. Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintahan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
  • 7. (lanjutan) ◼ Pengertian lainnya, pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk membiayai public invesment.
  • 8. Apa yang dimaksud dengan pajak ? Menurut Prof. P.J.A. Adriani Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
  • 9. Lanjutan Menurut Prof. P.J.A. Adriani Pajak adalah pungutan oleh pemerintah dengan paksaan yuridis untuk mendapatkan alat-alat penutup bagi pengeluaran-pengeluaran umum (anggaran belanja) tanpa adanya jasa timbal khusus terhadapnya
  • 10. Apa saja ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak ? Menurut R. Santoso Brotodihardjo ◼ Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. ◼ Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya ”kontra prestasi individual” oleh pemerintah. ◼ Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat mupun daerah
  • 11. (lanjutan) ◼ Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, diperuntukkan untuk membiayai ”public invesment”. ◼ Selain mempunyai fungsi anggaran (budgeter), pajak juga mempunyai fungsi mengatur (regulerend)
  • 12. Apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam pajak ? Menurut Prof. Rochmat Soemitro ◼ Ada masyarakat (kepentingan umum) ◼ Ada undang-undang ◼ Pemungut pajak-penguasa masyarakat ◼ Subyek pajak-wajib pajak ◼ Obyek pajak-tatbestand ◼ Surat ketetapan pajak (fakultatif)
  • 14. Pertanyaan : Apa dasar pembenar bagi negara untuk memungut pajak ?
  • 15. ◼ Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Y. S r i P u d i y a t m o k o m e n g u r a i k a n perkembnagan teori yang menjelaskan permasalahan ini, teori tersebut adalah : ◼ Teori Asuransi; ◼ Teori Kepentingan; ◼ Teori Bhakti; ◼ Teori Daya Beli; dan ◼ Teori Pembenaran Pajak Menurut Pancasila
  • 16. Teori Asuransi ◼ M e n u r u t t e o r i i n i , p a j a k diibaratkan sebagai suatu premi asuransi yang harus dibayar oleh setiap orang, karena mereka mendapatkan perlindungan atas hak-haknya dari pemerintah.
  • 17. ◼ Pajak disamakan dengan premi asuransi, wajib pajak disamakan dengan tertanggung, dan negara d i s a m a k a n d e n g a n p i h a k p e n a n g g u n g .
  • 18. ◼ Dalam kenyataannya, justru dalam pemungutan pajak tidak diterima suatu imbalan yang secara langsung d a p a t d i t u n j u k . D a l a m p e r k e m b a n g a n n y a t e o r i i n i ditinggalkan karena mengandung b a n y a k k e l e m a h a n .
  • 19. Teori Kepentingan ◼ Teori ini mengatakan bahwa negara mengenakan pajak terhadap rakyat karena negara telah melindungi kepentingan r a k y a t .
  • 20. ◼ Teori ini mengukur besarnya pajak sesuai dengan besarnya kepentingan wajib pajak yang dilindungi oleh n e g a r a . ◼ Jadi, lebih besar kepentingan yang dilindungi, maka lebih besar pula p a j a k y a n g h a r u s d i b a y a r .
  • 21. ◼ Pertanyaan yang muncul, apakah hanya terhadap mereka yang membayar pajak saja negara memberikan perlindungan dan jasanya ? Dalam kenyataanya tidak seperti itu. ◼ Teori ini menyamakan pajak dengan retribusi, di mana hubungan antara prestasi dan kontraprestasi terjadi secara langsung.
  • 22. Teori Bhakti (Kewajiban Pajak Mutlak) ◼ Teori ini didasarkan pada ”Orgaan Theory” dari Otto von Gierke yang menyatakan bahwa negara itu merupakan suatu kesatuan yang di dalamnya setiap warga negara terikat. Tanpa ada ”organ” atau lembaga itu, individu tidak mungkin dapat hidup.
  • 23. ◼ Oleh karena itu, organ atau lembaga itu dapat membebani setiap anggota masyarakatnya dengan kewajiban-kewajiban, antara lain kewajiban membayar p a j a k .
  • 24. Teori Daya Beli ◼ Menurut teori ini, pajak diibaratkn sebagai ”pompa” yang menyedot daya beli seseorang (anggota masyarakat) yang kemudian dikembalikan lagi kepada m a s y a r a k a t .
  • 25. ◼ Jadi pajak yang berasal dari masyarakat dikembalikan lagi kepada masyarakat tanpa dikurangi, sehingga pajak itu hanya berfungsi sebagai ”pompa” untuk menyedot uamg dari rakyat yang akhirnya dikembalikan lagi kepada masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga pajak pada hakekatnya tidak merugikan rakyat. Oleh karena itu, maka pungutan pajak d a p a t d i b e n a r k a n .
  • 26. ◼ Menurut teori ini pajak hanya berfungsi sebagai instrumen untuk menyedot daya beli masyarakat untuk dimasukkan ke kas negara dan kemudian dikembalikan lagi kepada masyakakat. Hal ini dapat d i d e s k r i p s i k a n d i b a w a h i n i :
  • 28. Teori Pembenaran Pajak Menurut Pancasila ◼ P a n c a s i l a m e n g a n u t s i f a t kekeluargaan dan gotong royong. Gotong rorong dalam pajak tidak lain dari pada pengorbanan setiap a n g g o t a m a s y a r a k a t u n t u k k e p e n t i n g a n b e r s a m a t a n p a m e n d a p a t k a n i m b a l a n .
  • 29. ◼ Berdasarkan Pancasila, pungutan pajak dapat dibenarkan karena pembayaran pajak dipandang sebagai uang yang tidak keluar dari lingkungan masyarakat tempat wajib pajak hidup.
  • 30. ◼ Jadi, akhirnya uang dari pajak untuk diri sendiri, untuk kesejahteraan sendiri, untuk masyarakat sendiri. Anggota masyarakat tidak dapat dipandang terlepas dari masyarakat dan lingkungannya. Hak asasi individu dihormati, dan hanya dikurangi u n t u k k e p e n t i n g a n u m u m .
  • 32. Fungsi Pajak Pada umumnya dikenal adanya dua fungsi utama dari pajak, yaitu (1) fungsi anggaran (budgeter) (2) fungsi mengatur (regulerend)
  • 33. Fungsi Anggaran Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk memasukkan dana yang sebesar- besarnya ke dalam kas negara. Dalam hal ini fungsi pajak lebih diarahkan sebagai instrumen untuk menarik dana dari masyarakat untuk dimasukkan ke dalam kas negara.
  • 34. Fungsi Mengatur Pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat ke arah yang dikehendaki oleh pemerintah. Oleh karenanya, fungsi mengatur ini menggunakan pajak untuk dapat mendorong dan mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah.
  • 35. Menurut Y. Sri Pudiyatmoko, untuk melaksankan fungsi mengtur ini, umumnya oleh fiskus digunakan dua cara: ◼ Cara Umum, cara ini biasanya digunakan dengan menggunakan tarif-tarif pajak yang dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap tarif yang bersifat umum. Tarif yang merupakan persentase atau jumlah yang dikenakan terhadap basis pajak (tax base), yang berlaku secara umum dijadikan instrumen perwujudan fungsi ini. ◼ Cara Khusus, cara ini dapat dibedakan nmenjadi dua, yaitu yang bersifat positif dan bersifat negatif.
  • 36. bersifat positif ◼ Bersifat positif, apabila suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat itu oleh pemerintah dipandang sesutu yang positif, maka kegiatan itu akan mendapat dukungan dari pemerintah. Oleh karena itu, dalam keadaan yang demikian, pemerintah biasanya memberikan dorongan (tax incentive) yang dilakukan dengan cara pemberian fasilitas perpajakan yang antara lain berupa :
  • 37. ❑ pemberian kelonggaran yang berbentuk pembebasan pajak (tax holiday) dan keringanan pajak; ❑ pemberian pengecualian-pengecualian; ❑ pemberian pengurangan-pengurangan; ❑ kompensasi-kompensasi. ❑ mengadakan penghapusan (afchrifving);
  • 38. bersifat negatif ◼ Bersifat negatif, merupakan cara mengatur dengan maksud untuk mencegah atau menghalangi atau menjuruskn masyarakat ke arah tujuan tertentu. Ini merupakan suatu keinginan dari pemerintah (fiskus) atau pembuat undang-undang dengan cara membuat berbagai peraturan di bidang pajak yang menghambat atau memberatkan masyarakat yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya suatu kegiatan yang justru ingin ditiadakan atau diberantas oleh pemerintah.
  • 39. Tindakan pemerintah yang demikian itu dapat dipandang sebagai sebuah des incentive tax. Upaya des incentive tax yang dilakukan oleh pemerintah dapat berfungsi sebagai: ◼ pemberian hambatan-hambatan; ◼ pencegahan atas pemakaian atau pemasukan; ◼ pemberatan-pemberatan khusus.
  • 41. (1) Menurut Administrasi Perpajakan, terdiri dari: ◼ Pajak langsung, yaitu suatu pajak di mana beban pajaknya tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain dan pemungutannya dilakukan secara periodik (setiap tahun atau setiap masa) berdasarkan suatu p e n e t a p a n . M i s a l n y a P P h .
  • 42. ◼ Pajak tidak langsung, yaitu suatu pajak di m a n a p i h a k w a j i b p a j a k d a p a t mengalihkan beban pajaknya kepada pihak lain (atinya bahwa antara mereka yang menjadi wajib pajak dan yang benar- benar memikul beban pajak itu merupakan pihak yang berbeda) dan pemungutannya dilakukan secara insidental. Misalnya PPN
  • 43. (2) Menurut Sifatnya, terdiri dari : ◼ Pajak subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasar pada subyekya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Pajak subyektif ini dimulai dengan menetapkan subyeknya baru kemudian dicari syarat-syarat obyeknya (bersifat perseorangan/personlijk). M i s a l n y a P P h
  • 44. ◼ Pajak obyektif, yaitu pajak yang berpangkal dari obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Pajak obyektif ini pengenaannya bertitik tolak pada obyek yang dikenai pajak, baru kemudian dicari subyeknya (bersifat kebendaan/zaakenlijk). Misalnya PPN, P P n B M , d a n P B B .
  • 45. (3) Menurut kewenangan pemungutnya, terdiri dari: ◼ Pajak pusat, yaitu pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah pusat. Misalnya PPh, PPN, PPnBM, Bea Materai,
  • 46. Pajak Daerah, terdiri dari : (a) Pajak provinsi : (b) Pajak kabupaten/kota
  • 47. 7. Pajak Daerah Provinsi a. Pendahuluan b. Pajak Kendaraan Bermotor c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor d. Pajak Alat Berat e. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor f. Pajak Air Permukaan g. Pajak Rokok h. Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan i. Penutup
  • 48. 8. Pajak Daerah Kabupaten/Kota a. Pendahuluan b. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan c. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan d. Pajak Barang dan Jasa Tertentu e. Pajak Reklame f. Pajak Air Tanah g. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan h. Pajak Sarang Burung Walet i. Opsen Pajak Kendaraan Bermotor j. Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor k. Penutup
  • 50. Apa pengertian dari stelsel pajak ? Stelsel Pajak : sistem penentuan waktu pengenaan pajak, apakah pajak dikenakan di depan atau di belakang masa/tahun pajak.
  • 51. Stelsel Pajak, terdiri dari : (a) Stelsel riil/nyata (b) Stelsel anggapan (c) Stelsel campuran
  • 52. Stelsel riil/nyata ◼ Dalam stelsel riil/nyata ini pengenaan pajak didasarkan pada keadaan dari obyek pajak yang sesungguhnya. Misalnya, apabila pajak itu dikenakan terhadap penghasilan, maka pengenaan pajak didasarkan pada penghasilan yang sungguh-sungguh diterima atau diperoleh wajib pajak.
  • 53. ◼ Karena pengenaan pajak didasarkan pada keadaan yang ada pada obyek pajak itu, maka tentu tidak dapat dilakukan pemungutan pada awal masa/tahun pajak di mana selama masa/tahun pajak itu jumlah dan keadaan obyek pajak masih sangat mungkin berubah. Oleh karena itu, apabila terhadap suatu jenis pajak digunakan stelsel riil, maka sistem pemungutan pajaknya adalah sistem pemungutan pajak di belakang (naheffing). Pemungutan pajak dilakukan setelah masa/tahun pajak berakhir.
  • 54. ◼ Stelsel ini mempunyai kelebihan tertentu, yaitu baik bagi wajib pajak maupun fiskus tidak merasa dirugikan apabila ternyata terjadi perubahan terhadap keadaan obyek pajak selama masa pajak itu berlangsung, karena semua perubahan itu tetap dipertimbangkan d a l a m p e n e n t u a n j u m l a h p a j a k . ◼ Kelemahan dari penggunaan stelsel ini adalah terlambatnya utang pajak masuk ke dalam kas negara. Hal tersebut mengingat utang pajak baru dapat diterima oleh negara setelah m a s a / t a h u n p a j a k i t u b e r a k h i r .
  • 55. Stelsel anggapan ◼ Dalam stelsel anggapan, pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan hukum (fictie) tertentu. Oleh karena itu, stelsel ini juga disebut sebagai fictieve stelsel.
  • 56. ◼ Fictie hukum yang dipakai ini misalnya menganggap bahwa penghasilan yang diterima oleh setiap wajib pajak adalah sama besarnya untuk setiap tahun pajak. Oleh karenanya, begitu tahun pajak sudah berakhir dan dapat diketahui besarnya penghasilan dari wajib pajak yang bersangkutan, maka sudah dapat ditentukan pajak penghasilan untuk tahun p a j a k b e r i k u t n y a .
  • 57. ◼ Fictie lain yang dapat digunakan, misalnya bagi wajib pajak yang menerima gaji bulanan, penghasilan dalam satu tahun pajak adalah sama dengan penghasilan pada bulan pertama dikalikan dua belas. ◼ Dengan demikian, stelsel ini menerapkn sistem pemungutan pajak d i d e p a n ( v o o r h e f f i n g )
  • 58. ◼ Kelebihan stelsel ini, uang hasil pajak segera dapat masuk ke dalam kas negara. Akan tetapi kelemahannya adalah akan merugikan wajib pajak apabila ternyata selama masa/tahun pajak berjalan terjadi penurunan penghasiln dari wajib pajak. Sebaliknya juga akan merugikan negara apabila ternyata selama masa/tahun pajak berlangsung terjadi kenaikan penghasilan d a r i w a j i b p a j a k .
  • 59. ◼ Stelsel campuran Stelsel ini merupakan perpaduan antara stelsel riil dan stelsel anggapan, dan sekaligus merupakan u p a y a u n t u k m e n g h i l a n g k a n kelemahan-kelemahan dari kedua s t e l s e l s e b e l u m n y a .
  • 60. ◼ Dalam stelsel campuran ini, utang p a j a k d i k e n a k a n d e n g a n mendasarkan stelsel fictie pada awal masa/tahun yang itu merupakan ketetapan yang bertsifat sementara, di mana setelah tahun pajak berakhir akan dikoreksi berdasarkan keadaan dari penghasilan yang sesungguhnya d i t e r i m a o l e h w a j i b p a j a k .
  • 61. ◼ Dengan demikian ada dua ketetapan pajak, yakni di awal masa/tahun pajak dikenakan ketetapan sementara dan kemudian setelah masa/tahun pajak berakhir dikeluarkan ketetapan yang final. Penggunaan stelsel ini m e m b a w a k o n s e k u e n s i digunakannya sistem pemungutan di depan dan di belakang sekaligus.
  • 63. ◼ Besarnya utang pajak ditentukan oleh dua komponen utama, yakni (1) jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak atau jumlah yang dikenai pajak (tax base) dan (2) tarif yang diterapkan terhadapnya (tax rates). Oleh karena itu, untuk menentukan besarnya pajak dapat d i g u n a k a n r u m u s :
  • 64. T =Tb x Tr Keterangan : T : adalah besarnya utang pajak (tax) Tb: adalah dasar pengenaan pajak (tax base) Tr : adalah tarif pajak (tax rates)
  • 65. Macam Tarif Pajak (a) Tarif tetap (b) Tarif proporsional (c) Tarif progresif (d) Tarif degresif
  • 66. TARIF TETAP ◼ Tarif tetap, yaitu suatu tarif yang berupa suatu jumlah tertentu yang sifatnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah dasar pajak (tax base), obyek pajak maupun subyek pajak/wajib pajak
  • 67. ◼ Adanya tarif tetap ini dilatarbelakangi oleh adanya pemikiran bahwa keadilan akan ada apabila terhadap semua pihak diberikan secara sama. Jadi, semua dikenakan dalam jumlah yang sama.
  • 68. TARIF PROPORSIONAL Tarif ini merupakan sebuah “persentase tunggal” yang dikenakan terhadap semua obyek pajak berapapun nilainya. Jadi, apabila tarif ini diterapkan, besar kecilnya utang pajak semata-mata ditentukan oleh jumlah/nilai dasar dari obyek yang dikenai pajak (tax base). Sebagai contoh, PPN di mana tarif pajaknya 11 %.
  • 69. • A d a n y a t a r i f p r o p o r s i o n a l i n i dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa apabila semua orang dikenakan pajak dalam jumlah yang sama itu menjadi kurang adil, hal tersebut disebabkan karena kenyataannya keadaan dan kemampuan dari orang yang satu dengan yang lain itu tidaklah sama. Oleh karena itu, harus dikenakan beban yang sebanding dengan kemampuan mereka m a s i n g - m a s i n g .
  • 70. TARIF PROGRESIF ◼ Tarif ini berupa persentase yang meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah yang dikenai pajak. Jadi, tarif pajak jenis ini terdiri dari beberapa persentase dan bukan persentase tunggal.
  • 71. TARIF DEGRESIF ◼ Tarif ini berupa persentase yang m e n u r u n s e i r i n g d e n g a n meningkatnya jumlah yang dikenai pajak. Jadi, tarif pajak jenis ini terdiri dari beberapa persentse dan bukan peresentase tunggal di mana persentasenya semakin kecil apabila jumlah yang dikenai pajak semakin b e s a r .
  • 72. ◼ Tarif degresif ini tidak digunakan atau diterapkan dalam praktek, karena tarif ini mengandung ketidakadilan. Apabila tarif ini diterapkan, maka mereka yang mempunyai penghasilan yang rendah akan mendapat beban pajak yang lebih berat, sementara mereka yang mempunyai penghasilan yang lebih tinggi justru mendapat beban pajak yang semakin ringan.
  • 73. Contoh Tarif Proporsional No Dasar Pengenaan Pajak (Tax Base) Tarif Utang Pajak 1. Rp. 10.000.000,00 11 % Rp. 1.000.000,00 2. Rp. 100.000.000,00 11 % Rp. 10.000.000,00 3. Rp. 1.000.000.000,00 11 % Rp. 100.000.000,00
  • 74. Contoh Tarif Progresif No Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak (%) 1. sampai dengan Rp 50.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) 5 % 2. di atas Rp 50.000.000,00 ( lima puluh juta rupiah) s.d. Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) 15 % 3. di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) s.d. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 25 % 4. di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30 %
  • 75. Contoh Tarif Degresif No Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak (%) 1. sampai dengan Rp 50.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) 30 % 2. di atas Rp 50.000.000,00 ( lima puluh juta rupiah) s.d. Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) 25 % 3. di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) s.d. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 15 % 4. di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 5 %
  • 77. Adam Smith dalam bukunya Wealth of Natioans mengemukakan 4 (empat) asas pemungutan pajak yang lazim dikenal dengan “FOUR CANONS TAXATION” atau ”sering disebut ”THE FOUR MAXIMS” yaitu:
  • 78. THE FOUR MAXIMS : (1) Equality (asas persamaan) (2) Certainty (asas kepastian) (3) Conveniency of Payment (asas menyenangkan) (4) Low Cost of Collection (asas efisiensi)
  • 79. Equality ◼ Equality (asas persamaan), asas ini menekankan bahwa warga negara seharusnya memberikan sumbangannya kepada negara sebanding dengan kemampuan mereka masing-masing sehubungan dengan keuntungan (besar kecinya pendapatan yang diperoleh) di bawah perlindungan negara.
  • 80. Certainty Certainty (asas kepastian), asas ini menekankan bahwa bagi wajib pajak harus jelas dan pasti tentang waktu, jumlah, dan tata cara pembayaran pajak (kepastian hukum mengenai subyek, obyek dan tata cara pemungutan pajak).
  • 81. Conveniency of Payment ◼ Conveniency of Payment (asas menyenagkan), asas ini mengandung makna bahwa pajak seharusnya dipungut pada waktu maupun dengan cara yang paling menyenangkan bagi para wajib pajak. Misalnya PPh dipungut pada saat wajib pajak menerima penghasilan atau gaji.
  • 82. Low Cost of Collection Low Cost of Collection (asas efisiensi), asas ini menekankan bahwa biaya pemungutan pajak tidak boleh lebih dari hasil pajak yang akan diterima.
  • 83. ◼ Tunggul Ansyari Setia Negara mengelompokkan asas pemungutan pajak sebagai berikut : ◼ Asas yuridis ◼ Asas ekonomis ◼ Asas finansial ◼ Asas pengenaan pajak
  • 84. Asas Yuridis Asas yuridis, menurut asas ini hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum bagi negara maupun warganya. Oleh karena itu pajak di negara hukum harus didasarkan pada undang- undang.
  • 85. Asas Ekonomis Asas ekonomis, asas ini mengandung makna bahwa dengan pemungutan pajak, keseimbangan dalam kehidupan ekonomi tidak boleh terganggu, bahkan harus tetap dipupuk sesuai dengan fungsi mengatur (regulerend).
  • 86. Asas Finansial Asas finansial, asas ini menekankan bahwa biaya-biaya pemungutan pajak harus lebih kecil dibandingkan dengan hasil penerimaan pajak. Hal ini sesuai dengan fungsi anggaran (budgeter) pajak.
  • 87. Asas Pengenaan Pajak Asas pengenaan pajak (yurisdiksi pemungutan pajak), asas ini membicarakan tentang yurisdiksi dari suatu negara berhadapan dengan negara lain (hukum pajak internasional). Prinsipnya, asas ini mencari jawaban atas permasalahan pemerintah negara mana yang berwenang memungut pajak terhadap suatu sasaran pajak tertentu.
  • 88. Asas Pengenaan Pajak, meliputi: Asas tempat tinggal (domisili) Menurut asas ini negara domisili atau tempat tinggal wajib pajak yang berwenang memungut obyek pajak tertentu.
  • 89. Asas sumber Menurut asas ini negara sumber yang berwenang untuk memungut suatu obyek pajak tertentu terhadap wajib pajak.
  • 90. Asas kebangsaan Menurut asas ini negara menurut kebangsaan wajib pajak yang berwenang memungut pajak terhadap obyek pajak tertentu atas diri wajib pajak.
  • 92. (1) Official Assessment System (2) Self Assessment System (3) With Holding System
  • 93. Official Assessment System Official Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
  • 94. Official Assessment ... Ciri sistem ini adalah : ◼ Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus. ◼ Wajib pajak bersifat pasif. ◼ Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
  • 95. Self Assessment System Self Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
  • 96. Self Assessment ... Ciri dari sistem ini adalah : ◼ Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri. ◼ Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. ◼ Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
  • 97. With Holding System ◼ With Holding System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan wajib pajak) untuk menentukan pajak yang terutang oleh wajib pajak.
  • 98. With Holding ... Ciri dari sistem ini, bahwa wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga (pihak selain fiskus dan wajib pajak).