3. A. Latar Belakang
◦ Salah satu teori kognitif yang menjelaskan sebuah proses belajar pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-
tahap sebuah proses pengolahan sebuah informasi ialah teori pemrosesan sebuah informasi.
◦ Menurut teori ini sebuah proses belajar tidak berbeda halnya dengan sebuah proses menerima, menyimpan dan
mengungkapkan kembali dengan sebuah informasi-sebuah informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala
tentang belajar dapat dijelaskan jika sebuah proses belajar itu dianggap sebagai sebuah proses transformasi masukan
menjadi keluaran.
4. Sifat Pendekatan Pemrosesan Sebuah informasi
◦ anak secara berthap mengembangkan kemampuan untuk memsebuah proses sebuah informasi, dan karenanya sedar
berthap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Beberapa pendekatan pemrosesan
informasip memilki kecenderungan yang lebih konstruktivis ketembang pendekatan lainnya. Mereka mempunyai
kecenderungan konstruktivis memandang guru sebagai pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai
pelajar yang berusaha memahami tugas tersebut (Mayer, 2001, 2002).
5. ◦ Pandangan Siegler
◦ Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan sebuah informasi :
sebuah proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.
◦ a. Pemikiran
◦ Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) ialah pemrosesan sebuah informasi. Dalam hal ini Siegler
memberikan perspektif luas tentang apa itu penyandian (encoding), merepre-sentasikan, dan menyimpan sebuah
informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan sebuah proses berpikir
6. MEKANISME PENGUBAH
◦ Mekanisme Pengubah
◦ Siegler (2002) berpendapat bahwasanya dalam pemrosesan sebuah informasi fokus utamanya ialah pada peran
mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia mempercayai bahwa bahwasanya ada empat mekanisme yang bekerja
sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak: encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi,
dan generalisasi.
7. ◦ ) Encoding
◦ Encoding ialah sebuah proses memasukkan sebuah informasi ke dalam ingatan (penyimpanan data). Siegler
mengatakan bahwasanya aspek utama dari pemecahan problem ialah menyandikan sebuah informasi yang relavan dan
mengabaikan sebuah informasi yang tidak relevan. Karena biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun
strategi baru, anak harus melatihnya untuk melaksanakan peyandian secara otomatis maksimalkan efektivitasnya.
◦ 2) Otomatisitas
◦ Istilah otomatisitas (automaticity) ialah “kemampuan untuk memproses sebuah informasi dengan sedikit atau tanpa
usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemrosesan sebuah informasi menjadi makin otomatis, dan
anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide dan kejadian” (Kail, 2002).
8. 3) Kontruksi Strategi
◦ Mekanisme ketiga ialah kontruksi strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memsebuah proses sebuah informasi.
Siegler (2001) mengatakan bahwasanya anak perlu menyadikan sebuah informasi kunci untuk suatu problem dan
mengoordinasikan sebuah informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relavan untuk memecahkan
masalah.
◦ 4) Generalisasi
◦ Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu, perlu adanya generalisasi. Anak perlu melakukan generalisasi, atau
mengaplikasikan, strategi pada problem lain. Transfer terjadi saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk
mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.
9. MODIFIKASI DIRI
◦ 2. Modifikasi Diri
◦ Pendekatan pemrosesan sebuah informasi kontemporer menyatakan bahwasanya, seperti dalam teori perkembangan
kognitif Piaget, anak memainkan peran Aktif dalam perkembangan mereka. Mereka menggunakan pengetahuan dan
strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respons pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara ini,
anak membangun respons baru dan lebihcanggih berlandaskan pada pengetahuan dan strategi saebelumnya. Arti penting
modifikasi diri dalam pemrosesan sebuah informasi dicontohkan metakognisi, yang berarti kognisi tentang kognisi, atau
“mengetahui tentang mengetahui” (Flavell, 199; Flavell Miller, & Miller, 2002).
10. Ingatan (penyimpanan data)
◦ Ingatan (penyimpanan data) atau ingatan ialah retensi sebuah informasi. Para psikologi pendidikan memepelajari
bagaimana sebuah informasi diletakan atau disimpan dalam ingatan (penyimpanan data), bagaimana ia dipertahnakan
atau disimpan setelah disediakan (encoded), dan bagaimana ia ditemukan atau diungkap kembali untuk tujuan tertentu
dikemudian hari.
11. 1. Enconding
◦ Dalam bahasa sehari-hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Saat murid mendengarakan
guru bicara, menonton film, mendengarkan musik, atau bicara dengan kawan, dia sedang menyediakan sebuah informasi
kedalam ingatan (penyimpanan data). Ada enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yakni atensi, pengulangan,
pemrosesan mendalam, elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji), dan penatann organisasi)
12. ATENSI
◦ Atansi ialah “mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian penting dalam
memerhatikan ialah seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak terbatas” (Mangels, Piction, & Craik,
2001).
◦ Kemampuan berpindah dari satu aktivitas ke aktifias yang lain secara tepat ialah tantangan lain yang berhubungan
dengan atensi. Misalnya, belajar menulis cerita yang bagus membuuthkan kemampuan unutk berpindah-pindah dari
aktivitas mneulis huruf, menata kalimat, menyuun paragraf, dan menyampaikan cerita secara keseluruhan. Kamampuan
meggeser atensi anak yang lebih tua dan orang dewasa lebih baik ketimbang anak yang lebih muda dan anak kecil.
13. Pengulangan (rehearsal)
◦ Pengulangan (rehearsal) ialah repitisi sebuah informasi dari waktu ke waktu agar sebuah informasi lebih lama berada
di dalam ingatan (penyimpanan data). Pengulangan akan bekerja dengan baik apabila murid perlu menyandikan dan
mengingat daftar item untuk periode waktu yang singkat.
◦ Perosesan mendalam
◦ Setelah diketahui bahwasanya pengulangan (rehearsal) bukan cara yang efektif untuk menye-diakan sebuah
informasi untuk ingatan (penyimpanan data) jangka panjang (Fergus Craik dan Robert Lockhart 1972) menagtakan
bahwasanya “kita dapat memsebuah proses sebuah informasi pada berbagai level.
14. ◦ Elaborasi
◦ Elaborasi ialah ekstensivitas pemrosesan ingatan (penyimpanan data) dalam penyandian. Jadi saat anda menyajikan
konsep demokrasi kepad murid, mereka kemungkinan mengingatnya dengan lebih baik jika mereka diberi contoh lebih
bagus dari demokrasi. Mencari contoh ialah cara yang bagus utuk mengelaborasi sebuah informasi. Misalnya, referensi
diri (self-reference) ialah cara yang efektif untuk mngelaborasi sebuah informasi.
◦ Mengkonstruksi citra (imaji)
◦ “Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi sebuah informasi. Allan Paivio (1971,
1986) mempercayai bahwasanya ingatan (penyimpanan data) disimpan melalui satu atau dua cara: sebagai kode verbal
atau sebagi kode citra/imaji.
15. ◦ Penataan
◦ Apabila murid menata (mengorganisasikan) sebuah informasi ketika mereka menyediakanya, maka ingatan
(penyimpanan data) mereka akan banyak terbantu. Semakin tertata imformasia yang disampaikan, semakin mudah
untuk mengingatnya. Ini terutama berlaku jika menata imformasi secara hierarkis atau
menjelaskannya. Chunking (“pengemasan”) ialah strategi penataan ingatan (penyimpanan data) yang baik, yakni dapat
mengelompokan atau “mengepak” sebuah informasi menjadi unit-unit “higherorder” yang dapat diingat sebagai satu
tunggal
16. ◦ . Penyimpanan
◦ Setelah murid menyandikan sebuah informasi, mereka perlu mempertahankan atau menyimpan sebuah informasi. Di
antara aspek paling menonjol dari penyimpanan ingatan (penyimpanan data) ialah tiga simpanan utama, yang
berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, ingatan (penyimpanan data) sensoris, working memory (atau
ingatan (penyimpanan data) jangka pendek), dan ingatan (penyimpanan data) jangka panjang
17. ◦ Ingatan (penyimpanan data) sensoris
◦ Ingatan (penyimpanan data) sensoris atau sensory memory mempertahankan sebuah informasi dari dunia dalam
bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, atau lebih lama ketimbang waktu murid menerima sensasi visual,
suara, dan sesnsai lainnya. Murid mempunyai ingatan (penyimpanan data) sensori untuk suara lama beberapa detik,
kurang lebih seperti lamanya suatu gema suara. Akan tetapi, memeori sensoris untuk gambar visual bertahan hanya
sekitar seperempat detik. Karena sebuah informasi sensosri bertahan hanya sesaat, ialah penting bagi murid untuk
memperhatikan sebuah informasi sensoris yang penting bagi pemebelajaran mereka.
18. ◦ Memeori jangka pendek
◦ Ingatan (penyimpanan data) jangka pendek ialah sistem ingatan (penyimpanan data) berkemampuan terbatas di mana
sebuah informasi diperthankan sekitar 30 detik, kecuali sebuah informasi itu di ulangi atau disebuah proses lebih
lanjut, di mana dalam kasus itu daya tahan simpanannya dapat lebih lama. Dibandingkan dengan ingatan
(penyimpanan data) sensoris,
19. . Keahlian dan Pembelajaran
◦ Mempelajari perilaku dan sebuah proses pikiran para ahli bisa memberikan kita wawasan tentang cara membimbing
para siswa untuk menjadi pelajar yang lebih efektif. Menurut National Reserch Council (1999), mereka lebih baik dari
pada pemula dalam
20. Model Pemrosesan Sebuah informasi yang Baik
◦ Anak-anak diajari oleh orang atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Semakin sering anak-anak diberikan
stimulasi intelektual baik disekolah maupun dirumah maka akan memperbanyak strategi spesifik yang akan mereka
temui dan mereka pelajari.
◦ b. Guru mungkin menuujukkan persamaan dan perbedaan dalam banyak strategi dalam bidang tertentu.
◦ c. Siswa mengenali manfaat umum dari penggunaan strategi yang nantinya menghasilkan pengetahuan strategi
umum. Mereka berusaha menggabungkan hasil pembelajaran yang dirasa berhasil dengan hasil pembelajaran dengan
usaha yang mereka kerahkan dalam mengevaluasi, memilih dan memantau penggunaan strategi (pengetahuan dan
aktivitas metakognitif).
21. Title Lorem Ipsum
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET,
CONSECTETUER ADIPISCING ELIT.
NUNC VIVERRA IMPERDIET ENIM.
FUSCE EST. VIVAMUS A TELLUS.
PELLENTESQUE HABITANT MORBI
TRISTIQUE SENECTUS ET NETUS.