Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Tugas laporan akhir semester ganjil ferdinan
1. TUGAS LAPORAN AKHIR SEMESTER GANJIL
TANGGUNG JAWAB MANUSIA ATAS KEHENDAK BEBASNYA
OLEH : FERDINAN TAKAIN
NIM : 01411113
DOSEN : MARKUS P.A.R OLESA M.Th
SEMESTER : 4 (Empat)
Pada dasarnya, seluruh ciptaan tunduk kepada Allah. Ia adalah pencipta, tetapi tidak
meninggalkan ciptaan-Nya setelah mencipta, melainkan Ia memimpin seluruh ciptaan-Nya.
Ia adalah Raja dari seluruh semesta ciptaan-Nya. Tak ada satu pun dari semesta ciptaan-Nya
yang lebih tinggi dari diri Allah sendiri. Manusia, berbeda dengan ciptaan yang lain, karena
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri (Kej 1:26-27). Manusia dalam tingkat
ciptaan-Nya yang tertinggi, merupakan makhluk yang memiliki kehendak bebas (sebelum
jatuh ke dalam dosa).
Karena diciptakan dalam tingkatan yang tertinggi, maka manusia merupakan satu-
satunya makhluk yang diberi tugas pengelolaan (management) oleh Allah sendiri. Manusia
diperintahkan Allah untuk berkuasa dan menaklukkan bumi (Kej 1:28). Perintah untuk
berkuasa yang diberikan kepada manusia atas bumi, bukanlah kekuasaan yang semena-mena,
melainkan suatu kuasa otoritas untuk mengelola apa yang menjadi milik Allah, sehingga
kemuliaan kuasa Allah, dapat dipantulkan oleh manusia.
Apabila kita memperhatikan Kejadian pasal 1, diceritakan bagaimana Allah
menciptakan manusia sebagai ciptaan yang tertinggi dalam ayat 26-27, tetapi dalam ayat 28
(satu ayat setelah cerita penciptaan manusia) dinyatakan suatu perintah Allah yang besar bagi
manusia. Maka manusia menjadi makhluk ciptaan Allah yang paling mulia, dengan suatu
tanggung jawab yang besar kepada Allah untuk mematuhi perintah-Nya. Allah tidak
menciptakan manusia untuk hidup dan menggunakan segala potensi dirinya bagi kesemena-
menaan.
2. Manusia pertama, yaitu Adam, ditempatkan Allah ke dalam taman Eden. Taman Eden
diberikan Allah dengan segala fasilitas di dalamnya, dengan tujuan untuk diusahakan dan
dipelihara oleh Adam (Kej 2:15-16). Setelah itu Allah memerintahkan apa yang boleh
dimakan oleh Adam, serta apa yang tidak boleh dimakan oleh Adam (Kej 2:16-17). Hal ini
menjadi jelas bagi kita, bahwa Allah tidak pernah membiarkan manusia untuk hidup semena-
mena, melainkan untuk hidup dalam tanggung jawab kepada Allah Sang Penguasa semesta.
Dalam seluruh Alkitab, kita menemukan banyak sekali berkat yang Allah berikan
kepada manusia, serta di sisi lain, kita juga menemukan banyak larangan yang diperintahkan
Allah kepada manusia. Saya rasa, kebanyakan orang Kristen mempercayai bahwa banyak
sekali terdapat ayat-ayat mengenai tanggung jawab manusia kepada Allah.
Persoalan yang timbul bagi kita adalah bagaimana mempercayai bahwa manusia
memiliki tanggung jawab kepada Allah, tetapi juga mempercayai bahwa Allah telah
menetapkan (mempredestinasikan) segala sesuatu dalam dekrit-Nya sejak kekekalan. Seorang
teman saya yang malas ke Gereja pernah mengatakan, “Saya kan gak ke Gereja hari ini ya
karena sudah ditetapkan Allah.” Dia mengatakannya sambil cengengesan. Bolehkah seorang
Kristen mengatakan kalimat seperti itu?
Kita perlu ingat satu hal yang terpenting, yaitu bahwa manusia diciptakan Allah untuk
memiliki kehendak bebas. Apakah kehendak bebas yang diberikan Allah ketika Ia
menciptakan manusia tersebut berada di luar penetapan Allah? Tentu saja tidak, Allah tak
mungkin bertindak diluar ketetapan hati-Nya sendiri! Jadi,dapat kita disimpulkan bahwa
Allah telah menetapkan manusia untuk memiliki kehendak bebas ketika pertama diciptakan.
Kita harus mengingat, bahwa kehendak bebas pada manusia yang pertama kali
diciptakan (Adam dan Hawa) berada di dalam penetapan Allah. Jika Allah tidak menetapkan
manusia untuk memiliki kehendak bebas pada waktu diciptakan, apakah manusia tersebut
dapat memiliki kehendak bebas? Tentu saja tidak! Maka kehendak bebas manusia tersebut
bergantung kepada penetapan Allah. Sekarang apabila pertanyaannya dibalik, dapatkah
manusia melakukan sesuatu yang berada di luar penetapan Allah dengan kehendak bebasnya?
Tentu saja tidak, mengapa? Karena kehendak bebas manusia bergantung kepada penetapan
Allah, tetapi penetapan Allah tidak bergantung kepada kehendak bebas manusia.
3. Lalu kemudian, bagaimana dengan keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh
kehendak bebas manusia tersebut, apakah telah ditetapkan Allah juga? Tentu saja! Saudara
telah mempelajari bahwa segala sesuatu berada dalam penetapan Allah. Tak ada satu pun
dapat eksis atau pun terjadi di luar ketetapan-Nya. Jika demikian, dapatkah kehendak bebas
yang ditetapkan Allah tersebut disebut sebagai kehendak bebas? Pengakuan Iman
Westminster mengatakan:
Kebebasan bisa didefinisikan sebagai “tidak adanya pengaruh eksternal.” Jika
seseorang tidak dipaksa oleh suatu kuasa dari luar dirinya untuk melakukan hal yang
berlawanan dengan apa “yang ingin dia lakukan”, maka tepat bila kita mengatakan bahwa
orang itu “bebas.” Hal yang mengagumkan dari predestinasi Allah adalah bahwa Allah
sungguh-sungguh membiarkan manusia bebas dalam pengertian ini, meskipun Dia
mempredestinasikan segala sesuatu yang akan dilakukan setiap orang.
Allah dalam cara-Nya yang misterius, mampu menetapkan segala sesuatu yang akan
dilakukan manusia, tanpa merusak kebebasan kehendak manusia. Ketika Adam dan Hawa
jatuh ke dalam dosa, apakah hal itu berasal dari kehendak bebas Adam dan Hawa sendiri? Ya
tentu saja, jelas-jelas Hawa memakan buah itu karena ia mengingininya (Kej 3:6a). Tetapi
apakah hal tersebut telah dipredestinasikan Allah? Ya, tentu saja, tak ada satu hal pun dapat
terjadi di luar ketetapan Allah.
Tetapi perlu sekali kita memperhatikan, bahwa kebebasan kehendak untuk memilih
perbuatan baik atau jahat, memuliakan Tuhan atau pun dosa, hanyalah dimiliki oleh manusia
pada waktu pertama kali diciptakan. Karena setelah kejatuhan dalam dosa, manusia dikuasai
oleh dosa, dan segala kehendaknya adalah buah dari dosa yang menguasai hati serta seluruh
diri manusia. Seperti pohon yang tidak baik pasti menghasilkan buah yang tidak baik, begitu
pula manusia yang berdosa, pastilah menghasilkan perbuatan dosa (Mat 7:17-19). Mengenai
macam-macam dosa, dan bagaimana manusia berdosa tak mungkin lagi melakukan sesuatu
yang memuliakan Allah atau melakukan sesuatu yang tak tercemar oleh dosa dalam dirinya
dapat dipelajari dalam bab IV di bagian Hamartologi (doktrin dosa).
_____________________
4. Hal ini menjadi jelas bagi kita, bahwa Allah mempredestinasikan dosa, tetapi Allah
tak berdosa, atau pun menciptakan dosa. Mengapa? Karena sekalipun berada dalam
penetapan Allah, tetap yang menciptakan dan yang melakukan dosa adalah sang pribadi itu
sendiri. Dalam konteks dosa manusia, jelas sekali baik dosa pertama yang dilakukan Adam
dan Hawa, maupun dosa yang kemudian dilakukan oleh keturunan mereka secara aktif, selalu
berdasarkan kehendak pribadi manusia tersebut. Misteri terbesar bagi kita adalah bagaimana
cara Allah menetapkan segala sesuatu yang akan dilakukan oleh manusia, tanpa merusak
kehendak bebas manusia tersebut. Mengenai hal ini, Alkitab tidak menyatakan kepada kita,
maka kita tak mungkin bisa mengetahuinya.
Apa yang dapat kita ketahui dengan pasti melalui Alkitab, adalah bahwa Allah telah
menetapkan segala sesuatu sesuai dengan keinginan hati-Nya, dan penetapan Allah atas
perilaku manusia tak merusak kebebasan kehendak manusia tersebut. Maka, manusia
memiliki tanggung jawab kepada Allah, untuk melakukan perintah-Nya, dan untuk menjauhi
larangan-Nya.
Allah mengangkat manusia dari seluruh ciptaanNya dan memberikan mandat
kepadanya aga dapat bertanggung jawab di hadapan Allah. Kuasa yang diberikanNya itu di
nyatakan sebagai berikut “taklukanlah bumi,berkuasalah atas segala...” (Kej 1:28). Manusia
di beri tugas untuk menata hidup baru,memberi nama bagi setiap makhluk hidup,mengatur
pembiakan,mengelola alam,menempatkan makhluk hidup tersebut ditempat,dan menyediakan
makanan yang membuat kelangsungan hidupnya.
Menurut Imamat 25:1-7: “Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu,dan
enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil
tanah itu,tetapi pada tahun ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat,masa perhentian
penuh,suatu sabat bagi Tuhan...!(termasuk makanan bagi budak,orang upahan,orang
asing,ternak,binatang liar,hasil tanah itu menjadi makanannya).
___________________________
Dr.A.A.Sitompul,Teologi Antropologi (Manusia dan Budaya)