SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
1 | DIKTAT MOTOR BENSIN
BAB V
PEMBAKARAN
5.1 PENGERTIAN PEMBAKARAN
Pembakaran adalah suatu reaksi kimia atau reaksi persenyawaan bahan bakar dengan
oksigen dan diikuti oleh sinar/panas. Mekanisme pembakaran sangat dipengaruhi oleh keadaan dari
seluruh proses pembakaran, dimana atom-atom dari pembakaran yang dapat beraksi dengan oksigen
dan membentuk produk yang berupa gas. bahan-bahan bensin mengandung unsur-unsur karbon dan
hydrogen. proses pembakaran yang normal tidak akan terjadi masalah pada mesin. bila oksigen dan
hidro karbon tidak bercampur dengan baik maka akan terjadi proses”cracking” dimana pada saat
penyalaan akan timbul asap.
5.2 JENIS-JENIS PEMBAKARAN
Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada pembakaran motor bensin, yaitu:
1. Pembakaran normal (sempurna), dimana bahan bakar dapat terbakar seluruhnya pada saat
dan keadaan yang di kehendaki.
2. Pembakaran tidak normal (tidak sempurna), dimana sebagian bahan bakar tidak ikut
terbakar atau tidak terbakar barsama-sama pada saat dan keadaan yang di kehendaki.
5.2.1 Pembakaran Sempurna (Normal)
Mekanisme pembakaran normal didalam motor bensin dimulai pada saat terjadinya
lontaran api pada busi. Selanjutnya api membakar gas bakar yang berada di sekelilingnya dan terus
menjalar keseluruh bagian sampai semua partikel gas bakar terbakar habis. Didalam pembakaran
normal, pembagian nyala api pada waktu “ignition de lay, terjadi merata keseluruh bagian. Pada
keadaan yang sebenarnya, mekanisme pembakaran di dalam motor ini bersifat komplek, dimana ia
berlangsung beberapa fase.
(Gambar 5.1. Grafik Pembakaran Normal Pada Motor Bensin)
2 | DIKTAT MOTOR BENSIN
Keterangan:
1 Penyalaan
2 Pembakaran eksplosif atau perambatan pembakaran
3 Tekanan pembakaran maksimum
4 Akhir pembakaran
Tekanan pembakaran ditentukan oleh pembakaran eksplosif.
Pembakaran eksplosif ditentukan oleh factor-faktor lain seperti campuran bahan bakar. Pada
saat gas bakar di kompresikan, tekanan dan suhunya naik sehingga terjadi reaksi kimia dimana
molekul-molekulhidrokarbon terurai dan bergabung dengan oksigen. Pencampuran dibantu oleh
adanya turbalensi sehingga campuran dalam keadaan homogen. Tekanan pembakaran maksimal
sangat ditentukan oleh proses pembakaran eksplosif. Tekanan pembakaran maksimal diharapkan
tetap beberapa derajat setalah TMA kurang lebih 10º pada setiap kondisi kecepatan.
Proses pembakaran eksplosif terlalu singkat akan menyebabkan majunya tekanan
pembakaran maksimal. Demikian sebaliknya, bila pembakaran eksplosif terlalu lama akan
menyebabkan tekanan pembakaran maksimum mundur sehingga ada tenaga yang mestinya bisa
dimanfaatkan terbuang percuma bersama dengan gas bekas pada saat katup buang mulai dibuka.
Pembakaran eksplosif yang terlalu singkat bisa disebabkan oleh banyak factor, diantaranya;
Tekanan kompresi, Bentuk ruang bakar, Api busi, Kondisi campuran, (gemuk dan kurusnya),
system pemajuan pengapian (advancer) dan lain-lain.
5.2.2 Pembakaran Yang Tidak Sempurna (Tidak Normal)
Pembakaran yang tak sempurna ditandai dengan suatu output tenaga mesin yang rendah.
Pembakaran yang tak sempurna berarti tekanan pembakaran maksimum, tidak diperoleh pada saat
yang tepat. Dan pembakaran yang tidak sempurna ini biasanya ada dua kemungkinan yaitu:
1 Detonasi (knocking)
2 Preignation
A. Detonasi
Detonasi adalah suatu ketukan atau ledakan dan fluktuasi yang tidak konstan, baik
tekanan maupun jarak terjadinya.
Detonasi bisa menyebabkan tenaga mesin berkurang dan memperpendek umur
mesin.
Hal-hal yang menyebabkan detonasi adalah:
a) Perbandingan kompresi yang tinggi
3 | DIKTAT MOTOR BENSIN
b) Suhu ruang bakar yang tinggi
c) Masa pengapian terlalu cepat
d) Kontruksi ruang bakar tidak tepat
e) Adanya kerak-kerak yang menenpel pada ruang bakar
B. Preingnition
Preignation peristiwanya hampir sama dengan detonasi tetapi terjadinya sebelum
busi memercikan bunga api, yang disebabkan oleh adanya tekanan dan suhu yang terlalu
tinggi dan bahan bakar terbakar dengan sendirinya. Dengan kata lain, preignation adalah
peristiwa pembakaran, yang terjadi sebelum sampai pada saat yang dikehendaki.
5.3 ANGKA OKTAN
Angka oktan pada mesin adalah suatu bilangan yang menunjukan kemampuan bertahan
terhadap detonasi. Makin besar angka oktan makin besar pula kemampuan bertahan bensin
terhadap detonasi. Dengan kata lain makin tinggi angka oktan, makin kurang kemungkinannya
untuk terjadi detonasi. Berkurangnya detonasi maka campuran udara dan bahan bakar yang di
kompresikan oleh torak menjadi lebih banyak sehingga tenaga motor akan lebih besar dan
pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat. Untuk motor bensin dengan perbandingan kompresi
yang tinggi diperlukan bahan bakar dengan angka oktan yang tinggi. Jadi bensin dengan angka
oktan tinggi tidak menguntungkan jika dipakai pada motor bensin yang berkompresi rendah.
5.4 SISTEM PENGAPIAN
Sistem pengapian pada mobil bensin berfungsi sebagai sumber panas pada proses
pembakaran gas di dalam ruang bakar sehingga bisa terbakar dengan sempurna pada saat dan waktu
yang tepat.
4 | DIKTAT MOTOR BENSIN
(Gambar 5.2. Sistem Pengapian)
5.4.1 Komponen-Komponen Sistem Pengapian
Fungsi Masing-Masing Komponen Sistem Pengapian baterai
1 Baterai berfungsi sebagai sumber arus sehingga pengapian bisa bekerja
2 Kunci kontak berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus listrik dari baterai ke
rangkaian primer.
3 Koil berfungsi untuk menaikan tegangan baterai (12 volt) menjadi tegangan tinggi
(15.000-25000 volt).
4 Kontak pemutus berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus primer agar
terjadi induksi tegangan tinggi pada rangkaian sekunder system pengapian.
5 Kondensator (kondensor) berfungsi:
 Mencegah atau menyerap loncatan bunga api pada celah kontak pemutus pada saat
mulai membuka.
 Mempercepat pemutusan arus primer sehingga tegangan induksi yang timbul pada
rangkaian sekunder tinggi.
6 Distributor berfungsi untuk menyalurkan arus tegangan tinggi kesetiap busi sesuai
dengan FO (urutan pengapian).
7 Busi berfungsi untuk meloncatkan bunga api listrik diantara kedua elektroda didalam
ruang bakar sehingga pembakaran dapat dimulai.
5 | DIKTAT MOTOR BENSIN
5.5. CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN
5.5.1. Cara Kerja Sistem Pengapian Saat kunci kontak ON, Mesin Hidup, Kontak Platina
Menutup.
(Gambar 5.3. Cara Kerja Sistem Pengapian Pada Saat Kontak Pemutus Menutup)
Saat kunci kontak on dan kontak pemutus platina tertutup, arus dari baterai akan
mengalir ke kunci kontak, -terminal positif coil –kumparan primer koil –kontak pelatina dan
masa. Adanya arus yang mengalir kekumparan primer koil akan menyebabkan timbulnya
medan magnet pada inti koil. Medan magnet yang di timbulkan tergantung dari besar
kecilnya arus yang mengalir atau lama singkatnya arus yang mengalir sebagai akibat dari
setelan celah kontak pemutus. Besar kecilnya kemagnetan pada inti koil akan berpengaruh
terhadap induksi tegangan tinggi yang di hasilkan. Secara teoritis, makin besar arus yang
mengalir kekumparan primer koil akan menghasilkan kemagnetan atau medan magnet yang
semakin tinggi atau besar dan pada akhirnya menghasilkan induksi tegangan tinggi yang
semakin besar.
6 | DIKTAT MOTOR BENSIN
5.5.1. Cara Kerja Sistem Pengapian Pada saat kunci kontak ON, Mesin Hidup, Kontak
Platina Membuka.
(Gambar 5.4. Cara Kerja Sistem Pengapian Pada Saat Kontak Pemutus Menutup)
Saat kunci kontak on dan kontak pemutus membuka, arus primer akan terputus secara
tiba-tiba, sehingga pada kumparan sekunder koil timbul induksi tegangan tinggi dan mengalir
kerotor pada distributor dan kemasing-masing busi sesuai dengan FO. Pada busi akan terjadi
loncatan bunga api di antara kedua elektroda. Loncatan bunga api inilah yang nantinya
digunakan sebagai sumber panas untuk proses pembakaran. Pada saat ini juga terjadi induksi
sendiri pada kumparan primer dan induksi ini cenderung mencari massa melalui celah antara
kontak pemutus sehingga pada kontak pemutus timbul percikan api yang tidak di inginkan.
Untuk menghindari percikan bunga api ini kondensator akan menyerap tegangan induksi
sendiri tadi.
5.6. SUDUT DWELL
Sudut dwell adalah sudut puter cam distributor pada saat kontak pemutus mulai menutup
sampai kontak pemutus mulai membuka pada tonjolan cam berikutnya. Jadi celah platina yang
sempit berarti sudut duwelnya membesar sehingga arus yang mengalir ke primer lama akibatnya
pengapian besar dan terlalu lama.
7 | DIKTAT MOTOR BENSIN
Untuk mengetahui sudut duwel yang sebenarnya terlebih dahulu harus diketahui sudut
pengapian.
Sudut pengapian adalah sudut putar cam distibutor dari saat kontak pemutus mulai
membuka sampai kontak pemutus mulai membuka pada tonjolan cam berikutnya.
Sudut pengapian =360/N dimana N = jumlah silinder
Misalnya mesin 6 silinder maka sudut pengapiannya () =3606 = 60º
Sudut dwell = 60% x sudut pengapian
Misalnya mesin 6 silinder besar sudut duwelnya () = 60100 x 60º = 36º±2º
Dengan toleransi ±2º
Jadi  = 36º±2º
(Gambar 5.5. Sudut Dwell)
5.7. HUBUNGAN ANTARA SUDUT DWELL DENGAN KEMAMPUAN
PENGAPIAN :
 Sudut dwell yang kecil berarti waktu penutupan kontak pemutus pendek sehingga arus
primer tidak mencapai maksimum dan medan magnet yang di timbulkan pada inti koil
tidak kuat sehingga kemampuan induksi atau pengapian menjadi berkurang (api busi
kecil).
 Sudut dwell besar berarti sudut pemutusan kontak pemutus lama sehingga arus primer
mengalir lebih lama dan medan magnetnya kuat sehingga kemampuan baik tetapi kontak
pemutus panas sehingga cepat rusak.
8 | DIKTAT MOTOR BENSIN
5.8. SAAT PENGAPIAN
Pengapian terjadi sebelum torak mencapai TMA dinamakan pengapian awal. Pengapian
terjadi setelah torak mencapai TMA dinamakan pengapian lambat.
Saat pengapian adalah saat busi meloncatkan bunga api untuk memulai terjadinya proses
pembakaran dimana diharapkan proses pembakaran itu menghasilkan tekanan pembakaran
maksimum beberapa derajat setelah torak melewati TMA. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya suatu kerusakan atau gangguan pada komponen mesin.
5.9. HUBUNGAN SAAT PENGAPIAN DAN DAYA MOTOR
a) Saat pengapian terlalu awal.
Saat pengapian terlalu awal mengakibatkan terjadinya detonasi, daya motor
berkurang, motor menjadi panas dan menimbulkan kerusakan pada torak, dan bantalan
busi.
b) Saat pengapian terlalu lambat.
Akan menghasilkan langkah usaha yang kurang ekonomis, Tekanan pembakaran
maksimum jauh sesudah TMA, daya motor berkurang dan boros bahan bakar.
5.10. ADVANCER
Untuk mempertahankan agar tekanan pembakaran maksimum tetap terjadi beberapa derajat
setelah torak mencapai TMA pada setiap kecepatan maka pada system pengapian di lengkapi
dengan pemajuan pengapian (advancer)
Advancer pada motor bensin ada 2 macam yang digunakan yaitu:
1 Vacuum advancer
2 Sentrifugal advancer (Governor)
Vacuum advancer bekerja berdasarkan: besar kecilnya kevakuman yang terjadi pada
intakemanipol, sedangkan sentryfugal advancer bekerja berdasarkan : besar kecilnya gaya
sentrifugal yang ditimbulkan akibat putaran dari poros distributor.
9 | DIKTAT MOTOR BENSIN
5.10.1. Cara kerja vacuum advancer.
(Gambar 5.6. Vacuum Advancer)
Vacuum advancer bekerja bila mesin di akselerasi karena pada saat di akselerasi
putarannya masih rendah, sehingga sentrifugal advancer belum mampu memajukan
pengapiannya,
Prinsip kerja vacuum advancer ialah dengan memanfaatkan kevakuman yang terjadi
pada lubang diatas throttle valve (bila throttle valve tertutup) yang selanjutnya diubah
menjadi gaya tarik pada diafragma dan gaya tarik tersebut diteruskan untuk menggerakkan
breaker plate dengan gerakan putar yang berlawanan dengan putaran rotor.
Oleh karena breaker point ditempatkan pada breaker plate maka dengan berputarnya
breaker plate menyebabkan breaker point (platina) lebih awal pembukaanya. Ini berarti
penyalaan busi terjadi lebih awal atau cepat.
5.10.2. Prinsip Kerja Sentrifugal Advancer ( Governor )
(Gambar 5.7. Sentrifugal Advancer)
Prinsip kerja governor advancer ini memanfaatkan kecepatan putar pada suatu benda
yang selanjutnya timbul gaya sentrifugal, karena kecepatan putar dan masa dan benda yang
10 | DIKTAT MOTOR BENSIN
berputar tersebut. Gaya sentrifugal ini se1anjutnya digunakan untuk merubah poisi nok (cam
lobe) yang akan membuka platina (breaker point,) lebih awal dibandingkan pada waktu
putaran lambat.
5.10.3. Gangguan pada Sentirfugal advancer:
a. Macet pada posisi tidak mengembang, Mengakibatkan tidak terjadinya pengajuan
pengapian pada setiap kondisi kerja mesin (sama akibatnya dengan pengapian mundur)
b. Macet pada posisi mengembang, Mengakibatkan pemajuan pengapian maksimal pada
setiap kondisi kerja mesin (lumpsum – tinggi) akibat pengapian terlalu maju.
c. Tegangan pegas lemah. Menyebabkan gangguan pengapian terjadi lebih awal dari yang
ditentukan terhadap rpm – mesin.
5.11. BUSI
Busi memiliki fungsi untuk memercikan bunga api di dalam ruang bakar untuk memulai
suatu proses pembakaran. Busi harus tahan terhadap temperatur yang tinggi,
Bagian-bagian utama pada busi:
1 Terminal
2 Rumah busi
3 Isolator
4 Elektroda pusat (paduan nikel)
5 Perintang rambatan arus
6 Rongga pemanas
7 Elektroda massa
8 Cincin perapat
9 Celah elektroda
10 Baut sambungan
11 Cin-cin perapat
12 Penghantar
5.11.1. Nilai Panas Busi.
Nilai panas busi adalah suatu indeks yang menunjukan jumlah panas yang dapat
dipindahkan oleh busi. Kemampuan busi menyerap dan menunda panas tergantung pada bentuk
11 | DIKTAT MOTOR BENSIN
kaki isolatornya. Nilai panas busi harus sesuai dengan kondisi operasi mesin. Berdasarkan Nilai
panas busi dapat dibagi menjadi 2 yaitu : busi panas dan busi dingin. Berikut ciri-ciri busi panas dan
busi dingin.
(Gambar 5.8. Busi Digin Dan Busi Panas)
A. Ciri-ciri busi panas :
a. Luas pembukaan kaki isolator besar
b. Banyak menyerap panas
c. Lebih lama melepas panas
d. Lintasan pemindahan panas sedikit
e. Digunakan untuk mesin rpm rendah
B. Ciri-ciri busi dingin:
a. Luas permukaan isolator kecil
b. Sedikit menyerap panas
c. Lintasan pemindahan panas baik
d. Digunakan pada mesin rpm tinggi
12 | DIKTAT MOTOR BENSIN
5.11.2. Warna Permukaan Muka Busi.
Permukaan muka busi menunjukan kondisi operasi mesin dan busi.
(Gambar 5.9. Warna Permukaan Busi)
A. Permukaan muka busi normal ditandai dengan isolator berwarna kuning atau coklat
muda, puncak isolator bersih. Dengan tanda seperti itu menunjukan bahwa kondisi
kerja mesin baik, pemakaian busi dengan nilai panas yang tepat.
B. Permukaan muka busi terbakar. Elektroda pusat terbakar. Pada permukaan kaki
isolator ada partikel-partikel kecil yang mengkilap menempel. Isolator berwarna
putih atau kuning. Penyebabnya:
1. Nilai oktan bensin terlalu rendah.
2. Campuran terlalu kurus.
3. Terjadi detonasi ( knocking ).
4. Saat pengapian terlalu awal.
5. Type busi yang terlalu panas.
C. Permukaan muka busi berkerak karena oli. Ditandai dengan :
1. Kaki isolator
2. Elektroda – elektroda sangat kotor
3. Warna kotoran coklat
Penyebabnya:
1. Cincin torak aus
13 | DIKTAT MOTOR BENSIN
2. Penghantar katup aus
3. Penghisapan oli melalui sistem ventilasi carter
D. Permukaan muka busi berkerak. kaki isolator, elektroda-elektroda, rumah busi
berkerak .
Penyebabnya:
1. Campuran terlalu kaya
2. Type busi yang terlalu dingin
E. Isolator retak.
Penyebabnya:
1. Jarak renggang busi terlalu jatuh
2. Campuran bahan-bakar telalu miskin
Penggunaan dari busi tergantung dari mesinnya dimana pada elektroda busi harus
terjadi pemanasan elektroda yang menyebabkan temperatur elektroda busi berkisar
450ºC - 950ºC. Bila dibawah 450ºC akan terjadi endapan arang karbon sedangkan bila
diatas 950ºC elektroda busi akan terbakar dan menyebabkan “ pre ignation”.

More Related Content

What's hot (16)

Pengapian guru 1030 0102
Pengapian guru 1030 0102Pengapian guru 1030 0102
Pengapian guru 1030 0102
 
Mpk pertemuan ke 1 (revised)
Mpk   pertemuan ke 1 (revised)Mpk   pertemuan ke 1 (revised)
Mpk pertemuan ke 1 (revised)
 
Essy uas 2017
Essy uas 2017Essy uas 2017
Essy uas 2017
 
Robin christopher
Robin christopherRobin christopher
Robin christopher
 
Injin pembakaran dalam
Injin pembakaran dalamInjin pembakaran dalam
Injin pembakaran dalam
 
Makalah Power Plant
Makalah Power Plant Makalah Power Plant
Makalah Power Plant
 
Diesel engine
Diesel engineDiesel engine
Diesel engine
 
Cdi guru
Cdi guruCdi guru
Cdi guru
 
Acara 1
Acara 1Acara 1
Acara 1
 
Glowplug siswa
Glowplug siswaGlowplug siswa
Glowplug siswa
 
Glowplug guru
Glowplug guruGlowplug guru
Glowplug guru
 
Asas kendalian enjin
Asas kendalian enjinAsas kendalian enjin
Asas kendalian enjin
 
Penggunaan kapasitor Mobil
Penggunaan kapasitor MobilPenggunaan kapasitor Mobil
Penggunaan kapasitor Mobil
 
Nuklir
Nuklir Nuklir
Nuklir
 
Injin pembakaran dalam
Injin pembakaran dalamInjin pembakaran dalam
Injin pembakaran dalam
 
Enjin 4 lejang
Enjin 4 lejangEnjin 4 lejang
Enjin 4 lejang
 

Similar to Bab v. modul i pembakaran

Sistem Pengapian Konvensional
Sistem Pengapian Konvensional Sistem Pengapian Konvensional
Sistem Pengapian Konvensional Handika Putro
 
fdokumen.com_sistim-pengapian-konvensional.ppt
fdokumen.com_sistim-pengapian-konvensional.pptfdokumen.com_sistim-pengapian-konvensional.ppt
fdokumen.com_sistim-pengapian-konvensional.pptjulipurba87
 
Proposal skripsi Dampak kerenggangan celah elektrode busi
Proposal skripsi Dampak kerenggangan celah elektrode busiProposal skripsi Dampak kerenggangan celah elektrode busi
Proposal skripsi Dampak kerenggangan celah elektrode busiGanang Setiawan
 
Sistem pengapian-pada-motor-bakar
Sistem pengapian-pada-motor-bakarSistem pengapian-pada-motor-bakar
Sistem pengapian-pada-motor-bakarAkhmad Syaifudin
 
Sistem pengapian konfensional
Sistem pengapian konfensionalSistem pengapian konfensional
Sistem pengapian konfensionalMuji Burokhman
 
Sistem pengaapian sepeda motor
Sistem pengaapian sepeda motorSistem pengaapian sepeda motor
Sistem pengaapian sepeda motorismunasib
 
Pengapian guru 1030 0102
Pengapian guru 1030 0102Pengapian guru 1030 0102
Pengapian guru 1030 0102Eko Supriyadi
 
Mesin Diesel Dasar
Mesin Diesel DasarMesin Diesel Dasar
Mesin Diesel Dasar555
 
Mesin Diesel
Mesin DieselMesin Diesel
Mesin Diesel555
 
BAB IV : Mekanisme Katup
BAB IV : Mekanisme KatupBAB IV : Mekanisme Katup
BAB IV : Mekanisme KatupFatkur Rohman
 
Choacing Clinic Spin
Choacing Clinic SpinChoacing Clinic Spin
Choacing Clinic SpinMas Tress
 
kompresi.pptx
kompresi.pptxkompresi.pptx
kompresi.pptxyandha1
 
Mesin Konversi Energi - Motor Bensin
Mesin Konversi Energi - Motor BensinMesin Konversi Energi - Motor Bensin
Mesin Konversi Energi - Motor BensinCharis Muhammad
 

Similar to Bab v. modul i pembakaran (20)

Sistem Pengapian Konvensional
Sistem Pengapian Konvensional Sistem Pengapian Konvensional
Sistem Pengapian Konvensional
 
SISTEM_PENGAPIAN.pptx
SISTEM_PENGAPIAN.pptxSISTEM_PENGAPIAN.pptx
SISTEM_PENGAPIAN.pptx
 
motor-bakar-3.pptx
motor-bakar-3.pptxmotor-bakar-3.pptx
motor-bakar-3.pptx
 
fdokumen.com_sistim-pengapian-konvensional.ppt
fdokumen.com_sistim-pengapian-konvensional.pptfdokumen.com_sistim-pengapian-konvensional.ppt
fdokumen.com_sistim-pengapian-konvensional.ppt
 
Proposal skripsi Dampak kerenggangan celah elektrode busi
Proposal skripsi Dampak kerenggangan celah elektrode busiProposal skripsi Dampak kerenggangan celah elektrode busi
Proposal skripsi Dampak kerenggangan celah elektrode busi
 
Sistem pengapian-pada-motor-bakar
Sistem pengapian-pada-motor-bakarSistem pengapian-pada-motor-bakar
Sistem pengapian-pada-motor-bakar
 
Proposal ferdi
Proposal ferdi Proposal ferdi
Proposal ferdi
 
Prinsip kerja turbin gas
Prinsip kerja turbin gasPrinsip kerja turbin gas
Prinsip kerja turbin gas
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Sistem pengapian baterai konvensional
Sistem pengapian baterai konvensionalSistem pengapian baterai konvensional
Sistem pengapian baterai konvensional
 
Ignition system
Ignition system Ignition system
Ignition system
 
Sistem pengapian konfensional
Sistem pengapian konfensionalSistem pengapian konfensional
Sistem pengapian konfensional
 
Sistem pengaapian sepeda motor
Sistem pengaapian sepeda motorSistem pengaapian sepeda motor
Sistem pengaapian sepeda motor
 
Pengapian guru 1030 0102
Pengapian guru 1030 0102Pengapian guru 1030 0102
Pengapian guru 1030 0102
 
Mesin Diesel Dasar
Mesin Diesel DasarMesin Diesel Dasar
Mesin Diesel Dasar
 
Mesin Diesel
Mesin DieselMesin Diesel
Mesin Diesel
 
BAB IV : Mekanisme Katup
BAB IV : Mekanisme KatupBAB IV : Mekanisme Katup
BAB IV : Mekanisme Katup
 
Choacing Clinic Spin
Choacing Clinic SpinChoacing Clinic Spin
Choacing Clinic Spin
 
kompresi.pptx
kompresi.pptxkompresi.pptx
kompresi.pptx
 
Mesin Konversi Energi - Motor Bensin
Mesin Konversi Energi - Motor BensinMesin Konversi Energi - Motor Bensin
Mesin Konversi Energi - Motor Bensin
 

More from Fatkur Rohman

Bab iv. modul i mekanisme katup
Bab iv. modul i mekanisme katupBab iv. modul i mekanisme katup
Bab iv. modul i mekanisme katupFatkur Rohman
 
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesin
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesinBab iii. modul i komponen pokok motor mesin
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesinFatkur Rohman
 
Bab ii. modul i kemampuan mesin
Bab ii. modul i kemampuan mesinBab ii. modul i kemampuan mesin
Bab ii. modul i kemampuan mesinFatkur Rohman
 
BAB I : Motor Bensin
BAB I : Motor BensinBAB I : Motor Bensin
BAB I : Motor BensinFatkur Rohman
 
BAB II : Kemampuan Mesin
BAB II : Kemampuan MesinBAB II : Kemampuan Mesin
BAB II : Kemampuan MesinFatkur Rohman
 
BAB III : Komponen Pokok Motor Bensin
BAB III : Komponen Pokok Motor BensinBAB III : Komponen Pokok Motor Bensin
BAB III : Komponen Pokok Motor BensinFatkur Rohman
 

More from Fatkur Rohman (8)

Bab iv. modul i mekanisme katup
Bab iv. modul i mekanisme katupBab iv. modul i mekanisme katup
Bab iv. modul i mekanisme katup
 
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesin
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesinBab iii. modul i komponen pokok motor mesin
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesin
 
Bab ii. modul i kemampuan mesin
Bab ii. modul i kemampuan mesinBab ii. modul i kemampuan mesin
Bab ii. modul i kemampuan mesin
 
Bab i. modul i
Bab i. modul iBab i. modul i
Bab i. modul i
 
BAB I : Motor Bensin
BAB I : Motor BensinBAB I : Motor Bensin
BAB I : Motor Bensin
 
BAB II : Kemampuan Mesin
BAB II : Kemampuan MesinBAB II : Kemampuan Mesin
BAB II : Kemampuan Mesin
 
BAB III : Komponen Pokok Motor Bensin
BAB III : Komponen Pokok Motor BensinBAB III : Komponen Pokok Motor Bensin
BAB III : Komponen Pokok Motor Bensin
 
AD ART FLP
AD ART FLPAD ART FLP
AD ART FLP
 

Bab v. modul i pembakaran

  • 1. 1 | DIKTAT MOTOR BENSIN BAB V PEMBAKARAN 5.1 PENGERTIAN PEMBAKARAN Pembakaran adalah suatu reaksi kimia atau reaksi persenyawaan bahan bakar dengan oksigen dan diikuti oleh sinar/panas. Mekanisme pembakaran sangat dipengaruhi oleh keadaan dari seluruh proses pembakaran, dimana atom-atom dari pembakaran yang dapat beraksi dengan oksigen dan membentuk produk yang berupa gas. bahan-bahan bensin mengandung unsur-unsur karbon dan hydrogen. proses pembakaran yang normal tidak akan terjadi masalah pada mesin. bila oksigen dan hidro karbon tidak bercampur dengan baik maka akan terjadi proses”cracking” dimana pada saat penyalaan akan timbul asap. 5.2 JENIS-JENIS PEMBAKARAN Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada pembakaran motor bensin, yaitu: 1. Pembakaran normal (sempurna), dimana bahan bakar dapat terbakar seluruhnya pada saat dan keadaan yang di kehendaki. 2. Pembakaran tidak normal (tidak sempurna), dimana sebagian bahan bakar tidak ikut terbakar atau tidak terbakar barsama-sama pada saat dan keadaan yang di kehendaki. 5.2.1 Pembakaran Sempurna (Normal) Mekanisme pembakaran normal didalam motor bensin dimulai pada saat terjadinya lontaran api pada busi. Selanjutnya api membakar gas bakar yang berada di sekelilingnya dan terus menjalar keseluruh bagian sampai semua partikel gas bakar terbakar habis. Didalam pembakaran normal, pembagian nyala api pada waktu “ignition de lay, terjadi merata keseluruh bagian. Pada keadaan yang sebenarnya, mekanisme pembakaran di dalam motor ini bersifat komplek, dimana ia berlangsung beberapa fase. (Gambar 5.1. Grafik Pembakaran Normal Pada Motor Bensin)
  • 2. 2 | DIKTAT MOTOR BENSIN Keterangan: 1 Penyalaan 2 Pembakaran eksplosif atau perambatan pembakaran 3 Tekanan pembakaran maksimum 4 Akhir pembakaran Tekanan pembakaran ditentukan oleh pembakaran eksplosif. Pembakaran eksplosif ditentukan oleh factor-faktor lain seperti campuran bahan bakar. Pada saat gas bakar di kompresikan, tekanan dan suhunya naik sehingga terjadi reaksi kimia dimana molekul-molekulhidrokarbon terurai dan bergabung dengan oksigen. Pencampuran dibantu oleh adanya turbalensi sehingga campuran dalam keadaan homogen. Tekanan pembakaran maksimal sangat ditentukan oleh proses pembakaran eksplosif. Tekanan pembakaran maksimal diharapkan tetap beberapa derajat setalah TMA kurang lebih 10º pada setiap kondisi kecepatan. Proses pembakaran eksplosif terlalu singkat akan menyebabkan majunya tekanan pembakaran maksimal. Demikian sebaliknya, bila pembakaran eksplosif terlalu lama akan menyebabkan tekanan pembakaran maksimum mundur sehingga ada tenaga yang mestinya bisa dimanfaatkan terbuang percuma bersama dengan gas bekas pada saat katup buang mulai dibuka. Pembakaran eksplosif yang terlalu singkat bisa disebabkan oleh banyak factor, diantaranya; Tekanan kompresi, Bentuk ruang bakar, Api busi, Kondisi campuran, (gemuk dan kurusnya), system pemajuan pengapian (advancer) dan lain-lain. 5.2.2 Pembakaran Yang Tidak Sempurna (Tidak Normal) Pembakaran yang tak sempurna ditandai dengan suatu output tenaga mesin yang rendah. Pembakaran yang tak sempurna berarti tekanan pembakaran maksimum, tidak diperoleh pada saat yang tepat. Dan pembakaran yang tidak sempurna ini biasanya ada dua kemungkinan yaitu: 1 Detonasi (knocking) 2 Preignation A. Detonasi Detonasi adalah suatu ketukan atau ledakan dan fluktuasi yang tidak konstan, baik tekanan maupun jarak terjadinya. Detonasi bisa menyebabkan tenaga mesin berkurang dan memperpendek umur mesin. Hal-hal yang menyebabkan detonasi adalah: a) Perbandingan kompresi yang tinggi
  • 3. 3 | DIKTAT MOTOR BENSIN b) Suhu ruang bakar yang tinggi c) Masa pengapian terlalu cepat d) Kontruksi ruang bakar tidak tepat e) Adanya kerak-kerak yang menenpel pada ruang bakar B. Preingnition Preignation peristiwanya hampir sama dengan detonasi tetapi terjadinya sebelum busi memercikan bunga api, yang disebabkan oleh adanya tekanan dan suhu yang terlalu tinggi dan bahan bakar terbakar dengan sendirinya. Dengan kata lain, preignation adalah peristiwa pembakaran, yang terjadi sebelum sampai pada saat yang dikehendaki. 5.3 ANGKA OKTAN Angka oktan pada mesin adalah suatu bilangan yang menunjukan kemampuan bertahan terhadap detonasi. Makin besar angka oktan makin besar pula kemampuan bertahan bensin terhadap detonasi. Dengan kata lain makin tinggi angka oktan, makin kurang kemungkinannya untuk terjadi detonasi. Berkurangnya detonasi maka campuran udara dan bahan bakar yang di kompresikan oleh torak menjadi lebih banyak sehingga tenaga motor akan lebih besar dan pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat. Untuk motor bensin dengan perbandingan kompresi yang tinggi diperlukan bahan bakar dengan angka oktan yang tinggi. Jadi bensin dengan angka oktan tinggi tidak menguntungkan jika dipakai pada motor bensin yang berkompresi rendah. 5.4 SISTEM PENGAPIAN Sistem pengapian pada mobil bensin berfungsi sebagai sumber panas pada proses pembakaran gas di dalam ruang bakar sehingga bisa terbakar dengan sempurna pada saat dan waktu yang tepat.
  • 4. 4 | DIKTAT MOTOR BENSIN (Gambar 5.2. Sistem Pengapian) 5.4.1 Komponen-Komponen Sistem Pengapian Fungsi Masing-Masing Komponen Sistem Pengapian baterai 1 Baterai berfungsi sebagai sumber arus sehingga pengapian bisa bekerja 2 Kunci kontak berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus listrik dari baterai ke rangkaian primer. 3 Koil berfungsi untuk menaikan tegangan baterai (12 volt) menjadi tegangan tinggi (15.000-25000 volt). 4 Kontak pemutus berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus primer agar terjadi induksi tegangan tinggi pada rangkaian sekunder system pengapian. 5 Kondensator (kondensor) berfungsi:  Mencegah atau menyerap loncatan bunga api pada celah kontak pemutus pada saat mulai membuka.  Mempercepat pemutusan arus primer sehingga tegangan induksi yang timbul pada rangkaian sekunder tinggi. 6 Distributor berfungsi untuk menyalurkan arus tegangan tinggi kesetiap busi sesuai dengan FO (urutan pengapian). 7 Busi berfungsi untuk meloncatkan bunga api listrik diantara kedua elektroda didalam ruang bakar sehingga pembakaran dapat dimulai.
  • 5. 5 | DIKTAT MOTOR BENSIN 5.5. CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN 5.5.1. Cara Kerja Sistem Pengapian Saat kunci kontak ON, Mesin Hidup, Kontak Platina Menutup. (Gambar 5.3. Cara Kerja Sistem Pengapian Pada Saat Kontak Pemutus Menutup) Saat kunci kontak on dan kontak pemutus platina tertutup, arus dari baterai akan mengalir ke kunci kontak, -terminal positif coil –kumparan primer koil –kontak pelatina dan masa. Adanya arus yang mengalir kekumparan primer koil akan menyebabkan timbulnya medan magnet pada inti koil. Medan magnet yang di timbulkan tergantung dari besar kecilnya arus yang mengalir atau lama singkatnya arus yang mengalir sebagai akibat dari setelan celah kontak pemutus. Besar kecilnya kemagnetan pada inti koil akan berpengaruh terhadap induksi tegangan tinggi yang di hasilkan. Secara teoritis, makin besar arus yang mengalir kekumparan primer koil akan menghasilkan kemagnetan atau medan magnet yang semakin tinggi atau besar dan pada akhirnya menghasilkan induksi tegangan tinggi yang semakin besar.
  • 6. 6 | DIKTAT MOTOR BENSIN 5.5.1. Cara Kerja Sistem Pengapian Pada saat kunci kontak ON, Mesin Hidup, Kontak Platina Membuka. (Gambar 5.4. Cara Kerja Sistem Pengapian Pada Saat Kontak Pemutus Menutup) Saat kunci kontak on dan kontak pemutus membuka, arus primer akan terputus secara tiba-tiba, sehingga pada kumparan sekunder koil timbul induksi tegangan tinggi dan mengalir kerotor pada distributor dan kemasing-masing busi sesuai dengan FO. Pada busi akan terjadi loncatan bunga api di antara kedua elektroda. Loncatan bunga api inilah yang nantinya digunakan sebagai sumber panas untuk proses pembakaran. Pada saat ini juga terjadi induksi sendiri pada kumparan primer dan induksi ini cenderung mencari massa melalui celah antara kontak pemutus sehingga pada kontak pemutus timbul percikan api yang tidak di inginkan. Untuk menghindari percikan bunga api ini kondensator akan menyerap tegangan induksi sendiri tadi. 5.6. SUDUT DWELL Sudut dwell adalah sudut puter cam distributor pada saat kontak pemutus mulai menutup sampai kontak pemutus mulai membuka pada tonjolan cam berikutnya. Jadi celah platina yang sempit berarti sudut duwelnya membesar sehingga arus yang mengalir ke primer lama akibatnya pengapian besar dan terlalu lama.
  • 7. 7 | DIKTAT MOTOR BENSIN Untuk mengetahui sudut duwel yang sebenarnya terlebih dahulu harus diketahui sudut pengapian. Sudut pengapian adalah sudut putar cam distibutor dari saat kontak pemutus mulai membuka sampai kontak pemutus mulai membuka pada tonjolan cam berikutnya. Sudut pengapian =360/N dimana N = jumlah silinder Misalnya mesin 6 silinder maka sudut pengapiannya () =3606 = 60º Sudut dwell = 60% x sudut pengapian Misalnya mesin 6 silinder besar sudut duwelnya () = 60100 x 60º = 36º±2º Dengan toleransi ±2º Jadi  = 36º±2º (Gambar 5.5. Sudut Dwell) 5.7. HUBUNGAN ANTARA SUDUT DWELL DENGAN KEMAMPUAN PENGAPIAN :  Sudut dwell yang kecil berarti waktu penutupan kontak pemutus pendek sehingga arus primer tidak mencapai maksimum dan medan magnet yang di timbulkan pada inti koil tidak kuat sehingga kemampuan induksi atau pengapian menjadi berkurang (api busi kecil).  Sudut dwell besar berarti sudut pemutusan kontak pemutus lama sehingga arus primer mengalir lebih lama dan medan magnetnya kuat sehingga kemampuan baik tetapi kontak pemutus panas sehingga cepat rusak.
  • 8. 8 | DIKTAT MOTOR BENSIN 5.8. SAAT PENGAPIAN Pengapian terjadi sebelum torak mencapai TMA dinamakan pengapian awal. Pengapian terjadi setelah torak mencapai TMA dinamakan pengapian lambat. Saat pengapian adalah saat busi meloncatkan bunga api untuk memulai terjadinya proses pembakaran dimana diharapkan proses pembakaran itu menghasilkan tekanan pembakaran maksimum beberapa derajat setelah torak melewati TMA. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya suatu kerusakan atau gangguan pada komponen mesin. 5.9. HUBUNGAN SAAT PENGAPIAN DAN DAYA MOTOR a) Saat pengapian terlalu awal. Saat pengapian terlalu awal mengakibatkan terjadinya detonasi, daya motor berkurang, motor menjadi panas dan menimbulkan kerusakan pada torak, dan bantalan busi. b) Saat pengapian terlalu lambat. Akan menghasilkan langkah usaha yang kurang ekonomis, Tekanan pembakaran maksimum jauh sesudah TMA, daya motor berkurang dan boros bahan bakar. 5.10. ADVANCER Untuk mempertahankan agar tekanan pembakaran maksimum tetap terjadi beberapa derajat setelah torak mencapai TMA pada setiap kecepatan maka pada system pengapian di lengkapi dengan pemajuan pengapian (advancer) Advancer pada motor bensin ada 2 macam yang digunakan yaitu: 1 Vacuum advancer 2 Sentrifugal advancer (Governor) Vacuum advancer bekerja berdasarkan: besar kecilnya kevakuman yang terjadi pada intakemanipol, sedangkan sentryfugal advancer bekerja berdasarkan : besar kecilnya gaya sentrifugal yang ditimbulkan akibat putaran dari poros distributor.
  • 9. 9 | DIKTAT MOTOR BENSIN 5.10.1. Cara kerja vacuum advancer. (Gambar 5.6. Vacuum Advancer) Vacuum advancer bekerja bila mesin di akselerasi karena pada saat di akselerasi putarannya masih rendah, sehingga sentrifugal advancer belum mampu memajukan pengapiannya, Prinsip kerja vacuum advancer ialah dengan memanfaatkan kevakuman yang terjadi pada lubang diatas throttle valve (bila throttle valve tertutup) yang selanjutnya diubah menjadi gaya tarik pada diafragma dan gaya tarik tersebut diteruskan untuk menggerakkan breaker plate dengan gerakan putar yang berlawanan dengan putaran rotor. Oleh karena breaker point ditempatkan pada breaker plate maka dengan berputarnya breaker plate menyebabkan breaker point (platina) lebih awal pembukaanya. Ini berarti penyalaan busi terjadi lebih awal atau cepat. 5.10.2. Prinsip Kerja Sentrifugal Advancer ( Governor ) (Gambar 5.7. Sentrifugal Advancer) Prinsip kerja governor advancer ini memanfaatkan kecepatan putar pada suatu benda yang selanjutnya timbul gaya sentrifugal, karena kecepatan putar dan masa dan benda yang
  • 10. 10 | DIKTAT MOTOR BENSIN berputar tersebut. Gaya sentrifugal ini se1anjutnya digunakan untuk merubah poisi nok (cam lobe) yang akan membuka platina (breaker point,) lebih awal dibandingkan pada waktu putaran lambat. 5.10.3. Gangguan pada Sentirfugal advancer: a. Macet pada posisi tidak mengembang, Mengakibatkan tidak terjadinya pengajuan pengapian pada setiap kondisi kerja mesin (sama akibatnya dengan pengapian mundur) b. Macet pada posisi mengembang, Mengakibatkan pemajuan pengapian maksimal pada setiap kondisi kerja mesin (lumpsum – tinggi) akibat pengapian terlalu maju. c. Tegangan pegas lemah. Menyebabkan gangguan pengapian terjadi lebih awal dari yang ditentukan terhadap rpm – mesin. 5.11. BUSI Busi memiliki fungsi untuk memercikan bunga api di dalam ruang bakar untuk memulai suatu proses pembakaran. Busi harus tahan terhadap temperatur yang tinggi, Bagian-bagian utama pada busi: 1 Terminal 2 Rumah busi 3 Isolator 4 Elektroda pusat (paduan nikel) 5 Perintang rambatan arus 6 Rongga pemanas 7 Elektroda massa 8 Cincin perapat 9 Celah elektroda 10 Baut sambungan 11 Cin-cin perapat 12 Penghantar 5.11.1. Nilai Panas Busi. Nilai panas busi adalah suatu indeks yang menunjukan jumlah panas yang dapat dipindahkan oleh busi. Kemampuan busi menyerap dan menunda panas tergantung pada bentuk
  • 11. 11 | DIKTAT MOTOR BENSIN kaki isolatornya. Nilai panas busi harus sesuai dengan kondisi operasi mesin. Berdasarkan Nilai panas busi dapat dibagi menjadi 2 yaitu : busi panas dan busi dingin. Berikut ciri-ciri busi panas dan busi dingin. (Gambar 5.8. Busi Digin Dan Busi Panas) A. Ciri-ciri busi panas : a. Luas pembukaan kaki isolator besar b. Banyak menyerap panas c. Lebih lama melepas panas d. Lintasan pemindahan panas sedikit e. Digunakan untuk mesin rpm rendah B. Ciri-ciri busi dingin: a. Luas permukaan isolator kecil b. Sedikit menyerap panas c. Lintasan pemindahan panas baik d. Digunakan pada mesin rpm tinggi
  • 12. 12 | DIKTAT MOTOR BENSIN 5.11.2. Warna Permukaan Muka Busi. Permukaan muka busi menunjukan kondisi operasi mesin dan busi. (Gambar 5.9. Warna Permukaan Busi) A. Permukaan muka busi normal ditandai dengan isolator berwarna kuning atau coklat muda, puncak isolator bersih. Dengan tanda seperti itu menunjukan bahwa kondisi kerja mesin baik, pemakaian busi dengan nilai panas yang tepat. B. Permukaan muka busi terbakar. Elektroda pusat terbakar. Pada permukaan kaki isolator ada partikel-partikel kecil yang mengkilap menempel. Isolator berwarna putih atau kuning. Penyebabnya: 1. Nilai oktan bensin terlalu rendah. 2. Campuran terlalu kurus. 3. Terjadi detonasi ( knocking ). 4. Saat pengapian terlalu awal. 5. Type busi yang terlalu panas. C. Permukaan muka busi berkerak karena oli. Ditandai dengan : 1. Kaki isolator 2. Elektroda – elektroda sangat kotor 3. Warna kotoran coklat Penyebabnya: 1. Cincin torak aus
  • 13. 13 | DIKTAT MOTOR BENSIN 2. Penghantar katup aus 3. Penghisapan oli melalui sistem ventilasi carter D. Permukaan muka busi berkerak. kaki isolator, elektroda-elektroda, rumah busi berkerak . Penyebabnya: 1. Campuran terlalu kaya 2. Type busi yang terlalu dingin E. Isolator retak. Penyebabnya: 1. Jarak renggang busi terlalu jatuh 2. Campuran bahan-bakar telalu miskin Penggunaan dari busi tergantung dari mesinnya dimana pada elektroda busi harus terjadi pemanasan elektroda yang menyebabkan temperatur elektroda busi berkisar 450ºC - 950ºC. Bila dibawah 450ºC akan terjadi endapan arang karbon sedangkan bila diatas 950ºC elektroda busi akan terbakar dan menyebabkan “ pre ignation”.