SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN/PENJUALAN
ATAU NILAI PEROLEHAN/PENJUALAN
Pasal 10 ayat (1), (2), (3), dan (6)
Tidak dipengaruhi
hub. istimewa
Dipengaruhi
hub. istimewa
Dalam hal
tukar-menukar
Jumlah yg sesungguhnya
dikeluarkan/diterima
Jumlah yg seharusnya
dikeluarkan/diterima
Jumlah yg seharusnya
dikeluarkan/diterima
berdasarkan harga pasar
BERSAMBUNG….
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN/PENJUALAN
ATAU NILAI PEROLEHAN/PENJUALAN
Pasal 10 ayat (1), (2), (3), dan (6)
Dalam Rangka:
- Likuidasi
- Penggabungan
- Peleburan
- Pemekaran
- Pemecahan
- Pengambilalihan
Persediaan dan
pemakaian
persediaan untuk
penghitungan
harga pokok
Jumah yg seharusnya
dikeluarkan/diterima sesuai
harga pasar kecuali ditentukan
lain oleh Menkeu
Berdasarkan harga perolehan yg
dilakukan secara rata-rata atau
dgn cara mendahulukan
persediaan yg diperoleh pertama
…..SAMBUNGAN
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN/PENJUALAN
ATAU NILAI PEROLEHAN/PENJUALAN
Pasal 10 ayat (4) dan (5)
Pengalihan harta hibahan,
bantuan atau sumbangan,
dan warisan yg memenuhi
persyaratan Pasal 4 ayat (3)
Huruf a dan b
Pengalihan harta yg tidak
memenuhi syarat Pasal 4
ayat (3) Huruf a
Pengalihan harta sbg
pengganti saham atau
pengganti penyertaan
modal
Dasar penilaian bagi yg menerima
sama dgn nilai sisa buku yg
melakukan pengalihan atau nilai yg
ditetapkan Dirjen Pajak
Dasar penilaian bagi yg
menerima sama dengan Nilai
Pasar
Dasar penilaian bagi yg
menerima sama dengan Nilai
Pasar
4
PERBANDINGAN UTANG DAN MODAL
DAN SAAT DIPEROLEHNYA DIVIDEN
Pasal 18 Ayat (1) dan (2)
MENTERI
KEUANGAN
BESARNYA
PERBANDINGAN
ANTARA UTANG &
MODAL UNTUK
KEPERLUAN
PENGHITUNGAN
PAJAK
SAAT DIPEROLEHNYA DIVIDEN
OLEH WPDN ATAS
PENYERTAAN MODAL PADA
BADAN USAHA DILUAR NEGERI
SELAIN BADAN USAHA YG
MENJUAL SAHAMNYA DI
BURSA EFEK
A.BESARNYA PENYERTAAN MODAL WP
DN SEKURANG-KURANGNYA 50% DARI
JUMLAH SAHAM YANG DISETOR; atau
B.SECARA BERSAMA-SAMA DENGAN WP
DN LAINNYA MEMILIKI PENYERTAAN
MODAL SEBESAR 50% ATAU LEBIH
DARI JUMLAH SAHAM YANG DISETOR
HUBUNGAN ISTIMEWA
Pasal 18 Ayat (4)
HUBUNGAN ISTIMEWA DIANGGAP ADA APABILA:
I. * WP MEMPUNYAI PENYERTAAN MODAL LANGSUNG ATAU TIDAK
TIDAK LANGSUNG SEBESAR 25% ATAU LEBIH PADA WP LAINNYA; atau
* HUBUNGAN ANTARA WP DENGAN PENYERTAAN 25% ATAU LEBIH PADA
DUA WP ATAU LEBIH; atau
* HUBUNGAN ANTARA DUA WP ATAU LEBIH YANG DISEBUT TERAKHIR;
II. WP YANG MENGUASAI WP LAINNYA, DUA ATAU LEBIH BAIK LANGSUNG
MAUPUN TIDAK LANGSUNG
III. ADA HUBUNGAN KELUARGA SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS
KETURUNAN LURUS DAN/ATAU KE SAMPING SATU DERAJAT
6
PENGHITUNGAN PKP BAGI WP YANG
MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
Pasal 18 Ayat (3) dan (3a)
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• MELAKUKAN PERJANJIAN DGN
WP & OTORITAS PAJAK
NEGARA LAIN
• MENENTUKAN KEMBALI BESAR
NYA PENGHASILAN DAN
PENGURANGAN;
• MENENTUKAN UTANG SEBAGAI
MODAL
UNTUK MENGHITUNG BESAR
NYA PKP BAGI WP YANG
MEMPUNYAI HUBUNGAN
ISTIMEWA
UNTUK MENENTUKAN
HARGA TRANSAKSI
PIHAK-PIHAK YANG
MEMPUNYAI HUBUNGAN
ISTIMEWA
Jenis Hubungan Istimewa (HI)
 Hubungan Kepemilikan
 Hubungan Penguasaan
 Hubungan Darah atau Perkawinan
(UU PPh Pasal 18 ayat 4 dan UU PPN Pasal 2 ayat 2)
Hubungan Kepemilikan
WP mempunyai penyertaan modal langsung /
tidak langsung paling rendah 25% pada WP lain.
A
B
C
HI
HI
25%
25%
Hubungan Kepemilikan (lanjutan)
Hubungan antara WP dengan penyertaan
paling rendah 25% pada dua WP atau lebih,
demikian pula antar dua WP atau lebih yang
disebut terakhir
A
B C D
25% 25%
25%
HI HI
HI HI
HI
Hubungan Penguasaan
Yaitu hubungan antara wajib pajak yang menguasai
wajib pajak lainnya, atau dua wajib pajak atau lebih
berada di bawah penguasaan yang sama baik
langsung maupun tidak langsung, baik penguasaan
melalui manajemen maupun melalui pengunaan
teknologi.
Hubungan Darah / Perkawinan
Yaitu hubungan istimewa karena terdapat hubungan
keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajad.
Apabila antara suami dan istri dilakukan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan, maka antara suami istri
tersebut terdapat hubungan istimewa.
Hubungan Darah / Perkawinan (lanjutan)
WP
Ayah Ibu
Anak
Kakak Adik WPKakak
Ipar
Adik
Ipar
Anak
Tiri
Mertua
Akibat Transaksi Antar Pihak-Pihak Yang
Mempunyai HI
Kekurangwajaran harga, biaya, imbalan lain yang
direalisasikan dalam suatu transaksi usaha.
Terjadinya pengalihan atau dasar pengenaan pajak
dan/atau biaya dari satu WP ke WP lainnya dengan
tujuan untuk menekan keseluruhan jumlah pajak yang
terhutang.
Kekurangwajaran Transaksi HI
1. Harga Penjualan
2. Harga Pembelian
3. Alokasi biaya administrasi dan umum
(overhead cost);
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman
oleh pemegang saham (shareholder loan)
5. Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa,
royalti, imbalan atas jasa manajemen, imbalan
atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lainnya;
Kekurangwajaran Transaksi HI
6. Pembelian harta perusahaan oleh
pemegang saham (pemilik) atau pihak
yang mempunyai hubungan istimewa yang
lebih rendah dari harga pasar;
7. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui
pihak ketiga yang kurang/tidak mempunyai
substansi usaha (misalnya dummy
company, letter box company atau
reinvoicing center).
Wewenang DJP
DJP berwenang untuk menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan serta
menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak
bagi WP yang mempunyai hubungan istimewa
dengan WP lainnya sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh
hubungan istimewa.
(UU PPh Pasal 18 Ayat 3)
Wewenang DJP (lanjutan)
DJP berwenang melakukan perjanjian dengan WP dan
bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain
untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, yang berlaku selama
suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya
serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu
tersebut berakhir.
(UU PPh Pasal 18 Ayat 3a)
Metode Penentuan Kewajaran Harga
1. Metode Harga Pasar Sebanding (Comparable
Uncontrolled Price)
2. Metode Harga Pokok Plus (Cost Plus)
3. Metode Harga Jual Minus
(Sales Minus / Resale Price)
4. Metode Tingkat Laba Sebanding
(Comparable Profit / ROI)
5. Metode lainnya yang dapat diterima
Contoh Kasus
A B
c d
Kekurang-wajaran Harga Penjualan
Contoh 1.
PT A memiliki 25% PT B. Harga jual atas penyerahan barang PT A ke
PT B Rp 160/unit. PT A tidak menjual barang ke pihak ketiga yang tidak
ada hubungan istimewa.
Perlakuan Perpajakan:
 Harga pasar wajar  harga pasar wajar dari barang yang
sejenis/serupa, yang terjadi antara pihak-pihak yang
tidak ada hubungan istimewa, atau
 Jika terdapat kesulitan dalam menentukan harga pasar
karena barang tersebut mempunyai spesifikasi khusus,
misalnya semi finished product, maka digunakan
pendekatan harga pokok plus
 DPP yang digunakan: {Rp. 150+(40% x Rp150)}
= Rp 210
Kekurang-wajaran Harga Penjualan (lanjutan)
Misal:
PT A memperoleh bahan baku & pembantu produksi dari
pemasok yang tidak ada hubungan istimewa. Harga pokok
produksi/unit Rp 150, dan laba kotor dari penjualan barang yang
sama antar pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa
adalah 40%
Contoh 2.
PT B menjual kembali barang yang dibeli dari PT A
seharga Rp 250/unit ke pihak yang tidak ada hubungan
istimewa. Laba kotor sebanding  20% dari harga jual.
Perlakuan Perpajakan:
1. Metode harga jual minus
{Rp 250 - (20% x Rp 250)}= Rp 200
2. Metode tingkat laba perusahaan sebanding atau tingkat
hasil investasi dari usaha yang sama, serupa atau
sejenis
Kekurang-wajaran Harga Penjualan (lanjutan)
Kekurang-wajaran Harga Penjualan (lanjutan)
Misal:
Persentase laba kotor jenis usaha yang sama
dengan PT A adalah 30%. Laba kotor yang
dilaporkan PT A adalah 15%. Karena ada deviasi
tingkat laba, maka diduga ada penggeseran laba
melalui penjualan dengan harga yang kurang
wajar dari PT A ke PT B.
Kalau PT B merupakan pembeli tunggal, maka
laba kotor PT A untuk tujuan penghitungan pajak
terutang harus dihitung kembali menjadi sebesar
30%.
Kekurang-wajaran Harga Pembelian
H Ltd. Hongkong memiliki 25% saham PT B. PT B mengimpor
barang produksi H Ltd seharga Rp 3.000/unit, yang dijual
kepada PT Y (tidak ada hubungan istimewa) dengan harga Rp
3.500/unit.
Perlakuan Perpajakan:
- Dicari harga pasar sebanding untuk barang yang sama,
sejenis atau serupa atas pembelian/impor dari pihak yang
tidak ada hubungan istimewa, atau
- Pendekatan harga jual minus
 mengurangkan laba kotor wajar ditambah biaya lain dari
harga jual barang kepada pihak yang tidak ada hubungan
istimewa.
Kekurang-wajaran Harga Pembelian (lanjutan)
Misal:
Laba wajar yang diperoleh Rp 750, maka harga
pasar wajar atas pembelian barang dari H Ltd –
Hongkong:
Rp 3.500 – Rp 750 = Rp 2.750.
Harga ini merupakan dasar perhitungan harga
pokok PT B.
Selisih Rp 250 antara pembayaran hutang ke H Ltd
dianggap sebagai pembayaran dividen terselubung.
Kekurang-wajaran Alokasi Biaya Administrasi dan Umum
(Overhead Cost)
Head Office di luar negeri sering mengalokasikan biaya
administrasi dan umum ke BUT di Indonesia, antara lain:
a. Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang
diselenggarakan kantor pusat di luar negeri
b. Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut ke
masing-masing BUT
c. Biaya administrasi/manajemen lainnya dari kantor pusat
yang merupakan biaya penyelenggaraan perusahaan
d. Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan kantor
pusat
Kekurang-wajaran alokasi biaya administrasi dan umum
(overhead cost) – (lanjutan)
Perlakuan Perpajakan :
Alokasi biaya-biaya tersebut diperbolehkan
sepanjang sebanding dengan manfaat yang
diperoleh dan bukan merupakan duplikasi biaya
Biaya kantor pusat yang boleh dialokasikan
kepada BUT tidak temasuk bunga atas
penggunaan dana kantor pusat, kecuali untuk
jenis usaha perbankan, royalti/sewa atas harta
kantor pusat
Perlakuan Perpajakan (lanjutan):
Dalam hal berlaku P3B maka pengalokasian biaya
kantor pusat kepada BUT adalah seperti yang diatur
dalam P3B
Kewajaran biaya training di atas dapat diuji dengan
membandingkan jumlah biaya training yang sama atau
sejenis, yang diselenggarakan oleh pihak-pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa
Untuk biaya lainnya, maka besarnya biaya yangdapat
dialokasikan dihitung berdasar faktor-faktor tertentu
yang dapat mencerminkan dengan baik proporsi
manfaat yang diterimanya
Kekurang-wajaran Pembebanan Bunga atas Pemberian
Pinjaman oleh Pemegang Saham
H Ltd Hongkong memiliki 80% saham PT C,
modal yang belum disetor Rp 200 jt. H Ltd juga
memberikan pinjaman sebesar Rp 500 jt dengan
bunga 25% atau Rp 125 jt setahun. Tingkat bunga
setempat adalah 20%
Perlakuan Perpajakan:
a. Penentuan kembali hutang PT C yaitu sebesar
Rp 500 jt – Rp 200 jt = Rp 300 jt
 pinjaman sebesar Rp 200 jt dianggap sebagai
penyetoran modal terselubung
b. Perhitungan Pajak Penghasilan:
 biaya bunga yang dapat dibebankan PT C
(20%x Rp 300 jt) = Rp 60 jt
Selisih Rp 65 jt (Rp 125 jt – Rp 60 jt) dianggap
pembayaran dividen keluar negeri dan dikenakan PPh 26
sebesar 20% atau sesuai tarif P3B
Kekurang-wajaran Pembebanan Bunga atas
Pemberian Pinjaman oleh Pemegang Saham
(lanjutan)
Kekurang-wajaran Pembayaran Komisi, Lisensi, Franchise, Sewa,
Royalti, Imbalan atas Jasa Manajemen, Imbalan Jasa Teknik dan
Imbalan Jasa Lainnya
Perusahaan komputer A memberikan lisensi kepada PT X
(tidak ada hubungan istimewa) sebagai distributor tunggal
di negara X untuk memasarkan program komputer dengan
membayar royalti 20% dari penjualan bersih.
Selain itu PT A juga memasarkan program komputernya
melalui PT B di negara B (ada hubungan istimewa)
sebagai distributor tunggal dan membayar royalti 15% dari
penjualan bersih
Perlakuan Perpajakan:
Karena program komputer yang dipasarkan PT B dan PT
X sama, atas dasar matching transaction method maka
royalti di PT B juga harus 20%.
Kalau kondisi tidak bisa disamakan maka digunakan
pendekatan comparable adjustable method (metode
sebanding yang disesuaikan) Contoh tersebut dapat juga
digunakan untuk menguji kewajaran franchise atau
imbalan lain yang serupa dengan itu.
Kekurang-wajaran Pembayaran Komisi, Lisensi,
Franchise, Sewa, Royalti, Imbalan atas Jasa Manajemen,
Imbalan Jasa Teknik dan Imbalan Jasa Lainnya (lanjutan)
Pembelian Harta Perusahaan oleh Pemegang Saham atau oleh
Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dengan Harga Lebih
Rendah dari Harga Pasar
A pemegang 50% saham PT B. A membeli kendaraan PT B
seharga Rp 10 jt. Nilai buku kendaraan Rp 10 jt. Harga pasar
kendaraan sejenis dalam keadaan yang sama Rp 30 jt.
Perlakuan Perpajakan:
Digunakan harga pasar Rp 30 jt, maka penghasilan kena pajak
PT B dikoreksi positif Rp 20 jt.
Sedangkan bagi A selisih harga Rp 20 jt merupakan
penghasilan berupa dividen yang harus dipotong PPh 23
sebesar 15% oleh PT B.
Penjualan kepada Pihak Luar Negeri Melalui Pihak Ketiga yang
Tidak Mempunyai Substansi Usaha (Letter Box Company)
PT I Indonesia mempunyai hubungan istimewa
dengan H Ltd Hongkong, dua-duanya adalah anak
perusahaan K di Korea. PT I mengekspor barang
langsung ke X di US atas permintaan H Ltd. Harga
pokok barang Rp 100.
PT I menagih ke H Ltd sebesar Rp 110. Sedang
H Ltd menagih ke X sebesar Rp 175. H Ltd hanya
merupakan Letter Box Company, tanpa substansi
bisnis.
Perlakuan Perpajakan:
Dengan memperhatikan substansi bisnis H Ltd, maka
perantaraan transaksi demikian (untuk penghitungan pajak)
dianggap tidak ada, sehingga harga jual PT I dikoreksi sebesar
Rp 65 (Rp 175 – Rp 110)
Kalau fungsi H Ltd adalah agen yang mendapat komisi 10%,
maka penghitungan PPh laba sebesar Rp 75 dialokasikan
sebagai berikut:
Untuk H Ltd = Rp 17,50 (10%xRp 175)
Untuk PT I = Rp 57,50 (Rp 75 – Rp 17,50)
Harga jual oleh PT I yang wajar adalah Rp 157,50
(Rp 175 – Rp 17,50)
1. Pihak dan Jenis Transaksi Hubungan Istimewa
PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011
Transaksi yang dilakukan Wajib Pajak
(WP) dengan pihak-pihak yang
mempunyai
hubungan istimewa.
a. Penjualan, pengalihan, pembelian
atau perolehan barang berwujud
maupun tidak berwujud;
b. Sewa, royalti, atau imbalan lain yang
timbul akibat penyediaan atau
pemanfaatan harta berwujud maupun
tidak berwujud;
c. Penghasilan atau pengeluaran
sehubungan dengan penyerahan
atau pemanfaatan jasa
d. Alokasi biaya;
e. Penyerahan atau perolehan harta
dalam bentuk instrumen keuangan,
dan penghasilan atau pengeluaran
yang timbul akibat penyerahan atau
perolehan harta dalam bentuk
instrumen keuangan yang dimaksud.
1. Transaksi WP Dalam Negeri dan
BUT di Indonesia dengan WP Luar
Negeri di luar Indonesia
2. Transaksi antar WP Dalam Negeri
dan/atau BUT yang memanfaatkan
perbedaan tarif antara lain:
a. Pengenaan PPh final atau tidak
final pada sektor usaha tertentu
b. Pajak Penjualan Barang Mewah
c. Transaksi dengan Kontraktor
Kontrak Kerjasama Migas
Pasal 2
2. Safe Harbor
PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011
Transaksi yang dilakukan oleh Wajib
Pajak dengan pihak- pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa yang
mempunyai nilai penghasilan atau
pengeluaran tidak melampaui Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Transaksi yang dilakukan oleh Wajib
Pajak dengan pihak- pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa
dengan nilai seluruh transaksi tidak
melebihi Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) dalam satu
tahun pajak untuk setiap lawan
transaksi.
Pasal 3
3. Pemilihan Metode Transfer Pricing
PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011
Penerapan metode Penentuan Harga transfer
dilakukan secara hirarkis dimulai dengan
menerapkan CUP, kemudian RPM atau CPM
dan metode terakhir PSM dan TNMM
(Ps 11 Ayat 3)
Dalam penentuan metode Harga Wajar/Laba
Wajar wajib dilakukan kajian untuk menentukan
metode Penentuan Harga Transfer yang paling
sesuai (The Most Appropriate Method)
(Ps 11 Ayat 1)
Tidak Diatur Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode
Laba Bersih Transaksional (Transactional
Net Margin Method/TNMM) antara lain adalah:
a. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan
Istimewa melakukan kontribusi
yang khusus; atau
b. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan
Istimewa melakukan transaksi
yang kompleks dan memiliki transaksi yang
berhubungan satu sama lain.
(Ps 11 Ayat 13)
Dalam hal kondisi-kondisi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) tidak
terpenuhi maka metode laba bersih
transaksional (transactional net margin
method/TNMM) dapat diterapkan.
(Pasal 12 ayat 1)
Dihapus
Pasal 11,12
4. Kewajiban Penyampaian TP Documentation
PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011
Tidak Diatur Wajib Pajak wajib menyampaikan
dokumentasi dalam melaporkan transaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang
terdiri dari satu set dokumen induk dan satu
set lampiran dari dokumen induk. (Ps 18
Ayat 3)
Wajib Pajak dapat menentukan
sendiri jenis dan bentuk dokumen
yang harus diselenggarakan
disesuaikan dengan bidang
usahanya sepanjang dokumen
tersebut mendukung penggunaan
metode penentuan Harga Wajar atau
Laba Wajar yang dipilih. (Ps 18 Ayat
4)
Wajib Pajak dapat menentukan sendiri jenis
dan bentuk dokumen yang disesuaikan
dengan bidang usahanya sepanjang
dokumen tersebut mendukung penggunaan
metode penentuan Harga Wajar atau Laba
Wajar yang dipilih, termasuk laporan
keuangan yang tersegmentasi. (Ps 18 Ayat
4)
Wajib Pajak wajib melaporkan
transaksi yang dilakukannya dengan
pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
(Ps 19 Ayat 1)
Tidak ada perubahan mengikuti
Per 43/PJ/2010
Pasal 18,19
5. Kewenangan DJP
PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011
Dalam hal Wajib Pajak melakukan
transaksi dengan pihak-pihak yang
memiliki Hubungan Istimewa yang
terindikasi sebagai tindak pidana di
bidang perpajakan, Direktur Jenderal
Pajak berwenang melakukan penyidikan
sebagaimana diatur dalam Pasal 44
Undang-Undang KUP. (Ayat 5)
Dihapus
Pasal 20
6. Data Pembanding
PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011
Tidak Diatur Dalam hal Data Pembanding Internal
yang tersedia bersifat insidental, maka
Data Pembanding Internal dimaksud
hanya dapat dipergunakan dalam
transaksi yang bersifat insidental antara
Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa.
(Pasal 4 Ayat 1c)
Tidak Diatur Dalam hal Data Pembanding Internal
telah memenuhi faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi tingkat
kesebandingan, maka Data
Pembanding Eksternal tidak diperlukan.
(Pasal 4A Ayat 4)
Tidak Diatur Data Pembanding Eksternal dapat
diperoleh dari database komersial
maupun database lainnya.
(Pasal 4A Ayat 5)
Pasal 4, 4A
Wajib Pajak yang melakukan pembelian
saham atau aktiva perusahaan melalui
pihak lain atau badan yang dibentuk untuk
maksud demikian (Special Purpose
Company), dapat ditetapkan sebagai pihak
yang sebenarnya melakukan pembelian
tersebut sepanjang Wajib Pajak yang
bersangkutan mempunyai hubungan
istimewa dengan pihak lain atau badan
tersebut dan terdapat ketidakwajaran
penetapan harga.
KETENTUAN PENCEGAHAN
PENGHINDARAN PAJAK – Ps.18(3b)
Bank A
BVI Ltd
LN
DN
PT X memiliki 100%
saham BVI Ltd.
PT X
Bank A menjual asset
kredit atas PT X
kepada BVI Ltd
Merupakan penjualan
asset kredit kepada PT X
Bank A memiliki
asset kredit
atas PT X
Special Purpose Company
DEEMED PURCHASE SALE
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan
(conduit company atau Special Purpose
Company) yang didirikan atau berkedudukan di
negara yang memberikan perlindungan pajak
(Tax Haven Country) yang mempunyai
hubungan istimewa dengan badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat
ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan
saham badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap
di Indonesia.
KETENTUAN PENCEGAHAN
PENGHINDARAN PAJAK – Ps.18(3c)
PT/BUT BVI
BVI Ltd
X Co.
Y Co.
LN
DN
BVI Ltd. memiliki 100%
PT/BUT BVI
X Co. memiliki 50%
saham BVI Ltd.
Y Co. memiliki 50%
saham BVI Ltd.
PT Z
X Co. & Y Co.
menjual saham
BVI Ltd. yg
dimilikinya kepada
PT Z
Merupakan penjualan kepemilikan
X Co. & Y Co. atas PT/BUT BVI
kepada PT Z
Conduit/Dummy Company
DEEMED SALE OF SHARE RULE

More Related Content

Similar to iai pph badan sesi iii ab

Tax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran UsahaTax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran Usaha
puspa
 
Hyperlink aktv tetap
Hyperlink  aktv tetapHyperlink  aktv tetap
Hyperlink aktv tetap
salmiah mia
 

Similar to iai pph badan sesi iii ab (18)

Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricing
Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricingPenentuan tarif yang wajar dalam transfer pricing
Penentuan tarif yang wajar dalam transfer pricing
 
Persediaan dan penyusutan -- Accounting Tax
Persediaan dan penyusutan -- Accounting TaxPersediaan dan penyusutan -- Accounting Tax
Persediaan dan penyusutan -- Accounting Tax
 
Pengalihan atau Jual Beli Aktiva Tetap dalam Perpajakkan
Pengalihan atau Jual Beli Aktiva Tetap dalam PerpajakkanPengalihan atau Jual Beli Aktiva Tetap dalam Perpajakkan
Pengalihan atau Jual Beli Aktiva Tetap dalam Perpajakkan
 
Chapter#6
Chapter#6Chapter#6
Chapter#6
 
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANGAKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANG
AKT_PAJAK_MEYSI RESYANTI_SURYANIH_STIAMITANGERANG
 
PP Nomor 94 tahun 2010
PP Nomor 94 tahun 2010PP Nomor 94 tahun 2010
PP Nomor 94 tahun 2010
 
BAB 15 _EKUITAS PEMEGANG SAHAM.ppt
BAB 15 _EKUITAS PEMEGANG SAHAM.pptBAB 15 _EKUITAS PEMEGANG SAHAM.ppt
BAB 15 _EKUITAS PEMEGANG SAHAM.ppt
 
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap Berwujud
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap BerwujudAkuntansi Pajak atas Aktiva Tetap Berwujud
Akuntansi Pajak atas Aktiva Tetap Berwujud
 
3.1. objek pajak
3.1. objek pajak3.1. objek pajak
3.1. objek pajak
 
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMI
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMIIndri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMI
Indri,yanti_Akuntansi Pajak,Suryani,STIAMI
 
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017
indri,Akuntansi Pajak,suryanih,STIAMI 2017
 
Aktiva tetap dan Penyusutan
Aktiva tetap dan PenyusutanAktiva tetap dan Penyusutan
Aktiva tetap dan Penyusutan
 
Tax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran UsahaTax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran Usaha
 
Hyperlink aktv tetap
Hyperlink  aktv tetapHyperlink  aktv tetap
Hyperlink aktv tetap
 
Psak 14-persediaan-ias-21
Psak 14-persediaan-ias-21Psak 14-persediaan-ias-21
Psak 14-persediaan-ias-21
 
Psak 14-persediaan-ias-21 (1)
Psak 14-persediaan-ias-21 (1)Psak 14-persediaan-ias-21 (1)
Psak 14-persediaan-ias-21 (1)
 
Psak 14-persediaan-ias-21 (1)
Psak 14-persediaan-ias-21 (1)Psak 14-persediaan-ias-21 (1)
Psak 14-persediaan-ias-21 (1)
 
Teknik Penyusunan Owner Estimate _Pelatihan "Penyusunan HPS/ OE"
Teknik Penyusunan Owner Estimate  _Pelatihan "Penyusunan HPS/ OE"Teknik Penyusunan Owner Estimate  _Pelatihan "Penyusunan HPS/ OE"
Teknik Penyusunan Owner Estimate _Pelatihan "Penyusunan HPS/ OE"
 

More from Fajri A (14)

Leasing
LeasingLeasing
Leasing
 
Biaya sdm dan pemberian natura
Biaya sdm dan pemberian naturaBiaya sdm dan pemberian natura
Biaya sdm dan pemberian natura
 
07 non deductible
07 non deductible07 non deductible
07 non deductible
 
06 penyusutan
06 penyusutan06 penyusutan
06 penyusutan
 
01 biaya fiskal
01 biaya fiskal01 biaya fiskal
01 biaya fiskal
 
Pajak penghasilan pasal 24
Pajak penghasilan pasal 24Pajak penghasilan pasal 24
Pajak penghasilan pasal 24
 
iai pph badan sesi 5 ab -- pengisian spt
iai pph badan sesi 5 ab  -- pengisian sptiai pph badan sesi 5 ab  -- pengisian spt
iai pph badan sesi 5 ab -- pengisian spt
 
Iai pph badan sesi 4 ab
Iai pph badan sesi 4 abIai pph badan sesi 4 ab
Iai pph badan sesi 4 ab
 
iai pph badan sesi I -- ab
iai pph badan sesi I -- abiai pph badan sesi I -- ab
iai pph badan sesi I -- ab
 
01 mamahami pembukuan dasar
01 mamahami pembukuan dasar01 mamahami pembukuan dasar
01 mamahami pembukuan dasar
 
3 ppn dpp, pm, kms, restitusi, & fasilitas
3 ppn   dpp, pm, kms, restitusi, & fasilitas3 ppn   dpp, pm, kms, restitusi, & fasilitas
3 ppn dpp, pm, kms, restitusi, & fasilitas
 
Akuntansi PPN
Akuntansi PPNAkuntansi PPN
Akuntansi PPN
 
Pembukuan sampai dengan sanksi nya -- Accounting Tax
Pembukuan sampai dengan sanksi nya -- Accounting TaxPembukuan sampai dengan sanksi nya -- Accounting Tax
Pembukuan sampai dengan sanksi nya -- Accounting Tax
 
Pengantar Perpajakan 2 PPh 21 -- Accounting Tax
Pengantar Perpajakan 2 PPh 21 -- Accounting TaxPengantar Perpajakan 2 PPh 21 -- Accounting Tax
Pengantar Perpajakan 2 PPh 21 -- Accounting Tax
 

Recently uploaded

Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
HALIABUTRA1
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
galuhmutiara
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
 

Recently uploaded (20)

TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
 
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnisMemahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 

iai pph badan sesi iii ab

  • 1. PENENTUAN HARGA PEROLEHAN/PENJUALAN ATAU NILAI PEROLEHAN/PENJUALAN Pasal 10 ayat (1), (2), (3), dan (6) Tidak dipengaruhi hub. istimewa Dipengaruhi hub. istimewa Dalam hal tukar-menukar Jumlah yg sesungguhnya dikeluarkan/diterima Jumlah yg seharusnya dikeluarkan/diterima Jumlah yg seharusnya dikeluarkan/diterima berdasarkan harga pasar BERSAMBUNG….
  • 2. PENENTUAN HARGA PEROLEHAN/PENJUALAN ATAU NILAI PEROLEHAN/PENJUALAN Pasal 10 ayat (1), (2), (3), dan (6) Dalam Rangka: - Likuidasi - Penggabungan - Peleburan - Pemekaran - Pemecahan - Pengambilalihan Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok Jumah yg seharusnya dikeluarkan/diterima sesuai harga pasar kecuali ditentukan lain oleh Menkeu Berdasarkan harga perolehan yg dilakukan secara rata-rata atau dgn cara mendahulukan persediaan yg diperoleh pertama …..SAMBUNGAN
  • 3. PENENTUAN HARGA PEROLEHAN/PENJUALAN ATAU NILAI PEROLEHAN/PENJUALAN Pasal 10 ayat (4) dan (5) Pengalihan harta hibahan, bantuan atau sumbangan, dan warisan yg memenuhi persyaratan Pasal 4 ayat (3) Huruf a dan b Pengalihan harta yg tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) Huruf a Pengalihan harta sbg pengganti saham atau pengganti penyertaan modal Dasar penilaian bagi yg menerima sama dgn nilai sisa buku yg melakukan pengalihan atau nilai yg ditetapkan Dirjen Pajak Dasar penilaian bagi yg menerima sama dengan Nilai Pasar Dasar penilaian bagi yg menerima sama dengan Nilai Pasar
  • 4. 4 PERBANDINGAN UTANG DAN MODAL DAN SAAT DIPEROLEHNYA DIVIDEN Pasal 18 Ayat (1) dan (2) MENTERI KEUANGAN BESARNYA PERBANDINGAN ANTARA UTANG & MODAL UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN PAJAK SAAT DIPEROLEHNYA DIVIDEN OLEH WPDN ATAS PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA DILUAR NEGERI SELAIN BADAN USAHA YG MENJUAL SAHAMNYA DI BURSA EFEK A.BESARNYA PENYERTAAN MODAL WP DN SEKURANG-KURANGNYA 50% DARI JUMLAH SAHAM YANG DISETOR; atau B.SECARA BERSAMA-SAMA DENGAN WP DN LAINNYA MEMILIKI PENYERTAAN MODAL SEBESAR 50% ATAU LEBIH DARI JUMLAH SAHAM YANG DISETOR
  • 5. HUBUNGAN ISTIMEWA Pasal 18 Ayat (4) HUBUNGAN ISTIMEWA DIANGGAP ADA APABILA: I. * WP MEMPUNYAI PENYERTAAN MODAL LANGSUNG ATAU TIDAK TIDAK LANGSUNG SEBESAR 25% ATAU LEBIH PADA WP LAINNYA; atau * HUBUNGAN ANTARA WP DENGAN PENYERTAAN 25% ATAU LEBIH PADA DUA WP ATAU LEBIH; atau * HUBUNGAN ANTARA DUA WP ATAU LEBIH YANG DISEBUT TERAKHIR; II. WP YANG MENGUASAI WP LAINNYA, DUA ATAU LEBIH BAIK LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG III. ADA HUBUNGAN KELUARGA SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS DAN/ATAU KE SAMPING SATU DERAJAT
  • 6. 6 PENGHITUNGAN PKP BAGI WP YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA Pasal 18 Ayat (3) dan (3a) DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • MELAKUKAN PERJANJIAN DGN WP & OTORITAS PAJAK NEGARA LAIN • MENENTUKAN KEMBALI BESAR NYA PENGHASILAN DAN PENGURANGAN; • MENENTUKAN UTANG SEBAGAI MODAL UNTUK MENGHITUNG BESAR NYA PKP BAGI WP YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA UNTUK MENENTUKAN HARGA TRANSAKSI PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
  • 7. Jenis Hubungan Istimewa (HI)  Hubungan Kepemilikan  Hubungan Penguasaan  Hubungan Darah atau Perkawinan (UU PPh Pasal 18 ayat 4 dan UU PPN Pasal 2 ayat 2)
  • 8. Hubungan Kepemilikan WP mempunyai penyertaan modal langsung / tidak langsung paling rendah 25% pada WP lain. A B C HI HI 25% 25%
  • 9. Hubungan Kepemilikan (lanjutan) Hubungan antara WP dengan penyertaan paling rendah 25% pada dua WP atau lebih, demikian pula antar dua WP atau lebih yang disebut terakhir A B C D 25% 25% 25% HI HI HI HI HI
  • 10. Hubungan Penguasaan Yaitu hubungan antara wajib pajak yang menguasai wajib pajak lainnya, atau dua wajib pajak atau lebih berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung, baik penguasaan melalui manajemen maupun melalui pengunaan teknologi.
  • 11. Hubungan Darah / Perkawinan Yaitu hubungan istimewa karena terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajad. Apabila antara suami dan istri dilakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, maka antara suami istri tersebut terdapat hubungan istimewa.
  • 12. Hubungan Darah / Perkawinan (lanjutan) WP Ayah Ibu Anak Kakak Adik WPKakak Ipar Adik Ipar Anak Tiri Mertua
  • 13. Akibat Transaksi Antar Pihak-Pihak Yang Mempunyai HI Kekurangwajaran harga, biaya, imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha. Terjadinya pengalihan atau dasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari satu WP ke WP lainnya dengan tujuan untuk menekan keseluruhan jumlah pajak yang terhutang.
  • 14. Kekurangwajaran Transaksi HI 1. Harga Penjualan 2. Harga Pembelian 3. Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost); 4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham (shareholder loan) 5. Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa manajemen, imbalan atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lainnya;
  • 15. Kekurangwajaran Transaksi HI 6. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar; 7. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak mempunyai substansi usaha (misalnya dummy company, letter box company atau reinvoicing center).
  • 16. Wewenang DJP DJP berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. (UU PPh Pasal 18 Ayat 3)
  • 17. Wewenang DJP (lanjutan) DJP berwenang melakukan perjanjian dengan WP dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir. (UU PPh Pasal 18 Ayat 3a)
  • 18. Metode Penentuan Kewajaran Harga 1. Metode Harga Pasar Sebanding (Comparable Uncontrolled Price) 2. Metode Harga Pokok Plus (Cost Plus) 3. Metode Harga Jual Minus (Sales Minus / Resale Price) 4. Metode Tingkat Laba Sebanding (Comparable Profit / ROI) 5. Metode lainnya yang dapat diterima
  • 20. Kekurang-wajaran Harga Penjualan Contoh 1. PT A memiliki 25% PT B. Harga jual atas penyerahan barang PT A ke PT B Rp 160/unit. PT A tidak menjual barang ke pihak ketiga yang tidak ada hubungan istimewa. Perlakuan Perpajakan:  Harga pasar wajar  harga pasar wajar dari barang yang sejenis/serupa, yang terjadi antara pihak-pihak yang tidak ada hubungan istimewa, atau  Jika terdapat kesulitan dalam menentukan harga pasar karena barang tersebut mempunyai spesifikasi khusus, misalnya semi finished product, maka digunakan pendekatan harga pokok plus
  • 21.  DPP yang digunakan: {Rp. 150+(40% x Rp150)} = Rp 210 Kekurang-wajaran Harga Penjualan (lanjutan) Misal: PT A memperoleh bahan baku & pembantu produksi dari pemasok yang tidak ada hubungan istimewa. Harga pokok produksi/unit Rp 150, dan laba kotor dari penjualan barang yang sama antar pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa adalah 40%
  • 22. Contoh 2. PT B menjual kembali barang yang dibeli dari PT A seharga Rp 250/unit ke pihak yang tidak ada hubungan istimewa. Laba kotor sebanding  20% dari harga jual. Perlakuan Perpajakan: 1. Metode harga jual minus {Rp 250 - (20% x Rp 250)}= Rp 200 2. Metode tingkat laba perusahaan sebanding atau tingkat hasil investasi dari usaha yang sama, serupa atau sejenis Kekurang-wajaran Harga Penjualan (lanjutan)
  • 23. Kekurang-wajaran Harga Penjualan (lanjutan) Misal: Persentase laba kotor jenis usaha yang sama dengan PT A adalah 30%. Laba kotor yang dilaporkan PT A adalah 15%. Karena ada deviasi tingkat laba, maka diduga ada penggeseran laba melalui penjualan dengan harga yang kurang wajar dari PT A ke PT B. Kalau PT B merupakan pembeli tunggal, maka laba kotor PT A untuk tujuan penghitungan pajak terutang harus dihitung kembali menjadi sebesar 30%.
  • 24. Kekurang-wajaran Harga Pembelian H Ltd. Hongkong memiliki 25% saham PT B. PT B mengimpor barang produksi H Ltd seharga Rp 3.000/unit, yang dijual kepada PT Y (tidak ada hubungan istimewa) dengan harga Rp 3.500/unit. Perlakuan Perpajakan: - Dicari harga pasar sebanding untuk barang yang sama, sejenis atau serupa atas pembelian/impor dari pihak yang tidak ada hubungan istimewa, atau - Pendekatan harga jual minus  mengurangkan laba kotor wajar ditambah biaya lain dari harga jual barang kepada pihak yang tidak ada hubungan istimewa.
  • 25. Kekurang-wajaran Harga Pembelian (lanjutan) Misal: Laba wajar yang diperoleh Rp 750, maka harga pasar wajar atas pembelian barang dari H Ltd – Hongkong: Rp 3.500 – Rp 750 = Rp 2.750. Harga ini merupakan dasar perhitungan harga pokok PT B. Selisih Rp 250 antara pembayaran hutang ke H Ltd dianggap sebagai pembayaran dividen terselubung.
  • 26. Kekurang-wajaran Alokasi Biaya Administrasi dan Umum (Overhead Cost) Head Office di luar negeri sering mengalokasikan biaya administrasi dan umum ke BUT di Indonesia, antara lain: a. Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang diselenggarakan kantor pusat di luar negeri b. Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut ke masing-masing BUT c. Biaya administrasi/manajemen lainnya dari kantor pusat yang merupakan biaya penyelenggaraan perusahaan d. Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan kantor pusat
  • 27. Kekurang-wajaran alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost) – (lanjutan) Perlakuan Perpajakan : Alokasi biaya-biaya tersebut diperbolehkan sepanjang sebanding dengan manfaat yang diperoleh dan bukan merupakan duplikasi biaya Biaya kantor pusat yang boleh dialokasikan kepada BUT tidak temasuk bunga atas penggunaan dana kantor pusat, kecuali untuk jenis usaha perbankan, royalti/sewa atas harta kantor pusat
  • 28. Perlakuan Perpajakan (lanjutan): Dalam hal berlaku P3B maka pengalokasian biaya kantor pusat kepada BUT adalah seperti yang diatur dalam P3B Kewajaran biaya training di atas dapat diuji dengan membandingkan jumlah biaya training yang sama atau sejenis, yang diselenggarakan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa Untuk biaya lainnya, maka besarnya biaya yangdapat dialokasikan dihitung berdasar faktor-faktor tertentu yang dapat mencerminkan dengan baik proporsi manfaat yang diterimanya
  • 29. Kekurang-wajaran Pembebanan Bunga atas Pemberian Pinjaman oleh Pemegang Saham H Ltd Hongkong memiliki 80% saham PT C, modal yang belum disetor Rp 200 jt. H Ltd juga memberikan pinjaman sebesar Rp 500 jt dengan bunga 25% atau Rp 125 jt setahun. Tingkat bunga setempat adalah 20%
  • 30. Perlakuan Perpajakan: a. Penentuan kembali hutang PT C yaitu sebesar Rp 500 jt – Rp 200 jt = Rp 300 jt  pinjaman sebesar Rp 200 jt dianggap sebagai penyetoran modal terselubung b. Perhitungan Pajak Penghasilan:  biaya bunga yang dapat dibebankan PT C (20%x Rp 300 jt) = Rp 60 jt Selisih Rp 65 jt (Rp 125 jt – Rp 60 jt) dianggap pembayaran dividen keluar negeri dan dikenakan PPh 26 sebesar 20% atau sesuai tarif P3B Kekurang-wajaran Pembebanan Bunga atas Pemberian Pinjaman oleh Pemegang Saham (lanjutan)
  • 31. Kekurang-wajaran Pembayaran Komisi, Lisensi, Franchise, Sewa, Royalti, Imbalan atas Jasa Manajemen, Imbalan Jasa Teknik dan Imbalan Jasa Lainnya Perusahaan komputer A memberikan lisensi kepada PT X (tidak ada hubungan istimewa) sebagai distributor tunggal di negara X untuk memasarkan program komputer dengan membayar royalti 20% dari penjualan bersih. Selain itu PT A juga memasarkan program komputernya melalui PT B di negara B (ada hubungan istimewa) sebagai distributor tunggal dan membayar royalti 15% dari penjualan bersih
  • 32. Perlakuan Perpajakan: Karena program komputer yang dipasarkan PT B dan PT X sama, atas dasar matching transaction method maka royalti di PT B juga harus 20%. Kalau kondisi tidak bisa disamakan maka digunakan pendekatan comparable adjustable method (metode sebanding yang disesuaikan) Contoh tersebut dapat juga digunakan untuk menguji kewajaran franchise atau imbalan lain yang serupa dengan itu. Kekurang-wajaran Pembayaran Komisi, Lisensi, Franchise, Sewa, Royalti, Imbalan atas Jasa Manajemen, Imbalan Jasa Teknik dan Imbalan Jasa Lainnya (lanjutan)
  • 33. Pembelian Harta Perusahaan oleh Pemegang Saham atau oleh Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dengan Harga Lebih Rendah dari Harga Pasar A pemegang 50% saham PT B. A membeli kendaraan PT B seharga Rp 10 jt. Nilai buku kendaraan Rp 10 jt. Harga pasar kendaraan sejenis dalam keadaan yang sama Rp 30 jt. Perlakuan Perpajakan: Digunakan harga pasar Rp 30 jt, maka penghasilan kena pajak PT B dikoreksi positif Rp 20 jt. Sedangkan bagi A selisih harga Rp 20 jt merupakan penghasilan berupa dividen yang harus dipotong PPh 23 sebesar 15% oleh PT B.
  • 34. Penjualan kepada Pihak Luar Negeri Melalui Pihak Ketiga yang Tidak Mempunyai Substansi Usaha (Letter Box Company) PT I Indonesia mempunyai hubungan istimewa dengan H Ltd Hongkong, dua-duanya adalah anak perusahaan K di Korea. PT I mengekspor barang langsung ke X di US atas permintaan H Ltd. Harga pokok barang Rp 100. PT I menagih ke H Ltd sebesar Rp 110. Sedang H Ltd menagih ke X sebesar Rp 175. H Ltd hanya merupakan Letter Box Company, tanpa substansi bisnis.
  • 35. Perlakuan Perpajakan: Dengan memperhatikan substansi bisnis H Ltd, maka perantaraan transaksi demikian (untuk penghitungan pajak) dianggap tidak ada, sehingga harga jual PT I dikoreksi sebesar Rp 65 (Rp 175 – Rp 110) Kalau fungsi H Ltd adalah agen yang mendapat komisi 10%, maka penghitungan PPh laba sebesar Rp 75 dialokasikan sebagai berikut: Untuk H Ltd = Rp 17,50 (10%xRp 175) Untuk PT I = Rp 57,50 (Rp 75 – Rp 17,50) Harga jual oleh PT I yang wajar adalah Rp 157,50 (Rp 175 – Rp 17,50)
  • 36. 1. Pihak dan Jenis Transaksi Hubungan Istimewa PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011 Transaksi yang dilakukan Wajib Pajak (WP) dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. a. Penjualan, pengalihan, pembelian atau perolehan barang berwujud maupun tidak berwujud; b. Sewa, royalti, atau imbalan lain yang timbul akibat penyediaan atau pemanfaatan harta berwujud maupun tidak berwujud; c. Penghasilan atau pengeluaran sehubungan dengan penyerahan atau pemanfaatan jasa d. Alokasi biaya; e. Penyerahan atau perolehan harta dalam bentuk instrumen keuangan, dan penghasilan atau pengeluaran yang timbul akibat penyerahan atau perolehan harta dalam bentuk instrumen keuangan yang dimaksud. 1. Transaksi WP Dalam Negeri dan BUT di Indonesia dengan WP Luar Negeri di luar Indonesia 2. Transaksi antar WP Dalam Negeri dan/atau BUT yang memanfaatkan perbedaan tarif antara lain: a. Pengenaan PPh final atau tidak final pada sektor usaha tertentu b. Pajak Penjualan Barang Mewah c. Transaksi dengan Kontraktor Kontrak Kerjasama Migas Pasal 2
  • 37. 2. Safe Harbor PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011 Transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan pihak- pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa yang mempunyai nilai penghasilan atau pengeluaran tidak melampaui Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan pihak- pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan nilai seluruh transaksi tidak melebihi Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dalam satu tahun pajak untuk setiap lawan transaksi. Pasal 3
  • 38. 3. Pemilihan Metode Transfer Pricing PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011 Penerapan metode Penentuan Harga transfer dilakukan secara hirarkis dimulai dengan menerapkan CUP, kemudian RPM atau CPM dan metode terakhir PSM dan TNMM (Ps 11 Ayat 3) Dalam penentuan metode Harga Wajar/Laba Wajar wajib dilakukan kajian untuk menentukan metode Penentuan Harga Transfer yang paling sesuai (The Most Appropriate Method) (Ps 11 Ayat 1) Tidak Diatur Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM) antara lain adalah: a. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan kontribusi yang khusus; atau b. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan transaksi yang kompleks dan memiliki transaksi yang berhubungan satu sama lain. (Ps 11 Ayat 13) Dalam hal kondisi-kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) tidak terpenuhi maka metode laba bersih transaksional (transactional net margin method/TNMM) dapat diterapkan. (Pasal 12 ayat 1) Dihapus Pasal 11,12
  • 39. 4. Kewajiban Penyampaian TP Documentation PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011 Tidak Diatur Wajib Pajak wajib menyampaikan dokumentasi dalam melaporkan transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang terdiri dari satu set dokumen induk dan satu set lampiran dari dokumen induk. (Ps 18 Ayat 3) Wajib Pajak dapat menentukan sendiri jenis dan bentuk dokumen yang harus diselenggarakan disesuaikan dengan bidang usahanya sepanjang dokumen tersebut mendukung penggunaan metode penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar yang dipilih. (Ps 18 Ayat 4) Wajib Pajak dapat menentukan sendiri jenis dan bentuk dokumen yang disesuaikan dengan bidang usahanya sepanjang dokumen tersebut mendukung penggunaan metode penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar yang dipilih, termasuk laporan keuangan yang tersegmentasi. (Ps 18 Ayat 4) Wajib Pajak wajib melaporkan transaksi yang dilakukannya dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan perundang- undangan perpajakan yang berlaku. (Ps 19 Ayat 1) Tidak ada perubahan mengikuti Per 43/PJ/2010 Pasal 18,19
  • 40. 5. Kewenangan DJP PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011 Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki Hubungan Istimewa yang terindikasi sebagai tindak pidana di bidang perpajakan, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 44 Undang-Undang KUP. (Ayat 5) Dihapus Pasal 20
  • 41. 6. Data Pembanding PER 43/PJ/2010 PER 32/PJ/2011 Tidak Diatur Dalam hal Data Pembanding Internal yang tersedia bersifat insidental, maka Data Pembanding Internal dimaksud hanya dapat dipergunakan dalam transaksi yang bersifat insidental antara Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. (Pasal 4 Ayat 1c) Tidak Diatur Dalam hal Data Pembanding Internal telah memenuhi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan, maka Data Pembanding Eksternal tidak diperlukan. (Pasal 4A Ayat 4) Tidak Diatur Data Pembanding Eksternal dapat diperoleh dari database komersial maupun database lainnya. (Pasal 4A Ayat 5) Pasal 4, 4A
  • 42. Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (Special Purpose Company), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga. KETENTUAN PENCEGAHAN PENGHINDARAN PAJAK – Ps.18(3b)
  • 43. Bank A BVI Ltd LN DN PT X memiliki 100% saham BVI Ltd. PT X Bank A menjual asset kredit atas PT X kepada BVI Ltd Merupakan penjualan asset kredit kepada PT X Bank A memiliki asset kredit atas PT X Special Purpose Company DEEMED PURCHASE SALE
  • 44. Penjualan atau pengalihan saham perusahaan (conduit company atau Special Purpose Company) yang didirikan atau berkedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia. KETENTUAN PENCEGAHAN PENGHINDARAN PAJAK – Ps.18(3c)
  • 45. PT/BUT BVI BVI Ltd X Co. Y Co. LN DN BVI Ltd. memiliki 100% PT/BUT BVI X Co. memiliki 50% saham BVI Ltd. Y Co. memiliki 50% saham BVI Ltd. PT Z X Co. & Y Co. menjual saham BVI Ltd. yg dimilikinya kepada PT Z Merupakan penjualan kepemilikan X Co. & Y Co. atas PT/BUT BVI kepada PT Z Conduit/Dummy Company DEEMED SALE OF SHARE RULE