Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi dan etos kerja guru terhadap hasil belajar siswa di dua SD di Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, sedangkan etos kerja tidak berpengaruh signifikan. Secara simultan, kompetensi dan etos kerja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
KOMPETENSI-ETOS
1. 1
PENGARUH KOMPETENSI DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DI SDN MANARUWI I DAN II KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN
Erna Herawati
Abstrak
Kompetensi dan etos kerja berperan penting dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa. besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing
para siswa. Guru yang berkompeten dan memiliki etos kerja yang tinggi akan lebih mampu mengelola kelasnya,
sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa di SDN
Manaruwi I dan II Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan, dilihat dari hasil uji t yaitu t-hitung yang dihasilkan
sebesar 3,053 yang lebih besar dari t-tabel 2,110 dengan tingkat signifikan kurang dari 5% yaitu 0,007. Besar
pengaruh yang dihasilkan dari kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa adalah 55,43%; (2) Tidak terdapat
pengaruh secara signifikan etos kerja guru terhadap hasil belajar siswa SDN Manaruwi I dan II, dilihat dari hasil
uji t yaitu t-hitung yang dihasilkan sebesar 2,081 yang lebih kecil dari t-tabel 2,110 dengan tingkat signifikan
lebih dari 5% yaitu 0,053. Besar pengaruh yang dihasilkan dari etos kerja guru terhadap hasil belajar siswa
adalah 37,34%; dan (3) terdapat pengaruh secara simultan antara kompetensi dan etos kerja guru terhadap hasil
belajar siswa SDN Manaruwi I dan II, dilihat dari hasil uji F yaitu diperoleh F-hitung yang dihasilkan sebesar
109,334 yang lebih besar dari F-tabel dengan nilai signifikasi 0,000 di bawah 5% dengan besar pengaruh yang
dihasilkan adalah 91,90%.
Kata kunci: Kompetensi Guru, Etos Kerja Guru, Hasil Belajar Siswa
PENDAHULUAN
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, memberikan, menilai, mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah,
(Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen). Guru sebagai pendidik atau pengajar merupakan
pencipta kondisi belajar siswa yang didesai secara
sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan
anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang
menikmati kondisi belajar yang diciptakan seorang guru
(Sanjaya, 2006:66-67). Guru merupakan salah satu
profesi yang berperan dalam membentuk dan
menentukan kualitas SDM di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, dalam rangka untuk mewujudkan SDM
berkualitas di masa yang akan datang, maka diperlukan
guru yang juga berkualitas. Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas guru adalah dengan meningkatkan
kompetensinya,
Kompetensi guru berperan penting dalam
hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Proses belajar
mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja
ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi
kurikulumnya, tetapi sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para
siswa. Guru yang berkompeten akan lebih mampu
mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada
pada tingkat optimal (Hamalik, 2006:36)
Kompetensi guru sangat berpengaruh terhadap
kualitas mengajar guru bahkan kompetensi guru juga
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan yang dicapai
oleh peserta didik (Janawi, 2012:29). Menurut Echols dan
Shadly “Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan,
perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan
belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar”
(Musfah, 2012:27).
Berkaitan dengan guru sebagai pendidik, dalam PP
No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 1 disebutkan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajar, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Sementara itu, kompetensi
yang harus dimiliki pendidik (guru) yang terdapat dalam
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi (Sopiatin, 2010:67). Dalam perspektif
kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat
jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi
pedagogoik, kepribadian,sosial dan profesional. Guru
diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara
profesional dengan memiliki dan menguasai keempat
kompetensi tersebut. Karena itu, guru harus selalu belajar
meningkatkan kompetensi dengan tekun disela-sela
menjalankan tugasnya agar dapat mengerjakan pekerjaan
2. 2
dan mengajar siswa sesuai dengan perkembangan jaman
dan perubahan kurikulum sehingga hasil belajar siswa
dapat tercapai dengan baik.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam
pembelajaran. Menurut Sudjana hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat
pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana baik tes tulis maupun tes lisan maupun tes
perbuatan. Sudjana (2009:20) mendefinisikan hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006:9) juga
menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya, proses belajar berlangsung, yang dapat
memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan,
pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga
menjadi lebih baik dari sebelumnya (Purwanto, 2002:82).
Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses
pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
Bukti bahwa seorang telah belajar ialah terjadinya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan
unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah
sedangkan unsur motoris adalah unsure jasmaniah.
Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut
mukanya, sikap dalam rohaniah tidak bisa kita lihat.
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil
belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-
aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah
pengetahuan; pengertian; kebiasaan; keterampilan;
apresiasi; emosional; hubungan sosial; jasmani; etis atau
budi pekerti; dan sikap (Hamalik, 2004:30).
Hasil belajar merupakan tolok ukur maksimal yang
telah dicapai siswa setelah melakukan belajar selama
waktu yang telah ditentukan. Selain itu hasil belajar juga
dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui
kemampuan dan kualitas siswa setelah melakukan proses
pembelajaran. Keberhasilan seorang siswa dalam belajar
dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang bersangkutan.
Guru perlu mengadakan evaluasi hasil belajar untuk
mengetahui prestasi belajar siswa, malalui evaluasi hasil
belajar tersebut, maka dapat dilihat prestasi belajar siswa
yang dicapai selama mengikuti proses belajar mengajar.
Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami,
memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu
pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar
yang lebih baik. Oleh karena itu guru perlu dan wajib
memiliki kompetensi profesional seorang guru.
Penelitian relevan yang menunjukkan bahwa
kompetensi guru memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar siswa seperti penelitian yang dilakukan oleh
Hazami dan Herminingsih (2017) juga menunjukkan
bahwa variabel kompetensi pedagogik, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efectivitas
pembelajaran. Ke empat variable bebas atau variabel
independen yaitu komptensi pedagogik, kompetensi
kepribadan, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional guru berpengaruh positif dan signifikan
terhadap efectivitas pembelajaran di SMA Negeri 96
Jakarta.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kompetensi merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa yang sejalan dengan
penjelasan Susanto (2013:27) bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain kecerdasan
anak; kesiapan dan kematangan; bakat anak; kemauan
belajar; minat; model penyajian materi pelajaran; pribadi
dan sikap guru; suasana pengajaran; kompetensi guru;
dan masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Susanto bahwa guru merupakan salah satu faktor utama
yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, hal
tersebut dilihat dari faktor-faktor model penyajian materi
pelajaran; pribadi dan sikap guru; suasana pengajaran;
dan kompetensi guru.
Penelitian yang dilakukan oleh Alwi dan Machali
(2021) menunjukkan bahwa kompetensi profesional
dapat berpengaruh terhadap kinerja guru karena dikontrol
oleh etos kerja. Menurut Alwi dan Machali, agar
kompetensi profesional mampu berkontribusi terhadap
kinerja guru maka harus didukung oleh etos kerja yang
dimiliki setiap individu guru tersebut. Penelitian yang
dilakukan Putra dkk. (2018) bahwasanya terdapat
kontribusi yang positif dan signifikan antara etos kerja
terhadap kinerja guru SMA Negeri se-Kecamatan
Karangasem dengan kontribusi R2 sebesar 19.2%,
sumbangan efektif sebesar 15.14% dan determinasi
parsialnya sebesar 12.25%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan
bahwa selain kompetensi, etos kerja guru juga sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti pada hasil
penelitian Damayanti (2020) menunjukkan bahwa etos
kerja berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Dengan motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar
juga akan meningkat. Sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh Susanto (2013:27) bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar selain dari dalam diri siswa
seperti kecerdasan anak juga berasal dari guru seperti
etos kerja dan kompetensi guru.
METODE
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif
yang dilakukan untuk menguji pengaruh variabel X
(kompetensi dan etos kerja) terhadap Y (hasil belajar
siswa). Sedangkan untuk menganalisis pengaruh masing-
masing variabel menggunakan teknik analisis regresi
linear berganda. Instrumen yang digunakan yaitu lembar
angket kompetensi, lembar angket etos kerja guru dan
lembar angket hasil belajar siswa. Penyebaran angket
diberikan pada populasi guru yang bekerja di SDN
Manaruwi I dan SDN Manaruwi II Kecamatan Bangil
3. 3
Kabupaten Pasuruan dengan masing-masing jumlah
sebanyak 20 orang pendidik.
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan program IBM SPSS version 21.0 for
windows. Analisis statistik yang digunakan untuk analisis
data adalah uji instrument data yang meliputi uji validitas
(menggunakan signifikansi 5%) dan uji reliabilitas; uji
asumsi klasisk yang meliputi uji normalitas
(menggunakan signifikansi 5%), uji multikolinearitas
(menggunakan nilai Tolerance> 0,1 atau nilai VIF yang
dihasilkan < 10), dan uji heteroskedastisitas
(menggunakan signifikansi 5%); dan analisis regresi linier
berganda. Sedangkan untuk uji hipotesis dilakukan
dengan uji t yang berfungsi untuk menguji signifikan
pengaruh secara parsial pengaruh kompetensi dan etos
kerja guru terhadap hasil belajar siswa dan uji F yang
berfungsi untuk mengetahui pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.
HASIL PENELITIAN
Pada uji normalitas nilai hitung dari uji Kolmogorov
Smirnov adalah 0,948 dengan tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal. Berdasarkan pengujian untuk
variabel kompetensi diperoleh nilai t-hitung sebesar
3,053; sedangkan nilai t-tabel adalah sebesar 2,110 yang
artinya t-hitung lebih besar dari t-tabel yang berarti
kompetensi (X1) dapat memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pada pengujian
untuk variabel etos kerja diperoleh nilai t-hitung sebesar
2,081; sedangkan nilai t-tabel adalah sebesar 2,110 yang
artinya t-hitung lebih kecil dari t-tabel; sehingga dapat
disimpulkan bahwa etos kerja (X2) tida dapat
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pada
uji regresi linier berganda didapatkan koefisien regresi
pada konstanta sebesar 11,086; koefisien kompetensi
sebesar 0,469 dan koefisien regresi pada variabel etos
kerja sebesar 0,329. Sehingga didapatkan persamaan
regresi sebagai berikut:
Y= 11,086 + 0,469 X1 + 0,329 X2
Penentuan variabel yang lebih dominan dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai
Unstandardized Coefficients Beta atau koefisien yang
lebih besar. Jika dibandingkan antara variabel kompetensi
dan etos kerja, berdasarkan nilai yang diperoleh dari nilai
Unstandardized Coefficients Beta koefisien kompetensi
sebesar 0,469 dan koefisien regresi pada variabel etos
kerja sebesar 0,329; sehingga yang memberikan pengaruh
lebih besar terhadap hasil belajar siswa adalah variabel
kompetensi guru.
Pada uji F didapatkan nilai F hitung yang sebesar
109,334 dengan nilai signifikansi p= 0,000 lebih kecil
dari 5%. Sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat
pengaruh secara simultan antara kompetensi dan etos
kerja guru terhadap hasil belajar siswa di SDN Manaruwi
I dan II Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.
Besarnya pengaruh variabel kompetensi dan etos kerja
guru terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dari
koefisien determinasi (R-square) sebesar 0,919 yang
menunjukkan bahwa kompetensi dan etos kerja
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa
sebesar 91,90% sedangkan sisanya 8,10% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain selain variabel kompetensi dan
etos kerja
PEMBAHASAN
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel kompetensi guru memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa semakin baik
kompetensi guru, maka hasil belajar siswa juga akan
semakin meningkat. Nilai t-hitung pada variabel
kompetensi guru (X1) adalah sebesar 3,053; lebih besar
dari nilai t-tabel sebesar 2,110 dengan tingkat signifikansi
0,007 kurang dari 5% yang berarti kompetensi guru (X1)
secara parsial berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
(Y). Hal ini sejalan dengan Hamalik (2005:39-40) yang
menjelaskan bahwa guru yang kompeten akan lebih
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya, sehingga proses belajar mengajar menjadi
optimal.
Besarnya pengaruh kompetensi guru (X1) terhadap
hasil belajar siswa (Y) adalah sebesar 55,43% yang
diperoleh dari perhitungan Sumbangan Relative (SR) dan
Sumbangan Efektif (SE). Sehingga hipotesis ada
pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa
dapat diterima. Dari hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
signifikansi variabel kompetensi guru lebih kecil dari
0,05 yaitu 0,007; yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima
yang artinya ada pengaruh positif yang signifikan
kompetensi guru (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y).
Semua item indikator pada angket kompetensi guru
memperoleh interpretasi sangat baik dengan rata-rata
3,26 dan persentase sebesar 81,55%. Pada indikator
kompetensi pedagogic mendapatkan rata-rata sebanyak
3,29 dengan nilai persentase sebesar 82,25%. Pada
indikator kompetensi kepribadian memperoleh skor 3,26
dengan persentase 81,50%. Indikator kompetensi
profesional mendapat skor 3,25 dengan persentase
81,25%. Indikator kompetensi sosial memperoleh skor
3,21 dengan persentase 80,25. Berdasarkan hasl tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh guru
yang bekerja di SDN Manaruwi I dan II Kecamatan
Bangil tidak hanya baik dari satu sisi kompetensi saja
melainkan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru yang profesional. Seperti yang dijelaskan oleh
Sagala (2009: 30) bahwa guru profesional bukanlah guru
yang hanya menguasai untuk satu kompetensi saja yaitu
kompetensi profesional, tetapi guru profesional
semestinya meliputi semua kompetensi antara lain
kompetensi pedagogic, kompetensi profesional,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
4. 4
Pada hasil tiap indikator, di antara ke empat
kompetensi yang memperoleh rata-rata paling tinggi
adalah kompetensi pedagogic mendapatkan rata-rata
sebanyak 3,29 dengan nilai persentase sebesar 82,25%.
Dengan demikian yang memberikan kontribusi terbesar
untuk mempengaruhi hasil belajar siswa SDN Manaruwi
I dan II Kecamatan Bangil adalah kompetensi pedagogic.
Disini terlihat bahwa kemampuan menyusun KBM yang
baik, yang dapat diterima dengan mudah oleh semua
siswa, yang menyenangkan dan dapat mengaktifkan
siswa oleh seorang guru sangat berhubungan erat dengan
hasil belajar siswa. Kemampuan penilaian oleh seorang
guru sangat berhubungan kejelasan instruksi pada saat
guru melaksanakan proses kegiatan pemeblajaran di
dalam kelas sehingga siswa akan mudah memahami
penjelasan guru dan guru pun dapat menilai kemampuan
siswa tersebut. Hal ini seiring dengan pendapat Mukhlis
(2009:75) yaitu kompetensi pedagogik guru adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan. Lebih lanjut, Asmani (2009:59)
menjelaskan bahwa kompetensi utama yang harus
dimiliki guru agar pembelajaran efektif dan dinamis
adalah kompetensi pedagogik. Hal ini berarti bahwa guru
dengan kemampuan pedagogik yang diperoleh melalui
proses pendidikan dan proses belajar tentang bagaimana
penerapan mendidik dan ilmu mendidik sangat
menentukan keberhasilan efektifitas pembelajaran pada
SDN Manaruwi I dan II Bangil.
Penelitian yang dilakukan oleh Hazami dan
Herminingsih (2017) juga menunjukkan bahwa variabel
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap efectivitas pembelajaran. Ke
empat variable bebas atau variabel independen yaitu
komptensi pedagogik, kompetensi kepribadan,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional guru
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efectivitas
pembelajaran di SMA Negeri 96 Jakarta.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sutrisnayanti (2019) yang
menunjukkan bahwa kompetensi guru berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil
perhitungan analisis deskriptif dari hasil perhitungan
diperoleh t-hitung sebesar 2.234; sementara t-tabel yaitu
2.160 untuk taraf signifikansi 5%. Karena t-hitung > t-
tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan
antara kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar
peserta didik di MIN 2 Jeneponto..
Hasil penelitian di atas menguatkan hasil pada
penelitian ini bahwa variabel kompetensi guru yang
terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial dapat mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga
jika kompetensi ini dikembangkan dan ditingkatkan
kualitasnya maka akan dapat memperoleh hasil yang
lebih baik terhadap hasil pembelajaran siswa sehingga
prestasi belajar siswa juga akan semakin baik.
Kemudian berdasarkan hasil uji spss menunjukkan
bahwa variabel etos kerja guru dapat memberikan
pengaruh positif tetepi tidak dapat memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar siswa SDN
Manaruwi I dan II Kecamatan Bangil Pasuruan. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil nilai t-hitung pada
variabel etos kerja guru (X2) adalah sebesar 2,081; lebih
kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,110; sehingga hipotesis
ada pengaruh etos kerja guru terhadap hasil belajar siswa
tidak dapat diterima. Dari hasil uji hipotesis
menunjukkan nilai signifikansi variabel etos kerja guru
lebih besar dari 0,05 yaitu 0,053; yang berarti H0 diterima
dan Ha ditolak yang artinya tidak ada pengaruh positif
yang signifikan etos kerja guru (X2) terhadap hasil belajar
siswa (Y).
Hasil uji Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan
Efektif (SE) menunjukkan bahwa besarnya pengaruh etos
kerja (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) adalah sebesar
37,34%. Hasil ini bisa dikategorikan dapat memberikan
pengaruh hasil belajar siswa meskipun tidak terlalu
signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Damayanti (2020) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh etos kerja guru terhadap motivasi
belajar siswa di SDN 37 seluma. Apabila motivasi belajar
siswa meningkat maka hasil belajar siswa juga akan
meningkat.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Putra dkk. (2018) terhadap guru
SMA Negeri se-Kecamatan Karangasem. Diperoleh hasil
bahwasanya terdapat kontribusi yang positif dan
signifikan antara etos kerja terhadap kinerja guru SMA
Negeri se-Kecamatan Karangasem dengan kontribusi R2
sebesar 19.2%, sumbangan efektif sebesar 15.14% dan
determinasi parsialnya sebesar 12.25%. Dalam hasil uji
regresi linier sederhana diperoleh F-hitung = 13.791 > F-
tabel = 4.00 dan signifikansi α= 0.05. Dalam penelitian
ini dapat disimpulkan pula bahwa guru memiliki peran
yang strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan,
dimana proses pendidikan akan berjalan dengan baik
apabila guru memiliki kinerja yang baik. Etos kerja
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan kinerja guru, dimana semakin tinggi etos
kerja yang dimiliki maka kinerja yang dihasilkan akan
semakin tinggi.
Etos kerja menurut Buchori (1994:40) adalah
sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan
kerja, ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang
dimiliki seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Etos
kerja adalah pancaran dari sikap hidup manusia yang
mendasar terhadap kerja. Guru merupakan salah satu
komponen penting dalam sekolah, karena guru
merupakan tenaga pendidik yang mendidik peserta didik.
Berkaitan dengan tugas guru dalam proses pembelajaran,
guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan
stimulator proses pembelajaran. Maka dari itu guru
dituntut untuk meningkatkan etos kerjanya untuk dapat
selalu mengembangkan kualitas diri sebagai pendidik
sehingga dapat menyajikan pembelajaran yang mudah
dipahami dan berkualitas, dapat mengajarkan siswa untuk
selalu disiplin. Displin merupakan salah satu ciri
seseorang yang memiliki etos kerja yang baik.
Dengan mengajarkan siswa untuk disiplin, siswa
akan terbiasa untuk menghargai waktu, terbiasa untuk
5. 5
menjadi orang yang tepat waktu seperti tepat waktu
masuk sekolah, tepat waktu dalam mengerjakan tugas,
tepat waktu dalam belajar, tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas, sehingga akan membiasakan siswa
untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya
sebagai seorang peserta didik. Dengan begitu, siswa
dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Berdasarkan hasil uji ANOVA, diperoleh hasil
Fhitung sebesar 109,334 dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 5% yaitu 0,000 yang berarti Ho ditolak, Ha
diterima sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh
secara simultan antara kompetensi guru dan etos kerja
guru terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Alwi dan Machali (2021).
Berdasarkan hasil perbandingan antara koefisien korelasi
bivariat dengan koefisien korelasi parsial diperoleh ryx >
ryx.z = 0,807 > 0,519. Dari perbandingan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kompetensi profesional dapat
berpengaruh terhadap kinerja guru karena dikontrol oleh
etos kerja. Dalam analisis regresi ganda, terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi
profesional (X) terhadap kinerja guru (Y) melalui
variabel kontrol etos kerja (Z) dengan koefisien
determinasi R2 sebesar 0,706 dengan nilai signifikansi
0,000 atau kurang dari 0,05. Artinya, variabel kinerja
guru (Y) mampu diterangkan oleh variabel kompetensi
profesional (X) dan variabel etos kerja (Z) sebesar
70,6%. Dengan demikian, agar kompetensi profesional
mampu berkontribusi terhadap kinerja guru maka harus
didukung oleh etos kerja yang dimiliki setiap individu
guru tersebut.
Dalam penelitian Alwi dan Machali (2021) tersebut,
hubungan antara variabel kompetensi profesional (X)
terhadap kinerja guru (Y) tidak dapat terjadi tanpa adanya
variabel kontrol atau intervensi dari variabel etos kerja
(Z). Hal ini didasarkan pada perbandingan antara
koefisien korelasi bivariat (ryx) dengan koefisien korelasi
parsial (ryx.z) adalah 0.807 > 0.519. Hasil perbandingan
tersebut masuk ke dalam skenario kedua sehingga
variabel X berkorelasi terhadap variabel Y karena
diintervensi oleh variabel Z. Dengan demikian, agar
kompetensi profesional mampu berkontribusi terhadap
kinerja guru maka harus didukung oleh etos kerja yang
dimiliki setiap individu guru tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Alwi dan Machali (2021) menguatkan hasil penelitian ini
yang menunjukkan bahwa kompetensi dan etos kerja
guru merupakan satu kesatuan faktor yang tidak dapat
dipisahkan dan saling menguatkan untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Terbukti dari besarnya
pengaruh yang dihasilkan secara simultan antara
kompetensi dan etos kerja guru terhadap hasil belajar
siswa yang dapat dilihat dari hasil uji koefisien
determinasi dengan nilai koefisien determinasi Adjusted
R-square yang dihasilkan sebesar 0,919 yang
menunjukkan bahwa kompetensi dan etos kerja guru
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa di
SDN Manaruwi I dan II Kecamatan Bangil Kabupaten
Pasuruan yang lebih ketika digabungkan bersama-sama
dibandingkan ketika diuji secara terspisah yaitu sebesar
91,90% yang sebelumnya besar pengaruh kompetensi
terhadap hasil belajar sebesar 55,43% dan pengaruh etos
kerja terhadap hasil belajar sebesar 37,34% menjadi
91,90%; sedangkan sisanya 8,10% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain selain variabel kompetensi dan etos
kerja guru.
Sesuai dengan pendapat Susanto (2013:27) yang
menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu selain dari dalam
diri siswa seperti kecerdasan anak, kesiapan atau
kematangan anak, bakat anak, kemauan belajar anak, dan
minat anak juga dapat dipengaruhi dari luar siswa yaitu
berdasarkan faktor guru yatu model penyajian materi
pembelajaran yang disajikan oleh guru, pribadi dan sikap
guru, suasana pengajaran atau pembelajaran, dan
kompetensi guru. Guru yang profesional memiliki
kemampuan yang diperlukan untuk membantu siswa
dalam belajar. Guru yang professional adalah guru yang
memiliki kompetensi dalam bidangnya dan menguasai
bahan yang akan diajarkan dengan baik. Juga mampu
memilih metode pembelajaran yang tepat agar tujuan
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa
pentinganya kompetensi dari etos kerja guru untuk dapat
memberikan pengaruh yang baik yang positif bagi hasil
belajar siswa baik dari segi akademik ataupun dari segi
moral siswa.
Guru yang memiliki etos kerja yang baik akan
memiliki kedisiplinan dan bekerja, dapat menghargai
waktu atau dapat memanajemen waktu dengan baik,
memiliki jiwa kepemimpinan memiliki semangat dan
usaha untuk berkembang atau meningkatkan kualitas diri,
memiliki kreativitas dalam bekerja, memiliki kemampuan
berbahasa dan komunikasi yang baik, memiliki sikap dan
attitude yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan
penjabaran ciri-ciri orang yang memiliki etos kerja yang
baik menurut Tasmara (1995:73); Mulyana (2010:24) dan
Santoso (2012: 27-28).
Guru merupakan orang yang berinteraksi secara
langsung dengan siswa di sekolah sehingga sikap, sifat,
pola piker, kepribadian, dan kebiasaan guru di sekolah
akan dapat mempengaruhi siswa. Oleh karena itu sangat
penting guru memiliki etos kerja yang baik untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan moral siswa.
Sedangkan kompetensi guru diperlukan untuk dapat
memberikan kemudahan siswa dalam memahami materi
sehingga siswa tidak hanya belajar dengan menghafal
melalui teori tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana dikemukakan Mathis dan Jackson
dalam Yuniarsih dan Suwatno (2009: 23) mendefinisikan
bahwa kompetensi adalah karakteristik dasar yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan kinerja individu atau
tim. Menurut Purwanto (2008:48) kompetensi guru
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki dihayati, dikuasai dan
diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan kompetensi guru. Kompetensi diartikan
sebagai kemampuan atau kecakapan (Suyanto, 2013:1).
Berdasarkan hal tersebut semakin menguatkan bahwa
6. 6
kompetensi dan etos kerja merupakan dua hal yang saling
berhubungan yang menjadi faktor penting untuk dapat
menciptakan pembelajaran yang berkualitas, terstruktur,
kreatif dan menyenangkan sehingga timbul semangat dari
dalam diri siswa untuk selalu semangat dan disiplin
dalam belajar yang kemudian akan berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
(1) terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap hasil
belajar siswa di SDN Manaruwi I dan II Kecamatan
Bangil Kabupaten Pasuruan, dilihat dari hasil uji t yaitu t-
hitung yang dihasilkan sebesar 3,053 yang lebih besar dari
t-tabel 2,110 dengan tingkat signifikan kurang dari 5%
yaitu 0,007. Besar pengaruh yang dihasilkan dari
kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa adalah
55,43%; (2) tidak terdapat pengaruh secara signifikan etos
kerja guru terhadap hasil belajar siswa di SDN Manaruwi
I dan II Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan, dilihat
dari hasil uji t yaitu t-hitung yang dihasilkan sebesar 2,081
yang lebih kecil dari t-tabel 2,110 dengan tingkat
signifikan lebih dari 5% yaitu 0,053. Besar pengaruh yang
dihasilkan dari etos kerja guru terhadap hasil belajar siswa
adalah 37,34%; dan terdapat pengaruh secara simultan
antara kompetensi dan etos kerja guru terhadap hasil
belajar siswa di SDN Manaruwi I dan II Kecamatan
Bangil Kabupaten Pasuruan, dilihat dari hasil uji F yaitu
diperoleh F-hitung yang dihasilkan sebesar 109,334 yang
lebih besar dari F-tabel dengan nilai signifikasi 0,000 di
bawah 5%. Besar pengaruh yang dihasilkan dari
kompetensi dan etos kerja guru terhadap hasil belajar
siswa adalah 91,90%..
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat diberikan
saran antara lain kompetensi dan etos kerja guru sangat
penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga
guru harus selalu berusaha meningkatkan kompetensi dan
etos kerjanya; kompetensi dan etos kerja guru sangat
penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga
kepala sekolah harus selalu berusaha untuk meningkatkan
kompetensi dan etos kerja guru agar tidak menurun; serta
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti faktor-
faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa selain
kompetensi dan etos kerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Istinari Basori dan Machali, Imam. (2021).
Pengaruh Kompetensi Profesional terhadap Kinerja
Guru melalui Variabel Kontrol Etos Kerja di SMK
Daarul Abroor Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan
Madrasah. Vol. 6, No. 2: 155-164.
Asmani, J. M. 2009. Kompetensi Guru Menyenangkan
dan Profesional.Yogyakarta: Power Books.
Bukhori, Mochtar. 1994. Pendidikan dalam
Pembangunan. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Damayanti, Okta Shintya. 2020, Judul Pengaruh Etos
Kerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa di
SDN 37 Seluma [skripsi]. Bengkulu (ID): Program
Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Tarbiyah dan Tadris, IAIN Bengkulu.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2005. Guruan Guru, Konsep Dan
Strategi. Bandung: Mandar Maju.
Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan
Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Janawi. 2012. Kompetensi Guru Citra Guru Profesional.
Bandung: Alfabeta.
Mulyana. 2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat
Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa, Jakarta:
Grasindo.
Musfah, Jejen. 2012. Peningkatan Kompetensi Guru:
Melalaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik. Jakarta: Kencana.
Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Purwanto, Ngalim. 2008. Evaluasi Hasil Belajar.
Bandung: Pustaka Pelajar.
Putra, I Made, Nyoman Dantes, dan I Gusti Ketut Arya
Sunu. (2018). Kontribusi Etos Kerja Disiplin Kerja
dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMA
Negeri Se Kecamatan Karangasem. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora.
1: 29–34.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung: CV. Sahri
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta.
Santoso, Eko Jalu. 2012. Good Ethos, 7 Etos Kerja
Terbaik dan Mulia. Jakarta: Alex Media
Komputindo.
7. 7
Suyanto dan Jihad, Asep. 2013. Menjadi Guru
Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan
Kualitas Guru di Era Globalisas. Jakarta: Erlangga.
Sutrisnayanti. 2019. Pengaruh Kompetensi Guru terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik di MIN 2 Jeneponti
[skripsi]. Makassar (ID): Universitas Islam Negeri
Makassar
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran
di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sopiatin, Popi. 2010. Manajemen Belajar Berbasis
Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sudjana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algasindo.
Tasmara, Toto. 1995. Etos kerja Pribadi Muslim. Jakarta:
PT. Dana Bhakti Wakaf.
Hazami dan Herminingsih, Anik. (2017). Pengaruh
Kompetensi Guru Terhadap Efektivitas
Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis.
Vol 3, No. 3: 364-384.