1. Hukum Edarkan Kotak Infak Saat Khutbah Jum'at
Bismillahirahmanirahiim
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakaatuh
Salah satu keistimewaan hari jum'at karena di dalamnya terdapat shalat Jum'at. Shalat Jum'at harus
dikerjakan secara berjama'ah dan diawali dengan khutbah. Bahkan para Malaikat, ketika imam naik
mimbar, akan menutup buku catatannya guna mendengarkan khutbah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَإِذَا خَرََجَ خْلإََِِ م ف خََخمرَجَْ خْلََِْا َََِم ف خَسْْلَََُِمنََ خَجمَِْإ ف
“Makaخapabilaخimamخtelahخkeluarخ(danخ memulaiخkhutbah),خmalaikatخhadirخdanخikutخmendengarkanخ dzikirخ
(khutbah).”خ (Muttafaqخ 'alaih;خalخBukhariخno.خ881خdanخMuslimخno.)058خ
Yakni, para malaikat menutup buku catatan mereka dan tidak mencatat tambahan pahala bagi orang-
orang yang datang dan masuk ke masjid setelah imam naik mimbar.
Masih dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَإِا خَسََِ خْلإ مََْ خََِْْلَْلَم ف خَسََِ عَلَى خِْ ْلَ خَاٍَِ خمس َِ خِاف َْمٍَِ خِْ َِمنََم ف خْلََِْا َََِم ف خَسْْلٍْلُمَََ خَ ََْ م ف خَ ََْ م َِا فَإِذَا خَلَلََ خْلإََِِ م ف ف مْ ََْا خَصْلَُف ف ْفْلَََِ َْ خَسْْلَََُِمنََ خَجمَِْإ ف
"Apabila hari Jum'at tiba, pada pintu-pintu masjid terdapat para Malaikat yang mencatat urutan orang
datang, yang pertama dicatat pertama. Jika imam duduk, merekapun menutup buku catatan, dan ikut
mendengarkan khutbah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah, "saat pertama dimulai, sejak naiknya matahari.
Karena orang yang akan mengerjakan shalat Jum'at dianjurkan duduk di masjid setelah shalat Shubuh
sampai terbit matahari." (Dituturkan oleh DR. Sa'id bin Ali al Qahthahi dalam Shalah al Mukmin: 3/351)
Para malaikat menutup buku catatan mereka dan tidak mencatat tambahan pahala bagi orang-orang
yang datang dan masuk ke masjid setelah imam naik mimbar.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Ghalib, Abu Umamah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda,
"Para Malaikat duduk pada hari Jum'at di depan pintu masjid dengan membawa buku catatan untuk
mencatat (orang-orang yang masuk masjid). Jika imam keluar (dari rumahnya untuk shalat Jum'at), maka
buku catatan itu dilipat."
Kemudian Abu Ghalib bertanya, "wahai Abu Umamah, bukankah orang yang datang sesudah imam
keluar mendapat Jum'at? Ia menjawab, "tentu, tetapi ia tidak termasuk golongan yang dicatat dalam buku
catatan." (Dihasankan oleh Syaikh al Albani rahimahullah dalam Shahih al Targhib, no. 710)
Maka kondisi terbaik ketika imam menyampaikan khutbah Jum'at adalah diam dan mendengarkan
dengan seksama. Tidak boleh melakukan hal-hal yang bisa memalingkan konsentrasi dari
mendengarkan khutbah.
2. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
خمسََ خََوْ ََُْ خَسَن مََوَا خََْْلْ ْلْم ف خَإْلَّ َعَُِ خَََْْلَْلَم ف خَاخََََُْمنِ خَرَفمصَِ َْ خَجِرْلَ خْلهَ ََِ خْلهَصمٍََ خَسمٍَََْ خََِْْلَْلَم ف خْلزَََِْ ِةَْ خََِّْ َََِّ خَإَََِِ خمسَََْ خَلََ عَفََم ف مَََْا َِغَ
"Barangsiapa berwudlu, lalu memperbagus (menyempurnakan) wudlunya, kemudian mendatangi shalat
Jum'at dan dilanjutkan mendengarkan dan memperhatikan khutbah, maka dia akan diberikan ampunan
atas dosa-dosa yang dilakukan pada hari itu sampai dengan hari Jum'at berikutnya dan ditambah tiga
hari sesudahnya. Barangsiapa bermain-main krikil, maka sia-sialah Jum'atnya." (HR. Muslim)
Imam an Nawawi rahimahullah menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim, "dalam hadits tersebut terdapat
larangan memegang-megang krikil dan lainnya dari hal yang tak berguna pada waktu khutbah. Di
dalamnya terdapat isyarat agar menghadapkan hati dan anggota badan untuk mendengarkan khutbah.
Sedangkan makna lagha (perbuatan sia-sia) adalah perbuatan batil yang tercela dan hilang pahalanya."
Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَإِا خَرملْلَ خٍِ ََِِفِ خََ خَإ مََْ خََِْْلَْلَم ف خمر ِفمصَِ خْلإََِِ م ف َْ خْلاْلا مَََ مَََْا خَر مَْغَ
"Jika engkau berkata pada temanmu pada hari Jum'at, "Diamlah!", sewaktu imam berkhutbah, berarti
kemu telah berbuat sia-sia." (Muttafaq 'Alaih, lafadz milik al Bukhari)
Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari berkata, "dalam hadits ini, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah
menetapkan bahwa memerintahkan diam saat khutbah adalah bentuk lahwun, walaupun bentuknya
perintah yang ma'ruf dan melarang dari yang munkar. Hadits ini juga menunjukkan bahwa setiap
perkataan yang mengganggu dari mendengarkan khutbah, hukumnya lahwun. Dan bila ingin
memerintahkan diam orang yang bicara, dengan isyarat."
. . . menunjukkan bahwa setiap perkataan yang mengganggu dari mendengarkan khutbah, hukumnya
lahwun. . .
Beliauخmenambahkan,خ “Haditsخdiخatasخdijadikanخ dalilخlaranganخ terhadapخ seluruhخ macamخperkataanخ padaخ
saatخkhutbah,خdanخdemikianخituخpendapatخ mayoritasخulamaخterhadapخ orangخ yangخmendengarkanخ khutbah.”
Sedangkan makna laghauta, menurut Imam al Shan'ani dalam Subulus Salam, ". . . makna yang paling
mendekati kebenaran adalah pendapat Ibnul Muniir, yaitu yang tidak memiliki nilai baik. Adapula yang
mengatakan, (maknanya) batal keutamaan (pahala-pahala)خ Jum’atmuخ danخnilainyaخsepertiخshalatخ
Dhuhur.”
Dari Ibnu 'Abbas radliyallah 'anhu bercerita, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
خمسََ خَإَلَََُ خَإ مََْ خََِْْلَْلَم ف خْلإََِِ م ف َْ خْلاْلا مَََ خَْْلوَا خِ ََََََّ خِِجََ َِم ف خْل َِمَََ ف َِجَرمنَِ وِإَ َف َْ خْل ْْلَََ خْلهَ : خمر ِفمصَِ خمرَنمََ خْلهَ خََُْْلَْلَ
"Siapa yang berbicara pada hari Jum'at, padahal imam sedang berkhutbah, maka dia seperti keledai
yang membawa kitab-kitab yang tebal. Dan orang berkata kepada (saudara)-nya, 'diamlah!', tidak ada
Jum'at baginya." (HR. Ahmad, dengan sanad la ba-tsa bih).
Maksud dari penyerupaan orang yang berbicara saat imam berkhutbah dengan keledai yang membawa
kitab yang tebal-tebal adalah karena dia tidak mendapat manfaat yang besar, padahal dia telah susah-
susah datang dan capek untuk sampai ke masjid.
3. Sedangkan Makna "tidak ada Jum'atan baginya" berarti dia tidak mendapatkan Jum'at secara sempurna.
Nilai Shalat Jum'atnya seperti shalat Dzuhur. (lihat Fathul Baari: II/184 dan Subulus Salam: III/172)
Makna "tidak ada Jum'atan baginya" berarti dia tidak mendapatkan Jum'at secara sempurna. Nilai Shalat
Jum'atnya seperti shalat Dzuhur. .
Mengedarkan kotak infak saat Imam berkhutbah
Dari ulasan di atas, sangat jelas sikap yang harus dilakukan oleh Jama'ah Jum'ah, yaitu diam dan
mendengarkan khutbah yang disampaikan imam dengan seksama. Sehingga dia bisa mengambil
manfaat dari khutbah yang disampaikan. Jangan dia berbicara kepada kawannya atau melakukan
perbuatan yang bisa mengganggu dari mendengarkan dan memperhatikan khutbah.
Realitas berbeda sering ditemukan di kebanyakan masjid, kotak amal/kotak infaq diedarkan saat imam
naik mimbar dan khutbah sedang berlangsung. Ini adalah kesalahan besar, karena mengganggu
kekhusyu'an dalam mendengarkan khutbah.
Di sebagian masjid, kotak amal diedarkan oleh petugas. Ia berdiri saat khutbah kedua untuk menjalankan
kotak amal kepada Jama'ah, shaf demi shaf. Maka ia telah melakukan kesalahan besar, tapi merasa
telah berbuat kebaikan.
Dalam hal ini, kesalahan bukan hanya dilakukan oleh petugas tadi. Orang yang berinfaq juga melakukan
kesalahan, karena melakukan kegiatan yang menyibukkan dari memperhatikan khutbah. Ia memasukkan
tangannya ke saku, mengeluarkan uang, dan memasukkannya ke kotak amal. Ini adalah perbuatan sia-
sia yang dilarang pada saat imam berkhutbah.
Barangsiapa yang ingin berinfak, hendaknya melakukannya sebelum dimulainya khutbah Jum'at atau
sesudah pelaksanaan shalat.
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Barangsiapa mengusap-usap kerikil, maka ia telah melakukan yang sia-sia."
Jika sekedar mengusap-ngusap kerikil atau tikarnya saja dinilai sia-sia, lalu bagaimana dengan orang
yang berdiri mengedarkan kotak infak atau sibuk memindahkan atau menjalankannya ke sampingnya?
Lalu bagaimana juga dengan kondisi orang yang sibuk mengambil uang di sakunya, mengeluarkannya,
lalu memasukkan ke kotak amal? Tentu jauh lebih dianggap sia-sia. (Syaikh Wahid Abdul Salam Bali
dalam Al Kalimaat al Naafi'ah fi Akhtha' al Sya-i'ah diterjemahkan dengan 474 Kesalahan Umum dalam
akidah dan Ibadah beserta koreksinya hal. 349)
Jika sekedar mengusap-ngusap kerikil atau tikarnya saja dinilai sia-sia, lalu bagaimana dengan orang
yang berdiri mengedarkan kotak infak atau sibuk memindahkan atau menjalankannya ke sampingnya?
Jadi,خmemutarخkotakخamalخpadaخ saatخshalatخjum’atخdiخsaatخimamخberkutbahخ hukumnyaخtidakخboleh,خkarenaخ
mengganggu seseorang dari mendengarkan dan memperhatikan khutbah. Akibatnya, orang yang
melakukan kesalahan ini akan kehilangan keutamaan shalat Jum'at. Ibadah Jum'atnya seperti
melaksanakan shalat dzuhur.
4. Sebagai gantinya, kotak amal bisa diletakkan di samping pintu sehingga setiap orang yang ingin
bersedekah bisa memanfaatkannya, baik sebelum khutbah dimulai atau sesudah shalat.
Semoga Bermanfaat
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarrakaatuh