Materi kuliah tentang hukum shalat. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Wanita sekarang banyak terjun di dunia kerja, hari-harinya semakin sibuk dengan tujuan mengejar karir, mungkin sudah tidak sempat lagi belajar lagi tentang Fiqih terutama yang terkait kehidupan wanita
Wanita sekarang banyak terjun di dunia kerja, hari-harinya semakin sibuk dengan tujuan mengejar karir, mungkin sudah tidak sempat lagi belajar lagi tentang Fiqih terutama yang terkait kehidupan wanita
Pada presentasi ini terdapat revisi dan tambahan dari presentasi "Darimana Kita Berasal?" sebelumnya.
File PPT, DOC & PDF dapat didownload di https://goo.gl/QfR6wk
Semoga bermanfaat...
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
PPT ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah agama semester 1
semoga membantu dan dapat menginspirasi yang lain
ppt by : WPS
design by : islamic background
arranged by : Viga Olivia
content by : buku panduan Pendidikan Islam Transformatif
thanks for my new friends ( nia, ika, fahma, githa, dan fitri )
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Pada presentasi ini terdapat revisi dan tambahan dari presentasi "Darimana Kita Berasal?" sebelumnya.
File PPT, DOC & PDF dapat didownload di https://goo.gl/QfR6wk
Semoga bermanfaat...
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
PPT ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah agama semester 1
semoga membantu dan dapat menginspirasi yang lain
ppt by : WPS
design by : islamic background
arranged by : Viga Olivia
content by : buku panduan Pendidikan Islam Transformatif
thanks for my new friends ( nia, ika, fahma, githa, dan fitri )
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatNila Fauziah
File ini di tulis berdasarkan tugas makalah yang diberikan pada mahasiswa, semoga file ini bermanfaat bagi yang membaca atau menggunakannya sebagai referensi tugas lain. Terima kasih
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
3. Kerangka Materi
1. Hukum, dan keutamaan shalat serta hukum orang yang meninggalkannya
2. Waktu Shalat
3. Adzan dan iqamat
4. Syarat Shalat
5. Rukun Shalat
6. Sunnah Shalat
7. Hal-hal yang makruh dalam shalat
8. Hal-hal yang mubah dalam shalat
9. Hal-hal yang membatalkan shalat
10. Tatacara shalat
11. Macam-macam shalat
12. Shalat-shalat sunnah
13. Shalat berjamaah
14. Shalat dalam perjalanan
4.
5. Kedudukan Shalat
Shalat adalah atau dari lima rukun Islam. Shalat
merupakan tiang agama yang tidak akan tegak tanpanya.
Shalat adalah ibadah pertama yang Allah wajibkan. Shalat
adalah amal pertama yang diperhitungkan di hari kiamat.
Shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah saw kepada
ummatnya ketika hendak meninggalkan dunia. Shalat
adalah ajaran agama yang terakhir ditinggalkan.
Allah swt menyuruh memelihara shalat setiap saat, ketika
mukim atau musafir, saat aman atau ketakutan (2:238-239)
Sebagaimana Allah telah menjelaskan cara shalat di waktu
perang, yang menegaskan bahwa shalat tidak boleh
ditinggalkan dalam kondisi yang paling genting (4:101-103)
Rasulullah saw telah menjelaskan bahwa shalat menghapus
kesalahan
6. Ancaman bagi yang Meninggalkan
Shalat
عواُ بَ تّ واَ ةَ لَ صّ ال عواُ ضاَ أَ فٌ لْ خَ مْ هِ دِ عْ بَ نْ مِ فَ لَ خَ فَ
ياّ غَ نَ وْ قَ لْ يَ فَ وْ سَ فَ تِ واَ هَ شّ ال
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek)
yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa
nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
(QS. Maryam: 59)
) نَ ليّ صَ مُ لْ لِ لٌ يْ وَ فَ4) (نَ هوُ ساَ مْ هِ تِ لَ صَ نْ عَ مْ هُ نَ ذيِ لّ ا5 )
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (QS. Al
Ma’un: 4-5)
7. Hukum Meninggalkan Shalat
Hadits Jabir ra berkata: Rasulullah saw bersabda
صلةّ كا الُ كرفرا ترُ لا والِ بينا الرج
Batas antara kufur dengan seseorang adalah shalat. (HR Muslim,
Abu Daud, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan Ahmad)
Hadits Buraidah, berkata: Rasulullah saw bersabda:
رفرَ كَ فقداَ تركهااَ صلة،ا فمناّ بينهما الَ دا الذيا بينناا وُ العه
“perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, maka
barang siapa yang meninggalkannya, maka ia kafir.” HR.
Ahmad dan Ashabussunan.
Hadits Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqailiy, berkata: Para shahabat
Nabi Muhammad saw tidak pernah menganggap amal yang
jika ditinggalkan menjadi kafir selain shalat. HR. At Tirmidzi,
Al Hakim dan menshahihkannya dengan standar Al Bukhari
Muslim
8. Berbagai Pendapat
Para sahabat dan para imam telah berijma’, bahwa
barang siapa yang meninggalkan shalat karena mengingkari
kewajibannya, atau melecehkannya hukumnya kafir
murtad.
Sedangkan jika meninggalkannya dengan sengaja, tidak
mengingkari kewajibannya, hukumnya kafir juga menurut
sebagian shahabat, antara lain: Umar bin Khaththab, Abdullah
ibnu Mas’ud, Abdullah ibnu Abbas, Mu’adz bin Jabal, demikian
juga menurut imam Ahmad bin Hanbal.
Sedangkan menurut jumhurul ulama, bahwa orang yang
meninggalkan shalat dengan tidak mengingkari kewajibannya
tidak membuatnya kafir, akan tetapi fasik yang disuruh
bertaubat, dan jika tidak mau bertaubat maka dihukum mati,
bukan kafir murtad menurut Asy Syafi’iy dan Malik. Abu
Hanifah berkata: Tidak dibunuh tetapi dita’zir dan disekap
(dipenjara) sampai mau shalat.
9. Shalat Anak-anak
Meskipun shalat tidak diwajibkan kecuali kepada muslim
yang berakal, dan baligh, hanya saja ia dianjurkan untuk
diperintahkan kepada anak-anak yang sudah berumur
tujuh tahun, dan dipukul, jika tidak mengerjakannya
setelah berusia sepuluh tahun, agar menjadi kebiasaannya.
Seperti dalam hadits: “perintahkan anakmu shalat ketika
berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika berusia sepuluh
tahun, pisahkan tempat tidur mereka. HR Ahmad, Ab
Daud, dan Al Hakim, yang mengatakan hadits ini shahih
sesuai dengan persyaratan imam Muslim
10.
11. Waktu Shalat
1. Shalat fajar, wakutnya sejak terbit fajar shadiq sehingga
terbit matahari, disunnahkan pelaksanaannya di awal
waktu menurut Syafi’iyah , inilah yang lebih shahih, dan
disunnahkan melaksanakannya di akhir waktu meurut
madzhab Hanafi.
2. Shalat zhuhur, waktunya sejak tergelincir matahari dari
pertengahan langit, sehingga bayangan benda sama
dengan aslinya. Disunnahkan mengakhirkannya ketika
sangat panas, dan di awal waktu di selain itu. Seperti yang
diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Anas ra.
3. Shalat ashar, waktunya sejak bayangan benda sama
dengan aslinya, di luar bayangan waktu zawal, sampai
terbenam matahari. Disunnahkan melaksanakannya di
awal waktu, dan makruh melaksanakannya setelah
matahari menguning. Shalat ashar disebut shalat wustha.
12. Waktu Shalat
4. Shalat maghrib, waktunya sejak terbenam matahari, sehingga
hilang rona merah. Disunnahkan melaksanakannya di awal
waktu, dan diperbolehkan mengakhirkannya selama belum
hilang rona merah di langit.
5. Shalat isya’, waktunya sejak hilang rona merak sehingga terbit
fajar. Disunnahkan mengakhirkan pelaksanaannya hingga
tengah malam. Diperbolehkan juga melaksanakannya setalah
tengah malam, dan makruh hukumnya tidur sebelum shalat
isya’ dan berbincang sesudahnya Hujjah Imam Syafi;I adalah
hadits Ibnu Mas’ud, Bahwa Rasulullah saw shalat shubuh
pertama di awal waktu, lalu shalat hari berikutnya di akhir
waktu, kemudian shalat Rasulullah pada saat masih gelap
setelah itu sampai wafat. HR Al Baihaqi, dengan sanad shahih.
Juga hadits Aisyah ra: “Bahwasannya para wanita mukminah
kembali ke rumahnya setelah shalat shubuh bersama Nabi
Muhammad saw, mereka tidak dapat dikenali karnea masih
gelap. HR Al Jama’ah
13. Hadits Awal dan Akhir Waktu
Shalat
Dari Jabir bin Abdillah ra: Bahwa Rasulullah saw kedatangan Malaikat Jibril
alaihissalam, dan berkata: Bangun lalu shalatlah, maka Rasulullah shalat zhuhur
ketika matahari bergeser ke arah barat, kemudian Jibril as datang kembali di waktu
ashar dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Maka Rasulullah saw shalat ashar
ketika bayangan benda sudah sama dengan aslinya. Kemudian Jibril as
mendatanginya di waktu maghrib ketika matahari terbenam, kemudian
mendatanginya ketika isya’ dan mengatakan bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat
isya’ ketika telah hilang rona merah. Lalu Jibril mendatanginya waktu fajar ketika fajar
sudah menyingsing. Keesokan harinya Jibril datang waktu zhuhur dan mengatakan:
Bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat zhuhur ketika bayangan benda telah sama
dengan aslinya. Lalu Jibril mendatanginya waktu ashar dan berkata: Bangun dan
shalatlah. Rasulullah saw shalat ashar ketika bayangan benda telah dua kali benda
aslinya. Jibril as mendatanginya waktu maghrib di waktu yang sama dengan kemarin,
tidak berubah. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu isya’ ketika sudah berlalu
separoh malam, atau sepertiga malam, lalu Rasulullah shalat isya’. Kemudian Jibril
mendatanginya ketika sudah sangat terang, dan mengatakan: Bangun dan shalatlah.
Maka Rasulullah shalat fajar. Kemudian Jibril as berkata: antara dua waktu itulah
waktu shalat. HR Ahmad, An Nasa’I dan At Tirmidziy. Al Bukhari mengomentari
hadits ini: Inilah hadits yang paling shahih tentang waktu shalat.
14. Waktu Jawaz dan Darurat
Waktu-waktu yang dijelaskan dalam hadits di atas adalah waktu
jawaz (boleh), dan dalam kondisi udzur dan darurat, waktu
shalat itu membentang sampai datang waktu shalat berikutnya.
Kecuali waktu shalat fajar yang habis dengan terbitnya matahari.
Seperti yang diriwayatkan dari Abudullah bin Amr bin Ash,
bahwa Rasulullah saw bersabada: Waktu zhuhur itu ketika
matahari telah bergeser sampai bayangan seseorang sama
dengan tingginya, selama belum datang waktu ashar, dan waktu
ashar itu selama matahari belum menguning, waktu maghrib
selama belum hilang awan merah, waktu isya’ hingga tengah
malam, dan waktu shubuh dari sejak terbit fajar sehingga terbit
matahari….HR Muslim
Jika seorang muslim tertidur sebelum melaksanakan shalat
fardhu atau lupa belum melaksanakannya, maka ia wajib
melaksanakannya ketika ingat, seperti yang pernah disebutkan
dalam hadits Rasulullah saw
15.
16. Adzan dan Iqamat
1. Adzan dan iqamat hukumnya sunnah muakkadah untuk melaksanakan
shalat fardhu, bagi munfarid maupun berjamaah, menurut jumhurul ulama.
Keduanya hukumnya wajib di masjid menurut imam Malik dan fardhu kifyaah
menurut imam Ahmad
2. Disunnhkan bagi yang mendengar adzn untuk mengucapkan seperti yang
diucapkan oleh muadzdzin kecuali dalam bacaan ) يا علىا الصلةاّ ح2 x) يا علىّ ح ا
) الرفل حا2 x) yang dijawab dengan : لا باللها العليا العظيّ لا ولا قوةا إَ لا حوkemudian
bershalawat atas Nabi sesudah adzan dan mengucapkan : ةِ ها الدعوِ با هذّ ما رّ الله ا
مداا الوسيلةا والرفضيلة،ا وابعثها مقاماا محموداا الذيا وعدتهّ محُ تاِ ةا آِ ةا القائمِ ةا والصلِ مّ ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا التا
ا ا Ya Allah Pemiliki panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang tegak. Berikan
kepada Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, berikan kepadanya tempat
yang terpuji yang telah Engkau janjikan. HR. Al Bukhariy
3. Disunnahkan berdoa antara adzan dan iqamat. Di antara doa ma’tsur dalam
hal ini adalah yang diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqas, dari Rasulullah
saw:”Barang siapa yang mengucapkan ketika mendengar mu’adzdzin:
رضيتا باللهَ عبدها ورسوله،اَ محمدااُ كا له،ا وأناَ شريَ لا اا وحدها لاّ وأناا أشهدا أنا لا إلها إ ا
ذنوبهُ غرفرا اا لهاَ ل،اً، دا صلىا اا عليها وسلما رسوٍ ما دينا،ا وبمحمِ لسلِ ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ربا،ا وبا
ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا اAku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa, Tiada sekutu
baginya. Dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusannya. Aku ridha
Allah sebagai Tuhanku, Islam agamaku, Nabi Muhammad saw sebagai utusan.
Akan diampuni dosa-dosanya. HR Muslim dan At Tirmidziy.
17. Adzan dan Iqamat
4. Disunnahkan ada jarak antara adzan dan iqamat untuk memberi
kesempatan orang hadir ke masjid. Diperbolehkan juga iqamat
selain orang yang adzan. Disunnahkan bagi yang mendengar qamat
untuk menguapkan seperti yang dikatakan oleh orang yang qamat.
Sebagaimana disunnahkan pula berdiri ketika orang yang qamat
mengucapkan (قدا قامتا الصلة
5. Diajarkan bagi orang yang mengqadha shalat yang terlewatkan
untuk adzan dan iqamat. Dan jika shalat yang ditinggalkan itu
banyak maka adzan unutk shalat pertama dan qamat untuk setiap
shalat.
6. Diperbolehkan berbicara dll antara qamat dan shalat, dan tidak
mengulang iqamat meskipun penghalang itu panjang. Hal ini
ditetapkan dalam As Sunnah seperti dalam riwayat Al Bukhariy
7. Wanita tidak disunnahkan adzan dan iqamat. Tetapi tidak apa-apa
jika melakukannya. Aisyah ra pernah melakukannya seperti yang
diriwayatkan oleh Al Baihaqi hadits yang menyatakan: Barang siapa
adzan dia yang qamat, adalah dhaif
18.
19. Syarat Shalat
1. Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi terkuat (4:103)
2. Suci badan (74:4). Seperti dalam sabda Nabi: «ر«كَك ذركَك س لِل واغ أْ او ضَّ »تو berwudhu dan
basuhah kemaluanmu (dari madzi) HR Al Bukhari.
3. Bersih tempat, seperti dalam perintah Nabi untuk mengguyur bekas kencing orang
badui yang kencing di masjid.
4. Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu (5:6)
5. Menutup aurat (7:31). Dan yang dimaksud dengan zienah adalah penutup aurat, dan
yang dimaksud dengan masjid adalah shalat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut,
dan uarat wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
6. Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap
arahnya bagi yang tidak dapat melihat langsung. Dan wajib berusaha bagi orang yang
sedang kebingungan arah kiblat. Namun ketika ketahuan salah setelah shalat tidak
wajib mengulangnya, dan jika mengetahui kesalahan itu saat shalat, harus segera
merubah dan menyempurnakannya. Kewajiban menghadap kiblat ini gugur bagi
orang yang terpaksa, sakit, ketakutan, shalat sunnah di atas kendaraan. Rasulullah
saw shalat menghadap ke mana saja, dengan menundukkan kepalanya. Tetapi tidak
dalam shalat wajib. HR Al Bukhari
20.
21.
22. Rukun Shalat
1. Niat, yaitu berniat melaksanakan shalat yang dimaksud.
2. Takbiratul Ihram; yaitu takbir tanda masuk amaliah
shalat. Lafalnya : “Allahu Akbar”. Seperti yang dikatakan
oleh Rasulullah saw.
«التسليم وتحليلها ،التكبير وتحريمها ،الطهور الصل ة »مفتاح :
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan
selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy
dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
1. Berdiri; bagi orang yang mampu berdiri dalam shalat
fardhu. Sabda Nabi:
« ن بْ او جَك فعلى عْ او طِل تَك سْ او تَك مْ او لَك نْ او فإ ،فقاعدا طعِل تَك تسَك لمَك فإن ،ئماِل قا لِّ صَك »
Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak
mampu maka dengan berbaring. HR. Al Bukhari.
Sedangkan untuk shalat sunnah maka diperbolehkan dengan duduk meskipun
mampu berdiri; hanya nilai shalat duduk itu setengah shalat berdiri. HR Al
Bukhari dan Muslim
23. Rukun Shalat
4. Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah. Sabda
Nabi:
« كتابِل ال ةِل حَك تِل فاَك بِل قرأْ او يَك مْ او لَك نْ او مَك لِل ةَك صلَك ل »
Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Al Fatihah. HR Al Jama’ah
Membaca surah Al Fatihah hukumnya wajib bagi imam atau munfarid (shalat
sendirian) menurut kesepakatan Ulama. Sedang ma’mum
hukum membaca Al Fatihah adalah wajib menurut madzhab Syafi’iy,
makruh menurut madzhab Hanafiy, karena firman Allah di Al A’raf: 204
Sedangkan menurut madzhab Malikiy dan Hanbali, maka ma’mum wajib membaca
Al Fatihah dalam shalat sirriyah (tidak bersuara) dan mendengarkan dalam shalat
jahriyah. Makmum sebaiknya membacanya saat imam diam (antara dua bacaan).
4. Ruku’; yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut,
dengan thuma’ninah. Sabda Nabi:
.عليه متفق .« ركعاِل راَك نَّ ئِل مَك طْ او تَك حتى عْ او ركَك ار ثم »
Lalu ruku’lah sehingga kamu tenang ruku’. Muttafaq alaih
4. Bangun ruku’ dan berdiri tegak. Sabda Nabi:
.عليه متفق « قائما تدلَك عْ او تَك حتى فعَك ار ثم »
Kemudian bangunlah sehingga kamu berdiri tegak. Muttafaq alaih
24. Rukun Shalat
7. Dua kali sujud setia rakaatnya dengan thuma’ninah.
عليه متفق ،«ً« ساجدا نّ س ئِل مَك طْ او تَك حتى جدُد اس مّ س ث »
Lalu sujudlah sehingga benar-benar sujud dengan thuma’ninah. Muttafaq
alaih
Kesempurnaan sujud dengan tujuh anggota badan yaitu: wajah, dua telapak
tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki. HR Abu Daud dan At Tirmidziy
7. Duduk akhir dan membaca tasyahhud, yang lafalnya:
« مُد سلَّ ال ،تهُد وبرركا ا ةُد ورحم نبيَّ ال يهاُّ أ كَك علي السلم ،طيباتَّ وال صلواتَّ وال لله تحياتَّ ال
«...لهُد ورسو د هُد عب محمداُد أن وأشهد ،ا لّ س إ إله ل أن أشهد ،الصالحين ا دِل عباِل وعلى علينا
الجماعة روا ه
7. Salam, seperti dalam hadits Nabi :
«التسليم وتحليلها ،التكبير وتحريمها ،الطهور الصل ة »مفتاح :
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan
selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy
dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
Sebagaimana telah disebutkan dari Rasulullah saw yang salam sekali, dan
dua kali dalam beberapa hadits.
7. Tartib, berurutan sesuai yang disebutkan di atas
25.
26. Sunnah Shalat
1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, sehingga
jari jempol setinggi daun telinga, atau bahunya, bagian
dalam telapak tangan menghadap kiblat. Mengangkat
tangan ini juga disunnahkan ketika hendak ruku’ dan
bangun ruku’. Menurut jumhurul ulama. Tidak ada yang
berbeda kecuali madzhab Hanafi dan sebagian madzhab
Malikiy.
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada,
atau di bawahnya, atau di bawah pusar. Semua ini
bersumber dari Rasulullah saw. Sebagaimana
melepaskan kedua tangan itu.
3. Membuka shalat setelah takbiratul ihram dengan do’a
istiftah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw
27. Sunnah Shalat
4. Membaca isti’adzah yaitu: (الرجيم نِل الشيطا من باللهِل ذُد )أعو
setelah membaca doa iftitah, dan sebelum membaca AL
Fatihah di rakaat pertama. Dan tidak apa-apa jika dibaca
setiap rakaat sebelum membaca.
5. Membaca Amin setelah membaca Al Fatihah, baik
mejadi imam, makmum maupun sendirian. Dengan
suara keras pada shalat jahriyah, dan pelan pada shalat
sirriyah. Setelah imam tidak boleh mendahuluinya atau
terlalu lama ketinggalan.
6. Membaca sebagian Al Qur’an setelah surah Al Fatihah,
kecuali pada rakaat ketiga dan keempat, yang cukup
dengan surah Al Fatihah
28. Sunnah Shalat
7. Disunnahkan bertakbir setiap turun naik, berdiri dan duduk,
kecuali bangun ruku’. Dalam ruku’ disunnahkan rata antara
kepala dan punggung, menggunakan kedua tangan bertumpu
ke lutut, dengan membentangkan jari-jari, disertai dzikir,
(عيظيمَك ال ربي نَك )سبحا x atau lebih, atau dengan redaksi lain yang
bersumber dari Rasulullah saw seperti:
1. (روحُّ وال كةَك ئِل المل بُّ رَك دوسّ س قُد حٌ بوُّ سُد )،
2.)لك خشعَك ،ربي أنت ،أسلمت كَك ول ،آمنت كَك وب ،تُد رركع لك مَّ الله
قدميَك به استقلت وما ،عصبيَك و عيظميَك و خيِّ مُد و ،بصريَك و سمعيَك
العالمين رب لله(
8. Disunnahkan ketika bangun ruku’ membaca : (لمن ا سمعَك
مد هِل حَك ) dan ketika sudah berdiri tegak membaca: (كَك ول بناَّ ر مّ س لهّ س ال
,)الحمد
(فيه مبارركا طيبا ركثيرا حمداَك الحمد لك ربنا مَّ )الله Atau kalimat lain yang
bersumber dari Rasulullah saw
29. Sunnah Shalat
9. Mendahulukan lutut sebelum tangan ketika hendak bersujud,
menempelkan hidung, dahi dan kedua telapak tangan ke tanah (alas
shalat) dengan menjauhkan kedua tangannya dari lambung,
meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan telinga atau
punggung, membuka jari-jari tangannya dan menghadapkanya ke
kiblat. Minimal yang dibaca dalam sujud adalah (العلى ربي نَك )سبحا
dan dperbolehkan menambah tabih, dzikir, dan do’a khusus yang
bersumber dari Rasulullah saw, seperti:
- ور هَّ وص خلقهَك للذي وجهي سجدَك ،ربي وأنت أسلمت ولك ،آمنت وبك تُد سجد لك مّ س لهّ س ال
مسلم روا ه .الخالقين نُد أحس ا «كَك فتبار وبصر ه سمعهَك قَّ وش ،صور ه سنَك فأح
9. Duduk antara dua sujud dengan duduk IFTIRASY (duduk di atas kaki
kiri) kaki kanan tegak, dan jari-jari kaki kanan menghadap kiblat,
dengan membaca do’a ma’tsur(bersumber dari Nabi), antara lain:
الترمذي روا ه (زقنيُد وار نيِل دِل واه فنيِل وعا حمنيَك وار لي اغفر مّ س )الله
Menurut madzhab Syafi’iy, disunnahkan pula duduk istirahat setelah sujud
kedua sebelum bangun, untuk rakaat yang tidak ada tasyahhud
30. Sunnah Shalat
11. Tasyahhud awal (wajib menurut madzhab Hannafi) dengan
duduk iftirasy, meletakkan tangan kanan di atas paha kanan
dan tangan kiri di atas paha kiri, menunjuk dengan jari
telunjuk kanan. Disunnahkan agak lebih cepat.
12. Duduk tawarruk untuk tasyahhud akhir, yaitu dengan
mendorong kaki kiri ke depan, mendirikan kaki kanan, dan
duduk di tempat shalat (HR. Al Bukhari). Sebagaimana
disunnahkan pula bershalawat keapda Nabi setelah tasyahhud
dengan shalawat Ibrahimiyyah.
13. Berdo’a sebelum salam dengan do’a am’tsur, antara lain:
»وما ،علنتْ او أ وما ررتَك سْ او أ وما ،خرتَّ أ وما تُد دمَّ قَك ما لي اغفر مَّ الله
إله ل خرِّ المؤ وأنت دمِّ المق تَك أن ،مني به أعلم تَك أن وما فتْ او أسر
. .«مسلم روا ه أنت لّ س إ
- « ةِل فتن ومن ،القبر عذاب ومن ،نمَّ جه عذاب من بك أعوذ إني مَّ الله
«مسلم روا ه ، دجالَّ ال المسيح ةِل فتن رِّ شَك ومن ،مماتَك وال محياَك ال
33. Hal-hal yang Makruh dalam Shalat
1. Meninggalkan salah satu sunnah yang tersebut di atas
2. Menggaruk-garuk baju atau anggota badan tanpa ada
udzur
3. Melihat ke atas –seperti yang diriwayatkan imam Al
Bukhari-
4. Memakai atau menghadap sesuatu yang mengganggu
konsentrasi shalat –seperti yang diriwayatkan oleh imam
Al Bukhariy-
5. Shalat di tempat sampah, tempat pemotongan hewan,
kuburan, jalanan, kamar mandi, peristirahatan onta, di
atas ka’bah (HR Muslim)
34. Hal-hal yang Makruh dalam Shalat
6. Memakai baju yang terbuka leher; menggulung lengan
baju panjang; shalat dengan pakaian kerja padahal ada
pakaian lain. Karena hal ini meninggalkan adab.
7. Takhashshur – meletakkan tangan di pinggang- para
ulama memakruhkannya kecuali imam Ibnu Majah-
8. Menggunakan lengan tangan untuk tumpua ketika sujud
-makruh menurut jama’ah ulama-
9. Ash Shaqd (berdiri dengan merapatkan kedua kaki; ash
shaqn- berdiri dengan satu kaki
10. Membaca surah (setelah Al fatihah) di rakaat kedua,
sebelum surat di rakaat pertama (dalam urutan mushaf )
35. Hal-hal yang Makruh dalam Shalat
11. Sujud di atas tutup kepala yang menghalangi dahi dan tanah
(tempat sujud), mengusap bekas sujud selama dalam shalat –
diriwayatkan oleh Ibnu Majah
12. Miring ketika shalat, karena menyerupai Yahudi (riwayat Al
Bukhari); menguap (riwayat imam Muslim dan At Tirmidzi),
disunnahkan menutup dengan tangan ketika shalat atau di
luar shalat
13. Shalat dengan menahan hadats, atau berhadapan dengan
makanan (riwayat imam Muslim dan Abu Daud); atau ketika
sangat mengantuk (riwayat Al Jama’ah)
14. Memanjangkan kain sampai ke tanah; menutup mulut
(riwayat lima imam dan Al Hakim) Batal menurut madzhab
Syafii
15. Kencing dan buang air besar
36.
37. Hal-hal yang Mubah dalam Shalat
1. Menangis, merintih, seperti dalam firman Allah QS. Maryam: 58
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw menangis ketika shalat, Abu Bakar
juga menangis salam shalatnya. Diriwayatkan pula bahwa Umar ra shalat
shubuh dan membaca surah Yusuf, sehingga sampai pada ayat: Ya'qub
menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah Aku mengadukan
kesusahan dan kesedihanku, QS. Yusuf: 86. terdengar suara tangisnya.
Menurut madzhab Syafi’iy, jika dalam tangisnya itu ada terdengar satu atau
dua huruf yang tidak difahami maka batal shalatnya.
1. Menoleh dengan wajah ketika diperlukan saja. Sebab jika tidak ada
kebutuhan yang mendesak masuk dalam kategori, «من الشيطان يتختلسهَخ اختل س
البتخاري رواه «عبدَخ ال ةِ ا صل celingukan karena godaan syetan. Dan jika memalingkan
dadanya dari arah kiblat, maka batal shalatnya.
2. Membunuh hewan yang membahayakan, karena hadits Nabi:
.السنن أصحاب رواه ،«قبربْبر عَخ وال يو ةَّ الح ،صلةَّ ال في الوسودين »اقتلوا
Bunuhlah dua hewan hitam dalam shalat, ular dan kala jengking.
38. Hal-hal yang Mubah dalam Shalat
4. Berjalan sedikit karena ada kebutuhan tanpa merubah posisi dari
arah kiblat. Rasulullan saw pernah melakukannya sebagaimana
riwayat imam Ahmad, Abu Daud, At Tirmidziy dan An Nasa’iy, dari
Aisyah ra, dengan syarat kurang dari tiga langkah pindah, atau tiga
gerakan.
5. Membawa anak kecil dengan digendong sambil shalat. Hal ini
diriwayatkan oleh imam Ahmad, An Nasa’iy, Al Hakim dan Muslim
dari Rasulullah saw
6. Mengingatkan Al Fatihah imam jika kelupaan, atau salah dalam
membaca. Abu Daud meriwayatkan kebolehannya. Bertahmid bagi
orang yang bersin, Rasulullah saw pernah memperbolehkannya
kepad Rifa’ah seperti diriwayatkan oleh Al Bukhari, An Nasa’iy dan
At Tirmidziy. Demikian juga diperbolehkan tasbih bagi laki-laki dan
tepuk tangan bagi wanita untuk mengingatkan. Sseperti
diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Daud, dan An Nasa’iy.
39. Hal-hal yang Mubah dalam Shalat
7. Sujud di atas sorban atau pakaian yang dikenakan karena
kondisi tertentu (seperti sangat panas). Rasulullah saw
pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh
imam Ahmad dengan sanad yang sahih.
8. Membaca Al Qur’an dengan memegang mushaf. Seperti
yang diriwayatkan oleh imam Malik. Hal ini menjadi
madzhab imam Syafi’iy
9. Menghentikan shalat karena untuk membunuh binatang
yang membahayakan, atau mengembalikan hewan
(kendaraan) yang kabur, atau takut kehilangan barang,
atau menahan buang air besar dan kecil, atau karena
panggilan salah satu orang tua jika khawatir bahaya.
Bahkan wajib menghentikan shalat untuk menolong
orang yang dalam bahaya, atau karena akan terjadi bahaya
besar pada seseorang, atau kebakaran
40.
41. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
1. Meninggalkan salah satu syarat shalat, atau
rukunnya. Seperti sabda Rasulullah saw kepada orang
a’rabiy (badui) yang tidak bagus shalatnya:
الشيتخان رواه «لِّ تص لم فإنك لِّ فص »ارجع
Kembalilah shalat karena kamu belum shalat. HR Asy
Syaikhani. Diantaranya adalah terbuka aurat, berubah arah
kiblat, berhadats saat shalat.
1. Makan minum dengan sengaja meskipun sedikit.
Sedang jika terjadi karena lupa, atau tidak tahu, atau ada
selilit di antara gigi yang ditelan, maka itu tidak
membatalkan menurut madzhab Syafi’iy dan Hanbali.
42. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
3. Sengaja berbicara di laur bacaan shalat. Sedang jika
dilakukan karena tidak tahu hukumnya, atau lupa maka tidak
membatalkan shalat, seperti dalam hadits Muawiyah bin Al
Hakam As Salamiy, yang berbicara ketika shalat karena tidak
tahu hukumnya, dan Rasulullah tidak menyuruhnya mengulang
shalat, tetapi mengatakan kepadanya:
: «والتكبيبر تسبيحَّ ال هي إنما ،النا س كل م من شيء فيها يصلح ل الصلة هذه نَّ إ
والنسائي داود وأبو ومسلم أحمد رواه ،«القبرآن وقبراءة
Sesungguhnya shalat ini tidak baik untuk bicara dengan sesama
manusia, sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir, dan membaca Al
Qur’an. HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dan An Nasa’iy
3. Banyak bergerak dengan sengaja atau lupa di luar gerakan
shalat. Tetapi jika terpaksa seperti menolang orang dalam
bahaya, menyelamatkan orang yang hendak tenggelam, ia wajib
menghentikan shalatnya
43. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
5. Tertawa dan terbahak-bahak keduanya membatalkan
shalat. Tertawa adalah yang terdengar orang yang melakukan
itu saja, sedang terbahak-bahak adalah yang terdengar orang
lain. Sedang tersenyum tidak membatalkan.
6. Salah baca yang merubah makna dengan perubahan yang
keji, atau kalimat kufur.
7. Makmum yang ketinggalan dua rukun fi’liyah dengan
sengaja tanpa sebab, atau mendahuluinya dengan dua
rukun fi’liyah menurut madzhab Syafi’iy meskipun ada
sebab. Seperti jika imam membaca dengan cepat sehingga
makmum di belakangnya ketinggalan asal tidak lebih dari tiga
rukun dimaksud.
8. Mengingatkan bacaan bukan imamnya. Atau imam
membetulkan bacaan orang yang tidak ikut shalat bersamanya
menurut madzhab Hanafi
44.
45. Tatacara (Kaifiyah) Shalat
Rasulullah saw bersabda:
«عليه متفق «أصليُ رأيتموني كما لواّاو صَخ
Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat. Hadits
Muttafaq alaih.
Dan berikut ini akan kamu sebutkan amaliyah shalat
secara berurutan dari pertama sampai terakhir,
dengan disertai statusnya (fardhu) atau (sunnah)
sesuai dengan pilihan pada fashal-fashal sebelumnya.
46. Tatacara (Kaifiyah) Shalat
1. Niat shalat yang hendak ditunaikan (fardhu)
2. Mengangkat kedua tangan sehingga ibu jari setinggi telinga
atau bahu, telapak tangan menghadap kiblat (sunnah)
kemudian bertakbiratul ihram, yang lafadlnya “ALLAHU
AKBAR” (fardhu)
3. Masih beridri (fardhu) tegak menghadapkan wajhanya ke arah
sujud, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas
pusar, membuka kedua kakinya kira-kira empat jari (sunnah)
4. Membaca doa iftitah, dengan salah satu lafadh yang ada
(sunnah)
5. Membaca isti’adzah dengan sirriyah (suara pelan),
mengeraskan atau membaca pelan basmalah sebelum Al
Fatihah di setiap rakaat. (sunnah)
47. Tatacara (Kaifiyah) Shalat
6. Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat shalat fardhu atau
shalat sunnah (fardhu) jika sebagai imam atau shalat
sendirian. Sedang jika sebagai makmum, maka membaca Al
Fatihah ketika imam membacanya siririyah (pelan) dan
mendengarkan bacaan imam ketika membacanya jahriyah.
7. Membaca satu surah atau ayat dari Al Qur’an setelah
membaca Al Fatihah pada dua rakaat pertama setiap shaat
(sunnah)
8. Bertakbir (sunnah) lalau ruku’ (fardhu) dengan mengangkat
kedua tangan (sunnah) bertasbih (sunnah) thuma’ninah
ketika ruku’ (fardhu)
9. Bangun ruku’ dan berdiri tegak (fardhu) dan memabaca :
(الحمد لكَخ و بناَّ رَخ ،مدهِ ا حَخ لمن ا وسمعَخ ) dengan mengangkat kedua tangan
(sunnah)
48. Tatacara (Kaifiyah) Shalat
10. Bertakbir (sunnah) turun untuk bersujud (fardhu) dengan
memperhatikan sunnah cara bersujud, memperbanyak dzikir
(sunnah)
11. Bertakbir (sunnah) mengangkat kepala dan duduk (fardhu) dengan
memperhatikan sunnah, lalu bertakbir (sunnah) dan sujud lagi
(fardhu), bertakbir (sunnah) dan bangun dari sujud dengan
mengangkat kedua tangan sebelum kedua kaki (sunnah) untuk
meneruskan rakaat kedua.
12. Pada rakaat kedua melakukan apa yang sudah di lakukan pada
rakaat pertama, sesudah itu duduk untuk tasyahhud awal, dan
bershalawat atas Nabi Muhammad saw (sunnah)
13. Pada rakaat ketiga dan keempat, cukup dengan membaca surah Al
Fatihah dengan sirriyah, meskipun dalam shalat jahriyah. Kemudian
duduk tasyahhud akhir (fardhu) bershalawat atas Rasulullah saw
(sunnah), berdo’a sebelum salam dengan doa ma’tsur yang disukai
49. Tatacara (Kaifiyah) Shalat
14. Salam ke sisi kanan (fardhu) lalu ke kiri (sunnah),
memperbanyak dzikir ma’tzur sesudah salam (sunnah).
إلى جاء ثم ،فصلىَخ المسجد رجل دخلَخ :قال عنه ا ريضيَخ هبريبرةُ أبو روى قدَخ وَخ
لِّ فص »ارجع :وقال ،ل مَّ الس عليه فبرد ،لمِّ يس ووسلم عليه ا صلى النبي
بعثكَخ والذي :فقال :قال .مبرات ثل ثَخ ذلك ففعل ،فبرجع «لِّ صَخ تُ لم نكَّ فإ
ثم ،ببرِّ فك صلةَّ ال إلى تَخ قمُ إذا » قال؛ .لمنيِّ فع ،هذا برَخ غي أحسنُ ما قّاو بالح
حتى فعَخ ار ثم ،كعاِ ا را نَّ ئِ ا تطمَخ حتى كعَخ ار ثم ،قبرآنُ ال من معكَخ سبرَّ تيَخ ما اقبرأ
ثم ،لساِ ا جا نَّ ئِ ا تطمَخ حتى ارفع ثم ،وساجدا نَّ ئِ ا تطمَخ حتى جدُ اوس ثم ،قائما دلِ ا تَخ تعَخ
أحمد رواه ،« لهاِّ كُ كَخ تِ ا صلَخ في ذلك علَخ اف ثم جداِ ا وسا نَّ ئِ ا طمْبر تَخ حتى جدُ اوس
والشيتخان
Abu Hurairah ra meriwayatkan: Ada seseorang masuk masjid lalu ia shalat, kemudian
datanga menemui Nabi Muhammad saw, memberi salam, dan Nabi menjawab
salamnya, dan bersabda: “Kembalilah shalat karena kamu belum shalat” lalu ia
mengulanginya sampai tiga kali. Abu Hurairah berkata: Orang itu mengatakan: “Demi
Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar. Saya tidak bisa shalat yang lebih baik
lagi, maka ajarilah aku. Nabi bersabda: “Jika kamu berdiri shalat maka bertakbirlah,
kemudian bacalah Al Qur’an yang paling mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga
thuma’ninah ruku’, kemudian bangunlah sehingga berdiri tegak, kemudian sujudlah
sehingga tuma’ninah sujud, kemudian bangunlah sehingga tuma’ninah duduk,
kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah sujud, kemudian lakukan itu dalam seluruh
shalatmu”. HR Asy Syaikhani
53. Shalat-shalat Sunnah
1. Shalat witir
2. Shalat rawatib lima waktu
3. Shalat-shalat sunnah lainnya
1. Shalat dhuha
2. Shalat Gerhana Matahari dan Bulan
3. Shalat istikharah
4. Shalat taubat
5. Shalat istisqa’
6. Shalat tarawih (qiyamu Ramadhan)
7. Qiyamullail
8. Shalar Ied (fithri dan adha)
54.
55. Keutamaan Shalat Berjamaah
نّ أ ،عنهما ا رضي عمرُ بن ا عبد عنَ
:قال وسلم عليه ا صلى ا رسول
- »ذّ فَ ال ةِ صلَ من لُ أفض الجماعة ةُ صل
.« -متفق درجةَ عشرينِ و عٍ بسبِ فردَ ال أي
عليه
Dari Abdullah bin Umar ra, bahwasannya Rasulullah
saw bersabda: Shalat berjamaah itu leih utama dari
shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat. Muttafaq
alaiah.
56. Hukum Shalat Berjamaah
1. Fardhu ‘ain (Imam Ahmad bin Hanbal, Al Uza’iy,
dan Zhahiriyah)
2. Fardhu kifayah (jumhurul ulama, yang terdiri dari
para Ulama pendahulu madzhab Syafi’iy, mayoritas
madzhab Hanafi fan Maliki)
3. Sunnah mu’akkadah (Imam Abu Hanifah dan dua
orang muridnya, Zaid bin Ali dan Al Muayyid Billah)
57. Hukum-hukum dalam Shalat
Berjamaah
1. Sunnahnya berjamaah adalah di masjid. Sehingga
menampilkan syiar Islam dan jumlah umat yang banyak. Dan
utamanya bagi wanita shalat di rumahnya, meskipun tidak
dilarang ke masjid, menghadiri shalat berjamaah.
2. Disunnahkan shalat berjamaah itu juga dalam shalat yang
diqadha, minimal ada imam dan makmum
3. Disunnahkan agar wanita terpisah dari laki-laki. Salah satunya
menjadi imam (menurut madzhab Syafi’iy dan Hanbali.
Makruh wanita menjadi imam bagi wanita menurut madzhab
Hanafi. Tidak boleh wanita menjadi imam bagi wanita
menurut imam Malik, dan wanita berdiri di tengah shaff.
4. Syarat sahnya laki-laki menjadi imam adalah: Islam, baligh,
berkal, mampu membaca Al Qur’an, dan bebas dari udzur
58. Hukum-hukum dalam Shalat
Berjamaah
5. Orang yang paling berhak menjadi selain tuan rumah atau pejabat
adalah: orang yang paling berilmu, kemudian yang paling banyak
hafalan, yang paling wara’ (hati-hati dari perbuatan dosa, kemudian
yang paling tua usianya.
6. Seorang makmum berdiri di sisi kanan imam, jika lebih dari satu maka
berdiri di belakang imam. Dimulai dari shaf orang dewasa, kemudian
shaf anak-anak, kemudian shaf wanita. Sedangkan jika anak kecil sudah
ada di shaf depan maka tidak boleh ditarik ke belakang.
7. Sebaiknya imam memperingan shalat, tidak melebihi standar sunnah
dalam bacaan shalat.
8. Tidak sah orang yang shalat fardhu makmum kepada orang yang shalat
sunnah menurut madzhab Hanafi dan Jumhurul Ulama. Tetapi sah
menurut madzhab imam Syafi’iy. Jika ada seorang muslim shalat
sunnah kemudian ada orang makmum di belakangnya untuk shalat
fardhu dan tahu bahwa orang yang di depannya itu shalat sunnah,
maka sah shalatnya menurut madzhab Syafi’iy dan tidak sah menurut
madzhab Hanafiy Menurut madzhab Maliki makmum dianggap sah
shalatnya meskipun di depan imam
59. Hukum-hukum dalam Shalat
Berjamaah
9. Tidak sah seorang shalat fardhu makmum di belakang orang
yang shalat fardhu lainnya, jika makmum mengetahui hal itu.
Demikian juga tidak sah orang yang makmum melaksanaan
shalat fardhunya tepat waktu, dengan imam yang mengqadha
shalat fardhu. Tetapi madzhab Syafi’iy memperbolehkan semua
ini.
10. Makmum wajib mengikuti imam, dan haram mendahuluinya,
sedang bersamaan hukumnya makruh.
11. Makmum diperbolehkan mufaraqah (memisahkan diri) dari
imam, yaitu dengan keluar dari shalatnya imam dan
menyempurnakan shalatnya sendiri jika ada udzur. Seperti yang
dilakukan sahabat ketika Mu’adz yang menjadi imam membaca
surah Al Baqarah dalam shalatnya. (HR. Al Jamaah)
12. Disunnahkan bagi orang yang telah shalat munfarid, untuk
mengulangi shalatnya dengan berjamaah, dan shalat
munfaridnya menjadi shalat sunnah
60. Hukum-hukum dalam Shalat
Berjamaah
13. Disunnahkan bagi imam, setelah shalat dan salam untuk
menengok ke kanan dan kiri, kemudian berpindah dari
tempat shalatnya
14. Makmum diperbolehkan mengikuti imam meskipun di
antara keduanya ada sekat, jika makmum mengetahui
pergerakan imam lewat pendengaran atau penglihatan,
dengan syarat shafnya bersambung. Sehingga tidak sah
shalat dengan siaran radio atau televisi
15. Jika seorang imam mengalami sesuatu yang tidak bisa
meneruskan shalatnya maka digantikan orang lain untuk
menyempurnakan shalatnya dengan makmum yang ada.
16. Makruh seorang imam mengimami kaum yang tidak
menyukainya
61. Hukum-hukum dalam Shalat
Berjamaah
17. Tidak sah orang yang shalat sendirian di belakang shaf,
seharusnya ia menarik salah satu dari jamaah yang ada di
depannya untuk shalat bersamanya. Seperti dalam hadits
Wabishah:
«رأى وسلم عليه ا صلى ا رسول أن
أن مرهَ فأ ،وحدهَ الصف خلف يصلي لً رجَ
«نسّ ال لّ إ الخمسة رواه ، الصلة عيدِ يُ
Bahwasannya Rasulullah saw melihat seseorang yang shalat
sendirian di belakang shaf, lalu menyuruhnya untuk
mengulang shalat. HR. Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy.
Dan sah shalat wanita yang sendirian di belakang shaf pria.
Dan tidak boleh baginya ia berdiri sejajar dengan pria dalam
satu shaf
62. Hukum-hukum dalam Shalat
Berjamaah
18. Menghadiri shalat berjamaah menjadi tidak wajib karena hujan, sangat
dingin, ketakutan, tertahan, sakit, atau lanjut usia, atau udzur-udzur
lainnya yang disebutkan oleh para ulama untuk tidak memberatkan
bagi kaum muslimin. Rasulullah saw pernah menyuruh muadzin untuk
menyerukan: (رحالكم في .)صلوا Shalatlah di kendaraan kalian masing-
masing; ketika malam sangat dingin, di malam saat turun hujan waktu
musafir. HR As Syaikhani. Udzur-udzur yang lain diqiaskan dengan
yang tersebut di atas.
19. Ketika seorang yang masbuq (keduluan imam) di sebagian shalatnya,
maka ia menyempurnakan sisa shalatnya itu setelah salam imam. Ia
mengqadha awal shalatnya dalam hal bacaan, dan akhirnya dalam hal
tasyahhud. Misalnya jika seseorang hanya mendapati rakaat terakhir
imam dalam shalat maghrib maka ia mengqadha dua rakaat, dengan
membaca Al Fatihah dan surah lainnya di setiap rakaat, karena ia
mengqadha dua rakaat pertama dan kedua dilihat dari bacaan; dan
duduk di rakaat pertama itu dengan bertasyahhud karena
sesungguhnya itu rakaat kedua baginya, sehingga ia shalat maghrib
dengan tiga kali duduk.
20. Seseorang tidak disebut masbuq rakaat dengan imam, kecuali jika
mendapati imamnya telah mengangkat kepala, bangun ruku’
63.
64. Dalilnya
نْ أَ حٌ ناَ جُ مْ كُ يْ لَ عَ سَ يْ لَ فَ ضِ رْ لَْ ا فيِ مْ تُ بْ رَ ضَ ذاَ إِ وَ
رواُ فَ كَ نَ ذيِ لّ ا مُ كُ نَ تِ فْ يَ نْ أَ مْ تُ فْ خِ نْ إِ ةِ لَ صّ ال نَ مِ رواُ صُ قْ تَ
ناً بيِ مُ واّ دُ عَ مْ كُ لَ نواُ كاَ نَ ريِ فِ كاَ لْ ا نّ إِ
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa
kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-
orang kafir. QS. An Nisa: 101
Ya’la bin Umayyah berkata: akubertanya kepada Umar bin
Khaththab: Bagaimana pendapatmu tentang mengqashar shalat,
padahal Allah swt berfirman:
رواُ فَ كَ نَ ذيِ لّ ا مُ كُ نَ تِ فْ يَ نْ أَ مْ تُ فْ خِ نْ إِ
Jika kamu takut diserang orang-orang kafir... . Dan sekarang hal itu
tidak ada. Umar berkata: Aku heran dari apa yang kau herankan.
Lalu aku sampaikan hal itu kepada Rasulullah saw yang bersabda:
Itu adalah shadaqah Allah kepada kalian maka terimalah
shadaqahnya. HR. Al Jamaah
65. Hukumnya
Menurut madzhab Hanafi, mengqashar shalat adalah
‘Azimah (hukum tetap), dan shalat sempurna
hukumnya makruh berbeda dengan sunnah, tetapi tetap
sah shalatnya; dan dua rakaat akhir dianggap sebagai
shalat sunnah, dan tasyahhud awal menjadi wajib, jika
ditinggalkan batal shalatnya.
Menurut madzhab Syafi’iy; qashar shalat adalah
rukhshah (kemudahan), tetapi tidak dimakruhkan
shalat sempurna yang berstatus Azimah, dan itu yang
utama, jika safarnya belum sampai tiga marhalah, dan jika
sudah melewatinya maka yang utama mengqashar shalat
66. Jarak Safar
Para ulama berbeda pendapat tentang jarak safar
yang diperbolehkan qashar shalat.
Menurut madzhab Maliki, Syafi;iy, dan Hanbali
sejauh kurang lebih 90 km (sembilan puluh kilo
meter)
67. Lama Safar
Para ulama juga berbeda pendapat tentang lama safar. Empat hari
menurut jumhurul ulama, lima belas hari menurut madzhab Hanafiy,
jika niat mukim melebihi batas itu dihitung mukim, dan tidak boleh
mengkoshor shalat. Sedang jika ia tidak tahu berapa lama ia mukim,
dan setiap hari menyatakan : BESOK MAU JALAN kemudian ia
terpaksa harus menetap, maka dihitung musafir, mengqoshor shalat
meskipun lama di situ. Demikianlah madzhab Hanafi dan salah satu
pendapat madzhab Syafi’iy, yang merupakan amalah mayoritas
sahabat. Pendapat lain madzhab Syafi’iy jika lebih dari delapan belas
hari dianggap muqim, dan tidak mengqashar apapun keadaannya.
Syarat untuk mengambil rukhshah qashar shalat agar keluar dari
tempat tinggalnya, dan terus mengqashar sampai ia pulang ke
negerinya.
Menurut madzhab Syafi’iy jika ia berniat mukim lebih dari tiga hari,
ia menjadi orang mukim. Dan kurang dari empat hari dihitung
musafir. Hari bearngkat dan pulang tidak dihitung.
68. Shalat Safar Berjamaah
Orang mukim boleh makmum kepada
musafir, ketika musafir telah salam, yang
mukim meneruskan, sebagaimana msafir
yang shalat empat rakaat makmum
kepada orang mukim.
69. Shalat di Atas Kendaraan
Diperbolehkan shalat sunnah di atas kendaraan, kapal, mobil,
kereta, atau pesawat. Dan bagi yang mau shalat harus
menghadap kiblat jika mampu. Dan gugur darinya beberapa
rukun shalat dan kewajibannya yang tidak mungkin
dilaksanakan, seperti cukup dengan isyarat membungkuk
dengan kepala untuk ruku’ dan sujud. Menundukkan kepala
ketika sujud lebih rendah daripada ruku’nya. Hal ini telah
disepakati oleh para ulama fiqh, berdasar hadits Amir bin
Rabi’ah ra berkata:
)على وهو وسلم عليه ا صلى ا رسول رأيت
،توجه ةٍ وجه أي لَ بَ قِ هِ سِ برأ ئُ يوم حُ بّ يس راحلته
(متفق ، المكتوبة الصلة في ذلك يصنع يكن ولم
.عليه
Aku melihat Rasulullah saw di atas kendaraannya bertasbih dengan
menundukkan kepalanya, menghadap ke mana saja, dan hal ini
tidak pernah dilakukan di shalat fardhu. Muttafaq alaih