2. Shalat Shunnah ketika
Qomat
ُتَْكمْال َّالِإ َةَالَص َالَف ُةَالَّصال ِتَميِق
ُ
أ اَذِإ
َُةبو
“Apabila telah dikumandangkan iqamah maka tidak
ada shalat kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim 1678,
Nasai 874 dan yang lainnya).
ُتَْكمْال َّالِإ َةَالَص َالَف ُةَالَّصال ِتَميِق
ُ
أ اَذِإ
َُةبو
“Apabila telah dikumandangkan iqamah maka tidak
ada shalat kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim 1678,
Nasai 874 dan yang lainnya).
3. Shalat Shunnah ketika
Qomat
Kapan Harus Dibatalkan?
Apakah harus dibatalkan ketika mendengar iqamah, apapun posisinya?
As-Syaukani menyebutkan keterangan dari Abu Hamid – ulama syafiiyah –,
الشافعية من حامد أبو الشيخ قال
:
فض فوات إلى إتمامها أداه إذا النافلة من خروجه األفضل أن
يلة
واضح وهذا التحريم
Syaikh Abu Hamid – dari syafiiyah – mengatakan, “Yang afdhal, dia batalkan
shalat sunah, dengan batasan, apabila dilanjutkan akan menyebabkan
dirinya ketinggalan takbiratul ihram.” Dan alasan ini sangat jelas. (Nailul
Authar, as-Syaukani, 3/102).
Berdasarkan batasan ini, tidak bisa ditegaskan di posisi mana makmum
harus membatalkan shalat sunahnya. Intinya, ketika makmum merasa
dirinya akan ketinggalan takbiratul ihram jika shalat sunah dikerjakan,
maka dia bisa segera batalkan shalat sunahnya. Jika dia di posisi tasyahud
akhir, dan dia yakin jika dilanjutkan tidak ketinggalan takbiratul ihram imam,
maka tidak masalah diselesaikan.
5. Pandangan Mata Keatas
“Hendaklah orang-orang itu segera menghentikan
untuk mengangkat pandangan mereka ke langit saat
shalat, atau sungguh akan disambar pengelihatan
mereka.” (HR. Muslim no. 965)
7. Menoleh ketika Shalat
Tidak ada perselisihan di kalangan para ulama tentang
makruhnya menoleh ketika shalat, berdasarkan hadis
A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau bercerita:
ِالا ْنَع َمَّل َ
َسو ِهْيَلَع ُ َّ
اَّلل ىََّلص َّيِبَّنال ُتْلَأ َ
س
الَقَف ؟ ِةَالَّصال يِف ِتاَفِتْل
:
َوُه
ِدْبَعْال ِةَالَص ْنِم ُانَطْي َّ
الش ُه ُ
سِلَتَْخي ٌسَالِتْاخ
“Saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang menoleh ketika shalat, beliau menjawab: ‘Itu
adalah colekan, setan mencolek shalatnya seorang
hamba’.” (HR. Bukhari 751).
9. Tergesa-gesa dalam shalat
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masuk masjid,
maka masuklah seseorang lalu ia melaksanakan shalat. Setelah itu, ia
datang dan memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
beliau menjawab salamnya. Beliau berkata, “Ulangilah shalatmu karena
sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Lalu ia pun shalat dan datang lalu
memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tetap berkata
yang sama seperti sebelumnya, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya
engkau tidaklah shalat.” Sampai diulangi hingga tiga kali. Orang yang jelek
shalatnya tersebut berkata, “Demi yang mengutusmu membawa kebenaran,
aku tidak bisa melakukan shalat sebaik dari itu. Makanya ajarilah aku!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengajarinya dan bersabda,
“Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al
Qur’an yang mudah bagimu. Lalu ruku’lah dan sertai thuma’ninah ketika
ruku’. Lalu bangkitlah dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah
sertai thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua
sujud sambil thuma’ninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai
thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.” (HR.
Bukhari no. 793 dan Muslim no. 397).*
11. Mengangkat kaki ketika
sujud
Ketika bersujud dalam shalat diharuskan dilakukan di atas tujuh anggota tubuh, yaitu:
Dahi –bersama hidung-, kedua tangan, kedua lutut dan ujung kedua telapak kaki.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori, no. 812, Muslim, 490.
Ibnu Abbas radhiallahu anhuma sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
ٍمُظْعَأ ِةَعْب َ
س ىَلَع َدُج ْ
سَأ ْنَأ ُتْرِم
ُ
أ
:
ِةَهْبَجْال ىَلَع
-
َو ، ِهِفْنَأ ىَلَع ِهِدَيِب َرا َ
شَأَو
ِفاَرْطَأَو ، ِْنيَتَبْكُّالرَو ، ِنْيَدَيْال
ِْنيَمَدَقْال
“Saya diperintahkan bersujud pada tujuh anggota badan, di atas dahi seraya tangannya
menunjuk hidungnya, kedua tangan, kedua lutut dan ujung kedua telapak kaki.”
An-Nawawi rahimahullah berkata: “Kalau salah satu anggota ini tidak (menempel),
maka shalatnya tidak sah.”
Dan beliau juga berkata dalam kitab ‘Syarh Muntaha Al-Iradat, 1/432: “Sujud di atas
tujuh anggota tubuh beserta hidung ke tempat shalat, baik di atas tanah ataupun tikar
atau semisalnya, adalah rukun bagi yang mampu melaksanakannya berdasarkan
hadits Ibnu Abbas.”
Yang sempurna adalah sujud di atas semua anggota tubuhnya, maka hendaknya
bersujud dengan semuanya. Karena Nabi sallallahu’alaihi wa sallam ketika bersujud
meletakkan seluruh ujung telapak kakinya menghadap ke kiblat (HR. Bukhari, no. 789)
14. Mendahului Imam
Makmum wajib mengikuti gerakan imam dalam shalat dan tidak boleh mendahuluinya dalam
semua gerakan; baik takbir, ruku’, sujud dan lain sebagainya, sebagaimana disebutkan dalam
hadits : إ
َف ِهإيَلَع اوفِلَتإََت َ
َلَف ِهِب َّ َ
َتإيؤِل ُماَم
ِ
إ
اْل َلِعُج اَمَّن ِِ
اَذ
ِ
اَو واُ ِِ
َّبَكَف ََّ
َّبَك اَذ
ِ
ا
َعَكَر
َُّمهَّللا اوُلوُقَف ُهَدِ َ
َح إنَمِل َُّ
اَّلل َعِ َ
َس َلاَق اَذ
ِ
اَو اوُعَكإارَف
ُُد إ
اَجَف ََد َ
َج اَذ
ِ
اَو ُدإمَمإلا َ َ
َكَو اَاَّبَر
او
..
متف
عليه ق
Sesungguhnya imam itu untuk diikuti maka jangan menyelisihinya. Apabila ia takbir maka
takbirlah. Dan apabila ruku maka rukulah, dan apabila ia mengucapkan samiallahu
limanhamidah, maka ucapkan : rabbana walakal hamdu, dan apabila ia sujud maka sujudlah
kalian.[Muttafaq ‘alaih] Dan dalam hadits yang lain secara tegas Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengancam orang yang mendahului imam :
اَمَأ
ِ
إ
اْل َلإبَق ُه َسْأَر َعَفَر اَذ
ِ
ا إ ُُكُدَحَأ َ
َشإََي
ُ
و ُهَهَور ُ
و َُّ
اَّلل َلَعإَْج إ َأ ِماَم
ٍارَ ِ
َح َةَور
Apakah seseorang diantara kalian tidak takut apabila ia mengangkat kepalanya sebelum imam,
Allah akan rubah bentuknya menjadi bentuk keledai ? [Muttafaq ‘Alaih]
16. Menempelkan Kedua
lengan
Apa hikmah mengangkat siku atau lengan tangan ketika
sujud? Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hikmah
melakukan cara seperti itu adalah untuk mendekatkan
pada sifat tawadhu’. Cara seperti itu pula akan membuat
anggota sujud yang mesti menempel benar-benar
menempel ke lantai yaitu dahi dan hidung. Cara sujud
seperti itu pula akan menjauhkan dari sifat malas. Perlu
diketahui bahwa cara sujud dengan lengan menempel ke
tanah menyerupai anjing yang membentangkan
lengannya. Keadaan lengan seperti itu pula pertanda
orang tersebut meremehkan shalat dan kurang
perhatian terhadap shalatnya. Wallahu a’lam.” (Syarh
Shahih Muslim, 4: 187)