Melihat Nabi Shalat bagian 1
Rasulullah SAW meminta kita untuk sholat persis yang beliau ASW lakukan, sementara Foto dan Video tidak ada, bagaimana bisa ? Pada Hadits yang para sahabat sampaikan kita bisa temukan
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiAnas Wibowo
Ust. M. Shiddiq al-Jawi. Ngaji subuh 30 april 2020.
Tanya :
(1) Bagaimana qadla' puasa bagi wanita yang hamil dan menyusui berturut selama beberapa tahun? Misal selama 4 tahun berturut-turut?
(2) Bagaimana hukum wanita punya hutang puasa karena menyusui, 4 bulan sebelum datang Ramadhan ia sudah tidak lagi menyusui namun hutang puasa juga belum selesai ditunaikan.. apakah boleh mengerjakan qodho puasa yang lalu setelah Ramadhan berikutnya?
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiAnas Wibowo
Ust. M. Shiddiq al-Jawi. Ngaji subuh 30 april 2020.
Tanya :
(1) Bagaimana qadla' puasa bagi wanita yang hamil dan menyusui berturut selama beberapa tahun? Misal selama 4 tahun berturut-turut?
(2) Bagaimana hukum wanita punya hutang puasa karena menyusui, 4 bulan sebelum datang Ramadhan ia sudah tidak lagi menyusui namun hutang puasa juga belum selesai ditunaikan.. apakah boleh mengerjakan qodho puasa yang lalu setelah Ramadhan berikutnya?
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Melihat bagaimana Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallaam melakukan shalat, hanya bisa ditempuh dengan satu cara, yakni memahami penuturan para sahabat ridwanallah 'alaihim ajma'in. Agar Ibadah sholat kita diterima...
Materi kuliah tentang hukum shalat. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Ketika kekuatan Aqidah kita masih perlu pendalaman, maka dalam pengambilan sikap terhadap setiap segala keadaan adalah jangan terburu buru. Endapkan dulu, Menguasai Otak Reptil
Kekuatan Doa membuat Imam Bukhori mulia dengan hafalannya, Tiap kita mendoakan orang lain, Malaikat mendoakan kita juga, Semua doa pasti dikabul, bisa langsung, bisa ditunda, bisa diganti, karena Allah tahu mana yang terbaik buat kita. Ada Waktu, ada tempat mustajab...
Terlalu Kagum atau Terlalu benci, harus melibatkan Allah dalam pujian, jika tidak harus minta bekas wudhu orang yang melemparkan ain kepada kita, wal iyya dzu billah
1. ُ
لصلوا كما رأيتموني ألصلي - متفق
َّ او
عليه
Melihat Nabi Shalat
1
Doddy Al Jambary - 0816 884 844
2ABED4A6 - jambary67@gmail.com
slideshare.net/Aljambary
www.cordova-travel.com
2. QS 4:65
”Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu
berikan dan mereka menerima dangan sepenuhnya”
QS 4:59 - QS 3:31 - QS 33:21
3. A. Menghadap Kiblat
”Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah
wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR.
Bukhari dan Muslim)
QS 2:115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka
kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83].
Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui.
4. HR Ibnu Jarir dari Mujahid.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat.
"Ud'uni astajib lakum" (S. 40: 60) para shahabat bertanya.
"Kemana kami menghadap?" Maka turunlah "Faainama tuwallu
fatsamma wajhullah" (S. 2: 115) sebagai jawaban terhadap
pertanyaan mereka.
5. B. Qiyam - Berdiri
QS 2:238 ”Berdirilah untuk Alloh (dalam sholatmu) dengan khusyu.”
Setelah selesai sholat Beliau bersabda ”Kalian tadi hampir saja
melakukan apa yang telah dilakukan oleh bangsa Romawi dan Persia,
dimana mereka berdiri di depan rajanya sedangkan rajanya duduk.
Maka janganlah kalian melakukannya. Sesungguhnya keberadaan
imam adalah agar diikuti. Bila ia ruku, maka rukulah; bila berdiri maka
berdirilah; dan jika sholat sambil duduk maka duduklah bersama-sama”.
(HR Muslim).
6. Dalil Qiyam
”Shalatlah sambil berdiri. Bila tidak bisa, sambil duduk. Bila tidak bisa
sambil terlentang.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad). Juga
”Barangsiapa melakukannya dengan berdiri, maka itu lebih utama. Adapun
bagi yang melakukannya sambil duduk maka baginya separoh pahala
yang berdiri. Barangsiapa yang sholat sambil tidur (terlentang) baginya
separuh pahala orang yang sholat sambil duduk. Yang dimaksud disini
adalah orang yang sakit.”
(HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad)
7. Sutroh - Pembatas
”Janganlah engkau sholat kecuali dengan pembatas, dan
janganlah engkau membiarkan seseorang lewat di depanmu
dikala sholat. Jika dia memaksakan kehendaknya lewat di
depanmu, bunuhlah dia karena sesungguhnya ia bersama
dengan setan.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
”Jika seseorang dari kalian melakukan sholat pada pembatas
hendaknya mendekatkan pada batas itu sehingga setan tidak
dapat memutus sholatnya.” (HR Abu Daud, Bazzar dan Hakim).
8. Dalil Sutroh
Apabila Beliau sholat di tempat terbuka, tidak ada sesuatu sebagai
pembatas (didepan tempat sholat), maka beliau menancapkan
tombak didepannya. Lalu beliau melakukan sholat menghadap
pembatas itu, sedangkan orang-orang bermakmum dibelakangnya.
Hal ini sebagaimana dikatakan Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah.
”Apabila seseorang diantara kalian meletakkan tiang sepanjang
pelana di depannya, maka sholatlah menghadapnya dan hendaknya
tidak menghiraukan orang yang lewat dibelakang tiang itu.”
(HR Muslim dan Abu Daud).
9. Penguat Dalil
”Apabila orang yang lewat di depan orang yang sholat itu mengetahui dosanya, niscaya dia akan
lebih baik berdiri 40 (empat puluh) tahun daripada berlalu didepan orang yang sholat.”
(HR Bukhari dan Muslim).
”Sholat seseorang menjadi putus apabila tidak dibatasi dengan semacam pelana didepannya lalu
dilewati oleh wanita haid (balig), keledai dan anjing hitam”
Abu Dzar berkata ”Wahai Rasulullah, apakah bedanya anjing hitam dan anjing berwarna merah?”
Beliau menjawab ”Anjing hitam adalah setan.” (HR Muslim, Abu Daud & Khuzaimah).
”Janganlah kalian sholat menghadap kubur dan janganlah duduk diatasnya.” (HR Muslim, Abu Daud
& Ibnu Khuzaimah).
10. C. Niat - Motivasi
”Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya,
dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan balasan sesuai
dengan niatnya…”
(HR Bukhari & Muslim)
11. D. Takbir (Ihrom)
HR Muslim dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW membuka sholatnya
dengan ucapan Allohu Akbar (Alloh Mahabesar).
”Tidaklah sholat seseorang itu menjadi sempurna sampai ia berwudhu
dengan benar, lalu berkata Allohu Akbar”(HR Thabrani)
”Kunci sholat adalah suci, tahrimnya3 pengharamannya adalah takbir
dan thalilnya4, penghalalannya adalah salam.”
(HR Abu Daud, Tirmidzi & Hakim).
HR Ahmad dan Hakim Rasulullah SAW mengangkat suaranya dalam
takbir sehingga terdengar oleh orang-orang yang makmum
dibelakangnya.
”Apabila imam mengucapkan Allohu Akbar, maka katakanlah Allohu
Akbar” (HR Ahmad dan Baihaqi).
12. E. Angkat Tangan
Terkadang Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya sambil
mengucapkan takbir (HR Bukhari & Abu Daud), terkadang
mengangkatnya setelah takbir (HR Bukhari & Nasa’i), terkadang
(mengangkat tangan) setelah ucapan takbir (HR Bukhari & Nasa’i).
Beliau SAW mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat
(tidak renggang dan tidak menggenggam) HR Abu Dawud, Ibnu
Khuzaimah, & Hakim. Rasulullah SAW mengangkatnya sampai
sejajar dengan kedua bahunya dan terkadang sampai kedua
telinganya (HR Bukhari & Abu Dawud).
13. F. Tangan Kanan atas Kiri
Rasulullah SAW meletakkan tangan kanannya diatas tangan
kirinya HR Muslim dan Abu Daud dan telah ditakhrij dalam
Irwa’ (352)
Beliau SAW bersabda ”Sesungguhnya para Nabi
memerintahkan kepada kita agar mempercepat saat berbuka
dan mengakhirkan waktu sahur dan agar meletakkan tangan
kanan diatas tangan kiri kita dalam sholat.” (HR Ibnu Hibban
14. Dalil
Nabi SAW meletakkan tangan kanan diatas punggung tangan
kirinya, pergelangan dan lengan 11, dan memerintahkan
demikian kepada sahabat-sahabatnya 12. Terkadang Beliau
SAW mengenggam lengan kirinya dengan jari-jari tangan
kanannya13. Beliau SAW meletakkan keduanya diatas dada 14.
15. H. Melihat Tempat Sujud
Dalam HR Baihaqi dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW
dalam sholat menundukkan kepalanya dan pandangannya
tertuju ke tanah.
Larangan pandangan ke langit sebagaimana tercantum dalam
HR Bukhari dan Abu Daud.
17. Tuma’ninah
Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Ya’la disebutkan
bahwa Rasulullah SAW melarang 3 perkara dalam sholat.
1. Sholat dengan cepat seperti ayam yang mematuk,
2. Duduk diatas tumit seperti duduknya anjing,
3. Menoleh-noleh seperti musang.
”Sholatlah seperti halnya sholat orang yang akan meninggal, yaitu
seakan-akan engkau melihat Alloh. Jika engkau tidak melihatNya
maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
(HR Thabrani, Ibnu Majah & Ahmad).
18. Khusyu
Sholat dengan baju wol bergambar, Rasulullah SAW melihat sepintas
gambar-gambar itu. Usai sholat Beliau SAW bersabda ”Bawalah bajuku ini
kepada Abu Jahm dan bawalah kepadaku kain yang kasar Abu Jahm. Karena
bajuku ini telah mengalihkan perhatian sholatku tadi. (dalam riwayat lain
dikatakan : Sesungguhnnya aku telah melihat gambarnya saat sholat dan
hampir saja aku tergoda).” (HR Bukhari, Muslim & Malik).
Aisyah mempunyai kain bergambar untuk tirai, Rasulullah SAW sholat
menghadapnya. Lalu Rasulullah SAW bersabda ”Jauhkanlah kain itu,
sesungguhnya gambarnya mengganggu sholatku.” (HR Bukhari & Muslim).
Beliau SAW bersabda ”Tidak sempurna sholatnya orang yang telah terhidang
makannya, serta ketika menahan keluarnya angin dan buang air.” (HR
Bukhari & Muslim).
19. Iftitah / Istiftah
Terkadang Beliau SAW membaca doa sebagai berikut :
1. Allohumma baa’id baini wa baina khothoyaya ...dst.
2. Wajjahtu wajhiya lilladzi fathorossamawaati wal ardh …dst
3. Subhaanaka Allohumma wabihamdika wa tabaarakasmuka
wadduka walaa ilaha ghoiruka, yang artinya
”Mahasuci Engkau ya Alloh, Maha Terpuji Engkau, Mahamulia
Engkau serta Mahatinggi kehormatanMu dan tiada tuhan selain
Engkau (HR Ibnu Mundih dan Nasa’i)
4. Dan lain-lain.
20. Dalil
”Tidak sempurna sholat seseorang sehingga ia bertakbir,
bertahmid dan menyanjungNya serta membaca ayat-ayat alQur’an yang dihapal.” (HR Bukhari dan Muslim).
21. Ta’awudz / Isti’adzah
”A’udzubillahi minasyaithonirrojim min hamazihi wanafkhihi
wanafatsihi” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni & Hakim).
”A’udzubillahis-samii’il’alim minasy- syaithoonirrojim”
(HR Abu Daud, Tirmidzi & Ahmad).
23. Al Fatihah - Tartil
”Tidak sah sholat seseorang apabila belum
membaca surah al-Faatihah. (HR Bukhari, Muslim
dan Baihaqi)
24. Makmum (Sirri)
”Adakah tadi kalian mengikutiku membaca al-Qur’an dengan
suara keras?” Seseorang menjawab ”Aku wahai Rasulullah”
Nabi SAW berkata ”Kenapa ada yang membaca demikian
sehingga mengganggu bacaanku?” Abu Hurairah berkata ”Maka
para sahabat berhenti membaca al- Qur’an dengan keras dalam
sholat dimana Rasulullah mengeraskan bacaannya ketika
mereka mendengar teguran dari Rasulullah.”
(HR Malik, Humaidi, Abu Daud dan Bukhari).
25. Asbabun Nuzul QS 7:204
Dan apabila dibacakan Al Quran, maka
dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan
tenang agar kamu mendapat rahmat
26. Dalil
”Sesungguhnya dijadikannya imam itu agar diikuti oleh makmum,
maka apabila mengucapkan takbir, ikutilah mengucapkan takbir.
Janganlah membaca al- Qur’an, diam dan dengarkanlah.” (HR
Abu Daud, Muslim & Abu Uwanah).
”Barang siapa yang sholat bermakmum maka bacaan imam
adalah menjadi bacaannya juga.”
(HR Daruquthni, Ibnu Majah & Ahmad).
*Ini untuk sholat-sholat yang jahriyah (imam mengeraskan bacaannya).
27. 2 Rakaat Awal
Jabir berkata ”Kami membaca al- Faatihah dan
surah al-Qur’an pada sholat Dzuhur dan Ashar
dibelakang imam pada dua rakaat pertama,
sedangkan pada dua rakaat berikutnya membaca
al-Faatihah (saja).” (Riwayat Ibnu Majah).
28. Aamiin
-Apabila imam sholat mengucapkan ”Ghoiril
maghdhuubi’alaihim waladh dhooliin” maka katakanlah
”Aamiin”.
-Bahwa jika seorang imam sholat mengucapkan amin, maka
ikutilah dengan mengucapkan amin. Apabila ucapan amin itu
bersama dengan ucapan malaikat, niscaya dosa-dosanya akan
diampuni.” (HR Bukhari, Muslim & Nasa’i).
29. Dalil
”Tidak ada suatu yang paling menjadikan orangorang Yahudi iri kepada kalian kecuali ucapan
salam dan aamiin (dibelakang imam).”
(HR Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad).
30. Membaca Surat Al Qur’an
Setelah membaca al-Faatihah, Rasulullah SAW
membaca surah lainnya. Surah panjang kadang
surah pendek karena suatu penyebab seperti sedang
dalam perjalanan, sakit batuk atau sakit lainnya. Atau
mendengar tangis anak kecil sebagaimana yang
disebutkan oleh Anas bin Malik rodiAllohu ‘anhu.
31. Kondisional
”Wahai Rasulullah dia telah sholat yang lama
denganmu. Lalu ia pulang dan mengimami kami dengan
lama”. Rasulullah menjawab ”Wahai Mu’adz akankah
engkau membuat fitnah?” Rasulullah bertanya kepada
anak muda itu ”Apa yang engkau lakukan dalam
sholatmu?” Ia menjawab ”Aku membaca al-Faatihah,
lalu berdoa memohon surga kepada Allah, dan
berlindung dari siksa neraka.
(HR Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ahmad, Abu Daud, Bukhari & Muslim)
32. Sholat Jahriyah
Pada sholat Suhubh dan pada rakaat pertama dan kedua pada
sholat Maghrib dan ’Isya, Rasulullah SAW membaca alFaatihah dan surah lainnya dengan suara keras. Sedangkna
pada sholat Dzuhur dan Ashar Beliau SAW membacanya
dengan tanpa suara. Demikian penjelasan Bukhari dan Abu
Daud.
Juga sholat Jum’at , ’Idul Fitri, ’Idul Adha, Istisqo’ dan sholat
Kusuf (gerhana).
33. Khotimah
Do your best, Be the best,
Allah will take care of the rest
Doddy Al Jambary 0816 884 844
2ABED4A6 jambary67@gmail.com
slideshare.net/Aljambary
www.cordova.co.id
َ幔 َِ ِدْ َك幔 َِ َك幔
وبحمدك
ّ َ َو ّ َّمُ َو幔 َ幔 َ幔 َّْمُ ِد
سبحنانك الَلهَم
َ幔َنت幔 َ إ َكِل َو ّ أ幔َ إله幔 َن ل幔 َشهد أ幔 أ
ِْد
َِ َّمُ ِدْ َك幔 ِْد
َ幔 َ幔 َُ َّمُ ِدْ َّم幔 َ幔 َُ ِدْ َكِ َّم幔 ِْد
َتوب إ َكِليِدْك幔 َستغفرك وأ幔أ
Editor's Notes
[83]. Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Ibnu Umar membacakan ayat ini (S. 2: 115) kemudian menjelaskan peristiwanya sebagai berikut. Ketika Rasulullah SAW dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah shalat sunnat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya.
(Diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i yang bersumber dari Ibnu Umar.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat faainama tuwallu ... sampai dengan akhir ayat (S. 2: 115) membolehkan kita shalat sunnat di atas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraan.
(Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Umar. Hadits ini shahih menurut riwayat Muslim, terutama isnadnya. Catatan: Sebagian ulama menganggap bahwa riwayat tersebut cukup kuat, walaupun sebab turunnya itu tidak jelas, yaitu dengan kata-kata "Turunnya ayat tersebut dalam masalah anu." Kedudukan kalimat seperti ini, kadang-kadang dianggap sebagai turunnya ayat)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika Rasullah SAW hijrah ke Madinah, diperintahkan oleh Allah SWT untuk menghadap ke Baitil Maqdis di waktu shalat. Maka gembiralah kaum Yahudi. Rasulullah SAW melaksanakan perintah itu beberapa belas bulan lamanya, tetapi dalam hatinya tetap ingin menghadap ke qiblatnya Nabi Ibrahim AS (Mekkah). Beliau selalu berdoa kepada Allah sambil menghadapkan muka ke langit; menantikan turunnya wahyu. Maka turunlah ayat "qad nara taqalluba wajhika fis-sama-i sampai akhir ayat." (S. 2: 144). Kaum Yahudi menjadi bimbang karena turunnya ayat itu (S. 2. 144), sehingga mereka berkata: "Apa yang menyebabkan mereka membelok dari qiblat yang mereka hadapi selama ini?" Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 115) sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari 'Ali bin Abi Thalhah yang bersumber dari Ibnu Abbas. Isnadnya kuat, dan artinya pun membantu menguatkannya, sehingga dapat dijadikan dasar turunnya ayat tersebut.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada suatu gelap gulita, dalam suatu perjalanan bersama Rasulullah SAW mereka (para perawi Hadits) tidak mengetahui arah qiblat. Mereka shalat ke arah hasil ijtihad masing-masing. Keesokan harinya mereka kemukakan hal itu kepada Rasulullah SAW. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 115).
Hadits ini dla'if, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan ad-Daraquthni dari Asy'ats as-Samman dari 'Ashi bin Abdillah, dari Abdullah bin 'amir bin Rabiah yang bersumber dari bapaknya. Menurut Tirmidzi, riwayat ini gharib (Hadits dikatakan gharib, apabila diriwayatkan oleh seorang lainnya, dan seterusnya dengan satu sanad) dan As'ats didlaifkan didalam meriwayatkan Hadits ini.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah SAW mengutus suatu pasukan perang (termasuk di antaranya Jabir). Pada suatu waktu yang gelap-gulita, mereka tidak mengetahui arah qiblat. Berkatalah segolongan dari mereka: "Kami tahu arah qiblat, yaitu arah ini (sambil menunjuk ke arah Utara)". Mereka shalat dan membuat garis sesuai dengan arah mereka shalat tadi. Segolongan lainnya berkata. "Qiblat itu ini (sambil menunjuk ke arah Selatan)." Mereka shalat dan membuat garis sesuai dengan arah shalat mereka. Keesokan harinya setelah matahari terbit, garis-garisan itu tidak menunjukkan arah qiblat yang sebenarnya. Sesampainya ke Madinah, bertanyalah mereka kepada Rasulullah SAW tentang hal itu. Beliau terdiam. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 115) sebagai penjelasan atas peristiwa tersebut.
(Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni dan Ibnu Marduwaih dari al-'Arzami, yang bersumber dari Jabir.)
Menurut riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah SAW mengirimkan suatu pasukan perang. Mereka diliputi kabut yang tebal, sehingga tidak mengetahui arah qiblat. Kemudian mereka shalat. Ternyata setelah terbit matahari, shalatnya tidak menghadap qiblat. Setibanya kepada Rasulullah SAW mereka menceritakan hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 115) yang membenarkan ijtihad meeka.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang menerima dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah SAW bersabda. "Saudaramu, raja Najasyi, telah wafat (Dalam tarikh disebutkan bahwa raja Najasyi wafat setelah masuk Islam). Shalatlah untuknya". Para shahabat bertanya. "Apakah kita boleh shalat untuk bukan Muslim?" Maka turunlah surat Ali 'Imran ayat 199. Para shahabat berkata lagi: "Sebenarnya raja Najasyi itu tidak shalat menghadap qiblat." Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 115) yang menjelaskan bahwa raja Najasyi telah menunakan ibadatnya berdasarkan ketentuan pada waktu itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang besumber dari Qatadah. Riwayat ini sangat gharib, mursal karena rawinya tidak menerima melalui shahabat atau mu'dlal karena rawinya di tengah sanadnya terputus karena gugur 2 orang rawi yang berdekatan.)
Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dan Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukan sholat menjelang datang ajalnya sambil duduk. Dalam kesempatan lain Beliau melakukan sholat sambil duduk, yaitu ketika dalam keadaan sakit. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengikutinya sambil berdiri. Lalu Rasulullah SAW memberikan isyarat agar mereka duduk, maka merekapun duduk.
567 HR Bukhari & Nasa’i
8 HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi.
9 HR Bukhari & Abu Daud
11 HR Abu Daud, Nasa’I dan Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang benar dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
12 HR Malik, Bukhari dan Abu ‘Uwanah.13 HR Nasa’I dan Daruquthni dengan sanadnya yang sahih.14 HR Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah.
(Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan yang terkutuk dari semburannya, kesombongannya, dan embusannya)
(Aku berlindung kepada Alloh Yang Mahamendengan lagi Mahamengetahui dari godaan setan yang terkutuk)
(Mereka membaca tanpa suara pada sholat dimana imam tidak mengeraskan bacaan)
(Sesungguhnya malaikat berkata ”Amin” dan imampun mengucapkan ”Amin”)
”Wahai Rasulullah dia telah sholat yang lama denganmu. Lalu ia pulang dan mengimami kami dengan lama”. Rasulullah menjawab ”Wahai Mu’adz akankah engaku membuat fitnah?” Rasulullah bertanya kepada anak muda itu ”Apa yang engkau lakukan dalam sholatmu?” Ia menjawab ”Aku membaca al-Faatihah, lalu berdoa memohon surga kepada Allah, dan berlindung dari siksa neraka. Aku tidak tahu apa yang engaku baca dengan suara lirih dan yang dibaca Mu’adz” Nabi menyahut ”Aku dan Mu’adz seperti ini (telunjuk dan jari tengah).” Anak muda itu berkata ”Akan tetapi Mu’adz akan tahu kalau musuh datang, sedangkan mereka telah diberitahu bahwa musuh telah datang di tempat mereka.” Orang yang meriwayatkan hadits ini berkata ”Kaum tersebut kemudian datang menyerang dan anak muda itu gugur sebagai syahid. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’adz ”Setelah peristiwa itu bagaimana kamu dengan orang yang mengadukanmu kepadaku?” Mu’adz menjawab ”Wahai Rasulullah, Allah Mahabenar dan saya keliru. Anak muda itu telah gugur sebagai syahid.” (HR Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ahmad, Abu Daud, Bukhari & Muslim)
Pada sholat Suhubh dan pada rakaat pertama dan kedua pada sholat Maghrib dan ’Isya, Rasulullah SAW membaca al-Faatihah dan surah lainnya dengan suara keras. Sedangkna pada sholat Dzuhur dan Ashar Beliau SAW membacanya dengan tanpa suara. Para sahabat mengetahui apa yang dibaca oleh Rasulullah SAW dalam sholat-sholat yang tanpa suara dari gerakan jenggotnya dan terkadang Nabi SAW sendiri memperdengarkan bacaannya. Demikian penjelasan Bukhari dan Abu Daud.
Beliau SAW juga membaca dengan mengangkat (mengeraskan) suara pada sholat Jum’at , ’Idul Fitri, ’Idul Adha, Istisqa’ (sholat meminta hujan), dan sholat Kusuf (gerhana).