SlideShare a Scribd company logo
Hukum Seputar Shaff dalam Shalat Berjama'ah
Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 11.50
Label: Fiqh
Menyusun shaff
Hadits dari Abu Mas’ud, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan bahwa beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫َل‬‫ي‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫َل‬‫ي‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ‫َى‬‫ه‬ُّ‫َالن‬‫و‬ ِ‫م‬‫ال‬ْ‫ح‬َ ْ‫اْل‬ ‫و‬ُ‫ول‬ُ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫ِي‬‫ن‬ِ‫ل‬َ‫ي‬ِ‫ل‬
“Hendaklah yang ada di belakangku (shaf pertama bagian tengah belakang imam) adalah
kalangan orang dewasa yang berilmu. Kemudian diikuti oleh mereka yang lebih rendah
keilmuannya. Kemudian diikuti lagi oleh kalangan yang lebih rendah keilmuannya” [HR.
Muslim no. 432].
Hadits ini mengandung faedah bahwa menyusun shaf sesuai dengan urutan keutamaan di
belakang imam. Hendaknya di belakang imam adalah orang-orang yang lebih faqih di
bidang agama dan lebih bagus hafalan/bacaannya dalam Al-Qur’an dibandingkan yang
lain; sebagaimana imam dipilih berdasarkan yang demikian1[1]. Hal tersebut
1[1] Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam telah bersabda :
”‫فإن‬ ،‫هجرة‬ ‫فأقدمهم‬ ً‫ء‬‫سوا‬ ‫السنة‬ ‫في‬ ‫كانوا‬ ‫فإن‬ ،‫بالسنة‬ ‫فأعلمهم‬ ‫سواء‬ ‫القراءة‬ ‫في‬ ‫كانوا‬ ‫فإن‬ ‫هللا‬ ‫لكتاب‬ ‫أقرؤهم‬ ‫القوم‬ ‫يؤم‬
ً‫سلما‬ ‫فأقدمهم‬ ً‫ء‬‫سوا‬ ‫الهجرة‬ ‫في‬ ‫كانوا‬–‫رواية‬ ‫وفي‬-‫سلطانه‬ ‫في‬ َ‫ل‬‫ج‬َّ‫ر‬‫ال‬ ُ‫جل‬َّ‫ر‬‫ال‬ َّ‫ن‬ّ‫م‬‫يؤ‬ ‫وال‬ ً‫ا‬ّ‫ن‬‫س‬‫ِه‬‫ت‬َ‫م‬ِ‫ر‬ْ‫تك‬ ‫على‬ ‫بيته‬ ‫في‬ ‫يقعد‬ ‫وال‬
‫بإذنه‬ ‫إال‬.“:‫لفظ‬ ‫وفي‬”...ً‫ء‬‫سوا‬ ‫قراءتهم‬ ‫كانت‬ ‫فإن‬ ،‫قراءة‬ ‫وأقدمهم‬ ‫هللا‬ ‫لكتاب‬ ‫أقرؤهم‬ ‫القوم‬ ‫يؤم‬“
”Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan Al-
Qur’annya. Kalau dalam Al-Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang
Sunnah. Kalau dalam Sunnah juga sama, maka dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam
berhijrah sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam”. Dalam riwayat lain : ”.....yang paling tua
usianya”. Janganlah seseorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasannya, dan janganlah
ia duduk di rumah orang lain di tempat duduk khusus/kehormatan untuk tuan rumah tersebut tanpa
ijin darinya”.
mengandung hikmah bahwa bila sewaktu-waktu imam lupa/salah dalam bacaan Al-
Qur’an, makmum dapat mengingatkannya. Atau sewaktu-waktu imam ada udzur syar’i
(misal batal, sakit, dan lain-lain) sehingga imam tidak bisa meneruskan shalatnya, maka
orang yang di belakangnyalah yang akan maju menggantikan dan meneruskan imam
sebelumnya memimpin shalat berjama’ah.2[2]
Meluruskan dan merapatkan shaff
1. Hadist An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
‫ا‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ َ‫ح‬‫َا‬‫د‬ِ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫َا‬‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ي‬ِّ‫و‬ َ‫س‬ُ‫ي‬ ‫َا‬‫م‬َّ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ْ‫ي‬ِّ‫و‬ َ‫س‬ُ‫ي‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َّ‫م‬ُ‫ث‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ق‬َ‫ع‬ ْ‫د‬َ‫ق‬
ُ‫ر‬ِّ‫ب‬َ‫ك‬ُ‫ي‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ً‫ما‬ْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫خ‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ُ‫هللا‬ َّ‫ن‬َ‫ف‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫خ‬ُ‫ي‬َ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ َّ‫ن‬ُ‫و‬ َ‫س‬ُ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫هللا‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِّ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ر‬ ْ‫َد‬‫ص‬ ً‫يا‬ِ‫د‬‫َا‬‫ب‬ ً‫ال‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ن‬
ْ‫م‬ُ‫ِك‬‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ج‬ُ‫و‬
Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam meluruskan shaf-shaf kami (para
shahabat) seolah-olah beliau meluruskan ‘qadah’ 3[3] sehingga beliau yakin bahwa kami
telah menyadari kewajiban kami (untuk meluruskan shaf). Suatu hari, ketika beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam sudah hendak takbir, tiba-tiba beliau melihat salah seorang
diantara kami membusungkan dadanya ke depan melebihi shaf. Maka beliau bersabda :
Dan dalam lafadh yang lain : ”Satu kaum diimami oleh orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an
di antara mereka dan yang paling berpengalaman membacanya. Kalau bacaan mereka sama....
(sama seperti lafadh sebelumnya). [HR. Muslim no. 673].
2[2] Caranya adalah : Imam yang udzur atau batal shalatnya tersebut memegang tangan s alah
seorang makmum di belakangnya yang menurutnya pantas untuk maju menggantikannya sebagai
imam shalat. Dasarnya adalah atsar ‘Amru bin Maimun yang menceritakan :
‫أن‬ ‫إال‬ ‫هو‬ ‫فما‬ ......، ‫أصيب‬ ‫غداة‬ ‫عباس‬ ‫بن‬ ‫هللا‬ ‫عبد‬ ‫إال‬ )‫الخطاب‬ ‫بن‬ ‫(عمر‬ ‫بينه‬ ‫بيني‬ ‫ما‬ ‫لقائم‬ ‫إني‬‫أو‬ ‫قتلني‬ :‫يقول‬ ‫فسمعته‬ ‫ر‬َّ‫ب‬‫ك‬
‫خفيفة‬ ‫صالة‬ ‫الرحمن‬ ‫عبد‬ ‫بهم‬ ‫فصلى‬ .....،‫مه‬َّ‫د‬‫فق‬ ‫عوف‬ ‫بن‬ ‫الرحمن‬ ‫عبد‬ ‫يد‬ ‫عمر‬ ‫وتناول‬ ....،‫طعنه‬ ‫حين‬ ‫الكلب‬ ‫أكلني‬
”Aku ketika itu sedang berdiri, sementara antara aku dengannya (yaitu ’Umar bin Al-Khaththab)
hanya ada ’Abdullah bin ’Abbas - pada hari ketika beliau tertikam. Saat itu ’Umar hanya bertakbir
dan aku mendengarnya berkata : ”Aku dibunuh atau aku dimakan oleh anjing” ; yaitu ketika beliau
tertikam. ’Umar segera memegang tangan ’Abdurrahman bin ’Auf dan mengajukannya sebagai
imam. ’Abdurrahman langsung shalat mengimamijama’ah secara ringkas” [HR. Al-Bukhari no.3497
dengan peringkasan].
Asy-Syaukani menjelaskan : ”Dalam hal itu ada indikasi yang membolehkan seorang imam
mengambil pengganti ketika ia berhalangan sehingga tindakan itu harus diambil. Karena para
shahabat membenarkan tindakan ’Umar dan tidak ada yang menyalahkannya, sehingga menjadi
ijma’. Demikian juga tindakan serupa dilakukan oleh ’Ali dan para shahabat juga membenarkannya”
[Nailul-Authaar 2/416].
3[3] Kayu untuk anak panah ketika dipahat dan diasah menjadi anak panah.
“Hendaknya kalian meluruskan shaf-shaf kalian, kalau tidak Allah akan menjadikan wajah-
wajah kalian saling berselisih” [HR. Muslim no. 436].
2. Hadits Anas bin Malik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasalam :
ِ‫م‬ ِّ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬ ْ‫س‬َ‫ت‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ : ٍ‫ظ‬ْ‫ف‬َ‫ل‬ ْ‫ِي‬‫ف‬َ‫و‬( .ِ‫ة‬‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫إ‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ِ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُّ‫الص‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬ ْ‫س‬َ‫ت‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُّ‫و‬ َ‫س‬)ِ‫ة‬‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ ِ‫م‬‫َا‬‫م‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬
“Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf-shaf termasuk menegakkan shalat
(berjama’ah)”. Dan dalam lafadh lain : “…karena meluruskan shaf termasuk
kesempurnaan shalat (berjama’ah)” [HR. Al-Bukhari no. 690 dan Muslim no. 433].
3. Hadits An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
ْ‫ي‬ِ‫ق‬ُ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫هللا‬َ‫و‬ ً‫الثا‬َ‫ث‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ه‬ْ‫َج‬‫و‬ِ‫ب‬ ِ‫س‬‫ا‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬َ‫ب‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ْ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ َّ‫ن‬ُ‫م‬
َ‫ل‬ُ‫ج‬َّ‫ر‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ُ‫هللا‬ َّ‫ن‬َ‫ف‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫خ‬ُ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ع‬َ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ب‬ ْ‫ع‬َ‫َك‬‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ِ‫ح‬‫َا‬‫ص‬ ِ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ُك‬‫ر‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ب‬ْ‫ُك‬‫ر‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ِ‫ح‬‫َا‬‫ص‬ ِ‫ب‬ِ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ب‬ِ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫م‬ ُ‫ق‬ِ‫ز‬ْ‫ل‬ُ‫ي‬
Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam pernah menghadap ke arah jama’ah shalat dan
bersabda : “Tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian.
Demi Allah, bila kalian tidak menegakkan shaf kalian, maka Allah akan mencerai-beraikan
hati kalian”. An-Nu’man berkata : “Aku saksikan sendiri seorang laki-laki menempe lkan
bahunya dengan bahu temannya, lututnya dengan lutut temannya, dan mata kakinya
dengan mata kaki temannya” [HR. Abu Dawud no. 662 dengan sanad shahih]
4. Atsar dari Nafi’ Maula Ibni ‘Umar bahwasannya ia menceritakan :
‫اعتدلت‬ ‫قد‬ ‫الصفوف‬ ‫أن‬ ‫فيخبره‬ ‫يأتيه‬ ‫حتى‬ ‫يكبر‬ ‫ال‬ ‫ثم‬ ‫الصفوف‬ ‫يقوم‬ ‫رجال‬ ‫يبعث‬ ‫عمر‬ ‫كان‬
”Adalah ’Umar (bin Al-Khaththab) radliyallaahu ’anhu menugaskan seseorang untuk
mengatur shaff-shaff. Tidaklah ’Umar mulai bertakbir hingga ia (orang yang ditugaskan
tersebut) kembali dan mengkhabarkan bahwasannya shaff-shaff telah lurus”
[Diriwayatkan oleh ’Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf no. 2437 dan 2439].
Hadits di atas mengandung faedah diantaranya :
- Disunnahkannya meluruskan shaff dalam shalat berjama’ah, bahkan banyak di antara
ulama yang mengatakannya wajib. Hendaknya para jama’ah benar-benar
memperhatikannya dengan memperhatikan kanan kirinya, mengatur diri, dan saling
mengingatkan jama’ah lain, sehingga shaf dapat menjadi benar-benar lurus dari awal
sampai akhir shalat.
- Termasuk kesempurnaan shaff shalat berjama’ah adalah dengan merapatkannya dengan
tidak membiarkan ruang-ruang yang longgar/sela antar jama’ah. Caranya adalah dengan
menempelkan bahu dengan bahu dan mata kaki dengan mata kaki antar
jama’ah/makmum sebagaimana hadits Nu’man bin Basyir di atas. Jangan ada perasaan
risih karena tertempelnya badan saudara kita dengan badan kita. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ن‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ار‬َ‫ي‬ِ‫خ‬ِ‫ة‬‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ب‬ِ‫ك‬‫َا‬‫ن‬
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempunyai bahu paling lembut di dalam shalat” [HR. Abu
Dawud no. 623; shahih lighairihi].
Maksud hadits ini adalah bahwa salah satu katagori orang yang paling baik adalah orang
yang ketika berada di dalam shaff, kemudian ada orang lain yang memegang bahunya
untuk menyempurnakan (merapatkan dan meluruskan) shaff, ia akan tunduk dengan hati
yang ikhlash lagi lapang tanpa ada pembangkangan [lihat selengkapnya dalam Badzlul-
Majhuud 4/338 dan Ma’alimus-Sunan 1/184].
- Hendaknya imam memperhatikan keadaan para jama’ahnya dengan selalu mengingatkan
agar shaff selalu lurus dan rapat. Menjadi satu “keharusan” bagi seorang imam sebelum
memulai shalat untuk mengatur shaff jama’ah. Tidak cukup bagi imam hanya mengatakan
[sawwuu shufuufakum dst. “......ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ ُّ‫و‬َ‫س‬]. Tapi harus diikuti dengan mengingatkan dan
memeriksa keadaan shaf jama’ahnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam. Imam bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya (yaitu
jama’ah/makmum). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ِ‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌ‫ل‬‫و‬ُ‫ؤ‬ ْ‫َس‬‫م‬َ‫و‬ ٍ‫اع‬َ‫ر‬ ُ‫م‬‫َا‬‫م‬ِ ْ‫ْل‬َ‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌ‫ل‬‫و‬ُ‫ؤ‬ ْ‫َس‬‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬
ُّ
‫ل‬ُ‫َك‬‫و‬ ٍ‫اع‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬
ُّ
‫ل‬ُ‫ك‬
“Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan
seorang imam adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya” [HR.
Bukhari no. 853].
- Bolehnya seorang imam menugaskan seseorang atau lebih untuk mengatur shaff-shaff
shalat agar lurus dan rapat.
Sangat dianjurkan menyambung shaff dan mengisi shaff yang lowong.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
َ‫ر‬َ‫د‬ ‫َا‬‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫هللا‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫ف‬َ‫ر‬ ً‫َة‬‫ج‬ْ‫ر‬ُ‫ف‬ َّ‫د‬ َ‫س‬ ْ‫َن‬‫م‬َ‫و‬ َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُّ‫الص‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ِ‫ص‬َ‫ي‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫و‬
ُّ
‫َل‬‫ص‬ُ‫ي‬ ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ِك‬‫ئ‬‫َال‬‫م‬َ‫و‬ َ‫هللا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ً‫َة‬‫ج‬
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu mendoakan orang-orang yang
menyambung shaf-shaf dalam shalat. Siapa saja yang mengisi bagian shaff yang lowong,
akan diangkat derajatnya oleh Allah satu tingkat” [HR. Ibnu Majah no. 995; shahih
lighairihi].
Termasuk hal yang diperbolehkan dalam hal ini adalah seorang makmum maju mengisi
shaff yang lowong/kosong yang ada di depannya (yang mungkin disebabkan makmum
yang ada di shaff di depannya batal meninggalkan shaff) ketika shalat berjama’ah sedang
berlangsung.4[4]
4[4] Dalilnya adalah hadits Sahl bin Sa’d As-Saa’idy radliyallaahu ‘anhu :
Shaff pertama adalah shaff yang paling baik
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
َ‫ت‬ ْ‫س‬ َ‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫م‬ِ‫ه‬َ‫ت‬ ْ‫َس‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫د‬ِ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ِ‫ل‬َّ‫و‬َ ْ‫اْل‬ ِّ‫ف‬َّ‫ص‬‫َال‬‫و‬ ِ‫ء‬‫َا‬‫د‬ِّ‫ن‬‫ال‬ ‫ِي‬‫ف‬ ‫َا‬‫م‬ ُ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫م‬َ‫ل‬ ْ‫َع‬‫ي‬ ْ‫و‬َ‫ل‬... ‫وا‬ُ‫م‬َ‫ه‬
“Seandainya manusia mengetahui pahala dari adzan dan shalat jama’ah di shaff pertama,
dan itu hanya bisa mereka dapatkan dengan berundi, maka pasti mereka berundi” [HR.
Al-Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437].
‫َا‬‫ه‬ُ‫ل‬َّ‫و‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ر‬ َ‫َش‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ر‬ِ‫خ‬‫آ‬ ِ‫ء‬‫ا‬ َ‫س‬ِّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ف‬‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ر‬ِ‫خ‬‫آ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ر‬ َ‫َش‬‫و‬ ‫َا‬‫ه‬ُ‫ل‬َّ‫و‬َ‫أ‬ ِ‫ل‬‫َا‬‫ج‬ِّ‫ر‬‫ال‬ ِ‫ف‬‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬
‫فقال‬ ‫بكر‬ ‫أبي‬ ‫إلى‬ ‫المؤذن‬ ‫فجاء‬ ‫الصالة‬ ‫فحانت‬ ‫بينهم‬ ‫ليصلح‬ ‫عوف‬ ‫بن‬ ‫عمرو‬ ‫بني‬ ‫إلى‬ ‫ذهب‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫أن‬
‫بالناس‬ ‫أتصلي‬‫وقف‬ ‫حتى‬ ‫فتخلص‬ ‫الصالة‬ ‫في‬ ‫والناس‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فجاء‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫فصلى‬ ‫قال‬ ‫نعم‬ ‫قال‬ ‫فأقيم‬
‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فرأى‬ ‫التفت‬ ‫التصفيق‬ ‫الناس‬ ‫أكثر‬ ‫فلما‬ ‫الصالة‬ ‫في‬ ‫يلتفت‬ ‫ال‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫وكان‬ ‫الناس‬ ‫فصفق‬ ‫الصف‬ ‫في‬
‫ام‬ ‫أن‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫إليه‬ ‫فأشار‬ ‫وسلم‬‫رسول‬ ‫به‬ ‫أمره‬ ‫ما‬ ‫على‬ ‫وجل‬ ‫عز‬ ‫هللا‬ ‫فحمد‬ ‫يديه‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫فرفع‬ ‫مكانك‬ ‫كث‬
‫ثم‬ ‫فصلى‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبي‬ ‫وتقدم‬ ‫الصف‬ ‫في‬ ‫استوى‬ ‫حتى‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫استأخر‬ ‫ثم‬ ‫ذلك‬ ‫من‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬
‫يص‬ ‫أن‬ ‫قحافة‬ ‫أبي‬ ‫البن‬ ‫كان‬ ‫ما‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫قال‬ ‫أمرتك‬ ‫إذ‬ ‫تثبت‬ ‫أن‬ ‫منعك‬ ‫ما‬ ‫بكر‬ ‫أبا‬ ‫يا‬ ‫فقال‬ ‫انصرف‬‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫يدي‬ ‫بين‬ ‫لي‬
‫إذا‬ ‫فإنه‬ ‫فليسبح‬ ‫صالته‬ ‫في‬ ‫شيء‬ ‫نابه‬ ‫من‬ ‫التصفيق‬ ‫أكثرتم‬ ‫رأيتكم‬ ‫مالي‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬
‫للنساء‬ ‫التصفيح‬ ‫وإنما‬ ‫إليه‬ ‫التفت‬ ‫سبح‬
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah pergi ke Bani ‘Amru bin ‘Auf untuk
mendamaikan mereka. Datanglah waktu shalat, lalu muadzin datang menemui Abu Bakr
radliyallaahu ‘anhu dan berkata : “Maukah engkau shalat bersama manusia (dan menjadi imam) ?
Akan aku kumandangkan iqamat sekarang”. Abu Bakr menjawab : “Ya”. Maka Abu Bakr pun shalat
(dan menjadiimam bagimereka).Datanglah Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ketika manusia
sedang menunaikan shalatnya. Beliau mengendap ke depan hingga masuk ke shaff makmum. Para
makmum pun bertepuk tangan memberi isyarat, namun Abu Bakr tidak menoleh sedikitpun dalam
shalatnya.Ketika semakin banyak makmum yang bertepuk tangan,Abu Bakr pun akhirnya menoleh
dan melihat Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam
memberikan isyarat kepadanya agar tetap diam di tempatnya (menjadi imam shalat). Abu Bakr
mengangkat kedua tangannya, bertahmid kepada Allah ’azza wa jalla atas perintah Rasulullah
kepada dirinya tersebut. Namun ia tetap mundur dan masuk ke dalam shaff makmum (yang ada di
belakangnya). Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam pun maju menjadi imam. Ketika selesai, beliau
bersabda : ”Wahai Abu Bakr, apa yang menghalangimu untuk tetap berada di tempatmu
sebagaimana aku perintahkan ?”. Abu Bakr menjawab : ”Tidaklah pantas bagi seorang anak Abu
Quhafah shalat di depan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam” [HR. Bukhari no. 652 dan Muslim
no. 421].
Hadits di atas menunjukkan bolehnya seorang imam atau makmum untuk maju atau mundur dari
shaff karena satu sebab/keperluan dalam shalat.
“Sebaik-baik shaff bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek adalah
yang paling belakang. Adapun sebaik-baik shaff bagi wanita adalah yang paling belakang,
dan yang paling jelek adalah yang paling depan” [HR. Muslim no. 440].5[5]
Shaff bagian kanan lebih afdlal daripada shaff sebelah kiri.
Point ini khusus ditujukan bagi makmum secara umum yang bukan termasuk jajaran
orang-orang yang lebih berhak menempati posisi di belakang imam (yaitu makmum dari
kalangan ’alim dan faqih) sebagaimana dibahas di point 1. Dari Al-Barra’ bin ’Azib
radliyallaahu ’anhu ia berkata :
َ‫ب‬ ْ‫ق‬ُ‫ي‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ب‬َ‫ب‬ ْ‫ح‬ً‫أ‬ َ‫م‬َّ‫ل‬ َ‫َس‬‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ْ‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ف‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َّ‫َل‬‫ص‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ْ‫ِع‬‫م‬ َ‫س‬َ‫ف‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ‫ه‬ِ‫ه‬ْ‫َج‬‫و‬ِ‫ب‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ل‬ُ‫ه‬ُ‫ت‬
َ‫ك‬َ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ُ‫ع‬َ‫م‬ ْ‫ج‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ث‬َ‫ع‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫ك‬‫اب‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ْ‫ِي‬‫ن‬ِ‫ق‬ ِّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫َق‬‫ي‬
”Kami apabila shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam senang
menempati shaff di sebelah kanan. Beliau kemudian menghadap ke arah kami dan
bersabda : “Rabbi, peliharalah diriku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan
(mengumpulkan) ham-hamba-Mu” [HR. Muslim no. 709, Ibnu Majah no. 1006, dan Ibnu
Khuzaimah no. 1563-1565. Ini adalah lafadh Muslim].6[6]
5[5] Shaff paling baik bagi wanita adalah yang paling belakang ini berlaku ketika jama’ah bercampur
antara laki-laki dan perempuan. Namun jika jama’ah hanya terdiri dari kaum wanita saja, maka
shaff yang paling baik adalah yang terdepan sebagaimana keumuman hadits sebelumnya. Wallaahu
a’lam.
6[6] Tanbih !! Termasuk kesalahan imam adalah ketika ia memerintahkan makmum untuk
menyeimbangkan antara shaff yang sebelah kanan dengan shaff sebelah kiri ketika ia melihat para
jama’ah lebih memilih shaff sebelah kanan. Samahatusy-Syaikh ’Abdul-’Aziz bin Baaz mengatakan
:
‫أن‬ ‫حرج‬ ‫وال‬ ]‫الصف‬ ‫[اعدلوا‬ : ‫للناس‬ ‫يقال‬ ‫أن‬ ‫يشرع‬ ‫وال‬ ، ‫يساره‬ ‫من‬ ‫أفضل‬ ، ّ‫ف‬‫ص‬ ‫كل‬ ‫يمين‬ ‫أن‬ ‫على‬ ‫يدل‬ ‫ما‬ ‫النبي‬ ‫عن‬ ‫ثبت‬ ‫قد‬
‫مياسر‬ ‫عمر‬ ْ‫ن‬َ‫م‬(( : ‫حديث‬ ‫من‬ ‫بعضهم‬ ‫ذكره‬ ‫ما‬ ‫أما‬ . ‫الفضل‬ ‫تحصيل‬ ‫على‬ ً‫حرصا‬ ، ‫أكثر‬ ‫الصف‬ ‫يمين‬ ‫يكون‬))‫أجران‬ ‫فله‬ ، ‫الصفوف‬
‫وهللا‬ ، ‫إليه‬ ‫يسابقون‬ ‫ال‬ ‫أو‬ ، ‫الصف‬ ‫يمين‬ ‫على‬ ‫يحرصون‬ ‫ال‬ ‫الذين‬ ‫الكسالى‬ ‫بعض‬ ‫وضعه‬ ، ‫موضوع‬ ‫أنه‬ ‫اْلظهر‬ ‫و‬ !! ً‫ال‬‫أص‬ ‫له‬ ‫أعلم‬ ‫فال‬
‫السبيل‬ ‫سواء‬ ‫إلى‬ ‫الهادي‬
”Telah tetap dariNabi shallallaahu ’alaihi wasallam yang menunjukkan bahwasannya shaffdisebelah
kanan itu lebih afdlal (utama) dibandingkan sebelah kiri. Tidaklah disyari’atkan (bagi imam) untuk
mengatakan kepada makmum : ”Seimbangkanlah shaff”. Tidaklah mengapa jika makmum yang
berada di sebelah kanan shaff itu lebih banyak (dibandingkan sebelah kiri) karena menginginkan
keutamaannya. Adapun yang disebutkan oleh sebagian orang tentang hadits : ”Barangsiapa yang
mengisi shaff sebelah kiri, maka baginya dua pahala” . Aku tidak mengetahui darimana hadits ini
berasal. Bahkan hadits itu adalah hadits palsu, yang dipalsukan oleh sebagian orang-orang yang
malas yang tidak bersemangat atau bergegas mengisi shaff sebelah kanan. Hanya Allah sajalah
yang menunjukkan jalan yang benar” [Al-Fataawaa 1/61].
Berdirinya makmum sendirian di belakang shaff dapat menyebabkan shalatnya
(si makmum tersebut) tidak sah.
Dari Hadits Ali bin Syaiban radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam pernah melihat seorang laki-laki shalat bermakmum di belakang shaf, maka
beliau berhenti sampai laki-laki itu selesai shalat. Selanjutnya beliau shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
ِّ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬ َ‫ف‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ٍ‫د‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ِ‫ل‬ َ‫ة‬‫َال‬‫ص‬ ‫ال‬َ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫ت‬‫َال‬‫ص‬ ْ‫ل‬ِ‫ب‬ ْ‫َق‬‫ت‬ ْ‫اس‬
“Ulangi kembali shalatmu. Tidak sah shalat seorang yang yang bermakmum sendirian di
belakang shaf” [HR. Ahmad 4/23 no. 16340 dan Ibnu Majah no. 1003; dengan sanad
shahih].
Para ulama berbeda pendapat tentang permasalahan ini. Namun yang rajih, insya allah,
adalah pendapat yang mengatakan : “shalat tersebut tidak sah tanpa adanya udzur syar’i”.
Maksudnya : Bila shaff di depannya masih longgar atau tidak rapat sehingga masih
memungkinkan baginya masuk mengisi di shaff tersebut; namun dia malah memilih berdiri
sendirian di belakang shaf tersebut, maka shalatnya tidak sah. Namun bila shaf di
depannya telah penuh dan rapat sehingga tidak mungkin dia masuk mengisi di antara
shaf-shaf tersebut, maka shalatnya tetap sah. Wallaahu a’lam. 7[7]
Orang yang bermakmum sendirian berada sejajar satu shaff dengan imam.
Dari ’Abdullah bin ’Abbas radliyallaahu ’anhuma ia berkata :
ُّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫َك‬‫و‬ َ‫م‬َّ‫ل‬ َ‫َس‬‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ ِّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ج‬ْ‫و‬َ‫ز‬ ِ‫ث‬ِ‫ر‬‫َا‬‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫ت‬ْ‫ن‬ِ‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ن‬‫و‬ُ‫م‬ْ‫ي‬َ‫م‬ ‫ِي‬‫ت‬َ‫ال‬َ‫خ‬ ِ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ِي‬‫ف‬ ُّ‫ت‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬ َ‫َس‬‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬
ْ‫ال‬ َ‫م‬َّ‫ل‬ َ‫َس‬‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ ُّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ِي‬‫ف‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ٍِِ‫ت‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ك‬َ‫ر‬ َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ِ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫م‬ ‫إلى‬ َ‫ء‬‫َا‬‫ج‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫ء‬‫ا‬ َ‫ِش‬‫ع‬
َ‫س‬ ْ‫م‬َ‫خ‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ِي‬‫ن‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ر‬‫ا‬ َ‫َس‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ‫َا‬‫ه‬ُ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ش‬ُ‫ت‬ ٌُِ‫َة‬‫م‬ِ‫ل‬َ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫م‬ِّ‫ي‬َ‫ل‬ُ‫غ‬ْ‫ال‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ك‬َ‫ر‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ٍِِ‫ت‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ك‬َ‫ر‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬
ِ‫ة‬‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫لى‬ِ‫إ‬ َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫خ‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ُ‫ه‬َ‫ط‬ْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫خ‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ط‬ْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫غ‬ ُ‫ت‬ْ‫ِع‬‫م‬ َ‫س‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬
”Aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah bin Al-Harits, istri Nabi shallallaahu
’alaihi wasallam; dan ketika itu beliau berada di rumah bibi saya itu. Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam melakukan shalat ‘Isya’ (di masjid), kemudian beliau pulang, lalu beliau
mengerjakan shalat sunnah empat raka’at. Setelah itu beliau tidur, lalu beliau bangun dan
bertanya : “Apakah anak laki-laki itu (Ibnu ‘Abbas) sudah tidur ?” atau beliau
mengucapkan kalimat yang semakna dengan itu. Kemudian beliau berdiri untuk
melakukan shalat, lalu aku berdiri di sebelah kiri beliau untuk bermakmum. Akan tetapi
kemudian beliau menjadikanku berposisi di sebelah kanan beliau. Beliau shalat lima
7[7] Sebagai rujukan untuk muraja’ah, dapat dilihat kitab-kitab sebagai berikut : Al-Mughni (Ibnu
Qudamah) 3/49, Nailul-Authar (Asy-Syaukani) 2/429, Asy-Syarhul-Mumti’ (Al-‘Utsaimin), dan yang
lainnya.
raka’at, kemudian shalat lagi dua raka’at, kemudian beliau tidur. Aku mendengar suara
dengkurannya yang samar-samar. Tidak berapa lama kemudian beliau bangun, lalu pergi
ke masjid untuk melaksanakan shalat shubuh” [HR. Al-Bukhari no. 117, Muslim no. 763].
Muhammad bin Isma’il Ash-Shan’ani berkata : ”Kemudian perkataan Ibnu ‘Abbas : “Lalu
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadikanku (berposisi) di sebelah kanan beliau ”
jelas menunjukkan bahwa ia (Ibnu ‘Abbas) berdiri sejajar dengan beliau. Dan dalam lafadh
yang lain disebutkan (‫جنبه‬ ‫إلى‬ ‫)فقمت‬ = “Aku berdiri di samping beliau”. Dari sebagian
shahabat Asy-Syafi’i menyukai/menganjurkan agar makmum berdiri sedikit di belakang
(dari imam). Akan tetapi (hal itu terbantah) bahwasannya Ibnu Juraij telah
meriwayatkan/berkata : Kami bertanya kepada ‘Atha’ : Seorang laki-laki shalat
(berjama’ah) bersama seorang laki-laki (imam). Dimanakah posisi ia berdiri dari imam
tersebut ?”. ‘Atha’ menjawab : “Di sebelahnya”. Aku berkata : “Apakah ia berdiri sejajar
dengan imam sehingga berbaris ( = sebaris dengan imam), sehingga tidak ada selisih
antara imam dan makmum ?”. ‘Atha’ menjawab lagi : “Ya”. Aku berkata : “Apakah
tempatnya tidak jauh sehingga tidak ada selang antara keduanya ?”. Beliau menjawab :
“Ya”. Riwayat serupa (juga terdapat) dalam Al-Muwaththa’ dari ‘Umar dari hadits Ibnu
Mas’ud bahwasannya Ibnu Mas’ud satu shaff dengan ‘Umar dan ‘Umar menjadikan dia
sejajar dengan ‘Umar di sebelah kanannya. [Subulus-Salaam 2/44].8[8]
Menghindari tiang atau sesuatu lain dalam shaff (yang akan memutus
kebersambungan shaff).
8[8] Hal ini berlaku pada shalat wajib dan shalat sunnah secara umum yang antara makmum dan
imam sejenis (laki-laki semua atau wanita semua). Adapun jika imamnya laki-laki dan makmumnya
wanita, maka posisinya tetap sebagaimana biasa, yaitu imam di depan dan makmum di belakang.
Kaifiyah ini dikecualikan untuk shalat jenazah berjama’ah. Imam tetap berada di depan makmum,
berapapun jumlah makmum. Hal itu didasari oleh hadits ‘Abdullah bin Abi Thalhah disebutkan :
‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فأتاه‬ ‫توفي‬ ‫حين‬ ‫طلحة‬ ‫أبي‬ ‫بن‬ ‫عمير‬ ‫إلى‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫دعا‬ ‫طلحة‬ ‫أبا‬ ‫أن‬
‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فتقدم‬ ، ‫منزلهم‬ ‫في‬ ‫عليه‬ ‫فصلى‬‫يكن‬ ‫ولم‬ ، ‫طلحة‬ ‫أبي‬ ‫وراء‬ ‫سليم‬ ‫وأم‬ ‫وراءه‬ ‫طلحة‬ ‫أبو‬ ‫وكان‬ ، ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬
‫غيرهم‬ ‫معهم‬
“Bahwasannya Abu Thalhah pernah mengundang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
mendatangi ‘Umair bin Abi Thalhah pada saat itu ia meninggal dunia. Lalu Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam datang menshalatkannya di tempat tinggal mereka. Beliau shallallaahu ‘alaihi
wasallammaju sedang Abu Thalhah dibelakang beliau sertaUmmu Sulaim di belakang Abu Thalhah.
Dan tidak ada orang lain lagi bersama mereka” [HR. Hakim 1/365, Baihaqi 4/30 dan 31. Al-Hakim
berkata : “Hadits ini shahih sesuai syarat Asy-Syaikhaan”. Pernyataan ini disepakati oleh Adz-
Dzahabi. Akan tetapi perkataan Al-Hakim itu dibantah oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkaamul-
Janaaiz yang mengatakan : Hadits itu shahih hanya berdasarkan syarat Muslim saja].
Dari Mu’awiyyah bin Qurrah dari bapaknya radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
ِ‫ل‬ْ‫و‬‫س‬َ‫ر‬ ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ي‬ِ‫ر‬‫َا‬‫و‬ َّ‫الس‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َّ‫ف‬ُ‫ص‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َى‬‫ه‬ْ‫ن‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ً‫ْدا‬‫ر‬َ‫ط‬ ‫َا‬‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫د‬َ‫ر‬ْ‫ط‬ُ‫ن‬َ‫و‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ِ‫هللا‬
“Kami dilarang untuk berbaris di antara tiang-tiang di jaman Rasulullah dan kami
menyingkir darinya” (HR. Ibnu Majah no. 1002, Ibnu Khuzaimah no. 1567, dan Ibnu
Hibban no. 2219; dengan sanad shahih).
Dari Abdul Hamid bin Mahmud berkata :
َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬ ْ‫ر‬َّ‫خ‬َ‫َأ‬‫ت‬َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫َّم‬‫د‬َ‫ق‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ْ‫ي‬ِ‫ار‬ َ‫و‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ع‬ِ‫ف‬ُ‫د‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫َس‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ع‬َ‫م‬ ُ‫ت‬ْ‫ي‬َّ‫ل‬َ‫ص‬‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫سو‬ َ‫ر‬ ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ق‬َّ‫ت‬َ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫َس‬‫ن‬
“Aku shalat bersama Anas bin Malik, dan kami terdesak (berbaris) pada tiang-tiang masjid.
Sebagian di antara kami ada yang maju dan ada pula yang mundur. Maka Anas berkata :
‘Kami menghindari ini di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam” [HR. Abu Dawud
no. 673, Ibnu Khuzaimah no. 1568, Ibnu Hibban no. 2218, dan lain-lain; dengan sanad
shahih].
Hadits di atas menunjukkan bahwa shaff sebaiknya menghindari jalur yang ada tiangnya,
karena hal itu dapat memutuskan shaff. Hal ini dilakukan apabila memungkinkan, yaitu
masjidnya luas. Namun apabila sempit, maka tidak mengapa insya Allah.
***
Marilah kita membiasakan diri dan ‘memakmurkan’ sunnah-sunnah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam. Sebagai penutup bahasan, apa yang menjadi maksud penulisan risalah
singkat ini adalah sebagaimana dikatakan Nabi Hud dalam Al-Qur’an :
َ‫ال‬ْ‫ص‬ِ‫اإل‬ ّ‫ال‬ِ‫إ‬ ُ‫د‬‫ي‬ِ‫ر‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ُ‫ب‬‫ي‬ِ‫ن‬ُ‫أ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ّ‫ك‬َ‫َو‬‫ت‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ ّّ‫ا‬ِ‫ب‬ّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ي‬ِ‫ق‬‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫َو‬‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ َح‬
“Aku tidak bermaksud (kecuali) mendatangkan perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.
Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali” [QS. Huud
: 88].
Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ al-atsariy – bogor].

More Related Content

What's hot

Fiqih shalat
Fiqih shalatFiqih shalat
Fiqih shalat
Sugeng Septian
 
Anjuran shalat malam
Anjuran shalat malamAnjuran shalat malam
Anjuran shalat malam
Helmon Chan
 
Hadits hadits qudsi - muwaththa malik
Hadits hadits qudsi - muwaththa malikHadits hadits qudsi - muwaththa malik
Hadits hadits qudsi - muwaththa malik
Arifuddin Ali.
 
Tatacara Shalat
Tatacara ShalatTatacara Shalat
Tatacara Shalat
Arifuddin Ali.
 
Sholat 4 madzhab
Sholat 4 madzhabSholat 4 madzhab
Sholat 4 madzhab
Doddy Elzha Al Jambary
 
01. kitab permulaan wahyu
01. kitab permulaan wahyu01. kitab permulaan wahyu
01. kitab permulaan wahyu
Arifuddin Ali.
 
Surat utama Al-quran
Surat utama Al-quranSurat utama Al-quran
Surat utama Al-quran
Andi Anriansyah
 
Sifat shalat nabi 1
Sifat shalat nabi 1Sifat shalat nabi 1
Sifat shalat nabi 1
Doddy Elzha Al Jambary
 
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99
jamilatravel
 
Fiqih istisqo
Fiqih istisqoFiqih istisqo
Fiqih istisqo
agussarkawi
 
Shalat tarawih (bagian 1 3)
Shalat tarawih (bagian 1 3)Shalat tarawih (bagian 1 3)
Shalat tarawih (bagian 1 3)Muhsin Hariyanto
 
Sifat shalat nabi 3
Sifat shalat nabi 3Sifat shalat nabi 3
Sifat shalat nabi 3
Doddy Elzha Al Jambary
 
Ringkasan zaadul maad
Ringkasan zaadul maadRingkasan zaadul maad
Ringkasan zaadul maad
opi akbar
 
Hadis nabi, suatu pengantar
Hadis nabi, suatu pengantarHadis nabi, suatu pengantar
Hadis nabi, suatu pengantar
danang fajar
 
Materi pai kelas_7
Materi pai kelas_7Materi pai kelas_7
Materi pai kelas_7
miftaalamin23
 
Sifat shalat nabi 2
Sifat shalat nabi 2Sifat shalat nabi 2
Sifat shalat nabi 2
Doddy Elzha Al Jambary
 
Biografi umar bin khattab
Biografi umar bin khattabBiografi umar bin khattab
Biografi umar bin khattab
reriaraa
 
Bhan hadis palsu
Bhan hadis palsuBhan hadis palsu
Bhan hadis palsuMawar Pink
 

What's hot (19)

Fiqih shalat
Fiqih shalatFiqih shalat
Fiqih shalat
 
Anjuran shalat malam
Anjuran shalat malamAnjuran shalat malam
Anjuran shalat malam
 
Hadits hadits qudsi - muwaththa malik
Hadits hadits qudsi - muwaththa malikHadits hadits qudsi - muwaththa malik
Hadits hadits qudsi - muwaththa malik
 
Tatacara Shalat
Tatacara ShalatTatacara Shalat
Tatacara Shalat
 
Sholat 4 madzhab
Sholat 4 madzhabSholat 4 madzhab
Sholat 4 madzhab
 
01. kitab permulaan wahyu
01. kitab permulaan wahyu01. kitab permulaan wahyu
01. kitab permulaan wahyu
 
Surat utama Al-quran
Surat utama Al-quranSurat utama Al-quran
Surat utama Al-quran
 
Sifat shalat nabi 1
Sifat shalat nabi 1Sifat shalat nabi 1
Sifat shalat nabi 1
 
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99
 
Fiqih istisqo
Fiqih istisqoFiqih istisqo
Fiqih istisqo
 
Shalat tarawih (bagian 1 3)
Shalat tarawih (bagian 1 3)Shalat tarawih (bagian 1 3)
Shalat tarawih (bagian 1 3)
 
Sifat shalat nabi 3
Sifat shalat nabi 3Sifat shalat nabi 3
Sifat shalat nabi 3
 
Tuntunan doa shalat dari takbiratur ihram salam
Tuntunan doa shalat dari takbiratur ihram   salamTuntunan doa shalat dari takbiratur ihram   salam
Tuntunan doa shalat dari takbiratur ihram salam
 
Ringkasan zaadul maad
Ringkasan zaadul maadRingkasan zaadul maad
Ringkasan zaadul maad
 
Hadis nabi, suatu pengantar
Hadis nabi, suatu pengantarHadis nabi, suatu pengantar
Hadis nabi, suatu pengantar
 
Materi pai kelas_7
Materi pai kelas_7Materi pai kelas_7
Materi pai kelas_7
 
Sifat shalat nabi 2
Sifat shalat nabi 2Sifat shalat nabi 2
Sifat shalat nabi 2
 
Biografi umar bin khattab
Biografi umar bin khattabBiografi umar bin khattab
Biografi umar bin khattab
 
Bhan hadis palsu
Bhan hadis palsuBhan hadis palsu
Bhan hadis palsu
 

Similar to Hukum seputar shaff dalam shalat berjama

Tabarruk
TabarrukTabarruk
Tabarruk
nadhirah52
 
Khutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanKhutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurban
alfatfatoha
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Aswin Wyn
 
Sujud Tilawah, Sahwi & Syukur
Sujud Tilawah, Sahwi & SyukurSujud Tilawah, Sahwi & Syukur
Sujud Tilawah, Sahwi & Syukur
Doddy Elzha Al Jambary
 
Masbuq dalam shalat dan permasalahannya
Masbuq dalam shalat dan permasalahannyaMasbuq dalam shalat dan permasalahannya
Masbuq dalam shalat dan permasalahannyaAbyanuddin Salam
 
Hadi makalah pelatihan imam dan khatib
Hadi makalah pelatihan imam dan khatibHadi makalah pelatihan imam dan khatib
Hadi makalah pelatihan imam dan khatib
HadiSaputraPanggabea1
 
Kesalahan - kesalahan dalam shalat.pptx
Kesalahan - kesalahan dalam shalat.pptxKesalahan - kesalahan dalam shalat.pptx
Kesalahan - kesalahan dalam shalat.pptx
FarahZahrani1
 
tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah
aswajanu
 
Beberapa Kesalahan dalam shalat
Beberapa Kesalahan dalam shalatBeberapa Kesalahan dalam shalat
Beberapa Kesalahan dalam shalat
Illiyin Studio
 
Hukum edarkan kotak infak saat khutbah jum
Hukum edarkan kotak infak saat khutbah jumHukum edarkan kotak infak saat khutbah jum
Hukum edarkan kotak infak saat khutbah jumErman Hidayat
 
3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah
asni furoida
 
572214304.pdf
572214304.pdf572214304.pdf
572214304.pdf
sutrisnosmkesa
 
Bulughul-Maram-Shalat-08.pdf
Bulughul-Maram-Shalat-08.pdfBulughul-Maram-Shalat-08.pdf
Bulughul-Maram-Shalat-08.pdf
PaudAnNisaKelompokBe
 
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmiPembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Ade Kusnadi
 
1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat
Muhammad Luthfan
 
Mengenal shalat sunnah isyraq
Mengenal shalat sunnah isyraqMengenal shalat sunnah isyraq
Mengenal shalat sunnah isyraqMuhsin Hariyanto
 
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)
Hendri Syahrial
 
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat: Kita Lihat Pendapat Mazhab Syafi'e
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat: Kita Lihat Pendapat Mazhab Syafi'eBerzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat: Kita Lihat Pendapat Mazhab Syafi'e
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat: Kita Lihat Pendapat Mazhab Syafi'e
Muhammadska
 
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau KuatBerzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat
Media ShahAlam
 
Tata cara shalat.pptx
Tata cara shalat.pptxTata cara shalat.pptx
Tata cara shalat.pptx
WahyuNugroho672064
 

Similar to Hukum seputar shaff dalam shalat berjama (20)

Tabarruk
TabarrukTabarruk
Tabarruk
 
Khutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanKhutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurban
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
 
Sujud Tilawah, Sahwi & Syukur
Sujud Tilawah, Sahwi & SyukurSujud Tilawah, Sahwi & Syukur
Sujud Tilawah, Sahwi & Syukur
 
Masbuq dalam shalat dan permasalahannya
Masbuq dalam shalat dan permasalahannyaMasbuq dalam shalat dan permasalahannya
Masbuq dalam shalat dan permasalahannya
 
Hadi makalah pelatihan imam dan khatib
Hadi makalah pelatihan imam dan khatibHadi makalah pelatihan imam dan khatib
Hadi makalah pelatihan imam dan khatib
 
Kesalahan - kesalahan dalam shalat.pptx
Kesalahan - kesalahan dalam shalat.pptxKesalahan - kesalahan dalam shalat.pptx
Kesalahan - kesalahan dalam shalat.pptx
 
tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah
 
Beberapa Kesalahan dalam shalat
Beberapa Kesalahan dalam shalatBeberapa Kesalahan dalam shalat
Beberapa Kesalahan dalam shalat
 
Hukum edarkan kotak infak saat khutbah jum
Hukum edarkan kotak infak saat khutbah jumHukum edarkan kotak infak saat khutbah jum
Hukum edarkan kotak infak saat khutbah jum
 
3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah
 
572214304.pdf
572214304.pdf572214304.pdf
572214304.pdf
 
Bulughul-Maram-Shalat-08.pdf
Bulughul-Maram-Shalat-08.pdfBulughul-Maram-Shalat-08.pdf
Bulughul-Maram-Shalat-08.pdf
 
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmiPembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmi
 
1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat
 
Mengenal shalat sunnah isyraq
Mengenal shalat sunnah isyraqMengenal shalat sunnah isyraq
Mengenal shalat sunnah isyraq
 
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)
 
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat: Kita Lihat Pendapat Mazhab Syafi'e
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat: Kita Lihat Pendapat Mazhab Syafi'eBerzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat: Kita Lihat Pendapat Mazhab Syafi'e
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat: Kita Lihat Pendapat Mazhab Syafi'e
 
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau KuatBerzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat
Berzikir Dengan Suara Perlahan Atau Kuat
 
Tata cara shalat.pptx
Tata cara shalat.pptxTata cara shalat.pptx
Tata cara shalat.pptx
 

More from Al-Islami Caligrafi

Konde
KondeKonde
Penciptaan makhluk hidup dari tanah liat
Penciptaan makhluk hidup dari tanah liatPenciptaan makhluk hidup dari tanah liat
Penciptaan makhluk hidup dari tanah liat
Al-Islami Caligrafi
 
KEHANCURAN BUMI DAN ALAM (KIAMAT); Ngobar, 28 jan 2018
KEHANCURAN BUMI DAN ALAM (KIAMAT); Ngobar, 28 jan 2018KEHANCURAN BUMI DAN ALAM (KIAMAT); Ngobar, 28 jan 2018
KEHANCURAN BUMI DAN ALAM (KIAMAT); Ngobar, 28 jan 2018
Al-Islami Caligrafi
 
PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017
PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017
PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017
Al-Islami Caligrafi
 
Manasik haji & umroh
Manasik haji & umrohManasik haji & umroh
Manasik haji & umroh
Al-Islami Caligrafi
 
Venomena alam dengan menjemput gbt 31 januari 2018
Venomena alam dengan menjemput gbt 31 januari 2018Venomena alam dengan menjemput gbt 31 januari 2018
Venomena alam dengan menjemput gbt 31 januari 2018
Al-Islami Caligrafi
 
Makna berkah (barokah) Ngobar 25
Makna berkah (barokah) Ngobar 25   Makna berkah (barokah) Ngobar 25
Makna berkah (barokah) Ngobar 25
Al-Islami Caligrafi
 
Peran agama dlm mencegah penyakit aids
Peran agama dlm mencegah penyakit aidsPeran agama dlm mencegah penyakit aids
Peran agama dlm mencegah penyakit aids
Al-Islami Caligrafi
 
Titik kritis kehalalan kosmetik & obat
Titik kritis kehalalan kosmetik & obatTitik kritis kehalalan kosmetik & obat
Titik kritis kehalalan kosmetik & obat
Al-Islami Caligrafi
 
Ridho
RidhoRidho
Presentasi harfun
Presentasi harfunPresentasi harfun
Presentasi harfun
Al-Islami Caligrafi
 
Hakekat berkah Ngobar 28
   Hakekat berkah Ngobar 28   Hakekat berkah Ngobar 28
Hakekat berkah Ngobar 28
Al-Islami Caligrafi
 
Mengambil pelajaran dari iman kepada malaikat
Mengambil pelajaran dari iman kepada malaikatMengambil pelajaran dari iman kepada malaikat
Mengambil pelajaran dari iman kepada malaikat
Al-Islami Caligrafi
 
Dakwah dan pemetaan bisnis assalam
Dakwah dan pemetaan bisnis   assalamDakwah dan pemetaan bisnis   assalam
Dakwah dan pemetaan bisnis assalam
Al-Islami Caligrafi
 
Wa la dzikrullahi akbar
Wa la dzikrullahi akbarWa la dzikrullahi akbar
Wa la dzikrullahi akbar
Al-Islami Caligrafi
 
Murobahah Ngobar 29 november 2015-
Murobahah Ngobar 29 november 2015-Murobahah Ngobar 29 november 2015-
Murobahah Ngobar 29 november 2015-
Al-Islami Caligrafi
 
Introspeksi sholat
Introspeksi sholatIntrospeksi sholat
Introspeksi sholat
Al-Islami Caligrafi
 
Gempa BUMI
Gempa BUMIGempa BUMI
Romadhan membentuk sifat ihsan
Romadhan membentuk sifat ihsanRomadhan membentuk sifat ihsan
Romadhan membentuk sifat ihsan
Al-Islami Caligrafi
 
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016 Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Al-Islami Caligrafi
 

More from Al-Islami Caligrafi (20)

Konde
KondeKonde
Konde
 
Penciptaan makhluk hidup dari tanah liat
Penciptaan makhluk hidup dari tanah liatPenciptaan makhluk hidup dari tanah liat
Penciptaan makhluk hidup dari tanah liat
 
KEHANCURAN BUMI DAN ALAM (KIAMAT); Ngobar, 28 jan 2018
KEHANCURAN BUMI DAN ALAM (KIAMAT); Ngobar, 28 jan 2018KEHANCURAN BUMI DAN ALAM (KIAMAT); Ngobar, 28 jan 2018
KEHANCURAN BUMI DAN ALAM (KIAMAT); Ngobar, 28 jan 2018
 
PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017
PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017
PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017
 
Manasik haji & umroh
Manasik haji & umrohManasik haji & umroh
Manasik haji & umroh
 
Venomena alam dengan menjemput gbt 31 januari 2018
Venomena alam dengan menjemput gbt 31 januari 2018Venomena alam dengan menjemput gbt 31 januari 2018
Venomena alam dengan menjemput gbt 31 januari 2018
 
Makna berkah (barokah) Ngobar 25
Makna berkah (barokah) Ngobar 25   Makna berkah (barokah) Ngobar 25
Makna berkah (barokah) Ngobar 25
 
Peran agama dlm mencegah penyakit aids
Peran agama dlm mencegah penyakit aidsPeran agama dlm mencegah penyakit aids
Peran agama dlm mencegah penyakit aids
 
Titik kritis kehalalan kosmetik & obat
Titik kritis kehalalan kosmetik & obatTitik kritis kehalalan kosmetik & obat
Titik kritis kehalalan kosmetik & obat
 
Ridho
RidhoRidho
Ridho
 
Presentasi harfun
Presentasi harfunPresentasi harfun
Presentasi harfun
 
Hakekat berkah Ngobar 28
   Hakekat berkah Ngobar 28   Hakekat berkah Ngobar 28
Hakekat berkah Ngobar 28
 
Mengambil pelajaran dari iman kepada malaikat
Mengambil pelajaran dari iman kepada malaikatMengambil pelajaran dari iman kepada malaikat
Mengambil pelajaran dari iman kepada malaikat
 
Dakwah dan pemetaan bisnis assalam
Dakwah dan pemetaan bisnis   assalamDakwah dan pemetaan bisnis   assalam
Dakwah dan pemetaan bisnis assalam
 
Wa la dzikrullahi akbar
Wa la dzikrullahi akbarWa la dzikrullahi akbar
Wa la dzikrullahi akbar
 
Murobahah Ngobar 29 november 2015-
Murobahah Ngobar 29 november 2015-Murobahah Ngobar 29 november 2015-
Murobahah Ngobar 29 november 2015-
 
Introspeksi sholat
Introspeksi sholatIntrospeksi sholat
Introspeksi sholat
 
Gempa BUMI
Gempa BUMIGempa BUMI
Gempa BUMI
 
Romadhan membentuk sifat ihsan
Romadhan membentuk sifat ihsanRomadhan membentuk sifat ihsan
Romadhan membentuk sifat ihsan
 
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016 Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
 

Hukum seputar shaff dalam shalat berjama

  • 1. Hukum Seputar Shaff dalam Shalat Berjama'ah Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 11.50 Label: Fiqh Menyusun shaff Hadits dari Abu Mas’ud, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫َل‬‫ي‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫َل‬‫ي‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ‫َى‬‫ه‬ُّ‫َالن‬‫و‬ ِ‫م‬‫ال‬ْ‫ح‬َ ْ‫اْل‬ ‫و‬ُ‫ول‬ُ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫ِي‬‫ن‬ِ‫ل‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ “Hendaklah yang ada di belakangku (shaf pertama bagian tengah belakang imam) adalah kalangan orang dewasa yang berilmu. Kemudian diikuti oleh mereka yang lebih rendah keilmuannya. Kemudian diikuti lagi oleh kalangan yang lebih rendah keilmuannya” [HR. Muslim no. 432]. Hadits ini mengandung faedah bahwa menyusun shaf sesuai dengan urutan keutamaan di belakang imam. Hendaknya di belakang imam adalah orang-orang yang lebih faqih di bidang agama dan lebih bagus hafalan/bacaannya dalam Al-Qur’an dibandingkan yang lain; sebagaimana imam dipilih berdasarkan yang demikian1[1]. Hal tersebut 1[1] Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam telah bersabda : ”‫فإن‬ ،‫هجرة‬ ‫فأقدمهم‬ ً‫ء‬‫سوا‬ ‫السنة‬ ‫في‬ ‫كانوا‬ ‫فإن‬ ،‫بالسنة‬ ‫فأعلمهم‬ ‫سواء‬ ‫القراءة‬ ‫في‬ ‫كانوا‬ ‫فإن‬ ‫هللا‬ ‫لكتاب‬ ‫أقرؤهم‬ ‫القوم‬ ‫يؤم‬ ً‫سلما‬ ‫فأقدمهم‬ ً‫ء‬‫سوا‬ ‫الهجرة‬ ‫في‬ ‫كانوا‬–‫رواية‬ ‫وفي‬-‫سلطانه‬ ‫في‬ َ‫ل‬‫ج‬َّ‫ر‬‫ال‬ ُ‫جل‬َّ‫ر‬‫ال‬ َّ‫ن‬ّ‫م‬‫يؤ‬ ‫وال‬ ً‫ا‬ّ‫ن‬‫س‬‫ِه‬‫ت‬َ‫م‬ِ‫ر‬ْ‫تك‬ ‫على‬ ‫بيته‬ ‫في‬ ‫يقعد‬ ‫وال‬ ‫بإذنه‬ ‫إال‬.“:‫لفظ‬ ‫وفي‬”...ً‫ء‬‫سوا‬ ‫قراءتهم‬ ‫كانت‬ ‫فإن‬ ،‫قراءة‬ ‫وأقدمهم‬ ‫هللا‬ ‫لكتاب‬ ‫أقرؤهم‬ ‫القوم‬ ‫يؤم‬“ ”Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan Al- Qur’annya. Kalau dalam Al-Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang Sunnah. Kalau dalam Sunnah juga sama, maka dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam berhijrah sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam”. Dalam riwayat lain : ”.....yang paling tua usianya”. Janganlah seseorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasannya, dan janganlah ia duduk di rumah orang lain di tempat duduk khusus/kehormatan untuk tuan rumah tersebut tanpa ijin darinya”.
  • 2. mengandung hikmah bahwa bila sewaktu-waktu imam lupa/salah dalam bacaan Al- Qur’an, makmum dapat mengingatkannya. Atau sewaktu-waktu imam ada udzur syar’i (misal batal, sakit, dan lain-lain) sehingga imam tidak bisa meneruskan shalatnya, maka orang yang di belakangnyalah yang akan maju menggantikan dan meneruskan imam sebelumnya memimpin shalat berjama’ah.2[2] Meluruskan dan merapatkan shaff 1. Hadist An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : ‫ا‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ َ‫ح‬‫َا‬‫د‬ِ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫َا‬‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ي‬ِّ‫و‬ َ‫س‬ُ‫ي‬ ‫َا‬‫م‬َّ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ْ‫ي‬ِّ‫و‬ َ‫س‬ُ‫ي‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َّ‫م‬ُ‫ث‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ق‬َ‫ع‬ ْ‫د‬َ‫ق‬ ُ‫ر‬ِّ‫ب‬َ‫ك‬ُ‫ي‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ً‫ما‬ْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫خ‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ُ‫هللا‬ َّ‫ن‬َ‫ف‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫خ‬ُ‫ي‬َ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ َّ‫ن‬ُ‫و‬ َ‫س‬ُ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫هللا‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِّ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ر‬ ْ‫َد‬‫ص‬ ً‫يا‬ِ‫د‬‫َا‬‫ب‬ ً‫ال‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ِك‬‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ج‬ُ‫و‬ Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam meluruskan shaf-shaf kami (para shahabat) seolah-olah beliau meluruskan ‘qadah’ 3[3] sehingga beliau yakin bahwa kami telah menyadari kewajiban kami (untuk meluruskan shaf). Suatu hari, ketika beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam sudah hendak takbir, tiba-tiba beliau melihat salah seorang diantara kami membusungkan dadanya ke depan melebihi shaf. Maka beliau bersabda : Dan dalam lafadh yang lain : ”Satu kaum diimami oleh orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an di antara mereka dan yang paling berpengalaman membacanya. Kalau bacaan mereka sama.... (sama seperti lafadh sebelumnya). [HR. Muslim no. 673]. 2[2] Caranya adalah : Imam yang udzur atau batal shalatnya tersebut memegang tangan s alah seorang makmum di belakangnya yang menurutnya pantas untuk maju menggantikannya sebagai imam shalat. Dasarnya adalah atsar ‘Amru bin Maimun yang menceritakan : ‫أن‬ ‫إال‬ ‫هو‬ ‫فما‬ ......، ‫أصيب‬ ‫غداة‬ ‫عباس‬ ‫بن‬ ‫هللا‬ ‫عبد‬ ‫إال‬ )‫الخطاب‬ ‫بن‬ ‫(عمر‬ ‫بينه‬ ‫بيني‬ ‫ما‬ ‫لقائم‬ ‫إني‬‫أو‬ ‫قتلني‬ :‫يقول‬ ‫فسمعته‬ ‫ر‬َّ‫ب‬‫ك‬ ‫خفيفة‬ ‫صالة‬ ‫الرحمن‬ ‫عبد‬ ‫بهم‬ ‫فصلى‬ .....،‫مه‬َّ‫د‬‫فق‬ ‫عوف‬ ‫بن‬ ‫الرحمن‬ ‫عبد‬ ‫يد‬ ‫عمر‬ ‫وتناول‬ ....،‫طعنه‬ ‫حين‬ ‫الكلب‬ ‫أكلني‬ ”Aku ketika itu sedang berdiri, sementara antara aku dengannya (yaitu ’Umar bin Al-Khaththab) hanya ada ’Abdullah bin ’Abbas - pada hari ketika beliau tertikam. Saat itu ’Umar hanya bertakbir dan aku mendengarnya berkata : ”Aku dibunuh atau aku dimakan oleh anjing” ; yaitu ketika beliau tertikam. ’Umar segera memegang tangan ’Abdurrahman bin ’Auf dan mengajukannya sebagai imam. ’Abdurrahman langsung shalat mengimamijama’ah secara ringkas” [HR. Al-Bukhari no.3497 dengan peringkasan]. Asy-Syaukani menjelaskan : ”Dalam hal itu ada indikasi yang membolehkan seorang imam mengambil pengganti ketika ia berhalangan sehingga tindakan itu harus diambil. Karena para shahabat membenarkan tindakan ’Umar dan tidak ada yang menyalahkannya, sehingga menjadi ijma’. Demikian juga tindakan serupa dilakukan oleh ’Ali dan para shahabat juga membenarkannya” [Nailul-Authaar 2/416]. 3[3] Kayu untuk anak panah ketika dipahat dan diasah menjadi anak panah.
  • 3. “Hendaknya kalian meluruskan shaf-shaf kalian, kalau tidak Allah akan menjadikan wajah- wajah kalian saling berselisih” [HR. Muslim no. 436]. 2. Hadits Anas bin Malik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasalam : ِ‫م‬ ِّ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬ ْ‫س‬َ‫ت‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ : ٍ‫ظ‬ْ‫ف‬َ‫ل‬ ْ‫ِي‬‫ف‬َ‫و‬( .ِ‫ة‬‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫إ‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ِ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُّ‫الص‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬ ْ‫س‬َ‫ت‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُّ‫و‬ َ‫س‬)ِ‫ة‬‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ ِ‫م‬‫َا‬‫م‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬ “Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf-shaf termasuk menegakkan shalat (berjama’ah)”. Dan dalam lafadh lain : “…karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan shalat (berjama’ah)” [HR. Al-Bukhari no. 690 dan Muslim no. 433]. 3. Hadits An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu ia berkata : ْ‫ي‬ِ‫ق‬ُ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫هللا‬َ‫و‬ ً‫الثا‬َ‫ث‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ه‬ْ‫َج‬‫و‬ِ‫ب‬ ِ‫س‬‫ا‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬َ‫ب‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ْ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ َّ‫ن‬ُ‫م‬ َ‫ل‬ُ‫ج‬َّ‫ر‬‫ال‬ ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬َ‫ف‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ُ‫هللا‬ َّ‫ن‬َ‫ف‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫خ‬ُ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ع‬َ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ب‬ ْ‫ع‬َ‫َك‬‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ِ‫ح‬‫َا‬‫ص‬ ِ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ُك‬‫ر‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ب‬ْ‫ُك‬‫ر‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ِ‫ح‬‫َا‬‫ص‬ ِ‫ب‬ِ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ب‬ِ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫م‬ ُ‫ق‬ِ‫ز‬ْ‫ل‬ُ‫ي‬ Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam pernah menghadap ke arah jama’ah shalat dan bersabda : “Tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian. Demi Allah, bila kalian tidak menegakkan shaf kalian, maka Allah akan mencerai-beraikan hati kalian”. An-Nu’man berkata : “Aku saksikan sendiri seorang laki-laki menempe lkan bahunya dengan bahu temannya, lututnya dengan lutut temannya, dan mata kakinya dengan mata kaki temannya” [HR. Abu Dawud no. 662 dengan sanad shahih] 4. Atsar dari Nafi’ Maula Ibni ‘Umar bahwasannya ia menceritakan : ‫اعتدلت‬ ‫قد‬ ‫الصفوف‬ ‫أن‬ ‫فيخبره‬ ‫يأتيه‬ ‫حتى‬ ‫يكبر‬ ‫ال‬ ‫ثم‬ ‫الصفوف‬ ‫يقوم‬ ‫رجال‬ ‫يبعث‬ ‫عمر‬ ‫كان‬ ”Adalah ’Umar (bin Al-Khaththab) radliyallaahu ’anhu menugaskan seseorang untuk mengatur shaff-shaff. Tidaklah ’Umar mulai bertakbir hingga ia (orang yang ditugaskan tersebut) kembali dan mengkhabarkan bahwasannya shaff-shaff telah lurus” [Diriwayatkan oleh ’Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf no. 2437 dan 2439]. Hadits di atas mengandung faedah diantaranya : - Disunnahkannya meluruskan shaff dalam shalat berjama’ah, bahkan banyak di antara ulama yang mengatakannya wajib. Hendaknya para jama’ah benar-benar memperhatikannya dengan memperhatikan kanan kirinya, mengatur diri, dan saling mengingatkan jama’ah lain, sehingga shaf dapat menjadi benar-benar lurus dari awal sampai akhir shalat. - Termasuk kesempurnaan shaff shalat berjama’ah adalah dengan merapatkannya dengan tidak membiarkan ruang-ruang yang longgar/sela antar jama’ah. Caranya adalah dengan menempelkan bahu dengan bahu dan mata kaki dengan mata kaki antar jama’ah/makmum sebagaimana hadits Nu’man bin Basyir di atas. Jangan ada perasaan risih karena tertempelnya badan saudara kita dengan badan kita. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
  • 4. َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ن‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ار‬َ‫ي‬ِ‫خ‬ِ‫ة‬‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ب‬ِ‫ك‬‫َا‬‫ن‬ “Sebaik-baik kalian adalah yang mempunyai bahu paling lembut di dalam shalat” [HR. Abu Dawud no. 623; shahih lighairihi]. Maksud hadits ini adalah bahwa salah satu katagori orang yang paling baik adalah orang yang ketika berada di dalam shaff, kemudian ada orang lain yang memegang bahunya untuk menyempurnakan (merapatkan dan meluruskan) shaff, ia akan tunduk dengan hati yang ikhlash lagi lapang tanpa ada pembangkangan [lihat selengkapnya dalam Badzlul- Majhuud 4/338 dan Ma’alimus-Sunan 1/184]. - Hendaknya imam memperhatikan keadaan para jama’ahnya dengan selalu mengingatkan agar shaff selalu lurus dan rapat. Menjadi satu “keharusan” bagi seorang imam sebelum memulai shalat untuk mengatur shaff jama’ah. Tidak cukup bagi imam hanya mengatakan [sawwuu shufuufakum dst. “......ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ف‬ ْ‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ ُّ‫و‬َ‫س‬]. Tapi harus diikuti dengan mengingatkan dan memeriksa keadaan shaf jama’ahnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Imam bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya (yaitu jama’ah/makmum). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ِ‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌ‫ل‬‫و‬ُ‫ؤ‬ ْ‫َس‬‫م‬َ‫و‬ ٍ‫اع‬َ‫ر‬ ُ‫م‬‫َا‬‫م‬ِ ْ‫ْل‬َ‫ا‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌ‫ل‬‫و‬ُ‫ؤ‬ ْ‫َس‬‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ ُّ ‫ل‬ُ‫َك‬‫و‬ ٍ‫اع‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ ُّ ‫ل‬ُ‫ك‬ “Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan seorang imam adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya” [HR. Bukhari no. 853]. - Bolehnya seorang imam menugaskan seseorang atau lebih untuk mengatur shaff-shaff shalat agar lurus dan rapat. Sangat dianjurkan menyambung shaff dan mengisi shaff yang lowong. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : َ‫ر‬َ‫د‬ ‫َا‬‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫هللا‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫ف‬َ‫ر‬ ً‫َة‬‫ج‬ْ‫ر‬ُ‫ف‬ َّ‫د‬ َ‫س‬ ْ‫َن‬‫م‬َ‫و‬ َ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ف‬ُّ‫الص‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ِ‫ص‬َ‫ي‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ ُّ ‫َل‬‫ص‬ُ‫ي‬ ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ِك‬‫ئ‬‫َال‬‫م‬َ‫و‬ َ‫هللا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ً‫َة‬‫ج‬ “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu mendoakan orang-orang yang menyambung shaf-shaf dalam shalat. Siapa saja yang mengisi bagian shaff yang lowong, akan diangkat derajatnya oleh Allah satu tingkat” [HR. Ibnu Majah no. 995; shahih lighairihi]. Termasuk hal yang diperbolehkan dalam hal ini adalah seorang makmum maju mengisi shaff yang lowong/kosong yang ada di depannya (yang mungkin disebabkan makmum yang ada di shaff di depannya batal meninggalkan shaff) ketika shalat berjama’ah sedang berlangsung.4[4] 4[4] Dalilnya adalah hadits Sahl bin Sa’d As-Saa’idy radliyallaahu ‘anhu :
  • 5. Shaff pertama adalah shaff yang paling baik Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : َ‫ت‬ ْ‫س‬ َ‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫م‬ِ‫ه‬َ‫ت‬ ْ‫َس‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫د‬ِ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ِ‫ل‬َّ‫و‬َ ْ‫اْل‬ ِّ‫ف‬َّ‫ص‬‫َال‬‫و‬ ِ‫ء‬‫َا‬‫د‬ِّ‫ن‬‫ال‬ ‫ِي‬‫ف‬ ‫َا‬‫م‬ ُ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫م‬َ‫ل‬ ْ‫َع‬‫ي‬ ْ‫و‬َ‫ل‬... ‫وا‬ُ‫م‬َ‫ه‬ “Seandainya manusia mengetahui pahala dari adzan dan shalat jama’ah di shaff pertama, dan itu hanya bisa mereka dapatkan dengan berundi, maka pasti mereka berundi” [HR. Al-Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437]. ‫َا‬‫ه‬ُ‫ل‬َّ‫و‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ر‬ َ‫َش‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ر‬ِ‫خ‬‫آ‬ ِ‫ء‬‫ا‬ َ‫س‬ِّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ف‬‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ر‬ِ‫خ‬‫آ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ر‬ َ‫َش‬‫و‬ ‫َا‬‫ه‬ُ‫ل‬َّ‫و‬َ‫أ‬ ِ‫ل‬‫َا‬‫ج‬ِّ‫ر‬‫ال‬ ِ‫ف‬‫و‬ُ‫ف‬ُ‫ص‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫فقال‬ ‫بكر‬ ‫أبي‬ ‫إلى‬ ‫المؤذن‬ ‫فجاء‬ ‫الصالة‬ ‫فحانت‬ ‫بينهم‬ ‫ليصلح‬ ‫عوف‬ ‫بن‬ ‫عمرو‬ ‫بني‬ ‫إلى‬ ‫ذهب‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫أن‬ ‫بالناس‬ ‫أتصلي‬‫وقف‬ ‫حتى‬ ‫فتخلص‬ ‫الصالة‬ ‫في‬ ‫والناس‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فجاء‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫فصلى‬ ‫قال‬ ‫نعم‬ ‫قال‬ ‫فأقيم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فرأى‬ ‫التفت‬ ‫التصفيق‬ ‫الناس‬ ‫أكثر‬ ‫فلما‬ ‫الصالة‬ ‫في‬ ‫يلتفت‬ ‫ال‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫وكان‬ ‫الناس‬ ‫فصفق‬ ‫الصف‬ ‫في‬ ‫ام‬ ‫أن‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫إليه‬ ‫فأشار‬ ‫وسلم‬‫رسول‬ ‫به‬ ‫أمره‬ ‫ما‬ ‫على‬ ‫وجل‬ ‫عز‬ ‫هللا‬ ‫فحمد‬ ‫يديه‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫فرفع‬ ‫مكانك‬ ‫كث‬ ‫ثم‬ ‫فصلى‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبي‬ ‫وتقدم‬ ‫الصف‬ ‫في‬ ‫استوى‬ ‫حتى‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫استأخر‬ ‫ثم‬ ‫ذلك‬ ‫من‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫يص‬ ‫أن‬ ‫قحافة‬ ‫أبي‬ ‫البن‬ ‫كان‬ ‫ما‬ ‫بكر‬ ‫أبو‬ ‫قال‬ ‫أمرتك‬ ‫إذ‬ ‫تثبت‬ ‫أن‬ ‫منعك‬ ‫ما‬ ‫بكر‬ ‫أبا‬ ‫يا‬ ‫فقال‬ ‫انصرف‬‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫يدي‬ ‫بين‬ ‫لي‬ ‫إذا‬ ‫فإنه‬ ‫فليسبح‬ ‫صالته‬ ‫في‬ ‫شيء‬ ‫نابه‬ ‫من‬ ‫التصفيق‬ ‫أكثرتم‬ ‫رأيتكم‬ ‫مالي‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫للنساء‬ ‫التصفيح‬ ‫وإنما‬ ‫إليه‬ ‫التفت‬ ‫سبح‬ Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah pergi ke Bani ‘Amru bin ‘Auf untuk mendamaikan mereka. Datanglah waktu shalat, lalu muadzin datang menemui Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu dan berkata : “Maukah engkau shalat bersama manusia (dan menjadi imam) ? Akan aku kumandangkan iqamat sekarang”. Abu Bakr menjawab : “Ya”. Maka Abu Bakr pun shalat (dan menjadiimam bagimereka).Datanglah Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ketika manusia sedang menunaikan shalatnya. Beliau mengendap ke depan hingga masuk ke shaff makmum. Para makmum pun bertepuk tangan memberi isyarat, namun Abu Bakr tidak menoleh sedikitpun dalam shalatnya.Ketika semakin banyak makmum yang bertepuk tangan,Abu Bakr pun akhirnya menoleh dan melihat Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam memberikan isyarat kepadanya agar tetap diam di tempatnya (menjadi imam shalat). Abu Bakr mengangkat kedua tangannya, bertahmid kepada Allah ’azza wa jalla atas perintah Rasulullah kepada dirinya tersebut. Namun ia tetap mundur dan masuk ke dalam shaff makmum (yang ada di belakangnya). Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam pun maju menjadi imam. Ketika selesai, beliau bersabda : ”Wahai Abu Bakr, apa yang menghalangimu untuk tetap berada di tempatmu sebagaimana aku perintahkan ?”. Abu Bakr menjawab : ”Tidaklah pantas bagi seorang anak Abu Quhafah shalat di depan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam” [HR. Bukhari no. 652 dan Muslim no. 421]. Hadits di atas menunjukkan bolehnya seorang imam atau makmum untuk maju atau mundur dari shaff karena satu sebab/keperluan dalam shalat.
  • 6. “Sebaik-baik shaff bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek adalah yang paling belakang. Adapun sebaik-baik shaff bagi wanita adalah yang paling belakang, dan yang paling jelek adalah yang paling depan” [HR. Muslim no. 440].5[5] Shaff bagian kanan lebih afdlal daripada shaff sebelah kiri. Point ini khusus ditujukan bagi makmum secara umum yang bukan termasuk jajaran orang-orang yang lebih berhak menempati posisi di belakang imam (yaitu makmum dari kalangan ’alim dan faqih) sebagaimana dibahas di point 1. Dari Al-Barra’ bin ’Azib radliyallaahu ’anhu ia berkata : َ‫ب‬ ْ‫ق‬ُ‫ي‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ب‬َ‫ب‬ ْ‫ح‬ً‫أ‬ َ‫م‬َّ‫ل‬ َ‫َس‬‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ْ‫و‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ف‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َّ‫َل‬‫ص‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ْ‫ِع‬‫م‬ َ‫س‬َ‫ف‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ‫ه‬ِ‫ه‬ْ‫َج‬‫و‬ِ‫ب‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ل‬ُ‫ه‬ُ‫ت‬ َ‫ك‬َ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ُ‫ع‬َ‫م‬ ْ‫ج‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ث‬َ‫ع‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫ك‬‫اب‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ْ‫ِي‬‫ن‬ِ‫ق‬ ِّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫َق‬‫ي‬ ”Kami apabila shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam senang menempati shaff di sebelah kanan. Beliau kemudian menghadap ke arah kami dan bersabda : “Rabbi, peliharalah diriku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan (mengumpulkan) ham-hamba-Mu” [HR. Muslim no. 709, Ibnu Majah no. 1006, dan Ibnu Khuzaimah no. 1563-1565. Ini adalah lafadh Muslim].6[6] 5[5] Shaff paling baik bagi wanita adalah yang paling belakang ini berlaku ketika jama’ah bercampur antara laki-laki dan perempuan. Namun jika jama’ah hanya terdiri dari kaum wanita saja, maka shaff yang paling baik adalah yang terdepan sebagaimana keumuman hadits sebelumnya. Wallaahu a’lam. 6[6] Tanbih !! Termasuk kesalahan imam adalah ketika ia memerintahkan makmum untuk menyeimbangkan antara shaff yang sebelah kanan dengan shaff sebelah kiri ketika ia melihat para jama’ah lebih memilih shaff sebelah kanan. Samahatusy-Syaikh ’Abdul-’Aziz bin Baaz mengatakan : ‫أن‬ ‫حرج‬ ‫وال‬ ]‫الصف‬ ‫[اعدلوا‬ : ‫للناس‬ ‫يقال‬ ‫أن‬ ‫يشرع‬ ‫وال‬ ، ‫يساره‬ ‫من‬ ‫أفضل‬ ، ّ‫ف‬‫ص‬ ‫كل‬ ‫يمين‬ ‫أن‬ ‫على‬ ‫يدل‬ ‫ما‬ ‫النبي‬ ‫عن‬ ‫ثبت‬ ‫قد‬ ‫مياسر‬ ‫عمر‬ ْ‫ن‬َ‫م‬(( : ‫حديث‬ ‫من‬ ‫بعضهم‬ ‫ذكره‬ ‫ما‬ ‫أما‬ . ‫الفضل‬ ‫تحصيل‬ ‫على‬ ً‫حرصا‬ ، ‫أكثر‬ ‫الصف‬ ‫يمين‬ ‫يكون‬))‫أجران‬ ‫فله‬ ، ‫الصفوف‬ ‫وهللا‬ ، ‫إليه‬ ‫يسابقون‬ ‫ال‬ ‫أو‬ ، ‫الصف‬ ‫يمين‬ ‫على‬ ‫يحرصون‬ ‫ال‬ ‫الذين‬ ‫الكسالى‬ ‫بعض‬ ‫وضعه‬ ، ‫موضوع‬ ‫أنه‬ ‫اْلظهر‬ ‫و‬ !! ً‫ال‬‫أص‬ ‫له‬ ‫أعلم‬ ‫فال‬ ‫السبيل‬ ‫سواء‬ ‫إلى‬ ‫الهادي‬ ”Telah tetap dariNabi shallallaahu ’alaihi wasallam yang menunjukkan bahwasannya shaffdisebelah kanan itu lebih afdlal (utama) dibandingkan sebelah kiri. Tidaklah disyari’atkan (bagi imam) untuk mengatakan kepada makmum : ”Seimbangkanlah shaff”. Tidaklah mengapa jika makmum yang berada di sebelah kanan shaff itu lebih banyak (dibandingkan sebelah kiri) karena menginginkan keutamaannya. Adapun yang disebutkan oleh sebagian orang tentang hadits : ”Barangsiapa yang mengisi shaff sebelah kiri, maka baginya dua pahala” . Aku tidak mengetahui darimana hadits ini berasal. Bahkan hadits itu adalah hadits palsu, yang dipalsukan oleh sebagian orang-orang yang malas yang tidak bersemangat atau bergegas mengisi shaff sebelah kanan. Hanya Allah sajalah yang menunjukkan jalan yang benar” [Al-Fataawaa 1/61].
  • 7. Berdirinya makmum sendirian di belakang shaff dapat menyebabkan shalatnya (si makmum tersebut) tidak sah. Dari Hadits Ali bin Syaiban radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang laki-laki shalat bermakmum di belakang shaf, maka beliau berhenti sampai laki-laki itu selesai shalat. Selanjutnya beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ِّ‫ف‬َّ‫ص‬‫ال‬ َ‫ف‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ٍ‫د‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ ٍ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ِ‫ل‬ َ‫ة‬‫َال‬‫ص‬ ‫ال‬َ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫ت‬‫َال‬‫ص‬ ْ‫ل‬ِ‫ب‬ ْ‫َق‬‫ت‬ ْ‫اس‬ “Ulangi kembali shalatmu. Tidak sah shalat seorang yang yang bermakmum sendirian di belakang shaf” [HR. Ahmad 4/23 no. 16340 dan Ibnu Majah no. 1003; dengan sanad shahih]. Para ulama berbeda pendapat tentang permasalahan ini. Namun yang rajih, insya allah, adalah pendapat yang mengatakan : “shalat tersebut tidak sah tanpa adanya udzur syar’i”. Maksudnya : Bila shaff di depannya masih longgar atau tidak rapat sehingga masih memungkinkan baginya masuk mengisi di shaff tersebut; namun dia malah memilih berdiri sendirian di belakang shaf tersebut, maka shalatnya tidak sah. Namun bila shaf di depannya telah penuh dan rapat sehingga tidak mungkin dia masuk mengisi di antara shaf-shaf tersebut, maka shalatnya tetap sah. Wallaahu a’lam. 7[7] Orang yang bermakmum sendirian berada sejajar satu shaff dengan imam. Dari ’Abdullah bin ’Abbas radliyallaahu ’anhuma ia berkata : ُّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫َك‬‫و‬ َ‫م‬َّ‫ل‬ َ‫َس‬‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ ِّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ج‬ْ‫و‬َ‫ز‬ ِ‫ث‬ِ‫ر‬‫َا‬‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫ت‬ْ‫ن‬ِ‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ن‬‫و‬ُ‫م‬ْ‫ي‬َ‫م‬ ‫ِي‬‫ت‬َ‫ال‬َ‫خ‬ ِ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ِي‬‫ف‬ ُّ‫ت‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬ َ‫َس‬‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ ْ‫ال‬ َ‫م‬َّ‫ل‬ َ‫َس‬‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ ُّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ِي‬‫ف‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ٍِِ‫ت‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ك‬َ‫ر‬ َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ِ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫م‬ ‫إلى‬ َ‫ء‬‫َا‬‫ج‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫ء‬‫ا‬ َ‫ِش‬‫ع‬ َ‫س‬ ْ‫م‬َ‫خ‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ِي‬‫ن‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ر‬‫ا‬ َ‫َس‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬ْ‫م‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ‫َا‬‫ه‬ُ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ش‬ُ‫ت‬ ٌُِ‫َة‬‫م‬ِ‫ل‬َ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫م‬ِّ‫ي‬َ‫ل‬ُ‫غ‬ْ‫ال‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ك‬َ‫ر‬ ‫ى‬َّ‫َل‬‫ص‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ٍِِ‫ت‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ك‬َ‫ر‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ ِ‫ة‬‫ال‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫لى‬ِ‫إ‬ َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫خ‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ُ‫ه‬َ‫ط‬ْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫خ‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ط‬ْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫غ‬ ُ‫ت‬ْ‫ِع‬‫م‬ َ‫س‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ”Aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah bin Al-Harits, istri Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam; dan ketika itu beliau berada di rumah bibi saya itu. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat ‘Isya’ (di masjid), kemudian beliau pulang, lalu beliau mengerjakan shalat sunnah empat raka’at. Setelah itu beliau tidur, lalu beliau bangun dan bertanya : “Apakah anak laki-laki itu (Ibnu ‘Abbas) sudah tidur ?” atau beliau mengucapkan kalimat yang semakna dengan itu. Kemudian beliau berdiri untuk melakukan shalat, lalu aku berdiri di sebelah kiri beliau untuk bermakmum. Akan tetapi kemudian beliau menjadikanku berposisi di sebelah kanan beliau. Beliau shalat lima 7[7] Sebagai rujukan untuk muraja’ah, dapat dilihat kitab-kitab sebagai berikut : Al-Mughni (Ibnu Qudamah) 3/49, Nailul-Authar (Asy-Syaukani) 2/429, Asy-Syarhul-Mumti’ (Al-‘Utsaimin), dan yang lainnya.
  • 8. raka’at, kemudian shalat lagi dua raka’at, kemudian beliau tidur. Aku mendengar suara dengkurannya yang samar-samar. Tidak berapa lama kemudian beliau bangun, lalu pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat shubuh” [HR. Al-Bukhari no. 117, Muslim no. 763]. Muhammad bin Isma’il Ash-Shan’ani berkata : ”Kemudian perkataan Ibnu ‘Abbas : “Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadikanku (berposisi) di sebelah kanan beliau ” jelas menunjukkan bahwa ia (Ibnu ‘Abbas) berdiri sejajar dengan beliau. Dan dalam lafadh yang lain disebutkan (‫جنبه‬ ‫إلى‬ ‫)فقمت‬ = “Aku berdiri di samping beliau”. Dari sebagian shahabat Asy-Syafi’i menyukai/menganjurkan agar makmum berdiri sedikit di belakang (dari imam). Akan tetapi (hal itu terbantah) bahwasannya Ibnu Juraij telah meriwayatkan/berkata : Kami bertanya kepada ‘Atha’ : Seorang laki-laki shalat (berjama’ah) bersama seorang laki-laki (imam). Dimanakah posisi ia berdiri dari imam tersebut ?”. ‘Atha’ menjawab : “Di sebelahnya”. Aku berkata : “Apakah ia berdiri sejajar dengan imam sehingga berbaris ( = sebaris dengan imam), sehingga tidak ada selisih antara imam dan makmum ?”. ‘Atha’ menjawab lagi : “Ya”. Aku berkata : “Apakah tempatnya tidak jauh sehingga tidak ada selang antara keduanya ?”. Beliau menjawab : “Ya”. Riwayat serupa (juga terdapat) dalam Al-Muwaththa’ dari ‘Umar dari hadits Ibnu Mas’ud bahwasannya Ibnu Mas’ud satu shaff dengan ‘Umar dan ‘Umar menjadikan dia sejajar dengan ‘Umar di sebelah kanannya. [Subulus-Salaam 2/44].8[8] Menghindari tiang atau sesuatu lain dalam shaff (yang akan memutus kebersambungan shaff). 8[8] Hal ini berlaku pada shalat wajib dan shalat sunnah secara umum yang antara makmum dan imam sejenis (laki-laki semua atau wanita semua). Adapun jika imamnya laki-laki dan makmumnya wanita, maka posisinya tetap sebagaimana biasa, yaitu imam di depan dan makmum di belakang. Kaifiyah ini dikecualikan untuk shalat jenazah berjama’ah. Imam tetap berada di depan makmum, berapapun jumlah makmum. Hal itu didasari oleh hadits ‘Abdullah bin Abi Thalhah disebutkan : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فأتاه‬ ‫توفي‬ ‫حين‬ ‫طلحة‬ ‫أبي‬ ‫بن‬ ‫عمير‬ ‫إلى‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫دعا‬ ‫طلحة‬ ‫أبا‬ ‫أن‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فتقدم‬ ، ‫منزلهم‬ ‫في‬ ‫عليه‬ ‫فصلى‬‫يكن‬ ‫ولم‬ ، ‫طلحة‬ ‫أبي‬ ‫وراء‬ ‫سليم‬ ‫وأم‬ ‫وراءه‬ ‫طلحة‬ ‫أبو‬ ‫وكان‬ ، ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫غيرهم‬ ‫معهم‬ “Bahwasannya Abu Thalhah pernah mengundang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mendatangi ‘Umair bin Abi Thalhah pada saat itu ia meninggal dunia. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam datang menshalatkannya di tempat tinggal mereka. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallammaju sedang Abu Thalhah dibelakang beliau sertaUmmu Sulaim di belakang Abu Thalhah. Dan tidak ada orang lain lagi bersama mereka” [HR. Hakim 1/365, Baihaqi 4/30 dan 31. Al-Hakim berkata : “Hadits ini shahih sesuai syarat Asy-Syaikhaan”. Pernyataan ini disepakati oleh Adz- Dzahabi. Akan tetapi perkataan Al-Hakim itu dibantah oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkaamul- Janaaiz yang mengatakan : Hadits itu shahih hanya berdasarkan syarat Muslim saja].
  • 9. Dari Mu’awiyyah bin Qurrah dari bapaknya radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : ِ‫ل‬ْ‫و‬‫س‬َ‫ر‬ ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ي‬ِ‫ر‬‫َا‬‫و‬ َّ‫الس‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َّ‫ف‬ُ‫ص‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َى‬‫ه‬ْ‫ن‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ً‫ْدا‬‫ر‬َ‫ط‬ ‫َا‬‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫د‬َ‫ر‬ْ‫ط‬ُ‫ن‬َ‫و‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ِ‫هللا‬ “Kami dilarang untuk berbaris di antara tiang-tiang di jaman Rasulullah dan kami menyingkir darinya” (HR. Ibnu Majah no. 1002, Ibnu Khuzaimah no. 1567, dan Ibnu Hibban no. 2219; dengan sanad shahih). Dari Abdul Hamid bin Mahmud berkata : َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬ ْ‫ر‬َّ‫خ‬َ‫َأ‬‫ت‬َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫َّم‬‫د‬َ‫ق‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ْ‫ي‬ِ‫ار‬ َ‫و‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ع‬ِ‫ف‬ُ‫د‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫َس‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ع‬َ‫م‬ ُ‫ت‬ْ‫ي‬َّ‫ل‬َ‫ص‬‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ِ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ‫سو‬ َ‫ر‬ ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ق‬َّ‫ت‬َ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫َس‬‫ن‬ “Aku shalat bersama Anas bin Malik, dan kami terdesak (berbaris) pada tiang-tiang masjid. Sebagian di antara kami ada yang maju dan ada pula yang mundur. Maka Anas berkata : ‘Kami menghindari ini di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam” [HR. Abu Dawud no. 673, Ibnu Khuzaimah no. 1568, Ibnu Hibban no. 2218, dan lain-lain; dengan sanad shahih]. Hadits di atas menunjukkan bahwa shaff sebaiknya menghindari jalur yang ada tiangnya, karena hal itu dapat memutuskan shaff. Hal ini dilakukan apabila memungkinkan, yaitu masjidnya luas. Namun apabila sempit, maka tidak mengapa insya Allah. *** Marilah kita membiasakan diri dan ‘memakmurkan’ sunnah-sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sebagai penutup bahasan, apa yang menjadi maksud penulisan risalah singkat ini adalah sebagaimana dikatakan Nabi Hud dalam Al-Qur’an : َ‫ال‬ْ‫ص‬ِ‫اإل‬ ّ‫ال‬ِ‫إ‬ ُ‫د‬‫ي‬ِ‫ر‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ُ‫ب‬‫ي‬ِ‫ن‬ُ‫أ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ّ‫ك‬َ‫َو‬‫ت‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ ّّ‫ا‬ِ‫ب‬ّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ي‬ِ‫ق‬‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫َو‬‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ َح‬ “Aku tidak bermaksud (kecuali) mendatangkan perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali” [QS. Huud : 88]. Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam. [abul-jauzaa’ al-atsariy – bogor].