Modul ini membahas tentang adzan, iqamah, shalat jamaah, dan peran imam dan makmum dalam shalat berjamaah. Topik-topik utama meliputi pengertian, hukum, tata cara melafalkan adzan dan iqamah, syarat menjadi imam dan makmum, serta cara mengingatkan imam yang lupa.
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baikHendri Syahrial
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baik. Waktu sholat dhuha yang benar. Waktu sholat dhuha jam berapa. Waktu sholat dhuha hari ini. Waktu sholat dhuha menurut sunnah.
Teks tersebut membahas tentang sejarah, keutamaan, dan tata cara pelaksanaan shalat Tarawih. Shalat Tarawih merupakan shalat sunnah muakkad yang dilakukan berjamaah di masjid pada bulan Ramadhan, yang dijadikan kebiasaan oleh Umar bin Khattab. Shalat ini memberikan pahala setara dengan melaksanakan shalat semalam penuh. Jumlah rakaatnya tidak diatur secara pasti, tetapi umumnya dilakukan 20
Modul ini membahas tentang adzan, iqamah, shalat jamaah, dan peran imam dan makmum dalam shalat berjamaah. Topik-topik utama meliputi pengertian, hukum, tata cara melafalkan adzan dan iqamah, syarat menjadi imam dan makmum, serta cara mengingatkan imam yang lupa.
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baikHendri Syahrial
Waktu sholat dhuha: batas waktu sholat dhuha yang baik. Waktu sholat dhuha yang benar. Waktu sholat dhuha jam berapa. Waktu sholat dhuha hari ini. Waktu sholat dhuha menurut sunnah.
Teks tersebut membahas tentang sejarah, keutamaan, dan tata cara pelaksanaan shalat Tarawih. Shalat Tarawih merupakan shalat sunnah muakkad yang dilakukan berjamaah di masjid pada bulan Ramadhan, yang dijadikan kebiasaan oleh Umar bin Khattab. Shalat ini memberikan pahala setara dengan melaksanakan shalat semalam penuh. Jumlah rakaatnya tidak diatur secara pasti, tetapi umumnya dilakukan 20
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang cara melaksanakan shalat menurut sunnah Nabi Muhammad SAW, yang mencakup: 1) Menghadap kiblat, 2) Berdiri kecuali dalam keadaan tertentu, 3) Niat sebelum shalat. Dokumen ini juga menjelaskan tata cara shalat mulai dari takbiratul ihram, membaca Al-Fatihah dan surat-surat pendek lainnya, ruku', sujud, sampai dengan salam yang dilakukan se
1. Al-Qur'an, sunnah, dan ijma' menunjukkan bahwa shalat malam disyariatkan. Para ulama sepakat bahwa melaksanakan shalat malam, terutama di bulan Ramadhan, adalah sunnah.
2. Ada pendapat yang mengutamakan melaksanakan shalat malam berjamaah di masjid, dan ada juga yang mengutamakan melakukannya sendirian di rumah. Kedua pendapat dianggap sah.
3. Shalat mal
Ada empat mazhab utama dalam Islam yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Meskipun ada perbedaan-perbedaan kecil, keempat mazhab ini diakui valid dan dapat diikuti.
Melihat Nabi Shalat bagian 1
Rasulullah SAW meminta kita untuk sholat persis yang beliau ASW lakukan, sementara Foto dan Video tidak ada, bagaimana bisa ? Pada Hadits yang para sahabat sampaikan kita bisa temukan
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99jamilatravel
Tata Cara Umrah Praktis memberikan panduan singkat tentang tata cara melaksanakan ibadah umrah. Dokumen ini menjelaskan bahwa seseorang harus memakai pakaian ihram sejak miqat, baik melalui transportasi darat, laut atau udara. Jika sudah berada di dalam area miqat, berniat dari tempat tinggal. Jika naik pesawat, berniat sebelum melewati miqat. Disarankan mandi dan memakai minyak wangi sebel
Dokumen tersebut membahas tentang shalat istisqo', yaitu shalat khusus untuk meminta turunnya hujan. Dibahas tata cara pelaksanaannya seperti waktu, tempat, dan cara melaksanakannya yang didasarkan pada dalil-dalil hadis.
Ahlus sunnah menggunakan semua mahdzab yang Empat, Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali. Tatkala mereka ber4 menyatakan bermadzhab pada Hadits Shohih yang datang dari Rasulullah SAW, apalah kita...?
Teks tersebut merupakan pengantar singkat tentang hadis Nabi. Teks menjelaskan bahwa sumber ajaran Islam terdiri dari al-Quran dan sunnah atau hadis Nabi. Hadis merupakan catatan perilaku dan ucapan Nabi yang ditransmisikan melalui rantai sanad hingga abad ke-5 Masehi. Teks juga menjelaskan proses munculnya hadis, cara sahabat menerimanya, serta periode dan tokoh penting dalam pengumpulan dan p
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian shalat jama' dan shalat qashar. Shalat jama' adalah menggabungkan dua shalat fardhu dalam satu waktu, misalnya dzuhur dan ashar, atau maghrib dan isya', karena alasan-alasan tertentu seperti perjalanan, hujan, atau sakit. Shalat qashar adalah mengurangi empat rakaat menjadi dua rakaat bagi orang yang sedang bepergian dan memenuhi
Biografi Umar bin Khattab menjelaskan bahwa ia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling berpengaruh. Ia awalnya adalah musuh Islam namun kemudian masuk Islam setelah mendengar ayat-ayat Alquran. Setelah masuk Islam, Umar menjadi pembela agama yang gigih dan memimpin umat Islam dengan adil. Ia dijamin masuk surga oleh Nabi dan dihormati karena kepemimpinannya.
- Rasulullah membagi-bagikan potongan rambut dan kukunya kepada sahabat dan orang lain ketika bercukur di haji terakhirnya
- Potongan rambut tersebut dibagikan dengan tujuan agar dijadikan tabarruk oleh para sahabat dan umat
- Perbuatan ini menunjukkan bahwa tabarruk hanya dibolehkan terhadap Rasulullah saja, bukan orang shalih lainnya
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang cara melaksanakan shalat menurut sunnah Nabi Muhammad SAW, yang mencakup: 1) Menghadap kiblat, 2) Berdiri kecuali dalam keadaan tertentu, 3) Niat sebelum shalat. Dokumen ini juga menjelaskan tata cara shalat mulai dari takbiratul ihram, membaca Al-Fatihah dan surat-surat pendek lainnya, ruku', sujud, sampai dengan salam yang dilakukan se
1. Al-Qur'an, sunnah, dan ijma' menunjukkan bahwa shalat malam disyariatkan. Para ulama sepakat bahwa melaksanakan shalat malam, terutama di bulan Ramadhan, adalah sunnah.
2. Ada pendapat yang mengutamakan melaksanakan shalat malam berjamaah di masjid, dan ada juga yang mengutamakan melakukannya sendirian di rumah. Kedua pendapat dianggap sah.
3. Shalat mal
Ada empat mazhab utama dalam Islam yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Meskipun ada perbedaan-perbedaan kecil, keempat mazhab ini diakui valid dan dapat diikuti.
Melihat Nabi Shalat bagian 1
Rasulullah SAW meminta kita untuk sholat persis yang beliau ASW lakukan, sementara Foto dan Video tidak ada, bagaimana bisa ? Pada Hadits yang para sahabat sampaikan kita bisa temukan
Tata cara umrah_praktis_jamilatravel99jamilatravel
Tata Cara Umrah Praktis memberikan panduan singkat tentang tata cara melaksanakan ibadah umrah. Dokumen ini menjelaskan bahwa seseorang harus memakai pakaian ihram sejak miqat, baik melalui transportasi darat, laut atau udara. Jika sudah berada di dalam area miqat, berniat dari tempat tinggal. Jika naik pesawat, berniat sebelum melewati miqat. Disarankan mandi dan memakai minyak wangi sebel
Dokumen tersebut membahas tentang shalat istisqo', yaitu shalat khusus untuk meminta turunnya hujan. Dibahas tata cara pelaksanaannya seperti waktu, tempat, dan cara melaksanakannya yang didasarkan pada dalil-dalil hadis.
Ahlus sunnah menggunakan semua mahdzab yang Empat, Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali. Tatkala mereka ber4 menyatakan bermadzhab pada Hadits Shohih yang datang dari Rasulullah SAW, apalah kita...?
Teks tersebut merupakan pengantar singkat tentang hadis Nabi. Teks menjelaskan bahwa sumber ajaran Islam terdiri dari al-Quran dan sunnah atau hadis Nabi. Hadis merupakan catatan perilaku dan ucapan Nabi yang ditransmisikan melalui rantai sanad hingga abad ke-5 Masehi. Teks juga menjelaskan proses munculnya hadis, cara sahabat menerimanya, serta periode dan tokoh penting dalam pengumpulan dan p
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian shalat jama' dan shalat qashar. Shalat jama' adalah menggabungkan dua shalat fardhu dalam satu waktu, misalnya dzuhur dan ashar, atau maghrib dan isya', karena alasan-alasan tertentu seperti perjalanan, hujan, atau sakit. Shalat qashar adalah mengurangi empat rakaat menjadi dua rakaat bagi orang yang sedang bepergian dan memenuhi
Biografi Umar bin Khattab menjelaskan bahwa ia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling berpengaruh. Ia awalnya adalah musuh Islam namun kemudian masuk Islam setelah mendengar ayat-ayat Alquran. Setelah masuk Islam, Umar menjadi pembela agama yang gigih dan memimpin umat Islam dengan adil. Ia dijamin masuk surga oleh Nabi dan dihormati karena kepemimpinannya.
- Rasulullah membagi-bagikan potongan rambut dan kukunya kepada sahabat dan orang lain ketika bercukur di haji terakhirnya
- Potongan rambut tersebut dibagikan dengan tujuan agar dijadikan tabarruk oleh para sahabat dan umat
- Perbuatan ini menunjukkan bahwa tabarruk hanya dibolehkan terhadap Rasulullah saja, bukan orang shalih lainnya
Dokumen tersebut membahas tentang retorika khutbah Jumat. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain persyaratan menjadi khatib seperti ikhlas, mengamalkan ilmu, kasih sayang kepada jamaah, serta fungsi khutbah seperti peringatan, nasehat, dan pembentukan karakter.
“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
1. Sholat berjamaah merupakan ibadah yang sangat mulia yang disyariatkan oleh Allah untuk dilakukan bersama di masjid.
2. Rasulullah sangat memperhatikan sholat berjamaah dan menganjurkan untuk melaksanakannya dengan adab-adab tertentu seperti merapatkan dan meluruskan shaf serta mengikuti gerakan imam.
3. Makmum dianjurkan untuk mengingatkan imam jika melupakan gerakan sholat.
Pembekalan khutbah jum’at bagi siswa akhir tmiAde Kusnadi
1. Khutbah Jumat adalah pidato yang disampaikan oleh khatib sebelum shalat Jumat yang berisi nasihat agama dan ajakan untuk taat kepada Allah.
2. Khutbah Jumat berbeda dengan Khutbah hari raya karena waktu pelaksanaan, pembukaan, dan syarat-syarat khatib dan jamaah.
3. Tata cara Khutbah Jumat terdiri dari dua khutbah yang disampaikan khatib di mimbar dengan memenuhi un
Materi kuliah tentang hukum shalat. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Bacaan Sholat Tahajud yang Benar Sesuai Sunnah Nabi (PDF)Hendri Syahrial
Bacaan Sholat Tahajud
Dalam Sholat Tahajud tidak ada bacaan khusus yang diwajibkan (setelah membaca al-Fatihah). Anda boleh membaca surat apa saja dalam al-Quran setelah Anda membaca al-Fatihah. Namun, jika kita ingin mencontoh teladan kita, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beginilah gambaran Sholat Malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anda dapat membayangkan panjangnya bacaan Sholat Tahajud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anda dapat membayangkan lamanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri ketika Sholat Tahajud dikarenakan panjangnya ayat dan surat yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam baca.
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam membaca surat al-Quran yang panjang ketika Sholat Tahajud
Syaikh al-Albani dalam buku “Shifatu Sholaatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, minat Takbiir ilat Tasliim Ka-annaka Taroohaa”, atau yang biasa kita kenal dengan buku “Sifat Sholat Nabi”, beliau Syaikh al-Albani menulis bahwa terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan bacaannya dan terkadang melirihkan. Terkadang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surah al-Quran yang pendek dan terkadang membaca surah yang panjang, dan bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca surah yang sangat panjang sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan:
“Saya pernah Sholat Malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri sangat lama, sampai-sampai saya bermaksud melakukan sesuatu yang tidak baik.” Ada yang bertanya, “Apa maksudmu melakukan yang tidak baik itu?” Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Saya bermaksud duduk dan meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendirian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang tata cara melaksanakan shalat menurut ajaran Islam, mulai dari niat, gerakan-gerakan dasar seperti takbir, ruku, sujud, hingga doa-doa yang dibaca. Semua tata cara harus mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW.
Similar to Hukum seputar shaff dalam shalat berjama (20)
Dokumen tersebut membahas 10 poin tanpa memberikan informasi spesifik apa pun pada setiap poin. Ringkasan singkatnya adalah bahwa dokumen tersebut membahas 10 topik tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga tingkatan kiamat yaitu kiamat kecil (kematian), kiamat sedang (bencana alam), dan kiamat besar (hancurnya alam semesta). Juga menjelaskan tentang sejarah terbentuknya dan kepunahan di bumi, termasuk kepunahan massal pada zaman es dan oleh meteor.
PUNDAMEN IMAN KEPADA ALAAH SWT; Ngobar assalam 31 desember 2017Al-Islami Caligrafi
Dokumen tersebut membahas tentang empat unsur iman kepada Allah SWT, yaitu mengimani wujud, rububiyah, uluhiyah, dan sifat-Nya. Wujud Allah dibuktikan melalui fitrah, akal, syariat, dan indera. Iman kepada Allah mendorong untuk mengesakan-Nya sebagai Tuhan yang Maha Esa dan mengerjakan ibadah sesuai perintah-Nya.
Dokumen tersebut membahas tentang AIDS, agama, dan narkoba. AIDS menyebar melalui hubungan seks bebas, transfusi darah, suntikan, dan menyusui. Narkoba juga berkontribusi besar pada penyebaran AIDS karena pecandu sering melakukan hubungan seks untuk mendapatkan uang membeli narkoba. Agama Islam melarang zina, homoseksualitas, dan mewajibkan menjaga aurat.
Dokumen tersebut membahas tentang titik kritis kehalalan pada produk kosmetika dan obat-obatan. Beberapa bahan baku yang sering digunakan seperti plasenta, cairan amnion, gliserin, kolagen, vitamin, hormon, asam alfa hidroksi dapat berasal dari hewan haram seperti babi, sehingga status kehalalannya perlu diperhatikan. Pada obat, bahan seperti gelatin, alkohol, plasenta, sodium heparin, insulin, dan
Dokumen tersebut membahas tentang keimanan terhadap takdir Allah. Ada tiga poin penting yang diangkat, yaitu: (1) Allah mengetahui segala sesuatu termasuk takdir, (2) takdir telah ditulis di lauhul mahfudz, (3) orang beriman menerima takdir baik maupun buruk karena mengandung kebaikan.
Presentasi menjelaskan kemudahan mempelajari terjemahan Al-Quran menggunakan metode Harfun. Dokumen menyatakan bahwa meskipun umat Islam mayoritas, sebagian besar tidak bisa membaca Al-Quran atau hanya bisa membaca tanpa memahami maknanya. Dijelaskan pula bahwa Al-Quran mudah dipelajari sesuai ayat di Surat Al-Qomar dan hanya menggunakan kosa kata sebesar 21% dari total kosa kata. Met
Dokumen tersebut membahas rencana pembangunan kawasan ekonomi berbasis masjid di Desa Ontowiryo, Kulon Progo, DIY. Rencananya meliputi pembangunan masjid transit, pesantren, fasilitas diklat UKM, usaha UMKM, klinik kesehatan, dan universitas untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal."
Mari kita berintrospeksi tentang cara kita melaksanakan sholat. Sholat merupakan ibadah utama bagi umat Islam yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kita perlu memastikan bahwa niat, gerakan, sikap dan khusyuk kita selama sholat sesuai dengan ajaran agama.
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan berpuasa di bulan Ramadhan yaitu membentuk pribadi yang bertaqwa melalui berbagai amalan ibadah. Amalan-amalan tersebut dapat membentuk prilaku ihsan yang mencakup sikap baik kepada Allah, manusia, dan alam semesta. Prilaku ihsan dapat terbentuk jika amalan seseorang sesuai dengan hukum Allah, hati nurani, dan nafsu yang terarah dengan baik.
1. Hukum Seputar Shaff dalam Shalat Berjama'ah
Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 11.50
Label: Fiqh
Menyusun shaff
Hadits dari Abu Mas’ud, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan bahwa beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ْمُهَنْوَُلي َنْيِذَّال َّمُث ْمُهَنْوَُلي َنْيِذَّال َّمُث َىهَُّالنو ِمالْحَ ْاْل وُولُأ ْمُكْنِم ِْينِلَيِل
“Hendaklah yang ada di belakangku (shaf pertama bagian tengah belakang imam) adalah
kalangan orang dewasa yang berilmu. Kemudian diikuti oleh mereka yang lebih rendah
keilmuannya. Kemudian diikuti lagi oleh kalangan yang lebih rendah keilmuannya” [HR.
Muslim no. 432].
Hadits ini mengandung faedah bahwa menyusun shaf sesuai dengan urutan keutamaan di
belakang imam. Hendaknya di belakang imam adalah orang-orang yang lebih faqih di
bidang agama dan lebih bagus hafalan/bacaannya dalam Al-Qur’an dibandingkan yang
lain; sebagaimana imam dipilih berdasarkan yang demikian1[1]. Hal tersebut
1[1] Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam telah bersabda :
”فإن ،هجرة فأقدمهم ًءسوا السنة في كانوا فإن ،بالسنة فأعلمهم سواء القراءة في كانوا فإن هللا لكتاب أقرؤهم القوم يؤم
ًسلما فأقدمهم ًءسوا الهجرة في كانوا–رواية وفي-سلطانه في َلجَّرال ُجلَّرال َّنّميؤ وال ًاّنسِهتَمِرْتك على بيته في يقعد وال
بإذنه إال.“:لفظ وفي”...ًءسوا قراءتهم كانت فإن ،قراءة وأقدمهم هللا لكتاب أقرؤهم القوم يؤم“
”Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan Al-
Qur’annya. Kalau dalam Al-Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang
Sunnah. Kalau dalam Sunnah juga sama, maka dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam
berhijrah sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam”. Dalam riwayat lain : ”.....yang paling tua
usianya”. Janganlah seseorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasannya, dan janganlah
ia duduk di rumah orang lain di tempat duduk khusus/kehormatan untuk tuan rumah tersebut tanpa
ijin darinya”.
2. mengandung hikmah bahwa bila sewaktu-waktu imam lupa/salah dalam bacaan Al-
Qur’an, makmum dapat mengingatkannya. Atau sewaktu-waktu imam ada udzur syar’i
(misal batal, sakit, dan lain-lain) sehingga imam tidak bisa meneruskan shalatnya, maka
orang yang di belakangnyalah yang akan maju menggantikan dan meneruskan imam
sebelumnya memimpin shalat berjama’ah.2[2]
Meluruskan dan merapatkan shaff
1. Hadist An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
اَّنَأ ىَأَر ىَّتَح َحَادِقْال َاهِب ْيِّو َسُي َامَّنَأَك ىَّتَح َانَفْوُفُص ْيِّو َسُي وسلم عليه هللا صلى هللا ُلْو ُسَر َناَكَّمُث ُهْنَع َانْلَقَع ْدَق
ُرِّبَكُي َداَك ىَّتَح َماَقَف ًماْوَي َجَرَخْيَب ُهللا َّنَفِلاَخُيَل ْوَأ ْمُكَفْوُفُص َّنُو َسُتَل ِهللا َداَبِع َلاَقَف ِّفَّصال َنِم ُهَر َْدص ًياِدَاب ًالُجَر ىَأَرَفَن
ْمُِكهْوُجُو
Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam meluruskan shaf-shaf kami (para
shahabat) seolah-olah beliau meluruskan ‘qadah’ 3[3] sehingga beliau yakin bahwa kami
telah menyadari kewajiban kami (untuk meluruskan shaf). Suatu hari, ketika beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam sudah hendak takbir, tiba-tiba beliau melihat salah seorang
diantara kami membusungkan dadanya ke depan melebihi shaf. Maka beliau bersabda :
Dan dalam lafadh yang lain : ”Satu kaum diimami oleh orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an
di antara mereka dan yang paling berpengalaman membacanya. Kalau bacaan mereka sama....
(sama seperti lafadh sebelumnya). [HR. Muslim no. 673].
2[2] Caranya adalah : Imam yang udzur atau batal shalatnya tersebut memegang tangan s alah
seorang makmum di belakangnya yang menurutnya pantas untuk maju menggantikannya sebagai
imam shalat. Dasarnya adalah atsar ‘Amru bin Maimun yang menceritakan :
أن إال هو فما ......، أصيب غداة عباس بن هللا عبد إال )الخطاب بن (عمر بينه بيني ما لقائم إنيأو قتلني :يقول فسمعته رَّبك
خفيفة صالة الرحمن عبد بهم فصلى .....،مهَّدفق عوف بن الرحمن عبد يد عمر وتناول ....،طعنه حين الكلب أكلني
”Aku ketika itu sedang berdiri, sementara antara aku dengannya (yaitu ’Umar bin Al-Khaththab)
hanya ada ’Abdullah bin ’Abbas - pada hari ketika beliau tertikam. Saat itu ’Umar hanya bertakbir
dan aku mendengarnya berkata : ”Aku dibunuh atau aku dimakan oleh anjing” ; yaitu ketika beliau
tertikam. ’Umar segera memegang tangan ’Abdurrahman bin ’Auf dan mengajukannya sebagai
imam. ’Abdurrahman langsung shalat mengimamijama’ah secara ringkas” [HR. Al-Bukhari no.3497
dengan peringkasan].
Asy-Syaukani menjelaskan : ”Dalam hal itu ada indikasi yang membolehkan seorang imam
mengambil pengganti ketika ia berhalangan sehingga tindakan itu harus diambil. Karena para
shahabat membenarkan tindakan ’Umar dan tidak ada yang menyalahkannya, sehingga menjadi
ijma’. Demikian juga tindakan serupa dilakukan oleh ’Ali dan para shahabat juga membenarkannya”
[Nailul-Authaar 2/416].
3[3] Kayu untuk anak panah ketika dipahat dan diasah menjadi anak panah.
3. “Hendaknya kalian meluruskan shaf-shaf kalian, kalau tidak Allah akan menjadikan wajah-
wajah kalian saling berselisih” [HR. Muslim no. 436].
2. Hadits Anas bin Malik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasalam :
ِم ِّفَّصال َةَيِو ْسَت َّنِإَف : ٍظْفَل ِْيفَو( .ِةالَّصال ِةَماَقِإ ِْنم ِفْوُفُّالص َةَيِو ْسَت َّنِإَف ْمُكَفْوُفُص اْوُّو َس)ِةالَّصال ِمَامَت ْن
“Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf-shaf termasuk menegakkan shalat
(berjama’ah)”. Dan dalam lafadh lain : “…karena meluruskan shaf termasuk
kesempurnaan shalat (berjama’ah)” [HR. Al-Bukhari no. 690 dan Muslim no. 433].
3. Hadits An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
ْيِقُتَل ِهللاَو ًالثاَث ْمُكَفْوُفُص اْوُمْيِقَأ َلاَقَف ِهِهَْجوِب ِساَّنال ىَلَع وسلم عليه هللا صلى هللا ُلْو ُسَر َلَبْقَأْوَأ ْمُكَفْوُفُص َّنُم
َلُجَّرال ُتْيَأَرَف َلاَق ْمُكِبْوُلُق َنْيَب ُهللا َّنَفِلاَخُيَلِهِب ْعَكِب ُهَب ْعََكو ِهِبِحَاص ِةَبُْكرِب ُهَتَبُْكرَو ِهِبِحَاص ِبِكْنَمِب ُهَبِكْنَم ُقِزْلُي
Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam pernah menghadap ke arah jama’ah shalat dan
bersabda : “Tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian.
Demi Allah, bila kalian tidak menegakkan shaf kalian, maka Allah akan mencerai-beraikan
hati kalian”. An-Nu’man berkata : “Aku saksikan sendiri seorang laki-laki menempe lkan
bahunya dengan bahu temannya, lututnya dengan lutut temannya, dan mata kakinya
dengan mata kaki temannya” [HR. Abu Dawud no. 662 dengan sanad shahih]
4. Atsar dari Nafi’ Maula Ibni ‘Umar bahwasannya ia menceritakan :
اعتدلت قد الصفوف أن فيخبره يأتيه حتى يكبر ال ثم الصفوف يقوم رجال يبعث عمر كان
”Adalah ’Umar (bin Al-Khaththab) radliyallaahu ’anhu menugaskan seseorang untuk
mengatur shaff-shaff. Tidaklah ’Umar mulai bertakbir hingga ia (orang yang ditugaskan
tersebut) kembali dan mengkhabarkan bahwasannya shaff-shaff telah lurus”
[Diriwayatkan oleh ’Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf no. 2437 dan 2439].
Hadits di atas mengandung faedah diantaranya :
- Disunnahkannya meluruskan shaff dalam shalat berjama’ah, bahkan banyak di antara
ulama yang mengatakannya wajib. Hendaknya para jama’ah benar-benar
memperhatikannya dengan memperhatikan kanan kirinya, mengatur diri, dan saling
mengingatkan jama’ah lain, sehingga shaf dapat menjadi benar-benar lurus dari awal
sampai akhir shalat.
- Termasuk kesempurnaan shaff shalat berjama’ah adalah dengan merapatkannya dengan
tidak membiarkan ruang-ruang yang longgar/sela antar jama’ah. Caranya adalah dengan
menempelkan bahu dengan bahu dan mata kaki dengan mata kaki antar
jama’ah/makmum sebagaimana hadits Nu’man bin Basyir di atas. Jangan ada perasaan
risih karena tertempelnya badan saudara kita dengan badan kita. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
4. َم ْمُكُنَيْلَأ ْمُكُارَيِخِةالَّصال يِف َبِكَان
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempunyai bahu paling lembut di dalam shalat” [HR. Abu
Dawud no. 623; shahih lighairihi].
Maksud hadits ini adalah bahwa salah satu katagori orang yang paling baik adalah orang
yang ketika berada di dalam shaff, kemudian ada orang lain yang memegang bahunya
untuk menyempurnakan (merapatkan dan meluruskan) shaff, ia akan tunduk dengan hati
yang ikhlash lagi lapang tanpa ada pembangkangan [lihat selengkapnya dalam Badzlul-
Majhuud 4/338 dan Ma’alimus-Sunan 1/184].
- Hendaknya imam memperhatikan keadaan para jama’ahnya dengan selalu mengingatkan
agar shaff selalu lurus dan rapat. Menjadi satu “keharusan” bagi seorang imam sebelum
memulai shalat untuk mengatur shaff jama’ah. Tidak cukup bagi imam hanya mengatakan
[sawwuu shufuufakum dst. “......ْمُكَف ْوُفُص ا ْو ُّوَس]. Tapi harus diikuti dengan mengingatkan dan
memeriksa keadaan shaf jama’ahnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam. Imam bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya (yaitu
jama’ah/makmum). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ِهِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُؤ َْسمَو ٍاعَر ُمَامِ ْْلَا ِهِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُؤ َْسم ْمُك
ُّ
لَُكو ٍاعَر ْمُك
ُّ
لُك
“Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan
seorang imam adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya” [HR.
Bukhari no. 853].
- Bolehnya seorang imam menugaskan seseorang atau lebih untuk mengatur shaff-shaff
shalat agar lurus dan rapat.
Sangat dianjurkan menyambung shaff dan mengisi shaff yang lowong.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
َرَد َاهِب ُهللا ُهَعَفَر ًَةجْرُف َّد َس َْنمَو َفْوُفُّالص َنْوُلِصَي َنْيِذَّال ىَلَع َنْو
ُّ
َلصُي ُهَتَِكئَالمَو َهللا َّنِإًَةج
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu mendoakan orang-orang yang
menyambung shaf-shaf dalam shalat. Siapa saja yang mengisi bagian shaff yang lowong,
akan diangkat derajatnya oleh Allah satu tingkat” [HR. Ibnu Majah no. 995; shahih
lighairihi].
Termasuk hal yang diperbolehkan dalam hal ini adalah seorang makmum maju mengisi
shaff yang lowong/kosong yang ada di depannya (yang mungkin disebabkan makmum
yang ada di shaff di depannya batal meninggalkan shaff) ketika shalat berjama’ah sedang
berlangsung.4[4]
4[4] Dalilnya adalah hadits Sahl bin Sa’d As-Saa’idy radliyallaahu ‘anhu :
5. Shaff pertama adalah shaff yang paling baik
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
َت ْس َال ِهْيَلَع واُمِهَت َْسي ْنَأ َّالِإ واُدِجَي ْمَل َّمُث ِلَّوَ ْاْل ِّفَّصَالو ِءَادِّنال ِيف َام ُاسَّنال ُمَل َْعي ْوَل... واُمَه
“Seandainya manusia mengetahui pahala dari adzan dan shalat jama’ah di shaff pertama,
dan itu hanya bisa mereka dapatkan dengan berundi, maka pasti mereka berundi” [HR.
Al-Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437].
َاهُلَّوَأ اَهُّر ََشو اَهُرِخآ ِءا َسِّنال ِفوُفُص ُرْيَخَو اَهُرِخآ اَهُّر ََشو َاهُلَّوَأ ِلَاجِّرال ِفوُفُص ُرْيَخ
فقال بكر أبي إلى المؤذن فجاء الصالة فحانت بينهم ليصلح عوف بن عمرو بني إلى ذهب وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن
بالناس أتصليوقف حتى فتخلص الصالة في والناس وسلم عليه هللا صلى هللا رسول فجاء بكر أبو فصلى قال نعم قال فأقيم
عليه هللا صلى هللا رسول فرأى التفت التصفيق الناس أكثر فلما الصالة في يلتفت ال بكر أبو وكان الناس فصفق الصف في
ام أن وسلم عليه هللا صلى هللا رسول إليه فأشار وسلمرسول به أمره ما على وجل عز هللا فحمد يديه بكر أبو فرفع مكانك كث
ثم فصلى وسلم عليه هللا صلى النبي وتقدم الصف في استوى حتى بكر أبو استأخر ثم ذلك من وسلم عليه هللا صلى هللا
يص أن قحافة أبي البن كان ما بكر أبو قال أمرتك إذ تثبت أن منعك ما بكر أبا يا فقال انصرفهللا صلى هللا رسول يدي بين لي
إذا فإنه فليسبح صالته في شيء نابه من التصفيق أكثرتم رأيتكم مالي وسلم عليه هللا صلى هللا رسول فقال وسلم عليه
للنساء التصفيح وإنما إليه التفت سبح
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah pergi ke Bani ‘Amru bin ‘Auf untuk
mendamaikan mereka. Datanglah waktu shalat, lalu muadzin datang menemui Abu Bakr
radliyallaahu ‘anhu dan berkata : “Maukah engkau shalat bersama manusia (dan menjadi imam) ?
Akan aku kumandangkan iqamat sekarang”. Abu Bakr menjawab : “Ya”. Maka Abu Bakr pun shalat
(dan menjadiimam bagimereka).Datanglah Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ketika manusia
sedang menunaikan shalatnya. Beliau mengendap ke depan hingga masuk ke shaff makmum. Para
makmum pun bertepuk tangan memberi isyarat, namun Abu Bakr tidak menoleh sedikitpun dalam
shalatnya.Ketika semakin banyak makmum yang bertepuk tangan,Abu Bakr pun akhirnya menoleh
dan melihat Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam
memberikan isyarat kepadanya agar tetap diam di tempatnya (menjadi imam shalat). Abu Bakr
mengangkat kedua tangannya, bertahmid kepada Allah ’azza wa jalla atas perintah Rasulullah
kepada dirinya tersebut. Namun ia tetap mundur dan masuk ke dalam shaff makmum (yang ada di
belakangnya). Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam pun maju menjadi imam. Ketika selesai, beliau
bersabda : ”Wahai Abu Bakr, apa yang menghalangimu untuk tetap berada di tempatmu
sebagaimana aku perintahkan ?”. Abu Bakr menjawab : ”Tidaklah pantas bagi seorang anak Abu
Quhafah shalat di depan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam” [HR. Bukhari no. 652 dan Muslim
no. 421].
Hadits di atas menunjukkan bolehnya seorang imam atau makmum untuk maju atau mundur dari
shaff karena satu sebab/keperluan dalam shalat.
6. “Sebaik-baik shaff bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek adalah
yang paling belakang. Adapun sebaik-baik shaff bagi wanita adalah yang paling belakang,
dan yang paling jelek adalah yang paling depan” [HR. Muslim no. 440].5[5]
Shaff bagian kanan lebih afdlal daripada shaff sebelah kiri.
Point ini khusus ditujukan bagi makmum secara umum yang bukan termasuk jajaran
orang-orang yang lebih berhak menempati posisi di belakang imam (yaitu makmum dari
kalangan ’alim dan faqih) sebagaimana dibahas di point 1. Dari Al-Barra’ bin ’Azib
radliyallaahu ’anhu ia berkata :
َب ْقُي ِهِنْيِمَي ْنَع َنْوُكَن ْنَأ َانْبَب ْحًأ َمَّل ََسو ِهْيَلَع ُهللا ىََّلص ِهللا ِلْو ُسَر َفْلَخ َانْيََّلص اَذِإ اَّنُكِْعم َسَف َلاَق ِهِهَْجوِب َانْيَلَع ُلُهُت
َكَداَبِع ُعَم ْجَت ْوَأ ُثَعْبَت َمْوَي َكابَذَع ِْينِق ِّبَر ُلْوَُقي
”Kami apabila shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam senang
menempati shaff di sebelah kanan. Beliau kemudian menghadap ke arah kami dan
bersabda : “Rabbi, peliharalah diriku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan
(mengumpulkan) ham-hamba-Mu” [HR. Muslim no. 709, Ibnu Majah no. 1006, dan Ibnu
Khuzaimah no. 1563-1565. Ini adalah lafadh Muslim].6[6]
5[5] Shaff paling baik bagi wanita adalah yang paling belakang ini berlaku ketika jama’ah bercampur
antara laki-laki dan perempuan. Namun jika jama’ah hanya terdiri dari kaum wanita saja, maka
shaff yang paling baik adalah yang terdepan sebagaimana keumuman hadits sebelumnya. Wallaahu
a’lam.
6[6] Tanbih !! Termasuk kesalahan imam adalah ketika ia memerintahkan makmum untuk
menyeimbangkan antara shaff yang sebelah kanan dengan shaff sebelah kiri ketika ia melihat para
jama’ah lebih memilih shaff sebelah kanan. Samahatusy-Syaikh ’Abdul-’Aziz bin Baaz mengatakan
:
أن حرج وال ]الصف [اعدلوا : للناس يقال أن يشرع وال ، يساره من أفضل ، ّفص كل يمين أن على يدل ما النبي عن ثبت قد
مياسر عمر ْنَم(( : حديث من بعضهم ذكره ما أما . الفضل تحصيل على ًحرصا ، أكثر الصف يمين يكون))أجران فله ، الصفوف
وهللا ، إليه يسابقون ال أو ، الصف يمين على يحرصون ال الذين الكسالى بعض وضعه ، موضوع أنه اْلظهر و !! ًالأص له أعلم فال
السبيل سواء إلى الهادي
”Telah tetap dariNabi shallallaahu ’alaihi wasallam yang menunjukkan bahwasannya shaffdisebelah
kanan itu lebih afdlal (utama) dibandingkan sebelah kiri. Tidaklah disyari’atkan (bagi imam) untuk
mengatakan kepada makmum : ”Seimbangkanlah shaff”. Tidaklah mengapa jika makmum yang
berada di sebelah kanan shaff itu lebih banyak (dibandingkan sebelah kiri) karena menginginkan
keutamaannya. Adapun yang disebutkan oleh sebagian orang tentang hadits : ”Barangsiapa yang
mengisi shaff sebelah kiri, maka baginya dua pahala” . Aku tidak mengetahui darimana hadits ini
berasal. Bahkan hadits itu adalah hadits palsu, yang dipalsukan oleh sebagian orang-orang yang
malas yang tidak bersemangat atau bergegas mengisi shaff sebelah kanan. Hanya Allah sajalah
yang menunjukkan jalan yang benar” [Al-Fataawaa 1/61].
7. Berdirinya makmum sendirian di belakang shaff dapat menyebabkan shalatnya
(si makmum tersebut) tidak sah.
Dari Hadits Ali bin Syaiban radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam pernah melihat seorang laki-laki shalat bermakmum di belakang shaf, maka
beliau berhenti sampai laki-laki itu selesai shalat. Selanjutnya beliau shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
ِّفَّصال َفْلَخ ٍدْرَف ٍلُجَرِل َةَالص الَف َكَتَالص ْلِب َْقت ْاس
“Ulangi kembali shalatmu. Tidak sah shalat seorang yang yang bermakmum sendirian di
belakang shaf” [HR. Ahmad 4/23 no. 16340 dan Ibnu Majah no. 1003; dengan sanad
shahih].
Para ulama berbeda pendapat tentang permasalahan ini. Namun yang rajih, insya allah,
adalah pendapat yang mengatakan : “shalat tersebut tidak sah tanpa adanya udzur syar’i”.
Maksudnya : Bila shaff di depannya masih longgar atau tidak rapat sehingga masih
memungkinkan baginya masuk mengisi di shaff tersebut; namun dia malah memilih berdiri
sendirian di belakang shaf tersebut, maka shalatnya tidak sah. Namun bila shaf di
depannya telah penuh dan rapat sehingga tidak mungkin dia masuk mengisi di antara
shaf-shaf tersebut, maka shalatnya tetap sah. Wallaahu a’lam. 7[7]
Orang yang bermakmum sendirian berada sejajar satu shaff dengan imam.
Dari ’Abdullah bin ’Abbas radliyallaahu ’anhuma ia berkata :
ُّيِبَّنال َناََكو َمَّل ََسو ِهْيَلَع ُهللا ىََّلص ِّيِبَّنال ِجْوَز ِثِرَاحْال ِتْنِب َةَنوُمْيَم ِيتَالَخ ِتْيَب ِيف ُّتِباَهَدْنِع َمَّل ََسو ِهْيَلَع ُهللا ىََّلص
ْال َمَّل ََسو ِهْيَلَع ُهللا ىََّلص ُّيِبَّنال ىََّلصَف َاهِتَلْيَل ِيفَلاَق َّمُث َماَق َّمُث َماَن َّمُث ٍِِتاَعَكَر َعَبْرَأ ىََّلصَف ِهِلِزْنَم إلى َءَاج َّمُث َءا َِشع
َس ْمَخ ىََّلصَف ِهِنْيِمَي ْنَع ِينَلَعَجَف ِهِرا ََسي ْنَع ُتْمُقَف َماَق َّمُث َاهُهِب ْشُت ٌَُِةمِلَك ْوَأ ُمِّيَلُغْال َماَنَعْكَر ىََّلص َّمُث ٍِِتاَعَكَرِنْيَت
ِةالَّصال لىِإ َجَرَخ َّمُث ُهَطْيِطَخ ْوَأ ُهَطْيِطَغ ُتِْعم َس ىَّتَح َماَن َّمُث
”Aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah bin Al-Harits, istri Nabi shallallaahu
’alaihi wasallam; dan ketika itu beliau berada di rumah bibi saya itu. Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam melakukan shalat ‘Isya’ (di masjid), kemudian beliau pulang, lalu beliau
mengerjakan shalat sunnah empat raka’at. Setelah itu beliau tidur, lalu beliau bangun dan
bertanya : “Apakah anak laki-laki itu (Ibnu ‘Abbas) sudah tidur ?” atau beliau
mengucapkan kalimat yang semakna dengan itu. Kemudian beliau berdiri untuk
melakukan shalat, lalu aku berdiri di sebelah kiri beliau untuk bermakmum. Akan tetapi
kemudian beliau menjadikanku berposisi di sebelah kanan beliau. Beliau shalat lima
7[7] Sebagai rujukan untuk muraja’ah, dapat dilihat kitab-kitab sebagai berikut : Al-Mughni (Ibnu
Qudamah) 3/49, Nailul-Authar (Asy-Syaukani) 2/429, Asy-Syarhul-Mumti’ (Al-‘Utsaimin), dan yang
lainnya.
8. raka’at, kemudian shalat lagi dua raka’at, kemudian beliau tidur. Aku mendengar suara
dengkurannya yang samar-samar. Tidak berapa lama kemudian beliau bangun, lalu pergi
ke masjid untuk melaksanakan shalat shubuh” [HR. Al-Bukhari no. 117, Muslim no. 763].
Muhammad bin Isma’il Ash-Shan’ani berkata : ”Kemudian perkataan Ibnu ‘Abbas : “Lalu
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadikanku (berposisi) di sebelah kanan beliau ”
jelas menunjukkan bahwa ia (Ibnu ‘Abbas) berdiri sejajar dengan beliau. Dan dalam lafadh
yang lain disebutkan (جنبه إلى )فقمت = “Aku berdiri di samping beliau”. Dari sebagian
shahabat Asy-Syafi’i menyukai/menganjurkan agar makmum berdiri sedikit di belakang
(dari imam). Akan tetapi (hal itu terbantah) bahwasannya Ibnu Juraij telah
meriwayatkan/berkata : Kami bertanya kepada ‘Atha’ : Seorang laki-laki shalat
(berjama’ah) bersama seorang laki-laki (imam). Dimanakah posisi ia berdiri dari imam
tersebut ?”. ‘Atha’ menjawab : “Di sebelahnya”. Aku berkata : “Apakah ia berdiri sejajar
dengan imam sehingga berbaris ( = sebaris dengan imam), sehingga tidak ada selisih
antara imam dan makmum ?”. ‘Atha’ menjawab lagi : “Ya”. Aku berkata : “Apakah
tempatnya tidak jauh sehingga tidak ada selang antara keduanya ?”. Beliau menjawab :
“Ya”. Riwayat serupa (juga terdapat) dalam Al-Muwaththa’ dari ‘Umar dari hadits Ibnu
Mas’ud bahwasannya Ibnu Mas’ud satu shaff dengan ‘Umar dan ‘Umar menjadikan dia
sejajar dengan ‘Umar di sebelah kanannya. [Subulus-Salaam 2/44].8[8]
Menghindari tiang atau sesuatu lain dalam shaff (yang akan memutus
kebersambungan shaff).
8[8] Hal ini berlaku pada shalat wajib dan shalat sunnah secara umum yang antara makmum dan
imam sejenis (laki-laki semua atau wanita semua). Adapun jika imamnya laki-laki dan makmumnya
wanita, maka posisinya tetap sebagaimana biasa, yaitu imam di depan dan makmum di belakang.
Kaifiyah ini dikecualikan untuk shalat jenazah berjama’ah. Imam tetap berada di depan makmum,
berapapun jumlah makmum. Hal itu didasari oleh hadits ‘Abdullah bin Abi Thalhah disebutkan :
وسلم عليه هللا صلى هللا رسول فأتاه توفي حين طلحة أبي بن عمير إلى وسلم عليه هللا صلى هللا رسول دعا طلحة أبا أن
صلى هللا رسول فتقدم ، منزلهم في عليه فصلىيكن ولم ، طلحة أبي وراء سليم وأم وراءه طلحة أبو وكان ، وسلم عليه هللا
غيرهم معهم
“Bahwasannya Abu Thalhah pernah mengundang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
mendatangi ‘Umair bin Abi Thalhah pada saat itu ia meninggal dunia. Lalu Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam datang menshalatkannya di tempat tinggal mereka. Beliau shallallaahu ‘alaihi
wasallammaju sedang Abu Thalhah dibelakang beliau sertaUmmu Sulaim di belakang Abu Thalhah.
Dan tidak ada orang lain lagi bersama mereka” [HR. Hakim 1/365, Baihaqi 4/30 dan 31. Al-Hakim
berkata : “Hadits ini shahih sesuai syarat Asy-Syaikhaan”. Pernyataan ini disepakati oleh Adz-
Dzahabi. Akan tetapi perkataan Al-Hakim itu dibantah oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkaamul-
Janaaiz yang mengatakan : Hadits itu shahih hanya berdasarkan syarat Muslim saja].
9. Dari Mu’awiyyah bin Qurrah dari bapaknya radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
ِلْوسَر ِدْهَع ىَلَع ْيِرَاو َّالس َنْيَب َّفُصَن ْنَأ َىهْنُن اَّنُكًْدارَط َاهْنَع ُدَرْطُنَو وسلم عليه هللا صلى ِهللا
“Kami dilarang untuk berbaris di antara tiang-tiang di jaman Rasulullah dan kami
menyingkir darinya” (HR. Ibnu Majah no. 1002, Ibnu Khuzaimah no. 1567, dan Ibnu
Hibban no. 2219; dengan sanad shahih).
Dari Abdul Hamid bin Mahmud berkata :
َأ َلاَقَف َان ْرَّخََأتَو َانَّْمدَقَتَف ْيِار َوَّسال ىَلِإ َانْعِفُدَف ِةَعْمُجْال َم ْوَي ِكِلاَم ِْنب َِسنَأ َعَم ُتْيَّلَصوسلم عليه هللا صلى ِهللا ِل ْسو َر ِدْهَع ىَلَع اَذَه يِقَّتَن اَّنُك َسن
“Aku shalat bersama Anas bin Malik, dan kami terdesak (berbaris) pada tiang-tiang masjid.
Sebagian di antara kami ada yang maju dan ada pula yang mundur. Maka Anas berkata :
‘Kami menghindari ini di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam” [HR. Abu Dawud
no. 673, Ibnu Khuzaimah no. 1568, Ibnu Hibban no. 2218, dan lain-lain; dengan sanad
shahih].
Hadits di atas menunjukkan bahwa shaff sebaiknya menghindari jalur yang ada tiangnya,
karena hal itu dapat memutuskan shaff. Hal ini dilakukan apabila memungkinkan, yaitu
masjidnya luas. Namun apabila sempit, maka tidak mengapa insya Allah.
***
Marilah kita membiasakan diri dan ‘memakmurkan’ sunnah-sunnah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam. Sebagai penutup bahasan, apa yang menjadi maksud penulisan risalah
singkat ini adalah sebagaimana dikatakan Nabi Hud dalam Al-Qur’an :
َالْصِاإل ّالِإ ُديِرُأ ْنِإُبيِنُأ ِهْيَلِإ َو ُتْلّكََوت ِهْيَلَع ِ ّّاِبّالِإ َيِقيِف َْوت اَمَو ُتْعَعَتْسا اَم َ َح
“Aku tidak bermaksud (kecuali) mendatangkan perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.
Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali” [QS. Huud
: 88].
Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ al-atsariy – bogor].