1. KIAT MERAIH ILMU, BERSIHKAN HATI
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Di antara cara agar seseorang mudah meraih ilmu din (ilmu agama) adalah dengan membersihkan
hatinya terlebih dahulu dari berbagai noda yang mengotorinya. Kiat ini bisa ditempuh ketika seseorang
ingin menghafalkan Al Qur’an dan melekatkan ilmu dalam hatinya.
Ilmu itu diterima oleh suatu wadah. Dan wadah yang menerima ilmu itu adalah hati. Sebagaimana suatu
wadah yang ingin ditempati tentu perlu dibersihkan terlebih dahulu. Maka demikian pula dengan keadaan
hati ketika akan dimasuki ilmu. Semakin bersih hati, semakin mudah ilmu itu diterima.
Oleh karenanya, siapa saja yang ingin mudah meraih ilmu, maka hendaklah ia bersihkan hatinya terlebih
dahulu. Bersihnya hati adalah dengan bersih dari dua hal:
1- Bersih dari kotoran syubhat
2- Bersih dari kotoran syahwat
Bersihnya hati adalah perkara yang amat penting. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi wahyu,
beliau diperintahkan untuk melakukan hal ini terlebih dahulu. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan,
“Dan pakaianmu bersihkanlah” (QS. Al Mudattsir: 4). Ayat ini ditafsirkan pula dengan bersihkanlah
hatimu.
Kita pasti malu jika ada yang melihat pakaian kita yang dekil (kotor). Seharusnya kita juga merasa malu
jika Allah melihat hati kita yang kotor yang penuh dosa.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,ُ
“Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan rupa dan harta kalian. Akan tetapi yang Allah lihat adalah hati
dan amal kalian” (HR. Muslim no. 2564).
Siapa yang mensucikan hatinya, maka ilmu akan mudah menghampirinya. Siapa yang tidak mensucikan
hatinya, maka ilmu akan pergi. Sehingga dari sini kita lihat sebagian yang meraih ilmu malah tidak
memperhatikan ini. Hari-hari mereka malah lebih sering diisi dengan syahwat dan syubhat. Lihat saja
mereka masih sering melihat gambar-gambar yang haram, kata-kata kotor, perbuatan mungkar, dan
menikmati kemungkaran. Bagaimana orang-orang seperti ini bisa meraih ilmu.
Sahl bin ‘Abdullah rahimahullah berkata, “Cahaya ilmu sulit masuk pada hati yang masih terisi dengan
sesuatu yang Allah benci.”
2. Wallahul muwaffiq.
[Faedah dari guru kami, Syaikh Sholih bin ‘Abdullah bin Hamad Al ‘Ushoimiy -semoga Allah berkahi umur
beliau-dalam pelajaran Kitab Ta’zhimul ‘Ilmi karya beliau di Masjid Nabawi, 5 Rabi’ul Awwal 1434 H]