1. PEMBELAJARAN KIMIA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN MERDEKA BELAJAR, DAMPAK
COVID-19 TERHADAP PBM DAN KAJIAN
BAGAIMANA PARA ILMUAN MENCARI
KEBENARAN
Oleh :
Eva Theresia Patrisia Marbun (8216142008)
FILSAFAT ILMU
3. Konsep Merdeka Belajar dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
di Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Makarim
Program Merdeka Belajar menurut Mendikbud akan menjadi arah pembelajaran ke depan yang
fokus pada meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana arahan bapak presiden dan
wakil presiden
Merdeka Belajar dapat definisikan sebagai upaya untuk menciptakan suatu lingkungan belajar
yang bebas untuk berekspresi, bebas dari berbagai hambatan terutama tekanan psikologis.
Bagi guru, dengan memiliki kebebasan tersebut lebih fokus untuk memaksimalkan pada
pembelajaran guna mencapai tujuan (goaloriented) pendidikan nasional, namun tetap dalam
rambu kaidah kurikulum.
Bagi siswa, bebas untuk berekspresi selama menempuh proses pembelajaran di sekolah, namun
tetap mengikuti kaidah aturan di sekolah. Siswa bisa lebih mandiri, bisa lebih banyak belajar untuk
mendapatkan suatu kepandaian, dan hasil dari proses pembelajaran tersebut siswa berubah
secara pengetahuan, pemahaman, sikap/karakter, tingkah laku, keterampilan, dan daya
reaksinya,.
PENGERTIAN MERDEKA BELAJAR
4. Program pendidikan “Merdeka Belajar” meliputi empat pokok kebijakan, antara lain:
1) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN);
Berdasarkan Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019, tentang Penyelenggaraan Ujian yang
Diselengarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional, khususnya pada Pasal 2, ayat 1;
menyatakan bahwa ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan merupakan penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi
lulusan untuk semua mata pelajaran. Selanjutnya dijelaskan pada Pasal 5, ayat 1, bahwa; bentuk
ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan berupa portofolio, penugasan, tes tertulis, atau
bentuk kegiatan lain yang ditetapkan Satuan Pendidikan sesuai dengan kompetensi yang diukur
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Ditambahkan pula pada penjelasan Pasal 6, ayat 2,
bahwa; untuk kelulusan peserta didik ditetapkan oleh satuan pendidikan/program pendidikan yang
bersangkungan. Dengan demikian jika melihat isi Permendikbud tersebut menunjukkan, bahwa
Guru dan sekolah lebih merdeka untuk menilai hasil belajar siswa.
2) Ujian Nasional (UN);
UN adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu
secara nasional dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan.
4 POKOK KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR
5. Terkait untuk pelaksanaan UN tahun 2020, sebagaimana disampaikan Mendikbud merupakan
kegiatan UN yang terakhir kalinya, selanjutnya ditahun 2021, UN telah digantikan dengan istilah lain
yaitu Asesmen Kompetensi Minimun dan Survey Karakter. Asesmen dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan peserta didik untuk bernalar menggunakan bahasa dan literasi, kemampuan bernalar
menggunakan matematika atau numerasi, dan penguatan pendidikan karakter. Adapun untuk teknis
pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan ditengah jenjang sekolah. Sebagai catatan hasil ujian ini
tidak digunakan sebagai tolok ukur seleksi siswa kejenjang berikutnya.
3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP)
Dalam hal RPP, berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019, tentang
Penyederhanaan RPP, isinya meliputi: (1) penyusunan RPP dilakukan dengan prinsip efisien, efektif,
dan berorientasi pada siswa; (2) Dari 13 komponen RPP yang tertuang dalam Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016, yang menjadi komponen inti adalah tujuan pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (assesment) yang wajib dilaksanakan oleh guru.
Diharapkan melalui kebebasan menyusun RPP kepada guru, siswa akan lebih banyak berinteraksi
secara aktif, dinamis, dengan model pembelajaran yang tidak kaku.
LANJ. 4 POKOK KEBIJAKAN MERDEKA
BELAJAR
6. 4) Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi
Untuk PPDB, berdasarkan Permendikbud baru Nomor 44 Tahun 2019 tentang PPDB 2020,
sebagaimana dinyatakan pada Pasal 11, dalam persentase pembagiannya meliputi: (1) untuk jalur
zonasi paling sedikit 50 persen; (2) jalur afirmasi paling sedikit 15 persen; (3) jalur perpindahan
tugas orang tua/wali lima persen; dan (4) jalur prestasi (sisa kuota dari pelaksanaan jalur zonasi,
afirmasi dan perpindahan orang tua /wali (0-30 persen). Jelas ini berbeda dengan kebijakan PPDB
pada tahun-tahun sebelumnya, setidaknya terdapat dua hal penting: (1) kuota penerimaan siswa
baru lewat jalur berprestasi, semula 15 persen, sekarang menjadi 30 persen; dan (2) adanya satu
penambahan baru jalur PPDB, yaitu melalui jalur afirmasi, yang ditujukan terutama bagi mereka
yang memegang Kartu Indonesia Pintar (KIP). Secara umum sistem zonasi dalam PPDB itu sudah
baik, karena dapat mendorong hilangnya diskriminasi bagi anggota masyarakat untuk bersekolah
di sekolah-sekolah terbaik.
LANJ. 4 POKOK KEBIJAKAN MERDEKA
BELAJAR
8. Di masa pandemi Covid-19 yang berimbas pada kegiatan pendidikan mulai dari jenjang TK sampai
dengan Perguruan Tinggi, Pembelajaran daring mau tidak mau harus dipilih sebagai salah satu
model kegiatan belajar yang sangat efektif selama pandemi Covid-19
Meskipun sangat banyak tantangan yang dihadapi oleh peserta didik, guru dan orang tua seperti
kesiapan sarana dan prasarana, tidak ada standar untuk hasil pembelajaran, fasilitas
pembelajaran seperti konektivitas internet yang terbatas dan peralatan komunikasi seperti laptop
dan smartphone yang tidak dimiliki oleh semua peserta didik.
Pembelajaran di kelas diganti dengan belajar dari rumah. Model pembelajran tatap muka menjadi
tatap layar.
Belajar dari Rumah (BDR) dilaksanakan dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh(PJJ). Dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 15, dijelaskan bahwa PJJ adalah pendidikan yang
peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber
belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lain.
DAMPAK COVID-19 DALAM PEMBELAJARAN
KIMIA
9. Agar proses pembelajaran Kimia dapat terlaksana dengan baik dan membangun proses
komunikasi yang efektif , salah satu aplikasi yang bisa di download melalui playstore atau laptop
yang banyak digunakan selama pembelajaran daring adalah aplikasi Zoom dan WAG (Whatapp
Group). Dalam pengembangannya, saat ini sudah banyak bermunculan aplikasi-aplikasi yang
khusus digunakan sebagai media untuk melakukan pendidikan atau pembelajaran jarak jauh dua
di antaranya yakni dengan menggunakan Whatsapp Group dan Pembelajaran Tatap Muka Zoom .
Selain aplikasi Zoom dan WAG (Whatapp Group), media pembelajaran yang efektif dan menarik
juga banyak dikembangkan selama pandemic Covid-19 salah satunya video pembelajaran yang
bersumber dari youtube. Banyak guru kimia memanfaatkan video pembelajaran yang bersumber
dari youtube sebagai media ajar. Video pembelajaran tersebut dapat berupa penjelasan terkait
materi ajar dan penyelesaian soal-soal kimia yang dapat digunakan perserta didik untuk sumber
belajar. Diharapkan dengan banyaknya aplikasi belajar dan media belajar yang tersedia, semakin
meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik dalam belajar materi kimia.
DAMPAK COVID-19 DALAM PEMBELAJARAN
KIMIA
11. “Kebenaran” merupakan kata benda. Namun dalam realitanya tidak ada benda “kebenaran”,
yang ada dalam kenyataan secara ontologis adalah sifat “benar”.
Hasil pemikiran dikatakan benar, bila memahami bahwa ada hubungan antara yang diterangkan
dengan yang menerangkan, dan ternyata memang ada hubungan, atau memahami bahwa tidak
ada hubungan antara yang diterangkan dengan yang menerangkan, dan ternyata memang tidak
ada hubungan.
Karena kebenaran merupakan sifat dari pengetahuan, untuk membahas adanya berbagai
kebenaran, kita perlu mengetahui adanya berbagai macam pengetahuan. Sebagaimana
pengetahuan dapat dibedakan atas dasar berbagai kriteria penggolongan, demikian pula
berkenaan dengan kebenaran pengetahuan juga dapat digolongkan atas dasar beberapa kriteria
yaitu:
1) atas dasar sumber atau asal dari kebenaran pengetahuan, dapat bersumber antara lain dari:
fakta empiris (kebenaran empiris), wahyu atau kitab suci (kebenaran wahyu), fiksi atau fantasi
(kebenaran fiksi).
2) atas dasar cara atau sarana yang digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Antara lain dapat menggunakan: indera (kebenaran inderawi), akal budi (kebenaran intelektual),
intuisi (kebenaran intuitif), iman (kebenaran iman).
KAJIAN BAGAIMANA PARA ILMUWAN
MENEMUKAN KEBENARAN
12. 3) atas dasar bidang atau lingkup kehidupan, membuat pengetahuan diusahakan dan
dikembangkan secara berbeda.
4) atas dasar tingkat pengetahuan yang diharapkan dan diperolehnya: yaitu pengetahuan biasa
sehari-hari (ordinary knowledge) memiliki kebenaran yang sifatnya subyektif, amat terikat pada
subyek yang mengenal, pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) menghasilkan kebenaran
ilmiah, pengetahuan filsafati (philosofical knowledge) menghasilkan kebenaran filsafati.
KAJIAN BAGAIMANA PARA ILMUWAN
MENEMUKAN KEBENARAN
13. Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari proses kegiatan ilmiah sampai dengan menghasilkan
karya ilmiah yang diungkapkan atau diwujudkan.
Suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya prosedur baku yang harus dilaluinya.
Prosedur baku yang harus dilalui mencakup langkah-langkah, kegiatan-kegiatan pokok, serta
cara-cara bertindak untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, hingga hasil pengetahuan ilmiah itu
diwujudkan sebagai hasil karya ilmiah.
Pada awalnya setiap ilmu secara tegas perlu menetapkan atau membuat batasan tentang obyek
yang akan menjadi sasaran pokok persoalan dalam kegiatan ilmiah. Obyek tersebut dapat bersifat
konkret atau abstrak.
Bertumpu pada penetapan obyek tersebut, kegiatan ilmiah berusaha memperoleh jawaban
sebagai penjelasan terhadap persoalan yang telah dirumuskan.
Kebenaran dari jawaban yang merupakan hasil dari kegiatan ilmiah ini bersifat obyektif, didukung
oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan yang berada dalam keadaan obyektif.
Kenyataan yang dimaksud di sini adalah kenyataan yang berupa sesuatu yang dipakai sebagai
acuan, atau kenyataan yang pada mulanya merupakan obyek dari kegiatan ilmiah ini. Dengan
demikian suatu konsep, teori, pengetahuan memiliki kebenaran, bila memiliki sifat yang
berhubungan (korespondensi) dengan fakta-fakta yang merupakan obyek dari kegiatan ilmiah
yang dilakukan.
KEBENARAN ILMIAH
14. Setelah menetapkan batasan tentang obyek yang disajikan sebagai pokok persoalan, lebih lanjut
perlu dibuat kerangka sistematis untuk menentukan langkah dalam mengusahakan jawaban. Atas
dasar teori-teori yang sudah ada serta telah memiliki kebenaran yang diandalkan, kita dapat
menjalankan penalaran untuk memperoleh kemungkinan jawaban atas persoalan yang diajukan
dalam kegiatan ilmiah tersebut. Agar menghasilkan jawaban yang benar, perlu ada konsistensi
dengan teori-teori yang telah diakui kebenarannya, sehingga jawaban yang dihasilkan koheren
dengan teori-teori bersangkutan. Kebenaran yang dituntut dalam proses penalaran deduktif
adalah kebenaran koherensi, ada hubungan logis dan konsisten dengan teori-teori sebelumnya
yang relevan.
Untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut memiliki kebenaran dalam realitasnya, perlulah
diadakan uji hipotesis. Secara induktif perlu mengusahakan fakta-fakta yang relevan yang
mendukung hipotesis tersebut. Bila ternyata hipotesis tersebut memiliki hubungan kesesuaian
(korespondensi) dengan fakta-fakta yang relevan dengan obyek kajian, hipotesis tersebut benar
(kebenaran korespondensi). Bila sebaliknya tentu saja salah. Setelah hipotesis diuji dan ternyata
benar, hipotesis tersebut tidak lagi merupakan jawaban sementara, melainkan sudah merupakan
jawaban yang memiliki kebenaran yang dapat diandalkan.
Bila pengetahuan yang dihasilkan tersebut ternyata memiliki konsekuensi praktis, yaitu berguna
dan berhasil dalam memecahkan berbagai persoalan yang kita hadapi, pengetahuan tersebut
memiliki kebenaran pragmatis.
KEBENARAN ILMIAH