SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
Nama : Raihan Tantowi
Kelas : TI.21.C.1
Nim : 312110229
Matkul : Pkn
Dosen : Edora, S.Pd., M.Pd
TugasPekuliahan 1
Menganalisisslide 8-9
b. Dinamika InternalBangsaIndonesia
Dalam kurun dasa warsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan perubahan yang
luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi yang hampir membuat tak ada
lagi batas kerahasiaan di negara kita, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya dirahasiakan.
Liberalisasi bersamaan dengan demokratisasi di bidang politik, dan melahirkan sistem
multi partai yang cenderung tidak efektif. Pengembangan otonomi daerah berakses pada
semakin bermunculan daerah otonomi khusus, pemekaran wilayah yang kadang tidak
dilandasi asas-asas kepentingan nasional sehingga sistem ketatanegaraan dan sistem
pemerintahan terkesan menjadi “chaos”
• Loncatan Demokrasi
Demokrasi merupakan sebuah sistem politik pemerintahan yang perlu diperjuangan
oleh rakyat, setelah kekuatan monarki dan oligarky dianggap tidak memadai untuk
menjawab masalah kesejahteraan, kenyamanan, kebebasan berpendapat, dan berbagai
kebebasan lainnya. Mungkin itulah kata kunci yang paling utama untuk memaknai
penerapan demokrasi politik dan pemerintahan di Indonesia yang bertujuan akhir
adalah dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial.
Jika demokrasi juga mencakup sikap budaya dan tidak sekedar tatanan politik yang
hanya diimplementasikan dalam teks-teks politik, maka pemberdayaan berpolitik
menjadi salah satu prasyarat penting pula dalam membangun demokrasi. Dengan kata
lain, untuk memasuki iklim demokrasi yang benar dan baik perlu pendewasaan, sebab
untuk mendirikan (sistem) demokrasi bukan hanya perlu kebebasan berserikat. Bukan
pula hanya kualitas pers yang bebas, tetapi juga kualitas ketanggapan pembacanya.
Bukan hanya kebebasan mimbar atau kebebasan berbicara semata, tapi juga
kedewasaan pembicaraannya. Jangan hanya muncul tuntutan terhadap perbaikan
kualitas legislatif yang bisa menyuarakan hati nurani rakyat, tetapi juga kualitas
eksekutif agar bisa menangkap suara hati nurani rakyat. Tanpa pemahaman dan
kedewasaan.
Di balik semua perdebatan teoretik tentang demokrasi, juga di balik semua tuntunan
bagi demokratisasi negeri ini yang datang dari segenap penjuru, tampaknya tak cukup
muncul suatu kesadaran mendasar bahwa demokrasi sebenarnya adalah sebuah proses
yang seharusnya berjalan sejak tingkat individual, dan bukan semata-mata sebuah
proses besar kelembagaan yang kasat mata. Semboyan seorang demokrat adalah "aku
mungkin tak setuju dengan pendapatmu, tapi aku akan mati-matian berjuang agar kau
bisa menyuarakan pendapat itu". Semboyan inilah yang tak pernah bisa hadir dalam
masyarakat kita. Jika esensi demokrasi pada tingkat individual ini bisa diinternalisasi
oleh setiap aktor dan komunitis politik, maka upaya-upaya penegakan demokrasi pada
arus struktural maupun kultural akan lebih menemukan persemaian subur. Sudah
siapkah kita semua ke arah itu?
• Transparansi (Tak ada lagi batas kerahasiaan peran media)
Peran media yang independendan transparansi informasi merupakan faktor pendukung
dalam demokrasi kehidupan berbangsa danbernegara, dalam konteks peran media yang
bebas dan independen. Kebebasan pers sejalan dengan kebebasan individual mencakup
pula bebas dari intervensi pihak luar maupun dari kekuasaan pemerintah yang berkuasa.
Berdasarkan gambaran tersebut, yang diperlukan oleh masyarakat untuk mendukung
pemerintahan yang baik adalah keberadaan media massa yang tidak dipengaruhi oleh
berbagai kekuatan sosial, ekonomi maupun politik, dan lebih mengedepankan
transparansi informasi kepada khalayak. Namun yang menjadi pertanyaannya, sejauh
mana media massa di Indonesia dapat bersikap transparan, independen, dan lepas dari
pengaruh pemerintah. Tidak bisa diabaikan, bahwa budaya kekuasaan paternalistik dan
karakteristik tradisional yang cenderung menutup diri, masih melembaga dan
berpotensi menghambat kebebasan pers.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika pemberitaan media yang sudah berpijak
kepada kaidah transparansi informasi, justru menuai kecaman dari elite dalam
kekuasaan negara, yang terganggu dengan transparansi informasi yang disebarkan
media. Pada sisi lain, tidak dapat dinafikan, ada media massa yang tidak transparansi
dan tidak menjaga independensi karena memaknai kebebasan berkomunikasi dan
berekspresi secara sepihak merujuk kepada kepentingan sendiri.
• Liberalisasi bidang politik, melahirkan sistem multi partai yang cenderung tidak
efektif
Sistem pemerintahan yang berkembang di dunia yakni sistem parlementer dan sistem
presidensial maupun sistem campuran dari keduanya yang disebut hybrid sistem tidak
memiliki korelasi dengan keefektifan dan pengaruhnya terhadap stabilitas
pemerintahan. Akan tetapi hal tersebut akan berbeda apabila sistem pemerintahan
tersebut dikombinasikan dengan sistem kepartaian.
Banyak pernyataan yang disampaikan oleh akademisi, anggota parlemen, dan
pengamat politik bahwa pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yodoyono dinilai kurang atau tidak efektif dalam mengimplementasikan
program-program yang dihasilkan di tengah-tengah masyarakat. Banyak ahli yang
berpendapat bahwa tidak efektifnya pemerintahan SBY disebabkan karena hubungan
antara lembaga kepresidenan dan lembaga parlemen tidak baik. Tidak sedikit program-
program pemerintah yang harus mendapatkan persetujuan dari parlemen mendapatkan
resistensi dari DPR, bahkan ditolak oleh DPR. Dengan demikian program atau rencana
kerja pemerintah tidak dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Problem efektivitas pemerintah yang dialami oleh Indonesia saat ini juga banyak
dialami negara-negara lain yang menganut sistem pemerintahan presidensial.
Mainwaring (2008) berpendapat bahwa hanya empat negara penganut sistem
presidensial yang berhasil dalam menciptakan pemerintah yang efektif dan stabil.
Keempat negara tersebut adalah Amerika Serikat, Costa Rica, Columbia, dan
Venezuela. Sebaliknya, mayoritas negara-negara yang menganut sistem parlementer
dinilai sukses dalam hal menjaga stabilitas dan efektifitas pemerintahan. Beberapa
negara tersebut antara lain; Australia, Austria, Belgia, Kanada, Denmark, Jerman,
Irlandia, Belanda, Inggris, Selandia Baru, Italia, dan sebagainya.
Pertanyaan berikutnya adalah mengapa kombinasi antara sistem presidensial dansistem
multi partai yang dipraktekkan di Indonesia tidak mendorong terjadinya pemerintahan
yang efektif dan stabil? Penulis tidak ingin menyatakan bahwa sistem pemerintahan
memiliki korelasi langsung terhadap efektivitas pemerintahan, karena terdapat bukti
kalau kedua sistem pemerintahan mampu menciptakan pemerintahan yang efektif.
Meskipun tidak ada hubungan yang langsung antara sistem pemerintahan dengan
efektifitas pemerintah, akan tetapi ada beberapa hal di dalam sistem presidensialime
yang mempengaruhi efektivitas pemerintah. Dari segi menjaga stabilitas politik dan
pemerintahan, Indonesia memiliki pengalaman yang berharga dan mampu menjawab
bahwa sistem presidensial ternyata mampu menghasilkan stabilitas politik dan
pemerintahan yang lebih baik jika dibandingkan dengan sistem parlemen. Pelaksanaan
demokrasi parlemen pada tahun 1950an ternyata dinilai gagal di dalam menciptakan
stabilitas pemerintah dan politik yang akhirnya dinilai gagal menyejahterakan rakyat
Indonesia.
Salah satu alasan Amerika dengan sistem presidensial mampu menghasilkan
pemerintah yang efektif karena ditopang oleh sistem dwi-partai. Sedangkan Indonesia
mempraktekan sistem presidensial dan sistem multi partai.
Ada beberapa alasan mengapa sistem presidensial dan sistem multi partai kurang
berhasil di dalam menciptakan pemerintahan yang efektif dan stabil dibandingkan
dengan sistem parlementer yang dikombinasikan dengan sistem dua partai. Menurut
Mainawrring (2008) terdapat beberapa alasan/kelemahan sistem presidensial yang
dikombinasikan dengan sistem multi partai.
Pertama, karena pemilihan presiden dan parlemen diselenggarakan secara terpisah
maka kemungkinan presiden yang terpilih adalah presiden yang tidak mendapatkan
dukungan mayoritas di parlemen. Hal ini terjadi di Indonesia, Presiden SBY berasal
dari partai politik yang memiliki suara dan kursi yang kecil, P.Demokrat mendapatkan
suara 7,45%. Padahal didalam sistem presidensial dukunganparlemen kepada presiden
sangat berpengaruh di dalam proses pembuatan undang-undang dan pelaksanaan
kebijakan dan program – program pemerintah. Semakin besar dukungan parlemen
kepada presiden maka implementasi kebijakan publik oleh pemerintah akan semakin
efektif. Sebaliknya semakin kecil dukungan parlemen maka efektifitas pemerintah di
dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan akan semakin berkurang.
Kedua, personal presiden – termasuk kepribadian dankapasitas– merupakan salah satu
faktor yang penting. Di dalam sebuah situasi yang sulit seperti keadaan krisis ekonomi
saat ini presiden dihadapkanpadapekerjaan yang sangat banyak danrumit. Oleh karena
itu presiden juga dituntut memiliki kapasitas yang baik untuk menangani berbagai
permasalahan yang sedang dihadapi. Selain dituntut untuk memiliki kapasitas dalam
menangani permasalahan bangsa, karena presiden membutuhkan support/dukungan
dari parlemen maka presiden juga dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi
dan lobby yang baik dengan parlemen. salah satu faktor kurang efektifnya
pemerintahan SBY saat ini oleh beberapa kalangan dinilai disebabkan kelemahan SBY
di dalam mengelola dukungan dari koalisi partai politik yang mendukung pemerintah
dan lemahnya/ketidakmampuan presiden melakukan komunikasi dan lobby politik
dengan parlemen.
Ketiga, di dalam sebuah sistem presidensial dan multi partai membangun koalisi partai
politik untuk memenangkan pemilu adalah hal yang sangat wajar dan umum terjadi.
Koalisi partai politik terjadi karena untuk mendapatkan dukungan mayoritas dari
parlemen merupakan sesuatu yang sangat sulit. Namun masalahnya adalah koalisi yang
dibangun di dalam sistem presidensial – khususnya di Indonesia – tidak bersifat
mengikat dan permanen. Partai politik yang tergabung di dalam sebuah koalisi
mendukung pemerintah bisa saja menarik dukungannya. Contohnya adalah PAN
sebagai partai pendukung SBY tiba-tiba menarik dukungannya ditengah perjalanan.
Tidak adanya jaminan bahwa koalisi terikat untuk mendukung pemerintah sampai
dengan berakhirnya masa kerja presiden. Partai-partai politik yang tergabung di dalam
koalisi cenderung mengambil keuntungan dari pemerintah. Jika kebijakan atau program
yang diambil oleh pemerintah tidak populer partai politik cenderung melakukan
oposisi.
Selanjutnya koalisi partai politik yang dibangun untukmendukung calon presiden tidak
mencerminkan dan menjamin dukungan semua anggota parlemen dari masing-masing
partai politik yang ada di dalam koalisi kepada presiden. Partai politik tidak mampu
melakukan kontrol terhadap para anggota-anggotanya di parlemen untuk selalu
mendukung pemerintah. Hal yang menarik adalah tidaksedikit anggota DPRdari partai
Golkar, PPP, PKB,yang memiliki wakilnya di kabinet melakukan perlawanan terhadap
program-program yang akan dilakukan oleh pemerintah yang notabene harus di
dukungnya.
Di dalam sistem parlementer koalisi partai politik lebih bersifat permanen dan disiplin.
Koalisi partai politik dibangun atas dasar parlemen. Anggota parlemen dari koalisi
partai politik pendukungpemerintah yang tidakmendukung kebijakan pemerintah akan
dikeluarkan dari parlemen. Selain ancaman dikeluarkan dari keanggotan parlemen oleh
partai politiknya, jika anggota tidak mendukung program-program pemerintah agar
berhasil perolehan kursi partai mereka akan terancam pada pemilu berikutnya.
Sehingga suksesnya pemerintah terbentuk juga mempengaruhi citra partai politik
pendukungnya.
Jika koalisi parpol dalam sistem parlementer dibangun setelah pemilu, koalisi parpol
dalam sistem presidensial dibangun sebelum pemilu presiden dilaksanakan. Akibatnya
beberapa partai politik mendukung di dalam pencalonan akan tetapi tidak mendukung
ketika calon tersebut terpilih. Hal ini disebabkan, misalnya, tidak terwakilinya partai
tersebut di kabinet. Kalaupun terdapat perwakilan partai di kabinet, partai politik
tersebut tidak bertanggungjawab atas kebijakan-kebijakan pemerintah.
Keempat adalah lemahya penegakan fatsoen politik politisi yang ada di eksekutif
maupun parlemen. Tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat beberapa politisi di parlemen
yang tidakmengindahkan etika dalam berpolitik. Beberapa anggota DPR terkesan ingin
mencari popularitas di hadapan publik dengan melakukan berbagai kritikan-kritikan
terhadap semua kebijakan pemerintah, tidak peduli apakah program dan kebijakan
tersebut baik atau tidak bagi masyarakat. Perilaku inilah yang menyebabkan
pengambilan keputusan di parlemen sulit untuk dicapai secara efektif. Sebaliknya
beberapa menteri di kabinet lebih menunjukkan loyalitas kepada ketua partainya
dibandingkan dengan kepada presiden. Atau bahkan para pembantu presiden tersebut
lebih disibukkan dengan kegiatan konsulidasi internal partai politik dibandingkan
dengan membantu presiden mengimplementasikan program-program pemerintah.
Tidak bisa dipungkiri kabinet hasil koalisi ini sering terjadi conflict of interest karena
pejabat partai politik yang ditunjuk sebagai menteri tidak mengundurkan diri dari
jabatan di partai politik.
Solusi Masalah
Kalau kita sepakat bahwa tujuan utama penataan sistem politik Indonesia ditujukan
untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan stabil maka ada beberapa alternatif
jawaban yang patut dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan. Beberapa alternatif
tersebut adalah sebagai berikut;
1. Mengubah Sistem Presidensial menjadi Sistem Parlemen
Sepertinya pilihan pertama ini sangat sulit, kalau tidak dibilang mustahil, untuk
dilakukan. Selain pengalaman traumatis yang pernah dialami Indonesia pada masa
demokrasi parlementer, UUD 1945 secara tegas mengamanatkan bahwa sistem
pemerintahan Indonesia adalah presidensial. Tidak mudah untuk melakukan
amandemen terhadap UUD, akan memerlukan perdebatan yang panjang dan pasti akan
mendapatkan resistensi yang sangat besar. Pilihan ini adalah tidak realistik untuk
dipilih.
2. Mengubah Sistem Kepartaian
Contoh negara yang mengimplementasikan sistem presidensial yang sukses
adalah Amerika dimana sistem presidensial di dukung oleh sistem dwi – partai. Kalau
bangsa Indonesia ingin berkiblat kepada Amerika di dalam menata sistem politiknya
maka sistem multi partai haruslah diubah menjadi sistem dwi – partai. Tawaran solusi
ini sepertinya juga sulit untuk direalisasikan karena akan melawan arus demokrasi.
Masyarakat Indonesia yang sifatnya plural tidak akan bisa direpresentasikan oleh dua
partai politik saja.
3. Mengurangi Jumlah Partai Politik
Jumlah partai politik yang terlalu banyak juga merupakan salah satu faktor
penyumbang tidak efektifnya sistem pemerintah di Indonesia. Banyaknya partai politik
yang ikut dalam pemilu menyebabkan koalisi yang dibangun untuk mencalonkan
presiden dan wakil presiden terlalu “gemuk” karena melibatkan banyak parpol.
Gemuknya koalisi ini mengakibatkan pemerintahan hasil koalisi tidak dapat berjalan
efektif karena harus mempertimbangkan banyak kepentingan. Jika saja partai politik
yang ikut serta pemilu tidakbanyak, maka koalisi parpol yang dibangun juga tidakakan
menjadi “gemuk”. Presiden terpilih idealnya berasal dari koalisi yang sekurang-
kurangnya mendapatkan dukungan parlemen 50% dari jumlah kursi DPR dan jumlah
partai yang ikut berkoalisi tidak banyak, cukup dua atau tiga partai saja.
Usulan solusi ini lebih moderat jika dibandingkan denganpilihan 1 dan2 karena
masih mempertahankan sistem presidensial dan sistem multi partai. Hanya saja jumlah
partai di Indonesia yang terlalu banyak ini perlu disederhanakan. Penyederhanaan
partai politik sebenarnya sudah dilakukan sejak pemilu 1999 dengan
mengimplementasikan ambang batas bagi partai politik untuk ikut serta dalam pemilu
berikutnya (Electoral Threshold) dan ambang batas bagi partai politik untuk
mengirimkan wakilnya di parlemen (Parliamentary Threshold) – akan diberlakukan
pada pemilu 2009.
4. Menyelenggarakan Pemilu Presiden dan Legislatif secara Bersama-sama
(Concurrent Elections)
Beberapa pengamat politik berpendapat penyelenggaraan pemilu legislatif dan
presiden secara bersama-sama, concurrent elections, akan menciptakan pemerintahan
yang efektif. Dengan concurrent elections presiden terpilih akan mendapatkan
legitimasi yang kuat dari rakyat dan mendapatkan dukungan yang kuat dari parlemen.
Di dalam masyarakat/negara yang menganggap pemilihan presiden lebih penting
dibandingkanpemilihan legislatif, pemilih akan cenderung memilih partai poltitik yang
mencalonkan presiden yang didukungnya. Akibatnya partai politik yang mendukung
calon presiden terpilih akan memiliki peluang besar untuk memenangkan pemilu
legislatif. Dengan demikan mayoritas anggota parlemen berasal dari partai tersebut.
Solusi yang ditawarkan
Alternatif solusi ketiga, mengurangi jumlah partai dan dibarengi dengan koalisi
partai yang disiplin dan mengikat, adalah solusi yang paling memungkinkan dalam
konteks Indonesia. Berapa jumlah partai politik yang efektif dan ideal bagi bangsa
Indonesia yang perlu didiskusikan lebih lanjut. Beberapa pengamat mengatakan bahwa
masyarakat Indonesia cukup diwakili oleh 5 partai politik saja. Sedangkan berdasarkan
survey yang pernah diselenggarakan oleh salah satu lembaga survey jumlah partai
politik yang dikehendaki oleh publik adalah 5 - 7 partai.
Lantas mekanisme seperti apa yang diperlukan untuk mengurangi jumlah partai
politik yang ada? Ada beberapa mekanisme yang bisa diberlakukan untuk melakukan
penyederhanaan partai. Beberapa mekanisme telah dipraktekan oleh bangsa kita.
Pertama adalah melakukan restrukturisasi seperti yang dilakukan Presiden Suharto
pada tahun 1974. Kedua, memberlakukan ambang batas (threshold). ET diberlakukan
padapemilu 2004 dan2009. sedangkan PTdiberlakukan padapemilu 2009. ETternyata
tidak efektif untuk menyederhanakan partai politik karena para pemimpin partai yang
tidak lolos ET bisa mendirikan partai baru untuk ikut pemilu berikutnya. Sehingga
meskipun dengan menaikkan angka persentasi ET tetap saja tidak akan mengurangi
jumlah partai politik peserta pemilu. Yang efektif adalah meningkatkan angka
persentasi PT. PT lebih efektif mengurangi jumlah partai politik peserta pemilu karena
jelas “punishment” nya. Partai politik yang tidak mampu mencapai ambang batas yang
telah ditetapkan tidak diperbolehkan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. di
beberapa negara memiliki angka persentase yang berbeda-beda. Di Jerman ambang
batasnya adalah 5%, sedangkan diTurki sebesar 10%. Denganambang batas 10% Turki
hanya memiliki 3 atau 4 partai politik yang memiliki wakilnya di parlemen.
Ketiga adalah dengan memperkecil alokasi kursi di masing-masing daerah
pemilihan (district magnitude). Semakin kecil alokasi kursi di setiap DP maka peluang
partai untuk mendapatkan kursi semakin kecil. Hanya partai-partai besar saja yang
berpeluang mendapatkan kursi. Sedangkan partai kecil dan menengah akan kehilangan
peluang untuk memenangkan persaingan. Dengan demikian pengecilan alokasi kursi
tersebut merupakan alat untuk menyeleksi partai politik yang benar-benar mendapat
dukungan dari publik. Partai politik yang tidak mendapatkan suara signifikan secara
alami didorong untuk melakukan koalisi dengan partai lain atau akan mati karena tidak
mendapatkan suara dan kursi di parlemen.
Dua mekanisme penyederhanaan partai politik yang terakhir – menaikan
ambang batas dan memperkecil district magnitude - tersebut tentu akan lebih efektif
kalau keduanya dilaksanakan secara berbarengan. Dua metode terakhir akan lebih
diterima dibandingkan dengan metode yang pertama.
Dengan terciptanya sistem kepartaian yang lebih sederhana maka akan
mendorong koalisi partai politik yang lebih ramping, disiplin danmengikat. Bagaimana
mekanisme untuk mendorong agar supaya partai politik membangun koalisi yang
disiplin dan mengikat? Tentu yang pertama adalah memperbaiki disiplin internal partai
politik masing-masing. Partai politik harus mampu mengontrol anggota-anggotanya di
parlemen untuk mengikuti kebijakan partainya dalam mendukung pemerintahan. Jika
perlu, partai politik memberikan sanksi tegas kepada anggotanya di parlemen yang
tidak mendukung program dan kebijakan pemerintah. Kedua, fatsoen politik harus
ditegakkan. Para politisi yang ada di DPR dan kabinet harus sejalan dan seiring dengan
program dan kebijakan presiden. Pejabat partai politik yang dipilih di kabinet
seharusnya mengundurkan diri dari jabatan di masing-masing partai untuk mengurangi
conflict of interest. Ketiga, partai-partai politik di dalam koalisi harus berkomitmen
kuat untuk terus mendukung sampai dengan pemilu presiden berikutnya.
Kesimpulan
Faktor personalitas presiden dan wakil presiden berpengaruh dalam menciptakan
efektivitas danstabilitas pemerintahan. Persoalan efektivitas pemerintahan di Indonesia
saat ini lebih disebabkan oleh karena disharmoni hubungan antara lembaga
kepresidenan denganparlemen. faktor kemampuan berkomunikasi, lobby, dan menjaga
dan mempertahankan dukungan dari parlemen oleh presiden sangat penting dalam
menciptakan pemerintah yang efektif dan stabil.
Meskipun demikian permasalahan efektifitas dan stabilitas pemerintah di Indonesia
tidak saja dipengaruhi oleh personalitas pejabat presiden dan wakil presiden saja.
Efektivitas dan stabilitas pemerintah juga dipengaruhi oleh sistem pemerintahan dan
sistem kepartaian yang dilaksanakan.Sistem presidensial dan sistem multi partai dengan
jumlah partai yang terlalu banyak ternyata merupakan faktor lain yang krusial.
Observasi dan kajian yang dilakukan oleh Mainwaring (2008) menunujukkan bahwa
sistem presidensial yang dikombinasikan dengansistem multi partai yang dilaksanakan
di beberapa negara gagal untuk menciptakan pemerintahan yang ideal. Amerika Serikat
berhasil menciptakan pemerintahan yang efektif dan stabil karena menggunakan
kombinasi sistem presidensial dan dwi – partai.
Di Indonesia dengan masyarakat yang sangat heterogen tidak mungkin akan
dibawa menuju sistem dwi – partai. Maka solusi yang ditawarkan adalah jalan tengah
antara kombinasi sistem presidensial dengan multi partai yang sederhana. Multi sistem
partai yang sederhana harus didukung oleh koalisi partai yang ramping, disiplin dan
mengikat.
• Pengembangan otonomi daerah yang kadang tidak landasi asas-asas kepentingan
nasional
Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah. Jaminan partisipasi masyarakat dalam
bentuk peraturan daerah belum menjadi kebutuhan dan kewajiban bagi pemerintah
daerah. Dalam perencanaan pembangunan dan anggaran, misalnya masih dipandang
hal yang eksklusif dominan pemerintah danharus dirahasiakan keberadaanya dari akses
publik sehingga pengaturan hubungan wewenang dengan suatu undang-undang
sebagaimana amanat UUD 1945 membuka lembaran baru dalam pengaturan hubungan
pusat dan daerah. Pengaturan yang demikian itu menjadi landasan kuat terwujudnya
kejelasan dan kepastian pengaturan, baik tentang pemerintahan daerah dan
pemerintahan pusat secara sendiri-sendiri maupun tentang hubungan fungsional di
antara keduanya.
Hubungan wewenang menjadi landasan pengaturan hubungan pemerintahan bidang
lain (fungsional dan teritorial) dan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh kejelasan
dan kepastian wewenang oleh setiap lembaga dan susunan pemerintahan sehingga
penunaian amanat konstitusi ini dapat menjadi titik awal pemaduan pengaturan tentang
dimensi lainnya dalam hubungan pusat dan daerah, yang selama ini tercakup dalam
berbagai undang-undang sektoral dan ada bagian-bagian pengaturan yang cenderung
tidak harmonis.
Jawaban:
• Hasil Analisis
Teks tersebut menjelaskan tentang mulai melemahnya komitmen masyarakat terhadap
nilai-nilai dasar kehidupan yang selama ini dijadikan prinsip atau pandangan hidup
sehingga sistem filosofi bangsa menjadi berubah. Melemahnya komitmen masyarakat
terhadap nilai-nilai dasar tersebut diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal.
Berikut terkait faktor-faktor yang mempengaruhi melemahnya komitmen terhadap
nilai-nilai dasar kehidupan:
A. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi melemhanya komitmen terhadap nilai-nilai
kehidupan:
1. Globalisasi yang didukung liberalisme mendorong lahirnya sistem kapitalisme
di bidang ekonomi dan demokrasi liberal di bidang politik.
2. Indonesia mudah terpengaruh nilai-nilai asing sehingga melemahnya komitmen
terhadap nilai-nilai dasar kehidupan.
3. Pancasila tidak dijadikan lagi sebagai pandangan hidup atau filosofi bangsa.
B. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi melemahnya komitmen terhadap nilai-nilai
kehidupan:
1. Masyarakat memandang Pancasila tidak dapat mengatasi masalah krisis.
2. Disorientasi nilai dan distorsi nasionalisme, maksudnya disini yaitu
mengabaikan nilai-nilai kehidupan dan nilai nasionalisme.
3. Hilangnya rasa saling percaya antar sesama
Jadi kesimpulannya teks tersebut membahas tentang melemahnya komitmen
masyarakat terhadap nilai-nilai dasar kehidupan yang disebabkan oleh faktor
eksternal dan internal.

More Related Content

What's hot

Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Dadang Solihin
 
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014ginanurulazhar
 
Draft manual csos keamanan nasional new
Draft manual csos keamanan nasional newDraft manual csos keamanan nasional new
Draft manual csos keamanan nasional newnatubakha
 
M fajri hidayah 042605189 t2_isip4212
M fajri hidayah 042605189 t2_isip4212M fajri hidayah 042605189 t2_isip4212
M fajri hidayah 042605189 t2_isip4212MFajriHidayah
 
Makalah pemilihan umum online
Makalah pemilihan umum onlineMakalah pemilihan umum online
Makalah pemilihan umum onlinePuspa Sari
 
Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaMakalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaRiyanto Kasnuri
 
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif Daerah
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif DaerahKesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif Daerah
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif DaerahDadang Solihin
 
Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Santos Tos
 
Pemerintahan yang tidak transparan
Pemerintahan yang tidak transparanPemerintahan yang tidak transparan
Pemerintahan yang tidak transparanGuntur Raharjo
 
Sistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaSistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaMuhammad Sunardi
 
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)David Adi Nugroho
 
Makalah binter
Makalah binterMakalah binter
Makalah binterindirardn
 
Hak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraHak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraMischaelle
 
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi Septyarini Emppink
 

What's hot (19)

Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
 
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
 
Uas+kwn
Uas+kwnUas+kwn
Uas+kwn
 
Draft manual csos keamanan nasional new
Draft manual csos keamanan nasional newDraft manual csos keamanan nasional new
Draft manual csos keamanan nasional new
 
M fajri hidayah 042605189 t2_isip4212
M fajri hidayah 042605189 t2_isip4212M fajri hidayah 042605189 t2_isip4212
M fajri hidayah 042605189 t2_isip4212
 
Makalah pemilihan umum online
Makalah pemilihan umum onlineMakalah pemilihan umum online
Makalah pemilihan umum online
 
Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaMakalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
 
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif Daerah
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif DaerahKesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif Daerah
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif Daerah
 
Kelompok 10 good gavernance
Kelompok 10   good gavernanceKelompok 10   good gavernance
Kelompok 10 good gavernance
 
Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1
 
Pemerintahan yang tidak transparan
Pemerintahan yang tidak transparanPemerintahan yang tidak transparan
Pemerintahan yang tidak transparan
 
Sistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesiaSistem politik di indonesia
Sistem politik di indonesia
 
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
 
Makalah binter
Makalah binterMakalah binter
Makalah binter
 
Hak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraHak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negara
 
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
 
Skripsi heri
Skripsi heriSkripsi heri
Skripsi heri
 
Ari purnamasari
Ari purnamasariAri purnamasari
Ari purnamasari
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 

Similar to Tugas_Pkn_Pertemuan 1.pdf

New Critical Democrats Januari 2014
New Critical Democrats Januari 2014New Critical Democrats Januari 2014
New Critical Democrats Januari 2014joaquimrohi
 
153159196 makalah-penciptaan-sistem-pemerintahan-yang-bersih-dan-demokratis-docx
153159196 makalah-penciptaan-sistem-pemerintahan-yang-bersih-dan-demokratis-docx153159196 makalah-penciptaan-sistem-pemerintahan-yang-bersih-dan-demokratis-docx
153159196 makalah-penciptaan-sistem-pemerintahan-yang-bersih-dan-demokratis-docxOperator Warnet Vast Raha
 
pendidikan agama1.pptx
pendidikan agama1.pptxpendidikan agama1.pptx
pendidikan agama1.pptxFitriNandita1
 
Makalah sistem pers era orde baru
Makalah sistem pers era orde baruMakalah sistem pers era orde baru
Makalah sistem pers era orde baruMuhidin Sewank
 
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.Yudi Prasetya
 
Antitesis Hipotesis Lee
Antitesis Hipotesis LeeAntitesis Hipotesis Lee
Antitesis Hipotesis LeeMuhammad Afif
 
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.PdMateri akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pdhaidzarzamany21
 
Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebu...
Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebu...Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebu...
Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebu...RiyandeeProject
 
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Succes Zen
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!jesslynJC
 
Aura zahari 06_hubunganinternasional
Aura zahari 06_hubunganinternasionalAura zahari 06_hubunganinternasional
Aura zahari 06_hubunganinternasionalTania Azhari
 
Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015Ikhwan Setiawan
 

Similar to Tugas_Pkn_Pertemuan 1.pdf (20)

New Critical Democrats Januari 2014
New Critical Democrats Januari 2014New Critical Democrats Januari 2014
New Critical Democrats Januari 2014
 
153159196 makalah-penciptaan-sistem-pemerintahan-yang-bersih-dan-demokratis-docx
153159196 makalah-penciptaan-sistem-pemerintahan-yang-bersih-dan-demokratis-docx153159196 makalah-penciptaan-sistem-pemerintahan-yang-bersih-dan-demokratis-docx
153159196 makalah-penciptaan-sistem-pemerintahan-yang-bersih-dan-demokratis-docx
 
pendidikan agama1.pptx
pendidikan agama1.pptxpendidikan agama1.pptx
pendidikan agama1.pptx
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Makalah sistem pers era orde baru
Makalah sistem pers era orde baruMakalah sistem pers era orde baru
Makalah sistem pers era orde baru
 
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
Teori perbandingan politik. presidensial, parlementer, demokrasi.
 
Antitesis Hipotesis Lee
Antitesis Hipotesis LeeAntitesis Hipotesis Lee
Antitesis Hipotesis Lee
 
Tugas makalah pkn
Tugas makalah pknTugas makalah pkn
Tugas makalah pkn
 
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.PdMateri akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebu...
Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebu...Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebu...
Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebu...
 
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASIMASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
 
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
 
Artikel jadi
Artikel jadiArtikel jadi
Artikel jadi
 
Artikel jadi
Artikel jadiArtikel jadi
Artikel jadi
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!
 
Aura zahari 06_hubunganinternasional
Aura zahari 06_hubunganinternasionalAura zahari 06_hubunganinternasional
Aura zahari 06_hubunganinternasional
 
Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015
 
Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 

Recently uploaded

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

Tugas_Pkn_Pertemuan 1.pdf

  • 1. Nama : Raihan Tantowi Kelas : TI.21.C.1 Nim : 312110229 Matkul : Pkn Dosen : Edora, S.Pd., M.Pd TugasPekuliahan 1 Menganalisisslide 8-9 b. Dinamika InternalBangsaIndonesia Dalam kurun dasa warsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan perubahan yang luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi yang hampir membuat tak ada lagi batas kerahasiaan di negara kita, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya dirahasiakan. Liberalisasi bersamaan dengan demokratisasi di bidang politik, dan melahirkan sistem multi partai yang cenderung tidak efektif. Pengembangan otonomi daerah berakses pada semakin bermunculan daerah otonomi khusus, pemekaran wilayah yang kadang tidak dilandasi asas-asas kepentingan nasional sehingga sistem ketatanegaraan dan sistem pemerintahan terkesan menjadi “chaos”
  • 2. • Loncatan Demokrasi Demokrasi merupakan sebuah sistem politik pemerintahan yang perlu diperjuangan oleh rakyat, setelah kekuatan monarki dan oligarky dianggap tidak memadai untuk menjawab masalah kesejahteraan, kenyamanan, kebebasan berpendapat, dan berbagai kebebasan lainnya. Mungkin itulah kata kunci yang paling utama untuk memaknai penerapan demokrasi politik dan pemerintahan di Indonesia yang bertujuan akhir adalah dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial. Jika demokrasi juga mencakup sikap budaya dan tidak sekedar tatanan politik yang hanya diimplementasikan dalam teks-teks politik, maka pemberdayaan berpolitik menjadi salah satu prasyarat penting pula dalam membangun demokrasi. Dengan kata lain, untuk memasuki iklim demokrasi yang benar dan baik perlu pendewasaan, sebab untuk mendirikan (sistem) demokrasi bukan hanya perlu kebebasan berserikat. Bukan pula hanya kualitas pers yang bebas, tetapi juga kualitas ketanggapan pembacanya. Bukan hanya kebebasan mimbar atau kebebasan berbicara semata, tapi juga kedewasaan pembicaraannya. Jangan hanya muncul tuntutan terhadap perbaikan kualitas legislatif yang bisa menyuarakan hati nurani rakyat, tetapi juga kualitas eksekutif agar bisa menangkap suara hati nurani rakyat. Tanpa pemahaman dan kedewasaan. Di balik semua perdebatan teoretik tentang demokrasi, juga di balik semua tuntunan bagi demokratisasi negeri ini yang datang dari segenap penjuru, tampaknya tak cukup muncul suatu kesadaran mendasar bahwa demokrasi sebenarnya adalah sebuah proses yang seharusnya berjalan sejak tingkat individual, dan bukan semata-mata sebuah proses besar kelembagaan yang kasat mata. Semboyan seorang demokrat adalah "aku mungkin tak setuju dengan pendapatmu, tapi aku akan mati-matian berjuang agar kau bisa menyuarakan pendapat itu". Semboyan inilah yang tak pernah bisa hadir dalam masyarakat kita. Jika esensi demokrasi pada tingkat individual ini bisa diinternalisasi oleh setiap aktor dan komunitis politik, maka upaya-upaya penegakan demokrasi pada arus struktural maupun kultural akan lebih menemukan persemaian subur. Sudah siapkah kita semua ke arah itu? • Transparansi (Tak ada lagi batas kerahasiaan peran media) Peran media yang independendan transparansi informasi merupakan faktor pendukung dalam demokrasi kehidupan berbangsa danbernegara, dalam konteks peran media yang bebas dan independen. Kebebasan pers sejalan dengan kebebasan individual mencakup pula bebas dari intervensi pihak luar maupun dari kekuasaan pemerintah yang berkuasa. Berdasarkan gambaran tersebut, yang diperlukan oleh masyarakat untuk mendukung pemerintahan yang baik adalah keberadaan media massa yang tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan sosial, ekonomi maupun politik, dan lebih mengedepankan transparansi informasi kepada khalayak. Namun yang menjadi pertanyaannya, sejauh mana media massa di Indonesia dapat bersikap transparan, independen, dan lepas dari pengaruh pemerintah. Tidak bisa diabaikan, bahwa budaya kekuasaan paternalistik dan karakteristik tradisional yang cenderung menutup diri, masih melembaga dan berpotensi menghambat kebebasan pers.
  • 3. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika pemberitaan media yang sudah berpijak kepada kaidah transparansi informasi, justru menuai kecaman dari elite dalam kekuasaan negara, yang terganggu dengan transparansi informasi yang disebarkan media. Pada sisi lain, tidak dapat dinafikan, ada media massa yang tidak transparansi dan tidak menjaga independensi karena memaknai kebebasan berkomunikasi dan berekspresi secara sepihak merujuk kepada kepentingan sendiri. • Liberalisasi bidang politik, melahirkan sistem multi partai yang cenderung tidak efektif Sistem pemerintahan yang berkembang di dunia yakni sistem parlementer dan sistem presidensial maupun sistem campuran dari keduanya yang disebut hybrid sistem tidak memiliki korelasi dengan keefektifan dan pengaruhnya terhadap stabilitas pemerintahan. Akan tetapi hal tersebut akan berbeda apabila sistem pemerintahan tersebut dikombinasikan dengan sistem kepartaian. Banyak pernyataan yang disampaikan oleh akademisi, anggota parlemen, dan pengamat politik bahwa pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yodoyono dinilai kurang atau tidak efektif dalam mengimplementasikan program-program yang dihasilkan di tengah-tengah masyarakat. Banyak ahli yang berpendapat bahwa tidak efektifnya pemerintahan SBY disebabkan karena hubungan antara lembaga kepresidenan dan lembaga parlemen tidak baik. Tidak sedikit program- program pemerintah yang harus mendapatkan persetujuan dari parlemen mendapatkan resistensi dari DPR, bahkan ditolak oleh DPR. Dengan demikian program atau rencana kerja pemerintah tidak dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Problem efektivitas pemerintah yang dialami oleh Indonesia saat ini juga banyak dialami negara-negara lain yang menganut sistem pemerintahan presidensial. Mainwaring (2008) berpendapat bahwa hanya empat negara penganut sistem presidensial yang berhasil dalam menciptakan pemerintah yang efektif dan stabil. Keempat negara tersebut adalah Amerika Serikat, Costa Rica, Columbia, dan Venezuela. Sebaliknya, mayoritas negara-negara yang menganut sistem parlementer dinilai sukses dalam hal menjaga stabilitas dan efektifitas pemerintahan. Beberapa negara tersebut antara lain; Australia, Austria, Belgia, Kanada, Denmark, Jerman, Irlandia, Belanda, Inggris, Selandia Baru, Italia, dan sebagainya. Pertanyaan berikutnya adalah mengapa kombinasi antara sistem presidensial dansistem multi partai yang dipraktekkan di Indonesia tidak mendorong terjadinya pemerintahan yang efektif dan stabil? Penulis tidak ingin menyatakan bahwa sistem pemerintahan memiliki korelasi langsung terhadap efektivitas pemerintahan, karena terdapat bukti kalau kedua sistem pemerintahan mampu menciptakan pemerintahan yang efektif. Meskipun tidak ada hubungan yang langsung antara sistem pemerintahan dengan efektifitas pemerintah, akan tetapi ada beberapa hal di dalam sistem presidensialime yang mempengaruhi efektivitas pemerintah. Dari segi menjaga stabilitas politik dan pemerintahan, Indonesia memiliki pengalaman yang berharga dan mampu menjawab bahwa sistem presidensial ternyata mampu menghasilkan stabilitas politik dan pemerintahan yang lebih baik jika dibandingkan dengan sistem parlemen. Pelaksanaan
  • 4. demokrasi parlemen pada tahun 1950an ternyata dinilai gagal di dalam menciptakan stabilitas pemerintah dan politik yang akhirnya dinilai gagal menyejahterakan rakyat Indonesia. Salah satu alasan Amerika dengan sistem presidensial mampu menghasilkan pemerintah yang efektif karena ditopang oleh sistem dwi-partai. Sedangkan Indonesia mempraktekan sistem presidensial dan sistem multi partai. Ada beberapa alasan mengapa sistem presidensial dan sistem multi partai kurang berhasil di dalam menciptakan pemerintahan yang efektif dan stabil dibandingkan dengan sistem parlementer yang dikombinasikan dengan sistem dua partai. Menurut Mainawrring (2008) terdapat beberapa alasan/kelemahan sistem presidensial yang dikombinasikan dengan sistem multi partai. Pertama, karena pemilihan presiden dan parlemen diselenggarakan secara terpisah maka kemungkinan presiden yang terpilih adalah presiden yang tidak mendapatkan dukungan mayoritas di parlemen. Hal ini terjadi di Indonesia, Presiden SBY berasal dari partai politik yang memiliki suara dan kursi yang kecil, P.Demokrat mendapatkan suara 7,45%. Padahal didalam sistem presidensial dukunganparlemen kepada presiden sangat berpengaruh di dalam proses pembuatan undang-undang dan pelaksanaan kebijakan dan program – program pemerintah. Semakin besar dukungan parlemen kepada presiden maka implementasi kebijakan publik oleh pemerintah akan semakin efektif. Sebaliknya semakin kecil dukungan parlemen maka efektifitas pemerintah di dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan akan semakin berkurang. Kedua, personal presiden – termasuk kepribadian dankapasitas– merupakan salah satu faktor yang penting. Di dalam sebuah situasi yang sulit seperti keadaan krisis ekonomi saat ini presiden dihadapkanpadapekerjaan yang sangat banyak danrumit. Oleh karena itu presiden juga dituntut memiliki kapasitas yang baik untuk menangani berbagai permasalahan yang sedang dihadapi. Selain dituntut untuk memiliki kapasitas dalam menangani permasalahan bangsa, karena presiden membutuhkan support/dukungan dari parlemen maka presiden juga dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dan lobby yang baik dengan parlemen. salah satu faktor kurang efektifnya pemerintahan SBY saat ini oleh beberapa kalangan dinilai disebabkan kelemahan SBY di dalam mengelola dukungan dari koalisi partai politik yang mendukung pemerintah dan lemahnya/ketidakmampuan presiden melakukan komunikasi dan lobby politik dengan parlemen. Ketiga, di dalam sebuah sistem presidensial dan multi partai membangun koalisi partai politik untuk memenangkan pemilu adalah hal yang sangat wajar dan umum terjadi. Koalisi partai politik terjadi karena untuk mendapatkan dukungan mayoritas dari parlemen merupakan sesuatu yang sangat sulit. Namun masalahnya adalah koalisi yang dibangun di dalam sistem presidensial – khususnya di Indonesia – tidak bersifat mengikat dan permanen. Partai politik yang tergabung di dalam sebuah koalisi mendukung pemerintah bisa saja menarik dukungannya. Contohnya adalah PAN sebagai partai pendukung SBY tiba-tiba menarik dukungannya ditengah perjalanan.
  • 5. Tidak adanya jaminan bahwa koalisi terikat untuk mendukung pemerintah sampai dengan berakhirnya masa kerja presiden. Partai-partai politik yang tergabung di dalam koalisi cenderung mengambil keuntungan dari pemerintah. Jika kebijakan atau program yang diambil oleh pemerintah tidak populer partai politik cenderung melakukan oposisi. Selanjutnya koalisi partai politik yang dibangun untukmendukung calon presiden tidak mencerminkan dan menjamin dukungan semua anggota parlemen dari masing-masing partai politik yang ada di dalam koalisi kepada presiden. Partai politik tidak mampu melakukan kontrol terhadap para anggota-anggotanya di parlemen untuk selalu mendukung pemerintah. Hal yang menarik adalah tidaksedikit anggota DPRdari partai Golkar, PPP, PKB,yang memiliki wakilnya di kabinet melakukan perlawanan terhadap program-program yang akan dilakukan oleh pemerintah yang notabene harus di dukungnya. Di dalam sistem parlementer koalisi partai politik lebih bersifat permanen dan disiplin. Koalisi partai politik dibangun atas dasar parlemen. Anggota parlemen dari koalisi partai politik pendukungpemerintah yang tidakmendukung kebijakan pemerintah akan dikeluarkan dari parlemen. Selain ancaman dikeluarkan dari keanggotan parlemen oleh partai politiknya, jika anggota tidak mendukung program-program pemerintah agar berhasil perolehan kursi partai mereka akan terancam pada pemilu berikutnya. Sehingga suksesnya pemerintah terbentuk juga mempengaruhi citra partai politik pendukungnya. Jika koalisi parpol dalam sistem parlementer dibangun setelah pemilu, koalisi parpol dalam sistem presidensial dibangun sebelum pemilu presiden dilaksanakan. Akibatnya beberapa partai politik mendukung di dalam pencalonan akan tetapi tidak mendukung ketika calon tersebut terpilih. Hal ini disebabkan, misalnya, tidak terwakilinya partai tersebut di kabinet. Kalaupun terdapat perwakilan partai di kabinet, partai politik tersebut tidak bertanggungjawab atas kebijakan-kebijakan pemerintah. Keempat adalah lemahya penegakan fatsoen politik politisi yang ada di eksekutif maupun parlemen. Tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat beberapa politisi di parlemen yang tidakmengindahkan etika dalam berpolitik. Beberapa anggota DPR terkesan ingin mencari popularitas di hadapan publik dengan melakukan berbagai kritikan-kritikan terhadap semua kebijakan pemerintah, tidak peduli apakah program dan kebijakan tersebut baik atau tidak bagi masyarakat. Perilaku inilah yang menyebabkan pengambilan keputusan di parlemen sulit untuk dicapai secara efektif. Sebaliknya beberapa menteri di kabinet lebih menunjukkan loyalitas kepada ketua partainya dibandingkan dengan kepada presiden. Atau bahkan para pembantu presiden tersebut lebih disibukkan dengan kegiatan konsulidasi internal partai politik dibandingkan dengan membantu presiden mengimplementasikan program-program pemerintah. Tidak bisa dipungkiri kabinet hasil koalisi ini sering terjadi conflict of interest karena pejabat partai politik yang ditunjuk sebagai menteri tidak mengundurkan diri dari jabatan di partai politik.
  • 6. Solusi Masalah Kalau kita sepakat bahwa tujuan utama penataan sistem politik Indonesia ditujukan untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan stabil maka ada beberapa alternatif jawaban yang patut dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan. Beberapa alternatif tersebut adalah sebagai berikut; 1. Mengubah Sistem Presidensial menjadi Sistem Parlemen Sepertinya pilihan pertama ini sangat sulit, kalau tidak dibilang mustahil, untuk dilakukan. Selain pengalaman traumatis yang pernah dialami Indonesia pada masa demokrasi parlementer, UUD 1945 secara tegas mengamanatkan bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensial. Tidak mudah untuk melakukan amandemen terhadap UUD, akan memerlukan perdebatan yang panjang dan pasti akan mendapatkan resistensi yang sangat besar. Pilihan ini adalah tidak realistik untuk dipilih. 2. Mengubah Sistem Kepartaian Contoh negara yang mengimplementasikan sistem presidensial yang sukses adalah Amerika dimana sistem presidensial di dukung oleh sistem dwi – partai. Kalau bangsa Indonesia ingin berkiblat kepada Amerika di dalam menata sistem politiknya maka sistem multi partai haruslah diubah menjadi sistem dwi – partai. Tawaran solusi ini sepertinya juga sulit untuk direalisasikan karena akan melawan arus demokrasi. Masyarakat Indonesia yang sifatnya plural tidak akan bisa direpresentasikan oleh dua partai politik saja. 3. Mengurangi Jumlah Partai Politik Jumlah partai politik yang terlalu banyak juga merupakan salah satu faktor penyumbang tidak efektifnya sistem pemerintah di Indonesia. Banyaknya partai politik yang ikut dalam pemilu menyebabkan koalisi yang dibangun untuk mencalonkan presiden dan wakil presiden terlalu “gemuk” karena melibatkan banyak parpol. Gemuknya koalisi ini mengakibatkan pemerintahan hasil koalisi tidak dapat berjalan efektif karena harus mempertimbangkan banyak kepentingan. Jika saja partai politik yang ikut serta pemilu tidakbanyak, maka koalisi parpol yang dibangun juga tidakakan menjadi “gemuk”. Presiden terpilih idealnya berasal dari koalisi yang sekurang- kurangnya mendapatkan dukungan parlemen 50% dari jumlah kursi DPR dan jumlah partai yang ikut berkoalisi tidak banyak, cukup dua atau tiga partai saja. Usulan solusi ini lebih moderat jika dibandingkan denganpilihan 1 dan2 karena masih mempertahankan sistem presidensial dan sistem multi partai. Hanya saja jumlah partai di Indonesia yang terlalu banyak ini perlu disederhanakan. Penyederhanaan partai politik sebenarnya sudah dilakukan sejak pemilu 1999 dengan mengimplementasikan ambang batas bagi partai politik untuk ikut serta dalam pemilu berikutnya (Electoral Threshold) dan ambang batas bagi partai politik untuk
  • 7. mengirimkan wakilnya di parlemen (Parliamentary Threshold) – akan diberlakukan pada pemilu 2009. 4. Menyelenggarakan Pemilu Presiden dan Legislatif secara Bersama-sama (Concurrent Elections) Beberapa pengamat politik berpendapat penyelenggaraan pemilu legislatif dan presiden secara bersama-sama, concurrent elections, akan menciptakan pemerintahan yang efektif. Dengan concurrent elections presiden terpilih akan mendapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat dan mendapatkan dukungan yang kuat dari parlemen. Di dalam masyarakat/negara yang menganggap pemilihan presiden lebih penting dibandingkanpemilihan legislatif, pemilih akan cenderung memilih partai poltitik yang mencalonkan presiden yang didukungnya. Akibatnya partai politik yang mendukung calon presiden terpilih akan memiliki peluang besar untuk memenangkan pemilu legislatif. Dengan demikan mayoritas anggota parlemen berasal dari partai tersebut. Solusi yang ditawarkan Alternatif solusi ketiga, mengurangi jumlah partai dan dibarengi dengan koalisi partai yang disiplin dan mengikat, adalah solusi yang paling memungkinkan dalam konteks Indonesia. Berapa jumlah partai politik yang efektif dan ideal bagi bangsa Indonesia yang perlu didiskusikan lebih lanjut. Beberapa pengamat mengatakan bahwa masyarakat Indonesia cukup diwakili oleh 5 partai politik saja. Sedangkan berdasarkan survey yang pernah diselenggarakan oleh salah satu lembaga survey jumlah partai politik yang dikehendaki oleh publik adalah 5 - 7 partai. Lantas mekanisme seperti apa yang diperlukan untuk mengurangi jumlah partai politik yang ada? Ada beberapa mekanisme yang bisa diberlakukan untuk melakukan penyederhanaan partai. Beberapa mekanisme telah dipraktekan oleh bangsa kita. Pertama adalah melakukan restrukturisasi seperti yang dilakukan Presiden Suharto pada tahun 1974. Kedua, memberlakukan ambang batas (threshold). ET diberlakukan padapemilu 2004 dan2009. sedangkan PTdiberlakukan padapemilu 2009. ETternyata tidak efektif untuk menyederhanakan partai politik karena para pemimpin partai yang tidak lolos ET bisa mendirikan partai baru untuk ikut pemilu berikutnya. Sehingga meskipun dengan menaikkan angka persentasi ET tetap saja tidak akan mengurangi jumlah partai politik peserta pemilu. Yang efektif adalah meningkatkan angka persentasi PT. PT lebih efektif mengurangi jumlah partai politik peserta pemilu karena jelas “punishment” nya. Partai politik yang tidak mampu mencapai ambang batas yang telah ditetapkan tidak diperbolehkan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. di beberapa negara memiliki angka persentase yang berbeda-beda. Di Jerman ambang batasnya adalah 5%, sedangkan diTurki sebesar 10%. Denganambang batas 10% Turki hanya memiliki 3 atau 4 partai politik yang memiliki wakilnya di parlemen. Ketiga adalah dengan memperkecil alokasi kursi di masing-masing daerah pemilihan (district magnitude). Semakin kecil alokasi kursi di setiap DP maka peluang partai untuk mendapatkan kursi semakin kecil. Hanya partai-partai besar saja yang
  • 8. berpeluang mendapatkan kursi. Sedangkan partai kecil dan menengah akan kehilangan peluang untuk memenangkan persaingan. Dengan demikian pengecilan alokasi kursi tersebut merupakan alat untuk menyeleksi partai politik yang benar-benar mendapat dukungan dari publik. Partai politik yang tidak mendapatkan suara signifikan secara alami didorong untuk melakukan koalisi dengan partai lain atau akan mati karena tidak mendapatkan suara dan kursi di parlemen. Dua mekanisme penyederhanaan partai politik yang terakhir – menaikan ambang batas dan memperkecil district magnitude - tersebut tentu akan lebih efektif kalau keduanya dilaksanakan secara berbarengan. Dua metode terakhir akan lebih diterima dibandingkan dengan metode yang pertama. Dengan terciptanya sistem kepartaian yang lebih sederhana maka akan mendorong koalisi partai politik yang lebih ramping, disiplin danmengikat. Bagaimana mekanisme untuk mendorong agar supaya partai politik membangun koalisi yang disiplin dan mengikat? Tentu yang pertama adalah memperbaiki disiplin internal partai politik masing-masing. Partai politik harus mampu mengontrol anggota-anggotanya di parlemen untuk mengikuti kebijakan partainya dalam mendukung pemerintahan. Jika perlu, partai politik memberikan sanksi tegas kepada anggotanya di parlemen yang tidak mendukung program dan kebijakan pemerintah. Kedua, fatsoen politik harus ditegakkan. Para politisi yang ada di DPR dan kabinet harus sejalan dan seiring dengan program dan kebijakan presiden. Pejabat partai politik yang dipilih di kabinet seharusnya mengundurkan diri dari jabatan di masing-masing partai untuk mengurangi conflict of interest. Ketiga, partai-partai politik di dalam koalisi harus berkomitmen kuat untuk terus mendukung sampai dengan pemilu presiden berikutnya. Kesimpulan Faktor personalitas presiden dan wakil presiden berpengaruh dalam menciptakan efektivitas danstabilitas pemerintahan. Persoalan efektivitas pemerintahan di Indonesia saat ini lebih disebabkan oleh karena disharmoni hubungan antara lembaga kepresidenan denganparlemen. faktor kemampuan berkomunikasi, lobby, dan menjaga dan mempertahankan dukungan dari parlemen oleh presiden sangat penting dalam menciptakan pemerintah yang efektif dan stabil. Meskipun demikian permasalahan efektifitas dan stabilitas pemerintah di Indonesia tidak saja dipengaruhi oleh personalitas pejabat presiden dan wakil presiden saja. Efektivitas dan stabilitas pemerintah juga dipengaruhi oleh sistem pemerintahan dan sistem kepartaian yang dilaksanakan.Sistem presidensial dan sistem multi partai dengan jumlah partai yang terlalu banyak ternyata merupakan faktor lain yang krusial. Observasi dan kajian yang dilakukan oleh Mainwaring (2008) menunujukkan bahwa sistem presidensial yang dikombinasikan dengansistem multi partai yang dilaksanakan di beberapa negara gagal untuk menciptakan pemerintahan yang ideal. Amerika Serikat berhasil menciptakan pemerintahan yang efektif dan stabil karena menggunakan kombinasi sistem presidensial dan dwi – partai.
  • 9. Di Indonesia dengan masyarakat yang sangat heterogen tidak mungkin akan dibawa menuju sistem dwi – partai. Maka solusi yang ditawarkan adalah jalan tengah antara kombinasi sistem presidensial dengan multi partai yang sederhana. Multi sistem partai yang sederhana harus didukung oleh koalisi partai yang ramping, disiplin dan mengikat. • Pengembangan otonomi daerah yang kadang tidak landasi asas-asas kepentingan nasional Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah. Jaminan partisipasi masyarakat dalam bentuk peraturan daerah belum menjadi kebutuhan dan kewajiban bagi pemerintah daerah. Dalam perencanaan pembangunan dan anggaran, misalnya masih dipandang hal yang eksklusif dominan pemerintah danharus dirahasiakan keberadaanya dari akses publik sehingga pengaturan hubungan wewenang dengan suatu undang-undang sebagaimana amanat UUD 1945 membuka lembaran baru dalam pengaturan hubungan pusat dan daerah. Pengaturan yang demikian itu menjadi landasan kuat terwujudnya kejelasan dan kepastian pengaturan, baik tentang pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat secara sendiri-sendiri maupun tentang hubungan fungsional di antara keduanya. Hubungan wewenang menjadi landasan pengaturan hubungan pemerintahan bidang lain (fungsional dan teritorial) dan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh kejelasan dan kepastian wewenang oleh setiap lembaga dan susunan pemerintahan sehingga penunaian amanat konstitusi ini dapat menjadi titik awal pemaduan pengaturan tentang dimensi lainnya dalam hubungan pusat dan daerah, yang selama ini tercakup dalam berbagai undang-undang sektoral dan ada bagian-bagian pengaturan yang cenderung tidak harmonis.
  • 10. Jawaban: • Hasil Analisis Teks tersebut menjelaskan tentang mulai melemahnya komitmen masyarakat terhadap nilai-nilai dasar kehidupan yang selama ini dijadikan prinsip atau pandangan hidup sehingga sistem filosofi bangsa menjadi berubah. Melemahnya komitmen masyarakat terhadap nilai-nilai dasar tersebut diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Berikut terkait faktor-faktor yang mempengaruhi melemahnya komitmen terhadap nilai-nilai dasar kehidupan: A. Faktor eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi melemhanya komitmen terhadap nilai-nilai kehidupan: 1. Globalisasi yang didukung liberalisme mendorong lahirnya sistem kapitalisme di bidang ekonomi dan demokrasi liberal di bidang politik. 2. Indonesia mudah terpengaruh nilai-nilai asing sehingga melemahnya komitmen terhadap nilai-nilai dasar kehidupan. 3. Pancasila tidak dijadikan lagi sebagai pandangan hidup atau filosofi bangsa.
  • 11. B. Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi melemahnya komitmen terhadap nilai-nilai kehidupan: 1. Masyarakat memandang Pancasila tidak dapat mengatasi masalah krisis. 2. Disorientasi nilai dan distorsi nasionalisme, maksudnya disini yaitu mengabaikan nilai-nilai kehidupan dan nilai nasionalisme. 3. Hilangnya rasa saling percaya antar sesama Jadi kesimpulannya teks tersebut membahas tentang melemahnya komitmen masyarakat terhadap nilai-nilai dasar kehidupan yang disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.