Teks tersebut membahas tentang realisasi diri dan pentingnya berakar serta dibangun dalam iman kepada Yesus Kristus. Terdapat tiga tahapan realisasi diri yaitu mengenal diri, membuat keputusan tujuan hidup, dan komitmen pada tujuan hidup. Teks tersebut juga menjelaskan bahwa berakar dalam iman berarti menyerahkan kepercayaan kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan, sedangkan dibangun
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
MENJADI DIRI SENDIRI
1.
2. Apa itu?
Real diadopsi dari kata Bahas Inggris real yang
berarti nyata, nampak, dapat dialami dan
dirasakan,
Jadi kata realisasi menunjuk pada suatu proses
menjadi, proses menyatakan dan
menampakkan diri. Dalam hal ini realisasi diri
adalah proses membentuk diri dalam
hubungannya dengan sesamanya yang lain.
3. 1. Mengenal Diri
Dalam tahap ini seorang manusia berusaha mencari tahu tentang
dirinya sendiri. Secara intrinsik ia berusaha mengetahui apa yang
menjadi kekuatan dan kelemahannya. Sedangkan secara ekstrinsik
ia berusaha mencari tahu apa yang bisa menjadi peluang sekaligus
hambatan dalam realitas yang nampak.
2. Membuat Keputusan Tentang Tujuan Hidup
Dalam tahapan ini manusia mencari tahu tentang makna
keberadaannya di dunia, tentu saja hal itu selalu berangkat dari
pengenalan akan diri sendiri secara intrinsik maupun secara
ekstrinsik tadi. Tujuan Hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan tujuan jangka
panjang.
3. Komitmen dengan Keputusan atas Tujuan Hidup
Dalam tahapan ini manusia berusaha dengan keputusannya sendiri
komitmen dengan keputusan yang telah ia ambil, dalam hal itu
manusia bisa melewati tiga tahapan, yaitu tahap etis, tahap estetika,
dan tahapan religius
4. Games: Profil Diri
Permainan ini mengajak para peserta untuk menggambar profil diri
mereka untuk disharingakn kepada peserta lain
Waktu : 20-25 menit
Kelompok : 20-30 0rang
Peralatan: Selembar kertas dan sebatang fulfen untuk menggambar
1. Pendamping meminta peserta untuk menggambarkan diri mereka
dalam selembar kertas. Yang digambar adalah penampilan wajah
yang mampu menjadi identitas pokok mereka.
2. Sebelum menggambar perserta menenangkan dirinya terlebih
dahulu, merenungkan identitas diri yang dikenalnya. Kemudia
mereka menggambar selama 10-15 menit
3. Setelah itu masing-masing peserta saling bertukar gambar dengan
temannya yang berada di sampingnya,
4. Seorang peserta yang ditunjuk diminta untuk menceritakan profil
dirinya sambil menunjukkan gambarnya
5. Selanjutnya masing-masing peserta dapat saling menggambarkan
dirinya dan diteruskan dengan sharing emaus.
6. Tema APP Keuskupan Manado 2011:Menjadi Orang Katolik
Sejati dalam Konteks “Berakar dan dibangun dalam Yesus
Kristus, berteguh dalam iman” (bdk. Kol 2:7).
Pertanyaan pokok: Bagaimana Menjadi Orang (Muda) Katolik Sejati
EMPAT SUB TEMA dan TUJUANNYA
1. AKU DIBERI, MAKA AKU MEMBERI (Ul 26: 1-15)
Menanggapi kebaikan Tuhan dengan berbagi kepada sesama
2. BERBAGI DALAM KEKURANGAN (1 Raj 17: 7-16)
Percaya pada janji Tuhan dan mau berbagi meskipun dalam kekurangan
3. EKARISTI SUMBER BERBAGI (1 Kor 11: 17-34)
Berani berbagi kepada sesama dengan tulus dan murah hati
sebagai peringatan akan Yesus Kristus yang membagikan diri-
Nya untuk kita
4. KOMUNITAS KRISTIANI KOMUNITAS YANG BERBAGI (Luk 18: 18-27)
Komunitas murid Yesus adalah komunitas yang menjadikan harta dunia sebagai sarana untuk
memperoleh harta surgawi, yangdiwujudkan dengan hati yang mau diwujudkan dengan
hati yang mau berbagi
Sesudah membacakan Kitab Suci di dalam kelompok masing-masing peserta mensharingkan
pengalamannya terkait dengan isi Kitab Suci yang baru dibacakan beserta dengan niatnya
selama masa prapaskah ini.
7. Pentingnya berkomunitas bagi OMK mesti didasarkan pula oleh paham
teologis yang tepat mengenai Gereja. Sampai dengan Konsili Vatikan
II, banyak orang memahami Gereja sebagai sebuah ‘fenomena
sosial/keagamaan’ yakni kelompok orang kristiani yang dipimpin
oleh hirarki. Konsili menegaskan bahwa paham seperti itu tidak
cukup! Gereja harus dimengerti bukan sebagai fenomena sosial, yang
kelihatan, yang jasmani belaka. Ia adalah komunitas iman, harapan
dan kasih dalam Kristus (bdk. Lumen Gentium, 8) Gereja ada bukan
karena prakarsa manusia melainkan atas prakarsa Allah (bdk. Lumen
Gentium 2,3,4). Pembimbing OMK mesti menyadari bahwa
komunitas-komunitas OMK perlu berjejaring dan bergerak dalam
misteri ini. Perlu dibatinkan oleh pembimbing, bahwa OMK ada
karena panggilan Allah sendiri melalui Kristus dalam Roh Kudus.
Mereka tak sekedar berkumpul karena sama-sama berminat akan
hobi tertentu, namun pertama-tama karena inisiatif Yesus yang
memanggil mereka menjadi satu kawanan. Jika hal ini dibuat, tentu
keluhan bahwa OMK lari ke komunitas lain tak akan terjadi, atau
yang lari akan kembali, karena merasakan kehangatan rohani dalam
misteri panggilan Kristus dalam gerejaNya. Seorang muda yang
menulis surat kedua di atas akan tertolong jika memiliki dan dimiliki
oleh sebuah komunitas OMK yang hangat, yang berpusat pada
misteri kehadiran Kristus.
8. Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus
Kalimat ini digunakan oleh St. Paulus dalam ungkapan : “Berakar
dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman” (bdk.
Kol 2:7). Kita dapat membedakan tiga buah gambaran berikut ini:
1. “Berakar” mengingatkan kita pada pohon dan akar yang
memberi makan pohon itu.
2. “Dibangun” mengacu pada susunan sebuah rumah;
3. “Berteguh” menunjukkan pertumbuhan fisik dan susila.
Ketiga gambaran ini sangat tepat.
9. Gambaran Pertama: Berakar
Gambaran pertama ialah mengenai sebuah pohon yang dengan
kokoh ditanam, yang berterima kasih kepada akar yang telah
menopang dan memberi makanan kepadanya. Tanpa akar-akar
itu, pohon akan roboh ditiup angin dan mati. Apakah akar kita?
Secara alamiah, orangtua, keluarga dan kebudayaan negara kita
merupakan unsur-unsur penting dari jati diri pribadi kita. Namun
Kitab Suci mewahyukan unsur yang lebih lagi. Nabi Yeremia
menuliskan: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,
yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon
yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi
batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik,
yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering,
dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yer 17:7-8).
10. Bagi Nabi Yeremia, berakar dalam Tuhan berarti
menyerahkan kepercayaan kepada Tuhan. Dari Dia,
kita melukis hidup kita. Tanpa Dia, kita tidak bisa
benar-benar hidup. “Allah telah mengaruniakan hidup
yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam
anak-Nya” (1 Yoh 5:11). Yesus sendiri menyatakan
kepada kita, bahwa Dia sendirilah kehidupan kita
(bdk. Yoh 14:6). Sebagai akibatnya, iman Kristen
bukanlah hanya suatu kepercayaan bahwa suatu hal
tertentu merupakan kebenaran, melainkan lebih dari
itu, iman Kristen merupakan suatu hubungan pribadi
dengan Yesus Kristus. Iman kita ialah suatu
perjumpaan dengan Sang Putra Allah yang
memberikan tenaga pada seluruh keberadaan kita.
Ketika kita memasuki hubungan pribadi dengan Dia,
Kristus menyingkapkan jati diri kita yang asli, dan
dalam persahabatan denganNya, hidup kita
bertumbuh menuju kepenuhan yang lengkap.
11. Ada saatnya ketika kita mengalami masa muda, ketika bertanya: Apa
makna hidup saya? Manakah tujuan dan arah yang harus
kuberikan pada hidup saya? Saat itu merupakan saat penting, dan
pertanyaan-pertanyaan itu mungkin bisa membuat kita cemas
untuk beberapa lama. Kita mulai mempertanyakan mengenai jenis
pekerjaan yang harus kita pilih, pola hubungan-hubungan yang
harus kita bangun, persahabatan yang harus kita pelihara.
Di sinilah, suatu saat, saya melihat kembali masa muda saya. Saya
agak cukup dini menyadari, mengenai kenyataan bahwa Tuhan
menghendaki saya menjadi imam. Kemudian setelah masa
peperangan berakhir, saat saya di seminari dan universitas dalam
jalur menuju tujuan imamat itu, saya harus melihat kembali
kepastian cita-cita saya itu. Saya harus bertanya diri: sungguhkan
ini jalur yang harus saya jalani? Apakah benar jalan ini merupakan
kehendak Tuhan bagi saya? Apakah saya akan mampu bertahan
setia bagiNya dan sepenuhnya melayani Dia? Keputusan seperti
ini menuntut perjuangan tertentu. Hal ini tidak bisa tidak, harus
dilakukan. Namun kemudian tibalah kepastian itu: inilah
keputusan yang tepat! Ya, Tuhan menginginkan saya, dan ia akan
memberi saya kekuatan.
12. Jika saya mendengarkan Dia dan berjalan
bersamaNya, maka saya pasti menjadi diri saya
yang asli. Yang diperhitungkan bukanlah
pemenuhan hasrat hati saya sendiri, namun
kehendak Dia. Dengan cara ini, hidup menjadi
sejati.
Serupa dengan akar yang menopang kuat
pohon untuk tetap berada dalam tanah dan
kehidupannya, maka pondasi sebuah rumah
memberikan jaminan kekokohan jangka
panjang. Melalui iman, kita telah dibangun
dalam Yesus Kristus (bdk. Kol 2:7), seperti
rumah dibangun di atas pondasinya.
13. Gambaran kedua: Membangun
Sejarah Kekudusan telah menyediakan bagi kita banyak contoh
Santo-Santa yang membangun hidupnya pada Sabda Tuhan itu.
Yang pertama ialah Abraham, bapa iman kita, yang taat pada
Tuhan, ketika Tuhan memerintahkan dia meninggalkan tanah
leluhurnya untuk menuju tanah yang tidak ia kenal. “Percayalah
Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran. Karena itu Abraham disebut
“Sahabat Allah” (Yak 2:23).
Dibangun dalam Yesus Kristus berarti menanggapi secara positif
panggilan Tuhan, mempercayaiNya, dan menaruh SabdaNya
dalam tindakan. Yesus sendiri mengingatkan para murid,
“Mengapa engkau berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, padahal
kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” (Luk 6:46).
Dia lalu memakai gambaran pembangunan sebuah rumah:
“Setiap orang yang datang kepadaKu dan mendengarkan serta
melakukannya - aku akan menyatakan kepadamu - dengan siapa
ia dapat disamakan. Ia sama dengan seorang yang mendirikan
rumah. Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan
dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda
rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu
14. Bangunlah rumah kalian sendiri di atas batu karang seperti orang
yang menggali dalam-dalam untuk membuat pondasi. Cobalah setiap
hari untuk mengikuti sabda Kristus. Dengan keberadaan-Nya
disamping kalian, kalian akan menemukan keberanian dan
pengharapan untuk menghadapi berbagai kesulitan dan masalah,
bahkan untuk mengatasi kekecewaan dan kemunduran. Kepada
kalian, secara terus menerus ditawarkan pilihan-pilihan yang lebih
mudah, namun kalian sendiri tahu, bahwa segala tawaran itu bersifat
menipu dan tidak akan pernah mampu memberikan damai dan suka
cita. Hanya Sabda Allah saja yang mampu memperlihatkan kepada
kita jalan yang sejati dan hanya iman yang kita terima-lah yang
menjadi cahaya dalam jalan kehidupan kita.
Dengan penuh syukur, terimalah hadiah rohani ini yang telah kalian
warisi dari keluarga kalian; Berusahalah untuk menanggapi
panggilan Tuhan dengan penuh kesadaran, dan bertumbuhlah dalam
iman. Janganlah percaya para mereka yang memberitahu kalian
bahwa kalian tidak memerlukan orang lain untuk membangun hidup
kalian! Temukanlah dukungan dalam iman, pada orang-orang yang
mengasihi kalian, temukanlah dukungan dari iman Gereja, dan
bersyukurlah pada Tuhan bahwa kalian telah menerima iman itu dan
telah membuatnya menjadi milik kalian sendiri
15. Hendaklah kamu “berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh
dalam iman.” (Kol 2:7). Surat dari mana kata-kata tersebut dikutip,
ditulis oleh Santo Paulus untuk menanggapi kebutuhan khusus umat
Kristen di kota Kolose. Waktu itu, komunitas umat di Kolose
terancam oleh pengaruh kecenderungan budaya tertentu yang
memalingkan kaum beriman dari Injil. Ruang lingkup budaya kita
sekarang, para sahabat, bukanlah seperti keadaan umat kuno di
Kolose. Namun saat ini terdapat arus kuat pikiran kaum sekular
serupa yang bertujuan untuk meminggirkan Tuhan dari kehidupan
masyarakat dengan menekankan dan menciptakan “surga” tanpa
kehadiran-Nya. Sebenarnyalah pengalaman memberikan bukti nyata
kepada kita semua, bahwa dunia tanpa Tuhan selalu menjadi
“neraka” : dipenuhi oleh keakuan, keluarga berantakan, kebencian
antar-pribadi dan antar-bangsa, dan kekurangan yang besar akan
kasih, suka cita, dan harapan. Di lain pihak, di mana pada pribadi
dan bangsa menerima kehadiran Allah di tengah-tengah mereka,
memujiNya dalam kebenaran serta mendengarkan suara-Nya, maka
peradaban cinta kasih sedang dibangun, yaitu sebuah peradaban di
mana martabat semua orang dihormati, dan persekutuan paguyuban
meningkat, dengan segala kebaikannya.
16. Namun demikian tetap saja, beberapa umat Kristen tergoda oleh sekularisme
dan arus kepercayaan yang menjauhkan mereka dari iman akan Yesus
Kristus. Ada pula beberapa orang Kristen, sekalipun tidak terpengaruh oleh
godaan itu, namun telah dengan sembrono membiarkan iman mereka
tumbuh seadanya, yang berakibat buruk pada hidup kesusilaan mereka.
Kepada orang-orang Kristen yang dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang
jauh dari nilai Injil, Rasul Paulus memberitakan mengenai kekuatan wafat
dan kebangkitan Kristus. Misteri wafat dan kebangkitan Kristus merupakan
dasar hidup kita serta pusat iman Kristen. Dengan tetap menghormati
pertanyaan-pertanyaan besar yang terbenam dalam-dalam di hati manusia,
menurut saya semua filsafat yang mengabaikan misteri salib serta
menganggapnya “kebodohan” (1Kor 1:23), justru menyingkapkan
keterbatasan mereka sendiri. saya juga ingin menguatkan kalian dalam iman
(bdk. Luk 22:32). Kita dengan teguh percaya bahwa Yesus Kristus
menyerahkan diriNya sendiri di kayu salib untuk & memberikan kasih-Nya
kepada kita. Dalam penderitaanNya, Dia memikul penderitaan kita,
menanggung dalam diri-Nya dosa -dosa kita, memberikan pengampunan
bagi kita dan mendamaikan kita dengan Allah Bapa, membukakan bagi kita
jalan menuju hidup abadi. Jadi, kita dibebaskan dari hal yang paling
membelenggu hidup kita yaitu perbudakan dosa. Kita bisa mengasihi setiap
orang, bahkan musuh kita, dan kita bisa membagikan kasih ini untuk yang
termiskin dari saudara-saudari kita, dan bagi semua orang yang sedang
dalam dalam kesukaran hidup.
17. Salib sering menggentarkan kita, karena salib tampak sebagai
penolakan hidup. Pada kenyataannya, sebaliknyalah yang benar.
Salib adalah pernyataan ’ Ya’ dari Allah kepada umat manusia,
yang merupakan ungkapan tertinggi dari cinta-Nya dan sumber
dari mana kehidupan kekal mengalir. Sesungguhnyalah,
pernyataan ini berasal dari hati Yesus, yang dihancurkan di salib,
yang justru dari hati yang hancur itu hidup ilahi mengalir, yang
bisa ditampung oleh semua yang mengangkat mata mereka
kepada Sang Tersalib.
Caranya adalah dengan memeluk Salib Yesus Kristus, tanda cinta
kasih Tuhan, sebagai sumber hidup baru.
18.
19. Dengar Dia Panggil Nama Saya
Dengar dia panggil namamu
Dengar dia panggil nama saya
Juga dia panggil namamu
Oh giranglah, oh giranglah
Yesus amat cinta pada saya
Oh giranglah
Kujawab ya, ya, ya 2x
Kujawab ya Tuhan 2x
Kujawab ya, ya, ya