uru hampir tak bisa pernah lelap tidur, zaman berputar, dan teknologi selalu mati muda. Itulah yang terjadi ketika manusia menggunakan “mesin dahsyatnya”, berupa otak yang cerdik untuk selalu dan selalu berkreasi, inovasi ke dalam ranah teknologi.
Pembelajaran dengan segenap metodenya, yang beriringan dengan modelnya penyajian, adalah salah satu serpihan teknologi, yakni teknologi pembelajaran.
1. PEMBELAJARAN BERMAKNA
Oleh : djoko adi walujo, drs, ST, mm
Workshop Sosialisasi MGMP SMP/MTs se Kota Surabaya
[Paparan ini sama sekali tidak membahas detil Pembelajaran Bermakna, namun cenderung pada sikap
mental apakah Guru siapmenerima , Pembelajaran bermakna]
PENGANTAR
uru hampir tak bisa pernah lelap tidur, zaman berputar, dan teknologi selalu mati
muda. Itulah yang terjadi ketika manusia menggunakan “mesin dahsyatnya”, berupa
otak yang cerdik untuk selalu dan selalu berkreasi, inovasi ke dalam ranah teknologi.
G
Pembelajaran dengan segenap metodenya, yang beriringan dengan
modelnya penyajian, adalah salah satu serpihan teknologi, yakni
teknologi pembelajaran. Kini karya-karya unggul bidang pembelajaran
muncul, konsekuensinya adalah lahirlah terminology alias istilah-
istilah baru. Dalam proses pembelajaran, dari paradigma, model dan
penerapannya, juga disentuh oleh kemajuan itu. Akhirnya orang
mengenal istilah-istilah ini, mulai dari Quantum Teaching, Quantum
Learning, Cooperative Learning, hingga Contextual Teaching
Learning. Istilah yang kadang bikin pening, kadang pula juga
mengundang tanggapan miring, adalah suatu realita yang menuntut
adanya daya suai bagi profesi Guru. Rupanya hal itu menuntut suatu
keharusan, dengan kata lain, Guru harus berubah. Pertanyaannya
sudah siapkah sang Guru, merubah beton-beton mental yang telah
lama membatu, dan sudah menjadi jati diri.
Teknologi secanggih apa pun tak akan mampu diaplikasi, ketika
manusia sebagai aktornya enggan merubah mentalitasnya.
Hari ini kita dalam wahana sosialisasi, yang akan mengangkat
sebuah materi pembelajaran bermakna, namun jika mentalitas kita
memberi jawaban enggan berubah, maka wahana sosialisasi ini tidak
memiliki arti.
MERUBAH MENTALITAS YANG TERLANJUR BEKU &
MEMBATU
adirnya sesuatu yang baru, serta merta membelah sikap mental seorang-orang, ada
yang setuju, ada yang pula menggerutu. Sosialisasi kalau ini memiliki maksud
untuk menjebatani belahan sikap tadi. Seperti lahirnya “PEMBELAJARAN
BERMAKNA”, yang kini akan kita dicerna bersama, kita kunyah-kunyah berjama’ah.
Kadang mengundang pertanyaan yang sangat menyeramkan, apakah selama ini
pembelajaran tidak bermakna ?. Apakah pembelajaran yang kita lakukan selama ini sia-
sia?. Tentu itu tidak benar. Pembelajaran yang kita lakukan sudah benar, namun
kemajuan teknologilah yang menstimuli kita untuk beradaptasi, artinya mengadaptasikan
proses pembelajaran sesuai zaman.
H
2. PEMBELAJARAN BERMAKNA
WORKSHOP SOSIALISASI MGMP SMP/MTs – se KOTA SURABAYA
26 April 2008
Bagaimana dengan profesi kita?, Tentunya yang harus kita kedepankan saat ini
adalah kerelaan kita untuk berubah.
Model pembelajaran, adalah sebuah metodologi, atau sarana, lebih kasar kita sebut “alat”
atau “piranti”. Guru adalah seorang profesionalis yang menjalankan fungsi-fungsinya
dengan menggunakan metodologi, kendatipun aturan telah dicanangkan, namun sikap
mental masih pada pusaran yang rentan berubah, maka segalanya menjadi kalah dan
“mentah”
Kuncinya adalah, saat ini kita harus berubah. Dari paradigma lama menju yang baru.
MODAL MENGGAPAI PARADIGMA BARU
eorang Guru pasti memahami istilah yang satu ini. “Learning Process”. Manusia bisa
berubah dan menerima paradigma baru, tidak serta merta. Tapi perlu tahapan.
Tahapan itu adalah, “Know”, “Believe”, “Attitude”, “Behavior”, “Habit” dan “
Culture”.
S
Know:
Semua stimuli dari akibat interaksi kita dan lingkungan, akan menjadi bahan dasar untuk
mengetahui sesuatu, dan selanjutnya berfungsi untuk memicu munculnya perilaku.
Workshop kali ini adalah wahana menstimuli, agar meransang munculnya perilaku baru.
Yakni menerima atau menolak, setuju dengan pembelajaran bermakna atau tidak
Believe:
Setelah kita mengetahui sesuatu yang baru, yang sudah disaring oleh keyakinan kita.
Keyakinan yang bersumber dari nilai-nilai yang terbentuk di lingkungan. Jika hal itu
bermakna, maka kita pasti menerimanya.
Attitude :
Sinergi antara apa yang kita ketahui dengan apa yang kita yakini, dan akhirnya
membuahkan perilaku. Hebatnya, metodologi yang baru, apakah Quantum Teaching,
Learning, atau Cooperative leraning. Jika Guru tidak yakin akan hal itu, maka hampir
dipastikan tidak akan lahir perilaku yang baru.
Behavior ::
Perilaku yang ditampilkan oleh seorang Guru, adalah akumulasi dari Know, believe dan
Attitude. Ketiga paduan tersebut, acapkali disebut sebagai “software”, sedangkan
behavior adalah ‘hardwarenya” Jika seorang Guru dalam memahami pembelajaran
bermakna tidak melalui proses know, believe, hingga attitude, maka bekerjanya akan
setengah hati.
Habit :
Perilaku yang didemonstrasikan secara konsisten adalah kebiasaan [habit], merupakan
bentuk kristalisasi perilaku. Jika hal ini terbentuk, maka Pembelajaran Bermakna, akan
2
3. PEMBELAJARAN BERMAKNA
WORKSHOP SOSIALISASI MGMP SMP/MTs – se KOTA SURABAYA
26 April 2008
menjadi santapan, alias menu utama Guru. Semuanya akan menjadi jalan tanpa
hambatan, metode pembelajaran ini kan popular, setara film “ayat-ayat cinta”
Cultutre:
Budaya adalah cerminan dari nilai-nilai yang diketahui dan diyakini. Budaya merupakan
pemantapan dari kebiasaan [habit]. Pada tahapan inilah, perilaku seorang-orang sudah
melekat dan sulit untuk diubah kembali, kendati ada nilai-nilai yang baru.
Jika ada intervensi nilai yang baru, harus melalui “Learning Process”. Pengalaman yang
kita tarik dari pemahaman ini adalah, bahwa workshop ini, tidak serta merta langsung
berubah budaya yang sudah membatu dan membeku. Namun tersimpan sebuah
kesadaran, yang menyatakan bahwa workshop kali ini adalah utaian dari “learning
process”
MEMBANGUN ABILITY TO RESPONSE
“Guru juga manusia “. Manusia yang memiliki kemampuan untuk menanggapi adalah
manusia yang mampu mengendalikan kehidupannya, sehingga dia mampu menentukan
tindakannya sendiri. Terkait dengan profesi seorang Guru, maka dalam membangun
citranya sedikitnya, ada lima kemampuan yang harus dikantongi.
Kemampuan-kemampuan itu adalah:
Ability to fact [kemampuan memahami fakta]
Ability to basic knowledge [kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan]
Ablity to evaluation [kemampuan mengevaluasi]
Ability to analysis [kemampuan analisis]
Ablity to response [kemampuan menanggapi]. adalah kemampuan yang muncul,
akibat kemampuan-kemampuan lainnya, seperti: kemampuan memahami fakta;
kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan, kemampuan evaluasi dan
kemampuan analisis]
Ability to fact [kemampuan memahami fakta];
Jika kemampuan ini telah ada pada diri seorang Guru, maka pengalaman empirinya yang
akan mengendalikan apakah sesuatu itu yang diterima inderanya memiliki nilai-nilai
manfaat. Jika hal itu tidak menjadikan sebuah ancaman bagi dirinya, dan justru memiliki
manfaat besar bagi dirinya, maka akan diterimanya.
Apakah Pembelajaran Bermakna itu, sebuah ancaman bagi eksistensi profesi, atau justru
itu membantu Guru ?. Kemampuan inilah yang mengendalikannya.
Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena fakta telah
menunjukkan eksistensinya
Ability to basic knowledge [kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan]
3
4. PEMBELAJARAN BERMAKNA
WORKSHOP SOSIALISASI MGMP SMP/MTs – se KOTA SURABAYA
26 April 2008
Guru hampir semuanya telah memiliki kemampuan ini, tidak ada seorang pun yang
mengatakan tidak. Semua Guru telah memilikinya, telah menyadarinya, dan merupakan
bagian dari profesinya.
“Jika” selalu diikuti “Maka”. Jika seorang Guru enggan mengubah paradigmanya, maka
akan disisihkan oleh zaman.
Hadirnya pengetahuan baru, model pembelajaran baru, tidak harus ditunggu, tapi
diantisipasi.
Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena pengetahuan telah
mengawalnya.
Ability to evaluation [kemampuan mengevaluasi]
Kemampuan ini adalah, bagian yang melekat pada profesi Guru. Setiap berpikir
bertindak, dan berperilaku selalu mengedepankan kemampuan ini. Tentunya ketika
menjalankan profesinya, seorang Guru selalu memberikan pertimbangan akan manfaat,
dan keruginya. Menimbang kemungkinan risiko yang dihadapinya. Hadirnya model
pembelajaran baru, hampir dipastikan merupakan “rekayasa nilai-nilai” [reengineering]
atas model pembelajaran yang lama.
Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, tidak perlu diragukan lagi,
karena merupakan rekayasa nilai-nilai atau metode yang mendahuluinya.
Ability to Analysis [kemampuan analisa]
Merupakan kemampuan dalam mengurai permasalahan secara detil, dan menggunakan
berbagai dimensi ketika memandang sesuatu masalah. Guru sadar atau tidak telah lama
memiliki dan menggunakannya. Guru setiap menjalankan profesinya, selalu melakukan
tahapan ini. Bahkan Guru-guru telah lama melakukan Penelitian Tindakan Kelas [PTK],
jauh sebelum PTK se-populer saat ini. Saat ini PTK populernya hampir menyamai
seorang artis seperti Kridayanti. Namun Guru tidak mampu menuliskannya, kedalam
bahasa tulis ilmiah.
Kalau di analisa lebih tajam, sebenarnya Guru-guru telah lama mengaplikasikan berbagai
metode pembelajaran yang sesuai dengan zamanya, termasuk metode pembelajaran
bermakna. Namun Guru masih ragu apakah yang dilakukan itu telah memenuhi kaidah
bermakna.
Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena yang sebenarnya
Guru-guru telah lama melakukannya, tetapi ada keraguan apakah yang dilukukan
itu, Pembelajaran yang bermakna.
Ability to response [Kemampuan menaggapi]
Adalah kemampuan yang muncul, akibat kemampuan-kemampuan lainnya, seperti:
kemampuan memahami fakta; kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan,
kemampuan evaluasi dan kemampuan analisis.
Bagi profesi seorang Guru, kemampuan managgapai adalah citra diri dalam melihat
dirinya [self image]. Detibya antara lain:
1. Kemampuan dalam memahami kompetensi [competency]
4
5. PEMBELAJARAN BERMAKNA
WORKSHOP SOSIALISASI MGMP SMP/MTs – se KOTA SURABAYA
26 April 2008
2. Kemampuan untuk meciptakan visi [Vision] sebagi harapan dan cita-cita
3. Kemampuan untuk memberikan makna pada hidupnya yang diwujudkan dalam
bentuk pemaknaan misi [Mission] hidupnya
4. Kemmapuan menggunkan kompetensinya untuk mewujudkan visi dan misinya
dalam bentuk strategi yang dijalankan
5. Kemampuan menterjemahkan strategi sebagai aksi.
Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus respon secara positif, karena
kompetensi Guru, yang didalamnya menggambarkan Visi, Misi, Startegi, dan Aksi.
Semuanya adalah bagian dari kekuatan atau potensi profesi.
MENGAPA PEMBELAJARAN BERMAKNA
Kita diingatkan oleh adigium yang dibangun dari reklame minuman.
Pertama: Kapan saja, Dimana, saja “Minum” Metode Pembelajaran Bermakna
Kedua: Apapun “makanan” model pembelajarannya , “minumnya” model pembelajaran
bermakna.
Tapi mengapa model pembelajaran bermakna ?
Tentunya harus dikembalikan pada fakta sebenarnya, karena jika dilacak sebuah
pembelajaran harus diindikasikan pada tingkatan yang kondusif, menyenangkan, dan
kontekstual.
Mencuplik dari buku “Menggagas Pendidikan Bermakna”, buah pikir Prof. Muchlas
Samani, bahwa apapun model pembelajaran, maka harus bermakna [meaningful
learning]. David Ausubel, adalah seorang orang ahli psikologi pendidikan, menurut
Ausubel [1966] bahan pelajaran yang dipelajari harus “bermakna’ [meaning full].
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif
ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah sipelajari dan
dingat siswa.
Suparno [1997] mengatakan, pembelajaran bermakna adalah suatu proses
pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah
dipunyai seorang-orang yang sedang dalam proses pembelajaan. Pembelajaran bermakan
terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur
pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa
dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pelajaran
harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilki siswa, sehingga konsep-
konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, factor intelektual
emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
5
6. PEMBELAJARAN BERMAKNA
WORKSHOP SOSIALISASI MGMP SMP/MTs – se KOTA SURABAYA
26 April 2008
Pembelajaran bermakna, adalah pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran
yang menyenangkan, akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi secara
utuh, konsekuensi akhirnya adalah meningkatkan kemampuan siswa.
Anlogi seperti yang ditulis oleh Taufiq Pasiak, dalam penelitiannya terhapad tikus yang
mendapat perlakuan penekanan[stressor] dan tikus yang enjoy [tanpa stressor]. Hasil
penelitian menujukkan bahwa intervensi dari luar [berupa stressor] akan mengubah
struktur otak , terutama pada kadar reseptor dan neurotransmitter. Ringkasanya perlakuan
stresoor [tidak] menyenangkan akan menurunkan kemampuan tangkapannya.
Sejalan dari pemikiran itu Bobbi DePorter, mengenalkan lompatan pembelajaran yang
menyegarkan dan menyenangkan. Dengan mengubah energi potensial siswa menjadi
cahaya, menjadikan semuanya bermakna. Oleh karenanya motede pembelajaran yang
dikreasi Bobbi, memberikan jargon, T-A-N-D-U-R dan AMBAK.
Berikut kerangka rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR
1. TUMBUHKAN. Tumbuh- kan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat
BAgiKU “ (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar
2. ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua pelajar
3. NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah
“masukan”
4. DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan
bahwa mereka tahu”
5. ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan ,
“Aku tahu dan memang tahu ini”.
RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan.
KAPAN KITA MENGGUNAKAN
Revolusi cara belajar mengubah segalannya, ketika citarasa yang menyenangkan menjadi
atmosfir pembelajaran bermakna. Maka ketika menerapkaj harus tetap memperhatikan
kaidah-kaidah tertentu. “Warung Jamu”, adalah sebuah kaidah yang merupakan
kepanjangan dari WAktu-RUaNG-JumlAh dan MUtu. Makna Warung Jamu adalah
dimennsi ukur yang harus diperhatikan, ketika seorang Guru melakukan pembelajaran.
Kapan [waktu], kita melalukan pembelajaran
Pada rentangan bagaimana atau pada kondisi yang bagaimana [ruang], kita
melakukan pembelajaran
Kuantitas audience [jumlah]
Kuliatas yang diharapkan [mutu]
6
7. PEMBELAJARAN BERMAKNA
WORKSHOP SOSIALISASI MGMP SMP/MTs – se KOTA SURABAYA
26 April 2008
Sejalan dengan kaidah tersebut, kita diingatkan pula dengan kaidah “ABCD” –[Audience,
Behavior, Condition and Degree]. Kaidah inilah, bagaikan bintang pengarah para guru
untuk memilih metode pembelajaran yang EER[ Efektif, Efisien dan Rasional].
Saat ini terjadi revolusi pembelajaran, yang mengenarasi banyak metode pembelajaran,
namun kita dicermati adalah berubahnya paradigma pembelajaran. Dari Guru sebagai
pusat pembelajaran, atau semuanya sangat ditentutkan dari atas “driver company”,
menuju pembelajaran yang memberikan ruang gerak secara utuh dan menyeluruh pada
siswanya “driver customer”. Paradigma inilah yang menuntut setiap Guru untuk cermat
dalam memilih metode pembelajaran. Tentunya metode pembelajaran Bermakna
BUKU YANG CANDRA
Barbara K. Given [2007]. Brain Based Teaching [Merancang Kegiatan Belajar
Mengajar yang Melibatkan Otak Emotional, Sosial, Kognitif, Kinetetis, dan
Reflektif]. Penerbit Kaifa Bandung.
Ijoni [2007]. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Penerbit
Alfabeta Bandung.
Muchlas Samani [2007]. Pendidikan Bermakna: integrasi Life Skill-KBK-CTL-MBS,
Penerbit SIC Surabaya
Suprano,P.[1997]. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Penerbit Kanisius
Yogyakarta.
Yosi Novian dan Faqih Syarif [2008]. Quantum Quotient, Learning Behavior, Ability To
Respones & Training, PT Jaya Pustaka Media Utama, Surabaya
7