SlideShare a Scribd company logo
1 of 95
Download to read offline
IKGK 6 - Kelompok 6
DK Mandiri
Skenario 7
Learning Issues
● Infeksi (Fokus Infeksi dan Fokal Infeksi)
○ Definisi
○ Penyakit dan kelainan gigi dan mulut yang dapat berpotensi menjadi fokus infeksi
○ Kondisi tubuh yang menjadikan fokus infeksi sebagai ancaman yang potensial
○ Tindakan eliminasi fokus infeksi yang menjadi kontraindikasi pada ibu hamil
● Manajemen Dental pada Pasien Ibu Hamil
○ Pemeriksaan
○ Risiko pada ibu hamil
○ Kegawatdaruratan medis
○ Golongan obat yang menjadi indikasi dan kontraindikasi bagi pasien dalam kondisi hamil
○ Hal-hal yang harus diperhatikan
● Tindakan ekstraksi pada ibu hamil
○ Indikasi dan kontraindikasi
○ Teknik anestesi
○ Komplikasi
○ Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Infeksi
(Fokal Infeksi dan Fokus Infeksi)
Definisi Fokus Infeksi
● Fokus infeksi adalah daerah yang dibatasi pada jaringan yang terinfeksi
mikroorganisme patogenik eksogen.
● Biasanya terletak berdekatan permukaan mukosa atau kutan.
● Fokus infeksi dapat terjadi di bagian tubuh manapun dan biasanya tidak
menimbulkan manifestasi klinis.
● Oral foci of infection → proses patologis
○ tidak menyebabkan masalah infeksius mayor pada individu sehat
○ menimbulkan inflamasi lokal parah atau inflamasi sistemik pada individu
dengan kondisi tertentu
Definisi Fokal Infeksi
● Fokal infeksi adalah infeksi lokal atau umum yang disebabkan oleh penyebaran
mikroorganisme atau produk toksik dari fokus infeksi.
● dianggap sebagai infeksi pada bagian spesifik yang dapat menyebar ke bagian
lain dalam tubuh
● Fokal Infeksi → kronis, umumnya low-grade, dan merupakan infeksi yang
berkembang diam-diam dan perlahan menghasilkan gejala sistemik maupun
lokal (Graham 1931)
Mekanisme Fokal Infeksi
● Metastasis mikroorganisme dari fokus infeksi melalui penyebaran hematogenous
atau lymphogenous
● Toksin atau produk toksin yang dibawa melalui aliran darah atau saluran limfatik dari
fokus infeksi ke situs yang jauh di mana dapat memicu reaksi hipersensitif pada
jaringan.
Oral Foci of Infection
keadaan-keadaan dalam rongga mulut yang dapat menjadi asal infeksi dan bermetastasis ke
bagian tubuh lainnya:
● lesi infeksi periapikal, seperti periapikal granuloma, kista, atau abses
● gigi dengan infeksi root canal
● penyakit periodontal
banyak bukti klinis yang menunjukkan bahwa fokus infeksi pada rongga mulut menyebabkan
atau memperparah keadaan sistemik, antara lain
● Arthritis, utamanya rheumatoid and rheumatic fever type
● Valvular heart disease, khususnya subacute bacterial endocarditis
● Gastrointestinal diseases
● Ocular diseases
● Skin diseases
● Renal diseases
Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
Arthritis
● rheumatoid arthritis merupakan yang masih belum diketahui etiologinya, namun merupakan salah
satu manifestasi dari keadaan sistemik lain
● mirip dengan rheumatic fever
● walaupun mikroorganisme tidak dapat dikultur dari sendi, pasien biasanya memiliki titer antibodi
yang tinggi terhadap hemolytic streptococci → reaksi hipersensitivitas jaringan
● teori fokal infeksi terkait dengan etiologi rheumatoid arthritis
○ infeksi streptococcal pada tenggorokan, tonsil, sinus nasal dapat menjadi pendahulu
○ penghilangan dari fokus infeksi menunjukkan perkembangan
○ fitur patologis dan anatomis dari jaringan limfoid pada infeksi tonsilar, sinus, dan abses apikal
menunjukkan bahwa produk toksin dapat masuk ke dalam sistem sirkulasi
○ bacteremia yang bersifat temporer dapat muncul setelah dilakukan tonsillectomy, atau
ekstraksi
Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
Subacute Bacterial Endocarditis
● Berkaitan dengan infeksi oral, karena
● Ada kesamaan antara agen etiologi penyakit ini dan mikroorganisme di rongga mulut, pulpa, dan
lesi periapikal.
● Gejala dapat diamati dalam beberapa kasus setelah prosedur ekstraksi.
● Bakteremia transien sering terjadi setelah prosedur ekstraksi.
● Umumnya terjadi karena pertumbuhan vegetasi bakteri pada katup jantung
● Mayoritas disebabkan oleh streptococcus viridan
Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
Penyakit Gastrointestinal
● secara periodik berkaitan dengan fokal infeksi oral
● mikroorganisme yang tertelan dapat menyebabkan masalah gastrointestinal
Penyakit Okular
● dikaitkan dengan infeksi pada gigi, tonsil, sinus, dan genitourinary
● hipotesis terkait fokal infeksi
○ banyak penyakit okular yang muncul tanpa penyebab sistemik selain dari adanya fokus infeksi
○ penghilangan fokus infeksi pada beberapa kasus memunculkan penyembuhan pada penyakit okular
○ Eksaserbasi sementara yang tiba-tiba kadang dapat diamati setelah pencabutan ekstraksi gigi atau
tonsil
○ Iritis dapat dihasilkan pada hewan percobaan oleh injeksi intravena mikroorganisme, khususnya
streptococcus
○ Sangat sedikit bukti yang mendukung bahwa beberapa mikroorganism mungkin memiliki predileksi
khusus untuk jaringan okular.
Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
Penyakit Kulit
● beberapa dermatologis menyatakan bahwa fokus infeksi berkaitan dengan lesi
dermatologis di beberapa kasus
● lesi paling umum: jerawat, seborrhea dermatitis, tinea, eczema, dermatitis venenata,
impetigo, scabies, urticaria, psoriasis, pityriasis rosea
Penyakit Renal
● beberapa tipe penyakit renal biasanya dikaitkan dengan fokus infeksi
● tipe mikroorganisme yang paling umum berkaitan dengan infeksi urinary adalah
Escherichia coli, walaupun bakteri lain seperti staphylococci dan streptococci mungkin juga
dapat dikultur.
● paling umum: Streptococcus hemolyticus
Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
Penyakit dan Kelainan Gigi
dan Mulut yang Dapat
Berpotensi menjadi Fokus
Infeksi
● Fokus infeksi dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan fokal infeksi antara lain
● Infeksi periapikal gigi → yaitu karies gigi yang tidak dirawat sehingga menyebabkan infeksi di
ujung akar gigi.
● Infeksi pada jaringan periodontal atau jaringan pendukung gigi → Infeksi ini biasanya terjadi
apabila kebersihan gigi kurang terpelihara sehingga terbentuk karang gigi. Karang gigi
menyebabkan infeksi pada gusi yang ditandai dengan gusi yang mudah berdarah.
● Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan
mikroorganisma. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri
berupa toksin dapat menyebar keseluruh tubuh.
● Infeksi Gigi Impaksi → gigi impaksi berpotensi menyebabkan infeksi pada jaringan sekitarnya.
Disebut pericoronitis
● Sisa kotoran, maupun mikroba penginfeksi bisa menyebar ke tempat lain ditubuh seperti ginjal,
jantung, mata, kulit, dan lain sebagainya.
● Fokal infeksi yang dapat terjadi akibat penyakit gigi sebagai fokus infeksi antara lain penyakit
arthritis atau radang sendi, rheumatoid arthritis dan demam rheumatik, subakut bacterial
endokarditis , peradangan otot jantung, penyakit lambung dan usus, penyakit mata,
osteomyelitis, pneumonia, diabetes mellitus, penyakit kulit seperti; dermatitis, urtikaria, eczema,
acne, bacterial pneumonia, berat bayi lahir rendah, infeksi orbita, abses otak, gagal ginjal kronis
dan lain-lain.
Kondisi Tubuh yang
Menjadikan Fokus Infeksi
sebagai Ancaman yang
Potensial
Fokus infeksi dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan fokal infeksi antara lain
● Infeksi periapikal gigi → yaitu karies gigi yang tidak dirawat sehingga menyebabkan infeksi di
ujung akar gigi.
● Infeksi pada jaringan periodontal atau jaringan pendukung gigi → Infeksi ini biasanya terjadi
apabila kebersihan gigi kurang terpelihara sehingga terbentuk karang gigi. Karang gigi
menyebabkan infeksi pada gusi yang ditandai dengan gusi yang mudah berdarah.
● Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan
mikroorganisma. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri
berupa toksin dapat menyebar keseluruh tubuh.
● Infeksi Gigi Impaksi → gigi impaksi berpotensi menyebabkan infeksi pada jaringan sekitarnya.
Disebut pericoronitis
Sisa kotoran, maupun mikroba penginfeksi bisa menyebar ke tempat lain ditubuh seperti ginjal, jantung,
mata, kulit, dan lain sebagainya.
Fokal infeksi yang dapat terjadi akibat penyakit gigi sebagai fokus infeksi antara lain penyakit arthritis
atau radang sendi, rheumatoid arthritis dan demam rheumatik, subakut bacterial endokarditis ,
peradangan otot jantung, penyakit lambung dan usus, penyakit mata, osteomyelitis, pneumonia,
diabetes mellitus, penyakit kulit seperti; dermatitis, urtikaria, eczema, acne, bacterial pneumonia, berat
bayi lahir rendah, infeksi orbita, abses otak, gagal ginjal kronis dan lain-lain.
Penyakit dan Kelainan Gigi dan Mulut yang
Dapat Berpotensi Menjadi Fokus Infeksi
Karies Gigi
● Salah satu penyakit infeksi yang dapat merusak struktur gigi dan menyebabkan terjadinya
lubang pada gigi
● Karies gigi yang tidak dirawat akan terus berlanjut kerusakannya, bertambah parah →
menimbulkan infeksi dan merusak jaringan sekitar gigi seperti ulserasi, abses, dan fistula,
bahkan dapat menyebabkan fokus infeksi bagi organ tubuh lainnya
● Pada tahap awal walaupun tidak menimbulkan keluhan harus segera dirawat, karena
penjalaran karies mula-mula terjadi pada enamel → bila tidak segera dibersihkan dan tidak
segera ditambal, karies akan menjalar ke lapisan dentin hingga sampai ke ruang pulpa
yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah → rasa sakit dan akhirnya pulpa mati
● Bakteri penyebab karies ini akan terus menginfeksi jaringan di bawah gigi → menimbulkan
periodontitis apikalis → apabila tidak dirawat kondisi tersebut akan bertambah parah
sampai terbentuk abses periapikal (terbentuknya nanah di daerah apeks gigi atau di daerah
ujung akar), granuloma, sampai kista gigi
Sumual I. Keparahan karies gigi yang tidak dirawat pada siswa SD GMIM 31 Manado berdasarkan indeks PUFA. 2016. Jurnal e-GiGi (eG): 4(2); 208-14
Listrianah. GAMBARAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA SISWA – SISWI SEKOLAH DASAR NEGERI 13 PALEMBANG TAHUN 2018. 2018. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang): 13(2); 136-49
Gingivitis
● Pakar kesehatan gigi dan mulut mengatakan gingivitis atau radang gusi berpotensi
menimbulkan fokal infeksi
● Bila radang ini sudah bersifat kronis maka memicu risiko munculnya penyakit jantung dan
kematian janin
● Umumnya dari radang tersebut hasilkan bakteri jenis gram negatif anaerob → bakteri ini
ikut aliran darah, lalu mengeluar toksin berupa endotoksin yang bisa menimbulkan plak
pada pembuluh darah di jantung
● Bakteri dari gingivitis ini merangsang hormon oksitosin yang menimbulkan kontraksi uterus
dini yang dapat menimbulkan kematian pada janin
● Faktor yang terkait dengan penyakit gusi ini dapat berkontribusi pada penyebab
aterosklerosis
● Diketahui kesehatan gigi yang buruk terutama dari infeksi gusi kronis dapat meningkatkan
risiko stroke (iskemia serebrovaskular)
Gusti. Radang Gusi Picu Penyakit Jantung dan Kematian Janin. 2012. Available from: Radang Gusi Picu Penyakit Jantung dan Kematian Janin | Universitas Gadjah Mada (ugm.ac.id)
Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104
Periodontitis
● Pada penelitian di AS ditemukan bahwa seseorang dengan periodontitis (peradangan pada
jaringan penyangga gigi) memiliki risiko menderita penyakit jantung koroner sebesar 25%
dibandingkan dengan yang memiliki penyakit periodontal ringan
● Pria di bawah usia 50 tahun → penyakit periodontal merupakan faktor risiko penyakit
jantung koroner (dimana dalam kelompok ini, pria dengan periodontitis hampir dua kali
berisiko menderita penyakit jantung koroner dibandingkan pria yang tidak ada
periodontitis)
● Peneliti di University of Buffalo → sebagian besar penderita penyakit periodontal mungkin
berisiko terkena osteoporosis
● Penyakit peridontal ini mengandung bakteri sub gingival yang didominasi bakteri gram
negatif → sangat mungkin menjadi pusat infeksi dan mengakibatkan penyakit paru
(penumonia bakterial) yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104
Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
Plak Gigi dan Kalkulus
● Adanya plak gigi dan kalkulus juga merupakan faktor risiko kuat terjadinya penyakit
jantung koroner
● Bakteri yang ditemukan pada plak gigi merupakan salah satu faktor penyebab penyakit
endokarditis
● Bakteri ini jika di lubang gigi maupun gusi yang rusak dapat masuk ke dalam sirkulasi darah
lewat gusi yang berdarah dan dapat dengan mudah menyerang katup jantung maupun
otot jantung yang telah melemah
● Gejalanya yaitu berupa demam, bising jantung, perdarahan di bawah kulit, bahkan
embolisasi (penyumbatan) pembuluh darah kecil di organ-organ tubuh lainnya
● Sama seperti penyakit periodontal → plak gigi dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit paru
Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104
Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
Infeksi Saluran Akar
● Penyakit gusi dan infeksi saluran akar merupakan kontributor utama dalam penyakit gigi
kronis
● Infeksi pada tulang rahang sebagai akibat infeksi saluran akar juga merupakan faktor risiko
stroke
● Saluran akar dapat menyebabkan masalah kesehatan bukanlah hal baru → konsep ini
disebut teori fokal infeksi → hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perawatan saluran
akar secara tradisional itu tidak dapat mensterilkan saluran akar dan ribuan tubulus secara
efektif → teori ini menjelaskan bahwa infeksi yang ada di saluran akar dapat ditransfer
melalui sistem peredaran darah ke bagian lain dari tubuh
Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104
Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
Edentulous (Tanpa Gigi)
● Hubungan paling bermakna antara penyakit gigi dan gangguan pencernaan → kehilangan gigi
● Pasien edentulous paling rentan terhadap masalah gastrointestinal dan lainnya
● Sebuah penelitian membuktikan bahwa pasien dengan denture mengalami kesulitan atau
ketidakmampuan mengunyah makanan dengan benar → menurunkan asupan vitamin dan serat,
terutama dari buah dan sayur-sayuran, sehingga dapat memancing gangguan pencernaan dan
mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan
● Jadi masalah yang dihadapi pasien edentulous tidak berakhir dengan menghilangkan infeksi
periodontal saja, tetapi harus menghadapi masalah kesehatan yang baru
Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104
Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
Kavitasi
● Kavitasi → kerusakan tulang di daerah gigi yang telah diekstraksi
● Salah satu dampak kavitasi yaitu menginduksi neuralgia cavitational osteonekrosis (NICO)
● Menurut para ahli, jika gigi tidak dicabut dengan benar, maka penyembuhannya tidak
sempurna → meninggalkan lubang pada tulang rahang
● Kavitas juga diyakini memberikan kontribusi terhadap fokal infeksi -> berdampak pada
kesehatan sistemik dan menyebabkan stres
Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104
Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
Tindakan Eliminasi Fokus
Infeksi yang Menjadi
Kontraindikasi pada Ibu
Hamil
● Meskipun bukan keadaan penyakit, kehamilan masih merupakan situasi di mana pertimbangan
khusus diperlukan saat operasi mulut diperlukan.
● Perhatian utama saat memberikan perawatan untuk pasien hamil → pencegahan kerusakan
genetik pada janin.
● Dua bidang manajemen bedah mulut yang berpotensi menimbulkan kerusakan janin adalah :
○ Radiografi gigi
○ Pemberian obat
● Oleh karena itu, salah satu pilihannya adalah menunda operasi mulut elektif sampai setelah
melahirkan untuk menghindari risiko pada janin. Seringkali, tindakan sementara dapat digunakan
untuk menunda operasi.
2. Manajemen Dental
pada Pasien Ibu
Hamil
Pemeriksaan
Perawatan: Pemeriksaan pada Ibu Hamil
● Ada kekhawatiran dari pihak pasien dan profesional kesehatan mengenai perawatan
kesehatan mulut pada kehamilan (beberapa hal yang perlu diperhatikan dijelaskan
lebih lanjut selanjutnya)
● Namun pasien hamil tidak mengalami gangguan medis dan tidak boleh ditolak
perawatan gigi hanya karena mereka hamil. Melakukan intervensi kesehatan mulut
belum ditemukan hubungannya dengan peningkatan risiko pada perkembangan janin.
● Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan seperti biasa pada pasien hamil,
dengan catatan pada pemeriksaan penunjang imaging.
○ Radiografi sebaiknya dihindari, terutama pada trimester pertama, meskipun
radiografi gigi tidak menimbulkan risiko yang signifikan.
○ Ultrasound aman untuk dilakukan.
○ MRI dihindari
Scully C, Medical Problems in dentistry 7th ed. Churchill Livingstone 2014
Bahaya pemeriksaan radiografi pada Ibu Hamil
● Perkiraan dosis janin dari radiografi gigi adalah sekitar 0,0001 rad untuk sekitar
50.000 pemeriksaan.
● Risiko pada janin dianggap dapat diabaikan pada 5rad atau kurang bila
dibandingkan dengan risiko kehamilan lainnya, dan risiko malformasi meningkat
secara signifikan di atas tingkat kontrol hanya pada dosis di atas 15 rad.
● Paparan radiasi lebih besar dari 500mGy diketahui menyebabkan kerusakan
pada janin.
● Dosis radiasi (sinar-X) kurang dari 5rad tidak berhubungan dengan peningkatan
malformasi kongenital; oleh karena itu, rontgen gigi, yang memberikan dosis
janin dalam satu paparan gigi sebesar 0,01mrad, tidak perlu dikhawatirkan.
Scully C, Medical Problems in dentistry 7th ed. Churchill Livingstone 2014
Risiko dan Manfaat radiografi pada Ibu Hamil
● Risiko dan manfaat melakukan pemeriksaan radiografi selama kehamilan
○ Radiografi tidak boleh kecuali benar-benar diperlukan dan
pengambilan ulang harus dihindari.
○ Tindakan perlindungan, seperti film berkecepatan tinggi (kecepatan
E/F) dan kolimasi persegi panjang, akan membantu menjaga dosis
tetap minimum.
○ Pedoman yang berlaku saat ini adalah bahwa paparan harus minimal
namun apron timbal tidak diperlukan, kecuali sinar diarahkan pada
janin, seperti pada radiografi verteks-oklusal.
Scully C, Medical Problems in dentistry 7th ed. Churchill Livingstone 2014
Risiko pada Ibu Hamil
Risiko Ibu Hamil
Sindrom hipotensi terlentang/Supine Hypotension Syndrom
● Peningkatan Curah Jantung → Curah jantung meningkat 30% menjadi 50% selama kehamilan,
● Perubahan ini menghasilkan murmur jantung fungsional dan takikardia pada 90% wanita, yang
menghilang segera setelah melahirkan.
Penanganan:
● Selama trimester ke 2 dan ke 3, penurunan tekanan darah dan curah jantung → saat pasien dalam
posisi terlentang.
● AKIBAT: Hal ini menyebabkan hipotensi, mual, pusing, dan pingsan.
● PENCEGAHAN:
○ Untuk mencegah sindrom hipotensi terlentang di kursi gigi, pinggul kanan dari pasien hamil
ditinggikan 10 sampai 12 cm
○ Menempatkan pasien dalam kemiringan 5% sampai 15% di sisi kirinya → mengurangi tekanan
pada vena cava inferior.
○ Jika hipotensi masih belum hilang, posisi lateral kiri penuh mungkin diperlukan
Risiko Ibu Hamil
Preeklamsia
● Preeklamsia didefinisikan sebagai hipertensi yang berhubungan dengan:
○ trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/mL)
○ gangguan fungsi hati (peningkatan kadar transaminase hati menjadi dua kali konsentrasi normal),
○ insufisiensi ginjal (peningkatan kreatinin serum lebih dari 1,1 mg/dL),
○ edema paru,
○ gangguan penglihatan atau serebral.
Symptoms
● Mild Preeclampsia
○ Hypertension (BP >140/90 mmHg)
○ Peripheral edema
● Severe Preeclampsia
○ Hypertension (BP >160/100 mmHg)
○ Headache
○ Visual changes
○ Shortness of breath
○ Chest pain
○ Epigastric or right upper quadrant pain
○ Persistent nausea/vomiting
Risiko Ibu Hamil
Eklamsia
● Eklamsia didiagnosis saat preeklamsia disertai dengan kejang umum. Paling
sering, berkembang dalam konteks preeklamsia yang parah, tetapi
kadang-kadang terjadi ketika penyakitnya ringan.
● Symptoms
○ Tekanan darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau setelah
persalinan. Kondisi serius ini selalu di dahului dengan preeklamsia
sebelumnya.
Kegawatdaruratan Medis
Syncope
● Sinkop dapat disebabkan oleh hipotensi, hipoglikemia, anemia, dehidrasi, atau
gangguan neurogenik.
● Pasien harus diletakkan miring ke kiri dengan kepala setinggi jantung dan kaki
diangkat.
● Oksigen harus diberikan dan alat vitalnya diukur.
● Jika tidak menanggapi perawatan ini, ini adalah keadaan darurat medis dan Layanan
Medis Darurat (EMS) harus diaktifkan.
Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17.
Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467.
Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
Hiperventilasi
● Perubahan fungsi pernapasan selama kehamilan antara lain penurunkan kapasitas
total paru sebesar 5% dan functional residual capacity (FRC), volume udara di
paru-paru pada saat akhir pernafasan tenang, sebesar 20%.
● Perubahan ventilasi ini menghasilkan peningkatan laju respirasi (takipnea) dan
dispnea yang diperburuk oleh posisi terlentang
● Hiperventilasi paling sering terlihat pada trimester pertama dan dapat menyebabkan
alkalosis pernapasan.
● Pasien harus menghirup karbon dioksida dengan menghirup dan menghembuskan
napas ke dalam kantong kertas.
● Prosedur gigi harus dihentikan dan dijadwalkan ulang.
● Jika dispnea atau apnea harus terjadi, pasien harus ditempatkan dalam posisi
setengah berbaring dan didukung dengan oksigen, sementara kesadaran dan tanda
vitalnya dinilai dan dipantau.
● EMS/Layanan Medis Darurat dapat diaktifkan
Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17.
Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467.
Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
Kejang
● Kejang pada pasien hamil adalah keadaan darurat medis yang parah.
● Tim dental harus menjaga jalan napas pasien, menempatkan pasien di sisi kirinya,
memberikan oksigen, dan suction mulut.
● Staf harus segera mengaktifkan EMS untuk membawanya ke rumah sakit terdekat.
Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17.
Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467.
Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
Hipoglikemik
● Pasien hipoglikemik dapat hadir dengan mual, kelemahan sementara, atau sinkop
dengan tanda-tanda vital yang kuat.
● Staf gigi harus memantau tanda-tanda vital dan memberikan glukosa IV atau sumber
glikemik oral. Jika glukosa tidak memperbaiki keadaan, pasien malah mungkin
mengalami hiperglikemik.
● Glukosa yang diberikan tidak akan mempersulit situasi, tetapi dosis insulin mungkin
perlu diberikan oleh dokter atau EMS.
● Evaluasi ruang gawat darurat dianjurkan.
Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17.
Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467.
Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
Hiperemesis
● Untuk wanita hamil dengan hiperemesis, janji temu pagi harus dihindari.
● Mereka harus disarankan untuk menghindari minuman jeruk atau makanan berlemak
karena dapat menyebabkan gangguan lambung atau menunda pengosongan
lambung.
● Wanita hamil harus disarankan untuk menyesap sedikit cairan asin seperti minuman
olahraga untuk mencegah dehidrasi akibat muntah berulang.
● Selama prosedur gigi, pasien hamil harus duduk dalam posisi semi terlentang atau
nyaman.
● Prosedur harus segera dihentikan jika pasien mengalami mual dan kursi harus
diposisikan tegak.
● Peningkatan episode refluks lambung dan regurgitasi memerlukan pertimbangan
khusus, karena dapat menyebabkan aspirasi isi lambung dan, dalam beberapa kasus,
kematian.
Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17.
Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467.
Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
Supine hypotensive syndrome
● Bermanifestasi sebagai penurunan tiba-tiba tekanan darah, bradikardia, berkeringat,
mual, lemah, dan air hunger saat pasien dalam posisi terlentang.
● Gejala ini disebabkan oleh gangguan aliran balik vena ke jantung akibat kompresi
vena cava inferior oleh uterus gravid.
● Terjadi penurunan tekanan darah, penurunan curah jantung, dan gangguan atau
kehilangan kesadaran.
● Tata laksana : menggulingkan pasien ke sisi kirinya, yang mengangkat rahim dari
vena cava. Tekanan darah harus segera kembali normal.
Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17.
Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467.
Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
Preeclampsia dan Eklampsia
● Hipertensi menjadi perhatian khusus karena dapat menyebabkan kerusakan
endorgan atau preeklampsia, suatu kondisi klinis kehamilan yang bermanifestasi
sebagai hipertensi, proteinuria, edema, dan penglihatan kabur.
● Preeklampsia → ada tekanan darah tinggi dan protein dalam urin setelah 20 minggu
kehamilan.
● Preeklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia, kondisi yang mengancam jiwa,
jika kejang atau koma berkembang.
● Persalinan janin yang tertunda pada pasien preeklampsia pada periode prematur
akhir meningkatkan risiko hipertensi parah, dengan konsekuensi berat seperti
eklamsia, sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelets), edema
paru, infark miokard, sindrom gangguan pernapasan akut, stroke, cedera ginjal dan
retina, dan gangguan janin.
● komplikasi termasuk hambatan pertumbuhan janin, solusio plasenta, atau kematian
janin atau ibu
Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17.
Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467.
Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
Golongan Obat Indikasi dan
Kontraindikasi bagi Ibu
Hamil
Manajemen Operasi pada Wanita Hamil
● Pertimbangan spesial untuk oral surgery → melindungi ibu
dan bayi (kerusakan genetik)
● 2 hal yang penting diperhatikan : dental imaging
(radiografi) dan obat
● Tidak mungkin operasi tanpa radiologi dan obat → tunda
sampai melahirkan
● Tidak bisa ditunda → upayakan meminimalisir faktor
teratogenik
○ Pakai apron pelindung
○ Pakai digital periapical film hanya pada area operasi
● Anxiety-reduction protocol → hamil membuat stres
emosional dan fisiologi
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Manajemen Operasi pada Wanita Hamil
● Posisi Dental Unit
○ Hamil besar/hampir melahirkan
■ Jangan terlentang penuh ⇒
rahim mengkompresi vena kava
inferior → pembuluh darah balik
ke jantung → cardiac output
■ Sedikit tegak dan agak ke kiri
● Break untuk ke toilet karena perutnya
menekan kandung kemih
● Sebelum operasi drg konsul ke obgyn nya
dulu
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Obat pada Wanita Hamil
● Obat yang aman bagi janin :
○ Lidokain,
○ Bupivakain,
○ Asetaminofen,
○ Kodein,
○ Penisilin,
○ Sefalosporin
● Obat yang dihindari :
○ NSAID (ex. aspirin dan ibuprofen) →
trimester ketiga ⇒ sifat antiplateletnya
dan berpotensi menyebabkan penutupan
dini duktus arteriosus
○ Semua obat penenang (sedatif)
○ Nitrous oxide di trimester pertama, tetapi
dapat dipertimbangkan pada trimester ⇒
asalkan oksigen minimal 50% dan
konsultasi dengan dokter kandungan
pasien.
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Hal-Hal yang Harus
Diperhatikan
Hal-hal yang harus diperhatikan
Pregnancy, atau kehamilan, menghasilkan perubahan fisiologis pada hampir seluruh
sistem organ dalam tubuh. Memahami perubahan ini penting untuk menangani pasien
yang sedang mengalami kehamilan agar memberi kualitas layanan dental yang terbaik.
Oleh karena itu akan diperlukan modifikasi perawatan dental untuk menangani pasien
yang sedang hamil
Guideline Manajemen Pasien yang Sedang Hamil:
● Initial assessment harus dilakukan yang meliputi riwayat medis dan surgical history.
● Seluruh elective surgical procedure harus ditunda sampai postpartum
● Minor oral and maxillofacial surgical procedures dapat dilakukan namun mengikuti
guideline dasar.
Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
Hal-hal yang harus diperhatikan
Guideline Posisi:
● Supine position should be avoided untuk beberapa alasan, seperti supine hypotensive
syndrome
● Posisi ideal untuk pasien yang gravid adalah left lateral fecibutious position with right
buttock and hip elevated by 15 degrees.
Penatalaksanaan radiografi:
● Dosis radiasi 10 Gy dapat menyebabkan congenital fetal abnormalities.
● Dosis fetus adalah 1/50000 dari exposure kepada kepala ibu.
● Shielding dan equipment protective harus dikenakan selalu untuk melindungi fetus
dari exposure yang berlebih dan tidak relevan
Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
Hal-hal yang harus diperhatikan
Treatment Timing During Pregnancy
1st Trimester
● Up to 14 weeks
○ Merupakan waktu yang paling critical dan adanya rapid cell division dan active
organogenesis. Maka akan ada kecenderungan kerentanan terhadap stress dan
teratogen pada waktu ini ada kemungkinan spontaneous abortions
● Rekomendasi:
● Edukasi pasien terhadap materna oral changes pada amsa kehamilan
● Mementingkan penjagaan OH untuk mengontrol plak
● Membatasi dental treatment sebatas periodontal prophylaxis dan treatment
emergency
● Hindari routine radiographs, hanya dilakukan jika diperlukan
Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
Hal-hal yang harus diperhatikan
Treatment Timing During Pregnancy
2nd Trimester
● Pasa second trimester, beberapa elective dan emergent dentoalveolar procedures
dapat lebih aman dilakukan.
● Rekomendasi:
○ Instruksi menjaga OH
○ Scaling polishing, curettage bsia dilakukan
○ Kontrol penyakit oral yang aktif
○ Elective dental care is safe
○ Avoid routine radiographs
Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
Hal-hal yang harus diperhatikan
Treatment Timing During Pregnancy
3rd Trimester
● Walaupun tidak ada risiko pada fetus pada masan ini, ibu akan mengalami
ketidaknyamanan yang lebih banyak. Shorter dental appointments harus dilakukan dan
pemosisian harus dilakukan dengan benar.
● Recommendations:
○ Instruksi menjaga OH
○ scaling, polishing dan curettage dapat dilakukan dengan baik
○ Avoid elective dental care during second half of third trimester
○ Avoid routine radiographs
Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
Hal-hal yang harus diperhatikan
Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient
Hal-hal yang harus diperhatikan
Kesimpulan
● Ada pentingnya mengetahui bahwa dental treatment akan dilakukan kepada 2 orang,
yaitu ibu dan janin.
● Semua treatment harus dilakukan setelah berkonsultasi dengan gynecologist dari pasien
● Sebaiknya menghindari terapi obat yang dapat membahayakan janin
● Perawatan dental dilakukan sebelum konsepsi pada kehamilan yang direncanakan
● Perawatan dental dilakukan pada middle trimester pada kehamilan yang tidak
direncanakan
Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
3. Tindakan Ekstraksi
pada Ibu Hamil
Indikasi dan Kontraindikasi
Pada Trimester Pertama (Konsepsi - Minggu ke 14)
● Terjadi pembelahan sel paling kritis dan cepat serta organogenesis aktif terjadi
antara minggu kedua dan kedelapan pasca pembuahan → memiliki risiko
kerentanan paling besar terhadap stres dan risiko teratogen → setiap intervensi
yang dapat menyebabkan hipoksia → punya efek berbahaya pada embrio dan dapat
membuat aborsi spontan.
● Indikasi dan rekomendasi perawatan dental pada trimester pertama:
○ Edukasi pasien tentang perubahan mulut selama kehamilan
○ Tekankan instruksi kebersihan mulut yang optimal dan kontrol plak
○ Batasi perawatan gigi hanya untuk profilaksis periodontal dan perawatan
darurat
○ Hindari radiografi rutin → gunakan secara selektif dan bila diperlukan
● Kontraindikasi pada trimester pertama: ekstraksi gigi, kecuali perawatan
emergency (dengan konsultasi).
Sophia K et al. Management of Pregnant Patient in Dentistry. Journal of International Oral Health. Jan-Feb 2013; 5(1):88-97
Naseem, Mustafa & Sultan, Zohaib & Khan, Hammad & Niazi, Fayez & Shahab, Sana & Zafar, Muhammad. (2015). Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals. The Saudi Journal for Dental Research. 7. 10.1016/j.sjdr.2015.11.002.
Indikasi & Kontraindikasi Perawatan Dental
Sophia K et al. Management of Pregnant Patient in Dentistry. Journal of International Oral Health. Jan-Feb 2013; 5(1):88-97
Naseem, Mustafa & Sultan, Zohaib & Khan, Hammad & Niazi, Fayez & Shahab, Sana & Zafar, Muhammad. (2015). Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals. The Saudi Journal for Dental Research. 7. 10.1016/j.sjdr.2015.11.002.
Indikasi & Kontraindikasi Perawatan Dental
Pada Trimester Kedua (Minggu ke 14 - Minggu ke 28)
● Peristiwa organogenesis rendah → memiliki risiko rendah terhadap janin.
● Selama trimester kedua, perawatan bedah pasien tanpa riwayat masalah tidak
berisiko, asalkan prosedur pembedahannya sesingkat dan sebebas mungkin
dari rasa sakit.
● Indikasi dan rekomendasi perawatan dental pada trimester pertama:
○ Instruksi kebersihan mulut, dan kontrol plak
○ Scaling, polishing, dan kuretase dapat dilakukan jika perlu
○ Pengendalian penyakit mulut aktif, jika ada
○ Perawatan gigi elektif aman
○ Hindari radiografi rutin → gunakan secara selektif dan bila diperlukan
● Waktu yang direkomendasikan untuk melakukan ekstraksi gigi.
Sophia K et al. Management of Pregnant Patient in Dentistry. Journal of International Oral Health. Jan-Feb 2013; 5(1):88-97
Naseem, Mustafa & Sultan, Zohaib & Khan, Hammad & Niazi, Fayez & Shahab, Sana & Zafar, Muhammad. (2015). Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals. The Saudi Journal for Dental Research. 7. 10.1016/j.sjdr.2015.11.002.
Indikasi & Kontraindikasi Perawatan Dental
Pada Trimester Ketiga (Minggu ke 29 - Melahirkan)
● Pada awal trimester ketiga, tidak ada risiko pada janin, tetapi tingkat
ketidaknyamanan yang dialami ibu hamil dapat meningkat → dapat dihindari
dengan melaksanakan perawatan dalam waktu yang singkat dan posisi ibu hamil
pada dental unit yang tepat
● Indikasi dan rekomendasi perawatan dental pada trimester pertama:
○ Instruksi kebersihan mulut, dan kontrol plak
○ Scaling, polishing, dan kuretase mungkin dilakukan jika perlu
○ Hindari perawatan gigi elektif dari pertengahan trimester ketiga
○ Hindari radiografi rutin → gunakan secara selektif dan saat dibutuhkan
● Kontraindikasi pada trimester ketiga: hindari prosedur dental pada hari-hari
terakhir kehamilan → kemungkinan bayi lahir selama prosedur gigi dan
perawatan dental dengan durasi lama.
Teknik Anestesi
Teknik Anestesi
Prinsip umum
● Semakin lambat penyuntikan, semakin sedikit rasa sakit yang ditimbulkan, kecepatan penyuntikan diimbangi
dengan kecemasan pasien
● Injeksi jaringan palatal cenderung lebih tidak nyaman karena terbatasnya jumlah jaringan ikat longgar yang
ada → harus memberikan tekanan → menyebabkan rasa sakit (perlu anestesi topikal)
● Injeksi area dengan pembuluh darah yang lebih besar harus didahului dengan aspirasi untuk membantu
mengurangi kemungkinan penyuntikan intra-arteri
● Onset aksi LA bervariasi berdasarkan farmakologi dan ketepatan pengendapan obat.
○ Bertanya kepada pasien apakah mereka dapat merasakan ketika bibirnya disentuh
● Prosedur yang melibatkan gigi P&M RB perlu long buccal nerve block sebagai bagian dari pendekatan
pemberian inferior alveolar nerve block
● Selalu pasang kembali jarum sebelum meletakkan alat suntik
● Ketika melakukan biopsi jaringan lunak: vasokonstriktor yang mengandung anestesi lokal dapat berguna
untuk membantu membatasi perdarahan
○ Beri waktu sekitar 7 menit antara injeksi dan insisi untuk memberikan waktu vasokonstriktor untuk
mencapai efektivitas hemostatik yang optimal
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Teknik Anestesi
Tiga jenis utama injeksi anestesi lokal:
● Infiltrasi lokal: injeksi pada atau di atas apeks gigi
● Field block: injeksi di atas apeks gigi di dekat cabang saraf terminal
yang lebih besar
● Nerve block: injeksi di dekat batang saraf utama, biasanya jauh dari
tempat intervensi operasi → contohnya injeksi alveolar superior
posterior, alveolar inferior, dan nasopalatina
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi
Injeksi Maksila
● Tujuan: anestesi lokal sedekat mungkin dengan saraf yang akan dibius →
dalam dan cepat
● Apeks gigi RA dekat dengan permukaan tulang alveolar yang tipis →
anestesi gigi RA relatif mudah
○ Apeks dari semua gigi rahang atas kecuali kaninus dan akar
palatal molar pada kedalaman mucobuccal fold
○ Tempatkan di area tersebut memberikan anestesi pulpa dan juga
akan membius jaringan lunak bukal/labial yang berdekatan
○ Gigi caninus: perlu menembus beberapa milimeter lebih dalam di
rahang atas
● Anestesi beberapa gigi RA posterior: blok saraf alveolar superior posterior
● Jaringan lunak yang akan dioperasi juga perlu dianestesi: infiltrasi
greater nerve palatine/ infiltrasi nervus insisivus
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Teknik Anestesi
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Teknik Anestesi - Maksila
Injeksi supraperiosteal/infiltrasi lokal
● Saraf: cabang terminal besar pleksus gigi
● Area: pulpa, akar gigi, periosteum bukal, jaringan ikat, dan membran mukosa
● Indikasi: anestesi pulpa 1-2 gigi RA, anestesi jaringan lunak di area tersebut
● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut di area injeksi, tulang padat yang menutupi
apeks gigi (gigi M1 RA anak-anak, apeks gigi I1 orang dewasa)
● Teknik
○ Area insersi: ketinggian lipatan mucobuccal di atas apeks gigi yang
dianestesi
○ Bersihkan dengan kasa kering steril → oleskan antiseptik topikal (1 menit)
○ Pegang alat suntik sejajar dengan sumbu panjang gigi → masukkan
jarum ke ketinggian lipatan mucobuccal di atas gigi target → dorong
jarum hingga bevelnya berada pada atau di atas regio apikal gigi
○ Jarum pada jaringan lunak (tidak menyentuh tulang)
○ Aspirasi dua kali → jika negatif depositkan (0,6 ml selama 20 detik) →
tarik jarum perlahan → tunggu 3-5 menit sebelum memulai prosedur
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Maksila
Posterior superior alveolar nerve block
● Saraf: saraf dan cabang PSA
● Area: pulpa, periodonsium buccal, tulang gigi M RA
● Indikasi: melibatkan dua atau lebih M RA, injeksi supreperiosteal tidak efektif
● Kontraindikasi: risiko perdarahan besar (pasien hemofilia, menggunakan obat coumadin
atau clopidogrel (Plavix)) → dianjurkan injeksi supraperiosteal/PDL
● Teknik:
○ Orientasi bevel: ke arah tulang selama injeksi
○ Keringkan dengan kasa → anestesi topikal
○ Arahkan bevel jarum ke arah tulang → masukkan jarum setinggi mucobuccal fold
di atas molar kedua
○ Dorong jarum secara perlahan ke atas, ke dalam, dan ke belakang
■ Ke atas: superior dengan sudut 45 derajat terhadap bidang oklusal
■ Ke dalam: medial menuju garis tengah pada sudut 45 derajat ke bidang
oklusal
■ Ke belakang: posterior pada sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang
molar kedua
○ Pada orang dewasa, penetrasi hingga kedalaman 16 mm, untuk anak 10-14 mm
○ Aspirasi lalu putar bevel jarum 90° lalu aspirasi lagi → depositkan 0,9-1,8 ml 30-60
detik → tarik jarum perlahan → tunggu 3-5 menit
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Maksila
Middle superior alveolar nerve block
● Saraf: MSA dan cabang terminal
● Area: pulpa gigi P1 & P2, akar mesiobuccal M1, periotal buccal
dan tulang di sekitar gigi-gigi ini
● Indikasi: ASA nerve block gagal, prosedur dental pada gigi
premolar
● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi area injeksi
● Teknik:
○ Keringkan → anestesi topikal
○ Area insersi: ketinggian muccobuccal fold di atas P2 RA
○ Penetrasi perlahan sampai ujung jarum di atas apeks P2
○ Aspirasi dalam 2 plana → deposit perlahan (0,9-1,2 ml
30-40 detik) → tarik jarum perlhaan → tunggu 3-5 menit
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Maksila
Anterior superior alveolar nerve block
● Saraf: ASA, MSA, infraorbital nerve (inferior palpebral, lateral nasal, superior
labial)
● Area: pulpa gigi I1 RA melalui caninus pada sisi injeksi, buccal/labial
periodonsium dan tulang dari gigi-gigi ini, kelopak mata bawah, lateral hidung,
bibir atas
● Indikasi: prosedur dental >2 gigi anterior RA dan jaringan lunak buccalnya, injeksi
supraperiosteal tidak efektif karena tulang kortikal padat
● Kontraindikasi: area prosedur hanya 1-2 gigi, hemostasis area lokal (gunakan
infiltrasi lokal)
● Teknik:
○ Area insersi: ketinggian muccobuccal fold di atas P1
○ Masukkan jarum setinggi muccobuccal fold di atas P1 dengan tulang
menghadap bevel
○ Jarum dipegang sejajar sumbu panjang gigi (menghindari kontak dini
dengan tulang)
○ Palpasi foramen infraorbital dengan jari
○ Posisi jarum: bevel menghadap ke foramen infraorbital dan ujung jarum
menyentuh atap foramen
○ Aspirasi dalam 2 plane → depositkan 0,9-1,2 ml 30-40 detik → tarik jarum
→ pertahankan jari 1 menit (untuk meningkatkan difusi LA ke foramen
infraorbital), tunggu 3-5menit
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Maksila
Greater palatine nerve block
● Saraf: nervus palatinus mayus
● Area: posterior palatum keras dan jaringan lunak di
atasnya, hingga P1 dan midline
● Indikasi: anestesi jaringan lunak palatal untuk restorasi
>2gigi, bedah periodontal/oral yang melibatkan jaringan
lunak/keras palatum
● Kontraindikasi: inflamasi/infeksi, area terapi 1-2 gigi
● Teknik
○ Area insersi: jaringan lunak sedikit anterior dari
foramen paltinus mayus
○ Tempatkan swab di foramen palatine mayor →
keringkan dan oles anestesi topikal (-12 mm di
depan foramen)
○ Tekan swab → tempatkan bevel di jaringan lunak
yang memucat → depositkan small volume LA →
luruskan jarum dan biarkan bevel menembus
mukosa → depositkan small volume → akan
terlihat iskemia
○ Dorong jarum hingga berkontak dengan palatum
→ aspirasi → deposit 0,45-0,6ml 30 detik
Nasopalatine nerve block
● Saraf: nervus nasopalatinus
● Area: bagian anterior palatum keras (jaringan lunak
& keras) dari mesial P1 - mesial P1
● Indikasi: restorasi >2gigi (restorasi subgingiva,
insersi matriks), prosedur bedah oral/periodontal
yang melibatkan jaringan palatum
● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi, prosedur terbatas
di 1-2gigi
● Teknik
○ Area insersi: mukosa palatal lateral dari
papilla insisif (midline di belakang I1) →
single needle penetration
○ Area insersi: labial frenulum, interdental
papilla antara gigi-gigi I1, jika dibutuhkan,
jaringan palatal lateral dari papila insisif →
multiple needle penetration
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Maksila
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi
Injeksi Mandibula
● Anestesi lokal gigi RB lebih kompleks karena ketebalan tulang alveolar di
sekitar apeks gigi tersebut → perlu inferior alveolar dan lingual nerve block
● Jika ingin anestesi pulpa gigi anterior → hindari blok saraf mental.
○ Anestesi yang sangat baik pada jaringan lunak tetapi jarang
memberikan anestesi pulpa memadai
○ Sulit untuk menentukan kecukupan blok saraf alveolar inferior yang
diberikan selanjutnya
● Jika melakukan prosedur di dekat garis tengah → ada persarafan silang dari
saraf alveolar inferior di sisi kontralateral → blok saraf alveolar inferior
bilateral mungkin diperlukan
● Poin penting: di area transisi saraf, ada persarafan silang
○ Regio P2 jaringan lunak bukal dipersarafi terutama oleh cabang mental
nervus alveolar inferior tetapi juga oleh cabang terminal nervus bukal
panjang → blok saraf alveolar inferior & blok saraf bukal saat
mengekstraksi atau membuat insisi pada area tersebut
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Teknik Anestesi - Mandibula
Inferior alveolar nerve block/mandibular block
● Saraf: nervus inferior alveolar, n. insisif, n.mental, n. lingual
● Area: gigi-gigi mandibula hingga midline, body of mandible,
buccal mucoperiosteum (membran mukosa anterior dari
foramen mental), ⅔ anterior lidah dan dasar mulut, jaringan
lunak lingual dan periosteum
● Indikasi: prosedur pada beberapa gigi mandibula di 1 kuadran,
jika anestesi jaringan lunak buccal/lingual diperlukan
● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut area injeksi, pasien yang
suka menggigit bibir (anak-anak atau oral dengan
keterbelakangan mental)
● Area insersi: membran mukosa pada bagian medial (lingual)
ramus mandibula
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Mandibula
Tahapan IANB
● Membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi
● RB sejajar atau membentuk sudut 10 derajat dengan lantai. Posisi operator disamping pasien agak ke depan / depan kanan pasien
(pukul 8)
● Jari telunjuk tangan kiri meraba bagian bukal gigi P sampai mengenai Linea Obliqua Eksterna dan tepi anterior dari ramus
● IANB RB kiri, perabaan menggunakan ibu jari kiri, posisi operator jam 9 atau jam 10
● Jari digerakkan ke atas dan ke posterior hingga ke “Coronoid Notch”.
● Jari digeser ke medial sehingga diperoleh Linea Oblique Interna, fiksir jari disitu
● Jarum suntik ditusukkan di pertengahan kuku jari telunjuk dari arah gigi P kontralateral sampai terasa tulang, dengan bevel
menghadap tulang
● Tarik sedikit dan ubah arah jarum suntik sejajar permukaan oklusal gigi yang akan dicabut
● Masukkan jarum suntik sampai kira-kira 2/3 dari panjang jarum (sekitar 2 mm), lalu jarum suntik dikembalikan kearah semula (regio
P kontralateral).
● Lakukan aspirasi, jika negatif (tidak terdapat darah) maka depositkan larutan 1 cc untuk membius N. Alveolaris Inferior
● Kemudian tarik 1⁄2 Panjang jarum suntik, aspirasi lagi dan jika negatif depositkan larutan sebanyak 0,5 cc untuk membius N. Lingualis
● Tarik jarum, lalu pindah ke regio mukobuccal fold
● Pada regio mukobuccal fold gigi yang akan dicabut, lakukan suntikan infiltrasi sebanyak 0,5 cc untuk membius N. Bukalis (atau N.
Long Bukalis)
● Lalu tunggu 3-5 menit sampai pasien merasa kebas / baal pada bibir bawah dan lidah pada sisi yang dilakukan injeksi anestesi lokal
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Mandibula
Buccal Nerve Block
● Saraf: nervus buccal
● Area: jaringan lunak dan periosteum buccal dari molar
mandibula
● Indikasi: ketika anestesi jaringan lunak buccal diperlukan untuk
prosedur dental molar mandibula
● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut
● Arah penetrasi: arahkan spuit ke tempat injeksi dengan bevel
menghadap ke bawah ke arah tulang dan spuit sejajar dengan
bidang oklusal di sisi injeksi tetapi bukal ke gigi → penetrasi
membran mukosa di tempat injeksi, distal dan bukal ke gigi
molar terakhir → masukkan hingga kontak dengan
mucoperiosteum → untuk menghindari nyeri saat kontak
dengan mukoperiosteum, depositkan sedikit LA → aspirasi →
jika negatif depositkan → tarik jarum, tunggu 3-5 menit
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Mandibula
Mental nerve block
● Saraf: nervus mental
● Area: membran mukosa bukal anterior dari foramen mental
(di sekitar P2) hingga midline dan kulit dari bibir bawah
● Indikasi: prosedur biopsi jaringan lunak, penjahitan jaringan
lunak
● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut
● Area penetrasi: penetrasi membran mukosa pada
kaninus/premolar 1 dan jarum diarahkan ke foramen
mental → dorong hingga ke foramen mental (tidak perlu
masuk ke foramen mental/kontak dengan tulang) →
aspirasi → jika negatif, depositkan 0,6 ml 20 detik →tarik
jarum, tunggu 2-3 menit
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi - Mandibula
Incisive nerve block
● Saraf: nervus mental dan incisive
● Area: membran mukosa buccal anterior dan foramen mental
(P2-midline), bibir bawah, kulit dagu, pulpal nerve fiber gigi I,C,P
● Indikasi: prosedur dental yang membutuhkan anestesi pulpa gigi
anterior RB, prosedur dental pada 6/8/10 gigi (gigi C-C atau gigi
P-P) direkomendasikan incisive nerve block menggantikan IANB
● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut
● Area penetrasi: penetrasi membran mukosa pada kaninus atau
premolar 1 dan arahkan jarum ke foramen mental → dorong hingga
ke foramen mental (tidak perlu masuk ke foramen mental/kontak
dengan tulang) → aspirasi → jika negatif, depositkan 0,6 ml 20 detik
→pertahankan gentle pressure dari jari (meningkatkan volume
larutan yang masuk ke foramen mental) → tarik jarum,
pertahankan tekanan di area injeksi intraoral/ekstraoral selama 2
menit → tunggu 3-5 menit
Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
Teknik Anestesi
Injeksi Ligamen Periodontal
● Bahkan dengan anestesi jaringan lunak dan anestesi pulpa, pasien dapat terus
merasakan nyeri yang tajam saat gigi mengalami luksasi → mungkin terjadi ketika
pulpitis/jaringan terinfeksi
● Teknik yang harus digunakan dalam situasi ini adalah injeksi ligamen periodontal
● Anestesi short-lived, jadi prosedur pembedahan harus dilakukan dalam waktu 15
sampai 20 menit
James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
Komplikasi
Komplikasi
● Jarang terjadi bila telah diberikan perawatan prenatal dan ibu dalam kondisi sehat.
● Lebih sering terjadi pada ibu hamil yang mengandung patogen (oral dan ekstraoral),
merokok
● Komplikasi umum termasuk infeksi, response inflamasi, kelainan glukosa, dan
hipertensi
● Resistensi insulin
○ Berkontribusi terhadap perkembangan diabetes mellitus gestasional (GDM),
yang terjadi pada 2% hingga 6% wanita hamil.
○ GDM meningkatkan risiko infeksi dan berat lahir bayi yang besar
● Hipertensi
○ Dapat menyebabkan kerusakan organ akhir atau preeklamsia
○ Preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia
Komplikasi Selama Prosedur
● Abrasi
○ Disebabkan oleh penggunaan rotary instrument yang tidak hati-hati
● Thermal injuries
○ Instrumen yang diambil dari autoclave/hot air oven digunakan secara langsung
di intraoral
● Mukosa robek
○ Penggunaan instrumen yang gegabah, pengangkatan flap yang tidak baik,
atau gaya yang berlebihan
Komplikasi Selama Prosedur
● Ekstraksi gigi yang salah
○ Management:
■ Informasikan pasien
■ Kembalikan gigi ke dalam soket sesegera mungkin dan lakukan splint
■ Jika immediate replacement tidak bisa dilakukan → taruh gigi di medium
(saliva, susu, dll)
■ Lakukan treatment seperti treatment gigi avulsi dan reimplantasi
○
○
●
Komplikasi Selama Prosedur
● Fraktur Gigi Saat Ekstraksi
○ Penyebab:
■ Penggunaan forsep yang salah
■ Cara menggunakan forsep yang salah
■ Gaya yang digunakan tidak benar
■ Gigi karies yang parah
■ Gigi yang sudah di-PSA
■ Akar melengkung/hipersementasi atau ankilosis
○ Cara Mencegah:
■ Lakukan pemeriksaan radiograf bentuk dan derajat karies gigi terkait dan
kondisi akar, serta tulang di sekitarnya
■ Teknik forsep yang baik → pemilihan, aplikasi forsep, dan aplikasi gaya
■ Gunakan teknik transalveolar removal ketika intraalveolar extraction tidak
dapat digunakan
Komplikasi Selama Prosedur
● Fraktur Akar Gigi
○ Penyebab:
■ Teknik yang tidak baik
■ Penggunaan instrumen dan gaya yang tidak benar
■ Gigi ankilosi/hipersementasi
■ Condensing osteitis
■ Akar melengkung
■ Gigi yang sudah di-PSA
■ Pasien tidak kooperatif
○ Konsekuensi
■ Akar yang tersisa bisa menjadi sumber infeksi
■ Penyebab iritasi → neuralgic pain
■ Jika sisa akar berada di bawah denture → mukosa akan inflamasi dan
mengganggu fungsi denture
Komplikasi Selama Prosedur
● Fraktur Alveolus
○ Penyebab:
■ Penggunaan instrumen yang tidak benar
■ Aplikasi gaya yang berlebihan
■ Kekurangan support alveolus saat ekstraksi
■ Tulang alveolar brittle
■ Gigi ankilosis
○ Pencegahan:
■ Pemeriksaan radiograf gigi dan struktur alveolar
■ Penggunaan tang dan elevators yang benar
■ Hindari gaya berlebihan
■ Support alveolus saat ekstraksi
Komplikasi Selama Prosedur
● Fraktur Tuberositas
○ Penyebab:
■ Antrum meluas ke tuberositas → ekstraksi M3 menyebabkan fraktur
tuberositas
■ Gaya berlebihan dan penggunaan tang yang salah
■ Fusi akar M2 dengan unerupted M3
○ Pencegahan:
■ Pemeriksaan radiograf sebelum ekstraksi
■ Hindari gaya berlebihan
■ Support alveolus saat ekstraksi
Komplikasi Selama Prosedur
● Gigi pindah ke sinus maksila
○ Penyebab:
■ Akar gigi berdekatan dengan sinus maksila
■ Derajat pneumatisasi sinus maksila meningkat dan dinding antral menjadi
tipis
■ Bentuk gigi yang bisa tergelincir ke antrum maksila
○ Pencegahan
■ Aplikasi gaya yang benar
■ Hindari penggunaan instrumen yang berlebihan
■ Periksa secara radiograf lokasi tiap anatomi
■ Support rahang dan alveolus sebelum ekstraksi
Komplikasi Selama Prosedur
● Pembentukan fistula imtraoral
○ Penyebab:
■ Dekatnya gigi posterior dengan sinus
■ Instrumen yang berlebihan saat mencabut ujung akar
○ Pencegahan
■ Aplikasi gaya yang benar
■ Hindari penggunaan instrumen yang berlebihan
■ Periksa secara radiograf lokasi tiap anatomi
■ Support rahang dan alveolus sebelum ekstraksi
Komplikasi Selama Prosedur
● Cedera saraf lingual
○ Penyebab:
■ Rusaknya saraf saat pencabutan gigi M3 ketika terjadi fraktur korteks
lingual
■ Adanya risiko kerusakan saat menangkan mucoperiosteum lingual
○ Pencegahan
■ Teknik yang baik dan manipulasi yang hati-hati
Komplikasi Setelah Prosedur
● Terbentuk spikula tulang
○ Penyebab:
■ Teknik ekstraksi yang tidak hati-hati
○ Pencegahan:
■ Memeriksa ujung yang tajam di soket sebelum penutupan
○ Manajemen:
■ Filing/removal spikula tulang
Komplikasi Setelah Prosedur
● Dry socket
○ Penyebab:
■ Sulit atau ekstraksi traumatik
■ Penggunaan kontraseptif oral
■ Perubahan hormon
■ Merokok
■ Irigasi yang tidak adekuat
■ Pasien lansia
○ Gambaran Klinis:
■ Nyeri muncul 2-3 hari setelah ekstraksi dan bertahan dengan/tanpa
perawatan dalam 10/15 hari
■ Nyeri terlokalisasi di soket → sensitif terhadap gentle probing
■ Halitosis
■ Nyeri di sekitar telinga dan sisi ipsilateral kepala
Komplikasi Setelah Prosedur
● Perubahan hematologi
○ Primary
■ Terjadi terus menerus setelah pembedahan
■ Infeksi lokal, rusaknya pembuluh darah, tertusuknya luka
○ Reactionary
■ Terjadi setelah 3 jam
■ Kerusakan clot karena aktivitas seperti mengunyah, gargling, konsumsi
alkohol dan makanan panas
■ Vasodilatasi pembuluh darah saat pemberian vasokonstriksi dengan
anestesi lokal
○ Secondary
■ Terjadi setelah beberapa hari
■ Blood clot dapat infeksi karena bakteri seperti streptococci yang larut
dalam clot dan menyebabkan perdarahan
■ Perdarahan acute ulcerative necrotising
Hal-Hal yang Harus
Diperhatikan
Hal-hal yang harus diperhatikan
● Menunda perawatan gigi elektif sampai trimester kedua dan paruh pertama dari
trimester ketiga. Prosedur gigi darurat dapat dilakukan tanpa penundaan dan
terlepas dari trimester kehamilan.
● Hindari radiografi gigi kecuali informasi tentang akar gigi atau tulang diperlukan
untuk perawatan gigi yang tepat. Jika radiografi harus diambil, gunakan pelindung
timah yang tepat
● Hindari penggunaan obat-obatan dengan potensi teratogenik. Gunakan anestesi
lokal ketika anestesi diperlukan
● Hindari menjaga pasien dalam posisi terlentang untuk waktu yang lama untuk
mencegah kompresi vena kava
Naseem, Mustafa, et al. "Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals." The Saudi Journal for Dental Research 7.2 (2016): 138-146.
Kurien, Sophia, et al. "Management of pregnant patients in dentistry." Journal of International Oral Health: JIOH 5.1 (2013): 88.
Naseem, Mustafa, et al. "Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals." The Saudi Journal for Dental Research 7.2 (2016): 138-146.
Kurien, Sophia, et al. "Management of pregnant patients in dentistry." Journal of International Oral Health: JIOH 5.1 (2013): 88.
POSISI SUPINASI HARUS DIHINDARI
Menyebabkan “supine
hypotensive syndrome”
Posisi supinasi dapat
menyebabkan penurunan cardiac
output, yang dapat menyebabkan
hipotensi, sinkop, dan penurunan
perfusi uteroplasental.
Penurunan tekanan oksigen
arterial (PaO2) dan peningkatan
insidensi dyspepsia
Posisi supinasi meningkatkan
insidensi terjadi dyspepsia karena
sphincter lebih bersifat inkompeten
pada wanita hamil.
Meningkatkan risiko terjadi DVT
(Deep Vein Thrombosis)
Posisi supinasi menyebabkan terjadi
kompresi pada inferior vena cava,
yang dapat menyebabkan venous
stasis dan koagulasi darah (clot
formation).
Hal-hal yang harus diperhatikan
Hal-hal yang harus diperhatikan
“LEFT LATERAL DECUBITUS
POSITION”
dengan bokong kanan dan pinggul
terangkat sebesar 15°.
POSISI IDEAL PASIEN HAMIL DI
DENTAL CHAIR
Naseem, Mustafa, et al. "Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals." The Saudi Journal for Dental Research 7.2 (2016): 138-146.
Kurien, Sophia, et al. "Management of pregnant patients in dentistry." Journal of International Oral Health: JIOH 5.1 (2013): 88.

More Related Content

Similar to PPT Kelompok 6 DK Mandiri_Skenario 7_IKGK 6.pdf

LO Difteri.pptx
LO Difteri.pptxLO Difteri.pptx
LO Difteri.pptxdwirs1
 
penyakit gigi dan mulut prolanis.ppt
penyakit gigi dan mulut prolanis.pptpenyakit gigi dan mulut prolanis.ppt
penyakit gigi dan mulut prolanis.pptAnugerahNurYuhyi
 
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien StrokeKebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Strokedentistalit
 
Pengaruh infeksi odontogen terhadap urtikaria
Pengaruh infeksi odontogen terhadap urtikariaPengaruh infeksi odontogen terhadap urtikaria
Pengaruh infeksi odontogen terhadap urtikariaAnton Mahendra
 
Pengaruh Infeksi Odontogen terhadap Timbulnya Urtikaria
Pengaruh Infeksi Odontogen terhadap Timbulnya UrtikariaPengaruh Infeksi Odontogen terhadap Timbulnya Urtikaria
Pengaruh Infeksi Odontogen terhadap Timbulnya UrtikariaAnton Mahendra
 
Lesi Endo-Perio.docx
Lesi Endo-Perio.docxLesi Endo-Perio.docx
Lesi Endo-Perio.docxLeoAlberto3
 
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitisTHT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitisssuser1723a4
 
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Betari Wanda Saskia
 
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomiIndikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomizakiahyahya
 
pening palakpening palakpening palak
pening palakpening palakpening palakpening palakpening palakpening palak
pening palakpening palakpening palakAmir Ibnu
 
Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Kel. 3 B9M3
Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Kel. 3 B9M3Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Kel. 3 B9M3
Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Kel. 3 B9M3elfanidamayanti1
 

Similar to PPT Kelompok 6 DK Mandiri_Skenario 7_IKGK 6.pdf (20)

Tugas ihlas
Tugas ihlasTugas ihlas
Tugas ihlas
 
Sap omsk
Sap omskSap omsk
Sap omsk
 
LO Difteri.pptx
LO Difteri.pptxLO Difteri.pptx
LO Difteri.pptx
 
Infeksi Odontogenik
Infeksi OdontogenikInfeksi Odontogenik
Infeksi Odontogenik
 
penyakit gigi dan mulut prolanis.ppt
penyakit gigi dan mulut prolanis.pptpenyakit gigi dan mulut prolanis.ppt
penyakit gigi dan mulut prolanis.ppt
 
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien StrokeKebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
 
Hand foot mouth disease - flu singapur
Hand foot mouth disease - flu singapurHand foot mouth disease - flu singapur
Hand foot mouth disease - flu singapur
 
Pengaruh infeksi odontogen terhadap urtikaria
Pengaruh infeksi odontogen terhadap urtikariaPengaruh infeksi odontogen terhadap urtikaria
Pengaruh infeksi odontogen terhadap urtikaria
 
Pengaruh Infeksi Odontogen terhadap Timbulnya Urtikaria
Pengaruh Infeksi Odontogen terhadap Timbulnya UrtikariaPengaruh Infeksi Odontogen terhadap Timbulnya Urtikaria
Pengaruh Infeksi Odontogen terhadap Timbulnya Urtikaria
 
Lesi Endo-Perio.docx
Lesi Endo-Perio.docxLesi Endo-Perio.docx
Lesi Endo-Perio.docx
 
Askep oma omk
Askep oma omkAskep oma omk
Askep oma omk
 
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitisTHT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
THT referat hubungan deviasi septum nasi dengan faktor resiko rinosinusitis
 
Kel. 6 sar
Kel. 6 sarKel. 6 sar
Kel. 6 sar
 
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
 
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomiIndikasi dan kontraidikasi odontektomi
Indikasi dan kontraidikasi odontektomi
 
Tonsilits AKPER PEMKAB MUNA
Tonsilits AKPER PEMKAB MUNA Tonsilits AKPER PEMKAB MUNA
Tonsilits AKPER PEMKAB MUNA
 
Mastoiditis
MastoiditisMastoiditis
Mastoiditis
 
pening palakpening palakpening palak
pening palakpening palakpening palakpening palakpening palakpening palak
pening palakpening palakpening palak
 
Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kita
 
Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Kel. 3 B9M3
Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Kel. 3 B9M3Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Kel. 3 B9M3
Laporan Hasil Diskusi Kelompok Kecil Kel. 3 B9M3
 

Recently uploaded

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (18)

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 

PPT Kelompok 6 DK Mandiri_Skenario 7_IKGK 6.pdf

  • 1. IKGK 6 - Kelompok 6 DK Mandiri Skenario 7
  • 2. Learning Issues ● Infeksi (Fokus Infeksi dan Fokal Infeksi) ○ Definisi ○ Penyakit dan kelainan gigi dan mulut yang dapat berpotensi menjadi fokus infeksi ○ Kondisi tubuh yang menjadikan fokus infeksi sebagai ancaman yang potensial ○ Tindakan eliminasi fokus infeksi yang menjadi kontraindikasi pada ibu hamil ● Manajemen Dental pada Pasien Ibu Hamil ○ Pemeriksaan ○ Risiko pada ibu hamil ○ Kegawatdaruratan medis ○ Golongan obat yang menjadi indikasi dan kontraindikasi bagi pasien dalam kondisi hamil ○ Hal-hal yang harus diperhatikan ● Tindakan ekstraksi pada ibu hamil ○ Indikasi dan kontraindikasi ○ Teknik anestesi ○ Komplikasi ○ Hal-hal yang harus diperhatikan
  • 3. 1. Infeksi (Fokal Infeksi dan Fokus Infeksi)
  • 4. Definisi Fokus Infeksi ● Fokus infeksi adalah daerah yang dibatasi pada jaringan yang terinfeksi mikroorganisme patogenik eksogen. ● Biasanya terletak berdekatan permukaan mukosa atau kutan. ● Fokus infeksi dapat terjadi di bagian tubuh manapun dan biasanya tidak menimbulkan manifestasi klinis. ● Oral foci of infection → proses patologis ○ tidak menyebabkan masalah infeksius mayor pada individu sehat ○ menimbulkan inflamasi lokal parah atau inflamasi sistemik pada individu dengan kondisi tertentu
  • 5. Definisi Fokal Infeksi ● Fokal infeksi adalah infeksi lokal atau umum yang disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme atau produk toksik dari fokus infeksi. ● dianggap sebagai infeksi pada bagian spesifik yang dapat menyebar ke bagian lain dalam tubuh ● Fokal Infeksi → kronis, umumnya low-grade, dan merupakan infeksi yang berkembang diam-diam dan perlahan menghasilkan gejala sistemik maupun lokal (Graham 1931)
  • 6. Mekanisme Fokal Infeksi ● Metastasis mikroorganisme dari fokus infeksi melalui penyebaran hematogenous atau lymphogenous ● Toksin atau produk toksin yang dibawa melalui aliran darah atau saluran limfatik dari fokus infeksi ke situs yang jauh di mana dapat memicu reaksi hipersensitif pada jaringan.
  • 7. Oral Foci of Infection keadaan-keadaan dalam rongga mulut yang dapat menjadi asal infeksi dan bermetastasis ke bagian tubuh lainnya: ● lesi infeksi periapikal, seperti periapikal granuloma, kista, atau abses ● gigi dengan infeksi root canal ● penyakit periodontal banyak bukti klinis yang menunjukkan bahwa fokus infeksi pada rongga mulut menyebabkan atau memperparah keadaan sistemik, antara lain ● Arthritis, utamanya rheumatoid and rheumatic fever type ● Valvular heart disease, khususnya subacute bacterial endocarditis ● Gastrointestinal diseases ● Ocular diseases ● Skin diseases ● Renal diseases Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
  • 8. Arthritis ● rheumatoid arthritis merupakan yang masih belum diketahui etiologinya, namun merupakan salah satu manifestasi dari keadaan sistemik lain ● mirip dengan rheumatic fever ● walaupun mikroorganisme tidak dapat dikultur dari sendi, pasien biasanya memiliki titer antibodi yang tinggi terhadap hemolytic streptococci → reaksi hipersensitivitas jaringan ● teori fokal infeksi terkait dengan etiologi rheumatoid arthritis ○ infeksi streptococcal pada tenggorokan, tonsil, sinus nasal dapat menjadi pendahulu ○ penghilangan dari fokus infeksi menunjukkan perkembangan ○ fitur patologis dan anatomis dari jaringan limfoid pada infeksi tonsilar, sinus, dan abses apikal menunjukkan bahwa produk toksin dapat masuk ke dalam sistem sirkulasi ○ bacteremia yang bersifat temporer dapat muncul setelah dilakukan tonsillectomy, atau ekstraksi Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
  • 9. Subacute Bacterial Endocarditis ● Berkaitan dengan infeksi oral, karena ● Ada kesamaan antara agen etiologi penyakit ini dan mikroorganisme di rongga mulut, pulpa, dan lesi periapikal. ● Gejala dapat diamati dalam beberapa kasus setelah prosedur ekstraksi. ● Bakteremia transien sering terjadi setelah prosedur ekstraksi. ● Umumnya terjadi karena pertumbuhan vegetasi bakteri pada katup jantung ● Mayoritas disebabkan oleh streptococcus viridan Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
  • 10. Penyakit Gastrointestinal ● secara periodik berkaitan dengan fokal infeksi oral ● mikroorganisme yang tertelan dapat menyebabkan masalah gastrointestinal Penyakit Okular ● dikaitkan dengan infeksi pada gigi, tonsil, sinus, dan genitourinary ● hipotesis terkait fokal infeksi ○ banyak penyakit okular yang muncul tanpa penyebab sistemik selain dari adanya fokus infeksi ○ penghilangan fokus infeksi pada beberapa kasus memunculkan penyembuhan pada penyakit okular ○ Eksaserbasi sementara yang tiba-tiba kadang dapat diamati setelah pencabutan ekstraksi gigi atau tonsil ○ Iritis dapat dihasilkan pada hewan percobaan oleh injeksi intravena mikroorganisme, khususnya streptococcus ○ Sangat sedikit bukti yang mendukung bahwa beberapa mikroorganism mungkin memiliki predileksi khusus untuk jaringan okular. Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
  • 11. Penyakit Kulit ● beberapa dermatologis menyatakan bahwa fokus infeksi berkaitan dengan lesi dermatologis di beberapa kasus ● lesi paling umum: jerawat, seborrhea dermatitis, tinea, eczema, dermatitis venenata, impetigo, scabies, urticaria, psoriasis, pityriasis rosea Penyakit Renal ● beberapa tipe penyakit renal biasanya dikaitkan dengan fokus infeksi ● tipe mikroorganisme yang paling umum berkaitan dengan infeksi urinary adalah Escherichia coli, walaupun bakteri lain seperti staphylococci dan streptococci mungkin juga dapat dikultur. ● paling umum: Streptococcus hemolyticus Arya Rajendran, Sivapatha Sundaram - Shafer's Textbook of Oral Pathology-Elsevier Health Sciences (2012).
  • 12. Penyakit dan Kelainan Gigi dan Mulut yang Dapat Berpotensi menjadi Fokus Infeksi
  • 13. ● Fokus infeksi dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan fokal infeksi antara lain ● Infeksi periapikal gigi → yaitu karies gigi yang tidak dirawat sehingga menyebabkan infeksi di ujung akar gigi. ● Infeksi pada jaringan periodontal atau jaringan pendukung gigi → Infeksi ini biasanya terjadi apabila kebersihan gigi kurang terpelihara sehingga terbentuk karang gigi. Karang gigi menyebabkan infeksi pada gusi yang ditandai dengan gusi yang mudah berdarah. ● Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisma. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa toksin dapat menyebar keseluruh tubuh. ● Infeksi Gigi Impaksi → gigi impaksi berpotensi menyebabkan infeksi pada jaringan sekitarnya. Disebut pericoronitis ● Sisa kotoran, maupun mikroba penginfeksi bisa menyebar ke tempat lain ditubuh seperti ginjal, jantung, mata, kulit, dan lain sebagainya. ● Fokal infeksi yang dapat terjadi akibat penyakit gigi sebagai fokus infeksi antara lain penyakit arthritis atau radang sendi, rheumatoid arthritis dan demam rheumatik, subakut bacterial endokarditis , peradangan otot jantung, penyakit lambung dan usus, penyakit mata, osteomyelitis, pneumonia, diabetes mellitus, penyakit kulit seperti; dermatitis, urtikaria, eczema, acne, bacterial pneumonia, berat bayi lahir rendah, infeksi orbita, abses otak, gagal ginjal kronis dan lain-lain.
  • 14. Kondisi Tubuh yang Menjadikan Fokus Infeksi sebagai Ancaman yang Potensial
  • 15. Fokus infeksi dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan fokal infeksi antara lain ● Infeksi periapikal gigi → yaitu karies gigi yang tidak dirawat sehingga menyebabkan infeksi di ujung akar gigi. ● Infeksi pada jaringan periodontal atau jaringan pendukung gigi → Infeksi ini biasanya terjadi apabila kebersihan gigi kurang terpelihara sehingga terbentuk karang gigi. Karang gigi menyebabkan infeksi pada gusi yang ditandai dengan gusi yang mudah berdarah. ● Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisma. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa toksin dapat menyebar keseluruh tubuh. ● Infeksi Gigi Impaksi → gigi impaksi berpotensi menyebabkan infeksi pada jaringan sekitarnya. Disebut pericoronitis Sisa kotoran, maupun mikroba penginfeksi bisa menyebar ke tempat lain ditubuh seperti ginjal, jantung, mata, kulit, dan lain sebagainya. Fokal infeksi yang dapat terjadi akibat penyakit gigi sebagai fokus infeksi antara lain penyakit arthritis atau radang sendi, rheumatoid arthritis dan demam rheumatik, subakut bacterial endokarditis , peradangan otot jantung, penyakit lambung dan usus, penyakit mata, osteomyelitis, pneumonia, diabetes mellitus, penyakit kulit seperti; dermatitis, urtikaria, eczema, acne, bacterial pneumonia, berat bayi lahir rendah, infeksi orbita, abses otak, gagal ginjal kronis dan lain-lain. Penyakit dan Kelainan Gigi dan Mulut yang Dapat Berpotensi Menjadi Fokus Infeksi
  • 16. Karies Gigi ● Salah satu penyakit infeksi yang dapat merusak struktur gigi dan menyebabkan terjadinya lubang pada gigi ● Karies gigi yang tidak dirawat akan terus berlanjut kerusakannya, bertambah parah → menimbulkan infeksi dan merusak jaringan sekitar gigi seperti ulserasi, abses, dan fistula, bahkan dapat menyebabkan fokus infeksi bagi organ tubuh lainnya ● Pada tahap awal walaupun tidak menimbulkan keluhan harus segera dirawat, karena penjalaran karies mula-mula terjadi pada enamel → bila tidak segera dibersihkan dan tidak segera ditambal, karies akan menjalar ke lapisan dentin hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah → rasa sakit dan akhirnya pulpa mati ● Bakteri penyebab karies ini akan terus menginfeksi jaringan di bawah gigi → menimbulkan periodontitis apikalis → apabila tidak dirawat kondisi tersebut akan bertambah parah sampai terbentuk abses periapikal (terbentuknya nanah di daerah apeks gigi atau di daerah ujung akar), granuloma, sampai kista gigi Sumual I. Keparahan karies gigi yang tidak dirawat pada siswa SD GMIM 31 Manado berdasarkan indeks PUFA. 2016. Jurnal e-GiGi (eG): 4(2); 208-14 Listrianah. GAMBARAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA SISWA – SISWI SEKOLAH DASAR NEGERI 13 PALEMBANG TAHUN 2018. 2018. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang): 13(2); 136-49
  • 17. Gingivitis ● Pakar kesehatan gigi dan mulut mengatakan gingivitis atau radang gusi berpotensi menimbulkan fokal infeksi ● Bila radang ini sudah bersifat kronis maka memicu risiko munculnya penyakit jantung dan kematian janin ● Umumnya dari radang tersebut hasilkan bakteri jenis gram negatif anaerob → bakteri ini ikut aliran darah, lalu mengeluar toksin berupa endotoksin yang bisa menimbulkan plak pada pembuluh darah di jantung ● Bakteri dari gingivitis ini merangsang hormon oksitosin yang menimbulkan kontraksi uterus dini yang dapat menimbulkan kematian pada janin ● Faktor yang terkait dengan penyakit gusi ini dapat berkontribusi pada penyebab aterosklerosis ● Diketahui kesehatan gigi yang buruk terutama dari infeksi gusi kronis dapat meningkatkan risiko stroke (iskemia serebrovaskular) Gusti. Radang Gusi Picu Penyakit Jantung dan Kematian Janin. 2012. Available from: Radang Gusi Picu Penyakit Jantung dan Kematian Janin | Universitas Gadjah Mada (ugm.ac.id) Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104
  • 18. Periodontitis ● Pada penelitian di AS ditemukan bahwa seseorang dengan periodontitis (peradangan pada jaringan penyangga gigi) memiliki risiko menderita penyakit jantung koroner sebesar 25% dibandingkan dengan yang memiliki penyakit periodontal ringan ● Pria di bawah usia 50 tahun → penyakit periodontal merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner (dimana dalam kelompok ini, pria dengan periodontitis hampir dua kali berisiko menderita penyakit jantung koroner dibandingkan pria yang tidak ada periodontitis) ● Peneliti di University of Buffalo → sebagian besar penderita penyakit periodontal mungkin berisiko terkena osteoporosis ● Penyakit peridontal ini mengandung bakteri sub gingival yang didominasi bakteri gram negatif → sangat mungkin menjadi pusat infeksi dan mengakibatkan penyakit paru (penumonia bakterial) yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104 Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
  • 19. Plak Gigi dan Kalkulus ● Adanya plak gigi dan kalkulus juga merupakan faktor risiko kuat terjadinya penyakit jantung koroner ● Bakteri yang ditemukan pada plak gigi merupakan salah satu faktor penyebab penyakit endokarditis ● Bakteri ini jika di lubang gigi maupun gusi yang rusak dapat masuk ke dalam sirkulasi darah lewat gusi yang berdarah dan dapat dengan mudah menyerang katup jantung maupun otot jantung yang telah melemah ● Gejalanya yaitu berupa demam, bising jantung, perdarahan di bawah kulit, bahkan embolisasi (penyumbatan) pembuluh darah kecil di organ-organ tubuh lainnya ● Sama seperti penyakit periodontal → plak gigi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit paru Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104 Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
  • 20. Infeksi Saluran Akar ● Penyakit gusi dan infeksi saluran akar merupakan kontributor utama dalam penyakit gigi kronis ● Infeksi pada tulang rahang sebagai akibat infeksi saluran akar juga merupakan faktor risiko stroke ● Saluran akar dapat menyebabkan masalah kesehatan bukanlah hal baru → konsep ini disebut teori fokal infeksi → hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perawatan saluran akar secara tradisional itu tidak dapat mensterilkan saluran akar dan ribuan tubulus secara efektif → teori ini menjelaskan bahwa infeksi yang ada di saluran akar dapat ditransfer melalui sistem peredaran darah ke bagian lain dari tubuh Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104 Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
  • 21. Edentulous (Tanpa Gigi) ● Hubungan paling bermakna antara penyakit gigi dan gangguan pencernaan → kehilangan gigi ● Pasien edentulous paling rentan terhadap masalah gastrointestinal dan lainnya ● Sebuah penelitian membuktikan bahwa pasien dengan denture mengalami kesulitan atau ketidakmampuan mengunyah makanan dengan benar → menurunkan asupan vitamin dan serat, terutama dari buah dan sayur-sayuran, sehingga dapat memancing gangguan pencernaan dan mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan ● Jadi masalah yang dihadapi pasien edentulous tidak berakhir dengan menghilangkan infeksi periodontal saja, tetapi harus menghadapi masalah kesehatan yang baru Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104 Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
  • 22. Kavitasi ● Kavitasi → kerusakan tulang di daerah gigi yang telah diekstraksi ● Salah satu dampak kavitasi yaitu menginduksi neuralgia cavitational osteonekrosis (NICO) ● Menurut para ahli, jika gigi tidak dicabut dengan benar, maka penyembuhannya tidak sempurna → meninggalkan lubang pada tulang rahang ● Kavitas juga diyakini memberikan kontribusi terhadap fokal infeksi -> berdampak pada kesehatan sistemik dan menyebabkan stres Larasati R. Hubungan Kebersihan Mulut dengan Penyakit Sistemik dan Usia Harapan Hidup. 2012. Jurnal Skala Husada: 9(1); 97-104 Swastini I. Kerusakan Gigi merupakan Fokal Infeksi Penyebab Timbulnya Penyakit Sistemik. 2013. Jurnal Kesehatan Gigi: 1(1); 63-8
  • 23. Tindakan Eliminasi Fokus Infeksi yang Menjadi Kontraindikasi pada Ibu Hamil
  • 24. ● Meskipun bukan keadaan penyakit, kehamilan masih merupakan situasi di mana pertimbangan khusus diperlukan saat operasi mulut diperlukan. ● Perhatian utama saat memberikan perawatan untuk pasien hamil → pencegahan kerusakan genetik pada janin. ● Dua bidang manajemen bedah mulut yang berpotensi menimbulkan kerusakan janin adalah : ○ Radiografi gigi ○ Pemberian obat ● Oleh karena itu, salah satu pilihannya adalah menunda operasi mulut elektif sampai setelah melahirkan untuk menghindari risiko pada janin. Seringkali, tindakan sementara dapat digunakan untuk menunda operasi.
  • 25. 2. Manajemen Dental pada Pasien Ibu Hamil
  • 27. Perawatan: Pemeriksaan pada Ibu Hamil ● Ada kekhawatiran dari pihak pasien dan profesional kesehatan mengenai perawatan kesehatan mulut pada kehamilan (beberapa hal yang perlu diperhatikan dijelaskan lebih lanjut selanjutnya) ● Namun pasien hamil tidak mengalami gangguan medis dan tidak boleh ditolak perawatan gigi hanya karena mereka hamil. Melakukan intervensi kesehatan mulut belum ditemukan hubungannya dengan peningkatan risiko pada perkembangan janin. ● Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan seperti biasa pada pasien hamil, dengan catatan pada pemeriksaan penunjang imaging. ○ Radiografi sebaiknya dihindari, terutama pada trimester pertama, meskipun radiografi gigi tidak menimbulkan risiko yang signifikan. ○ Ultrasound aman untuk dilakukan. ○ MRI dihindari Scully C, Medical Problems in dentistry 7th ed. Churchill Livingstone 2014
  • 28. Bahaya pemeriksaan radiografi pada Ibu Hamil ● Perkiraan dosis janin dari radiografi gigi adalah sekitar 0,0001 rad untuk sekitar 50.000 pemeriksaan. ● Risiko pada janin dianggap dapat diabaikan pada 5rad atau kurang bila dibandingkan dengan risiko kehamilan lainnya, dan risiko malformasi meningkat secara signifikan di atas tingkat kontrol hanya pada dosis di atas 15 rad. ● Paparan radiasi lebih besar dari 500mGy diketahui menyebabkan kerusakan pada janin. ● Dosis radiasi (sinar-X) kurang dari 5rad tidak berhubungan dengan peningkatan malformasi kongenital; oleh karena itu, rontgen gigi, yang memberikan dosis janin dalam satu paparan gigi sebesar 0,01mrad, tidak perlu dikhawatirkan. Scully C, Medical Problems in dentistry 7th ed. Churchill Livingstone 2014
  • 29. Risiko dan Manfaat radiografi pada Ibu Hamil ● Risiko dan manfaat melakukan pemeriksaan radiografi selama kehamilan ○ Radiografi tidak boleh kecuali benar-benar diperlukan dan pengambilan ulang harus dihindari. ○ Tindakan perlindungan, seperti film berkecepatan tinggi (kecepatan E/F) dan kolimasi persegi panjang, akan membantu menjaga dosis tetap minimum. ○ Pedoman yang berlaku saat ini adalah bahwa paparan harus minimal namun apron timbal tidak diperlukan, kecuali sinar diarahkan pada janin, seperti pada radiografi verteks-oklusal. Scully C, Medical Problems in dentistry 7th ed. Churchill Livingstone 2014
  • 31. Risiko Ibu Hamil Sindrom hipotensi terlentang/Supine Hypotension Syndrom ● Peningkatan Curah Jantung → Curah jantung meningkat 30% menjadi 50% selama kehamilan, ● Perubahan ini menghasilkan murmur jantung fungsional dan takikardia pada 90% wanita, yang menghilang segera setelah melahirkan. Penanganan: ● Selama trimester ke 2 dan ke 3, penurunan tekanan darah dan curah jantung → saat pasien dalam posisi terlentang. ● AKIBAT: Hal ini menyebabkan hipotensi, mual, pusing, dan pingsan. ● PENCEGAHAN: ○ Untuk mencegah sindrom hipotensi terlentang di kursi gigi, pinggul kanan dari pasien hamil ditinggikan 10 sampai 12 cm ○ Menempatkan pasien dalam kemiringan 5% sampai 15% di sisi kirinya → mengurangi tekanan pada vena cava inferior. ○ Jika hipotensi masih belum hilang, posisi lateral kiri penuh mungkin diperlukan
  • 32. Risiko Ibu Hamil Preeklamsia ● Preeklamsia didefinisikan sebagai hipertensi yang berhubungan dengan: ○ trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/mL) ○ gangguan fungsi hati (peningkatan kadar transaminase hati menjadi dua kali konsentrasi normal), ○ insufisiensi ginjal (peningkatan kreatinin serum lebih dari 1,1 mg/dL), ○ edema paru, ○ gangguan penglihatan atau serebral. Symptoms ● Mild Preeclampsia ○ Hypertension (BP >140/90 mmHg) ○ Peripheral edema ● Severe Preeclampsia ○ Hypertension (BP >160/100 mmHg) ○ Headache ○ Visual changes ○ Shortness of breath ○ Chest pain ○ Epigastric or right upper quadrant pain ○ Persistent nausea/vomiting
  • 33. Risiko Ibu Hamil Eklamsia ● Eklamsia didiagnosis saat preeklamsia disertai dengan kejang umum. Paling sering, berkembang dalam konteks preeklamsia yang parah, tetapi kadang-kadang terjadi ketika penyakitnya ringan. ● Symptoms ○ Tekanan darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi serius ini selalu di dahului dengan preeklamsia sebelumnya.
  • 35. Syncope ● Sinkop dapat disebabkan oleh hipotensi, hipoglikemia, anemia, dehidrasi, atau gangguan neurogenik. ● Pasien harus diletakkan miring ke kiri dengan kepala setinggi jantung dan kaki diangkat. ● Oksigen harus diberikan dan alat vitalnya diukur. ● Jika tidak menanggapi perawatan ini, ini adalah keadaan darurat medis dan Layanan Medis Darurat (EMS) harus diaktifkan. Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17. Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467. Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
  • 36. Hiperventilasi ● Perubahan fungsi pernapasan selama kehamilan antara lain penurunkan kapasitas total paru sebesar 5% dan functional residual capacity (FRC), volume udara di paru-paru pada saat akhir pernafasan tenang, sebesar 20%. ● Perubahan ventilasi ini menghasilkan peningkatan laju respirasi (takipnea) dan dispnea yang diperburuk oleh posisi terlentang ● Hiperventilasi paling sering terlihat pada trimester pertama dan dapat menyebabkan alkalosis pernapasan. ● Pasien harus menghirup karbon dioksida dengan menghirup dan menghembuskan napas ke dalam kantong kertas. ● Prosedur gigi harus dihentikan dan dijadwalkan ulang. ● Jika dispnea atau apnea harus terjadi, pasien harus ditempatkan dalam posisi setengah berbaring dan didukung dengan oksigen, sementara kesadaran dan tanda vitalnya dinilai dan dipantau. ● EMS/Layanan Medis Darurat dapat diaktifkan Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17. Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467. Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
  • 37. Kejang ● Kejang pada pasien hamil adalah keadaan darurat medis yang parah. ● Tim dental harus menjaga jalan napas pasien, menempatkan pasien di sisi kirinya, memberikan oksigen, dan suction mulut. ● Staf harus segera mengaktifkan EMS untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17. Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467. Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
  • 38. Hipoglikemik ● Pasien hipoglikemik dapat hadir dengan mual, kelemahan sementara, atau sinkop dengan tanda-tanda vital yang kuat. ● Staf gigi harus memantau tanda-tanda vital dan memberikan glukosa IV atau sumber glikemik oral. Jika glukosa tidak memperbaiki keadaan, pasien malah mungkin mengalami hiperglikemik. ● Glukosa yang diberikan tidak akan mempersulit situasi, tetapi dosis insulin mungkin perlu diberikan oleh dokter atau EMS. ● Evaluasi ruang gawat darurat dianjurkan. Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17. Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467. Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
  • 39. Hiperemesis ● Untuk wanita hamil dengan hiperemesis, janji temu pagi harus dihindari. ● Mereka harus disarankan untuk menghindari minuman jeruk atau makanan berlemak karena dapat menyebabkan gangguan lambung atau menunda pengosongan lambung. ● Wanita hamil harus disarankan untuk menyesap sedikit cairan asin seperti minuman olahraga untuk mencegah dehidrasi akibat muntah berulang. ● Selama prosedur gigi, pasien hamil harus duduk dalam posisi semi terlentang atau nyaman. ● Prosedur harus segera dihentikan jika pasien mengalami mual dan kursi harus diposisikan tegak. ● Peningkatan episode refluks lambung dan regurgitasi memerlukan pertimbangan khusus, karena dapat menyebabkan aspirasi isi lambung dan, dalam beberapa kasus, kematian. Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17. Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467. Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
  • 40. Supine hypotensive syndrome ● Bermanifestasi sebagai penurunan tiba-tiba tekanan darah, bradikardia, berkeringat, mual, lemah, dan air hunger saat pasien dalam posisi terlentang. ● Gejala ini disebabkan oleh gangguan aliran balik vena ke jantung akibat kompresi vena cava inferior oleh uterus gravid. ● Terjadi penurunan tekanan darah, penurunan curah jantung, dan gangguan atau kehilangan kesadaran. ● Tata laksana : menggulingkan pasien ke sisi kirinya, yang mengangkat rahim dari vena cava. Tekanan darah harus segera kembali normal. Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17. Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467. Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
  • 41. Preeclampsia dan Eklampsia ● Hipertensi menjadi perhatian khusus karena dapat menyebabkan kerusakan endorgan atau preeklampsia, suatu kondisi klinis kehamilan yang bermanifestasi sebagai hipertensi, proteinuria, edema, dan penglihatan kabur. ● Preeklampsia → ada tekanan darah tinggi dan protein dalam urin setelah 20 minggu kehamilan. ● Preeklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia, kondisi yang mengancam jiwa, jika kejang atau koma berkembang. ● Persalinan janin yang tertunda pada pasien preeklampsia pada periode prematur akhir meningkatkan risiko hipertensi parah, dengan konsekuensi berat seperti eklamsia, sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelets), edema paru, infark miokard, sindrom gangguan pernapasan akut, stroke, cedera ginjal dan retina, dan gangguan janin. ● komplikasi termasuk hambatan pertumbuhan janin, solusio plasenta, atau kematian janin atau ibu Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient. 9th ed. Chapter 17. Hilgers KK, Douglass J, Mathieu GP. Adolescent pregnancy: a review of dental treatment guidelines. Pediatr Dent. 2003;25(5):459-467. Kurien S, Kattimani VS, Sriram RR, et al. Management of pregnant patient in dentistry. J Int Oral Health. 2013;5(1):88-97.
  • 42. Golongan Obat Indikasi dan Kontraindikasi bagi Ibu Hamil
  • 43. Manajemen Operasi pada Wanita Hamil ● Pertimbangan spesial untuk oral surgery → melindungi ibu dan bayi (kerusakan genetik) ● 2 hal yang penting diperhatikan : dental imaging (radiografi) dan obat ● Tidak mungkin operasi tanpa radiologi dan obat → tunda sampai melahirkan ● Tidak bisa ditunda → upayakan meminimalisir faktor teratogenik ○ Pakai apron pelindung ○ Pakai digital periapical film hanya pada area operasi ● Anxiety-reduction protocol → hamil membuat stres emosional dan fisiologi James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 44. Manajemen Operasi pada Wanita Hamil ● Posisi Dental Unit ○ Hamil besar/hampir melahirkan ■ Jangan terlentang penuh ⇒ rahim mengkompresi vena kava inferior → pembuluh darah balik ke jantung → cardiac output ■ Sedikit tegak dan agak ke kiri ● Break untuk ke toilet karena perutnya menekan kandung kemih ● Sebelum operasi drg konsul ke obgyn nya dulu James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 45. Obat pada Wanita Hamil ● Obat yang aman bagi janin : ○ Lidokain, ○ Bupivakain, ○ Asetaminofen, ○ Kodein, ○ Penisilin, ○ Sefalosporin ● Obat yang dihindari : ○ NSAID (ex. aspirin dan ibuprofen) → trimester ketiga ⇒ sifat antiplateletnya dan berpotensi menyebabkan penutupan dini duktus arteriosus ○ Semua obat penenang (sedatif) ○ Nitrous oxide di trimester pertama, tetapi dapat dipertimbangkan pada trimester ⇒ asalkan oksigen minimal 50% dan konsultasi dengan dokter kandungan pasien. James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 46. James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 48. Hal-hal yang harus diperhatikan Pregnancy, atau kehamilan, menghasilkan perubahan fisiologis pada hampir seluruh sistem organ dalam tubuh. Memahami perubahan ini penting untuk menangani pasien yang sedang mengalami kehamilan agar memberi kualitas layanan dental yang terbaik. Oleh karena itu akan diperlukan modifikasi perawatan dental untuk menangani pasien yang sedang hamil Guideline Manajemen Pasien yang Sedang Hamil: ● Initial assessment harus dilakukan yang meliputi riwayat medis dan surgical history. ● Seluruh elective surgical procedure harus ditunda sampai postpartum ● Minor oral and maxillofacial surgical procedures dapat dilakukan namun mengikuti guideline dasar. Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
  • 49. Hal-hal yang harus diperhatikan Guideline Posisi: ● Supine position should be avoided untuk beberapa alasan, seperti supine hypotensive syndrome ● Posisi ideal untuk pasien yang gravid adalah left lateral fecibutious position with right buttock and hip elevated by 15 degrees. Penatalaksanaan radiografi: ● Dosis radiasi 10 Gy dapat menyebabkan congenital fetal abnormalities. ● Dosis fetus adalah 1/50000 dari exposure kepada kepala ibu. ● Shielding dan equipment protective harus dikenakan selalu untuk melindungi fetus dari exposure yang berlebih dan tidak relevan Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
  • 50. Hal-hal yang harus diperhatikan Treatment Timing During Pregnancy 1st Trimester ● Up to 14 weeks ○ Merupakan waktu yang paling critical dan adanya rapid cell division dan active organogenesis. Maka akan ada kecenderungan kerentanan terhadap stress dan teratogen pada waktu ini ada kemungkinan spontaneous abortions ● Rekomendasi: ● Edukasi pasien terhadap materna oral changes pada amsa kehamilan ● Mementingkan penjagaan OH untuk mengontrol plak ● Membatasi dental treatment sebatas periodontal prophylaxis dan treatment emergency ● Hindari routine radiographs, hanya dilakukan jika diperlukan Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
  • 51. Hal-hal yang harus diperhatikan Treatment Timing During Pregnancy 2nd Trimester ● Pasa second trimester, beberapa elective dan emergent dentoalveolar procedures dapat lebih aman dilakukan. ● Rekomendasi: ○ Instruksi menjaga OH ○ Scaling polishing, curettage bsia dilakukan ○ Kontrol penyakit oral yang aktif ○ Elective dental care is safe ○ Avoid routine radiographs Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
  • 52. Hal-hal yang harus diperhatikan Treatment Timing During Pregnancy 3rd Trimester ● Walaupun tidak ada risiko pada fetus pada masan ini, ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang lebih banyak. Shorter dental appointments harus dilakukan dan pemosisian harus dilakukan dengan benar. ● Recommendations: ○ Instruksi menjaga OH ○ scaling, polishing dan curettage dapat dilakukan dengan baik ○ Avoid elective dental care during second half of third trimester ○ Avoid routine radiographs Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
  • 53. Hal-hal yang harus diperhatikan Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient
  • 54. Hal-hal yang harus diperhatikan Kesimpulan ● Ada pentingnya mengetahui bahwa dental treatment akan dilakukan kepada 2 orang, yaitu ibu dan janin. ● Semua treatment harus dilakukan setelah berkonsultasi dengan gynecologist dari pasien ● Sebaiknya menghindari terapi obat yang dapat membahayakan janin ● Perawatan dental dilakukan sebelum konsepsi pada kehamilan yang direncanakan ● Perawatan dental dilakukan pada middle trimester pada kehamilan yang tidak direncanakan Kurien S, Kattimani V S, Sriram R, Sriram S K, Prabhakar Rao V K, Bhupathi A, Bodduru R, Patil N N. Management of Pregnant Patient in Dentistry. J Int Oral Health 2013; 5(1):88-97.
  • 57. Pada Trimester Pertama (Konsepsi - Minggu ke 14) ● Terjadi pembelahan sel paling kritis dan cepat serta organogenesis aktif terjadi antara minggu kedua dan kedelapan pasca pembuahan → memiliki risiko kerentanan paling besar terhadap stres dan risiko teratogen → setiap intervensi yang dapat menyebabkan hipoksia → punya efek berbahaya pada embrio dan dapat membuat aborsi spontan. ● Indikasi dan rekomendasi perawatan dental pada trimester pertama: ○ Edukasi pasien tentang perubahan mulut selama kehamilan ○ Tekankan instruksi kebersihan mulut yang optimal dan kontrol plak ○ Batasi perawatan gigi hanya untuk profilaksis periodontal dan perawatan darurat ○ Hindari radiografi rutin → gunakan secara selektif dan bila diperlukan ● Kontraindikasi pada trimester pertama: ekstraksi gigi, kecuali perawatan emergency (dengan konsultasi). Sophia K et al. Management of Pregnant Patient in Dentistry. Journal of International Oral Health. Jan-Feb 2013; 5(1):88-97 Naseem, Mustafa & Sultan, Zohaib & Khan, Hammad & Niazi, Fayez & Shahab, Sana & Zafar, Muhammad. (2015). Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals. The Saudi Journal for Dental Research. 7. 10.1016/j.sjdr.2015.11.002. Indikasi & Kontraindikasi Perawatan Dental
  • 58. Sophia K et al. Management of Pregnant Patient in Dentistry. Journal of International Oral Health. Jan-Feb 2013; 5(1):88-97 Naseem, Mustafa & Sultan, Zohaib & Khan, Hammad & Niazi, Fayez & Shahab, Sana & Zafar, Muhammad. (2015). Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals. The Saudi Journal for Dental Research. 7. 10.1016/j.sjdr.2015.11.002. Indikasi & Kontraindikasi Perawatan Dental Pada Trimester Kedua (Minggu ke 14 - Minggu ke 28) ● Peristiwa organogenesis rendah → memiliki risiko rendah terhadap janin. ● Selama trimester kedua, perawatan bedah pasien tanpa riwayat masalah tidak berisiko, asalkan prosedur pembedahannya sesingkat dan sebebas mungkin dari rasa sakit. ● Indikasi dan rekomendasi perawatan dental pada trimester pertama: ○ Instruksi kebersihan mulut, dan kontrol plak ○ Scaling, polishing, dan kuretase dapat dilakukan jika perlu ○ Pengendalian penyakit mulut aktif, jika ada ○ Perawatan gigi elektif aman ○ Hindari radiografi rutin → gunakan secara selektif dan bila diperlukan ● Waktu yang direkomendasikan untuk melakukan ekstraksi gigi.
  • 59. Sophia K et al. Management of Pregnant Patient in Dentistry. Journal of International Oral Health. Jan-Feb 2013; 5(1):88-97 Naseem, Mustafa & Sultan, Zohaib & Khan, Hammad & Niazi, Fayez & Shahab, Sana & Zafar, Muhammad. (2015). Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals. The Saudi Journal for Dental Research. 7. 10.1016/j.sjdr.2015.11.002. Indikasi & Kontraindikasi Perawatan Dental Pada Trimester Ketiga (Minggu ke 29 - Melahirkan) ● Pada awal trimester ketiga, tidak ada risiko pada janin, tetapi tingkat ketidaknyamanan yang dialami ibu hamil dapat meningkat → dapat dihindari dengan melaksanakan perawatan dalam waktu yang singkat dan posisi ibu hamil pada dental unit yang tepat ● Indikasi dan rekomendasi perawatan dental pada trimester pertama: ○ Instruksi kebersihan mulut, dan kontrol plak ○ Scaling, polishing, dan kuretase mungkin dilakukan jika perlu ○ Hindari perawatan gigi elektif dari pertengahan trimester ketiga ○ Hindari radiografi rutin → gunakan secara selektif dan saat dibutuhkan ● Kontraindikasi pada trimester ketiga: hindari prosedur dental pada hari-hari terakhir kehamilan → kemungkinan bayi lahir selama prosedur gigi dan perawatan dental dengan durasi lama.
  • 61. Teknik Anestesi Prinsip umum ● Semakin lambat penyuntikan, semakin sedikit rasa sakit yang ditimbulkan, kecepatan penyuntikan diimbangi dengan kecemasan pasien ● Injeksi jaringan palatal cenderung lebih tidak nyaman karena terbatasnya jumlah jaringan ikat longgar yang ada → harus memberikan tekanan → menyebabkan rasa sakit (perlu anestesi topikal) ● Injeksi area dengan pembuluh darah yang lebih besar harus didahului dengan aspirasi untuk membantu mengurangi kemungkinan penyuntikan intra-arteri ● Onset aksi LA bervariasi berdasarkan farmakologi dan ketepatan pengendapan obat. ○ Bertanya kepada pasien apakah mereka dapat merasakan ketika bibirnya disentuh ● Prosedur yang melibatkan gigi P&M RB perlu long buccal nerve block sebagai bagian dari pendekatan pemberian inferior alveolar nerve block ● Selalu pasang kembali jarum sebelum meletakkan alat suntik ● Ketika melakukan biopsi jaringan lunak: vasokonstriktor yang mengandung anestesi lokal dapat berguna untuk membantu membatasi perdarahan ○ Beri waktu sekitar 7 menit antara injeksi dan insisi untuk memberikan waktu vasokonstriktor untuk mencapai efektivitas hemostatik yang optimal James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 62. Teknik Anestesi Tiga jenis utama injeksi anestesi lokal: ● Infiltrasi lokal: injeksi pada atau di atas apeks gigi ● Field block: injeksi di atas apeks gigi di dekat cabang saraf terminal yang lebih besar ● Nerve block: injeksi di dekat batang saraf utama, biasanya jauh dari tempat intervensi operasi → contohnya injeksi alveolar superior posterior, alveolar inferior, dan nasopalatina James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019 Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 63. Teknik Anestesi Injeksi Maksila ● Tujuan: anestesi lokal sedekat mungkin dengan saraf yang akan dibius → dalam dan cepat ● Apeks gigi RA dekat dengan permukaan tulang alveolar yang tipis → anestesi gigi RA relatif mudah ○ Apeks dari semua gigi rahang atas kecuali kaninus dan akar palatal molar pada kedalaman mucobuccal fold ○ Tempatkan di area tersebut memberikan anestesi pulpa dan juga akan membius jaringan lunak bukal/labial yang berdekatan ○ Gigi caninus: perlu menembus beberapa milimeter lebih dalam di rahang atas ● Anestesi beberapa gigi RA posterior: blok saraf alveolar superior posterior ● Jaringan lunak yang akan dioperasi juga perlu dianestesi: infiltrasi greater nerve palatine/ infiltrasi nervus insisivus James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 64. Teknik Anestesi James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 65. Teknik Anestesi - Maksila Injeksi supraperiosteal/infiltrasi lokal ● Saraf: cabang terminal besar pleksus gigi ● Area: pulpa, akar gigi, periosteum bukal, jaringan ikat, dan membran mukosa ● Indikasi: anestesi pulpa 1-2 gigi RA, anestesi jaringan lunak di area tersebut ● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut di area injeksi, tulang padat yang menutupi apeks gigi (gigi M1 RA anak-anak, apeks gigi I1 orang dewasa) ● Teknik ○ Area insersi: ketinggian lipatan mucobuccal di atas apeks gigi yang dianestesi ○ Bersihkan dengan kasa kering steril → oleskan antiseptik topikal (1 menit) ○ Pegang alat suntik sejajar dengan sumbu panjang gigi → masukkan jarum ke ketinggian lipatan mucobuccal di atas gigi target → dorong jarum hingga bevelnya berada pada atau di atas regio apikal gigi ○ Jarum pada jaringan lunak (tidak menyentuh tulang) ○ Aspirasi dua kali → jika negatif depositkan (0,6 ml selama 20 detik) → tarik jarum perlahan → tunggu 3-5 menit sebelum memulai prosedur Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 66. Teknik Anestesi - Maksila Posterior superior alveolar nerve block ● Saraf: saraf dan cabang PSA ● Area: pulpa, periodonsium buccal, tulang gigi M RA ● Indikasi: melibatkan dua atau lebih M RA, injeksi supreperiosteal tidak efektif ● Kontraindikasi: risiko perdarahan besar (pasien hemofilia, menggunakan obat coumadin atau clopidogrel (Plavix)) → dianjurkan injeksi supraperiosteal/PDL ● Teknik: ○ Orientasi bevel: ke arah tulang selama injeksi ○ Keringkan dengan kasa → anestesi topikal ○ Arahkan bevel jarum ke arah tulang → masukkan jarum setinggi mucobuccal fold di atas molar kedua ○ Dorong jarum secara perlahan ke atas, ke dalam, dan ke belakang ■ Ke atas: superior dengan sudut 45 derajat terhadap bidang oklusal ■ Ke dalam: medial menuju garis tengah pada sudut 45 derajat ke bidang oklusal ■ Ke belakang: posterior pada sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang molar kedua ○ Pada orang dewasa, penetrasi hingga kedalaman 16 mm, untuk anak 10-14 mm ○ Aspirasi lalu putar bevel jarum 90° lalu aspirasi lagi → depositkan 0,9-1,8 ml 30-60 detik → tarik jarum perlahan → tunggu 3-5 menit Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 67. Teknik Anestesi - Maksila Middle superior alveolar nerve block ● Saraf: MSA dan cabang terminal ● Area: pulpa gigi P1 & P2, akar mesiobuccal M1, periotal buccal dan tulang di sekitar gigi-gigi ini ● Indikasi: ASA nerve block gagal, prosedur dental pada gigi premolar ● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi area injeksi ● Teknik: ○ Keringkan → anestesi topikal ○ Area insersi: ketinggian muccobuccal fold di atas P2 RA ○ Penetrasi perlahan sampai ujung jarum di atas apeks P2 ○ Aspirasi dalam 2 plana → deposit perlahan (0,9-1,2 ml 30-40 detik) → tarik jarum perlhaan → tunggu 3-5 menit Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 68. Teknik Anestesi - Maksila Anterior superior alveolar nerve block ● Saraf: ASA, MSA, infraorbital nerve (inferior palpebral, lateral nasal, superior labial) ● Area: pulpa gigi I1 RA melalui caninus pada sisi injeksi, buccal/labial periodonsium dan tulang dari gigi-gigi ini, kelopak mata bawah, lateral hidung, bibir atas ● Indikasi: prosedur dental >2 gigi anterior RA dan jaringan lunak buccalnya, injeksi supraperiosteal tidak efektif karena tulang kortikal padat ● Kontraindikasi: area prosedur hanya 1-2 gigi, hemostasis area lokal (gunakan infiltrasi lokal) ● Teknik: ○ Area insersi: ketinggian muccobuccal fold di atas P1 ○ Masukkan jarum setinggi muccobuccal fold di atas P1 dengan tulang menghadap bevel ○ Jarum dipegang sejajar sumbu panjang gigi (menghindari kontak dini dengan tulang) ○ Palpasi foramen infraorbital dengan jari ○ Posisi jarum: bevel menghadap ke foramen infraorbital dan ujung jarum menyentuh atap foramen ○ Aspirasi dalam 2 plane → depositkan 0,9-1,2 ml 30-40 detik → tarik jarum → pertahankan jari 1 menit (untuk meningkatkan difusi LA ke foramen infraorbital), tunggu 3-5menit Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 69. Teknik Anestesi - Maksila Greater palatine nerve block ● Saraf: nervus palatinus mayus ● Area: posterior palatum keras dan jaringan lunak di atasnya, hingga P1 dan midline ● Indikasi: anestesi jaringan lunak palatal untuk restorasi >2gigi, bedah periodontal/oral yang melibatkan jaringan lunak/keras palatum ● Kontraindikasi: inflamasi/infeksi, area terapi 1-2 gigi ● Teknik ○ Area insersi: jaringan lunak sedikit anterior dari foramen paltinus mayus ○ Tempatkan swab di foramen palatine mayor → keringkan dan oles anestesi topikal (-12 mm di depan foramen) ○ Tekan swab → tempatkan bevel di jaringan lunak yang memucat → depositkan small volume LA → luruskan jarum dan biarkan bevel menembus mukosa → depositkan small volume → akan terlihat iskemia ○ Dorong jarum hingga berkontak dengan palatum → aspirasi → deposit 0,45-0,6ml 30 detik Nasopalatine nerve block ● Saraf: nervus nasopalatinus ● Area: bagian anterior palatum keras (jaringan lunak & keras) dari mesial P1 - mesial P1 ● Indikasi: restorasi >2gigi (restorasi subgingiva, insersi matriks), prosedur bedah oral/periodontal yang melibatkan jaringan palatum ● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi, prosedur terbatas di 1-2gigi ● Teknik ○ Area insersi: mukosa palatal lateral dari papilla insisif (midline di belakang I1) → single needle penetration ○ Area insersi: labial frenulum, interdental papilla antara gigi-gigi I1, jika dibutuhkan, jaringan palatal lateral dari papila insisif → multiple needle penetration Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 70. Teknik Anestesi - Maksila Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 71. Teknik Anestesi Injeksi Mandibula ● Anestesi lokal gigi RB lebih kompleks karena ketebalan tulang alveolar di sekitar apeks gigi tersebut → perlu inferior alveolar dan lingual nerve block ● Jika ingin anestesi pulpa gigi anterior → hindari blok saraf mental. ○ Anestesi yang sangat baik pada jaringan lunak tetapi jarang memberikan anestesi pulpa memadai ○ Sulit untuk menentukan kecukupan blok saraf alveolar inferior yang diberikan selanjutnya ● Jika melakukan prosedur di dekat garis tengah → ada persarafan silang dari saraf alveolar inferior di sisi kontralateral → blok saraf alveolar inferior bilateral mungkin diperlukan ● Poin penting: di area transisi saraf, ada persarafan silang ○ Regio P2 jaringan lunak bukal dipersarafi terutama oleh cabang mental nervus alveolar inferior tetapi juga oleh cabang terminal nervus bukal panjang → blok saraf alveolar inferior & blok saraf bukal saat mengekstraksi atau membuat insisi pada area tersebut James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 72. Teknik Anestesi - Mandibula Inferior alveolar nerve block/mandibular block ● Saraf: nervus inferior alveolar, n. insisif, n.mental, n. lingual ● Area: gigi-gigi mandibula hingga midline, body of mandible, buccal mucoperiosteum (membran mukosa anterior dari foramen mental), ⅔ anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum ● Indikasi: prosedur pada beberapa gigi mandibula di 1 kuadran, jika anestesi jaringan lunak buccal/lingual diperlukan ● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut area injeksi, pasien yang suka menggigit bibir (anak-anak atau oral dengan keterbelakangan mental) ● Area insersi: membran mukosa pada bagian medial (lingual) ramus mandibula Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 73. Teknik Anestesi - Mandibula Tahapan IANB ● Membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi ● RB sejajar atau membentuk sudut 10 derajat dengan lantai. Posisi operator disamping pasien agak ke depan / depan kanan pasien (pukul 8) ● Jari telunjuk tangan kiri meraba bagian bukal gigi P sampai mengenai Linea Obliqua Eksterna dan tepi anterior dari ramus ● IANB RB kiri, perabaan menggunakan ibu jari kiri, posisi operator jam 9 atau jam 10 ● Jari digerakkan ke atas dan ke posterior hingga ke “Coronoid Notch”. ● Jari digeser ke medial sehingga diperoleh Linea Oblique Interna, fiksir jari disitu ● Jarum suntik ditusukkan di pertengahan kuku jari telunjuk dari arah gigi P kontralateral sampai terasa tulang, dengan bevel menghadap tulang ● Tarik sedikit dan ubah arah jarum suntik sejajar permukaan oklusal gigi yang akan dicabut ● Masukkan jarum suntik sampai kira-kira 2/3 dari panjang jarum (sekitar 2 mm), lalu jarum suntik dikembalikan kearah semula (regio P kontralateral). ● Lakukan aspirasi, jika negatif (tidak terdapat darah) maka depositkan larutan 1 cc untuk membius N. Alveolaris Inferior ● Kemudian tarik 1⁄2 Panjang jarum suntik, aspirasi lagi dan jika negatif depositkan larutan sebanyak 0,5 cc untuk membius N. Lingualis ● Tarik jarum, lalu pindah ke regio mukobuccal fold ● Pada regio mukobuccal fold gigi yang akan dicabut, lakukan suntikan infiltrasi sebanyak 0,5 cc untuk membius N. Bukalis (atau N. Long Bukalis) ● Lalu tunggu 3-5 menit sampai pasien merasa kebas / baal pada bibir bawah dan lidah pada sisi yang dilakukan injeksi anestesi lokal Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 74. Teknik Anestesi - Mandibula Buccal Nerve Block ● Saraf: nervus buccal ● Area: jaringan lunak dan periosteum buccal dari molar mandibula ● Indikasi: ketika anestesi jaringan lunak buccal diperlukan untuk prosedur dental molar mandibula ● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut ● Arah penetrasi: arahkan spuit ke tempat injeksi dengan bevel menghadap ke bawah ke arah tulang dan spuit sejajar dengan bidang oklusal di sisi injeksi tetapi bukal ke gigi → penetrasi membran mukosa di tempat injeksi, distal dan bukal ke gigi molar terakhir → masukkan hingga kontak dengan mucoperiosteum → untuk menghindari nyeri saat kontak dengan mukoperiosteum, depositkan sedikit LA → aspirasi → jika negatif depositkan → tarik jarum, tunggu 3-5 menit Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 75. Teknik Anestesi - Mandibula Mental nerve block ● Saraf: nervus mental ● Area: membran mukosa bukal anterior dari foramen mental (di sekitar P2) hingga midline dan kulit dari bibir bawah ● Indikasi: prosedur biopsi jaringan lunak, penjahitan jaringan lunak ● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut ● Area penetrasi: penetrasi membran mukosa pada kaninus/premolar 1 dan jarum diarahkan ke foramen mental → dorong hingga ke foramen mental (tidak perlu masuk ke foramen mental/kontak dengan tulang) → aspirasi → jika negatif, depositkan 0,6 ml 20 detik →tarik jarum, tunggu 2-3 menit Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 76. Teknik Anestesi - Mandibula Incisive nerve block ● Saraf: nervus mental dan incisive ● Area: membran mukosa buccal anterior dan foramen mental (P2-midline), bibir bawah, kulit dagu, pulpal nerve fiber gigi I,C,P ● Indikasi: prosedur dental yang membutuhkan anestesi pulpa gigi anterior RB, prosedur dental pada 6/8/10 gigi (gigi C-C atau gigi P-P) direkomendasikan incisive nerve block menggantikan IANB ● Kontraindikasi: infeksi/inflamasi akut ● Area penetrasi: penetrasi membran mukosa pada kaninus atau premolar 1 dan arahkan jarum ke foramen mental → dorong hingga ke foramen mental (tidak perlu masuk ke foramen mental/kontak dengan tulang) → aspirasi → jika negatif, depositkan 0,6 ml 20 detik →pertahankan gentle pressure dari jari (meningkatkan volume larutan yang masuk ke foramen mental) → tarik jarum, pertahankan tekanan di area injeksi intraoral/ekstraoral selama 2 menit → tunggu 3-5 menit Stanley F. Malamed, Handbook of Local Anesthesia, 7th ed. Elsevier. 2020
  • 77. Teknik Anestesi Injeksi Ligamen Periodontal ● Bahkan dengan anestesi jaringan lunak dan anestesi pulpa, pasien dapat terus merasakan nyeri yang tajam saat gigi mengalami luksasi → mungkin terjadi ketika pulpitis/jaringan terinfeksi ● Teknik yang harus digunakan dalam situasi ini adalah injeksi ligamen periodontal ● Anestesi short-lived, jadi prosedur pembedahan harus dilakukan dalam waktu 15 sampai 20 menit James Hupp, Edward Elis III, Myron J tucker, Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery, 7th ed. Elsevier. 2019
  • 79. Komplikasi ● Jarang terjadi bila telah diberikan perawatan prenatal dan ibu dalam kondisi sehat. ● Lebih sering terjadi pada ibu hamil yang mengandung patogen (oral dan ekstraoral), merokok ● Komplikasi umum termasuk infeksi, response inflamasi, kelainan glukosa, dan hipertensi ● Resistensi insulin ○ Berkontribusi terhadap perkembangan diabetes mellitus gestasional (GDM), yang terjadi pada 2% hingga 6% wanita hamil. ○ GDM meningkatkan risiko infeksi dan berat lahir bayi yang besar ● Hipertensi ○ Dapat menyebabkan kerusakan organ akhir atau preeklamsia ○ Preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia
  • 80. Komplikasi Selama Prosedur ● Abrasi ○ Disebabkan oleh penggunaan rotary instrument yang tidak hati-hati ● Thermal injuries ○ Instrumen yang diambil dari autoclave/hot air oven digunakan secara langsung di intraoral ● Mukosa robek ○ Penggunaan instrumen yang gegabah, pengangkatan flap yang tidak baik, atau gaya yang berlebihan
  • 81. Komplikasi Selama Prosedur ● Ekstraksi gigi yang salah ○ Management: ■ Informasikan pasien ■ Kembalikan gigi ke dalam soket sesegera mungkin dan lakukan splint ■ Jika immediate replacement tidak bisa dilakukan → taruh gigi di medium (saliva, susu, dll) ■ Lakukan treatment seperti treatment gigi avulsi dan reimplantasi ○ ○ ●
  • 82. Komplikasi Selama Prosedur ● Fraktur Gigi Saat Ekstraksi ○ Penyebab: ■ Penggunaan forsep yang salah ■ Cara menggunakan forsep yang salah ■ Gaya yang digunakan tidak benar ■ Gigi karies yang parah ■ Gigi yang sudah di-PSA ■ Akar melengkung/hipersementasi atau ankilosis ○ Cara Mencegah: ■ Lakukan pemeriksaan radiograf bentuk dan derajat karies gigi terkait dan kondisi akar, serta tulang di sekitarnya ■ Teknik forsep yang baik → pemilihan, aplikasi forsep, dan aplikasi gaya ■ Gunakan teknik transalveolar removal ketika intraalveolar extraction tidak dapat digunakan
  • 83. Komplikasi Selama Prosedur ● Fraktur Akar Gigi ○ Penyebab: ■ Teknik yang tidak baik ■ Penggunaan instrumen dan gaya yang tidak benar ■ Gigi ankilosi/hipersementasi ■ Condensing osteitis ■ Akar melengkung ■ Gigi yang sudah di-PSA ■ Pasien tidak kooperatif ○ Konsekuensi ■ Akar yang tersisa bisa menjadi sumber infeksi ■ Penyebab iritasi → neuralgic pain ■ Jika sisa akar berada di bawah denture → mukosa akan inflamasi dan mengganggu fungsi denture
  • 84. Komplikasi Selama Prosedur ● Fraktur Alveolus ○ Penyebab: ■ Penggunaan instrumen yang tidak benar ■ Aplikasi gaya yang berlebihan ■ Kekurangan support alveolus saat ekstraksi ■ Tulang alveolar brittle ■ Gigi ankilosis ○ Pencegahan: ■ Pemeriksaan radiograf gigi dan struktur alveolar ■ Penggunaan tang dan elevators yang benar ■ Hindari gaya berlebihan ■ Support alveolus saat ekstraksi
  • 85. Komplikasi Selama Prosedur ● Fraktur Tuberositas ○ Penyebab: ■ Antrum meluas ke tuberositas → ekstraksi M3 menyebabkan fraktur tuberositas ■ Gaya berlebihan dan penggunaan tang yang salah ■ Fusi akar M2 dengan unerupted M3 ○ Pencegahan: ■ Pemeriksaan radiograf sebelum ekstraksi ■ Hindari gaya berlebihan ■ Support alveolus saat ekstraksi
  • 86. Komplikasi Selama Prosedur ● Gigi pindah ke sinus maksila ○ Penyebab: ■ Akar gigi berdekatan dengan sinus maksila ■ Derajat pneumatisasi sinus maksila meningkat dan dinding antral menjadi tipis ■ Bentuk gigi yang bisa tergelincir ke antrum maksila ○ Pencegahan ■ Aplikasi gaya yang benar ■ Hindari penggunaan instrumen yang berlebihan ■ Periksa secara radiograf lokasi tiap anatomi ■ Support rahang dan alveolus sebelum ekstraksi
  • 87. Komplikasi Selama Prosedur ● Pembentukan fistula imtraoral ○ Penyebab: ■ Dekatnya gigi posterior dengan sinus ■ Instrumen yang berlebihan saat mencabut ujung akar ○ Pencegahan ■ Aplikasi gaya yang benar ■ Hindari penggunaan instrumen yang berlebihan ■ Periksa secara radiograf lokasi tiap anatomi ■ Support rahang dan alveolus sebelum ekstraksi
  • 88. Komplikasi Selama Prosedur ● Cedera saraf lingual ○ Penyebab: ■ Rusaknya saraf saat pencabutan gigi M3 ketika terjadi fraktur korteks lingual ■ Adanya risiko kerusakan saat menangkan mucoperiosteum lingual ○ Pencegahan ■ Teknik yang baik dan manipulasi yang hati-hati
  • 89. Komplikasi Setelah Prosedur ● Terbentuk spikula tulang ○ Penyebab: ■ Teknik ekstraksi yang tidak hati-hati ○ Pencegahan: ■ Memeriksa ujung yang tajam di soket sebelum penutupan ○ Manajemen: ■ Filing/removal spikula tulang
  • 90. Komplikasi Setelah Prosedur ● Dry socket ○ Penyebab: ■ Sulit atau ekstraksi traumatik ■ Penggunaan kontraseptif oral ■ Perubahan hormon ■ Merokok ■ Irigasi yang tidak adekuat ■ Pasien lansia ○ Gambaran Klinis: ■ Nyeri muncul 2-3 hari setelah ekstraksi dan bertahan dengan/tanpa perawatan dalam 10/15 hari ■ Nyeri terlokalisasi di soket → sensitif terhadap gentle probing ■ Halitosis ■ Nyeri di sekitar telinga dan sisi ipsilateral kepala
  • 91. Komplikasi Setelah Prosedur ● Perubahan hematologi ○ Primary ■ Terjadi terus menerus setelah pembedahan ■ Infeksi lokal, rusaknya pembuluh darah, tertusuknya luka ○ Reactionary ■ Terjadi setelah 3 jam ■ Kerusakan clot karena aktivitas seperti mengunyah, gargling, konsumsi alkohol dan makanan panas ■ Vasodilatasi pembuluh darah saat pemberian vasokonstriksi dengan anestesi lokal ○ Secondary ■ Terjadi setelah beberapa hari ■ Blood clot dapat infeksi karena bakteri seperti streptococci yang larut dalam clot dan menyebabkan perdarahan ■ Perdarahan acute ulcerative necrotising
  • 93. Hal-hal yang harus diperhatikan ● Menunda perawatan gigi elektif sampai trimester kedua dan paruh pertama dari trimester ketiga. Prosedur gigi darurat dapat dilakukan tanpa penundaan dan terlepas dari trimester kehamilan. ● Hindari radiografi gigi kecuali informasi tentang akar gigi atau tulang diperlukan untuk perawatan gigi yang tepat. Jika radiografi harus diambil, gunakan pelindung timah yang tepat ● Hindari penggunaan obat-obatan dengan potensi teratogenik. Gunakan anestesi lokal ketika anestesi diperlukan ● Hindari menjaga pasien dalam posisi terlentang untuk waktu yang lama untuk mencegah kompresi vena kava Naseem, Mustafa, et al. "Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals." The Saudi Journal for Dental Research 7.2 (2016): 138-146. Kurien, Sophia, et al. "Management of pregnant patients in dentistry." Journal of International Oral Health: JIOH 5.1 (2013): 88.
  • 94. Naseem, Mustafa, et al. "Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals." The Saudi Journal for Dental Research 7.2 (2016): 138-146. Kurien, Sophia, et al. "Management of pregnant patients in dentistry." Journal of International Oral Health: JIOH 5.1 (2013): 88. POSISI SUPINASI HARUS DIHINDARI Menyebabkan “supine hypotensive syndrome” Posisi supinasi dapat menyebabkan penurunan cardiac output, yang dapat menyebabkan hipotensi, sinkop, dan penurunan perfusi uteroplasental. Penurunan tekanan oksigen arterial (PaO2) dan peningkatan insidensi dyspepsia Posisi supinasi meningkatkan insidensi terjadi dyspepsia karena sphincter lebih bersifat inkompeten pada wanita hamil. Meningkatkan risiko terjadi DVT (Deep Vein Thrombosis) Posisi supinasi menyebabkan terjadi kompresi pada inferior vena cava, yang dapat menyebabkan venous stasis dan koagulasi darah (clot formation). Hal-hal yang harus diperhatikan
  • 95. Hal-hal yang harus diperhatikan “LEFT LATERAL DECUBITUS POSITION” dengan bokong kanan dan pinggul terangkat sebesar 15°. POSISI IDEAL PASIEN HAMIL DI DENTAL CHAIR Naseem, Mustafa, et al. "Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals." The Saudi Journal for Dental Research 7.2 (2016): 138-146. Kurien, Sophia, et al. "Management of pregnant patients in dentistry." Journal of International Oral Health: JIOH 5.1 (2013): 88.