Dokumen tersebut membahas tentang unsur-unsur pembangun cerita pendek, meliputi menentukan topik, menulis dengan memperhatikan unsur-unsur seperti tema, kerangka cerita, dan alur cerita, serta kaidah kebahasaan dalam cerita pendek.
3. Menentukan Topik Tentang Kehidupan
Dalam Cerita Pendek
Dalam mengontruksi cerpen, topik dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun
pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah memperlakukan
pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang
penting dalam menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan
suasana ”emosi”, sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik.
Namun demikian, kata- kata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau
ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan
mengalir apa adanya.
4. 1
Menentukan Tahapan Alur Pada Teks Cerita
Pendek
5
4
3
2
Penyelesaian/
Koda
Resolusi
Puncak
Konflik/
Klimaks
Pemunculan
Masalah/
Komplikasi
Pengenalan/
Orientasi
Struktur Cerita Pendek
5. Lanjutan...
1. Pengenalan Cerita/Orientasi
Tahapan ini merupakan pengenalan tokoh-tokoh
cerita serta perwatakan, latar, dan lain sebagainya.
2. Pemunculan Konflik/Komplikasi
Pada tahap selanjutnya pembaca diajak masuk pada
pengenalan konflik. Dalam tahap ini, terjadi konflik
yang merupakan bumbu agar cerita lebih menarik.
Konflik-konflik ini melibatkan semua tokoh dan pada
tahap ini pula pembaca akan mengenal alur dari cerita
yang dibuat.
3. Puncak Konflik/Klimaks
Tahap selanjutnya adalah tahap peningkatan dan
puncak konflik. Pada tahap ini semakin banyak
insiden-insiden terjadi. Beberapa konflik pendukung
akan terjadi untuk menguatkan konflik utama pada
alur cerita.
Klimaks merupakan tahapan puncak dari konflik yang
ada. Tahapan ini adalah tahap puncak dari ketegangan
yang terjadi mulai dari awal cerita.
4. Resolusi
Antiklimaks atau resolusi merupakan penurunan
permasalahan, tahap ini menunjukan jalan keluar dari
setiap konflik yang ada. Teka-teki pada setiap konflik
yang terjadi pada awal cerita akan terungkap dalam tahap
ini. Seringkali, perwatakan yang asli dari setiap tokoh
akan muncul pada tahapan ini.
5. Penyelesaian/Koda
Pada tahap ini adalah bagian akhir cerita, dalam tahap
ini semua konflik telah terpecahkan dan cerita telah
selesai
6. Jenis- jenis Alur
Alur Maju
Pada alur maju atau
disebut juga dengan
alur progresif, penulis
menyajikan jalan
cerita secara
berurutan mulai dari
tahapan perkenalan ke
tahapan penyelesaian
secara tidak diacak.
Alur Mundur
Alur mundur adalah proses
jalannya cerita secara acak
atau tidak urut. Alur
mundur disebut juga
sebagai alur regresif.
Umumnya, pengarang
menyampaikan ceritanya
dimulai dari konflik menuju
penyelesaian. Kemudian,
menceritakan kembali latar
belakang timbulnya konflik
tersebut.
Alur Campuran
Alur jenis ini adalah
gabungan dari alur maju
dan alur mundur. Penulis
pada awalnya menyajikan
cerita secara urut.
Kemudian, penulis
menceritakan kembali kisah
masa lalu. Alur ini cukup
sulit untuk dipahami
pembaca, serta
membutuhkan konsentrasi
yang cukup tinggi untuk
memahaminya
7. Menulis Cerita Pendek Dengan Memperhatikan
Unsur-unsur Pembangun
2. Mengumpulkan Bahan
Cerpen
Mengumpulkan ide-ide cerita dari
pengalaman-pengalaman yang
menjadi sumber inspirasi dan dapat
dijadikan sebagai bahan penulisan.
1. Menentukkan Tema
Menentukan tema yang akan
dibuat, misal kejujuran,
narkoba, kasih sayang, atau
yang lainya.
5. Memberi Judul Cerpen
Memilih judul yang
menggambarkan keseluruhan isi
cerpen.
4. Mengembangkan Kerangka
Cerpen
Mengembangkan kerangka tersebut menjadi cerita
yang utuh dengan mengubah kerangka tadi ke
beberapa kalimat yang saling berhubungan.
3. Menyusun Kerangka
Cerpen
Menyusun topik ke dalam
beberapa subtopik,kemudian
menyusunnya secara sistematis
dan logis.
8. Kaidah Kebahasaan Cerita Pendek
1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau,
yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan yang
bermakna kelampauan, seperti ketika itu,
beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.
2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan
urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh:
sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang
menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi,
seperti menyuruh, membersihkan, menawari,
melompat, menghindar.
4. Banyak menggunakan kata kerja yang
menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh
pengarang. Contoh: mengatakan bahwa,
menceritakan tentang, mengungkapkan,
menanyakan, menyatakan, menuturkan.
5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan
sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh:
merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan,
mengalami.
6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh
tanda petik ganda (“….”) dan kata kerja yang menunjukkan
tuturan langsung. Contoh:
a. Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang
itu!”
b. “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani
pada temannya.
c. “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language)
untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Contoh:
Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang:
Bahkan, kamarnya sekarang sangat rapi dan bersih.
Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang,
teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak
terbaik yang pernah dilihatnya, ahli dalam membuat ragam
makanan Timur dan Barat ‘yang sangat sedap’. Ayahnya
telah menjadi pencandu beratnya.