SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
5 Motivasi Pernikahan, Agar Insya Allah Berkah
Islam adalah dîn yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. untuk digunakan dalam
mengatur interaksi manusia dengan Rabbnya, interaksi manusia dengan dirinya sendiri dan interaksi
antara manusia dengan manusia lainnya.
Interaksi manusia dengan Rabbnya diatur dengan serangkaian aturan dan ketentuan mengenai akidah,
juga ibadah.
Interaksi manusia dengan dirinya sendiri diatur dengan serangkaian aturan berkenaan dengan pakaian,
minuman, makanan, dan akhlak.
Sedangkan interaksi manusia dengan sesama manusia lainnya diatur dengan serangkaian aturan
mengenai muamalah dan uqubat.
Muamalah di situ mencakup seluruh bentuk interaksi antara manusia di tengah masyarakat. Bagian dari
bentuk muamalah ini adalah hubungan antara manusia laki-laki dengan manusia perempuan di dalam
masyarakat. Dan bahagian dari bentuk interaksi ini adalah hubungan yang berkaitan dengan
perikehidupan keluarga.
Untuk semua itu Islam telah memberikan aturan yang paripurna, paling sesuai dan mendatangkan
kebaikan bagi manusia. Seluruh aturan tersebut diperuntukkan bagi manusia agar menjadi aturan
kehidupan mereka di dunia.
Islam sangat memperhatikan segala bentuk interaksi yang dilakukan dan terjadi di antara manusia.
Semua bentuk interaksi manusia itulah yang akhirnya menyusun corak kehidupan manusia. Perhatian
Islam terhadap segala bentuk interaksi tersebut adalah sama. Semua bentuk interaksi diberikan
aturannya oleh Islam tanpa memandang bahwa satu bentuk interaksi lebih urgen dari yang lain. Satu hal
yang mendasar bahwa Islam memandang semua interaksi tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh dan
saling berkaitan satu dengan yang lain. Aturan-aturan yang didatangkan oleh Islam untuk setiap bentuk
interaksi bukanlah aturan yang terpisah, namun semua aturan itu saling terkait dan muncul dari dasar
yang satu yang menjelma sebagai sistem kehidupan. Karena muncul dari dasar yang satu yaitu akidah
Islam, menjadikan serangkaian aturan interaksi kehidupan–aturan sistem kehidupan–itu menjadi sistem
kehidupan yang khas. Kekhasan ini menjadikan siapa saja yang menjalankannya, baik individu maupun
masyarakat, akhirnya menjadi sosok individu atau masyarakat yang bercorak khas yang berbeda dengan
individu atau masyarakat lain yang menggunakan aturan yang muncul dari dasar yang lain.
Oleh karena itu, masalah meminang sesungguhnya bagian dari sistem hidup. Tidak boleh difahami hanya
sebatas meminang saja dan lepas dari masalah lainnya. Akan tetapi masalah meminang ini harus
ditempatkan sebagai bagian dari aturan-aturan sistem interaksi dimana sistem interaksi itu sendiri
merupakan bagian dari sistem hidup Islam secara keseluruhan.
Dalam meminang dengan paradigma di atas, maka setidaknya ada beberapa hal yang harus mendasari
pinangan itu. Hal-hal itu adalah:
1. Melandasinya dengan Akidah
Akidah Islam merupakan akidah yang bersifat akliyyah. Akidah akliyyah merupakan pemikiran yang
menyeluruh mengenai alam, manusia dan kehidupan, yang memberi pemecahan terhadap ‘uqdah al-
kubrâ, yakni berupa pertanyaan mengenai hakikat alam dan sistem keteraturannya, mengenai hakikat
manusia dari sisi keberadaan dan tujuan hidupnya, tujuan dari keberadaannya di dunia, dan nasibnya
setelah dunia.
Akidah Islam merupakan pemikiran yang menyeluruh tercermin dalam akidah Lâ ilâha illa-Llâh
Muhammad Rasulullah yang membentuk asas pemikiran ideologi Islam. Secara ringkas, akidah Islam
adalah bahwa di balik alam, manusia dan kehidupan ada pencipta yakni Allah yang menciptakan
semuanya dari ketiadaan, dan bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah, dan bahwa Allah Sang Pencipta
mengutus Rasul Muhammad dengan membawa sistem yang memuat solusi (berupa perintah-perintah
dan larangan-larangan) bagi seluruh problem kehidupan manusia, dan bahwa hakikat keberadaan
manusia adalah untuk mengelola kehidupan sesuai dengan sistem tersebut dan bahwa nanti akan ada
kehidupan setelah dunia yakni kehidupan akhirat dan manusia akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap pengelolaannya, apakah ia jalankan sesuai sistem yang diturunkan oleh Allah Sang Pencipta
ataukah tidak, hasilnya akan menentukan apakah ia layak hidup di surga ataukah di neraka.
Pemikiran mendasar ini membawa konsekuensi bahwa setiap perbuatan manusia, besar atau kecil,
tersembunyi atau terang-terangan, semuanya mesti dipertanggungjawabkan dihadapan Allah di akhirat
kelak. Hasil pertanggungajawaban itu menentukan nasib manusia selanjutnya, apakah ia akan
menikmati kenikmatan abadi atau akan ditimpa siksaan yang dahsyat. Setiap manusia harus
mempertanggungjawabkan apakah ia mengikuti aturan (sistem) yang diberikan Allah atau tidak dalam
menempuh hidupnya. Satu-satunya jawaban yang bisa diterima di hadapan Allah adalah bahwa manusia
melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang ia fahami dari seruan-seruan Allah kepada manusia, dan
bahwa ia melakukan suatu perbuatan semata sebagai bentuk ketaatan kepadaNya, semata ikhlas
karenaNya. Paradigma demikian harus dipegang dalam semua bentuk perbuatan, tidak terkecuali dalam
meminang. Oleh karena itu, aktivitas meminang harus diletakkan dalam kerangka untuk mewujudkan
ketaatan kepada Allah. Semangat ini harus dijadikan landasan dalam keseluruhan proses meminang.
Hal-hal yang dinilai tidak sejalan dengan semangat ini harus dijauhi dan dijauhkan dalam proses
meminang.
2. Manifestasi Kecintaan Kepada Rasul saw.
Kecintaan kita kepada Rasul saw. merupakan sebuah bukti keimanan. Kecintaan kepada beliau juga akan
mendorong kita untuk mengambil dan mencontoh apa yang Beliau perbuat. Kita sangat ingin untuk
diakui sebagai kelompok beliau dan kita juga sangat ingin diakui sebagai bagian dari orang-orang yang
mencintai beliau.
Berkenaan dengan pernikahan, Rasulullah saw. pernah menyatakan :
Artikel Lainnya: Kebencian itu Bukanlah Sesuatu yang Salah. Boleh Saja, Tergantung Membenci Apa
Dulu
“Pernikahan itu adalah sunnahku (jalanku), dan barangsiapa yang tidak menyukai jalanku maka bukan
termasuk golonganku.” (HR Ibnu Majah)
Kata Sunnah secara istilah fikih adalah hukum sunnah dimana pelakunya akan mendapat pahala dan
yang meninggalkan tidak akan disiksa karenanya. Makna ini tidak bisa kita gunakan untuk memaknai
kata sunnah dalam hadis di atas, karena adanya indikasi yang menghalangi pemaknaan dengan makna
istilah fikih tersebut. Indikasi tersebut adalah disandarkannya kata sunnah dengan ya’ ( ) nisbah yang
menyatakan kepemilikan bagi orang pertama. Oleh karena itu kata sunnah dalam hadis di atas harus
dimaknai dengan makna bahasanya yaitu “jalan”.
Rasulullah secara jelas menyatakan siapa saja yang tidak suka dengan jalan beliau maka tidak termasuk
golongan beliau. Sementara sebelumnya Beliau menyatakan bahwa menikah adalah bagian dari jalan
beliau. Maka barangsiapa yang tidak suka menikah sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap jalan beliau,
maka orang tersebut secara tegas tidak termasuk golongan beliau. Namun jika seseorang tidak menikah
bukan karena tidak suka terhadap jalan Rasulullah saw., dan tidak menikah bukan karena hendak
konsentrasi hanya untuk beribadah saja, maka hal itu tidak mengeluarkannya dari golongan beliau.
Jika menikah adalah bagian dari jalan beliau, sedangkan langkah paling awal untuk menikah adalah
meminang (khitbah) maka pinangan haruslah disertai kesadaran bahwa hal itu dilakukan karena ingin
menempuh jalan yang termasuk jalan Nabi saw. Dan karena pinangan dilakukan untuk menempuh jalan
beliau, maka melakukan pinangan sesuai dengan contoh dan tuntutan yang Nabi berikan menjadi
sebuah konsekuensi logis yang harus dilakukan.
3. Mewujudkan tujuan penciptaan laki-laki dan perempuan
Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, bukanlah
tanpa tujuan. Kepada dua jenis kelamin inilah Allah menyandarkan keberlangsungan jenis manusia.
Keberlangsungan jenis manusia yang dikehendaki oleh Alah bukan hanya keberlangsungan ras manusia.
Akan tetapi keberlangsungan jenis/ras manusia dengan segala atribut kemanusiaannya, termasuk
seluruh kehormatannya sebagai manusia. Tujuan yang demikian hanya bisa dicapai dengan adanya
ikatan perkawinan antara kedua jenis kelamin dalam suatu ikatan yang sah. Keberlangsungan spesies
manusia ini, yakni bahwa spesies manusia masih tetap ada, bisa saja tercapai melalui hubungan antara
kedua jenis kelamin tanpa ada ikatan perkawinan yang sah. Karena semata terjadinya hubungan seksual
antara kedua jenis kelamin bisa melahirkan keturunan. Namun kelanjutan spesies manusia yang seperti
itu tidak disertai dengan martabat kemanusiaan yaitu aspek-aspek kehidupan manusia yang
membedakannya dengan cara hidup binatang. Oleh karenanya hubungan seksual tanpa atau di luar
ikatan perkawinan yang sah tidak bisa memenuhi tujuan yang dicanangkan oleh Allah.
Allah menghendaki agar segala bentuk hubungan kelelakian dan keperempuanan (maskulinitas-
feminitas) tidak bergeser dari tujuan mulia penciptaan kedua jenis kelamin tersebut. Tujuan mulia
tersebut adalah untuk menjaga keberlanjutan dan keberlangsungan jenis manusia tanpa mengurangi
atribut kehormatan manusia dan tanpa meninggalkan jati diri kemanusiaannya. Tujuan mulia itu hanya
akan bisa terwujud dengan pernikahan yang sesuai dengan tuntunan yang diberikan oleh Allah Swt.
Kemudian dari perkawinan itu lahir anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, yang nantinya akan
meneruskan keberlangsungan dan keberlanjutan sejarah manusia. Allah Swt. berfirman :
“Wahai manusia bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu. Dan
Allah menciptakan dari padanya isterinya dan dari keduanya memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan namaNya kalian saling meminta
dan jagalah silaturrahmi”. (QS an-Nisâ’ *4+ : 1)
Tujuan mulia ini harus disadari oleh mereka yang hendak melakukan proses menjalin ikatan. Tujuan
mulia ini harus meresap ke dalam sanubari setiap muslim dan muslimah. Tujuan ini bukanlah sembarang
tujuan, akan tetapi mempunyai nilai khusus karena yang mencanangkan tujuan itu adalah Allah yang
Mahabijaksana sendiri. Kita sebenarnya mendapat kehormatan yang luar biasa karena Allah menjadikan
kita sebagai pelaksana tujuan itu. Oleh karenanya, tujuan mulia ini harus selalu ditanamkan dalam
sanubari. Bukan berarti bahwa dengan mengutamakan tujuan mulia ini, lantas mengabaikan kenikmatan
duniawi. Bukan begitu! Justru dengan tetap berusaha mewujudkan tujuan itu, dengan sendirinya
seluruh kenikmatan duniawi akan bisa terengkuh. Bahkan kenikmatan duniawi dan jasmani itu akan
semakin berarti. Karena bukan semata kenikmatan jasmani, namun disertai oleh kenikmatan rohani dan
maknawi yang didorong oleh sebuah ‘azzam untuk mewujudkan tujuan mulia yang dicanangkan oleh
Allah. Kalau hanya kenikmatan duniawi dan jasmani semata yang menjadi landasan, maka perlu kita
renungkan, toh kambing yang ada di kandang tak jauh dari rumah kita, interaksi mereka semata untuk
kenikmatan jasmani sekalipun begitu kambing-kambing itu toh mampu menyediakan bahan makan
hewani bagi kita dari keturunannya, memberikan manfaat besar bagi manusia. Mari kita renungkan
kalau hanya kenikmatan jasmani semata yang mendorong seseorang untuk menjalin hubungan lawan
jenis maka bandingkan dengan kambing di kandang tak jauh dari rumah kita itu.
Artikel Lainnya: Kamu Sudah Siap Menjadi Ibu Rumah Tangga? Sebelum Mengangguk, Simak Dulu 6 Hal
Ini
Ditambah lagi, seharusnya kita merasakan kebanggaan karena dengan melakukan interaksi maskulinitas-
feminitas dalam rangka mewujudkan tujuan di atas, kita telah menjadi aktor bagi berlangsungnya tujuan
yang dicanangkan oleh Allah. Yang dengan itu jenis manusia dengan seluruh martabatnya tetap terjaga
keberlangsungannya. Harus kita sadari, bahwa dengan itu sebenarnya kita telah turut andil
melaksanakan kerja besar yang menyelamatkan ras manusia di saat banyak manusia justru berbuat
sebaliknya.
Hubungan maskulinitas-feminitas harus dilaksanakan melalui sebuah perkawinan yang sah. Sehingga
menghasilkan keturunan memang disyariatkan. Dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa Rasulullah kelak
pada hari akhirat akan membanggakan banyaknya jumlah umat Beliau kepada nabi-nabi yang lain. Anas
ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
“Kawinilah oleh kalian wanita penyayang dan subur keturunannya, karena sesungguhnya aku akan
membanggakan banyaknya jumlah kalian dihadapan para nabi yang lain pada Hari Kiamat nanti.”
Hadis ini menyiratkan adanya dorongan untuk memperbanyak keturunan. Hal ini sejalan dengan tujuan
penciptaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang telah dinyatakan di atas. Dengan demikian,
meminang sebagai langkah awal menuju perkawinan sejak dari awal harus dilakukan dalam rangka
mewujudkan tujuan tersebut.
4. Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah
Islam memberikan perhatian besar dalam masalah pembentukan keluarga sejak dari awal prosesnya.
Kenapa Islam memberikan perhatian yang demikian besar untuk masalah ini? Hal itu karena Islam
hendak mengawal dan memelihara pembentukan dan keberlangsungan pernikahan di atas asas yang
kokoh, pondasi yang kuat untuk mencapai tujuan yang mulia yaitu kelestarian ras manusia, dan
tercapainya kebahagian keluarga. Begitu juga Islam hendak mencegah dan menghilangkan retaknya
keluarga dari dalam. Islam ingin memberikan perlindungan dan penjagaan atas ikatan pernikahan dari
keretakan, perpecahan dan perselisihan. Dengan begitu anak-anak akan dapat tumbuh dalam suasana
asuhan yang penuh kasih sayang, cinta, kelembutan, kebahagiaan, ketenteraman dari segenap sisi. Inilah
yang tercermin dalam firman Allah Swt. :
Dan dari sebagian tanda-tanda kekuasaanNya adalah bahwa Dia menciptakan bagi kalian isteri-isteri dari
diri kalian agar kalian merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kalian cinta dan kasih
sayang. Sesungguhnya pada hal itu sungguh terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. bagi kaum yang
berpikir. (QS ar-Rûm [30] : 21)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat ini Allah Swt. menyatakan bahwa Allah Swt. telah
menciptakan isteri-isteri bagi laki-laki yang berasal dari jenis yang sama, agar laki-laki akan merasakan
ketenteraman tatkala bersanding dengan isterinya, begitu pula sebaliknya, isteri akan dapat merasakan
ketenteraman di samping suaminya dan agar di antara mereka terbina mawaddah (rasa cinta) dan
rahmah (kasih sayang).
Pada dasarnya, dalam sebuah ikatan pernikahan, suami maupun isteri itu harus dapat membuat masing-
masing pihak merasa tenteram kepada pasangannya. Jadi, Allah Swt. menghendaki agar terwujud
perasaan tenteram dalam pernikahan yang terjadi antara seorang perempuan dan laki-laki.
Lebih jauh, ketentuan asal mengenai keluarga adalah bahwa keluarga itu harus selalu dilingkupi oleh
perasaan cinta dan kasih sayang. Anak-anak akan selalu dibesarkan dalam asuhan yang penuh cinta dan
kasih sayang, selalu dihiasi dengan kelembutan hati, kepekaan jiwa serta keluhuran akhlak dan agama
yang selamat.
5. Mewujudkan Generasi Islami
Meminang adalah awal proses membentuk keluarga. Banyak proses yang nantinya akan bisa terlaksana
dalam pernikahan. Pernikahan akan bisa menjadi sarana dakwah, baik suami kepada isteri atau
sebaliknya. Pernikahan juga menjadi jalan bagi semakin luasnya hubungan kekerabatan dan silaturahmi.
Sehingga pada akhirnya, perkawinan akan menjadi sarana dakwah kepada keluarga dan kerabat yang
lebih luas, juga bagi masyarakat.
Perkawinan sebagaimana telah dijelaskan di atas memang salah satunya ditujukan untuk memperoleh
keturunan. Artinya, dari perkawinan itu akan lahir anak-anak. Rasululah saw. telah mengabarkan kepada
kita bahwa kelak Beliau akan berbangga dengan banyaknya jumlah umat beliau. Hadis tersebut, selain
mengisyaratkan dorongan untuk memperbanyak keturunan juga mengisyaratkan agar anak-anak yang
lahir dari perkawinan harus dibentuk dan dididik sedemikian sehingga menjadi umat Muhamamad.
Artinya, perkawinan telah dicanangkan sebagai sarana untuk memperbesar umat Islam, sekaligus
memperbesar generasi Islam.
Sumber: Abdurrahman, Yahya. 2013. Risalah Khitbah. Bogor: Al-Azhar Press.

More Related Content

What's hot (13)

Modul 7 kb 2
Modul 7 kb 2Modul 7 kb 2
Modul 7 kb 2
 
Keluarga sakinah mawddah wa rahmah
Keluarga sakinah mawddah wa rahmahKeluarga sakinah mawddah wa rahmah
Keluarga sakinah mawddah wa rahmah
 
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agamaPedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama
 
.menghindari zina
.menghindari zina.menghindari zina
.menghindari zina
 
faktor pemilihan jodoh
faktor pemilihan jodohfaktor pemilihan jodoh
faktor pemilihan jodoh
 
Aik kel 7
Aik kel 7Aik kel 7
Aik kel 7
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Cinta menurut
Cinta menurutCinta menurut
Cinta menurut
 
Membentuk keluarga muslim ppt
Membentuk keluarga muslim pptMembentuk keluarga muslim ppt
Membentuk keluarga muslim ppt
 
Moral agama
Moral agamaMoral agama
Moral agama
 
Presentasi Agama Keluarga Sakinah
Presentasi Agama Keluarga SakinahPresentasi Agama Keluarga Sakinah
Presentasi Agama Keluarga Sakinah
 
Materi ajar agama islam ui
Materi ajar agama islam uiMateri ajar agama islam ui
Materi ajar agama islam ui
 
TGS TIK PP
TGS TIK PPTGS TIK PP
TGS TIK PP
 

Viewers also liked

19 hadits tentang wanita.pps
19 hadits tentang wanita.pps19 hadits tentang wanita.pps
19 hadits tentang wanita.pps
Rahmat Hidayat
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Marhamah Saleh
 
Perkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamPerkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islam
Arra Asri
 
nikah menurut islam
nikah menurut islamnikah menurut islam
nikah menurut islam
anggi_andini
 
Pendidikan Islam Tingkatan 5 Perkahwinan Dalam Islam
Pendidikan Islam Tingkatan 5 Perkahwinan Dalam IslamPendidikan Islam Tingkatan 5 Perkahwinan Dalam Islam
Pendidikan Islam Tingkatan 5 Perkahwinan Dalam Islam
Khairul Anwar
 

Viewers also liked (20)

19 hadits tentang wanita.pps
19 hadits tentang wanita.pps19 hadits tentang wanita.pps
19 hadits tentang wanita.pps
 
Anjuran Menikah
Anjuran Menikah Anjuran Menikah
Anjuran Menikah
 
Nikah
NikahNikah
Nikah
 
Kesehatan Remaja (KSR Dasar)
Kesehatan Remaja (KSR Dasar)Kesehatan Remaja (KSR Dasar)
Kesehatan Remaja (KSR Dasar)
 
Perkahwinan dalam islam
Perkahwinan dalam islamPerkahwinan dalam islam
Perkahwinan dalam islam
 
Perkahwinan
PerkahwinanPerkahwinan
Perkahwinan
 
Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remaja
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
 
Materi penyuluhan kespro.pptx 2
Materi penyuluhan kespro.pptx 2Materi penyuluhan kespro.pptx 2
Materi penyuluhan kespro.pptx 2
 
Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksiKesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi
 
Materi NARKOBA dari BNK Kota Semarang
Materi NARKOBA dari BNK Kota SemarangMateri NARKOBA dari BNK Kota Semarang
Materi NARKOBA dari BNK Kota Semarang
 
Perkahwinan dalam islam
Perkahwinan dalam islamPerkahwinan dalam islam
Perkahwinan dalam islam
 
Pernikahan menurut Islam
Pernikahan menurut IslamPernikahan menurut Islam
Pernikahan menurut Islam
 
PPT Nikah 4 Mazhab
PPT Nikah 4 MazhabPPT Nikah 4 Mazhab
PPT Nikah 4 Mazhab
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Perkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamPerkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islam
 
nikah menurut islam
nikah menurut islamnikah menurut islam
nikah menurut islam
 
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamMunakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
 
Pendidikan Islam Tingkatan 5 Perkahwinan Dalam Islam
Pendidikan Islam Tingkatan 5 Perkahwinan Dalam IslamPendidikan Islam Tingkatan 5 Perkahwinan Dalam Islam
Pendidikan Islam Tingkatan 5 Perkahwinan Dalam Islam
 
presentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkobapresentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkoba
 

Similar to 5 motivasi pernikahan, agar berkah

Makalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahMakalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul Karimah
Yusuf Prasetyo
 

Similar to 5 motivasi pernikahan, agar berkah (20)

Tugas etika kehidupan dalam masyarakat
Tugas etika kehidupan dalam masyarakatTugas etika kehidupan dalam masyarakat
Tugas etika kehidupan dalam masyarakat
 
Fazri muhammad sidik
Fazri muhammad sidikFazri muhammad sidik
Fazri muhammad sidik
 
Polambu dalam aspek agama dan budaya
Polambu dalam aspek agama dan budayaPolambu dalam aspek agama dan budaya
Polambu dalam aspek agama dan budaya
 
Tauhid bagian 2
Tauhid bagian 2Tauhid bagian 2
Tauhid bagian 2
 
Makalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahMakalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul Karimah
 
Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia
Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesiaKonsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia
Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia
 
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
 
Rahmatan
RahmatanRahmatan
Rahmatan
 
tugasan pendidikan islam (1).docx
tugasan pendidikan islam (1).docxtugasan pendidikan islam (1).docx
tugasan pendidikan islam (1).docx
 
LTM MPK Agama Islam kelas Y : Tujuan Syariah Islam
LTM MPK Agama Islam kelas Y : Tujuan Syariah IslamLTM MPK Agama Islam kelas Y : Tujuan Syariah Islam
LTM MPK Agama Islam kelas Y : Tujuan Syariah Islam
 
Peran agama dalam kehidupan manusia
Peran agama dalam kehidupan manusiaPeran agama dalam kehidupan manusia
Peran agama dalam kehidupan manusia
 
01 peraturan-hidup-dalam-islam
01 peraturan-hidup-dalam-islam01 peraturan-hidup-dalam-islam
01 peraturan-hidup-dalam-islam
 
(01) Peraturan hidup-dalam-islam
(01) Peraturan hidup-dalam-islam(01) Peraturan hidup-dalam-islam
(01) Peraturan hidup-dalam-islam
 
Hubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusiaHubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusia
 
25846923 tugas-makalah-konsep-keadilan
25846923 tugas-makalah-konsep-keadilan25846923 tugas-makalah-konsep-keadilan
25846923 tugas-makalah-konsep-keadilan
 
Makna Adab dalam Perspektif Pendidikan Islam
Makna Adab dalam Perspektif Pendidikan IslamMakna Adab dalam Perspektif Pendidikan Islam
Makna Adab dalam Perspektif Pendidikan Islam
 
ARTIKEL BACAAN muhammad kardawi.docx
ARTIKEL BACAAN muhammad kardawi.docxARTIKEL BACAAN muhammad kardawi.docx
ARTIKEL BACAAN muhammad kardawi.docx
 
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hariPeran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
 
Nilai agama dan adat kepercayaan - agama islam
Nilai agama dan adat kepercayaan - agama islamNilai agama dan adat kepercayaan - agama islam
Nilai agama dan adat kepercayaan - agama islam
 
Cara pandang kehidupan Allah (World View)
Cara pandang kehidupan Allah (World View)Cara pandang kehidupan Allah (World View)
Cara pandang kehidupan Allah (World View)
 

Recently uploaded (7)

KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamKEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
 
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan SundalPerintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
 
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 

5 motivasi pernikahan, agar berkah

  • 1. 5 Motivasi Pernikahan, Agar Insya Allah Berkah Islam adalah dîn yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. untuk digunakan dalam mengatur interaksi manusia dengan Rabbnya, interaksi manusia dengan dirinya sendiri dan interaksi antara manusia dengan manusia lainnya. Interaksi manusia dengan Rabbnya diatur dengan serangkaian aturan dan ketentuan mengenai akidah, juga ibadah. Interaksi manusia dengan dirinya sendiri diatur dengan serangkaian aturan berkenaan dengan pakaian, minuman, makanan, dan akhlak. Sedangkan interaksi manusia dengan sesama manusia lainnya diatur dengan serangkaian aturan mengenai muamalah dan uqubat. Muamalah di situ mencakup seluruh bentuk interaksi antara manusia di tengah masyarakat. Bagian dari bentuk muamalah ini adalah hubungan antara manusia laki-laki dengan manusia perempuan di dalam masyarakat. Dan bahagian dari bentuk interaksi ini adalah hubungan yang berkaitan dengan perikehidupan keluarga. Untuk semua itu Islam telah memberikan aturan yang paripurna, paling sesuai dan mendatangkan kebaikan bagi manusia. Seluruh aturan tersebut diperuntukkan bagi manusia agar menjadi aturan kehidupan mereka di dunia. Islam sangat memperhatikan segala bentuk interaksi yang dilakukan dan terjadi di antara manusia. Semua bentuk interaksi manusia itulah yang akhirnya menyusun corak kehidupan manusia. Perhatian Islam terhadap segala bentuk interaksi tersebut adalah sama. Semua bentuk interaksi diberikan aturannya oleh Islam tanpa memandang bahwa satu bentuk interaksi lebih urgen dari yang lain. Satu hal yang mendasar bahwa Islam memandang semua interaksi tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Aturan-aturan yang didatangkan oleh Islam untuk setiap bentuk interaksi bukanlah aturan yang terpisah, namun semua aturan itu saling terkait dan muncul dari dasar yang satu yang menjelma sebagai sistem kehidupan. Karena muncul dari dasar yang satu yaitu akidah Islam, menjadikan serangkaian aturan interaksi kehidupan–aturan sistem kehidupan–itu menjadi sistem kehidupan yang khas. Kekhasan ini menjadikan siapa saja yang menjalankannya, baik individu maupun masyarakat, akhirnya menjadi sosok individu atau masyarakat yang bercorak khas yang berbeda dengan individu atau masyarakat lain yang menggunakan aturan yang muncul dari dasar yang lain.
  • 2. Oleh karena itu, masalah meminang sesungguhnya bagian dari sistem hidup. Tidak boleh difahami hanya sebatas meminang saja dan lepas dari masalah lainnya. Akan tetapi masalah meminang ini harus ditempatkan sebagai bagian dari aturan-aturan sistem interaksi dimana sistem interaksi itu sendiri merupakan bagian dari sistem hidup Islam secara keseluruhan. Dalam meminang dengan paradigma di atas, maka setidaknya ada beberapa hal yang harus mendasari pinangan itu. Hal-hal itu adalah: 1. Melandasinya dengan Akidah Akidah Islam merupakan akidah yang bersifat akliyyah. Akidah akliyyah merupakan pemikiran yang menyeluruh mengenai alam, manusia dan kehidupan, yang memberi pemecahan terhadap ‘uqdah al- kubrâ, yakni berupa pertanyaan mengenai hakikat alam dan sistem keteraturannya, mengenai hakikat manusia dari sisi keberadaan dan tujuan hidupnya, tujuan dari keberadaannya di dunia, dan nasibnya setelah dunia. Akidah Islam merupakan pemikiran yang menyeluruh tercermin dalam akidah Lâ ilâha illa-Llâh Muhammad Rasulullah yang membentuk asas pemikiran ideologi Islam. Secara ringkas, akidah Islam adalah bahwa di balik alam, manusia dan kehidupan ada pencipta yakni Allah yang menciptakan semuanya dari ketiadaan, dan bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah, dan bahwa Allah Sang Pencipta mengutus Rasul Muhammad dengan membawa sistem yang memuat solusi (berupa perintah-perintah dan larangan-larangan) bagi seluruh problem kehidupan manusia, dan bahwa hakikat keberadaan manusia adalah untuk mengelola kehidupan sesuai dengan sistem tersebut dan bahwa nanti akan ada kehidupan setelah dunia yakni kehidupan akhirat dan manusia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap pengelolaannya, apakah ia jalankan sesuai sistem yang diturunkan oleh Allah Sang Pencipta ataukah tidak, hasilnya akan menentukan apakah ia layak hidup di surga ataukah di neraka. Pemikiran mendasar ini membawa konsekuensi bahwa setiap perbuatan manusia, besar atau kecil, tersembunyi atau terang-terangan, semuanya mesti dipertanggungjawabkan dihadapan Allah di akhirat kelak. Hasil pertanggungajawaban itu menentukan nasib manusia selanjutnya, apakah ia akan menikmati kenikmatan abadi atau akan ditimpa siksaan yang dahsyat. Setiap manusia harus mempertanggungjawabkan apakah ia mengikuti aturan (sistem) yang diberikan Allah atau tidak dalam
  • 3. menempuh hidupnya. Satu-satunya jawaban yang bisa diterima di hadapan Allah adalah bahwa manusia melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang ia fahami dari seruan-seruan Allah kepada manusia, dan bahwa ia melakukan suatu perbuatan semata sebagai bentuk ketaatan kepadaNya, semata ikhlas karenaNya. Paradigma demikian harus dipegang dalam semua bentuk perbuatan, tidak terkecuali dalam meminang. Oleh karena itu, aktivitas meminang harus diletakkan dalam kerangka untuk mewujudkan ketaatan kepada Allah. Semangat ini harus dijadikan landasan dalam keseluruhan proses meminang. Hal-hal yang dinilai tidak sejalan dengan semangat ini harus dijauhi dan dijauhkan dalam proses meminang. 2. Manifestasi Kecintaan Kepada Rasul saw. Kecintaan kita kepada Rasul saw. merupakan sebuah bukti keimanan. Kecintaan kepada beliau juga akan mendorong kita untuk mengambil dan mencontoh apa yang Beliau perbuat. Kita sangat ingin untuk diakui sebagai kelompok beliau dan kita juga sangat ingin diakui sebagai bagian dari orang-orang yang mencintai beliau. Berkenaan dengan pernikahan, Rasulullah saw. pernah menyatakan : Artikel Lainnya: Kebencian itu Bukanlah Sesuatu yang Salah. Boleh Saja, Tergantung Membenci Apa Dulu “Pernikahan itu adalah sunnahku (jalanku), dan barangsiapa yang tidak menyukai jalanku maka bukan termasuk golonganku.” (HR Ibnu Majah) Kata Sunnah secara istilah fikih adalah hukum sunnah dimana pelakunya akan mendapat pahala dan yang meninggalkan tidak akan disiksa karenanya. Makna ini tidak bisa kita gunakan untuk memaknai kata sunnah dalam hadis di atas, karena adanya indikasi yang menghalangi pemaknaan dengan makna istilah fikih tersebut. Indikasi tersebut adalah disandarkannya kata sunnah dengan ya’ ( ) nisbah yang menyatakan kepemilikan bagi orang pertama. Oleh karena itu kata sunnah dalam hadis di atas harus dimaknai dengan makna bahasanya yaitu “jalan”.
  • 4. Rasulullah secara jelas menyatakan siapa saja yang tidak suka dengan jalan beliau maka tidak termasuk golongan beliau. Sementara sebelumnya Beliau menyatakan bahwa menikah adalah bagian dari jalan beliau. Maka barangsiapa yang tidak suka menikah sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap jalan beliau, maka orang tersebut secara tegas tidak termasuk golongan beliau. Namun jika seseorang tidak menikah bukan karena tidak suka terhadap jalan Rasulullah saw., dan tidak menikah bukan karena hendak konsentrasi hanya untuk beribadah saja, maka hal itu tidak mengeluarkannya dari golongan beliau. Jika menikah adalah bagian dari jalan beliau, sedangkan langkah paling awal untuk menikah adalah meminang (khitbah) maka pinangan haruslah disertai kesadaran bahwa hal itu dilakukan karena ingin menempuh jalan yang termasuk jalan Nabi saw. Dan karena pinangan dilakukan untuk menempuh jalan beliau, maka melakukan pinangan sesuai dengan contoh dan tuntutan yang Nabi berikan menjadi sebuah konsekuensi logis yang harus dilakukan. 3. Mewujudkan tujuan penciptaan laki-laki dan perempuan Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, bukanlah tanpa tujuan. Kepada dua jenis kelamin inilah Allah menyandarkan keberlangsungan jenis manusia. Keberlangsungan jenis manusia yang dikehendaki oleh Alah bukan hanya keberlangsungan ras manusia. Akan tetapi keberlangsungan jenis/ras manusia dengan segala atribut kemanusiaannya, termasuk seluruh kehormatannya sebagai manusia. Tujuan yang demikian hanya bisa dicapai dengan adanya ikatan perkawinan antara kedua jenis kelamin dalam suatu ikatan yang sah. Keberlangsungan spesies manusia ini, yakni bahwa spesies manusia masih tetap ada, bisa saja tercapai melalui hubungan antara kedua jenis kelamin tanpa ada ikatan perkawinan yang sah. Karena semata terjadinya hubungan seksual antara kedua jenis kelamin bisa melahirkan keturunan. Namun kelanjutan spesies manusia yang seperti itu tidak disertai dengan martabat kemanusiaan yaitu aspek-aspek kehidupan manusia yang membedakannya dengan cara hidup binatang. Oleh karenanya hubungan seksual tanpa atau di luar ikatan perkawinan yang sah tidak bisa memenuhi tujuan yang dicanangkan oleh Allah. Allah menghendaki agar segala bentuk hubungan kelelakian dan keperempuanan (maskulinitas- feminitas) tidak bergeser dari tujuan mulia penciptaan kedua jenis kelamin tersebut. Tujuan mulia tersebut adalah untuk menjaga keberlanjutan dan keberlangsungan jenis manusia tanpa mengurangi atribut kehormatan manusia dan tanpa meninggalkan jati diri kemanusiaannya. Tujuan mulia itu hanya akan bisa terwujud dengan pernikahan yang sesuai dengan tuntunan yang diberikan oleh Allah Swt. Kemudian dari perkawinan itu lahir anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, yang nantinya akan meneruskan keberlangsungan dan keberlanjutan sejarah manusia. Allah Swt. berfirman :
  • 5. “Wahai manusia bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu. Dan Allah menciptakan dari padanya isterinya dan dari keduanya memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan namaNya kalian saling meminta dan jagalah silaturrahmi”. (QS an-Nisâ’ *4+ : 1) Tujuan mulia ini harus disadari oleh mereka yang hendak melakukan proses menjalin ikatan. Tujuan mulia ini harus meresap ke dalam sanubari setiap muslim dan muslimah. Tujuan ini bukanlah sembarang tujuan, akan tetapi mempunyai nilai khusus karena yang mencanangkan tujuan itu adalah Allah yang Mahabijaksana sendiri. Kita sebenarnya mendapat kehormatan yang luar biasa karena Allah menjadikan kita sebagai pelaksana tujuan itu. Oleh karenanya, tujuan mulia ini harus selalu ditanamkan dalam sanubari. Bukan berarti bahwa dengan mengutamakan tujuan mulia ini, lantas mengabaikan kenikmatan duniawi. Bukan begitu! Justru dengan tetap berusaha mewujudkan tujuan itu, dengan sendirinya seluruh kenikmatan duniawi akan bisa terengkuh. Bahkan kenikmatan duniawi dan jasmani itu akan semakin berarti. Karena bukan semata kenikmatan jasmani, namun disertai oleh kenikmatan rohani dan maknawi yang didorong oleh sebuah ‘azzam untuk mewujudkan tujuan mulia yang dicanangkan oleh Allah. Kalau hanya kenikmatan duniawi dan jasmani semata yang menjadi landasan, maka perlu kita renungkan, toh kambing yang ada di kandang tak jauh dari rumah kita, interaksi mereka semata untuk kenikmatan jasmani sekalipun begitu kambing-kambing itu toh mampu menyediakan bahan makan hewani bagi kita dari keturunannya, memberikan manfaat besar bagi manusia. Mari kita renungkan kalau hanya kenikmatan jasmani semata yang mendorong seseorang untuk menjalin hubungan lawan jenis maka bandingkan dengan kambing di kandang tak jauh dari rumah kita itu. Artikel Lainnya: Kamu Sudah Siap Menjadi Ibu Rumah Tangga? Sebelum Mengangguk, Simak Dulu 6 Hal Ini Ditambah lagi, seharusnya kita merasakan kebanggaan karena dengan melakukan interaksi maskulinitas- feminitas dalam rangka mewujudkan tujuan di atas, kita telah menjadi aktor bagi berlangsungnya tujuan yang dicanangkan oleh Allah. Yang dengan itu jenis manusia dengan seluruh martabatnya tetap terjaga keberlangsungannya. Harus kita sadari, bahwa dengan itu sebenarnya kita telah turut andil melaksanakan kerja besar yang menyelamatkan ras manusia di saat banyak manusia justru berbuat sebaliknya. Hubungan maskulinitas-feminitas harus dilaksanakan melalui sebuah perkawinan yang sah. Sehingga menghasilkan keturunan memang disyariatkan. Dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa Rasulullah kelak
  • 6. pada hari akhirat akan membanggakan banyaknya jumlah umat Beliau kepada nabi-nabi yang lain. Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : “Kawinilah oleh kalian wanita penyayang dan subur keturunannya, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian dihadapan para nabi yang lain pada Hari Kiamat nanti.” Hadis ini menyiratkan adanya dorongan untuk memperbanyak keturunan. Hal ini sejalan dengan tujuan penciptaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang telah dinyatakan di atas. Dengan demikian, meminang sebagai langkah awal menuju perkawinan sejak dari awal harus dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut. 4. Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah Islam memberikan perhatian besar dalam masalah pembentukan keluarga sejak dari awal prosesnya. Kenapa Islam memberikan perhatian yang demikian besar untuk masalah ini? Hal itu karena Islam hendak mengawal dan memelihara pembentukan dan keberlangsungan pernikahan di atas asas yang kokoh, pondasi yang kuat untuk mencapai tujuan yang mulia yaitu kelestarian ras manusia, dan tercapainya kebahagian keluarga. Begitu juga Islam hendak mencegah dan menghilangkan retaknya keluarga dari dalam. Islam ingin memberikan perlindungan dan penjagaan atas ikatan pernikahan dari keretakan, perpecahan dan perselisihan. Dengan begitu anak-anak akan dapat tumbuh dalam suasana asuhan yang penuh kasih sayang, cinta, kelembutan, kebahagiaan, ketenteraman dari segenap sisi. Inilah yang tercermin dalam firman Allah Swt. : Dan dari sebagian tanda-tanda kekuasaanNya adalah bahwa Dia menciptakan bagi kalian isteri-isteri dari diri kalian agar kalian merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kalian cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada hal itu sungguh terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. bagi kaum yang berpikir. (QS ar-Rûm [30] : 21)
  • 7. Imam Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat ini Allah Swt. menyatakan bahwa Allah Swt. telah menciptakan isteri-isteri bagi laki-laki yang berasal dari jenis yang sama, agar laki-laki akan merasakan ketenteraman tatkala bersanding dengan isterinya, begitu pula sebaliknya, isteri akan dapat merasakan ketenteraman di samping suaminya dan agar di antara mereka terbina mawaddah (rasa cinta) dan rahmah (kasih sayang). Pada dasarnya, dalam sebuah ikatan pernikahan, suami maupun isteri itu harus dapat membuat masing- masing pihak merasa tenteram kepada pasangannya. Jadi, Allah Swt. menghendaki agar terwujud perasaan tenteram dalam pernikahan yang terjadi antara seorang perempuan dan laki-laki. Lebih jauh, ketentuan asal mengenai keluarga adalah bahwa keluarga itu harus selalu dilingkupi oleh perasaan cinta dan kasih sayang. Anak-anak akan selalu dibesarkan dalam asuhan yang penuh cinta dan kasih sayang, selalu dihiasi dengan kelembutan hati, kepekaan jiwa serta keluhuran akhlak dan agama yang selamat. 5. Mewujudkan Generasi Islami Meminang adalah awal proses membentuk keluarga. Banyak proses yang nantinya akan bisa terlaksana dalam pernikahan. Pernikahan akan bisa menjadi sarana dakwah, baik suami kepada isteri atau sebaliknya. Pernikahan juga menjadi jalan bagi semakin luasnya hubungan kekerabatan dan silaturahmi. Sehingga pada akhirnya, perkawinan akan menjadi sarana dakwah kepada keluarga dan kerabat yang lebih luas, juga bagi masyarakat. Perkawinan sebagaimana telah dijelaskan di atas memang salah satunya ditujukan untuk memperoleh keturunan. Artinya, dari perkawinan itu akan lahir anak-anak. Rasululah saw. telah mengabarkan kepada kita bahwa kelak Beliau akan berbangga dengan banyaknya jumlah umat beliau. Hadis tersebut, selain mengisyaratkan dorongan untuk memperbanyak keturunan juga mengisyaratkan agar anak-anak yang lahir dari perkawinan harus dibentuk dan dididik sedemikian sehingga menjadi umat Muhamamad. Artinya, perkawinan telah dicanangkan sebagai sarana untuk memperbesar umat Islam, sekaligus memperbesar generasi Islam.
  • 8. Sumber: Abdurrahman, Yahya. 2013. Risalah Khitbah. Bogor: Al-Azhar Press.