Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan demam pada balita di fasilitas kesehatan primer menggunakan pendekatan sindromik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Dokumen ini menjelaskan cara mengklasifikasikan dan mengobati demam berdasarkan tingkat risiko malaria, serta mengidentifikasi tanda bahaya umum dan merujuk kasus berat. Dokumen ini juga menjelaskan evaluasi dan pelaporan hasil pelayanan MTBS.
2. Kebijakan dan Strategi Program Integrasi
Malaria dan Pelayanan Kesehatan Balita
Strategi
Kebijakan
Pelaksanaan Kegiatan
Rutin Pelayanan Terpadu
(Integrasi) Kesehatan
Balita Dilaksanakan
Melalui Pendekatan MTBS
1.Dilakukan melalui pemeriksaan malaria pada
semua balita sakit (tidak hanya demam saja)
dilakukan di kabupaten dengan API > 5 dengan
pendekatan MTBS dan lainnya
2.Pemeriksaan malaria pada balita sakit untuk
kabupaten dengan API<5 permil dilakukan
secara selektif (sesuai modul MTBS)yaitu pada
balita sakit yang :
Tinggal di desa endemis tinggi malaria/desa
merah, atau
mempunyai riwayat berkunjung/tinggal di
daerah endemis tinggi malaria dalam 1 bulan
terakhir, atau
pernah sakit malaria dalam 2 tahun terakhir
dengan pendekatan MTBS lainnya
3. Suatu PENDEKATAN keterpaduan dalam tatalaksana
balita sakit
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Meliputi pelayanan preventif, promotif dan kuratif.
Bukan program vertikal, tetapi keterpaduan program dan pedoman klinis.
Memudahkan pelayanan balita yang seringkali overlapping gejala.
4. TUJUANPELAYANANMTBS
Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD.2
Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan
penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar.
Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan balita.
Memperbaiki tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan
aspek gizi, imunisasi dan konseling (promotif dan preventif)
Menangani secara fokus penyakit anak yang merupakan penyebab
utama kematian dan kesakitan balita.
5. STRATEGIPELAYANANMTBS
Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus.
Meningkatkan akses dan cakupan maksimum untuk
layanan balita gizi buruk, dengan mendekatkan
pelayanan MTBS ke masyarakat.
Meningkatkan penemuan kasus secara dini.
Memperbaiki praktik keluarga & masyarakat dalam
perawatan di rumah dan pola pencarian pertolongan.
Perawatan sampai balita sembuh.
6. MANFAATBAGIPROGRAM
Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD.2
Program
ISPA, DIARE,
HIV
IMUNISASI
MALARIA, DBD
GIZI
PENGOBATAN
PENINGKATAN
MUTU
PROMKES
Manfaat Yang Diperoleh
Keterpaduan tatalaksana kasus.
Mengurangi missed opportunities.
Memperbaiki penanganan kasus.
Konseling pemberian makanan/menyusui dan
memperbaiki penanganan gizi buruk
Pemberian obat yang rasional dan baku.
Pedoman tatalaksana balita sakit dan bayi
muda yang terstandar.
Mencari pertolongan kesehatan secara tepat.
7. KEUNTUNGANPELAYANANMTBS
Peningkatan kualitas pelayanan
Optimalisasi dan pendayagunaan Nakes
Rasionalisasi pemakaian obat
Hemat biaya
Rujukan kasus tepat waktu
Peningkatan pengetahuan ibu dalam perawatan anak
di rumah
Perbaikan perencanaan & manajemen kesehatan
12. Tujuan
Pembelajaran
Menatalaksana pasien dengan demam di fasilitas
pelayanan kesehatan primer menggunakan
pendekatan sindromik
Menjelaskan tanda bahaya umum pada pasien demam
Mengklasifikasikan kasus demam menurut kriteria
yang direkomendasikan untuk daerah transmisi
rendah dan tinggi
Memilih pengobatan yang sesuai dengan klasifikasi
Mengidentifikasi kasus dengan benar untuk rujukan
dan memberikan pengobatan pra-rujukan yang sesuai
Mengidentifikasi penatalaksanaan kasus yang paling
tepat di mana rujukan tidak bisa dilakukan
13. Manajemen
TerpaduBalita
Sakit:Klasifikasi
demam
Pedoman Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) mengklasifikasikan
demam berdasarkan tiga tingkat risiko
malaria:
risiko malaria tinggi: proporsi anak
demam dengan malaria >5%
risiko malaria rendah: proporsi anak
demam dengan malaria <5%;
tidak ada risiko malaria: daerah di
mana tidak ada laporan penularan
malaria lokal
16. TanyadanCari
tanda malaria
berat
Telapak tangan terlihat sangat pucat
Sulit bernapas
Buang air kecil berwarna gelap atau sedikit ?
Ikterik (mata kuning)
Perdarahan dari tempat suntikan
17. Apakahadatandapenyebabdemamyanglain?
Periksa adanya kaku kuduk.
Lihat apakah hidung pasien
meler/beringus (khusus untuk anak di
bawah 5 tahun).
Cari tanda-tanda campak (khusus untuk
anak di bawah 5 tahun).
Cari tanda-tanda infeksi lokal lainnya
seperti pembengkakan yang nyeri.
18. Khususdaerah
endemis
malaria
Endemis tinggi: Semua balita sakit
(meskipun tidak demam) diperiksa
laboratorium untuk malaria
Jika tidak ada tes malaria didaerah endemis
tinggi atau rendah:
Klasifikasikan sebagai malaria
(termasuk dengan gejala berat)
Jika dirujuk dengan klasifikasi berat,
tetap berikan dosis pertama artesunate
injeksi dan antibiotik dan RUJUK
SEGERA
Tes malaria dengan RDT atau mikroskopis
19.
20. DEMAM
PENILAIAN
Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPI 2
MALARIA
CAMPAK
DENGUE
Untuk daerah
endemis, semua
balita sakit
(meskipun tidak
demam) yang
datang ke
Puskesmas
dilakukan Tes
Malaria
VIDEO CARA MEMERIKSA BALITA SAKIT DENGAN DEMAM pada
link: Demam - Google Drive
21. DEMAM-MALARIA
PENILAIAN & KLASIFIKASI
Jika demam lebih dari 14 hari dan atau berulang tanpa sebab yang jelas, lacak kemungkinan TB,
lihat lembar Diagnosis dan Pengobatan TB
22.
23.
24.
25. Pengobatan
PenyakitBerat
denganDemam
Harus segera di rujuk
Perawatan pra-rujukan:
Artesunat intravena (bisa juga
intramuskular, jika akses vena sulit)
dosis tunggal pra-rujukan atau, jika
tidak tersedia, dapat digunakan injeksi
kina atau artemeter intramuskular, dan
Dosis pertama antibiotik yang sesuai
untuk meningitis atau infeksi bakteri
berat lainnya.
Penanganan kondisi klinis lain:
Koreksi hipoglikemia, jika ada
Pemberian parasetamol jika suhu ≥38,5°C)
Diazepam, jika kejang
26.
27. Jika rujukan tidak
memungkinkan..
Pemberian artesunate parenteral dan
antibiotik dilanjutkan, beserta terapi
suportif lain.
Namun rujukan harus diupayakan, jika
terdapat hal2 berikut:
masih tidak sadar setelah 2 hari
pengobatan dengan artesunate
atau arthemeter atau kina
kejang yang tidak terkendali
pucat parah
gagal ginjal
wanita hamil dengan malaria
berat
28. Pengobatan
Malariatanpa
tandabahaya
Pemberian DHP sesuai berat badan
Cari apakah ada masalah lain
dengan menggunakan bagan
MTBS:
Apakah anak menderita batuk
dan/atau sukar bernapas?
Apakah anak menderita diare?
Apakah anak mempunyai
masalah telinga?
Status gizi dan lain lain…..
Jika ada, diberikan penanganan
sesuai alur MTBS
30. REGISTER RAWAT JALAN
Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPI 4
• Diisi segera setelah selesai
pelayanan MTBS (pada hari yang
sama).
• Merupakan sumber data dan
informasi hasil pelayanan MTBS,
untuk bahan evaluasi dan
pembinaan oleh Dokter atau
Supervisor.
• Setelah divalidasi, dapat dianalisa
sebagai bahan masukan bagi
program terkait, a.l jumlah kasus
yang ditemukan dan yang
ditangani, penggunaan obat yang
rasional, dll.
• Berguna untuk pencatatan Kohort
dan Buku KIA, serta bahan
laporan bulanan.
REGISTER RAWAT JALAN BAYI MUDA UMUR < 2 BULAN
REGISTER RAWAT JALAN BALITA SAKIT UMUR 2 BL - 5 TH
31. Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPI 4
CONTOH PENGISIAN REGISTER RAWAT JALAN
Kunjungan
(tgl,bln)
No urut
No Register Nama anak
Nama Ibu
Alamat
BB
(kg)
PB
(cm)
Suhu
(0
C)
Keluhan Utama
Kunjungan
Pertama/
Ulang (I/U)
Pasien Baru
atau Lama
(B/L)
Umur
(thn.bln)
Jenis
Kelamin
(L/P)
Malaria
Endemis
Malaria
Non
Endemis
LiLA ≥6 bln
(cm)
LK
(cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
22-06-22
1
001 STELLA
YANI
Jl. Guntursari II no 5 10,5 80
Batuk dan
Diare I
L 1.9 P V 12,7 47
36,8
32. PELAPORAN
• Hasil pelayanan MTBS dilaporkan
secara berkala melalui mekanisme
yang ada.
• Laporan hasil kunjungan balita sakit,
bayi muda termasuk neonatal,
dilakukan setiap bulan.
• Data tersebut diolah, dikelompokan
dan dijumlahkan sesuai jenis
penyakit menurut kode ICD 10.
• Data yang telah diolah dilaporkan
melalui Sistem Informasi
Puskesmas, setiap bulan, ke Dinas
Kesehatan Kab/Kota.
Register Rawat
Jalan, Kohort
SIP ( LB1,
LB2, LB3
PUSKESMAS
Dinas Kesehatan
Provinsi
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
KEMENTERAN
KESEHATAN RI
LB1 = Laporan DataKesakitan Bulanan
LB2 = Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO)
LB3 = Laporan Kegiatan KIA, Gizi,
Imunisasidan Pengamatan Penyakit
Menular.
33. EVALUASI
Sedikitnya sekali dalam setahun.
Bertujuan untuk memperoleh gambaran :
Relevansi penerapan MTBS dengan peningkatan jumlah
penemuan kasus.
Kesesuaian jenis dan jumlah kasus dengan perencanaan,
pengadaan & penggunaan logistik.
Kualitas pelayanan MTBS.
Optimalisasi penggunaan biaya operasional Pusk.
Perilaku pencarian pertolongan di masy.
Penurunan jumlah kesakitan & kematian.
Tingkat
Puskesmas
34. EVALUASI
Kesinambungan ketersediaan SDM, faktor pendukung dan biaya
operasional penerapan MTBS (termasuk supervisi fasilitatif).
Relevansi antara penemuan kasus dengan penurunan kematian.
Relevansi antara kasus utama dengan focus intervensi terpilih,
dikaitkan dengan perencanaan dan implementasi.
Kolaborasi antara Dinkes dengan Fasilitas Rujukan.
Peran organisasi profesi dalam peningkatan penerapan MTBS.
Tingkat
Kabupaten
35. Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPI 4
MONEV BERKALA
KEPATUHAN
NAKES TERHADAP
STANDAR
PELAYANAN
MTBS
BENAR + LUAS
AKN
AKB
AKBal