1. Dokumen tersebut merupakan rencana pembelajaran semester (RPS) mata kuliah Ekonomi Mikro.
2. RPS tersebut membahas 14 topik utama Ekonomi Mikro mulai dari pendahuluan, teori permintaan, penawaran, hingga keseimbangan umum.
3. RPS ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami konsep dan teori dasar Ekonomi Mikro serta mampu menerapkannya dalam pengambilan keputusan ekonomi.
1. MICROECONOMICS
Padang, 9 Agustus 2019
Prof. Dr. H. Aminullah Assagaf, SE., MS., MM., M.Ak
Email: assagaf29@yahoo.com
Hp: +628113543409
2. Literature
1. Karlan, D and Morduck, J. : Microeconomics
2. Mankiw, N.G. : Principles of Microeconomics
3. Arnold, R.A. : Microeconomics
4. Bernheim, B.D. and Whinston, M.D. :Microeconomics
5. Mconnel, Brue, Barbierd : Microeconomics
6. Besanko,D. and Braeutigam, R.R. : Microeconomics
7. Gravelle, H. and Rees, R. :Microeconomics
8. Slavin, S.L.: Microeconomics
9. Rode, S. : Modern Microeconomics
10. Das, S.P. : Microeconomics for Business
11. Ahlersten, K. : Essentials of Microeconomics
12. Jehle,G.A. and Reny P.J. : Advanced Microeconomic theory
10. MINGGU KEMAMPUAN AKHIR POKOK BAHASAN BENTUK KRITERIA PENILAIAN Reference
KE YANG DIHARAPKAN (BAHAN KAJIAN) PEMBELAJARAN (Indikator) No. Litr.(Ch.)
1 Mampu memahami, menjelaskan dan Pendahuluan (Review teori) Ceramah, diskusi Ketajaman analisis dan 2(1); 6(1);7(1);
mendiskusikan konsep-konseo dasar analisis - Implementasi kebijakan tugas makalah, kebenaran pandangan 8(1);11(1)
ekonomi mikro. - Implementasi kajian ilmiah bahas artikel dalam diskusi
2 Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan Filosofi keseimbangan pasar Ceramah, diskusi Ketajaman analisis dan 3(3); 4(2); 6(2);
dan mendiskusikan tentang terbentuknya tugas makalah, kebenaran pandangan 4(4-5);10(2,3,11);
keseimbangan pasar dalam perekonomian, bahas artikel dalam diskusi 11(2)
serta dampaknya pada kondisi perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi
keseimbangan pasar , excess supply, excess
demand, dan penyesuaian-penyesuaian
dalam mekanisme pasar.
3 Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan Filosofi teori konsumen Ceramah, diskusi Ketajaman analisis dan 6(2); 8(6); 11(4)
konsep dasar dan aplikasi teori perilaku tugas makalah, kebenaran pandangan
konsumen dengan pendekatan utility, bahas artikel dalam diskusi
indefference curve dan budget line.
4 Mahasiswa memahami dan mampu Implementasi teori permintaan Ceramah, diskusi Ketajaman analisis dan 3(6); 4(4); 6(3-4);
menjelaskan filosofi konsep demand, tingkat - Kajian ilmiah (Jurnal internasional) tugas makalah, kebenaran pandangan 7(2-4); 8(2); 9(1);
elastisitas, dan faktor-faktor yang - Kajian kebijakan bahas artikel dalam diskusi 10(4); 11(3);
mempebfaruhi permintaan. 12(1-2)
5 Mahasiswa memahami dan mampu Implementasi teori produksi Ceramah, diskusi Ketajaman analisis dan 3(7); 4(7); 6(6);
Mata Kuliah : Ekonomi Mikro…...……...….Semester : Genap 2019………………......Kode :………………...….…SKS :
Jurusan : Doktor Ekonmi (S3)…....................................................Dosen : Prof. Dr. H. Aminullah Assagaf, SE., MS., MM., M.Ak
KOMPETENSI : Menguasi Teori dan Konsep Ekonomi Mikro dan Memiliki Pengalaman Praktis pengambilan keputusan Ekonomi Mikro
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) - EKONOMI MIKRO
11.
12.
13.
14. RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
1. Pendahuluan
2. Permintaan, penawaran dan keseimbangan
3. Pengukuran elastisitas
4. Teori permintaan konsumen
5. Teori produksi
6. Teori biaya
7. Pasar Persaingan sempurna
8. Pasar Monopoli
9. Pasar Monopolistik
10. Pasar Duopoli
11. Pasar Oligopoli
12. Pasar Monopsoni (Pasar Input)
13. Harga dan penggunaan faktor produksi
14. Keseimbangan umum dan teori ekonomi kesejahteraan
15. 1_Pendahuluan (Review Teori)
• Ekonomi mikro merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari
tentang variabel-variabel ekonomi dalam lingkup lebih kecil , seperti
perusahaan, perilaku konsumen, permintaan dan penawaran,
produksi, harga, dan lainnya.
• Ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara
menyeluruh (agregat), seperti jumlah uang beredar, pendapatan
nasional, pengangguran dan kesempatan kerja, inflasi, neraca
pembayaran internasional, dan pertumbuhan ekonomi.
16. Fungsi Teori Ekonomi
• Skema model ekonomi sederhana
PERUSAHAAN
BISNIS
RUMAH
TANGGA
PENGELUARAN KONSUMSI
BARANG DAN JASA
SUMBERDAYA EKONOMI
PENDAPATAN BERBENTUK UANG
25. (3) PENGUKURAN ELASTISITAS
1. Elastisitas harga dari permintaan
• Elatisitas busur (arc elasticity)
• Elastisitas titik (point elasticity)
2. Elastisitas titik dan pengeluaran total
3. Elastisitas pendapatan dari permintaan
4. Elastisitas silang dari permintaan
5. Elastisitas harga dari penawaran
26. (3) PENGUKURAN ELASTISITAS (2)
1. Elastisitas harga dari permintaan
e = - (dQ/Q) /(dP/P) = -(dQ/dP)(P/Q)
elastis jika e> 1, inelastis jika e<1 dan elastis uniter jika e=1
D
Q
P
B
A
C
20001000 3000
7
5
3
-Dari C ke A = - (1000/-2)/(7/1000) = 3,5
-Dari A ke C = -(-1000/2)/(5/2000) = 1,25
-Dari A ke B = -(1000/-2)/(5/2000)= 1,25
-Dari B ke A = -(-1000/2)(3/3000) = 0,5
Utk menghindarkan perbedaan, digunakan rata-rata :
Titik A ke B :
e= -(dQ/dP)x(PA+PB)/(QA+QB)
e= -(1000/-2)x(5+3)/(2000+3000) = 0,8
27. (3) PENGUKURAN ELASTISITAS (3)
(1.1) Elastisitas busur (arc elaticity), koefisien elastisitas antara dua titik pada suatu kurva
permintaan seperti contoh diatas. Elastisitas ini hanya sebagai perkiraan, dan semakin tepat
bila busur itu semakin kecil dan mendekati suatu titik.
(1.2) Elastisitas titik (point elasticity), secara geometrik diperoleh :
N0 M
D
C
Garis singgung
P
Q
e= -(dQ/dp)(P/Q)
e=(NM/NC)(NC/ON) = (NM)/(ON)
e= 4000/2000 =2
60002000
D
N M0
P
Q
80004000
A =1
2000 5000
B =3000/5000 = 0,6 atau < 1
C =6000/2000 =3 atau > 1
28. (3) PENGUKURAN ELASTISITAS (4)
2. Elastisitas titik dan pengeluaran total
C
A
B
Q
P
5
4
3
500040003000
A=pengeluaran 5x3000=15000
B=pengeluaran 4x4000=16000
C=pengeluaran 3x5000=15000
Elastisitas diatas titik tengan e>1,
dibawah titik tengan e<
Titik A, e=(8000-3000)/3000=5/3
Titik B, e=(8000-4000)/4000=1
Titik C, e=(8000-5000)/5000=3/5
8000
e>1
e=1
e<1
29. (3) PENGUKURAN ELASTISITAS (5)
3. Elastisitas pendapatan dari permintaan
eM = (dQ/Q)/(dM/M) =(dQ/dM)(M/Q)
eM negatif, barang bermutu rendah (inferior)
eM positif, barang normal atau kebutuhan pokok (necessity)
eM > 1, barang mewah (luxury)
Contoh :
1) Pendapatan Rp 8000 menjadi 12000 (naik 50%), permintaan 5 unit menjadi 10 unit
(100%)
eM = (5/4000)/(8000/5) = 2 atau
eM =100% / 50% = 2 (barang lux)
2) Pendapatan Rp 16000 menjadi 20000(naik 25%), permintaan 15 unit menjadi 18
unit (naik 20%)
eM = 20% / 25% =0,8 (kebutuhan pokok)
-3) Pendapatan Rp 24000 menjadi Rp 28000 (naik 16,67%), permintaan
20 unit menjadi 19 unit (turun 5%)
eM = -5% / 16,67 % = - 0,3 (bermutu rendah)
30. (3) PENGUKURAN ELASTISITAS (6)
4. Elastisitas silang dari permintaan (cross elasticity of demand)
exy = (dQx/Qx)/(dPy/Py) = (dQx/dPy)(Py/Qx)
exy positif, X dan Y barang subtitusi
exy negatif, X dan Y barang komplementer
exy=0, X dan Y tidak berhubungan
Contoh :
1) Harga Y, Rp 40 menjadi Rp 60 (naik Rp 20), permintaan X 40 unit menjadi 50 unit (naik 10)
exy = (10/20)(40/40) = + 0,5 (subtitusi)
2) Harga Z, Rp 10 menjadi Rp 20 (naik Rp10), permintaan X 40 unit manjadi 35 unit (turun 5 unit)
exz = (5/10)(10/40) = - 0,125 (komplementer)
31. (3) PENGUKURAN ELASTISITAS (7)
5. Elastisitas harga dari penawaran
Elastis bila e >1, inelastis bila e<1, elastis uniter bila e=1
e = (dq/Q)/(dP/P) = (dQ/dP)(P/Q)
S
P
Q
E
F
4000
6
4
8000
Titik E ke F
e=(4000/2)(4/4000)= 2
Titik F ke E
e=(4000/2)(6/8000)= 1,5
32. ELASTISITAS P TERHADAP Q
• Inelastis sempurna:
• Elastis sempurna :
e = - (dQ/dP) (P/Q)
e = - (0/10)(10/100) = kecil
P
Q
P
Q
D
D
100
10
20
e = - (dQ/dP) (P/Q)
e = - (50/0)(10/100) = ∞
100 150
10
34. (4) TEORI PERMINTAAN
1. Pendekatan utility
2. Pendekatan kurva kepuasan sama
3. Topik lanjutan
35. (4) TEORI PERMINTAAN (2)
1. Pendekatan Utility
• Total dan marginal utility
P
P
Q
Q
MU
TU
65
30
MU= dTU/dQ
MU =(30-30)/(6-5)=0
Titik jenuh
Utility Max pada saat
MU = 0
0
0
37. (4) TEORI PERMINTAAN (4)
• Pertukaran (exchange)
• Masing-masing konsumen yg berada pada kondisi keseimbangan tetapi menghadapi harga
yang berbeda. Individu mengadakan pertukaran sukarela jika masing-masing memperoleh
keuntungan
• Derivasi suatu kurva permintaan individu
2
3 6
P
Q
D
1
G
F
Q 1 2 3 4 5 6 7 8
Mux 16 14 12 10 8 6 4 2
Muy 11 10 9 8 7 6 5 4
MUx/Px = 12/2 = 6 => Px $2
MUy/Py = 6/1 = 6 => Py $1
Titik F
Individu membeli barang X 3 unit dengan keseimbangan semula 3 unit X
MUx/Px = MUy/Py = 12/2 = 6/1
Titk G
Harga X turun $2 menjadi $1 seingga keseimbangan baru pd 6 unit X
MUx/Px = MUy/Py = 6/1 = 6/1
38. (4) TEORI PERMINTAAN (5)
2. Kurva kepuasan sama (indifference curva)
II
I
III
Qx
Qy
- Kurva kepuasan sama menunjukkan kombinasi komoditi X dan Y yang
menghasilka utilit yg sama atau kepuasan konsumen
- Kurva yg lebih tinggi menunjukkan jumlah kepuasan yang semakin besar
39. (4) TEORI PERMINTAAN (4)
• Jumlah yang dibeli dari komoditi lain
• Bila Px turun : (a) jika dx (demand x) berelastisitas satu,Qy tetap tidak berubah, (b) jika dx
elastis, Qy turun, (c) jika dx inelastis Qy naik
Contoh : (diatas)
e= -(dQ/dP)x(PF+PG)/(QF+QG) = -(3/-1)x(1+2)/(6+3) = 1
2
1
3 6
Q
P
F
G
Titik F ke G
- Dengan rata-rata
40. (4) TEORI PERMINTAAN (6)
Tingkat marjinal dari penggantian (marginal rate of subtitution atau
MRS), menunjukkan jumlah Y yg dikorbankan untuk memperoleh satu
tambahan X, dan masih tetap pada kurva kepuasan sama yg serupa.
Qx 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Qy 10 5 3 2.3 1.7 1.2 0.8 0.5 0.3 0.2
MRSxy ….. 5 2 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1
MRSxy = dy/dx
Sifat kurva kepuasan sama
(a) Condong negatif
(b) Cembung terhadap titik nol
(c) Tidak saling berpotongan
41. INDIFFERENCE CURVE (MRSxy)
Qx 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Qy 10.0 5.0 3.0 2.3 1.7 1.2 0.8 0.5 0.3 0.2
MRSxy 5.0 2.0 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
MRSxy ; kesediaan melepas Y untuk memperoleh X
X
y
MRSxy ; marginal rate of subtitusion
Indifference curve
42. (4) TEORI PERMINTAAN (7)
• Garis kendala anggaran (budget constraint line), memperlihatkan kombinasi yg
berbeda dari dua komoditi yg dapat dibeli, dengan mengetahui pendapatan dan
harga komoditi ybs.
Qy
Qy
K
L
0
10
10
5
M
5
43. (4) TEORI PERMINTAAN (8)
• Keseimbangan konsumen (consumer equilibrium)
I
II
III
5
Qy
5
Qx
10
100
R
N
E
I
9
1 9
- Titik E, menjukkan kepuasan maksimum konsumen dengan kurva kepuasan yg
yg lebih tinggi dan konsumsi tsb dapat tercapai oleh pendapatan konsumen
- Titk N dan R dapat dicapai sesuai pendapatan tetapi tidakmencapai kepuasan
total yg maksimum.
44. (4) TEORI PERMINTAAN (9)
• Kurva konsumsi harga
0
Qy
I Qx
II
III
7
3I
5
3 5 7
F
E
s
3 5 7
Qx
M
0
10
6
14
Kurva engel
M= pendapatan
45. (4) TEORI PERMINTAAN (10)
A B C D F G H L
M 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000
Q 100 200 300 350 380 390 350 250
- Kurva Engel
380
C
B
L
A
H
G
FD
M
Q
Catatan :
eM =(dQ/dM)(M/Q)
- Titik A ke B, eM = (100 / 2000) (4000 / 100) = 2 (positif, >1) ,barang mewah
- Titik F ke G, eM = (10 / 2000) (12000 / 380) = 0,16 (positif, <1), barang normal
- Titik G ke H , eM = (-40 / 2000) (14000 / 390) = - 0,7 (negatif), barang bermutu rendah
Elastisitas permintaan (Q) terhadap
Pendapatan (M)
46. (4) TEORI PERMINTAAN (11)
• Kurva permintaan konsumen
5
E
I
F
II
Px
Qx
Qy
Qx
Kurva konsumsi harga
5 9
D
9
1
0,5
E’
F’
Titik E ke F:
e = -(dQ/dP)x(PE+PF)/(QE+QF)=
e=(4/-0,5)x(1+0,5)/(5+9)= 0,86
K
L J
47. (4) TEORI PERMINTAAN (12)
• Pemisahan pengaruh dan penggantian (subtitution effect) dan pendapatan
(income effect)
• Pengaruh pendapatan, turunnya harga menggeser kebawah kurva anggaran KL ke KJ
• Pengaruh penggantian, menurunkan kurva demand atau dengan harga lebih rendah akan
membeli jumlah yang lebih besar
48. (4) TEORI PERMINTAAN (13)
• Pemisahan pengaruh penggantian dan pendapatan
6
JE
K
Qy
II
Qx
I
8
7
5
4 9
64
E’
K’
J’
9
Qx
Px
Penggantian
Pendapatan
Pengaruh total
Catatan :
- Pengaruh pendapatan, Karena Px
turun terjadi pergeseran titik E ke J
(pd kurva kepuasan lebih tinggi II
- Pengaruh pertukaran, Px turun
bergeser titik E ke K (pd kurva
kepuasan I yg sama)
BL2
BL1
BL3
49. (4) TEORI PERMINTAAN (14)
• Pengaruh penggantian menurut HICKS dan SLUTSKY
75 98
5
3,5
E
I II
III
Qy
Qx
5,5
K’’
T
HG
J’’’
J’
L
J’’
K’
K
Hicksian Subsitution
Slutsky Subsitution
Pengaruh Total
50. (4) TEORI PERMINTAAN (15)
• Pertukaran
II’
I’
III’ III
II
I
Contract curva
C
F
E
S
Qy
Qx
Qx
A
B
Qy
1
77
5
3 75
10 4
9111315
9
113
51. (4) TEORI PERMINTAAN (16)
• Pertukaran :
• Mula-mula titik C pd kurva kepuasan I konsumen A dan kurva kepuasan I’ konsumen B
• Titik C ke S, pertukaran menguntungkan A karena kurva I naik ke III, sedangkan B tetap pada I’. A
mengorbankan 3y (10y jadi 7y) untuk mendapatkan 6x (1x jadi 7x)
• Titik C ke F, pertukaran menguntungkan B karena kurva I’ naik ke III’, sedangkan A tetap pada I. B
mengorbankan 2x (15x jadi 13x) untuk mendapatkan 7y (4y ke 11y)
• Titik C ke E, pertukaran menguntungkan A dan B karena kurvai kepuasan A naik dari I ke II dan kurva
kepuasan B naik dari I’ ke II’. A mengorbankan 3y (10y ke 7y) untuk mendapatkan 4x (1x ke 5x).
Demikian sebaliknya untuk B, sehingga A dan B keduanya meningkat kepuasan sebagai akibat
pertukaran tsb.
• Pada titik F, E, S atau contract curve maka A dan B tidak ada manfaat karena pertukaran (tidak ada lagi
peningkatan kepuasan bagi A dan B)
52. (4) TEORI PERMINTAAN (17)
3. Topik lanjutan
a) Teori preferensi yang diungkapkan
b) Angka index dan perubahan dalam standar hidup
c) Teori utility dalam keadaan ketidakpastian
d) Pendekatan baru terhadap teori konsumen
e) Kurva permintaan empiris
53. (4) TEORI PERMINTAAN (18)
(a) Teori preferensi yang diungkapkan (Theory of revealed
preference=pilihan)
Konsumen tdk memberikan jawaban yg meyakinkan atas preferensi
mereka
Preferensi dapat disimpulkan (kurva kepuasan samanya) melalui
sejumlah pilihan pengamatan yang cukup atau pembelian dipasar.
Asumsi :
• Citarasa individu tidak berubah selama periode tertentu
• Terdapat konsistensi, konsumen suka barang A dp B, sehingga
tdk mungkin lebih suka B dp A
• Terdapat transitivitas, jika suka A dp B, suka B dp C, maka A
lebih disukai dp C
• Akhirnya, konsumen dpt didorong membeli barang manapun
jika harganya dibuat menarik.
54. (4) TEORI PERMINTAAN (19)
Teori preferensi yang diungkapkan (Theory of revealed preference)
O
P
N
S’
SQy
QxPN
M
G
B
A
Catatan :
- Semua titik atau daerah disebelah kanan titik A adalah lebih baik dp A
misalnya titik G, dst.
55. (4) TEORI PERMINTAAN (20)
(b) Angka index dan perubahan dalam standar hidup
• Konsumen lebih baik keadaannya pada periode 1 dibanding periode dasar,
jika pengeluarannya ataua pendapatannya melebihi periode dasar
Px1X1 + Py1Y1 > Px1X0 + P1yY0
P1Q1 > P1Q0
• E, indeks pengeluaran periode 1 terhadap periode dasar
• L, indeks harga Laspeyres yaitu mengukur biaya dari jumlah periode dasar
pd periode 1relatif terhadap harga periode dasar
• P, indeks harga Paasche, yg mengukur biya dari jumlah pembelian periode
1pd harga periode 1relatif terhadap harga periode dasar
Standar hiduk konsumen naik, jika E > L dan E > P
Standar hidup konsumen turun, jika E < L dan E < P
Kita tdk dapat mengatakan standar hidup naik, turun atau tetap
sama jika P>E>L atau L>E>P
56. (4) TEORI PERMINTAAN (21)
(b) Angka index dan perubahan dalam standar hidup
Periode Px X Py Y
0 (dasar) 2 3 4 6
1 4 5 5 7
E = P1Q1 / P0Q0 = (4x5 + 5x7)/(2x3 + 4x6) = 1,83
L = P1Q0 / P0Q0 = (4x3 + 5x6) / ( 2x3 + 4x6) = 1,40
P = P1Q1 / P0Q1 = (4x5 + 5x7) / (2x5 + 4x7) = 1,45
Karena E > L dan E > P, maka standar hidup konsumen meningkT
57. (4) TEORI PERMINTAAN (23)
(c) Teori utility dalam keadaan ketidakpastian
Teoriemonomi tradisional secara implisit menganggap dunia tanpa risiko, tetapi
kebanyakan pilihan ekonomi melibatkan risiko atau ketidakpastian
Teori tradisional tidak dapat menjelaskan risiko karena keteikatannya yg ketat kpd prinsip
marginal utility yg semakin menurun.
60. TEORI PRODUKSI
• Isocost,menunjukkan kombinasin yang berbeda dari L dan K
yang dapat dibeli perusahaandengan suatu pengeluaran
tertentu (total budget) dan harga tertentu. Kecondongan
ditentukan oleh –PL/PK (harga faktor produksi L dan K)
K
L
K
L
0
10
10
5
M
5
Isocost
61. TEORI PRODUKSI
• Isokuan
II
I
III
L
K
• Isokuan, menunjukkan kombinasi faktor produksiyang menghasilkan
jumlah produksi tertentu. Siaftanya sama dengan kurva kepuasan
sama, yaitu (1) memiliki kecondongan negatif, (2)cembung terhadap
titik original, dan (3) isokuan-isokuan tidak pernah berpotongan
67. TOTAL COST (TC)
• TC = FC + VCQ
• FC ; biaya terkait dengan waktu atau tidak terkait dengan volume
produksi atau penjualan
• VC ; biaya yang terkait dengan volume produksi atau penjualan
71. HUBUNGAN BIAYA, VOLUME & PENDAPATAN
(a) BEP
TC = FC + VCQ
TR = PQ
TR = TC BEP
PQ = FC + VCQ
(PQ – VCQ) = FC
Q (P-VC) = FC
Q = FC / (P-VC) BEP
Atau :
TR = TC
PQ = FC + VCQ
P = (FC + VCQ) / Q BEP
(b) Marjin Kontribusi (MK)
MK = P - VC
>0 : tiap pertambahan Q akan menambah keuntungan atau mengurangi kerugian
72. Break Even Point (BEP)
Contoh :
FC =Rp 50.000 perthun
VC = Rp 100 perunit
P = Rp 200 perunit
Q =......? BEP
BEP = FC / (P-VC)
BEP = 50.000 / (200 – 100)
BEP = 50.000 / 100 = 500 unit
73. BEP
Q = 500
Laba(Rugi)
TR = 500 x 200 = 100.000
Cost :
- FC : 50.000
- VC , 500 x 100 : 50.000
- Total cost = 100.000
- Laba (Rugi)................. = 0
74. Q < BEP
Q = 499
Laba(Rugi)
TR = 499 x 200 = 99.800
Cost :
- FC : 50.000
- VC , 499 x 100 : 49.900
- Total cost = 99.900
- Rugi .......................... = (100)
75. Q > BEP
Q = 501
Laba(Rugi)
TR = 500 x 200 = 100.200
Cost :
- FC : 50.000
- VC , 501 x 100 : 50.100
- Total cost = 100.100
- Laba .......................... = 100
76. Break Even Point (BEP) - 1
FC
TC
Q
Rp
0
400 600
50.000
100.000
500
TR
BEP90.000
120.000
80.000
110.000
Laba
Rugi
77. Break Even Point (BEP) - 2
FC
TC1
Q
Rp
0
400
50.000
100.000
500
TR
BEP1
Catatan :
BEP = FC / (P – VC)
BEP = 50.000/ (200-75) =400 unit
TR = 400 x Rp 200 = Rp 80.000
TC = 50.000 + (400 x Rp 100) = Rp 80.000
TC2
BEP2
80.000
Catatan :
- Pangsa Pasar < 500 unit
- Solusinya , VC ditekan
dari Rp Rp 100 perunit
menjadi Rp Rp 75 per unit
78. Break Even Point (BEP) - 3
FC1
TC1
Q
Rp
0
400
50.000
100.000
500
TR
BEP1
Catatan :
BEP = FC / (P – VC)
BEP = 40.000/ (200-100) =400 unit
TR = 400 x Rp 200 = Rp 80.000
TC = 40.000 + (400 x Rp 100) = Rp 80.000
TC2
BEP2
80.000
Catatan :
- Pangsa Pasar < 500 unit
- Solusinya , FC ditekan
dari Rp Rp 50.000 pertahun
menjadi Rp Rp 40.000 pertahun
FC240.000
79. Break Even Point (BEP) - 4
TC
Q
Rp
0
400
50.000
100.000
500
TR1
BEP1
Catatan :
BEP = FC / (P – VC)
BEP = 50.000/ (225-100) =400 unit
TR = 400 x Rp 225= Rp 90.000
TC = 50.000 + (400 x Rp 100) = Rp 90.000
TR2
BEP2
90.000
Catatan :
- Pangsa Pasar < 500 unit
- Solusinya , P dinaikkan
dari Rp Rp 200 perunit
menjadi Rp 225 perunit
FC
80. BEP (Q dan Rp)
BEP Q =
F
P−VC
=
50.000
200−100
= 500 unit
BEP Rp =
F
P − VC
x P =
50.000
200 − 100
x 200 = 500 x 200 = Rp 100.000
BEP Rp =
F x P
P−VC
=
50.000 x 200
200−100
= 10.000.000 / 100 = Rp 100.000
BEP Rp =
P
P−VC
x F =
200
200−100
x 50.000 = 2 x 50.000 = Rp 100.000
BEP Rp =
F
P−VC
P
=
50.000
200 −100
200
=
50.000
0,5
= 𝑅𝑝 100.000
BEP Rp =
F
P/P − VC/P
=
50.000
200/200 − 100/200
=
50.000
1 − 0,5
=
50.000
0,5
= 𝑅𝑝 100.000
BEP Rp =
F
1−VC/P
=
50.000
1−100/200
= 50.000/ 1 − 0,5 = 50.000/0,5 = 𝑅𝑝 100.000
81. Q pada Target Laba (Dgn Pajak)
Q =
F+ π / (1−t)
P−VC
Q =
50.000 + 10.000 / (1 − 0,20)
200 − 100
Q =
50.000 + 12.500
100
Q =
62.500
100
= 625 unit
Atau
Q =
F
P−VC
+
π / (1−t)
P−VC
Q = BEP +
π / (1 − t)
P − VC
Q = BEP +
π
1 − t (P − VC)
Q = 500 +
10.000
1 − 0,20 (200 − 100)
Q = 500 +
10.000
80
= 500 + 125 = 625 unit
82. Q pada Target Laba (Dgn Pajak)
Q =
F+ π / (1−t)
P−VC
Q =
50.000 + 10.000 / (1 − 0,20)
200 − 100
Q =
50.000 + 12.500
100
Q =
62.500
100
= 625
L/R (Q = 625)
TR = 625 x 200 = Rp 125.000
Cost :
- FC = 50.000
- VC = 62.500
TC = Rp 112.500
Laba = Rp 12.500
Tax 20% = Rp 2.500
Laba = Rp 10.000 (Sesuai Target)
83. Margin Kontribusi (MK)
MARGIN KONTRIBUSI (MK)
MK = P – VC
MK > 0 atau posisitif, tiap pertambahan volume penjualan akan
menambah laba atau mengurangi kerugian
Mis :
Q1 = 1.000, VC = 100, FC = 50.000, P = 200
Tambahan Q2 = 1.000 dengan P = 110
84. Margin Kontribusi
Laba (Rugi)
Q1 = 1.000 unit
TR = 1.000 x 200 .................. = 200.000
Cost :
- FC : 50.000
- VC , 1.000 x 100 : 100.000
- Total cost ........................ = 150.000
- Laba .................................. = 50.000
Averga Cost (HPP) = 150.000 / 1000 = Rp 150 perunit
85. Margin Kontribusi
Laba (Rugi)
Q1 = 1.000 unit (P=Rp 200)
Q2 = 1.000 unit (P=Rp 110)
TR = (1000 x 200) + (1000 x 110) = 310.000
Cost :
- FC : 50.000
- VC ( 2.000 x 100) : 200.000
- Total cost ............................. = 250.000
- Laba ....................................... = 60.000
Averga Cost (HPP) = 250.000 / 2000 = Rp 120 perunit
103. Perfect competition
1. Characteristics
2. The equilibirium price
3. Profit-maximizing output in the shot-run
4. Profit-maximizing output in the long-run
5. Evaluation of perpect competition
104. 9. Perfect competition
1. Characteristics
1) Banyak penjual dan pembeli
2) Tidak ada penjual dan pembeli yang mampu mempengaruhi pasar
3) Informasi pasar sempurna
4) Pembeli dan penjual bebas masuk dan keluar pasar
5) Tidak ada campur tangan pemerintah
105. 9. Perfect competition
2. The equilibirium price
Q Q
D
Rp
Q
Pe
MCS
Rp
Q1
AC
D=MR
Pe
Qe
Keseimbangan Pasar
Qe
Keseimbangan Perusahaan
108. Minimum Cost (AC min) :
9. Perfect competition
Pe = 48
S
MC
MR=D
D
RpRp
Q
Q
170.000.000 2400
Pe = 48
AC
TC = 100 + 2Q + 0.01Q2
AC = TC/Q = 100/Q +2 +0.01Q
MC = 2 + 0.02Q
MC = AC
2+0.02Q = 100/Q +2+0.01Q
0.01 Q = 100/Q
0.01Q^2 = 100
0.01 Q = (100)1/2
0.01Q = (100)1/2
0.01Q = 10
Q = 1000
1000
109. 9. Perfect competition
4. Profit-maximizing output in the long-run
Q Q
D
Rp
P1
MC
S1
Rp
Q3
AC
D1=MR1P1
Q1
Keseimbangan Pasar
Q1
Keseimbangan Perusahaan
S3
S2
P3
P2
P3
P2 D2=MR2
D3=MR3
Q2
Q2 Q3
110. 9. Perfect competition
5. Evaluation of perpect competition
S
D
e
Pe
Rp
Q
P1
Qe
Consumer surplus
(segi tiga P1ePe)
111.
112. 0
FG
Rp
Q
AC
AVC
MC
MR3 = D3
MR4 = D4
MR2 = D2
MR1 = D1
C
B
A
E
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
A : laba max MR : maginal revenue
B : BEP D : demand
C : rugi min MC : marginal cost
G : tutup perusahaan AC : average cost
AVC : average variable cost
116. 10. Monopoly
1. Caracteristic
2. Profit-maximizing price and output in the shot-run
3. Profit-maximizing price and output in the long-run
4. Allocative inefficiency and income redistibution
5. Technical inefficiency and rent seekin
6. Relevance of perfect copetition and monopoly
117. 10. Monopoly
1. Caracteristic
• Satu penjual dan banyak pembeli dalam pasar (industri)
• Perusahaan mampu memproteksi masuknya perusahaan baru
• Produk atau jasa yang dipasarkan berbedah jauh dengan
produk atau jasa lainnya
130. 10. Monopoly
4. Allocative inefficiency and income redistibution
B
MC=AC
P
Pc
QQc
Q
Qm
A
DC
Consumter surplus
Monopoly (ABPm)
Q
Pm
Deadweight
Loss (BCD)
Income
Transfer
(PmBCPe)
Asumsi : MC dan AC constant pd berbagai Q
Allocative inefficiency
131. 4. Allocative inefficiency and income redistibution
• Berdasarkan gambar diatas, diasumsikan MC dan AC konstan pd berbagai tingkat
output (Q)
• Maksimium profit dicapai pd Qm dan Pm yaitu pd posisi MR=MC
• Dengan mengikuti harga pasar persaingan yaitu sebesar Pc, maka penjualan meningkat
menjadi Qc (lebih besar dr Qm).
• Surplus konsumen meningkat menjadi ADPc (lebih besar dari ABPm)
• Jadi dgn monomopoly, terjadi redistribusi income dr konsumen ke produsen,
sedangkan BDC sebagai daerah inefisiensi atau hilangnya suplus konsumen dari dari
monopoli.
10. Monopoly
132. 10. Monopoly
5. Technical inefficiency and rent seekin
Q
B
C
Pm
Rp
MR
Pc
Qc
MC=AC
Economic profit
Rent seeking
D
A
Technical efficiency
Qm
133. 5. Technical inefficiency and rent seekin
• Technical efficiency dan rent seeking merupakan bagian dari surplus konsumen yang
hilang bila harga ditentukan pada Pc
• Economic profit sebagai redistribution income dari konsumen ke pemilik perusahaan
• BDC sebagai bagian yg menciptakan alokasi inefisiensi bagi monopoli, karena tdk ada
tambahan produktivitas dari produk baru
10. Monopoly
134. 10. Monopoly
6. Relevance of perfect copetition and monopoly
• Perfect competition dan monopoly keduanya masih relevan digunakan sebagai model
ekonomi yang banyak dunakan dalam menilai kinerja industri, maupun dalam
penentuan kebijakan pemerintah.
135. Price Discrimination
1. Tingkat pertama (first-degree price discrimination), membedakan harga pada
tiap titik kelas konsumen, sehingga surplus konsumen terserap sepenuhnya
2. Tingkat dua (second-degree price discrimination), membedakan harga pada
kelompok konsumen tertentu, sehingga surplus konsumen sebagian dapat
diserap. Perbedaan harga pada kurva demand yang sama
3. Tingkat tiga, membedakan harga pada kelompok konsumen dimana
perusahaan memperoleh keuntungan maksimum (harga pada kondisi MR=MC).
Perbedaan harga pada kurva deman yang berbeda
136. • Diskriminasi harga tingkat satu dan dua :
Q
302010
D
P
15
10
5
• Diskriminasi harga tingkat satu, perbedaan harga sepanjang kurva deman,
sehingga tidak ada lagi surplus konsumen
• Diskriminasi harga tingkat dua, membedakan harga pada konsumen tertentu
misalnya P=15 dengan Q=10, dan P=10 dengan Q=20
Price Discrimination
137. • Diskriminasi harga tingkat tiga, membedakan harga pada pasar yang yang berbeda (kurva
demand berbeda), sehingga penjualan disetiap pasar akan diperoleh MR=MC
(keuntungan maksimum)
• Contoh :
Q1 = 120 – 10P1 atau P1 = 12 – 0.1 Q1, MR1 = 12 – 0.2 Q1
Q2 = 120 – 20P2 atau P2 = 6 – 0.05 Q2, MR2 = 6 – 0.1 Q2
TC = 90 + 2Q, MC = 2
• Dengan menentukan MR1=MC dan MR2=MC, maka diperoleh :
MR1 = MC 12-0.2Q1 = 2 Q1 = 10/0.0.2 = 50
MR2 = MC 6-0.1Q2 = 2 Q2 = 4/0.1 = 40
• Maka :
P1 = 12-0.1(50) = 7
P2 = 6- 0.05(40) = 4
• Sehingga TR = P1Q1 + P2Q2 = 7(50) + 4(40) = 350 + 160 = 510
• TC = 90 + 2 (50+40) = 270
• Π = TC – TR = 510 – 270 = 240 (Laba dengan diskriminasi harga)
Price Discrimination
138. • Jika tidak terdapat diskriminasi harga maka perusahaan menjual produk tersebut dengan harga yang sama antara
kedua pasar (P1 = P2 + P)
Q = Q1 + Q2
Q = (120 – 10P1) +( 120- 20P2 )
Q 240 – 30 P
P = 8 – 0.033 Q
• Sehingga : TR = 8Q – 0.033^2 Q, MR = 8 - 0.067Q
TC = 90 +2Q, MC = 2
• Max profit : MR = MC
8 – 0.067Q =2
6 = 0.067Q
Q = 89.96 = 90
• P = 8 – 0.033 (90)
P = 8 – 2.997
P = 8 – 3 = 5
• TR = 5 (90) = 450 , dan TC = 90 + 2(90) = 270,
• Sehingga π = 450 – 270 = 180 (Laba tanpa diskriminasi harga)
• Jika tidak ada diskriminasi harga maka keuntungan lebih kecil 180 (sebelum diskriminasi harga) dibanding 240
(setelahdiskriminasi harga ).
Price Discrimination
144. 11. Monopolistic competition
• Cracteristic
• Profit-maximizing price and output in the short run
• Profit-maximizing price and output in the long run
• Evaluation of monopolistic competition
145. Cracteristic
• Banyak pembeli dan penjual
• Kegiatan penjual secara individual tidal berpengaruh secara siginifikan
terhadap penjual lainnya
• Pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar
146. Profit-maximizing price and output in the short run
MC
AC
D
MR
Q
P
Pc
Qc
Catatan : Keseluruhan perusahaan memiliki kurva permintaan dan kurva biaya
yang hampir sama
147. Profit-maximizing price and output in the long run
MC
AC
D
MR
Q
P
Pc
Qc
Catatan : Dalam jangka panjang P sama dengan AC dan tidak ada keuntungan
ekonomi. Tidak incentive bagi perusahaan baru. Perusahaan yang ada
hanya memperoleh return yang normal dan perusahaan yang ada tidak
bersedia keluar pasar.
148. Evaluation of monopolistic competition
• Monopolistic competition sering mengalami inefiensi operasi seperti
digambarkan pada gambar diatas (kondisi keseimbangan jangka panjang)
• Demand yang dihadapi perusahaan tidak horizontal seperti pada perfect
competition tetapi kurva demand yang menurun, sehingga tidak dapat mencapai
AC yang minimum.
• Disinilah pentingnya monopolistic melakukan generic brands karena banyak
pembeli bersedia membayar harga extra untuk itu.
• Efisiensi operasi monopolistic tergantung pada bagaimana mendapatkan benefit
dari product differentiation dan tambahan biaya atas produk tsb
162. Oligopoly
• Characteristics
• Price regidity : the kinked demand model
• Interdependence : the cournot model (Duopoly dan oligopoly)
• Cartels and collution (collution and cheaters)
• Price leadership (dominant firm price leadership and barometric price
leadership)
163. Characteristics
• Beberapa penjual dan banyak pembeli
• Produk bisa homogen atau juga berbeda dengan lainnya
• Masuk dan keluar pasar sulit
164. Price regidity : the kinked demand model
Q1=Lebih Elastis(-2P) Q2= Kurang Elastis (0.5P)
Q1=100-2P MR1=100-4P Q2=30-0.5P MR2=30-P
Q P=50-0.5Q MR1=50-P P=60-2Q MR2=60-4P
50 50 60 60
-0.5 -1 -2 -4
D1 MR1 D2 MR2
1 49.5 49 58 56
2 49 48 56 52
3 48.5 47 54 48
4 48 46 52 44
5 47.5 45 50 40
6 47 44 48 36
7 46.5 43 46 32
8 46 42 44 28
9 45.5 41 42 24
10 45 40 40 20
11 44.5 39 38 16
12 44 38 36 12
13 43.5 37 34 8
14 43 36 32 4
Catatan :
- Terdapat 2 kurva demand dan 2 kurva MR (lebih elastis dan kurang elastis)
- Pada kurva D lebih elastis, bila ada penjual menaikkan P maka penjual lainnya
tidak mengikuti, sehingga Q menurun tajam
- Sebaliknya pada kurva D kurang elastis, bila penjual menurunkan P maka penjual
lainnya ikut turun sehingga Q hanya sedikit bertambah
165. Oligopoli - Kinked Demand curva
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Quantity
D1
M R1
D2
M R2
Price regidity : the kinked demand model
Catatan :
- Terdapat 2 kurva demand dan 2 kurva MR (lebih elastis dan kurang elastis)
- Pada kurva D lebih elastis, bila ada penjual menaikkan P maka penjual lainnya
tidak mengikuti, sehingga Q menurun tajam (harga regidity atau kaku pd titik keseimbangan
- Sebaliknya pada kurva D kurang elastis, bila penjual menurunkan P maka penjual
lainnya ikut turun sehingga Q hanya sedikit bertambah
D2
MR1
MR2
D1
166. Price regidity : the kinked demand model
P1
Q2’
P2
Q2Q1
Q
P
d
D
167. Price regidity : the kinked demand model
Q
D2
MR2
MR1
D1
Qk
a
MC’
Pk
b
P
b
a
MC
MC”
Catatan :
-Perubahan MC ke MC’ dan ke MC” akan tetap
memberikan keuntungan maksimum karena
MR = MC, kecuali bila pergeseran MCdiluar
batas titik a dan b
168. Interdependence : the cournot model (Duopoly)
• Antara penjual saling tergantung, dan masing-masing
perusahaan memilih memproduksi pada profit
maximum (MR=MC)
• Asumsi duopoli memiliki output yg sama, tidak
melakukan perubahan output dan masing-masing
constan outputnya.
• Contoh :
P=950-Q, TR=950Q-Q^2, MR=950-2Q
AC konstan $50, sehingga MC=50
MR=MC
950-2Q =50
900 = 2Q
Q=450
169. Interdependence : the cournot model (Duopoly)
• Dalam hal duopoli maka 2 perusahaan akan memproduksi :
• Untuk Q1 :
P1=950-Q1-Q2, TR1= 950Q1 – Q1^2 – Q2Q1, MR1=950-2Q1-Q2
MC =50
MR1=MC
950-2Q1-Q2 =50
900 – 2Q1 – Q2 = 0
900 – Q2 = 2Q1
Q1 = 450 – 0.5Q2
• Untuk Q2
P2=950-Q1-Q2, TR2= 950Q2 – Q^2 – Q1Q2, MR2=950-2Q2-Q1
MC =50
MR2=MC
950-2Q2-Q1 =50
900 – 2Q2 – Q1 = 0
900 – Q1 = 2Q2
Q2 = 450 – 0.5Q1
171. Interdependence : the cournot model (Duopoly)
• The cournot model with n firms :
• Cournot oligopoli, diformulasikan :
Qn = Qc(n/(n+1), n = jumlah perusahaan
Q2 = 900 (2/(2+1) = 900(2/3) = 600
• Sehingga Q, P, dan π ountuk oligopoli model Cournot dapat sajikan dalam tabel
berikut ini :
Jumlah Output (Q) Price (P) Profit (TR-TC)
Firm (n) 900 P=950-Q AC=50
1 450 500 202,500
2 600 350 180,000
4 720 230 129,600
8 800 150 80,000
16 847 103 44,844
32 873 77 23,802
64 886 64 12,270
128 893 57 6,230
1000 899 51 808
Qn=Qc(n/(n+1)
Qc=900
n = Jumlah firm
172. Cartels and collution(collution and cheaters)
• Benefit dari cheating dari kesepakatan dalam kolusi :
d
D
Q
$
P1
P2
Q1
MC=AC
Q2
e
c
b g
f
a
Catatan :
- Secara individu perusahaan menetapkan harga P1 dan Q1, tetapi dengan
kolusi menetapkan harga lebih rendah pada P2 dan demand Q2, sehingga
terdapat benefit
- Benefit yg diperoleh adalah selisih antara tambahan keuntungan (befg) lebih
besar dari hilangnya keuntungan (aeP1P2)
Demand individu
(kurang elastis)
Demand asosiasi kolusi
(lebih elastis)
Harga yg disepakti oleh secara kolusi
173. Price leadership (dominant firm price leadership and barometric
price leadership)
• Dominant firm price leadershi
Q
MR-L
0
PL
Po
QL
P
QT
D - Leader
∑MC - Follower
D - Total
MC-Leader
Catatan :
- Jika harga Po maka perusahaan kecil (follower) akan memperoleh total demand
sementara perusahaan besar (leader) tidak dapat menjual karena tidak ada
kelebihan demand lagi (diserap oleh perusahaan kecil seluruhnya)
- Dengan harga PL, maka perusahaan leader akan memperoleh profit maximum
dengan QL
- Dengan harga PL maka perusahaan kecil akan menjual dengan jumlah QT – QL
dan perusahaan follower tidak memperoleh laba maximum
174. • Barometric price leadership
Penentuan harga mengarah pada bukan perusahaan dalam oligopoli
tetapi karena faktor lain diluar perusahaan
misalnya ;
• Meningkatnya upah buruh karena tuntutan SP
• Meningkatnya harga BBM, dll
• Perubahan kondisi pasar menentukan perubahan harga, dan
perubahan harga ini tidak sama antara perusahaan, tergantung
pada fungsi perusahaan dalam price leader
Price leadership (dominant firm price leadership and barometric
price leadership)
210. Ekuilibrium Umum dan Teori Ekonomi Kesejahteraan
• Ekuilibrium Umum
• Yang dimaksud dengan keseimbangan umum dalam pasar mampu menjadi alat distribusi
kesejahteraan melalui tercapainya keseimbangan antara harga dan kuantitas diseluruh pasar
industri secara simultan atau umum.
• Mekanisme pasar mampu menjadi alat distribusi kesejahteraan melalui distribusi pertukaran.
• Lewat pertukaran tersebut terjadi distribusi kekayaan dan atau pendapatan dengan pembayaran
atas penggunaan faktor produksi dan atau pembelian barang dan jasa.
• Yang menjadi masalah adalah bahwa proses tercapainya keseimbangan tersebut diasumsikan
berlangsung dalam satu pasar yang terisolasi dengan pasar lainnya. Padahal dalam kenyataannya
tidak demikian.
• Keadaan di pasar yang satu mempengaruhi pasar lainnya.
• Jika perusahaan-perusahaan dari industri lain ( terutama yang mengalami kerugian ) untuk
memasuki industri sepatu. Proses masuk keluar tersebut berhenti pada saat seluruh perusahaan
dalam seluruh industri menikmati laba normal.
211. Model keseimbangan umum yang paling sederhana digambarkan dalam diagram berikut :
Diagram 13.1
Model Keseimbangan Umum (simultan) Sederhana
(a)Industri Garmen (b) Industri Sepatu
212. Keseimbangan umum
Dalam perekonomian diasumsikan hanya ada dua industri, sebut saja industri pembuatan
pakaian jadi ( garmen ) dan sepatu. Struktur pasar adalah persaingan sempurna.
Keseimbangan awal masing-masing industri pada titik A ( Pg) dan B ( Ps ,Qs ) dimana
setiap perusahaan dalam setiap industri hanya menikmati laba normal ( kurvaAC = kurva
permintaan ).
Jika industri garmen menghadapi peningkatan permintaan ( kurva Dg), harga meningkat ke
Pg ( dengan output ) yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri garmen
menikmati laba super normal.
Sementara itu industri sepatu mengalami penurunan permintaan sehingga harga turun dari
Ps ke Ps. Perusahaan-perusahaan dalam industri sepatu mengalami kerugian ekonomi.
Hal ini ditambah dengan adanya laba super normal pada industri garmen, memotivasi
perusahaan-perusahaan dalam industri sepatu meninggalkan industri tersebut dan
memasuki industri garmen.
Akibatnya penawaran di industri garmen meningkat ke Sg yang mengakibatkan harga turun
kembali ke Pg dengan jumlah output Qg
213. Keseimbangan umum
Perusahaan-perusahaan dalam industri garmen akhirnya hanya menikmati laba normal.
Dalam industri sepatu, karena ada ( banyak ) perusahaan yang pergi, kapasitas produksi
menurun.
Akibatnya penawaran menurun ke Ss yang mendorong harga naik kembali ke Ps dengan
output Qs. Perusahaan-perusahaan yang masih bertahan dalam industri sepatu mengalami
perbaikan, sehingga dapat kembali menikmati laba normal.
Jika kedua industri telah mencapai keseimbangan , perekonomian dikatakan telah berada
dalam keseimbangan umum.
Penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam perekonomian dua pasar bila satu pasar
mencapai keseimbangan, maka pasar yang satunya juga mencapai keseimbangan. Prinsip
ini dapat digunakan dalam konteks yang lebih luas.
Dalam suatu perekonomian yang terdiri dari n pasar, jika n-1 pasar berada dalam
keseimbangan, maka pasar ke n akan mengalami keseimbangan. Pernyataan ini disebut
sebagai hukum Walras ( Walras Law ).
214. EFISIENSI PERTUKARAN ( AFFICIENCY IN EXCHANGE )
Perkonomian dikatakan efisien jika individu-individu dalam perekonomian ( konsumen – produsen ) telah berada dalam
kondisi keseimbanagan, melalui mekanisme pertukaran.
Dengan kata lain perekonomian telah berjalan efisien bila :
a) Terjadi mekanisme pertukaran yang efisien ( effisiency in exchange )
b) Produksi berjalan efisien (effisiency in production) Model Pertukaran Edgeworth ( Edgeworth Box )
Menurut Alfred Pareto, alokasi sumber daya dikatakan efisien bila barang dan jasa yang tidak dapat direalokasikan
(reallcated ) antar konsumen tanpa membuat salah satu konsumen dirugikan ( tingkat kepuasan menurun ).
Prinsip ini disebut prinsip Optimalisasi Pareto ( Pareto efficiency ). Untuk dapat memahami pernyataan diatas, kita
menyusun sebuah model ekonomi sederhana.
Dalam perekonomian dirumuskan hanya terdapat dua individu, A dan B, dan juga dua barang, pakaian (X) dan makanan
(Y).
Pakaian dan makanan didistribusikan antara A dan B seperti yang digambarkan dalam diagram 13.2.a dan 13.2.b, dimana
A memiliki pakaian sebanyak Xa dan makanan sebanyak Ya. B memiliki pakaian sebanyak Xb dan makanan sebanyak
Yb.
Dari informasi tersebut dapat disusun kotak pertukaran Edgeworth (Edgeworth Box), seperti pada diagram 13.2.c,
dimana D merupakan titik kepemilikan awal ( initial and owmen), titik dimulainya pertukaran antara A dan B.
216. Efisiensi pertukaran
Dengan kotak Edworth kita dapat menganalisis proses pertukaran antar individu dalam perekonomian
sampai mereka mencapai kondisi efisien.
Titik D dalam diagram 13.3 menunjukan kepemilikan awal ( initial endowmen ) A dan B. Preferensi A
digambarkan dengan kurva indeferensi A, sedangkan preferensi B, kurva indiferens B.
Dengan slove masing-masing kurva indiferensi terlihat perbedaan MRS yx ( berapa jumlah Y yang harus
dikorbankan untuk memperoleh tambahan konsumsi 1 unit X ) yang memungkinkan terjadi pertukaran.
Tujuan pertukaran dalah meningkatkan kepuasan masing-masing individu.
Secara grafis hal itu ditunjukan dengan letak kurva indiferensi A, dimana A < A < A dan seterusnya.
Demikian juga B <B <B dan seterusnya. Bagi A, pertukaran akan menguntungkan jika kepuasannya
meningkat ( ditunjukan oleh kurva A yang berada disebelah kanan atasnya ).
Sebaliknya bagi B pertukaran akan menguntungkan jika kepuasan meningkat ( kurva B yang berada di
sebelah bawahnya ).
218. Kondisi seperti digambarkan dalam persamaan (13.1), dalam diagram 13.3 ditunjukan
misalnya oleh titik-titik E, F, G.
Pada titik tersebut slove kurva indiferensi A adalah sama dengan slove kurva
indiferensi B, yaitu pada saat kurva indiferensi A bersinggungan dengan kurva
indiferensi B ( selama kurva indeferensi A dan B masih saling berpotongan,
pertukaran masih dapat terus dilakukan ).
Kombinasi tak terhingga dari berbagai kemungkinan keseimbangan digambarkan oleh
garis OAOB yang disebut kurva kontrak (contrac curve) yaitu kurva lokus ( tempat
kedudukan ) titik-titik keseimbangan Pareto sebagai hasil pertukaran antar individu.
219. EFISIENSI PRODUKSI (EFFICIENCY IN PRODUCTION)
Produksi dikatakan efisien bila penggunaan faktor produksi maupun penjualan output sudah efisien.
Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi (input effisiency): Penggunaan faktor produksi dikatakan efisien
secara teknis bila faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi output yang satu tidak dapat
direalokasikan untuk menambah output yang lain tanpa mengurangi produksi output yang bersangkutan.
Untuk lebih memahaminya, model Edgeworth ( pada diagram 13.3 ) dapat diadaptasi dengan
mengasumsikan bahwa output dalam perekonomian terdiri atas pakaian (X) dan makanan (Y), sedangkan
faktor produksi yang digunakan adalah mesin (K) dan tenaga kerja (L).
Harga penggunaan satu faktor produksi mesin adalah r, sedangkan harga penggunaan seorang tenaga kerja
adalah w. Kurva X1, X2,X3 adalah isokuan untuk pakaian dimana X1< X2< X3. Kurva Y1, Y2, Y3 adalah
isokuan untuk makanan dimana Y1<Y2<Y3 (diagram 13.4).
Titik-titik A,B,C adalah beberapa kombinasi penggunaan faktor produksi yang efisien karena MRTSIk
untuk memproduksi pakaian sama dengan MRTSIk untuk memproduksi makanan.
221. Bila perusahaan beroperasi dalam pasar factor produksi persaingan sempurna, keseimbangan
tercapai bila MRTSlk sama dengan rasio harga ke dua factor produksi ( MRTAlk = w/r ).
Karena dalam perekonomian ada lebih dari satu perusahaan yang beroperasi, kondisi efisien
pareto tercapai apabila: ( MRTS lk X = MRTS lk Y = ….. = MRTS lk A = w/r Lokus titik – titik
keseimbangan Pareto dari penggunaan factor produksi jugadisebut kurva kontrak ( contract
curve ), yang dalam diagram 13.4 digambarkan oleh garis OxOy.
Dari kurva OxOy dapat dikonstruksi kurva batas kemungkinan produksi ( production
Possibilities Frontier disingkat PPF ), seperti pada diagram 13.5 di bawah ini. Kurva PPF
merupakan kurva yang menunjukan berbagai kemungkinan kombinasi produksi yang
efisien,dengan jumlah factor – factor produksi ( tenaga kerja dan mesin ) yang digunakan tidak
berubah ( tetap ).
222.
223. Kurva PPF menurun dari kanan atas ke kiri bawah ( downward slopely ) karena adanya masalah ekonomi (
kelangkaan ). Untuk menambah produksi 1 unit pakaian ( X ),maka sejumlah makanan ( Y ) harus dikorbankan.
Begitu sebaliknya. Karena itu sudut kemiringan kurva PPF menggambarkan derajat tranformasi marjinal makanan
untuk pakain ( marginal rete of transformation atau MRT yx), yang menggambarkan berapa unit barang Y ( makanan
) harus dikorbankan untuk menambah produksi 1 unit barang X ( pakaian ).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa titik A biaya marjinal untuk memproduksi pakaian relative lebih rendah
dibandingkan titik C. Sebaliknya, di titik A biaya marjinal memproduksi makanan lebih tinggi dibandingkan di titik
C.
Dengan demikian sebenarnya dapat dikatakan bahwa titik – titik singgung sepanjang kurva PPF merupakan rasio
antara biaya marjinal memproduksi makanan dengan biaya marjinal memproduksi pakaian.
a)Efisiensi Output ( output efficiency )Sebuah perekonomian dikatakan mencapai efisiensi output (efficiency in
output) bila:
• Barang dan jasa diproduksi dengan biaya paling rendah ( minimum cost )
• Produsen mencapai keseimbangan ( producer’s equilibrium ), dimana MRT yx= Px/Py
• Barang dan jasa yang diproduksi memenuhi kebutuhan konsumen untuk mencapaikeseimbangan konsumen (
consumer’s equilibrium ), dimana MRSyx = Px/Py.
• Kondisi diatas dapat dijelaskan dalam diagram 13.6 berikut ini.
224.
225. Kondisi Keseimbangan
Dalam diagram di atas kondisi keseimbangan tercapai di titik D, pada titik persinggungan kurva
PPF dengan kurva indiferensi masyarakat ( U1 ), dengan kombinasi output ( X0,Y0 ).
Pada saat itu rasio harga factor produksi digambarkan oleh garis Px*Py*. Di titik tersebut
konsumen mencapai keseimbangan karena MRS yx = Py / Px.
Produsen juga mencapai keseimbangan karena MRTSlk = w/r. Di luar titik D, keseimbangan
simultan tidak akan terjadi. Di titik D, jumlah barang yang diminta konsumen sama persis dengan
jumlah barang yang ingin ditawarkan produsen.
Keseimbangan Ekonomi Secara Umum ( general equilibrium ) akan tercapai untuk semua barang
yang ada dalam perekonomian, jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pada
saat itu MRTYx = MRS yx.
226. Teori Ekonomi Kesejahteraan
• Kegiatan ekonomi yang tidak terlepas dari pasar pada dasarnya mementingkan keuntungan pelaku ekonomi dari
pasar tersebut.
• Sehingga sangat sulit menemukan ekonomi yang menyejahterakan jika dilihat dari mekanisme pasar yang ada.
• Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas
sosial dan ekonomi, kondisi tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam
masyarakat.
• Terdapat dua jenis ekonomi kesejahteraan, yaitu ekonomi kesejahteraan konvensional dan ekonomi
kesejahteraan syariah.
• Ekonomi kesejahteraan konvensional hanya menekankan pada kesejahteraan material saja, dengan
mengabaikan kesejahteraan spiritual dan moral.
• Ekonomi kesejahteraan syariah bertujuan mencapai kesejahteraan manusia secara menyeluruh, yaitu
kesejahteraan material, kesejahteraan spiritual dan moral.
• Konsep ekonomi kesejahteraan syariah bukan saja berdasarkan manifestasi nilai ekonomi, tetapi juga nilai moral
dan spiritual, nilai sosial dan nilai politik Islami.
• Dengan demikian ekonomi kesejahteraan syariah mempunyai konsep lebihkomprehensif (Mannan, 1970:358).
Namun yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai ekonomi kesejahteraan konvensional.
227. Teori Ekonomi Kesejahteraan
• Ekonomi memiliki tugas untuk memberi prinsip yang rasional bagi bisnis sebagai kegiatan
ekonomi, sehingga kegiatan ekonomi tersebut tidak hanya mengarah diri pada kebutuhan hidup
manusia perorang dan jangka pendek saja, tetapi juga memberi surplus bagi kesejahteraan
banyak orang dalam negara (Mikhael Huda:2000).
• Ilmu ekonomi kesejahteraan adalah salah satu cabang ekonomi yang normatif. Bidang bahasan
dari dari ekonomi kesejahteraan berkaitan dengan pertanyaan apa yang buruk dan apa yang baik.
Bidang kajian tersebut sangat berbeda dengan bidang kajian cabang ilmu ekonomi pasitif.
• Seperti ilmu ekonomi tenaga kerja, sejarah perekonomian, perdagangan internasional, moneter
serta ekonomi makro. Setiap ilmu ekonomi positif mencoba menjelaskan berbagai fenomena
empirik (Allan M. Feldman: 2000).
• Jadi dari pengertian di atas bisa kita temukan bahwa ekonomi kesejahteraan membahas tentang
bagaimana akhirnya kegiatan ekonomi bisa berjalan secara optimal.
• Ekonomi kesejahteraan dalam bahasanya juga akan memikirkan prinsip keadilan bagi seluruh
lapisan masyarakat. Kajian ini mengarahkan kegiatan ekonomi akan memberikan dampak positif
terhadap pelaku ekonomi. Yang mana dalam pengertian yang lebih luas pembahasan dalam
ekonomi kesejahteraan adalah pembahasan yang tidak terlepas dari konteks ilmu sosial.
228. Teori Ekonomi Kesejahteraan
• Keadaan pasar yang begitu kompetitif untuk mencari keuntungan, merupakan salah satu hal yang
menjadi penghambat untuk menuju kesejahteraan. Kompetitif dalam pasar merupakan hal yang
sangat wajar, karena persaingan menjadi sesuatu yang wajib dalam mekanisme pasar.
• Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kegiatan pasar akan banyak mempengaruhi optimal atau
tidaknya kegiatan ekonomi tersebut. Kompetisi dalam pasar juga bisa menimbulkan dampak
negatif untuk terwujudnya ekonomi kesejahteraan. Dimana kompetisi pasar membuat konteks
sosial yang harus diperhatikan dalam pencapaian ekonomi kesejahteraan menjadi lebih sulit
tercapai.
• Ilmu ekonomi kesejahteraan memulihkan hubungan antara pasar yang kompetitif dan optimalitas.
Sehingga pasar kompetitif menjadi sempurna. Sisi praktis dari ilmu ekonomi kesejahteraan
memulihkan kesenjangan antara pasar privat yang sempurna dengan realitas adanya eksternalitas
dan barang publik (Allan M. Feldman: 2000).
• Sehingga persaingan pasar yang tidak sempurna akan menjauhkan terewujudnya ekonomi untuk
kesejahteraan. Mekanisme pasar sangat penting untuk menwujudkan ekonomi kesejahteraan.
Dan kesulitan yang ditemukan adalah bagaimana mewujudkan itu, karena ada ekternalitas dan
barang publik yang kemudian harus diperhatikan.
229. Teori Ekonomi Kesejahteraan
• Eksternalitas akan membawa dua dampak, yakni dampak positif dan
dampak negatif. Ekternalitas yang merupakan salah satu indikator
terjadinya pasar persaingan sempurna perlu dicermati dalam
perwujudan ekonomi kesejahteraan.
• Karena pembahasan ekonomi kesejahteraan akan terus berbicara
bagaimana semuanya berjalan secara optimal dan pasar yang begitu
kompetitif berjalan secara sempurna.
• Sehingga ketika pasar tidak berjalan sempurna maka akan semakin
sulit pula mewujudkan ekonomi kesejahteraan.
230. Pengertian Ekonomi Kesejahteraan
• Ekonomi Kesejahteraan merupakan cabang ilmu ekonomi yang menggunakan teknik ekonomi mikro untuk menentukan
secara serempak efisiensi alokasi dari ekonomi makro dan akibat distribusi pendapatan yang berhubungan dengan itu
(O’Connel, 1982).
• Ekonomi kesejahteraan adalah kerangka kerja yang digunakan oleh sebagian besar ekonom publik untuk mengevaluasi
penghasilan yang diinginkan masyarakat (Rosen, 2005:99). Ekonomi kesejahteraan menyediakan dasar untuk menilai
prestasi pasar dan pembuat kebijakan dalam alokasi sumberdaya (Besley, 2002).
• Ekonomi kesejahteraan mencoba untuk memaksimalkan tingkatan dari kesejahteraan sosial dengan pengujian kegiatan
ekonomi dari individu yang ada dalam masyarakat. Kesejahteraan ekonomi mempunyai kaitan dengan kesejahteraan dari
individu, sebagai lawan kelompok, komunitas, atau masyarakat sebab ekonomi kesejahteraan berasumsi bahwa individu
adalah unit dasar pengukuran.
• Ekonomi kesejahteraan juga berasumsi bahwa individu merupakan hakim terbaik bagi kesejahteraan mereka sendiri, yaitu
setiap orang akan menyukai kesejahteraan lebih besar daripada kesejahteraan lebih kecil, dan kesejahteraan itu dapat
diukur baik dalam terminologi yang moneter atau sebagai suatu preferensi yang relatif.
• Kesejahteraan sosial mengacu pada keseluruhan status nilai guna bagi masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah sering
didefinisikan sebagai penjumlahan dari kesejahteraan semua individu di masyarakat.
• Kesejahteraan dapat diukur baik secara kardinal yang dalam dollar (rupiah), atau diukur secara ordinal dalam terminologi
nilai guna yang relatif.
• Metoda kardinal jarang digunakan sekarang ini oleh karena permasalahan agregat yang membuat ketelitian dari metoda
tersebut diragukan. Ada dua sisi dari ekonomi kesejahteraan, yaitu efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan. Efisiensi
ekonomi adalah positif, distribusi pendapatan adalah jauh lebih normatif.
231. Pendekatan Ekonomi Kesejahteraan Konvensional
• Pada Teori ekonomi kesejahteraan ada dua pendekatan yang dapat diambil, yaitu
pendekatan Neo-Klasik dan pendekatan ekonomi kesejahteraan yang baru
(modern).
• Pendekatan Neo-klasik telah dikembangkan oleh Pigou, Bentham, Sidgwich,
Edgeworth, dan Marshall.
• Pendekatan Neo-Klasik berasumsi bahwa nilai guna merupakan kardinal dan
konsumsi tambahan itu menyediakan peningkatan yangsemakin kecil dalam nilai
guna (diminishing marginal utility).
• Pendekatan Neo-Klasik lebih lanjut berasumsi bahwa semua individu mempunyai
fungsi nilai guna yang serupa, oleh karena itu hal tersebut mempunyai makna
untuk membandingkan nilai guna individu dengan nilai guna milik orang lain.
• Oleh karena asumsi ini, hal tersebut memungkinkan untuk membangun suatu
fungsi kesejahteraan sosial dengan hanya menjumlahkan seluruh fungsi nilai guna
individu.
232. Pendekatan Ekonomi Kesejahteraan Konvensional
• Kebanyakan ahli ekonomi menggunakan efisiensi Pareto, sebagai tujuan efisiensi
mereka. Menurut ukuran ini dari kesejahteraan sosial, suatu situasi adalah
optimal hanya jika tidak ada individu dapat dibuat lebih baik tanpa membuat
orang lain lebih buruk. Kondisi ideal ini hanya dapat dicapai jika empat kriteria
dipenuhi.
• Rata-rata marginal substitusi dalam konsumsi harus identik untuk semua
konsumen (tidak ada konsumen dapat dibuat lebih baik tanpa membuat
konsumen yang lain lebih buruk).
• Rata-rata transformasi di dalam produksi harus identik untuk semua produk
(adalah mustahil meningkatkan produksi setiap barang baik tanpa mengurangi
produksi dari barang-barang yang lain).
• Biaya sumber daya marginal harus sama dengan produk pendapatan marginal
untuk semua proses produksi (produk fisik marginal dari suatu faktor harus sama
dengan semua perusahaan yang memproduksi suatu barang).
233. Pendekatan Ekonomi Kesejahteraan Konvensional
• Rata-rata marginal substitusi konsumsi harus sama dengan rata-rata
marginal transformasi dalam produksi (proses produksi harus sesuai
dengan keinginan konsumen).
• Ada sejumlah kondisi yang kebanyakan ahli ekonomi setuju untuk
diperbolehkan tidak efisien meliputi: struktur pasar yang tidak sempurna
(seperti monopoli, monopsoni, oligopoli, oligopsoni, dan persaingan
monopolistik), alokasi faktor tidak, kegagalan pasar dan eksternalitas,
diskriminasi harga, penuruanan biaya rata-rata jangka panjang, beberapa
jenis pajak dan tarif.
• Untuk menentukan apakah suatu aktivitas sedang menggerakkan ekonomi
ke arah efisiensi Pareto dua uji kompensasi telah dikembangkan, setiap
perubahan pada umumnya membuat sebagian orang lebih baik selama
membuat orang yang lain tidak lebih buruk, maka uji ini menanyakan apa
yang akan terjadi jika pemenang mengganti kompensasi kepada yang kalah.
234. Ukuran Kesejahteraan
• Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu
suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya.
• Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti
lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi
serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
(www.menkokesra.go.id).
• Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi fisik, seperti
Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia), Physical Quality Life Index
(Indeks Mutu Hidup), Basic Needs (Kebutuhan Dasar), dan GNP/Kapita (Pendapatan
Perkapita). Ukuran kesejahteraan ekonomi inipun bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi
dan produksi (skala usaha).
• Dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung seberapa
besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk kebutuhan
sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode tertentu.
235. Ukuran Kesejahteraan
• Ukuran tingkat kesejahteraan manusia selalu mengalami perubahan. Pada 1950-an, sejahtera
diukur dari aspek fisik, seperti gizi, tinggi dan berat badan, harapan hidup, serta income.
• Pada 1980-an, ada perubahan di mana sejahtera diukur dari income, tenaga kerja, dan hak-hak
sipil. Pada 1990-an, Mahbub Ul-Haq, sarjana keturunan Pakistan, merumuskan ukuran
kesejahteraan dengan yang disebut Human Development Index (HDI).
• Dengan HDI, kesejahteraan tidak lagi ditekankan pada aspek kualitas ekonomi-material saja,
tetapi juga pada aspek kualitas sosial suatu masyarakat.
• Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitanya, memiliki banyak indikator keberhasilan yang
dapat diukur.
• Dalam hal ini Thomas dkk, (2005:15) menyampaikan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah
ke bawah dapat di representasikan dari tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya
kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
dan peningkatan produktivitas masyarakat.
• Kesemuanya itu merupakan cerminan dari peningkatan tingkat pendapatan masyarakat golongan
menengah kebawah.
236. Ukuran Kesejahteraan
• Todaro secara lebih spesifik mengemukakan bahwa fungsi
kesejahteraan W (walfare) dengan persamaan sebagai berikut:
W = W (Y, I, P)
Dimana: Y adalah pendapatan perkapital, I adalah ketimpangan dan P
adalah kemiskinan absolut. Ketiga variabel ini mempunyai signifikan
yang berbeda, dan harus dipertimbangkan secara menyeluruh untuk
menilai kesejahteraan negara berkembang.
• Berkaitan dengan fungsi persamaan kesejahteraan diatas,
diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan
pendapatan perkapita, namun berhubungan negatif dengan
kemiskinan.
237. Kriteria Pareto
Kriteria yang paling banyak digunakan dalam menilai ekonomi kesejahteraan adalah
pareto criteria yang dikemukakan oleh ekonom berkebangsaan Italia bernama Vilfredo
Pareto.
Kriteria ini menyatakan bahwa suatu perubahan keadaan (eg. Intervention) dikatakan
baik atau layak jika dengan perubahan tersebut ada (minimal satu) pihak yang
diuntungkan dan tidak ada satu pihakpun yang dirugikan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pareto criteria adalah pareto improvement dan
pareto efficient.
Kedua hal ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan suatu kebijakan ekonomi.
Adapun yang dimaksud dengan pareto improvement adalah jika keputusan perubahan
masih dimungkinkan menghasilkan minimal satu pihak yang better off tanpa membuat
pihak lain worse off.
Pareto efficient adalah sebuah kondisi di mana tidak dimungkinkan lagi adanya
perubahan yang dapat mengakibatkan pihak yang diuntungkan (bettering off) tanpa
menyebabkan pihak lain dirugikan (worsening off).
238. Tingkatan Kesejahteraan Menurut Teori Pareto
• Dalam teori ekonomi mikro ada yang dikenal dengan teori Pareto yang
menjelaskan tentang tiga jenis tingkatan kesejahteraan, yaitu pertama
pareto optimal.
• Dalam tingkatan pareto optimal terjadinya peningkatan kesejahteraan
seseorang atau kelompok pasti akan mengurangi kesejahteraan orang atau
kelompok lain.
• Kedua, pareto non optimal. Dalam kondisi pareto non-optimal terjadinya
kesejahteraan seseorang tidak akan mengurangi kesejahteraan orang lain.
• Ketiga, pareto superior. Dalam kondisi pareto superior terjadinya
peningkatan kesejahteraan seseorang tidak akan mengurangi
kesejahteraan tertinggi dari orang lain.
239. Tingkatan Kesejahteraan Menurut Teori Pareto
• Menurut teori pareto tersebut, ketika kondisi kesejahteraan masyarakat
sudah mencapai pada kondisi pareto optimal maka tidak ada lagi kebijakan
pemerintah yang dapat dilakukan.
• Kelemahan dari konsep Pareto Optimal adalah tidak dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial yang mendasar dari distribusi dan
redistribusi.
• Ekonomi kesejahteraan konvensional pada saat mempunyai masalah dalam
alokasi dan mencoba memecahkan masalah alokasi tersebut berdasarkan
pada pertimbangan nilai yang berubah-ubah dari alokasi tersebut.
• Pertimbangan nilai yang berubah-ubah tersebut berlaku pada fungsi
kesejahteraan konvensional. Pengertian ini bukan dasar yang kokoh dari
ilmu ekonomi kesejahteraan (Chowdhury,1999).