1. z
studi
perilaku-lingkungan
mata kuliah pengantar arsitektur – minggu ke-4
architecture-UNUSRA
semester ganjil – tahun ajaran 2018/2019
Ali Amin Soewarno, ST, MURP
Sumber:
Environment-Behaviour Studies
Gary T. Moore
From J.C. Snyder & A.J. Catanese (Eds.)
Introduction to Architecture
New York: McGraw-Hill. Pp. 46-71
2. z
pendahuluanarchitecture-UNUSRA
vitruvius
f i r m n e s s
c o m m o d i t y
d e l i g h t
modern
t e c h n o l o g y
f u n c t i o n
a e s t h e t i c s
architecture
as a synthetic
discipline
e n g i n e e r i n g
s o c i a l s c i e n c e s
t h e a r t s
proses
perancangan
function/commodity environment-behavior studies
good
architecture
3. z
pendahuluanarchitecture-UNUSRA
environment-behavior studies
human-environment studies
social ecology
human factors
behavioral architecture
programming
environmental psychology
user needs
social and behavioral studies
terms / istilah lain
studi perilaku-lingkungan
studi manusia dan lingkungan
ekologi social
faktor manusia
arsitektur perilaku
pemrograman (arsitektur)
psikologi lingkungan
kebutuhan pengguna
studi perilaku dan sosial
research terms istilah penelitian
applied terms istilah terapan
4. z
pendahuluanarchitecture-UNUSRA terms / istilah lain
Studi Perilaku lingkungan dalam arsitektur tidak hanya
bersinggungan dengan fungsi, namun lebih dalam dari
itu, menyangkut psikologi dari pengguna, bagaimana
persepsi pengamat terhadap bentuk bangunan,
kebutuhan interaksi sosial, keberagaman budaya dalam
gaya hidup, dan arti dan simbol dari bangunan.
5. z
pendahuluanarchitecture-UNUSRA terms / istilah lain
LINGKUNGAN SOCIO-PHYSICAL
EKSTERNAL
KEBUTUHAN
DALAM DIRI
MANUSIA
P
B
E
B=f(P E)
U
Perilaku (B) sebagai fungsi dari
kebutuhan dalam diri mahluk
hidup (P) dan lingkungan
sosio-fisik luar (E)
6. z
pendahuluanarchitecture-UNUSRA
Studi Perilaku lingkungan dalam arsitektur mempelajari
penelaahan secara sistematis (systematic examination)
atas hubungan antara lingkungan dan perilaku manusia,
serta aplikasinya dalam proses perancangan
apa yang dilakukan?
pertanyaan mendasar / basic questions:
Bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan buatan?
How do people interact with the built environment?
Dalam interaksi tersebut, apa yang dibutuhkan manusia?
What are their needs?
Bagaimana kita menerapkan informasi yang kita dapatkan dari dua hal
diatas dalam proses perancangan?
How do we apply such understanding in the design process?
7. z
pendahuluanarchitecture-UNUSRA cakupan?
studi perilaku-lingkungan
fungsi estetika teknologi
pertimbangan 2D
(posisi dan perletakan,
dll)
pertimbangan
quantifiable
(alur sirkulasi,
kedekatan fungsi, dll)
preferensi
pengalaman
persepsi atas dunia
(formal aesthetics +
user-based
experiential
aesthetics)
contoh:
struktur yang
mengekspresikan
kekokohan/perlindung
an
struktur yang
mengekspersikan
kelegaan (airiness)
atau keringanan
(lightness)
9. z
proses
perancangan
architecture-UNUSRA
gap arsitekwarga/kelompok pengguna
• more professionally specialized
• socially differentiated (ethnic,
age based, special interest
groups
• less highly trained
• verbal thinkers
• highly trained
• visual thinkers
“Common Sense yang dimiliki arsitek bukanlah common sense dari pengguna, sangat
jelas mengingat yang satunya telah mendapatkan pelatihan profesional, dan yang
satunya tidak. Olehnya, mari kita tinggalkan intuisi dari arsitek dan mencoba untuk
mencaritahu kebutuhan dari pengguna, melalui eksperimen dan perumusan teori. Ilmu
pengetahuan tidak memiliki jalan pintas intuitif” (Neils Prak).
latar belakang masalah
11. z
proses
perancangan
architecture-UNUSRA
studi perilaku-lingkungan dalam arsitektur:
tujuan pembahasan
meninjau ragam informasi terkait perilaku-lingkungan (Irwin
Altman – architectural psychologist)
• fenomena lingkungan-perilaku
• kelompok pengguna
• setting
melihat dimana posisi informasi terkait perilaku-
lingkungan dalam proses desain mempengaruhi
pertimbangan arsitektural
1
2
12. z
proses
perancangan
architecture-UNUSRA
fenomena
ragam informasi terkait perilaku-lingkungan
• proxemics (pola perilaku individual)
ragam jarak diantara dua orang yang
dianggap nyaman untuk interaksi
sosial
faktor-faktor desain fisik
physical design factors
• privacy (pola perilaku individual)
mekanisme kontrol dari seseorang
untuk mengatur seberapa cepat dan
seberapa intens interaksinya dengan
orang lain.
• arti dan simbolisme (pertimbangan
desain berbasis budaya)
• pola sosial (komunitas & ling.sekitar)
13. z
proses
perancangan
architecture-UNUSRA
kelompok pengguna/user groups
ragam informasi terkait perilaku-lingkungan
kelompok pengguna yang berbeda
• kebutuhan yang berbeda
• pola pemanfaatan (ruang,
bangunan) yang berbeda
• dipengaruhi dengan cara
yang berbeda oleh kualitas
lingkungan
• anak-anak
• etnis yang berbeda
• difabel
• autis
• manula
• mahasiswa unusra
• dll
14. z
proses
perancangan
architecture-UNUSRA
settings
ragam informasi terkait perilaku-lingkungan
• skala (dari ruang hingga
dunia)
• kriteria untuk tipe bangunan
tertentu
• focus secara holistic: faktor
perilaku, sosial, dan budaya
• lingkungan
permukiman ramah
anak
• perumahan untuk
manula
• lingk. permukiman
untuk beragam
kelompok
sosiokultural
15. z
proses
perancangan
architecture-UNUSRA ragam informasi terkait perilaku-lingkungan
dunia
.
.
negara
regional
kota
kawasan perkotaan
permukiman
kompleks bangunan
ragam tipe bangunan
bagian dari bangunan
ruang
perabot
peralatan dan benda
settings/tempat
anthropometrics
proxemics
personal space
teritoriality
privacy
persepsi
kognisi
a r t i
.
.
fenomena/konsep perilaku
anak-anak
m a n u l a
d i f a b e l
i n f i r m
kelompok sosioekonomi
yang beragam
kelompok dengan gaya hidup
yang beragam
user groups
16. z
proses
perancangan
architecture-UNUSRA studi perilaku lingkungan dalam proses desain
pemrograman
alternarif preliminary design
prediksi dan evaluasi
pengaruh bangunan; dari
pilihan alternatif (yang
terbaik) di atas
pengembangan desain
gambar kerja, spesifikasi
dan kontrak
gambar kerja, spesifikasi
dan kontrak
konstruksi
penggunaan dan
penyesuaian
POE (Postoccupancy
Evaluation) / Evaluasi
Purna Huni
Riset murni perilaku-
lingkungan
Riset arsitektur terapan
pemrograman
alternarif preliminary design
alternarif preliminary design
Impact assessment
proyek berikutnya
studi perilaku lingkungan dalam proses desain
(J. Ziesel, 1975)
17. z
fenomena &
desain
architecture-UNUSRA studi perilaku lingkungan dalam proses desain
manusia
lingkungan
anthropometrics
semiotics
mengacu kepada kondisi manusia yang menjadi
acuan, nyata, dan dapat diobservasi
mengacu kepada efek/pengaruh dari lingkungan
yang latent (berpotensi, namun belum terlihat),
highly ephemeral (sangat singkat), dan covert
(rahasia).
18. z
fenomena &
desain
architecture-UNUSRA studi perilaku lingkungan dalam proses desain
setting perilaku (Roger Baker)
1. Pola perilaku yang menonjol atau tipe perilaku yang umum terjadi. Contoh
berhenti ngobrol saat berpapasan dengan teman.
2. Aturan dan manfaat social yang mengatur perilaku, termasuk norma dan
ekspektasi. Contoh: para manula biasanya bercakap-cakap dalam durasi
yang lama, dan selama bercakap biasanya melibatkan sentuhan dan jarak
yang berdekatan (aturan social).
3. Fitur fisik dari tempat/lingkungan yang dianggap penting. elemen dan
hubungannya dengan lingkungan fisik tidak dapat dipisahkan dari perilaku.
Contoh: luasan dan bentuk dari ruang sosial di panti jompo, ceruk tempat
orang berkumpul di jalur sirkulasi yang padat.
4. Time locus, jangka waktu dimana sebuah perilaku terjadi, harian,
mingguan, bulanan atau dalam ritme sesuai musim.
dalam hubungannya dengan arsitektur, didefinisikan sebagai sebuah unit
dasar dari analisis interaksi perilaku-lingkungan yang memiliki 4 karakteristik:
19. z
fenomena &
desain
architecture-UNUSRA semiotics
Tujuan utama desain:
menciptakan bentuk yang memuaskan perilaku
Caranya?
kesesuaian dengan konteks perilaku, social dan budaya
jika komponen setting/lokasi harmonis dengan aturan
atau tujuan, maka dikatakan ada kecocokan (fit) antara
lingkungan dan perilaku, antara bentuk dan tujuan.
Pada kondisi demikian, setting perilaku disebut
synomorphic.
21. z
fenomena &
desain
architecture-UNUSRA proxemics
proxemics:
observasi dan teori yang saling berhubungan
mengenai faktor spasial terkait interaksi face-
to-face.
Contoh: (penelitian Robert Sommer)
• jarak ternyaman untuk percakapan dari dua orang adalah 5 feet 6 inches
• percakapan santai sering berlangsung dimana kedua orang duduk dalam posisi
90 derajad
• pembicaraaan kooperatif berlangsung saling bersisian (side by side)
• perilaku mandiri seperti makan sendiri di restoran, biasanya terjadi di pojok
• tugas atau perdebatan yang kompetitif berlangsung ketika orang duduk saling
berhadapan secara langsung dipisahkan meja atau dalam jarak yang kecil.
22. z
fenomena &
desain
architecture-UNUSRA proxemics
Edward Hall menyimpulkan terdapat 4 jarak utama:
• intimate
• personal
• social-consultative
• public
berguna untuk menentukan: minimum dan maximum luasan ruangan,
lounges, meeting halls, seminar rooms, dll
23. z
fenomena &
desain
architecture-UNUSRA personal space
Personal Space:
lingkaran atau gelembung kecil, imajiner dan protektif yang dibawa oleh
organisme dan dipertahankan antara dirinya dan orang lain, yang mana
berupa zona pembatas tubuh (buffer zone) berupa ruang yang personal
dan tidak dapat dimasuki individu lain. (Robert Sommer)
sifat personal space:
dinamik, dapat berubah dimensinya, diakibatkan oleh stress dan anxiety akibat intrusi.
apa yang dapat mempengaruhi personal space?
• karakter individual ( kepribadian, mood, jenis kelamin, umur)
• norma sosial dan aturan budaya terkait konteks lingkungan fisik yang beragam.
24. z
fenomena &
desain
architecture-UNUSRA territory & territoriality
Territory dan Territoriality:
mengacu kepada sekelompok setting-perilaku yang akan dipersonalisasi
oleh seseorang, ditandai, dimiliki, dan dipertahankan.
sifat territori:
tidak seperti personal space, territory tidak dapat berpindah-pindah.
lima karakter menentukan dari territori
• mengacu kepada wilayah ruang
• dimiliki, diatur oleh seseorang atau kelompok
• menjadi alat pemuasan kebutuhan atau motif dari seseorang atau kelompok
• ruang tersebut ditandai secara kongkrit atau simbolik
• orang akan mempertahankan atau setidaknya merasa kurang nyaman jika dilanggar
oleh penyusup
25. z
small-group
ecology
architecture-UNUSRA perilaku-lingkungan dalam group kecil
ekologi grup kecil: istilah terkait
pertimbangan-pertimbangan dari
hubungan perilaku-lingkungan dalam
situasi group-kecil.
• jarak proxemic untuk berbagai aktivitas
• dimensi, bentuk, karakter dari ruang
yang mempengaruhi hubungan
interpersonal
27. z
small-group
ecology
architecture-UNUSRA privacy, density, crowding, and stress
Chermayeff & Alexander:
skema untuk menganalisa perumahan terkait dengan privasi dan komunitas:
1. area privat individual, terkait diri perorangan
2. area privat keluarga atau kelompok kecil, terkait kelompok pemakai utama/primer
(rumah, asrama)
3. area privat kelompok besar, terkait kelompok sekunder, misalnya pengendalian dari
perilaku dari seluruh penghuni dalam bangunan apartemen
4. area publik, menyangkut interaksi dari kelompok-kelompok besar dengan
public/masyarakat, misalnya jalan masuk/entrance public dari bangunan
5. area semi-public perkotaan, yang dalam pengawasan pemerintah atau institusi terkait
akses public dengan izin/aturan tertentu: bank, kantor pos, airport, balaikota
6. area public perkotaan, dimiliki dan diakses oleh public: taman, mall, jalan-jalan.
28. z
small-group
ecology
architecture-UNUSRA privacy, density, crowding, and stress
privacy -
community
kepadatan -
keramaian
density / kepadatan: perhitungan matematis dari jumlah manusia dalam satu unit
luasan
crowding/keramaian: konsep psikologis atau konsep perilaku-lingkungan yang
mengacu pada pengalaman dalam situasi terkurung, terhalang, atau frustasi
akibat kehadiran terlalu banyak manusia.
crowding dapat diakibatkan oleh kepadatan, namun sebenarnya timbul akibat
persepsi kita mengenai kepadatan, dan tergantung pada mood, kepribadian, dan
konteks lingkungan.
stress
29. z
small-group
ecology
architecture-UNUSRA privacy, density, crowding, and stress
mekanisme control
interpersonal
personal space
territory
perilaku verbal
perilaku non verbal
Isolasi sosial
privasi yang terjadi
melebihi privasi yang
diinginkan
crowding
privasi yang terjadi
kurang dari privasi
yang diinginkan
Privasi yang
diinginkan
(ideal)
Privasi yang
dicapai
(outcome/terjadi)
Optimum
(privasi yang
terjadi = privasi
yang diinginkan)
Hubungan antara privasi
personal space, territoriality
dan crowding
(Altman, 1975)
Editor's Notes
Studi perilaku lingkungan adalah disiplin ilmu yang multidisipliner
prioritas arsitek atas faktor estetika daripada fungsi kemungkinan akan bertolakbelakang dari prioritas pengguna bangunan. Postoccupancy evaluation dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu proyek.
prioritas arsitek atas faktor estetika daripada fungsi kemungkinan akan bertolakbelakang dari prioritas pengguna bangunan. Postoccupancy evaluation dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu proyek.
prioritas arsitek atas faktor estetika daripada fungsi kemungkinan akan bertolakbelakang dari prioritas pengguna bangunan. Postoccupancy evaluation dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu proyek.
prioritas arsitek atas faktor estetika daripada fungsi kemungkinan akan bertolakbelakang dari prioritas pengguna bangunan. Postoccupancy evaluation dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu proyek.
prioritas arsitek atas faktor estetika daripada fungsi kemungkinan akan bertolakbelakang dari prioritas pengguna bangunan. Postoccupancy evaluation dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu proyek.
prioritas arsitek atas faktor estetika daripada fungsi kemungkinan akan bertolakbelakang dari prioritas pengguna bangunan. Postoccupancy evaluation dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu proyek.
prioritas arsitek atas faktor estetika daripada fungsi kemungkinan akan bertolakbelakang dari prioritas pengguna bangunan. Postoccupancy evaluation dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu proyek.
prioritas arsitek atas faktor estetika daripada fungsi kemungkinan akan bertolakbelakang dari prioritas pengguna bangunan. Postoccupancy evaluation dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu proyek.
konsep teritori awalnya justru muncul berdasarkan pengamatan dari hewan seperti primate dan burung.