SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
Program SETAPAK mendorong perbaikan tata
kelola hutan dan lahan sebagai dasar untuk mencapai
pengelolaan hutan yang berkelanjutan, mengurangi
emisi gas rumah kaca, dan mendukung pertumbuhan
ekonomi rendah karbon. Aksi langsung masyarakat sipil
sangat penting bagi tata kelola hutan dan lahan yang
baik. Selain itu juga sangat penting untuk meningkatkan
kepedulian publik dan meningkatkan pentingnya
aturan hukum di semua tingkatan pemerintahan untuk
menjamin keberlanjutan lingkungan hidup.
Mitra SETAPAK di Aceh telah secara aktif merestorasi
wilayah hutan yang dirusak oleh perkebunan kelapa sawit
dan mendesak pemerintahan lokal, regional dan nasional
untuk menghentikan rencana eksploitasi Ekosistem
Leuser yang dilindungi, yakni salah satu wilayah yang
paling beragam kehidupan flora dan faunanya di muka
bumi. Aktivitas ini memperlihatkan betapa pentingnya
aksi masyarakat yang kuat dan terkoordinasi dalam
meminta pertanggungjawaban pemerintah.
“Kabupaten memberi dukungan kuat pada
penghijauan wilayah hutan yang dilindungi.
Inilah yang diharapkan untuk mencegah
bencana ekologis di Tamiang,” Razuardi
Ibrahim, sekretaris Bupati Tamiang Aceh.
Restorasi Hutan Aceh
Tutupan hutan Aceh | Foto : Rhett Butler
Menghijaukan dan
Melindungi Hutan Aceh
Pada tanggal 29 September 2014, suara gergaji mesin
bergemuruh di dekat Tenggulun, sebuah desa di
Kabupaten Tamiang, perbatasan Aceh dan Sumatera
Utara. Kali ini suara mesin tersebut merupakan pertanda
baik bagi hutan Tamiang, yang merupakan bagian dari
Ekosistem Lueser. Suara mesin ini menandai awal proyek
pembersihan 1.071 hektar lahan perkebunan kelapa
sawit ilegal di hutan lindung dan menghijaukan kembali
wilayah hutan lindung tersebut. Anggota komunitas lokal
bergabung pada acara ini saat kepala KPH Wilayah III
memotong pohon kelapa sawit, dan menanam satu bibit
pohon lokal sebagai gantinya. Sejak awal acara ini, seluas
enam hektar lahan yang terbentang sepanjang sepuluh
kilometer telah dibersihkan, yang ditandai dan lahannya
ditanami kembali dengan tanaman hutan.
HAkA (Hutan Alam dan Lingkungan Aceh), salah satu
mitra SETAPAK, bekerja mengadvokasi dan memulihkan
kawasan hutan dalam Ekosistem Leuser, di mana
pimpinan daerah sebelumnya telah menerbitkan izin
ilegal untuk perkebunan kelapa sawit, yang melanggar
status lindung kawasan hutan tersebut. Tezar Pahlevie,
manajer wilayah HAkA, mengatakan, “Upaya-upaya
seperti restorasi ini dan aksi masyarakat yang lebih luas
dibutuhkan untuk menyelamatkan rakyat Aceh Tamiang
dari bencana ekologis.” Proyek ini membuat pemerintah
Aceh, Dinas Kehutanan provinsi Aceh dan KPH Wilayah
III, Forum Konservasi Leuser (FKL), LSM-LSM lokal
lain, serta komunitas lokal dan polisi bergabung bersama
untuk menyelamatkan Leuser.
Untuk mengedukasi komunitas lokal mengenai
akibat ekologis kelapa sawit yang merusak di hutan
lindungserta meningkatkan kesadaran terhadap nilai
hutan Tamiang, maka para staf dan sukarelawan HAkA
menyelenggarakan berbagai pertemuan, lokakarya yang
mendidik, dan melakukan advokasi dari pintu ke pintu.
Hasilnya, tuntutan komunitas untuk merestorasi hutan
Tamiang semakin bertambah banyak. Dengan dukungan
komunitas, HAkA menyelenggarakan serangkaian
pertemuan dengan para pejabat pemerintah lokal dan
bupati untuk mendiskusikan keuntungan ekologis dan
sosial dari pemulihan hutan lindung, dan pekerjaan ini
mensyaratkan rehabilitasi hutan. Setelah pertemuan-
pertemuan itu, Bupati mendukung, dan pada tanggal 6
November 2014, Bupati mengeluarkan keputusan untuk
melegalisasi ditutupnya perkebunan sawit dan restorasi
1.071 hutan dan mangrove di Aceh Tamiang.
Sejak tahun 2000, di kecamatan Tenggulun, Aceh
Tamiang, hutan-hutan lindung ditebangi dan ditanami
kelapa sawit pada lahan seluas lebih dari 4.000 hektar
secara ilegal. “Lebih dari 10.000 hektar hutan di dataran
tinggi telah rusak parah,” kata Rudi Putra, staf HAkA
yang diberi penghargaan bergengsi Goldman Prize
pada tahun 2014. Pembabatan lahan ini telah merusak
hutan-hutan yang ada. Dalam proses investigasi, HAkA
mengidentifikasi dua puluh enam perusahaan memiliki
perkebunan ilegal di hutan Tamiang. Hasil penyelidikan
ini kemudian dilaporkan kepada penegak hukum
berwenang, yang kemudian menuntut satu perusahaan
atas pembabatan lahan ilegal dan satu orang dipenjara
selama enam bulan serta denda sebesar Rp 10 juta,
ditambah satu orang lagi dijadikan sebagai tersangka.
Memangkas kelapa sawit untuk memulihkan hutan | Foto: Greeners
Hutan Aceh Tamiang adalah bagian dari Ekosistem
Leuser, hutan terkenal di dunia yang membentang seluas
2,6 juta hektar yang termasuk dalam daftar International
Union for Conservation of Nature (IUCN), sebagai salah
satu “Tempat yang Paling Tak Tergantikan di Dunia.”
Kawasan ini meliputi dua gunung, tiga danau dan lebih
dari sembilan sistem sungai, sehingga merupakan hutan
dengan area terluas yang masih tersisa di Asia dan
memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan
terkenal dunia. Ekosistem ini merupakan lokasi terakhir
di muka bumi di mana gajah-gajah Sumatera, orang utan,
badak, dan harimau langka yang terancam punah masih
hidup di alam liar. Pembabatan lahan hutan Tamiang telah
membelah koridor kehidupan alam liar – koridor penting
bagi spesies-spesies yang terancam punah ini untuk
berhubungan dengan populasi lainnya.
Hutan Tamiang juga berfungsi sebagai penyimpanan air
yang menyerap curah hujan dengan baik untuk mencegah
banjir. Konversi hutan telah menyebabkan bencana seperti
banjir bandang dan longsor yang semakin parah di Aceh,
yang mengakibatkan banyak korban jiwa setiap tahunnya,
dan merusak produksi pertanian. Pembabatan hutan dalam
skala besar, yang menurut perhitungan HAkA melebihi
80.000 hektar, telah merusak parah kemampuan hutan
untuk menahan banjir. Pada tahun 2006, banjir besar dan
longsor telah melanda Aceh Tamiang. “Berdasarkan data
Bank Dunia, banjir di tahun 2006 menelan biaya sebesar
Rp 1 triliun (US$77 juta). Banjir tersebut disebabkan
oleh penyusutan signifikan tutupan hutan pada kawasan
serapan air Tamiang,” kata Rudi.
Meskipun Ekosistem Leuser dirancang sebagai Kawasan
Strategis Nasional, dimana secara hukum seharusnya
dilarang melakukan praktek tata guna tanah yang
merusak lingkungan, namun konservasi tetap menghadapi
tantangan yang besar. Sebagian besar kawasan ini
memang dilindungi, namun perusahaan-perusahaan
perkebunan, dan perusahaan konsesi kayu tetap ada di
dalamnya, atau berdampingan dengannya. Aceh telah
kehilangan lebih dari sepertiga tutupan hutannya selama
20 tahun terakhir, dan selama 2005 hingga 2009, 36.000
hektar hutan telah dirusak.
Ekspansi perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu
penyebab hilangnya hutan di Indonesia. Perkebunan-
perkebunan baru seringkali dibuka dengan membabat
habis hutan dan lahan gambut karena biayanya lebih
mahal untuk merehabilitasi lahan yang sudah digunakan
daripada untuk membabat lahan baru. Perusahaan
perkebunan sering membiayai operasinya dengan
menebangi hutan dan menjual kayu atau bubur kayunya,
dan di banyak kasus tidak melakukan hal lain kecuali
membabat lahan.
Permintaan global CPO yang meluas telah mendorong
perkebunan masuk ke dalam hutan tropis di mana-mana,
termasuk di Ekosistem Leuser. Selain memberi akibat
yang signifikan pada tutupan hutan, keanekaragaman
hayati, emisi karbon dan penyimpanan karbon, gangguan-
gangguan ini – termasuk penebangan, pembakaran, dan
pembangunan jalan yang berkaitan dengan operasinya
– menyebabkan perkebunan sawit juga telah membagi-
bagi wilayah hutan, merusak habitat satwa, menghalangi
migrasi satwa dan memperbanyak perambahan hutan.
Perkebunan juga mencemari tanah dan air dengan
pestisida, menarik hama seperti tikus, dan menyebabkan
erosi tanah serta menambah sedimentasi di sungai,
dan pabrik kelapa sawit juga sering membuang bahan-
bahan yang tidak diolah terlebih dahulu ke dalam
aliran air. Pemberhentian ekspansi perusahaan kelapa
sawit sangat penting untuk mengurangi emisi karbon
dioksida Indonesia, menjaga keanekaragaman hayati, dan
mengurangi korban jiwa manusia dan kerugian ekonomi
pada komunitas-komunitas lokal.
Memulihkan Layanan Ekosistem Yang Penting
Bisnis Licin
Kelapa sawit merupakan minyak yang dapat dikonsumsi yang diambil dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis
guineensis). Minyak ini digunakan di seluruh dunia dalam jumlah banyak untuk produk-produk makanan pabrik
seperti margarin, sop, saus, es krim, biskuit, mi instan dan produk-produk pangan lainnya. Minyak ini adalah yang
paling murah dan paling banyak digunakan di dunia, terhitung 65 persen dari minyak ini diperdagangkan secara
internasional. Minyak ini juga mulai banyak digunakan dalam bahan bakar bio-diesel, serta dalam pembuatan
pelumas, deterjen, sabun dan kosmetik.
Kelapa sawit adalah minyak goreng yang populer diantara para produsen karena hasil panennya tinggi, tidak
membutuhkan sebanyak lahan dibandingkan dengan minyak goreng lain. Kelapa sawit disukai oleh industri
makanan karena murah dan semi padat di suhu ruang. Indonesia adalah produsen terbesar sawit di dunia (23,6 juta
ton di tahun 2011) yang memenuhi sekitar separuh produksi global. Hasil ini diharapkan berlipat ganda di tahun
2030. Minyak sawit saat ini menyumbang sekitar 4,5 persen PDB Indonesia, dan Sumatera memiliki sekitar 67
persen dari kawasan kelapa sawit (9,2 juta hektar), dan menyumbang 74 persen produksi nasional.
Pemusnahan kebun sawit ilegal telah mencapai 200 hektar dari target tahap pertama seluas 1.071 hektar | Foto: Junaidi Hanafiah
Program SETAPAK The Asia Foundation, yang didanai oleh UK Climate Change Unit, fokus pada perbaikan tata
kelola hutan dan lahan di Indonesia. Selain mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mitigasi perubahan iklim
global, program ini membantu desentralisasi tata kelola hutan dan lahan di Indonesia untuk menjamin transparansi
dan akuntabilitas dalam pengelolaan, perlindungan dan distribusi manfaat sumber daya alam yang bertujuan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Langkah selanjutnya dalam mengembalikan hutan
Tamiang setelah membabat bersih kelapa sawit adalah
menanami kembali pepohonan lokal. Beragam donor,
termasuk Forum Konservasi Lingkungan (FKL), telah
menyumbang Rp 600 juta (sekitar US$ 50.000) untuk
kerja penghutanan kembali Namun menurut Kepala
Kehutanan dan Perkebunan Tamiang, dibutuhkan Rp
3 miliar (sekitar US$ 240.000) lagi untuk kerja ini.
Untuk mendukung permohonan alokasi anggaran dari
pemerintah kabupaten dan nasional bagi restorasi, HAkA
bekerja sama dengan pemerintah lokal dengan meminta
pemerintah pusat mendanainya dan melakukan kajian
anggaran yang didukung oleh Sekretariat Nasional Forum
Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas FITRA).
Kajian ini akan menentukan seberapa banyak uang yang
dibutuhkan untuk restorasi dan badan pemerintah mana
saja yang harus bertanggung jawab.
Untuk melindungi tutupan hutan yang tersisa di masa
depan, koalisi sepuluh LSM, yang dinamai Koalisi
Penyelamatan Hutan dan Lingkungan Aceh mengadvokasi
moratorium penggunaan tanah untuk industri perkebunan
kelapa sawit di -kabupaten Tamiang. Menurut penelitian
HAkA, hanya 20 persen atau 46.100 hektar tutupan hutan
alam yang masih tersisa di Aceh Tamiang. Lahan-lahan di
beberapa kecamatan yang tersisa telah dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit dan karet, konsesi pertambangan
dan pemukiman manusia. Koalisi Penyelamatan Hutan
dan Lingkungan Aceh telah memproduksi sebuah
policy paper dan mempresentasikannya pada Bupati
dalam sebuah pertemuan untuk mempromosikan
manfaat melindungi hutan daripada mengkonversinya
menjadi perkebunan kelapa sawit atau pertambangan.
Perlindungan hutan Tamiang yang tersisa sangat penting
untuk melindungi sumber air untuk komunitas lokal Aceh
Tamiang dan untuk menjaga Ekosistem Leuser dan fungsi
mitigasi perubahan iklim.
Membiayai Penghutanan Kembali

More Related Content

What's hot

Makalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingMakalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingAba Abdillah
 
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutAlfian Isnan
 
Makalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riauMakalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riaunur azizah
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5necromotion
 
MANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANMANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANEDIS BLOG
 
11 sumberdaya-alam-hutan
11 sumberdaya-alam-hutan11 sumberdaya-alam-hutan
11 sumberdaya-alam-hutanKoran Bekas
 
Makalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingMakalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingAba Abdillah
 
Artikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerArtikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerRody Gusnantoro
 
Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Antonius Marhenanto
 
Penebangan hutan
Penebangan hutanPenebangan hutan
Penebangan hutanshasa_natha
 
Tugas ips nadya
Tugas ips nadyaTugas ips nadya
Tugas ips nadyanadyavero
 
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Fatur Fatkhurohman
 

What's hot (20)

Makalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal loggingMakalah tentang illegal logging
Makalah tentang illegal logging
 
Sumber Daya Alam Hutan
Sumber Daya Alam HutanSumber Daya Alam Hutan
Sumber Daya Alam Hutan
 
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
 
Penebangan hutan
Penebangan hutanPenebangan hutan
Penebangan hutan
 
Makalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riauMakalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riau
 
Sumber daya hutan
Sumber daya hutanSumber daya hutan
Sumber daya hutan
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5
 
MANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANMANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTAN
 
Sumber daya hutan
Sumber daya hutanSumber daya hutan
Sumber daya hutan
 
Hutan dan upaya konservasi
Hutan dan upaya konservasiHutan dan upaya konservasi
Hutan dan upaya konservasi
 
11 sumberdaya-alam-hutan
11 sumberdaya-alam-hutan11 sumberdaya-alam-hutan
11 sumberdaya-alam-hutan
 
The Use and Restoration Of Ecosystem
The Use and Restoration Of EcosystemThe Use and Restoration Of Ecosystem
The Use and Restoration Of Ecosystem
 
Makalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingMakalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+logging
 
Restorasi 021109
Restorasi 021109Restorasi 021109
Restorasi 021109
 
Artikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerArtikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputer
 
Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014
 
Penebangan hutan
Penebangan hutanPenebangan hutan
Penebangan hutan
 
Tugas ips nadya
Tugas ips nadyaTugas ips nadya
Tugas ips nadya
 
Dampak konversi hutan
Dampak konversi hutanDampak konversi hutan
Dampak konversi hutan
 
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
 

Viewers also liked

Final grafik-recording-dari-seminar-nasional
Final grafik-recording-dari-seminar-nasionalFinal grafik-recording-dari-seminar-nasional
Final grafik-recording-dari-seminar-nasionalAksi SETAPAK
 
Tawhid & shirk توحید اور شرک
Tawhid & shirk توحید اور شرکTawhid & shirk توحید اور شرک
Tawhid & shirk توحید اور شرکArshad khan
 
Performance as a feature - Scale conf
Performance as a feature - Scale confPerformance as a feature - Scale conf
Performance as a feature - Scale confJohn Clegg
 
Photojournalism on powerpoint
Photojournalism on powerpointPhotojournalism on powerpoint
Photojournalism on powerpointLouise Reed
 
Case study monitoring-forest-fires-in-south-sumatra
Case study monitoring-forest-fires-in-south-sumatraCase study monitoring-forest-fires-in-south-sumatra
Case study monitoring-forest-fires-in-south-sumatraAksi SETAPAK
 
Masöz Miray Ataköy
Masöz Miray Ataköy Masöz Miray Ataköy
Masöz Miray Ataköy Ayşe Mutlu
 

Viewers also liked (8)

Seattle
SeattleSeattle
Seattle
 
Final grafik-recording-dari-seminar-nasional
Final grafik-recording-dari-seminar-nasionalFinal grafik-recording-dari-seminar-nasional
Final grafik-recording-dari-seminar-nasional
 
Tawhid & shirk توحید اور شرک
Tawhid & shirk توحید اور شرکTawhid & shirk توحید اور شرک
Tawhid & shirk توحید اور شرک
 
Performance as a feature - Scale conf
Performance as a feature - Scale confPerformance as a feature - Scale conf
Performance as a feature - Scale conf
 
Photojournalism on powerpoint
Photojournalism on powerpointPhotojournalism on powerpoint
Photojournalism on powerpoint
 
Phee
PheePhee
Phee
 
Case study monitoring-forest-fires-in-south-sumatra
Case study monitoring-forest-fires-in-south-sumatraCase study monitoring-forest-fires-in-south-sumatra
Case study monitoring-forest-fires-in-south-sumatra
 
Masöz Miray Ataköy
Masöz Miray Ataköy Masöz Miray Ataköy
Masöz Miray Ataköy
 

Similar to Case study restorasi-hutan-aceh

Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdfHutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdfvitodery
 
Kelas XI Bab - LINGKUNGAN HIDUP - USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN.ppt
Kelas XI Bab - LINGKUNGAN HIDUP - USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN.pptKelas XI Bab - LINGKUNGAN HIDUP - USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN.ppt
Kelas XI Bab - LINGKUNGAN HIDUP - USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN.pptKasmarullah S
 
Kimia akibat konversi hutan
Kimia   akibat konversi hutanKimia   akibat konversi hutan
Kimia akibat konversi hutanAziz_Kurniawan
 
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...imaniar nastiti
 
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]Rahthino Giovanni
 
PPT Silvofishery_BrinEnvirotalk.pdf
PPT Silvofishery_BrinEnvirotalk.pdfPPT Silvofishery_BrinEnvirotalk.pdf
PPT Silvofishery_BrinEnvirotalk.pdfWiwinBudiarti1
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanhenengsuseno
 
Makalah konservasi gambut
Makalah konservasi gambutMakalah konservasi gambut
Makalah konservasi gambut11682204417
 
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganSumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganRestu Waras Toto
 
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)Luluk Uliyah
 
Kearifan lokal dalam Bidang Kehutan
Kearifan lokal dalam Bidang KehutanKearifan lokal dalam Bidang Kehutan
Kearifan lokal dalam Bidang KehutanAnisa Salma
 
Presentasi hukum lingkungan
Presentasi hukum lingkunganPresentasi hukum lingkungan
Presentasi hukum lingkunganYuli Aulia
 
pendahuluan (agro forestry)
pendahuluan (agro forestry)pendahuluan (agro forestry)
pendahuluan (agro forestry)Yudha D'pharaoh
 
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxselasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxssusere7fb6a
 
Kabar bahari
Kabar bahariKabar bahari
Kabar bahariKIARA
 

Similar to Case study restorasi-hutan-aceh (20)

Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdfHutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
 
Kelas XI Bab - LINGKUNGAN HIDUP - USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN.ppt
Kelas XI Bab - LINGKUNGAN HIDUP - USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN.pptKelas XI Bab - LINGKUNGAN HIDUP - USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN.ppt
Kelas XI Bab - LINGKUNGAN HIDUP - USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN.ppt
 
Konservasi
KonservasiKonservasi
Konservasi
 
Kimia akibat konversi hutan
Kimia   akibat konversi hutanKimia   akibat konversi hutan
Kimia akibat konversi hutan
 
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
 
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
 
PPT Silvofishery_BrinEnvirotalk.pdf
PPT Silvofishery_BrinEnvirotalk.pdfPPT Silvofishery_BrinEnvirotalk.pdf
PPT Silvofishery_BrinEnvirotalk.pdf
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutan
 
Makalah konservasi gambut
Makalah konservasi gambutMakalah konservasi gambut
Makalah konservasi gambut
 
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganSumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
 
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
 
Kearifan lokal dalam Bidang Kehutan
Kearifan lokal dalam Bidang KehutanKearifan lokal dalam Bidang Kehutan
Kearifan lokal dalam Bidang Kehutan
 
Presentasi hukum lingkungan
Presentasi hukum lingkunganPresentasi hukum lingkungan
Presentasi hukum lingkungan
 
pendahuluan (agro forestry)
pendahuluan (agro forestry)pendahuluan (agro forestry)
pendahuluan (agro forestry)
 
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxselasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
 
Presentasi lingkungan hidup
Presentasi lingkungan hidupPresentasi lingkungan hidup
Presentasi lingkungan hidup
 
Kerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.pptKerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.ppt
 
Kerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.pptKerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.ppt
 
Kabar bahari
Kabar bahariKabar bahari
Kabar bahari
 
Sumber Daya Hutan 2.pptx
Sumber Daya Hutan 2.pptxSumber Daya Hutan 2.pptx
Sumber Daya Hutan 2.pptx
 

More from Aksi SETAPAK

Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-womenWacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-womenAksi SETAPAK
 
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digitalWacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digitalAksi SETAPAK
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesianUncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesianAksi SETAPAK
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-englishUncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-englishAksi SETAPAK
 
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesianTata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesianAksi SETAPAK
 
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesiaTaf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesiaAksi SETAPAK
 
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...Aksi SETAPAK
 
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahanStudi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahanAksi SETAPAK
 
State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013Aksi SETAPAK
 
Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1Aksi SETAPAK
 
Ruang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasiRuang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasiAksi SETAPAK
 
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambangRakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambangAksi SETAPAK
 
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013Aksi SETAPAK
 
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesianPolicy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesianAksi SETAPAK
 
Policy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-englishPolicy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-englishAksi SETAPAK
 
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-landPolicy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-landAksi SETAPAK
 
Policy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-englishPolicy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-englishAksi SETAPAK
 
Policy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesianPolicy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesianAksi SETAPAK
 
Policy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-englishPolicy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-englishAksi SETAPAK
 
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesianPolicy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesianAksi SETAPAK
 

More from Aksi SETAPAK (20)

Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-womenWacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
Wacana 33-the-fight-for-forest-control-and-the-struggle-of-indigenous-women
 
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digitalWacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
Wacana 33-masyarakat-adat-dan-perebutan-penguasaan-hutan-arsip-digital
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesianUncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-indonesian
 
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-englishUncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
Uncovering regional-wealth-seknas-fitra-english
 
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesianTata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
Tata kelola-hutan-dan-lahan-2015-indonesian
 
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesiaTaf forest and-land-governance-in-indonesia
Taf forest and-land-governance-in-indonesia
 
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
Suplemen wacana-33-masyarakat-hukum-adat-adalah-penyandang-hak-subjek-hukum-d...
 
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahanStudi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
Studi delphi-meningkatkan-tata-kelola-hutan-dan-lahan
 
State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013State of-the-forest-report-2009-2013
State of-the-forest-report-2009-2013
 
Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1Setapak news-edition-1
Setapak news-edition-1
 
Ruang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasiRuang hampa-pasca-proklamasi
Ruang hampa-pasca-proklamasi
 
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambangRakyat menggugat-koalisi-tambang
Rakyat menggugat-koalisi-tambang
 
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
Portret keadaan-hutan-indonesia-2009-2013
 
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesianPolicy brief-yayasan-spora-indonesian
Policy brief-yayasan-spora-indonesian
 
Policy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-englishPolicy brief-swandiri-institute-english
Policy brief-swandiri-institute-english
 
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-landPolicy brief-sampan-more-permits-than-land
Policy brief-sampan-more-permits-than-land
 
Policy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-englishPolicy brief-prakarsa-borneo-english
Policy brief-prakarsa-borneo-english
 
Policy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesianPolicy brief-ppkmlb-indonesian
Policy brief-ppkmlb-indonesian
 
Policy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-englishPolicy brief-ppkmlb-english
Policy brief-ppkmlb-english
 
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesianPolicy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
Policy brief-pena-psap-konphalindo-indonesian
 

Case study restorasi-hutan-aceh

  • 1. Program SETAPAK mendorong perbaikan tata kelola hutan dan lahan sebagai dasar untuk mencapai pengelolaan hutan yang berkelanjutan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendukung pertumbuhan ekonomi rendah karbon. Aksi langsung masyarakat sipil sangat penting bagi tata kelola hutan dan lahan yang baik. Selain itu juga sangat penting untuk meningkatkan kepedulian publik dan meningkatkan pentingnya aturan hukum di semua tingkatan pemerintahan untuk menjamin keberlanjutan lingkungan hidup. Mitra SETAPAK di Aceh telah secara aktif merestorasi wilayah hutan yang dirusak oleh perkebunan kelapa sawit dan mendesak pemerintahan lokal, regional dan nasional untuk menghentikan rencana eksploitasi Ekosistem Leuser yang dilindungi, yakni salah satu wilayah yang paling beragam kehidupan flora dan faunanya di muka bumi. Aktivitas ini memperlihatkan betapa pentingnya aksi masyarakat yang kuat dan terkoordinasi dalam meminta pertanggungjawaban pemerintah. “Kabupaten memberi dukungan kuat pada penghijauan wilayah hutan yang dilindungi. Inilah yang diharapkan untuk mencegah bencana ekologis di Tamiang,” Razuardi Ibrahim, sekretaris Bupati Tamiang Aceh. Restorasi Hutan Aceh Tutupan hutan Aceh | Foto : Rhett Butler Menghijaukan dan Melindungi Hutan Aceh
  • 2. Pada tanggal 29 September 2014, suara gergaji mesin bergemuruh di dekat Tenggulun, sebuah desa di Kabupaten Tamiang, perbatasan Aceh dan Sumatera Utara. Kali ini suara mesin tersebut merupakan pertanda baik bagi hutan Tamiang, yang merupakan bagian dari Ekosistem Lueser. Suara mesin ini menandai awal proyek pembersihan 1.071 hektar lahan perkebunan kelapa sawit ilegal di hutan lindung dan menghijaukan kembali wilayah hutan lindung tersebut. Anggota komunitas lokal bergabung pada acara ini saat kepala KPH Wilayah III memotong pohon kelapa sawit, dan menanam satu bibit pohon lokal sebagai gantinya. Sejak awal acara ini, seluas enam hektar lahan yang terbentang sepanjang sepuluh kilometer telah dibersihkan, yang ditandai dan lahannya ditanami kembali dengan tanaman hutan. HAkA (Hutan Alam dan Lingkungan Aceh), salah satu mitra SETAPAK, bekerja mengadvokasi dan memulihkan kawasan hutan dalam Ekosistem Leuser, di mana pimpinan daerah sebelumnya telah menerbitkan izin ilegal untuk perkebunan kelapa sawit, yang melanggar status lindung kawasan hutan tersebut. Tezar Pahlevie, manajer wilayah HAkA, mengatakan, “Upaya-upaya seperti restorasi ini dan aksi masyarakat yang lebih luas dibutuhkan untuk menyelamatkan rakyat Aceh Tamiang dari bencana ekologis.” Proyek ini membuat pemerintah Aceh, Dinas Kehutanan provinsi Aceh dan KPH Wilayah III, Forum Konservasi Leuser (FKL), LSM-LSM lokal lain, serta komunitas lokal dan polisi bergabung bersama untuk menyelamatkan Leuser. Untuk mengedukasi komunitas lokal mengenai akibat ekologis kelapa sawit yang merusak di hutan lindungserta meningkatkan kesadaran terhadap nilai hutan Tamiang, maka para staf dan sukarelawan HAkA menyelenggarakan berbagai pertemuan, lokakarya yang mendidik, dan melakukan advokasi dari pintu ke pintu. Hasilnya, tuntutan komunitas untuk merestorasi hutan Tamiang semakin bertambah banyak. Dengan dukungan komunitas, HAkA menyelenggarakan serangkaian pertemuan dengan para pejabat pemerintah lokal dan bupati untuk mendiskusikan keuntungan ekologis dan sosial dari pemulihan hutan lindung, dan pekerjaan ini mensyaratkan rehabilitasi hutan. Setelah pertemuan- pertemuan itu, Bupati mendukung, dan pada tanggal 6 November 2014, Bupati mengeluarkan keputusan untuk melegalisasi ditutupnya perkebunan sawit dan restorasi 1.071 hutan dan mangrove di Aceh Tamiang. Sejak tahun 2000, di kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang, hutan-hutan lindung ditebangi dan ditanami kelapa sawit pada lahan seluas lebih dari 4.000 hektar secara ilegal. “Lebih dari 10.000 hektar hutan di dataran tinggi telah rusak parah,” kata Rudi Putra, staf HAkA yang diberi penghargaan bergengsi Goldman Prize pada tahun 2014. Pembabatan lahan ini telah merusak hutan-hutan yang ada. Dalam proses investigasi, HAkA mengidentifikasi dua puluh enam perusahaan memiliki perkebunan ilegal di hutan Tamiang. Hasil penyelidikan ini kemudian dilaporkan kepada penegak hukum berwenang, yang kemudian menuntut satu perusahaan atas pembabatan lahan ilegal dan satu orang dipenjara selama enam bulan serta denda sebesar Rp 10 juta, ditambah satu orang lagi dijadikan sebagai tersangka. Memangkas kelapa sawit untuk memulihkan hutan | Foto: Greeners
  • 3. Hutan Aceh Tamiang adalah bagian dari Ekosistem Leuser, hutan terkenal di dunia yang membentang seluas 2,6 juta hektar yang termasuk dalam daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN), sebagai salah satu “Tempat yang Paling Tak Tergantikan di Dunia.” Kawasan ini meliputi dua gunung, tiga danau dan lebih dari sembilan sistem sungai, sehingga merupakan hutan dengan area terluas yang masih tersisa di Asia dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan terkenal dunia. Ekosistem ini merupakan lokasi terakhir di muka bumi di mana gajah-gajah Sumatera, orang utan, badak, dan harimau langka yang terancam punah masih hidup di alam liar. Pembabatan lahan hutan Tamiang telah membelah koridor kehidupan alam liar – koridor penting bagi spesies-spesies yang terancam punah ini untuk berhubungan dengan populasi lainnya. Hutan Tamiang juga berfungsi sebagai penyimpanan air yang menyerap curah hujan dengan baik untuk mencegah banjir. Konversi hutan telah menyebabkan bencana seperti banjir bandang dan longsor yang semakin parah di Aceh, yang mengakibatkan banyak korban jiwa setiap tahunnya, dan merusak produksi pertanian. Pembabatan hutan dalam skala besar, yang menurut perhitungan HAkA melebihi 80.000 hektar, telah merusak parah kemampuan hutan untuk menahan banjir. Pada tahun 2006, banjir besar dan longsor telah melanda Aceh Tamiang. “Berdasarkan data Bank Dunia, banjir di tahun 2006 menelan biaya sebesar Rp 1 triliun (US$77 juta). Banjir tersebut disebabkan oleh penyusutan signifikan tutupan hutan pada kawasan serapan air Tamiang,” kata Rudi. Meskipun Ekosistem Leuser dirancang sebagai Kawasan Strategis Nasional, dimana secara hukum seharusnya dilarang melakukan praktek tata guna tanah yang merusak lingkungan, namun konservasi tetap menghadapi tantangan yang besar. Sebagian besar kawasan ini memang dilindungi, namun perusahaan-perusahaan perkebunan, dan perusahaan konsesi kayu tetap ada di dalamnya, atau berdampingan dengannya. Aceh telah kehilangan lebih dari sepertiga tutupan hutannya selama 20 tahun terakhir, dan selama 2005 hingga 2009, 36.000 hektar hutan telah dirusak. Ekspansi perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu penyebab hilangnya hutan di Indonesia. Perkebunan- perkebunan baru seringkali dibuka dengan membabat habis hutan dan lahan gambut karena biayanya lebih mahal untuk merehabilitasi lahan yang sudah digunakan daripada untuk membabat lahan baru. Perusahaan perkebunan sering membiayai operasinya dengan menebangi hutan dan menjual kayu atau bubur kayunya, dan di banyak kasus tidak melakukan hal lain kecuali membabat lahan. Permintaan global CPO yang meluas telah mendorong perkebunan masuk ke dalam hutan tropis di mana-mana, termasuk di Ekosistem Leuser. Selain memberi akibat yang signifikan pada tutupan hutan, keanekaragaman hayati, emisi karbon dan penyimpanan karbon, gangguan- gangguan ini – termasuk penebangan, pembakaran, dan pembangunan jalan yang berkaitan dengan operasinya – menyebabkan perkebunan sawit juga telah membagi- bagi wilayah hutan, merusak habitat satwa, menghalangi migrasi satwa dan memperbanyak perambahan hutan. Perkebunan juga mencemari tanah dan air dengan pestisida, menarik hama seperti tikus, dan menyebabkan erosi tanah serta menambah sedimentasi di sungai, dan pabrik kelapa sawit juga sering membuang bahan- bahan yang tidak diolah terlebih dahulu ke dalam aliran air. Pemberhentian ekspansi perusahaan kelapa sawit sangat penting untuk mengurangi emisi karbon dioksida Indonesia, menjaga keanekaragaman hayati, dan mengurangi korban jiwa manusia dan kerugian ekonomi pada komunitas-komunitas lokal. Memulihkan Layanan Ekosistem Yang Penting Bisnis Licin Kelapa sawit merupakan minyak yang dapat dikonsumsi yang diambil dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis). Minyak ini digunakan di seluruh dunia dalam jumlah banyak untuk produk-produk makanan pabrik seperti margarin, sop, saus, es krim, biskuit, mi instan dan produk-produk pangan lainnya. Minyak ini adalah yang paling murah dan paling banyak digunakan di dunia, terhitung 65 persen dari minyak ini diperdagangkan secara internasional. Minyak ini juga mulai banyak digunakan dalam bahan bakar bio-diesel, serta dalam pembuatan pelumas, deterjen, sabun dan kosmetik. Kelapa sawit adalah minyak goreng yang populer diantara para produsen karena hasil panennya tinggi, tidak membutuhkan sebanyak lahan dibandingkan dengan minyak goreng lain. Kelapa sawit disukai oleh industri makanan karena murah dan semi padat di suhu ruang. Indonesia adalah produsen terbesar sawit di dunia (23,6 juta ton di tahun 2011) yang memenuhi sekitar separuh produksi global. Hasil ini diharapkan berlipat ganda di tahun 2030. Minyak sawit saat ini menyumbang sekitar 4,5 persen PDB Indonesia, dan Sumatera memiliki sekitar 67 persen dari kawasan kelapa sawit (9,2 juta hektar), dan menyumbang 74 persen produksi nasional.
  • 4. Pemusnahan kebun sawit ilegal telah mencapai 200 hektar dari target tahap pertama seluas 1.071 hektar | Foto: Junaidi Hanafiah Program SETAPAK The Asia Foundation, yang didanai oleh UK Climate Change Unit, fokus pada perbaikan tata kelola hutan dan lahan di Indonesia. Selain mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mitigasi perubahan iklim global, program ini membantu desentralisasi tata kelola hutan dan lahan di Indonesia untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan, perlindungan dan distribusi manfaat sumber daya alam yang bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Langkah selanjutnya dalam mengembalikan hutan Tamiang setelah membabat bersih kelapa sawit adalah menanami kembali pepohonan lokal. Beragam donor, termasuk Forum Konservasi Lingkungan (FKL), telah menyumbang Rp 600 juta (sekitar US$ 50.000) untuk kerja penghutanan kembali Namun menurut Kepala Kehutanan dan Perkebunan Tamiang, dibutuhkan Rp 3 miliar (sekitar US$ 240.000) lagi untuk kerja ini. Untuk mendukung permohonan alokasi anggaran dari pemerintah kabupaten dan nasional bagi restorasi, HAkA bekerja sama dengan pemerintah lokal dengan meminta pemerintah pusat mendanainya dan melakukan kajian anggaran yang didukung oleh Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas FITRA). Kajian ini akan menentukan seberapa banyak uang yang dibutuhkan untuk restorasi dan badan pemerintah mana saja yang harus bertanggung jawab. Untuk melindungi tutupan hutan yang tersisa di masa depan, koalisi sepuluh LSM, yang dinamai Koalisi Penyelamatan Hutan dan Lingkungan Aceh mengadvokasi moratorium penggunaan tanah untuk industri perkebunan kelapa sawit di -kabupaten Tamiang. Menurut penelitian HAkA, hanya 20 persen atau 46.100 hektar tutupan hutan alam yang masih tersisa di Aceh Tamiang. Lahan-lahan di beberapa kecamatan yang tersisa telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan karet, konsesi pertambangan dan pemukiman manusia. Koalisi Penyelamatan Hutan dan Lingkungan Aceh telah memproduksi sebuah policy paper dan mempresentasikannya pada Bupati dalam sebuah pertemuan untuk mempromosikan manfaat melindungi hutan daripada mengkonversinya menjadi perkebunan kelapa sawit atau pertambangan. Perlindungan hutan Tamiang yang tersisa sangat penting untuk melindungi sumber air untuk komunitas lokal Aceh Tamiang dan untuk menjaga Ekosistem Leuser dan fungsi mitigasi perubahan iklim. Membiayai Penghutanan Kembali