SlideShare a Scribd company logo
1 of 77
Download to read offline
MODEL PENDIDIKAN
MONTESSORI
Aninditya H. Andaninggar
Arafani Saezarina Soe’oed
Dien Nurdini Nurdin
Dian Pratiwi Saraswati
Fitri Arlinkasari
Ratih Rizki Retinofa
SEJARAH MODEL PENDIDIKAN
MONTESSORI
SEJARAH MONTESSORI (1)
Nama
“Montessori”
diambil dari
nama
pendirinya:
Maria
Montessori
Lahir di
Chiaravalle,
Italia, 1970.
Kuliah
Kedokteran
bidang
spesialisasi
Pediatric
Pernah bekerja di rumah sakit jiwa
• Mulai tertarik dengan anak-anak
berkebutuhan khusus
• Melakukan observasi untuk
memahami kebutuhan anak &
mengembangkan metode belajar
yang sesuai
• Ternyata anak “untouchable”
merespon metode belajar tsb. 
masalah bukan terletak di anak,
tetapi dari lingkungan dan
pendekatan orang dewasa
• Mulai dipanggil sebagai “Guru”
SEJARAH MONTESSORI (2)
Mendirikan
sekolah
Casa dei
Bambini
(Children’s
House) di
Roma,
tahun 1907
Ditujukan
untuk
anak-anak
marginal
bawah
sebagai
tempat
penitipan
selama
orang tua
mereka
bekerja
Menciptakan
lingkungan
sekolah yang baik
dan nyaman:
• Metode belajar
dikembangkan
sesuai ciri
perkembangan
anak
• Penyesuaian
ukuran alat-alat
sekolah dengan
tangan anak-
anak
Sekolah
yang
dikembang-
kan berhasil
membentuk
anak
menjadi
pembelajar
yang rajin
Hasil
observasi di
sekolah
dirangkum
dalam tulisan
& teori-teori
yg kemudian
berkembang
menjadi
dasar
program
pendidikan
untuk anak-
anak
Dasar Pemikiran Montessori
Montessori memandang
anak apa adanya
Menciptakan lingkungan
yang memberikan
penyaluran potensial
tertinggi anak (fisik,
spiritual, emosional, dan
intelektual)
• J.J. Rousseau  kunci keberhasilan dengan
melihat keunikan masing2 anak dan
mengajarkan hal yang konkrit
• Johann Pestalozzi  sensitivitas anak harus
dilatih secara terus menerus dan bertahap
(sederhana menuju kompleks)
• Froebel  menciptakan pendidikan formal
untuk anak di bawah 6 tahun. Menggunakan
permainan
Dasar pemikiran dari 3 tokoh yaitu :
Ketiga tokoh menekankan : potensi bawaan dan
kemampuan anak akan berkembang sesuai
dengan kondisinya, peran lingkungan hanya
memberikan arahan dan bimbingan yang tepat
Montessori percaya bahwa ada hubungan
kerja sama dan saling mengisi antara
anak-anak dengan orang dewasa
• Konsentrasi dan gigih mengerjakan pekerjaan yang
menjadi pilihan
• Dapat berespon pada realitas (tanpa harus berpura-
pura)
Anak dapat memberikan contoh perilaku
kepada orang dewasa yang patut ditiru
• Observasi
• Kebebasan anak
• Persiapan anak menghadapi
lingkungan
3 prinsip
penting
dalam
menciptakan
sistem
pendidikan :
TUJUAN MODEL PENDIDIKAN
MONTESSORI
TUJUAN MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI
Tujuan ada di dalam diri anak
• dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
• dapat menjalankan tugas kemasyarakatannya
Rancang bangun individu setiap manusia
harus dibiarkan berkembang
•  dimulai pada usia prasekolah
Metode Montessori bertujuan sebagai
pengantar prinsip, agar anak-anak mereka
dapat memasuki kesenjangan pendidikan yang
lebih tinggi dengan persiapan yang matang
Membantu para orang tua dalam
menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi
anak mereka
Pendekatan Montessori terhadap
Perkembangan Anak
•Sensitive Periods
•Absorbent Mind
2 macam alat bantu
internal dalam
perkembangan anak
untuk memahami
lingkungan :
(Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)
Sensitive Periods
Kumpulan-kumpulan waktu dalam kehidupan anak di mana ia
terpikat dengan satu karakteristik dari lingkungannya dan
menghilangkan yang lain-lainnya (Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)
Paling banyak terjadi pada usia kanak-kanak awal
(Hainstock, 1997)
Perlu dikenali oleh orang dewasa untuk memfasilitasi anak dalam
memahami dan menguasai lingkungannya pada puncak periode
sensitif tertentu (Hainstock, 1997)
Sensitive Periods
Usia Periode Sensitif
Lahir – 3 tahun
Pikiran dapat menyerap
Pengalaman-pengalaman sensoris
1,5 – 3 tahun Perkembangan bahasa
1,5 – 4 tahun
Koordinasi dan perkembangan otot
Minat pada benda-benda kecil
2-4 tahun
Peneguhan gerakan
Minat pada kebenaran dan realitas
Menyadari urutan dalam waktu dan ruang
2,5 – 6 tahun Peneguhan sensoris
3 – 6 tahun Rawan pengaruh orang dewasa
3,5 – 4,5 tahun Menulis
4 – 4,5 tahun Kepekaan indra
4,5 – 5,5 tahun Membaca
Absorbent Mind
Secara tidak sadar mengumpulkan informasi dari lingkungan dan
mempelajarinya dengan kecepatan yang tinggi (Britton, 1992 dalam
Syarif, 2001)
Orang dewasa sebaiknya mengarahkan anak dalam memperoleh informasi
tanpa menghilangkan kelulasaan anak untuk mengeksplorasi lingkungannya
Merupakan proses pembentukan akal anak sampai sedikit demi sedikit ia
telah membentuk ingatan (memory), kekuatan untuk memahami
(understand), serta kemampuan untuk menalar (reasoning) (Lillard, 192
dalam Syarif, 2001)
Pengajar dalam Pendekatan Montessori
Pengajar dalam pendekatan
Montessori  directress/guide
Pendekatan yang digunakan guru Montessori  tidak
langsung  untuk membebaskan potensi individu
demi pembentukan perkembangan diri (Lillard, 1972
dalam Syarif, 2001)
Peran Guru Montessori (1)
(Anna Burke Neubert, 1973)
Penyambung dinamis antara anak dengan lingkungan yang siap (prepared
environment)
Pengamat sistematis terhadap anak dan seorang yang menjelaskan (interpreter)
kebutuhan-kebutuhan anak
Eksperimenter, menyesuaikan dengan lingkungan untuk memenuhi persepsinya
terhadap kebutuhan dan minat anak, dan secara obyektif mencatat hasilnya
Programmer, mempersiapkan lingkungan dan mempertahankannya dalam kondisi
yang sempurna, menambahkan dan menghilangkan materi yang dibutuhkan
Penilai (evaluator), menentukan efektivitas pekerjaannya sendiri dan
lingkungannya, menilai kemajuan tiap-tiap anak
Menghargai anak dan berperan sebagai pelindungnya
Peran Guru Montessori (2)
(Anna Burke Neubert, 1973)
Penyokong (supporter), memberikan kehangatan, keamanan, stabilitas, dan
penerimaan tanpa menilai kepada tiap-tiap anak
Fasilitator dalam komunikasi di antara anak-anak dan dalam usaha anak untuk
berkomunikasi dengannya serta harus menjelaskan kemajuan anak dan pekerjaannya
kepada orang tua, karyawan sekolah, dan kepada masyarakat
Demonstran (demonstrator), membawakan pelajaran-pelajaran secara jelas, menarik,
dan relevan kepada anak
Seorang contoh konsisten yang baik dari tingkah laku yang diinginkan bagi anak,
mengikuti aturan-aturan dasar kelas, menampilkan ketenangan, konsistensi,
keanggunan dan sopan-santun, memberi contoh dan menghargai setiap anak
Peacemaker, secara konsisten mengajar tingkah laku sopan dan pemecahan masalah
Diagnotician, mampu menjelaskan pola penyimpangan, dan tanpa menilai menerima
setiap anak
Metode Pengajaran
Pendekatan Montessori
Metode Pengajaran
• Pendekatan Montessori memberikan kesempatan
kepada anak untuk “menemukan” (discover)
lingkungannya  melalui permainan, percobaan
• Langkah-langkah dilakukan secara bertahap dan
meningkat sedikit demi sediaakit  dari yang amat
sederhana sampai yang terlihat kompleks
• Pelatihan awal dalam pendekatan Motessori dilakukan
melalui latihan sensoris yang mencakup latihan panca
indra, terutama indra peraba
• Montessori  mendidik dengan cara mengajari,
bukan mengoreksi (teach by teaching, not by
correcting)
• Usaha dan pekerjaan anak dihargai sebagaimana
adanya
• Rapor tidak menggunakan sistem ranking, seperti
angka atau nilai A, B, dan C  anak-anak tidak dipicu
kompetisinya
• Tidak mengenal sistem hukuman dan imbalan
(reward and punishment)
Evaluasi Hasil Belajar
5 Area yang Menjadi Pusat Latihan
Kehidupan
praktis
(practical life)
Penginderaan
(the sensorial
area)
Kemampuan
matematika
(mathematics)
Kemampuan
bahasa
(language art)
Kebudayaan
(cultural
activies)
Kehidupan Praktis (Practical Life)
• Anak diberi kesempatan untuk meniru apa yang
dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka  misal:
menyapu, mencuci piring, membersihkan kaca, membuka
dan menutup kancing atau resleting, memakai sepatu
• Anak belajar membantu diri mereka sendiri (self help)
dan mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik
• Anak belajar bahwa semua itu dilakukan
karena tanggung jawab, bukan karena
mengharapkan hadiah.
Penginderaan (The Sensorial Area)
• Pengembangan panca indera dalam rangka
mempersiapkan anak untuk bicara, membaca,
menulis, dan aritmatika
• Anak belajar: menilai, memisahkan & membedakan
dimensi, tinggi, berat, warna, suara, bau
• Anak mengembangkan bahasa dan
kosa kata, kontrol otot,
serta koordinasikan mata-tangan
Kemampuan Matematika (Mathematics)
• Yang dipelajari: konsep dasar kuantitas/jumlah, angka-
angka yang lebih besar, operasi matematika
(penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian),
pengukuran (seperti mengukur jarak, liter, besar kecil,
dan lain-lain)
• Pengajaran: menggunakan sesuatu yang ada dalam
lingkungan anak atau hal yang disenangi anak
• Angka dipelajari sebagai bagian rutinitas sehari-hari 
anak terbiasa menggunakan angka-angka
dalam kegiatan yang dilakukannya
Kemampuan Bahasa (Language Art)
• Mencakup: pengembangan bahasa
lisan, tulisan, membaca, tata bahasa,
dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak
• Bahan untuk bahasa tulisan diperkenalkan pertama
kali kepada anak melalui huruf-huruf yang dapat
dipindahkan  lalu anak mulai diperkenalkan
tentang komposisi/susunan kata, kalimat dan seluruh
cerita
Kebudayaan (Cultural Activies)
• Anak-anak diperkenalkan
mempelajari geografi, sejarah, IPA
(tentang
tumbuhan, binatang, fisika
sederhana), musik, seni, tata boga
(masakan khas daerah)
• Anak belajar melalui latihan individual, kelompok,
dan aktivitas latihan lain (seperti diskusi) mengenai
dunia sekitar mereka, pada saat ini dan masa lalu
Metode Pengajaran Montessori Anak Usia Prasekolah
Hainstock (2002) metode pengajaran untuk anak
usia prasekolah menitik beratkan pada 4 area:
situasi
praktis
sensoris
awal
membaca
dan
menulis
aritmatika
Situasi Praktis
• Latihan dirancang untuk mengajari anak
pada pekerjaan dalam lingkungan
• Latihan hidup praktis ini, biarkan anak:
- mengamati pekerjaan yang melibatkan perawatan rumah
- membantu menyelesaikan pekerjaan yang mereka inginkan
- mengetahui bahwa segalanya harus dilakukan secara teratur
dan bersih
• Ajari anak untuk bertanggung jawab terhadap ruangan dan barang
milikinya  berikanlah tugas-tugas sedaerhana yang harus dia
kerjakan
• Latihan tidak hanya berkenaan dengan pekerjaan rumah, tapi juga
berkenaan dengan keterampilan mengurus diri sendiri
Contoh Latihan Situasi Praktis –
Mengikat Tali Sepatu
Usia 3 ½ - 5 tahun
Peralatan : sepatu kulit bertali atau papan kerja
Peragaan :
1) Tempatkan sepatu di atas meja di depan anak
2) Lepaskan tali sepatu secara perlahan
3) Talikan sepatu, dengan gerakan yang
diperlambat sehingga anak dapat melihat
bagaimana arah tali sepatu berlawanan dengan
yang lain melalui lubang yang berurutan
4) Sederhanakan penalian sepatu
Tujuan kegiatan :
1) Melatih kemandirian anak  mengenakan
sepatunya sendiri
2) Mengembangkan kerja sama antara tangan-
mata dan pengendalian otot-otot
Kontrol kesalahan :
Jika menalikannya tidak tepat, sepatu akan
tampak kacau
Sensori Awal
• Latihan sensoris (sensorial exercises)  untuk
mengembangkan panca indera dan mempersiapkan
suatu dasar untuk bicara, menulis, dan aritmatika
dengan menggunakan materi-materi sensoris
• Hal yang perlu diperhatikan :
- mencermati kesesuaian usia anak dengan usia
yang dituju pada setiap latihan
- setiap tahap mengarah ke tahap berikutnya 
latihan dalam pola teratur dan progresif
• Tujuan: membantu anak memahami materi-materi
pelajaran secara lebih baik dan memungkinkan
pengajar untuk melihat seberapa jauh anak
menangkap dan menyerap apa yang telah pengajar
tunjukkan kepadanya
• Sangat membantu anak meningkatkan
perbendaharaan kata-katanya
• Ketika bekerja dengan materi, tunjukkan perbedaan
masing-masing benda kepadanya dan lakukan
perbandingan, misal: besar – kecil, kasar – halus,
ringan – berat, banyak – sedikit, besar – lebih besar
– paling besar, kecil – lebih kecil – paling kecil
PEMBELAJARAN TIGA-TAHAP
• Tahap pertama: pengenalan identitas (recognition of
identity)  membuat hubungan antara benda yang
sedang ditunjukkan dan namanya. “Ini adalah ____.”
• Tahap kedua: pengenalan sesuatu yang berbeda-beda
(recognition of contrasts)  menyakinkan bahwa
anak memahami, misalnya dengan
mengatakan, “Berikan saya ____.”
• Tahap ketiga: membedakan antara benda-benda yang
serupa (discrimination between similar objects) 
tunjukkan bermacam-macam benda, kemudian
katakan, “Benda apa ini?”
Tahapan dalam PEMBELAJARAN TIGA-TAHAP:
Membaca dan Menulis
• Persiapan menulis secara tidak langsung diperoleh
dengan pengembangan dan pemantapan indera
sentuhan, penglihatan, dan suara
Misal:
 penyempurnaan gerakan tangan dan jari-jari
(mempersiapkan anak latihan memegang pensil) 
kegiatan materi silinder , bangun geometri
 pengembangan sensitivitas sentuhan  kegiatan
papan kasar dan halus, keranjang tenun, dan lain
sebagainya
Kegiatan
Silinder dan Kotak Penyimpanan
• Usia 2 ½ - 5 tahun
• Peralatan yang dibutuhkan:
Empat kotak masing-masing terdiri
dari 10 silinder yang ada di dalam
10 lubang
Kotak A: tinggi sama, diameter
mengecil secara gradasif
Kotak B: diameter sama, panjang
menurun secara gradasif
Kotak C: diameter & tinggi
menurun secara gradasif
Kotak D: diameter
meningkat, panjang menurun
secara gradatif
Peragaan:
1) Letakkan kotak A di atas meja
2) Keluarkan silinder yang ada di dalam kotak dengan hati-
hati
3) Kembalikan lagi silinder-silinder secara berurut, kemudian
secara acak
4) Ulangi lagi prosedur di atas untuk kotak B, C, dan D
5) Buatlah posisi kotak seperti gambar di bawah
6) Selanjutnya lakukan latihan ini dengan cara menutup mata
Tujuan Kegiatan :
1) Pendidikan visual dan sentuhan mengena
dimensi-dimensi yang berbeda
2) Persiapan untuk memegang pensil (grip)
3) Kerja sama otot-otot tangan dan bahu
Kegiatan
Papan Kasar dan Halus
Usia 2 ½ - 4 tahun
Peralatan : 3 papan kayu persegi panjang
Peragaan :
1) Tunjukkan kepada anak bagaimana rasa permukaan papan,
dengan perlahan-lahan dari atas sampai bawah – dengan meraba
sampai 1 ½ permukaan, kemudian pada permukaan yang lain
2) Jelaskan kepada anak: “Papan ini halus” , “Papan ini kasar”
3) Tambahkan papan kedua dan ketiga secara perlahan bila anak
nampak sudah menguasai, dengan menggunakan petunjuk yang
sama
4) Bila anak telah mengerti latihan ini, doronglah anak untuk
melakukannya dengan mata terpejam/tertutup
Tujuan Kegiatan :
Mempertajam indera peraba
Mengembangkan kesadaran akan struktur
Mengembangkan sentuhan ringan atau halus
yang diperlukan untuk menulis
Kontrol kesalahan :
Ketidakmampuan membedakan tekstur-tekstur
yang berbeda
• Bunyi huruf-huruf dipelajari secara individual
• Bunyi digabungkan untuk membentuk kata-
kata pendek
Membaca
Langkah dasar pengembangan kosakata:
• Berbicaralah dengan jelas kepada anak-anak – hindari berbicara
seperti anak kecil
• Ajarkan nama-nama orang dan benda dengan benar
• Bacakan sesuatu kepada anak
• Berikan buku-buku yang baik untuk dilihat – ingatlah bahwa
gambar-gambar merangsang imajinasi dan membawanya pada
pembicaraan
• Bicaralah kepadanya
• Dengarkan anak ketika dia berbicara
• Biarkan mereka mendengarkan rekaman-rekaman
• Doronglah anak untuk berbicara dengan anak lain dan orang
dewasa
• Ketika belajar berbagai macam materi, bandingkan dan bedakan
(besar-kecil, besar-lebih besar-paling besar, dan sebagainya)
• Manfaatkan pembelajaran tiga-tahap
Contoh Latihan Membaca –
Abjad yang Dapat Dipindah
Usia 4 – 5 tahun
Peralatan : abjad yang dapat dipindah
Peragaan :
1) Berilah kotak huruf kepada anak
dan bermacam-macam gambar
yang disertai nama benda
2) Mintalah anak mengeja huruf satu per satu dalam kata
tersebut
3) Berikan daftar kata-kata yang sudah dikenal (mis: ibu,
ayah, apel, dll) dan biarkan mereka meneruskan
langkah yang sama
4) Tunjukkan kotak huruf pada anak dan mintalah
mereka memilih berbagai huruf. Bila mereka bisa
melakukannya dengan mudah, pilihlah kata tiga
huruf dan tanyakan, “Huruf apa yang kita dengan
jika saya mengucapkan kata ‘ibu’?” bersamaan
dengan mengatakan masing-masing huruf, minta
anak untuk memilih huruf dari kotak huruf dan
letakkan di depannya. Lanjutkan sampai anak
dapat melakukannya sendiri
5) Begitu anak sudah menguasai lebih jauh, berikan
kotak kecil berisi potongan gambar benda yang
memiliki nama 3 huruf. Minta mereka meletakkan
gambar benda tersebut di atas meja dan dengan
huruf-huruf yang disusun di sampingnya
Tujuan Kegiatan :
Belajar
menganalisis huruf
dalam membentuk
kata-kata sebagai
persiapan untuk
membaca, menulis,
dan mengeja
Aritmatika
• Proses belajar awal aritmatika dan angka-angka
hendaknya dibangun saat anak berusia 3 tahun
• Untuk anak usia di bawah 5 tahun  pemainan
sederhana seperti menghitung jari kaki maupun
jari tangan dapat dilakukan sebagai suatu awal
pembelajaran
• Belajar aritmatika untuk anak
prasekolah dibatasi dari 0 sampai 10
• Balok angka  pengenalan pertama terhadap
kuantitas, mengajarkan urutan angka-angka
kepada anak yang sebenarnya
• Angka sandpaper  belajar nama angka dan
bagaimana angka tersebut ditulis
• Spindle box  pertama kali berkenalan
dengan angka 0 yang berarti tidak ada
Langkah dalam belajar dasar aritmatika:
Kegiatan Balok-Balok Angka
Usia 3 – 5 tahun
Peralatan :
 Balok-balok angka
 Kartu-kartu kecil dengan angka 1 sampai 10 yang
dituliskan di dalamnya
Peragaan :
1) Letakkan balok no. 1 pada meja dan katakan “satu”
2) Letakkan lagi balok no.2 secara paralel di atas balok
no.1 dan katakan “dua”; kemudian tunjuk masing-
masing angka, dan katakan “satu, dua”
3) Lakukan hal yang sama
sampai balok no.10 dan
jelaskan pada masing-
masing bagian bahwa “dua
adalah lebih besar daripada
satu” dan lain sebagainya
Tujuan Kegiatan :
Memperkenalkan lebih
lanjut angka-angka kepada
anak dan hubungan nama
dengan kuantitasnya
Kegiatan Angka Sandpaper (Ampelas)
Usia 3 -5 tahun
Peralatan :
 Angka-angka sandpaper
 Alat hitung (kepingan, kancing, batu, dll) sebanyak 45 buah
Peragaan :
1) Tunjukkan kepada anak 2 sendi pertama pada jari telunjuk
dan jari tengah. Lenturkan jari tersebut dan tunjukkan
bagaimana cara kerjanya, jelaskan bahwa dua jari tersebut
akan melakukan pekerjaan dalam kegiatan ini
2) Mulailah dengan angka nol, jelaskan bahwa angka ini tidak
berarti apa-apa, dan telusuri angka nol dengan kedua jari
3) Katakan angka “satu”, sambil Anda meletakkan
angka tersebut di lantai di sebelah angka nol.
Telusuri angka satu ini dan letakkan satu alat
hitung di bawahnya untuk menunjukkan bahwa
angka satu lebih besar daripada nol
4) Setiap angka baru diperkenalkan, ulangi dan
hitunglah: 0, 1, 2, 3, 4
5) Berikan nilai pada lambang-lambang dengan
menempatkan alat hitung yang sesuai dengan
angka yang dimaksud. Tunjukkan bahwa dua
lebih besar dibanding satu, dan seterusnya
6) Pastikan anak mengetahui dan memahami arti
angka nol sampai empat; kemudian lanjutkan
dengan cara yang sama sampai angka sembilan
Tujuan Kegiatan :
• Memperkenalkan angka-angka kepada anak dan
mengajari mereka hubungan antar nama angka
dan kuantitas yang dimaksud
• Memperkenalkan bentuk angka dan mengajarkan
bagaimana suatu angka dibentuk (menelusuri
angka dengan jari)
Kegiatan Spindle Box
Usia 3 – 5 tahun
Peralatan : spindle box
Peragaan :
1) Keluarkan spindle (gelondong) dari semua kompartemennya
2) Mulailah dengan kompartemen yang pertama, katakan dengan
keras angka yang tertulis pada kompartemen itu, kemudian
letakkan kembali spindle tersebut sambil mengeluarkan angka
yang dimaksud
3) Lanjutkan dengan cara yang sama untuk masing-masing
kompartemen sampai semua spindle diletakkan kembali di dalam
kotak
Tujuan :
 Mengajarkan hubungan antara angka-angka dengan kuantitas
 Mengenalkan angka nol
Metode Pengajaran Montessori
Anak Usia Sekolah Dasar
Mencakup dua area:
1) kemampuan matematika
2) kemampuan bahasa
kedua bidang ini merupakan bidang-bidang yang
menjadi landasan dan diperlukan untuk
memahami pelajaran yang diberikan di sekolah
Penguasaan anak pada dua bidang ini menunjang
keberhasilan belajar di masa yang akan datang
Kemampuan Matematika
• Urutan dalam mengajarkan keterampilan matematika :
1) mengajarkan nama kuantitas (misal: 1, 2, 3,….)
2) mengajarkan simbol kuantitas (misal: +, −, x, ÷)
3) memadukan kedua hal tersebut
• Penggunaan materi manipulatif dalam mempelajari
konsep-konsep matematika dasar pada usia dini 
membantu anak memahami fakta dan menguasai
keterampilan dasar operasi matematika
Contoh Latihan Kemampuan Matematika
Papan Bilah Pengurangan
Usia 6 – 9 tahun
Peralatan :
 Bahan-bahan papan bilah pengurangan
 Rangkuman tabel pengurangan
 Tabel pengurangan kosong untuk diisi anak
Peragaan :
1) Anak mengambil satu tabel pengurangan, misalnya
tabel pengurangan bilangan 5
2) Untuk soal 5-3, letakkan mistar putih pada papan
bilah menutupi seluruh angka di sebelah kanan
bilangan 5
3) Letakkan mistar 3 biru di sebelah kiri mistar putih menyatu
dengannya; jawaban yang ditunjukkan adalah 2
4) Anak mencatat hasil jawaban dan bisa mencocokkan
jawabannya dengan rangkuman tabel keseluruhan
5) Lanjutkan dengan cara yang sama sampai tabel-tabel terisi
seluruhnya
Tujuan :
Untuk memperkenalkan anak dengan suatu kerja sistematis
tabel pengurangan
Kemampuan Bahasa
• Usia ideal belajar membaca: 4 ½ - 6 tahun
• Salah satu kunci penting: jangan tergesa-gesa
mengajarkan anak membaca, tunggulah sampai
anak siap untuk mulai belajar membaca
• Berbagai pengalaman berbahasa yang berbeda
diperlukan untuk membangun dan memperkaya
dasar anak untuk belajar membaca dan menulis
• Salah satu metode membaca yang sering
digunakan adalah metode fonetik
Cara praktis u/mengembangkan kemampuan bahasa anak :
• Doronglah rasa ingin tahu anak sejak usia prasekolah dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan anak yang seperti tidak ada
• Berikan anak kesempatan mengembangkan serta memperkuat kecakapan
bahasanya melalui pembicaraan dengan orang dewasa
• Biasakan berbicara dengan tepat serta gunakan pengucapan yang akurat
dan jelas (hindari percakapan dengan menggunakan gaya bicara bayi)
• Jangan takut memperkenalkan kata-kata yang tidak umum digunakan
dalam keseharian
• Doronglah anak untuk berbicara dengan anak lain dan orang dewasa
• Mintalah anak untuk menceritakan pengalamannya dan sekaligus
menuliskannya, kemudian bacakan kembali pengalamannya sehingga anak
mulai mengembangkan konsep kata tertulis
• Luangkan waktu untuk membaca apa saja kepada anak
• Kenalkan anak pada perpustakaan dan bantulah dia
menumbuhkan minatnya untuk meminjam buku
Contoh Latihan Kemampuan Bahasa
Fonetik dan Membaca
Usia 4 ½ – 5 ½ tahun
Peralatan :
 Kotak-kotak benda dengan kartu nama
 Kartu-kartu gambar
 Kartu-kartu kalimat
 Buku-buku gambar
Peragaan :
Langkah 1
1) Letakkan sebuah kotak yang terdiri dari 6 objek
dengan kartu nama yang dapat dicocokkan, yang
terdiri dari 3 atau 4 huruf
2) Letakkan objek-objek itu di atas meja
3) Berilah anak sebuah kartu nama dan mintalah
dia untuk membaca dengan suara yang keras
4) Mintalah anak meletakkan kartu di bawah
benda yang sesuai dengan kartu
5) Teruskan cara ini hingga anak mengerti dan
mampu melatih diri
Langkah 2
1) Gunakan prosedur yang sama dengan kartu-kartu gambar
dan cocokan dengan kartu-kartu kata
2) Kenalkan kartu-kartu gambar; mintalah anak
mencocokkan kartu-kartu kata dengan gambar; kemudian
mengucapkan kata tersebut
Langkah 3
Tunjukkan kartu-kartu kalimat, dan biarkan anak melihat
gambar-gambar dan membaca kalimat tersebut
Langkah 4
Anak membaca kalimat-kalimat yang ada dalam buku gambar.
Tujuan : pengenalan anak akan membaca
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
MONTESSORI DI INDONESIA
From Frobel to Montessori (1)
1840: Frobel (WN Jerman) membangun Kindergarten
Visi Frobel: anak-anak sedekat mungkin dengan alam
Kindergarten berisi kegiatan penuh mainan & nyanyian
penuh kesenangan
Akhir abad 19, muncul ide dari Montessori “kemerdekaan
dalam usaha pendidikan sudah terbuka”
From Frobel to Montessori (2)
Maria Montessori dikenal dg “Montessori-scholen”-nya yang kini terdapat
di seluruh dunia.
Montessori mendukung Fröbel: masa anak-anak akan mempengaruhi
masa dewasa yang akan datang (perkembangan anak mempengaruhi
perkembangan dewasa).
1907: Montessori mendirikan “Casa dei bambini” (“rumah untuk merawat
anak-anak”).
Visi Casa deibambini :agar anak-anak berada di dalam rumah perawatan
selama orang tuanya bekerja di pabrik, dan pada waktu petang diambil
kembali oleh orang tuanya masing-masing.
From Frobel to Montessori (3)
Sekolah Montessori berbeda dengan sekolah Taman Anak Fröbel
Taman Anak masih terbatas untuk kaum atasan dan dalam beberapa hal
dianggap kurang sesuai dengan jaman pada saat Montessori.
Montessori mendapatkan penghargaan luar biasa karena hasratnya untuk
memperbaiki dan menyempurnakan cara pendidikan bagi anak-anak umumnya,
khususnya bagi anak-anak yang terhambat dalam perkembangan mental
Montessori memegang teguh dasar dan azas ilmu pengetahuan dalam segala
penyelidikan. Berbagai percobaan telah dilakukan, sehingga pengetahuan
pendidikan, teori-teori pendidikannya didasarkan bukti-bukti yang konkrit.
From Montessori to Ki Hajar Dewantara (1)
1941, Indonesia, Taman Siswa mendapat kehormatan berupa tinjauan
langsung oleh ahli pendidik Montessori, namun dibatalkan karena saat
itu Indonesia sedang perang melawan Belanda.
Pada tanggal 3 Juli 1922, perguruan nasional Taman Siswa, yang
didirikan oleh Ki Hajar Dewantara membuka sekolah anak-anak kecil di
bawah umur 7 tahun, yang dinamakan Taman Lare atau Taman Anak.
Selanjutnya “Taman Anak” “Taman Indria”: anak-anak di <7 tahun
masih berada dalam periode perkembangan panca-inderanya.
Dasar tsb yang dipakai Fröbel untuk memberi bentuk, isi dan metodenya
pada Kindergarten. Dasar itulah pula yang oleh Montessori digunakan
untuk mewujudkan cita-cita pendidikannya bagi anak-anak.
Dasar-dasar sistem pendidikan Taman Siswa bagi anak-anak di
bawah umur 7 tahun ini memodifikasi metode Fröbel dan
metode Montessori, dan menyesuaikannya dengan adat Timur.
Taman Indria: awal mula
terbentuknya sekolah Taman
Kanak-kanak di Indonesia.
From Montessori to Ki Hajar Dewantara (2)
Montessori Kini (1)
(case study: Jakarta Montessori School)
Dalam ranah pendidikan formal, model Montessori pertama
kali digunakan di sekolah di Jakarta pada tahun 1981
sebagai pendidikan taman kanak-kanak dengan nama
Sekolah Srikandi Montessori di bawah pimpinan Gloria Kalff
Untuk memenuhi tingginya pemintaan masyarakat atas
model pendidikan Montessori, sekolah Srikandi Montessori
mengembangkan sekolahnya menjadi sekolah bagi anak
berusia 2-11 tahun (2 tahun hingga 6 SD)
Montessori Kini (2)
Pada tahun 1995, sekolah Srikandi Montessori
berubah nama menjadi Jakarta Montessori School
dengan tetap mengusung filosofi pendidikan
Montessori beserta fasilitas, modul dan peralatan
sekolah yang secara ekslusif diimpor langsung dari
Neinhuis Montessori, Holland.
Montessori Kini (3)
Pada setiap kelas terdapat satu guru yang telah menguasai
pendidikan Montessori dan seorang asisten guru
Guru harus terlebih dahulu menerima training resmi dari
Montessori training center
Asisten guru harus memahami prinsip-prinsip perkembangan
anak serta memiliki kemampuan mereka mengobservasi anak
Montessori Kini (4)
Saat ini, Jakarta Montessori School merupakan salah satu
anggota the American Montessori Society, NYC, New
York
Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh
Jakarta Montessori School (JMS), siswa yang telah lulus
dari JMS memiliki :
• kemampuan bertransisi yang sangat baik
• memiliki keingintahuan yang tinggi,
• Sikap disiplin, inisiatif, pantang menyerah, dan sikap positif terhadap
sekolah.
Montessori Kini (5)
Pemelajar pendidikan Montessori adalah pemelajar yang mampu
beradaptasi.
Para pemelajar didorong untuk membuat keputusan bagi diri
mereka sendiri sejak usia dini.
Pemelajar akan tumbuh sebagai good problem solver, decision
maker & time manager
Para pemelajar Montessori di JMS juga didorong untuk saling
bertukar gagasan dan mendiskusikan hasil pekerjaan mereka
keterampilan berkomunikasi PENTING
Montessori Kini (6)
• self-directed,
• non-competitive activities,
• menolong anak mengembangkan gambaran
diri yang positif (good self-images)
• percaya diri dalam menghadapi tantangan
serta perubahan.
Pendidikan Montessori yang digunakan JMS
berangkat dari prinsip :

More Related Content

Similar to SEJARAH MONTESSORI

IMPLIKASI SOSIO-EMOSI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN (EDU 3102)
IMPLIKASI SOSIO-EMOSI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN (EDU 3102)IMPLIKASI SOSIO-EMOSI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN (EDU 3102)
IMPLIKASI SOSIO-EMOSI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN (EDU 3102)Rafiza Diy
 
uas the strategi1.pdf
uas the strategi1.pdfuas the strategi1.pdf
uas the strategi1.pdfridafarida14
 
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptxMODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptxIntanIindarti
 
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptxMODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptxDinas Dikpora DIY
 
Presentation Transcript.docx
Presentation Transcript.docxPresentation Transcript.docx
Presentation Transcript.docxalfianprasetyo8
 
Implementasi Model BCCT Di Kelas
Implementasi Model BCCT Di Kelas Implementasi Model BCCT Di Kelas
Implementasi Model BCCT Di Kelas HerdinNurdin1
 
Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515antven
 
Kompetensi profesional guru sd
Kompetensi profesional guru sdKompetensi profesional guru sd
Kompetensi profesional guru sdVica Abhinayya
 
Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515Afrils
 
ANak Berbakat dan Anak lambat belajar
ANak Berbakat dan Anak lambat belajarANak Berbakat dan Anak lambat belajar
ANak Berbakat dan Anak lambat belajarMitha Ye Es
 
K1 t1-st3-p6 rpp tema 1 kelas 1sub tema 3 (5)
K1 t1-st3-p6 rpp tema 1 kelas 1sub tema 3 (5)K1 t1-st3-p6 rpp tema 1 kelas 1sub tema 3 (5)
K1 t1-st3-p6 rpp tema 1 kelas 1sub tema 3 (5)eli priyatna laidan
 
1. konsep alam belajar
1. konsep alam belajar1. konsep alam belajar
1. konsep alam belajarnajib6766
 
Tugas b.indonesia pak arifin
Tugas b.indonesia pak arifinTugas b.indonesia pak arifin
Tugas b.indonesia pak arifinLogis Fanromik
 
K4 t1-st3-p1 rpp sd kelas 4 smt 1 sub tema 2d
K4 t1-st3-p1 rpp sd kelas 4 smt 1 sub tema 2dK4 t1-st3-p1 rpp sd kelas 4 smt 1 sub tema 2d
K4 t1-st3-p1 rpp sd kelas 4 smt 1 sub tema 2deli priyatna laidan
 
20 pembelajaran contekstual 2
20  pembelajaran contekstual 220  pembelajaran contekstual 2
20 pembelajaran contekstual 2Kary Adi
 
Hakikat Pembelajaran Sains Anak Usia Dini.pptx
Hakikat Pembelajaran Sains Anak Usia Dini.pptxHakikat Pembelajaran Sains Anak Usia Dini.pptx
Hakikat Pembelajaran Sains Anak Usia Dini.pptxWahyuKecil
 

Similar to SEJARAH MONTESSORI (20)

IMPLIKASI SOSIO-EMOSI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN (EDU 3102)
IMPLIKASI SOSIO-EMOSI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN (EDU 3102)IMPLIKASI SOSIO-EMOSI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN (EDU 3102)
IMPLIKASI SOSIO-EMOSI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN (EDU 3102)
 
uas the strategi1.pdf
uas the strategi1.pdfuas the strategi1.pdf
uas the strategi1.pdf
 
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptxMODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
 
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptxMODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
MODEL-SUDUT-AREA-SENTRA.pptx
 
Pertemuan ke 4 bermain sebagai kurikulum
Pertemuan ke 4 bermain sebagai kurikulumPertemuan ke 4 bermain sebagai kurikulum
Pertemuan ke 4 bermain sebagai kurikulum
 
4.Konsep Dasar.ppt
4.Konsep Dasar.ppt4.Konsep Dasar.ppt
4.Konsep Dasar.ppt
 
Macam sekolah
Macam sekolahMacam sekolah
Macam sekolah
 
Presentation Transcript.docx
Presentation Transcript.docxPresentation Transcript.docx
Presentation Transcript.docx
 
Implementasi Model BCCT Di Kelas
Implementasi Model BCCT Di Kelas Implementasi Model BCCT Di Kelas
Implementasi Model BCCT Di Kelas
 
Bcct
BcctBcct
Bcct
 
Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515
 
Kompetensi profesional guru sd
Kompetensi profesional guru sdKompetensi profesional guru sd
Kompetensi profesional guru sd
 
Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515Kurikulum paud bcct.116200515
Kurikulum paud bcct.116200515
 
ANak Berbakat dan Anak lambat belajar
ANak Berbakat dan Anak lambat belajarANak Berbakat dan Anak lambat belajar
ANak Berbakat dan Anak lambat belajar
 
K1 t1-st3-p6 rpp tema 1 kelas 1sub tema 3 (5)
K1 t1-st3-p6 rpp tema 1 kelas 1sub tema 3 (5)K1 t1-st3-p6 rpp tema 1 kelas 1sub tema 3 (5)
K1 t1-st3-p6 rpp tema 1 kelas 1sub tema 3 (5)
 
1. konsep alam belajar
1. konsep alam belajar1. konsep alam belajar
1. konsep alam belajar
 
Tugas b.indonesia pak arifin
Tugas b.indonesia pak arifinTugas b.indonesia pak arifin
Tugas b.indonesia pak arifin
 
K4 t1-st3-p1 rpp sd kelas 4 smt 1 sub tema 2d
K4 t1-st3-p1 rpp sd kelas 4 smt 1 sub tema 2dK4 t1-st3-p1 rpp sd kelas 4 smt 1 sub tema 2d
K4 t1-st3-p1 rpp sd kelas 4 smt 1 sub tema 2d
 
20 pembelajaran contekstual 2
20  pembelajaran contekstual 220  pembelajaran contekstual 2
20 pembelajaran contekstual 2
 
Hakikat Pembelajaran Sains Anak Usia Dini.pptx
Hakikat Pembelajaran Sains Anak Usia Dini.pptxHakikat Pembelajaran Sains Anak Usia Dini.pptx
Hakikat Pembelajaran Sains Anak Usia Dini.pptx
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

SEJARAH MONTESSORI

  • 1. MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI Aninditya H. Andaninggar Arafani Saezarina Soe’oed Dien Nurdini Nurdin Dian Pratiwi Saraswati Fitri Arlinkasari Ratih Rizki Retinofa
  • 3. SEJARAH MONTESSORI (1) Nama “Montessori” diambil dari nama pendirinya: Maria Montessori Lahir di Chiaravalle, Italia, 1970. Kuliah Kedokteran bidang spesialisasi Pediatric Pernah bekerja di rumah sakit jiwa • Mulai tertarik dengan anak-anak berkebutuhan khusus • Melakukan observasi untuk memahami kebutuhan anak & mengembangkan metode belajar yang sesuai • Ternyata anak “untouchable” merespon metode belajar tsb.  masalah bukan terletak di anak, tetapi dari lingkungan dan pendekatan orang dewasa • Mulai dipanggil sebagai “Guru”
  • 4. SEJARAH MONTESSORI (2) Mendirikan sekolah Casa dei Bambini (Children’s House) di Roma, tahun 1907 Ditujukan untuk anak-anak marginal bawah sebagai tempat penitipan selama orang tua mereka bekerja Menciptakan lingkungan sekolah yang baik dan nyaman: • Metode belajar dikembangkan sesuai ciri perkembangan anak • Penyesuaian ukuran alat-alat sekolah dengan tangan anak- anak Sekolah yang dikembang- kan berhasil membentuk anak menjadi pembelajar yang rajin Hasil observasi di sekolah dirangkum dalam tulisan & teori-teori yg kemudian berkembang menjadi dasar program pendidikan untuk anak- anak
  • 6. Montessori memandang anak apa adanya Menciptakan lingkungan yang memberikan penyaluran potensial tertinggi anak (fisik, spiritual, emosional, dan intelektual)
  • 7. • J.J. Rousseau  kunci keberhasilan dengan melihat keunikan masing2 anak dan mengajarkan hal yang konkrit • Johann Pestalozzi  sensitivitas anak harus dilatih secara terus menerus dan bertahap (sederhana menuju kompleks) • Froebel  menciptakan pendidikan formal untuk anak di bawah 6 tahun. Menggunakan permainan Dasar pemikiran dari 3 tokoh yaitu :
  • 8. Ketiga tokoh menekankan : potensi bawaan dan kemampuan anak akan berkembang sesuai dengan kondisinya, peran lingkungan hanya memberikan arahan dan bimbingan yang tepat
  • 9. Montessori percaya bahwa ada hubungan kerja sama dan saling mengisi antara anak-anak dengan orang dewasa • Konsentrasi dan gigih mengerjakan pekerjaan yang menjadi pilihan • Dapat berespon pada realitas (tanpa harus berpura- pura) Anak dapat memberikan contoh perilaku kepada orang dewasa yang patut ditiru
  • 10. • Observasi • Kebebasan anak • Persiapan anak menghadapi lingkungan 3 prinsip penting dalam menciptakan sistem pendidikan :
  • 12. TUJUAN MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI Tujuan ada di dalam diri anak • dapat memenuhi kebutuhan hidupnya • dapat menjalankan tugas kemasyarakatannya Rancang bangun individu setiap manusia harus dibiarkan berkembang
  • 13. •  dimulai pada usia prasekolah Metode Montessori bertujuan sebagai pengantar prinsip, agar anak-anak mereka dapat memasuki kesenjangan pendidikan yang lebih tinggi dengan persiapan yang matang Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka
  • 15. •Sensitive Periods •Absorbent Mind 2 macam alat bantu internal dalam perkembangan anak untuk memahami lingkungan : (Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)
  • 16. Sensitive Periods Kumpulan-kumpulan waktu dalam kehidupan anak di mana ia terpikat dengan satu karakteristik dari lingkungannya dan menghilangkan yang lain-lainnya (Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001) Paling banyak terjadi pada usia kanak-kanak awal (Hainstock, 1997) Perlu dikenali oleh orang dewasa untuk memfasilitasi anak dalam memahami dan menguasai lingkungannya pada puncak periode sensitif tertentu (Hainstock, 1997)
  • 17. Sensitive Periods Usia Periode Sensitif Lahir – 3 tahun Pikiran dapat menyerap Pengalaman-pengalaman sensoris 1,5 – 3 tahun Perkembangan bahasa 1,5 – 4 tahun Koordinasi dan perkembangan otot Minat pada benda-benda kecil 2-4 tahun Peneguhan gerakan Minat pada kebenaran dan realitas Menyadari urutan dalam waktu dan ruang 2,5 – 6 tahun Peneguhan sensoris 3 – 6 tahun Rawan pengaruh orang dewasa 3,5 – 4,5 tahun Menulis 4 – 4,5 tahun Kepekaan indra 4,5 – 5,5 tahun Membaca
  • 18. Absorbent Mind Secara tidak sadar mengumpulkan informasi dari lingkungan dan mempelajarinya dengan kecepatan yang tinggi (Britton, 1992 dalam Syarif, 2001) Orang dewasa sebaiknya mengarahkan anak dalam memperoleh informasi tanpa menghilangkan kelulasaan anak untuk mengeksplorasi lingkungannya Merupakan proses pembentukan akal anak sampai sedikit demi sedikit ia telah membentuk ingatan (memory), kekuatan untuk memahami (understand), serta kemampuan untuk menalar (reasoning) (Lillard, 192 dalam Syarif, 2001)
  • 19. Pengajar dalam Pendekatan Montessori Pengajar dalam pendekatan Montessori  directress/guide Pendekatan yang digunakan guru Montessori  tidak langsung  untuk membebaskan potensi individu demi pembentukan perkembangan diri (Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)
  • 20. Peran Guru Montessori (1) (Anna Burke Neubert, 1973) Penyambung dinamis antara anak dengan lingkungan yang siap (prepared environment) Pengamat sistematis terhadap anak dan seorang yang menjelaskan (interpreter) kebutuhan-kebutuhan anak Eksperimenter, menyesuaikan dengan lingkungan untuk memenuhi persepsinya terhadap kebutuhan dan minat anak, dan secara obyektif mencatat hasilnya Programmer, mempersiapkan lingkungan dan mempertahankannya dalam kondisi yang sempurna, menambahkan dan menghilangkan materi yang dibutuhkan Penilai (evaluator), menentukan efektivitas pekerjaannya sendiri dan lingkungannya, menilai kemajuan tiap-tiap anak Menghargai anak dan berperan sebagai pelindungnya
  • 21. Peran Guru Montessori (2) (Anna Burke Neubert, 1973) Penyokong (supporter), memberikan kehangatan, keamanan, stabilitas, dan penerimaan tanpa menilai kepada tiap-tiap anak Fasilitator dalam komunikasi di antara anak-anak dan dalam usaha anak untuk berkomunikasi dengannya serta harus menjelaskan kemajuan anak dan pekerjaannya kepada orang tua, karyawan sekolah, dan kepada masyarakat Demonstran (demonstrator), membawakan pelajaran-pelajaran secara jelas, menarik, dan relevan kepada anak Seorang contoh konsisten yang baik dari tingkah laku yang diinginkan bagi anak, mengikuti aturan-aturan dasar kelas, menampilkan ketenangan, konsistensi, keanggunan dan sopan-santun, memberi contoh dan menghargai setiap anak Peacemaker, secara konsisten mengajar tingkah laku sopan dan pemecahan masalah Diagnotician, mampu menjelaskan pola penyimpangan, dan tanpa menilai menerima setiap anak
  • 23. Metode Pengajaran • Pendekatan Montessori memberikan kesempatan kepada anak untuk “menemukan” (discover) lingkungannya  melalui permainan, percobaan • Langkah-langkah dilakukan secara bertahap dan meningkat sedikit demi sediaakit  dari yang amat sederhana sampai yang terlihat kompleks • Pelatihan awal dalam pendekatan Motessori dilakukan melalui latihan sensoris yang mencakup latihan panca indra, terutama indra peraba
  • 24. • Montessori  mendidik dengan cara mengajari, bukan mengoreksi (teach by teaching, not by correcting) • Usaha dan pekerjaan anak dihargai sebagaimana adanya • Rapor tidak menggunakan sistem ranking, seperti angka atau nilai A, B, dan C  anak-anak tidak dipicu kompetisinya • Tidak mengenal sistem hukuman dan imbalan (reward and punishment) Evaluasi Hasil Belajar
  • 25. 5 Area yang Menjadi Pusat Latihan Kehidupan praktis (practical life) Penginderaan (the sensorial area) Kemampuan matematika (mathematics) Kemampuan bahasa (language art) Kebudayaan (cultural activies)
  • 26. Kehidupan Praktis (Practical Life) • Anak diberi kesempatan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka  misal: menyapu, mencuci piring, membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting, memakai sepatu • Anak belajar membantu diri mereka sendiri (self help) dan mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik • Anak belajar bahwa semua itu dilakukan karena tanggung jawab, bukan karena mengharapkan hadiah.
  • 27. Penginderaan (The Sensorial Area) • Pengembangan panca indera dalam rangka mempersiapkan anak untuk bicara, membaca, menulis, dan aritmatika • Anak belajar: menilai, memisahkan & membedakan dimensi, tinggi, berat, warna, suara, bau • Anak mengembangkan bahasa dan kosa kata, kontrol otot, serta koordinasikan mata-tangan
  • 28. Kemampuan Matematika (Mathematics) • Yang dipelajari: konsep dasar kuantitas/jumlah, angka- angka yang lebih besar, operasi matematika (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian), pengukuran (seperti mengukur jarak, liter, besar kecil, dan lain-lain) • Pengajaran: menggunakan sesuatu yang ada dalam lingkungan anak atau hal yang disenangi anak • Angka dipelajari sebagai bagian rutinitas sehari-hari  anak terbiasa menggunakan angka-angka dalam kegiatan yang dilakukannya
  • 29. Kemampuan Bahasa (Language Art) • Mencakup: pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, tata bahasa, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak • Bahan untuk bahasa tulisan diperkenalkan pertama kali kepada anak melalui huruf-huruf yang dapat dipindahkan  lalu anak mulai diperkenalkan tentang komposisi/susunan kata, kalimat dan seluruh cerita
  • 30. Kebudayaan (Cultural Activies) • Anak-anak diperkenalkan mempelajari geografi, sejarah, IPA (tentang tumbuhan, binatang, fisika sederhana), musik, seni, tata boga (masakan khas daerah) • Anak belajar melalui latihan individual, kelompok, dan aktivitas latihan lain (seperti diskusi) mengenai dunia sekitar mereka, pada saat ini dan masa lalu
  • 31. Metode Pengajaran Montessori Anak Usia Prasekolah Hainstock (2002) metode pengajaran untuk anak usia prasekolah menitik beratkan pada 4 area: situasi praktis sensoris awal membaca dan menulis aritmatika
  • 32. Situasi Praktis • Latihan dirancang untuk mengajari anak pada pekerjaan dalam lingkungan • Latihan hidup praktis ini, biarkan anak: - mengamati pekerjaan yang melibatkan perawatan rumah - membantu menyelesaikan pekerjaan yang mereka inginkan - mengetahui bahwa segalanya harus dilakukan secara teratur dan bersih • Ajari anak untuk bertanggung jawab terhadap ruangan dan barang milikinya  berikanlah tugas-tugas sedaerhana yang harus dia kerjakan • Latihan tidak hanya berkenaan dengan pekerjaan rumah, tapi juga berkenaan dengan keterampilan mengurus diri sendiri
  • 33. Contoh Latihan Situasi Praktis – Mengikat Tali Sepatu Usia 3 ½ - 5 tahun Peralatan : sepatu kulit bertali atau papan kerja Peragaan : 1) Tempatkan sepatu di atas meja di depan anak 2) Lepaskan tali sepatu secara perlahan 3) Talikan sepatu, dengan gerakan yang diperlambat sehingga anak dapat melihat bagaimana arah tali sepatu berlawanan dengan yang lain melalui lubang yang berurutan 4) Sederhanakan penalian sepatu
  • 34. Tujuan kegiatan : 1) Melatih kemandirian anak  mengenakan sepatunya sendiri 2) Mengembangkan kerja sama antara tangan- mata dan pengendalian otot-otot Kontrol kesalahan : Jika menalikannya tidak tepat, sepatu akan tampak kacau
  • 35. Sensori Awal • Latihan sensoris (sensorial exercises)  untuk mengembangkan panca indera dan mempersiapkan suatu dasar untuk bicara, menulis, dan aritmatika dengan menggunakan materi-materi sensoris • Hal yang perlu diperhatikan : - mencermati kesesuaian usia anak dengan usia yang dituju pada setiap latihan - setiap tahap mengarah ke tahap berikutnya  latihan dalam pola teratur dan progresif
  • 36. • Tujuan: membantu anak memahami materi-materi pelajaran secara lebih baik dan memungkinkan pengajar untuk melihat seberapa jauh anak menangkap dan menyerap apa yang telah pengajar tunjukkan kepadanya • Sangat membantu anak meningkatkan perbendaharaan kata-katanya • Ketika bekerja dengan materi, tunjukkan perbedaan masing-masing benda kepadanya dan lakukan perbandingan, misal: besar – kecil, kasar – halus, ringan – berat, banyak – sedikit, besar – lebih besar – paling besar, kecil – lebih kecil – paling kecil PEMBELAJARAN TIGA-TAHAP
  • 37. • Tahap pertama: pengenalan identitas (recognition of identity)  membuat hubungan antara benda yang sedang ditunjukkan dan namanya. “Ini adalah ____.” • Tahap kedua: pengenalan sesuatu yang berbeda-beda (recognition of contrasts)  menyakinkan bahwa anak memahami, misalnya dengan mengatakan, “Berikan saya ____.” • Tahap ketiga: membedakan antara benda-benda yang serupa (discrimination between similar objects)  tunjukkan bermacam-macam benda, kemudian katakan, “Benda apa ini?” Tahapan dalam PEMBELAJARAN TIGA-TAHAP:
  • 38. Membaca dan Menulis • Persiapan menulis secara tidak langsung diperoleh dengan pengembangan dan pemantapan indera sentuhan, penglihatan, dan suara Misal:  penyempurnaan gerakan tangan dan jari-jari (mempersiapkan anak latihan memegang pensil)  kegiatan materi silinder , bangun geometri  pengembangan sensitivitas sentuhan  kegiatan papan kasar dan halus, keranjang tenun, dan lain sebagainya
  • 39. Kegiatan Silinder dan Kotak Penyimpanan • Usia 2 ½ - 5 tahun • Peralatan yang dibutuhkan: Empat kotak masing-masing terdiri dari 10 silinder yang ada di dalam 10 lubang Kotak A: tinggi sama, diameter mengecil secara gradasif Kotak B: diameter sama, panjang menurun secara gradasif Kotak C: diameter & tinggi menurun secara gradasif Kotak D: diameter meningkat, panjang menurun secara gradatif
  • 40. Peragaan: 1) Letakkan kotak A di atas meja 2) Keluarkan silinder yang ada di dalam kotak dengan hati- hati 3) Kembalikan lagi silinder-silinder secara berurut, kemudian secara acak 4) Ulangi lagi prosedur di atas untuk kotak B, C, dan D 5) Buatlah posisi kotak seperti gambar di bawah 6) Selanjutnya lakukan latihan ini dengan cara menutup mata
  • 41. Tujuan Kegiatan : 1) Pendidikan visual dan sentuhan mengena dimensi-dimensi yang berbeda 2) Persiapan untuk memegang pensil (grip) 3) Kerja sama otot-otot tangan dan bahu
  • 42. Kegiatan Papan Kasar dan Halus Usia 2 ½ - 4 tahun Peralatan : 3 papan kayu persegi panjang Peragaan : 1) Tunjukkan kepada anak bagaimana rasa permukaan papan, dengan perlahan-lahan dari atas sampai bawah – dengan meraba sampai 1 ½ permukaan, kemudian pada permukaan yang lain 2) Jelaskan kepada anak: “Papan ini halus” , “Papan ini kasar” 3) Tambahkan papan kedua dan ketiga secara perlahan bila anak nampak sudah menguasai, dengan menggunakan petunjuk yang sama 4) Bila anak telah mengerti latihan ini, doronglah anak untuk melakukannya dengan mata terpejam/tertutup
  • 43. Tujuan Kegiatan : Mempertajam indera peraba Mengembangkan kesadaran akan struktur Mengembangkan sentuhan ringan atau halus yang diperlukan untuk menulis Kontrol kesalahan : Ketidakmampuan membedakan tekstur-tekstur yang berbeda
  • 44. • Bunyi huruf-huruf dipelajari secara individual • Bunyi digabungkan untuk membentuk kata- kata pendek Membaca
  • 45. Langkah dasar pengembangan kosakata: • Berbicaralah dengan jelas kepada anak-anak – hindari berbicara seperti anak kecil • Ajarkan nama-nama orang dan benda dengan benar • Bacakan sesuatu kepada anak • Berikan buku-buku yang baik untuk dilihat – ingatlah bahwa gambar-gambar merangsang imajinasi dan membawanya pada pembicaraan • Bicaralah kepadanya • Dengarkan anak ketika dia berbicara • Biarkan mereka mendengarkan rekaman-rekaman • Doronglah anak untuk berbicara dengan anak lain dan orang dewasa • Ketika belajar berbagai macam materi, bandingkan dan bedakan (besar-kecil, besar-lebih besar-paling besar, dan sebagainya) • Manfaatkan pembelajaran tiga-tahap
  • 46. Contoh Latihan Membaca – Abjad yang Dapat Dipindah Usia 4 – 5 tahun Peralatan : abjad yang dapat dipindah Peragaan : 1) Berilah kotak huruf kepada anak dan bermacam-macam gambar yang disertai nama benda 2) Mintalah anak mengeja huruf satu per satu dalam kata tersebut 3) Berikan daftar kata-kata yang sudah dikenal (mis: ibu, ayah, apel, dll) dan biarkan mereka meneruskan langkah yang sama
  • 47. 4) Tunjukkan kotak huruf pada anak dan mintalah mereka memilih berbagai huruf. Bila mereka bisa melakukannya dengan mudah, pilihlah kata tiga huruf dan tanyakan, “Huruf apa yang kita dengan jika saya mengucapkan kata ‘ibu’?” bersamaan dengan mengatakan masing-masing huruf, minta anak untuk memilih huruf dari kotak huruf dan letakkan di depannya. Lanjutkan sampai anak dapat melakukannya sendiri 5) Begitu anak sudah menguasai lebih jauh, berikan kotak kecil berisi potongan gambar benda yang memiliki nama 3 huruf. Minta mereka meletakkan gambar benda tersebut di atas meja dan dengan huruf-huruf yang disusun di sampingnya
  • 48. Tujuan Kegiatan : Belajar menganalisis huruf dalam membentuk kata-kata sebagai persiapan untuk membaca, menulis, dan mengeja
  • 49. Aritmatika • Proses belajar awal aritmatika dan angka-angka hendaknya dibangun saat anak berusia 3 tahun • Untuk anak usia di bawah 5 tahun  pemainan sederhana seperti menghitung jari kaki maupun jari tangan dapat dilakukan sebagai suatu awal pembelajaran • Belajar aritmatika untuk anak prasekolah dibatasi dari 0 sampai 10
  • 50. • Balok angka  pengenalan pertama terhadap kuantitas, mengajarkan urutan angka-angka kepada anak yang sebenarnya • Angka sandpaper  belajar nama angka dan bagaimana angka tersebut ditulis • Spindle box  pertama kali berkenalan dengan angka 0 yang berarti tidak ada Langkah dalam belajar dasar aritmatika:
  • 51. Kegiatan Balok-Balok Angka Usia 3 – 5 tahun Peralatan :  Balok-balok angka  Kartu-kartu kecil dengan angka 1 sampai 10 yang dituliskan di dalamnya Peragaan : 1) Letakkan balok no. 1 pada meja dan katakan “satu” 2) Letakkan lagi balok no.2 secara paralel di atas balok no.1 dan katakan “dua”; kemudian tunjuk masing- masing angka, dan katakan “satu, dua”
  • 52. 3) Lakukan hal yang sama sampai balok no.10 dan jelaskan pada masing- masing bagian bahwa “dua adalah lebih besar daripada satu” dan lain sebagainya Tujuan Kegiatan : Memperkenalkan lebih lanjut angka-angka kepada anak dan hubungan nama dengan kuantitasnya
  • 53. Kegiatan Angka Sandpaper (Ampelas) Usia 3 -5 tahun Peralatan :  Angka-angka sandpaper  Alat hitung (kepingan, kancing, batu, dll) sebanyak 45 buah Peragaan : 1) Tunjukkan kepada anak 2 sendi pertama pada jari telunjuk dan jari tengah. Lenturkan jari tersebut dan tunjukkan bagaimana cara kerjanya, jelaskan bahwa dua jari tersebut akan melakukan pekerjaan dalam kegiatan ini 2) Mulailah dengan angka nol, jelaskan bahwa angka ini tidak berarti apa-apa, dan telusuri angka nol dengan kedua jari
  • 54. 3) Katakan angka “satu”, sambil Anda meletakkan angka tersebut di lantai di sebelah angka nol. Telusuri angka satu ini dan letakkan satu alat hitung di bawahnya untuk menunjukkan bahwa angka satu lebih besar daripada nol 4) Setiap angka baru diperkenalkan, ulangi dan hitunglah: 0, 1, 2, 3, 4 5) Berikan nilai pada lambang-lambang dengan menempatkan alat hitung yang sesuai dengan angka yang dimaksud. Tunjukkan bahwa dua lebih besar dibanding satu, dan seterusnya 6) Pastikan anak mengetahui dan memahami arti angka nol sampai empat; kemudian lanjutkan dengan cara yang sama sampai angka sembilan
  • 55. Tujuan Kegiatan : • Memperkenalkan angka-angka kepada anak dan mengajari mereka hubungan antar nama angka dan kuantitas yang dimaksud • Memperkenalkan bentuk angka dan mengajarkan bagaimana suatu angka dibentuk (menelusuri angka dengan jari)
  • 56. Kegiatan Spindle Box Usia 3 – 5 tahun Peralatan : spindle box Peragaan : 1) Keluarkan spindle (gelondong) dari semua kompartemennya 2) Mulailah dengan kompartemen yang pertama, katakan dengan keras angka yang tertulis pada kompartemen itu, kemudian letakkan kembali spindle tersebut sambil mengeluarkan angka yang dimaksud 3) Lanjutkan dengan cara yang sama untuk masing-masing kompartemen sampai semua spindle diletakkan kembali di dalam kotak Tujuan :  Mengajarkan hubungan antara angka-angka dengan kuantitas  Mengenalkan angka nol
  • 57. Metode Pengajaran Montessori Anak Usia Sekolah Dasar Mencakup dua area: 1) kemampuan matematika 2) kemampuan bahasa kedua bidang ini merupakan bidang-bidang yang menjadi landasan dan diperlukan untuk memahami pelajaran yang diberikan di sekolah Penguasaan anak pada dua bidang ini menunjang keberhasilan belajar di masa yang akan datang
  • 58. Kemampuan Matematika • Urutan dalam mengajarkan keterampilan matematika : 1) mengajarkan nama kuantitas (misal: 1, 2, 3,….) 2) mengajarkan simbol kuantitas (misal: +, −, x, ÷) 3) memadukan kedua hal tersebut • Penggunaan materi manipulatif dalam mempelajari konsep-konsep matematika dasar pada usia dini  membantu anak memahami fakta dan menguasai keterampilan dasar operasi matematika
  • 59. Contoh Latihan Kemampuan Matematika Papan Bilah Pengurangan Usia 6 – 9 tahun Peralatan :  Bahan-bahan papan bilah pengurangan  Rangkuman tabel pengurangan  Tabel pengurangan kosong untuk diisi anak Peragaan : 1) Anak mengambil satu tabel pengurangan, misalnya tabel pengurangan bilangan 5 2) Untuk soal 5-3, letakkan mistar putih pada papan bilah menutupi seluruh angka di sebelah kanan bilangan 5
  • 60. 3) Letakkan mistar 3 biru di sebelah kiri mistar putih menyatu dengannya; jawaban yang ditunjukkan adalah 2 4) Anak mencatat hasil jawaban dan bisa mencocokkan jawabannya dengan rangkuman tabel keseluruhan 5) Lanjutkan dengan cara yang sama sampai tabel-tabel terisi seluruhnya Tujuan : Untuk memperkenalkan anak dengan suatu kerja sistematis tabel pengurangan
  • 61. Kemampuan Bahasa • Usia ideal belajar membaca: 4 ½ - 6 tahun • Salah satu kunci penting: jangan tergesa-gesa mengajarkan anak membaca, tunggulah sampai anak siap untuk mulai belajar membaca • Berbagai pengalaman berbahasa yang berbeda diperlukan untuk membangun dan memperkaya dasar anak untuk belajar membaca dan menulis • Salah satu metode membaca yang sering digunakan adalah metode fonetik
  • 62. Cara praktis u/mengembangkan kemampuan bahasa anak : • Doronglah rasa ingin tahu anak sejak usia prasekolah dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan anak yang seperti tidak ada • Berikan anak kesempatan mengembangkan serta memperkuat kecakapan bahasanya melalui pembicaraan dengan orang dewasa • Biasakan berbicara dengan tepat serta gunakan pengucapan yang akurat dan jelas (hindari percakapan dengan menggunakan gaya bicara bayi) • Jangan takut memperkenalkan kata-kata yang tidak umum digunakan dalam keseharian • Doronglah anak untuk berbicara dengan anak lain dan orang dewasa • Mintalah anak untuk menceritakan pengalamannya dan sekaligus menuliskannya, kemudian bacakan kembali pengalamannya sehingga anak mulai mengembangkan konsep kata tertulis • Luangkan waktu untuk membaca apa saja kepada anak • Kenalkan anak pada perpustakaan dan bantulah dia menumbuhkan minatnya untuk meminjam buku
  • 63. Contoh Latihan Kemampuan Bahasa Fonetik dan Membaca Usia 4 ½ – 5 ½ tahun Peralatan :  Kotak-kotak benda dengan kartu nama  Kartu-kartu gambar  Kartu-kartu kalimat  Buku-buku gambar
  • 64. Peragaan : Langkah 1 1) Letakkan sebuah kotak yang terdiri dari 6 objek dengan kartu nama yang dapat dicocokkan, yang terdiri dari 3 atau 4 huruf 2) Letakkan objek-objek itu di atas meja 3) Berilah anak sebuah kartu nama dan mintalah dia untuk membaca dengan suara yang keras 4) Mintalah anak meletakkan kartu di bawah benda yang sesuai dengan kartu 5) Teruskan cara ini hingga anak mengerti dan mampu melatih diri
  • 65. Langkah 2 1) Gunakan prosedur yang sama dengan kartu-kartu gambar dan cocokan dengan kartu-kartu kata 2) Kenalkan kartu-kartu gambar; mintalah anak mencocokkan kartu-kartu kata dengan gambar; kemudian mengucapkan kata tersebut Langkah 3 Tunjukkan kartu-kartu kalimat, dan biarkan anak melihat gambar-gambar dan membaca kalimat tersebut Langkah 4 Anak membaca kalimat-kalimat yang ada dalam buku gambar. Tujuan : pengenalan anak akan membaca
  • 67. From Frobel to Montessori (1) 1840: Frobel (WN Jerman) membangun Kindergarten Visi Frobel: anak-anak sedekat mungkin dengan alam Kindergarten berisi kegiatan penuh mainan & nyanyian penuh kesenangan Akhir abad 19, muncul ide dari Montessori “kemerdekaan dalam usaha pendidikan sudah terbuka”
  • 68. From Frobel to Montessori (2) Maria Montessori dikenal dg “Montessori-scholen”-nya yang kini terdapat di seluruh dunia. Montessori mendukung Fröbel: masa anak-anak akan mempengaruhi masa dewasa yang akan datang (perkembangan anak mempengaruhi perkembangan dewasa). 1907: Montessori mendirikan “Casa dei bambini” (“rumah untuk merawat anak-anak”). Visi Casa deibambini :agar anak-anak berada di dalam rumah perawatan selama orang tuanya bekerja di pabrik, dan pada waktu petang diambil kembali oleh orang tuanya masing-masing.
  • 69. From Frobel to Montessori (3) Sekolah Montessori berbeda dengan sekolah Taman Anak Fröbel Taman Anak masih terbatas untuk kaum atasan dan dalam beberapa hal dianggap kurang sesuai dengan jaman pada saat Montessori. Montessori mendapatkan penghargaan luar biasa karena hasratnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan cara pendidikan bagi anak-anak umumnya, khususnya bagi anak-anak yang terhambat dalam perkembangan mental Montessori memegang teguh dasar dan azas ilmu pengetahuan dalam segala penyelidikan. Berbagai percobaan telah dilakukan, sehingga pengetahuan pendidikan, teori-teori pendidikannya didasarkan bukti-bukti yang konkrit.
  • 70. From Montessori to Ki Hajar Dewantara (1) 1941, Indonesia, Taman Siswa mendapat kehormatan berupa tinjauan langsung oleh ahli pendidik Montessori, namun dibatalkan karena saat itu Indonesia sedang perang melawan Belanda. Pada tanggal 3 Juli 1922, perguruan nasional Taman Siswa, yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara membuka sekolah anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang dinamakan Taman Lare atau Taman Anak. Selanjutnya “Taman Anak” “Taman Indria”: anak-anak di <7 tahun masih berada dalam periode perkembangan panca-inderanya. Dasar tsb yang dipakai Fröbel untuk memberi bentuk, isi dan metodenya pada Kindergarten. Dasar itulah pula yang oleh Montessori digunakan untuk mewujudkan cita-cita pendidikannya bagi anak-anak.
  • 71. Dasar-dasar sistem pendidikan Taman Siswa bagi anak-anak di bawah umur 7 tahun ini memodifikasi metode Fröbel dan metode Montessori, dan menyesuaikannya dengan adat Timur. Taman Indria: awal mula terbentuknya sekolah Taman Kanak-kanak di Indonesia. From Montessori to Ki Hajar Dewantara (2)
  • 72. Montessori Kini (1) (case study: Jakarta Montessori School) Dalam ranah pendidikan formal, model Montessori pertama kali digunakan di sekolah di Jakarta pada tahun 1981 sebagai pendidikan taman kanak-kanak dengan nama Sekolah Srikandi Montessori di bawah pimpinan Gloria Kalff Untuk memenuhi tingginya pemintaan masyarakat atas model pendidikan Montessori, sekolah Srikandi Montessori mengembangkan sekolahnya menjadi sekolah bagi anak berusia 2-11 tahun (2 tahun hingga 6 SD)
  • 73. Montessori Kini (2) Pada tahun 1995, sekolah Srikandi Montessori berubah nama menjadi Jakarta Montessori School dengan tetap mengusung filosofi pendidikan Montessori beserta fasilitas, modul dan peralatan sekolah yang secara ekslusif diimpor langsung dari Neinhuis Montessori, Holland.
  • 74. Montessori Kini (3) Pada setiap kelas terdapat satu guru yang telah menguasai pendidikan Montessori dan seorang asisten guru Guru harus terlebih dahulu menerima training resmi dari Montessori training center Asisten guru harus memahami prinsip-prinsip perkembangan anak serta memiliki kemampuan mereka mengobservasi anak
  • 75. Montessori Kini (4) Saat ini, Jakarta Montessori School merupakan salah satu anggota the American Montessori Society, NYC, New York Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Jakarta Montessori School (JMS), siswa yang telah lulus dari JMS memiliki : • kemampuan bertransisi yang sangat baik • memiliki keingintahuan yang tinggi, • Sikap disiplin, inisiatif, pantang menyerah, dan sikap positif terhadap sekolah.
  • 76. Montessori Kini (5) Pemelajar pendidikan Montessori adalah pemelajar yang mampu beradaptasi. Para pemelajar didorong untuk membuat keputusan bagi diri mereka sendiri sejak usia dini. Pemelajar akan tumbuh sebagai good problem solver, decision maker & time manager Para pemelajar Montessori di JMS juga didorong untuk saling bertukar gagasan dan mendiskusikan hasil pekerjaan mereka keterampilan berkomunikasi PENTING
  • 77. Montessori Kini (6) • self-directed, • non-competitive activities, • menolong anak mengembangkan gambaran diri yang positif (good self-images) • percaya diri dalam menghadapi tantangan serta perubahan. Pendidikan Montessori yang digunakan JMS berangkat dari prinsip :