Modul ini membahas teori belajar behavioristik, meliputi pengertian dan asumsi dasarnya, sejarah perkembangannya, aliran-alirannya seperti classical conditioning dan operant conditioning, serta strategi penerapannya dalam pembelajaran seperti memberikan penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan.
3. Pada Kegiatan Belajar 1 Mahasiswa akan
mempelajari tentang:
1. Menjelaskan pengertian dan asumsi dasar teori
Behavioristik
2. Menjelaskan sejarah perkembangan teori belajar
Behavioristik
3. Menganalisis teori belajar Behavioristik dari sudut
pandang berbagai pakar
4. Menganalisis kekuatan dan kelemahan teori belajar
Behavioristik
4. Pengertian dan asumsi dasar teori Behavioristik
Teori behavioristik pertama dikemukakan oleh
Petrovic Pavlov (1849-1963)yang dikenal dengan
Classical Conditioning bahwa belajar merupakan
hubungan antar stimulus atau rangsang dengan
respon /aksi/tanggapan. Menurut teori ini belajar
adalah perubahan perilaku yang relatif permanen
dan terjadi secara eksternal sebagai hasil dari
pengalaman.
Stimulus ada 3:
a. Excitatory (respon)
b. Inhibitory (berlawanan dengan respon)
c. Neutral (tidak menimbulkan respon)
Konsep tentang Respon, Stimulus, dan
Kebiasaan:
1. Contiguity (keterhubungan)
2. Frequency (banyaknya pemunculan)
3. Intensity (tingkat intesnistas)
4. Similarity (kemiripan)
Contoh:
Bel berbunyi tanda pelajaran telah usai.
Bel (stimulus) anak antusias untuk pulang
(respon) anak pulang (reflek)
5. Asumsi dasar:
a. Pengamatan (observasi)
b. Prinsip belajar yang sama digunakan untuk perilaku berbeda
c. Sebagian proses belajar dapat dipelajari secara objektif
d. Mengabaikan prose belajar kognitif
e. Belajar merupakan perubahan perilaku
f. Organisme terlahir dalam keadaan kosong
g. Belajar merupakan interaksi anatara individu dengan lingkungan
h. Jika memungkinkan belajar perilaku dijelaskan dengan prinsip
belajar.
6. Sejarah perkembangan teori belajar Behavioristik
1. Ivan Petrovich Pavlov (cassical Cpnditioning)
2. Edward L. Thorndike (connectionism)
3. John Broadus Watson (behaviorism)
4. Edwin Ray Guthrie (contiguity)
5. Clark Hull (SR =>SOR)
6. Burrhus Frederic Skinner (Operant conditioning)
9. Aliran dan Jenis Teori Belajar
Behavioristik
Aliran Teori Belajar
Behavioristik
Precursor Behaviorisme
Early Behaviorism
Radical Behaviorism
Post Behaviorism & Neo
Behavirosm Current
Jenis Teori Behavioristik
Clasical
Conditioning
Contiguous
Conditioning
Operant Conditioning
10. Aliran Teori
Belajar Behavioristik
Wilhem Wundt
(1832 - 1920)
• Pengetahuan dan pengalaman sebagai suatu
reaksi kimia, yang antara lain dalam
menganalisanya perlu dilakukan hal—hal berikut‘
:
• Data tentang pengalaman harus dianalisis.
• Bagian-bagian mendasar dari pengalaman perlu
diidentifikasi.
• Pola serta hukum yang menggambarkan
bagaimana bagian-bagian mendasar tersebut
menyatu dan membenluk kesadaran dan
pengalaman yang lebih kompleks perlu
dideskripsikan.
Ivan Pavlov
(1839 - 1946)
•Pavlov mengungkapkan bahwa
kita bisa menghasilkan suatu
respons dengan
mengombinasikan dua stimulus;
stimulus alami dan stimulus
buatan.
11. Aliran Teori
Belajar Behavioristik
J.B Watson
(1878-1958)
• Belajar adalah proses
interaksi antara stimulus
dan respon, namun
stimulus dan respon yang
dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat
diamati (observabel) dan
dapat diukur.
14. Jenis Teori Behavioristik
1. Clasical Conditioning - Ivan Pavlov (1839 - 1946)
INTINYA :
Pavlov mengungkapkan bahwa kita bisa
menghasilkan suatu respons dengan
mengombinasikan dua stimulus;
stimulus alami dan stimulus buatan yang
dilakukan secara berulang.
15. Jenis Teori Behavioristik
2. Contiguity - E.R. Guthrie (1886-1959)
Sebagaimana satu tindakan terdiri dari beberapa gerakan, satu keahlian juga terdiri dari
beberapa tindakan. Jadi, belajar keahlian seperti bermain golf atau menyetir mobil
membutuhkan ribuan asosiasi antara stimuli spesifik dengan gerakan spesifik.
Dengan kita belajar biasanya terjadi dalam satu episode asosiatif. Tetapi juga dbutuhkan
banyak latihan dan banyak repetisi untuk mendapatkan keterampilan tertentu, sebab
keterampilan membutuhkan banyak gerakan spesifik yang harus dikaitkan dengan
berbagai situasi stimulus yang berbeda-beda. Keterampilan atau keahlian bukan
kebiasaan sederhana, tetapi sekumpulan besar kebiasaan yang menghasilkan sesuatu
prestasi tertentu dalam berbagai macam situasi.
16. Jenis Teori Behavioristik
3. Operant Conditioning – Skinner (1904 – 1990)
Operant conditioining adalah suatu metode pembelajaran menggunakan reward
(hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai konsekuensi perilaku.
19. Penerapan Classical Conditioning Dalam Pembelajaran
● Siswa harus aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran
yang membentuk perilaku
● Siswa harus mempraktekkan tugas tugas pembelajaran
untuk pembentukan perilaku
● Guru harus konsisten
● Guru harus mendampingi siswa agar berhasil
● Kelas harus merupakan lingkungan yang aman dan nyaman
untuk belajar
● Siswa harus berlatih menghadapi ketidakpastian
● Guru memberikan perhatian terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan tugas tugas belajar di dalam kelas
20. Penerapan Operant Conditioning Dalam Pembelajaran
Pembentukan perilaku dengan cara pemberian penguatan
positif untuk perilaku yang diharapkan dan penguatan negatif
untuk perilaku yang tidak diharapkan .
● Perumusan Tujuan belajar
● Pembelajaran terprogram
● Belajar tuntas
● Kontrak pembelajaran
● Penerapan analisa perilaku
21. Modifikasi Perilaku
Memperkuat Perilaku
Positive Reinforcement
Guru menempatkan siswa di bangku
depan untuk mengurangi kebiasaan
ribut dan mengobrol pada waktu
belajar
Negative Reinforcement
Melemahkan Perilaku
Sarah tidak lagi ribut di dalam kelas
setelah diberi pujian oleh guru pada
waktu ia duduk dan belajar dengan
tenang
22. Penerapan Teori Belajar Behavioristik
● Penekanan pada perilaku
● Praktek dan latihan berulang -ulang
● Memutus kebiasaan
23. Strategi Penerapan Teori Belajar
Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran
● Contiguiquity
● Frequency
● Consistency
● Similarity
24. Beberapa Kegiatan Pembelajaran Yang Menerapkan Teori
Belajar Behavioristik Antara Lain:
1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari
materi sederhana sampai kompleks.
2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka
guru akan segera diperbaiki.
4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan.
5. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
6. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement),
baik dari sisi positif dan negatif.