Toilet training pada balita perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan infeksi saluran kemih. Orang tua disarankan memberikan cukup cairan untuk mencegah sembelit, menghindari iritan pada toilet, serta mengganti celana dalam basah segera. Toilet training membutuhkan kesabaran karena bervariasi antar anak, namun perlu dilakukan sebelum usia 3 tahun untuk mengontrol kandung kemih.
1. Toilet Training Pada Balita : Bagaimana Mencegah Infeksi Saluran Kemih ?
Oke Rina Ramayani, Beatrix Siregar, Rosmayanti S.Siregar, Rafita Ramayati, Rusdidjas
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Toilet training (latihan bertoilet) merupakan usaha pembelajaran bagi balita agar dapat
melakukan tindakan buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). Hal ini
merupakan langkah pertama yang memungkinkan balita untuk buang air kecil maupun buang air
besar di toilet serta belajar membedakan antara ‘basah dengan kering’ (dalam hal kemampuan
mengendalikan rangsangan untuk berkemih dan buang air besar). Kemampuan balita untuk dapat
mengatur sendiri berkemih dan buang air besar terjadi pada usia 12-36 bulan. Biasanya
kemampuan untuk dapat mengkontrol buang air besar terjadi lebih dahulu baru kemudian buang
air kecil.
Apabila balita telah berhasil dalam toilet training maka kemampuan pengosongan
kandung kemih juga sempurna. Kapasitas kandung kemih meningkat cepat sesudah kemampuan
toilet training sempurna dibandingkan sebelum toilet training. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan balita untuk tetap ‘kering’ sepanjang malam (mencegah mengompol).
Kapan sebaiknya para orang tua memulai toilet training? Belum ada waktu yang pasti,
tapi sebaiknya dilakukan saat balita sudah dapat mengemukakan pendapat sendiri; sudah dapat
membuka dan mamasang pakaian sendiri serta siap secara fisik dan mental, yaitu antara umur 2
atau 3 tahun. Kontrol otot kandung kemih dimulai lebih awal pada anak perempuan
dibandingkan anak laki-laki. Biasanya pada umur 1-1,5 tahun, balita telah membuat suara/tanda
untuk menunjukkan akan buang air kecil dan kontrol terhadap kandung kemih sudah lengkap
pada usia 3,5 tahun.
Anggapan orang tua jika balitanya telah ‘berhasil’ dalam toilet training berarti kemajuan
besar dalam perkembangan anak mereka. Padahal, latihan bertoilet akan memakan waktu lebih
kurang 3-6 bulan tergantung kemampuan anak. Ada beberapa langkah dalam toilet training
yaitu: kesabaran diperlukan dalam menghadapi anak sewaktu toilet training. Hal yang perlu
diingat toilet training membutuhkan waktu dan tentu saja waktu untuk mencapai keberhasilan
berbeda untuk setiap anak. Selanjutnya orang tua perlu menunjukkan kepada balita apa yang
harus dilakukan di kamar mandi/toilet. Balita paling suka meniru orang tua ataupun kakak/abang
mereka. Idealnya, seorang ayah memberikan contoh kepada anak laki-laki dan seorang ibu
2. kepada anak perempuan. Pemakaian pakaian yang mudah untuk dikenakan/dilepas juga
membantu latihan bertoilet di samping itu balita anda juga perlu diajarkan mengucapkan kata
khusus di dalam keluarga untuk menyatakan kebiasaan berkemih, misal: ‘yuk kita piss’. Keadaan
ini mempercepat anda dan balita anda mengenali saat berkemih. Setelah balita anda berhasil
mengungkapkan mau berkemih dan pergi ke toilet (walaupun tidak selalu berhasil buang air saat
itu terjadi), beri pujian dan apresiasi oleh karena memberi rangsangan kepada balita anda untuk
mengulanginya lagi.
Selama toilet training pada balita, mekanisme normal pengosongan kandung kemih dapat
terganggu. Hal ini disebabkan balita cenderung tergesa-gesa dalam berkemih atau sama sekali
berusaha menahan berkemih. Keadaan ini biasanya mengganggu proses pengosongan kandung
kemih yang sempurna dan risiko terjadi infeksi saluran kemih meningkat. Sebaliknya, apabila
kemampuan mencapai kesempurnaan toilet training terjadi lebih lambat maka kemampuan anak
untuk mengontrol kemampuan kandung kemih juga terlambat. Keadaan ini mengganggu fungsi
kandung kemih normal (kandung kemih disfungsional).
Orang tua hendaknya melakukan beberapa hal agar balita terhindar dari infeksi saluran
kemih selama toilet training. Balita diberikan minum yang cukup sehingga merangsang mereka
sering duduk di toilet sehingga pengosongan kandung kemih sempurna. Pemberian hidrasi juga
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya sembelit. Sembelit merupakan keadaan yang
mengganggu proses pengosongan kandung kemih dan meningkat risiko infeksi saluran kemih.
Upaya lain untuk menghindari terjadi infeksi saluran kemih pada balita adalah
menghindari pemakaian bubble bath atau iritan selama di toilet. Hal ini sering dilakukan,
padahal dapat mengganggu flora normal saluran kemih. Keadaan celana dalam ketat maupun
terbuat dari bahan nilon atau tidak segera diganti ketika basah/setelah berenang, juga sering
terlewatkan oleh orang tua. Keadaan di atas menjadi pemicu infeksi saluran kemih pada balita.
Daftar Pustaka
1. Blum JN, Taubman B, Nemeth N. Relationship between age at initiation of toilet training
and duration of training: a prospective study. Pediatrics 2003;111:810-14.
2. Hellstrom, Anna-Lena. Influence of potty training habits on dysfunctional bladder in
children. Lancet 2000;356:1787.
3. 3. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono
PP, Pardede SO,penyunting, Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia;2002.h.142-63
4. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL. Konsensus Infeksi
Saluran Kemih Pada Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;2011.h.1-24
5. Community Paediatrics Committee, Canadian Paediatric Society. Toilet training:
anticipatory guidance with a child-oriented approach. Paediatr Child Health 2000;5:333-
44.