Dokumen tersebut membahas pentingnya kemampuan self-regulation pada anak, terutama terkait lapar dan kenyang. Respon orangtua yang mendukung kemampuan anak mengenali dirinya sendiri akan membantu tumbuhnya self-regulation, sementara respon yang tidak mendukung dapat menghambatnya dan menyebabkan berbagai masalah ke depannya.
4. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Sejak lahir, tanpa perlu diajarkan, semua makhluk hidup
mengenal rasa lapar dan mencari cara mengatasi
rasa laparnya dengan berburu makanan.
5. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Saat lapar, bayi menangis, ia tahu itulah cara
mengkomunikasikan laparnya dan membuat ibunya
“bergerak” memberikan ASI.
6. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Respon ibu yang tepat di awal kehidupan bayi akan
membantu ia memercayai tubuhnya.
Oh, benar aku lapar.
7. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
… Dan memercayai dunianya.
Saat aku lapar, ibu akan memberi makan. Saat aku
kenyang, ibu akan berhenti menyusui.
8. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Interaksi ini, membantu ibu memercayai kemampuan
self-regulation bayi, yang baru lahir sekalipun.
Bayiku tahu kapan ia lapar dan kenyang.
9. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Kemampuan self-regulation yang sudah terbangun
saat bayi ini akan terkikir, jika:
Anak bilang belum lapar, orangtua memaksa makan.
Anak bilang kenyang, respon orangtua: Kok sudah kenyang?
Kan baru sedikit.
10. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Orangtua tidak lagi memercayai
kemampuan anak mengenal dirinya sendiri.
11. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Dan karena ini, anak akan mulai bertanya pada dirinya:
Siapa yang harus aku percaya, tubuhku atau orangtuaku?
Bukankah orangtua tidak mungkin berbohong?
Pasti rasa tubuhku yang salah.
12. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Inilah awal dari segala masalah kemampuan
self-regulation anak.
13. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Anak yang tidak tumbuh kemampuan self-regulationnya,
pada akhirnya tidak memercayai respon tubuhnya.
Dan tidak memiliki kontrol akan reaksi tubuhnya.
14. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Sensasi lapar dan kenyang tidak ada artinya bagi anak.
Bagaimana sebuah pengalaman bisa menjadi pelajaran
kalau ia tidak pernah mengalaminya?
15. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Ketidakberdayaan anak akan tubuhnya sendiri ini
akan tergeneralisasi bukan hanya pada soal
lapar-kenyang dan makan. Tapi juga pada hal lain.
16. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Apakah Anda pernah melihat anak yang
berteriak-terika saat mengantuk?
Orangtuanya belum mengajarkan bahwa rasa lelah,
mata yang berat dan kaki yang pegal adalah
rasa kantuk dan harus direspon dengan tidur.
17. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Atau misalnya pada orang dewasa yang kecanduan rokok.
Mereka tidak mampu mengenal kebutuhan tubuhnya.
Apa reaksi tubuh saat ada dan tidak ada nikotin
dan apa yang harus dilakukan untuk mengendalikannya.
18. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Sekarang bayangkan situasi lain di mana bayi menangis.
Ibu yang responsif, setelah beberapa minggu kelahiran bayi,
akan belajar membedakan tangisan bayi lapar,
sakit atau tidak nyaman.
19. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Bayi yang menangis karena lapar,
akan direspon dengan ibu yang berkata:
Wah, perutnya sudah lapar ya, rasanya tidak enak dan jadinya
kita pengen marah-marah. Itu artinya kamu lapar. Nanti kalau
sudah bisa ngomong, kamu bilang ya, aku lapar bu.
21. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Ibu ini juga yang 4 tahun kemudian akan memercayai
porsi dan waktu makan yang ditentukan anaknya.
Dan merespon dengan tepat ketika anak
mengatakan lapar dan kenyang.
22. “kok udah kenyang?
‘kan baru sedikit.”
Anak dengan kemampuan self-regulation yang baik,
akan mengonsumsi makanan sesuai porsinya.
Mereka tidak menyisakan dan
tidak juga menambah makanan.