Perang Badar adalah pertempuran pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya yang terjadi pada tahun 624 Masehi. Pasukan kecil Muslim berjumlah 313 orang berhadapan dengan pasukan Quraisy dari Mekkah sebanyak 1.000 orang. Setelah pertempuran sengit yang berlangsung kurang dari dua jam, pasukan Muslim berhasil mengalahkan pasukan Quraisy dan membuat mereka mundur dalam kekacauan.
3.
PENGERTIAN PERANG BADAR
Pertempuran Badar (bahasa Arab: غزوةبدر ,
ghazawāt badr), adalah pertempuran besar
pertama antara umat Islam melawan musuh-
musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624
Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan
kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang
bertempur menghadapi pasukan Quraisy[1] dari
Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah
bertempur habis-habisan sekitar dua jam,
pasukan Muslim menghancurkan barisan
pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian
mundur dalam kekacauan.
HOME
BACK NEXT
4.
LATAR BELAKANG
Pada tahun 622, dengan semakin
meningkatnya kekerasan terbuka yang dilakukan
kaum Quraisy kepada kaum Muslim di Mekkah,
Muhammad dan banyak pengikutnya hijrah ke
Madinah. Hal ini menandai dimulainya kedudukan
Muhammad sebagai pemimpin suatu kelompok dan
agama.
Setelah kejadian hijrah, ketegangan
antara kelompok masyarakat di Mekkah dan
Madinah semakin memuncak dan pertikaian
terjadi pada tahun 623 ketika kaum Muslim
memulai beberapa serangan (sering disebut
ghazawāt dalam bahasa Arab) pada rombongan
dagang kaum Quraisy Mekkah. HOMEBACK NEXT
5. PERTEMPURAN
Di musim semi tahun 624,
Muhammad mendapatkan
informasi dari mata-matanya
bahwa salah satu kafilah
dagang yang paling banyak
membawa harta pada tahun
itu, dipimpin oleh Abu Sufyan
dan dijaga oleh tiga puluh
sampai empat puluh pengawal,
sedang dalam perjalanan dari
Suriah menuju Mekkah.
Mengingat besarnya kafilah
tersebut, atau karena
beberapa kegagalan dalam
penghadangan kafilah
sebelumnya, Muhammad
mengumpulkan pasukan
sejumlah lebih dari 300
orang, yang sampai saat itu
merupakan jumlah terbesar HOMEBACK NEXT
6. PERGERAKAN MENUJU BADAR
Muhammad memimpin pasukannya sendiri
dan membawa banyak panglima utamanya,
termasuk pamannya Hamzah dan para calon
Kalifah pada masa depan, yaitu Abu Bakar ash-
Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi
Thalib. Kaum Muslim juga membawa 70 unta dan
3 kuda, yang berarti bahwa mereka harus
berjalan, atau tiga sampai empat orang duduk di
atas satu unta[8] Namun demikian, banyak
sumber-sumber kalangan Muslim pada awal masa
itu, termasuk dalam Al-Qur'an sendiri, tidak
mengindikasikan akan terjadinya suatu
peperangan yang serius,[9] dan calon khalifah
ketiga Utsman bin Affan juga tidak ikut karena
istrinya sakit.[10]
HOMEBACK NEXT
7.
Lukisan Iran (1314), menggambarkan
pertemuan para pemimpin Muslim
sebelum memulai Pertempuran Badar.
RENCANA PASUKAN MUSLIM"Dan (ingatlah), ketika
Allah menjanjikan
kepadamu bahwa salah
satu dari dua golongan
(yang kamu hadapi)
adalah untukmu,
sedang kamu
menginginkan bahwa
yang tidak mempunyai
kekuatan senjatalah
yang untukmu,[15] dan
Allah menghendaki
untuk membenarkan
yang benar dengan
ayat-ayat-Nya dan
memusnahkan orang- HOMEBACK NEXT
8. Pada saat itu telah sampai kabar kepada pasukan
Muslim mengenai keberangkatan pasukan dari Mekkah.
Muhammad segera menggelar rapat dewan peperangan,
disebabkan karena masih adanya kesempatan untuk
mundur dan di antara para pejuang Muslim banyak yang
baru saja masuk Islam (disebut kaum Anshar atau
"Penolong", untuk membedakannya dengan kaum Muslim
Quraisy), yang sebelumnya hanya berjanji untuk
membela Madinah. Berdasarkan pasal-pasal dalam Piagam
Madinah, mereka berhak untuk menolak berperang serta
dapat meninggalkan pasukan. Meskipun demikian
berdasarkan tradisi Islam (sirah), dinyatakan bahwa
mereka pun berjanji untuk berperang. Sa'ad bin Ubadah,
salah seorang kaum Anshar, bahkan berkata "Seandainya
engkau (Muhammad) membawa kami ke laut itu, kemudian
engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun
akan mengikutimu."[16] Akan tetapi, kaum Muslim masih
berharap dapat terhindar dari suatu pertempuran
terbuka, dan terus melanjutkan pergerakannya menuju
Badar.
HOMEBACK NEXT
9. Pada tanggal 15 Maret, kedua pasukan telah berada
kira-kira satu hari perjalanan dari Badar. Beberapa pejuang
Muslim (menurut beberapa sumber, termasuk Ali bin Abi
Thalib) yang telah berkuda di depan barisan utama, berhasil
menangkap dua orang pembawa persedian air dari pasukan
Mekkah di sumur Badar. Pasukan Muslim sangat terkejut
ketika mendengar para tawanan berkata bahwa mereka
bukan berasal dari kafilah dagang, melainkan berasal dari
pasukan utama Quraisy. Karena menduga bahwa mereka
berbohong, para penyelidik memukuli kedua tawanan
tersebut sampai mereka berkata bahwa mereka berasal
dari kafilah dagang. Akan tetapi berdasarkan catatan
tradisi, Muhammad kemudian menghentikan tindakan
tersebut.[16] Beberapa catatan tradisi juga menyatakan
bahwa ketika mendengar nama-nama para bangsawan
Quraisy yang menyertai pasukan tersebut, ia berkata
"Itulah Mekkah. Ia telah melemparkan kepada kalian
potongan-potongan hatinya."[17] Hari berikutnya Muhammad
memerintahkan melanjutkan pergerakan pasukan ke wadi
Badar dan tiba di sana sebelum pasukan Mekkah.
HOMEBACK NEXT
10. Sumur Badar terletak di lereng yang landai
di bagian timur suatu lembah yang bernama
"Yalyal". Bagian barat lembah dipagari oleh sebuah
bukit besar bernama "'Aqanqal". Ketika pasukan
Muslim tiba dari arah timur, Muhammad pertama-
tama memilih menempatkan pasukannya pada
sumur pertama yang dicapainya. Tetapi, ia
kemudian tampaknya berhasil diyakinkan oleh
salah seorang pejuangnya, untuk memindahkan
pasukan ke arah barat dan menduduki sumur yang
terdekat dengan posisi pasukan Quraisy.
Muhammad kemudian memerintahkan agar sumur-
sumur yang lain ditimbuni, sehingga pasukan
Mekkah terpaksa harus berperang melawan
pasukan Muslim untuk dapat memperoleh satu-
satunya sumber air yang tersisa.
HOMEBACK NEXT
11.
HARI PERTEMPURAN
Peta pertempuran. Pasukan
Mekkah (Hitam) mendekati
dari arah barat, sedangkan
pasukan Muslim (Merah)
mengambil posisi-posisi di
depan sumur-sumur Badar.
HOMEBACK NEXT
12.
Telah turun hujan pada hari sebelumnya, sehingga mereka
mereka harus berjuang ketika membawa kuda-kuda dan
unta-unta mereka mendaki bukit 'Aqanqal (beberapa
sumber menyatakan bahwa matahari telah tinggi ketika
mereka berhasil mencapai puncak bukit).[22] Setelah
menuruni bukit 'Aqanqal, pasukan Mekkah mendirikan
kemah baru di dalam lembah. Saat beristirahat, mereka
mengirimkan seorang pengintai, yaitu Umair bin Wahab,
untuk mengetahui letak barisan-barisan Muslim. Umair
melaporkan bahwa pasukan Muhammad berjumlah kecil, dan
tidak ada pasukan pendukung Muslim lainnya yang akan
bergabung dalam peperangan.[23] Akan tetapi ia juga
memperkirakan akan ada banyak korban dari kaum Quraisy
bila terjadi penyerangan (salah satu hadits menyampaikan
bahwa ia melihat "unta-unta (Madinah) yang penuh dengan
hawa kematian").[24] Hal tersebut semakin menurunkan
moral kaum Quraisy, karena adanya kebiasaan peperangan
suku-suku Arab yang umumnya sedikit memakan korban, dan
menimbulkan perdebatan baru di antara para pemimpin
Quraisy. Meskipun demikian, menurut catatan tradisi Islam,
Amr bin Hisyam membungkam semua ketidak-puasan dengan
membangkitkan rasa harga diri kaum Quraisy dan menuntut
[25]
HOMEBACK NEXT
13. Pertempuran diawali dengan majunya
pemimpin-pemimpin kedua pasukan untuk
berperang tanding. Tiga orang Anshar
maju dari barisan Muslim, akan tetapi
diteriaki agar mundur oleh pasukan
Mekkah, yang tidak ingin menciptakan
dendam yang tidak perlu dan menyatakan
bahwa mereka hanya ingin bertarung
melawan Muslim Quraisy. Karena itu,
kaum Muslim kemudian mengirimkan Ali,
Ubaidah bin al-Harits, dan Hamzah. Para
pemimpin Muslim berhasil menewaskan
pemimpin-pemimpin Mekkah dalam
pertarungan tiga lawan tiga, meskipunHOMEBACK NEXT
14. Quraisy yang tidak jelas jumlahnya tewas. Sebelum
pertempuran berlangsung, Muhammad telah memberikan
perintah kepada kaum Muslim agar menyerang dengan
senjata-senjata jarak jauh mereka, dan bertarung melawan
kaum Quraisy dengan senjata-senjata jarak pendek hanya
setelah mereka mendekat.[27] Segera setelah itu ia
memberikan perintah untuk maju menyerbu, sambil
melemparkan segenggam kerikil ke arah pasukan Mekkah;
suatu tindakan yang mungkin merupakan suatu kebiasaan
masyarakat Arab, dan berseru "Kebingungan melanda
mereka!"[28][29] Pasukan Muslim berseru "Ya manshur,
amit!!"[30] dan mendesak barisan-barisan pasukan Quraisy.
Besarnya kekuatan serbuan kaum Muslim dapat dilihat pada
beberapa ayat-ayat al-Qur'an, yang menyebutkan bahwa
ribuan malaikat turun dari Surga pada Pertempuran Badar
untuk membinasakan kaum Quraisy.[29][31] Haruslah dicatat
bahwa sumber-sumber Muslim awal memahami kejadian ini
secara harafiah, dan terdapat beberapa hadits mengenai
Muhammad yang membahas mengenai Malaikat Jibril dan
peranannya di dalam pertempuran tersebut. Apapun
penyebabnya, pasukan Mekkah yang kalah kekuatan dan
tidak bersemangat dalam berperang segera saja tercerai-
berai dan melarikan diri. Pertempuran itu sendiri
HOMEBACK NEXT