SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Copyright ©2014 zakajustice
PERBAIKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA DI PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH
DAERAH
Oleh
ZAKA FIRMAADITYA, SH.1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam
alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk pemerintahan negara
yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang.
Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan negara.2
Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan
menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem
pengelolaan keuangan negara harus sesuai dengan aturan pokok yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Dasar. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII Hal
Keuangan, antara lain disebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang, dan ketentuan mengenai pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta macam
dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Hal-hal lain mengenai
keuangan negara sesuai dengan amanat Pasal 23C diatur dengan undang-undang.
Keuangan Negara merupakan hal terpenting dalam suatu Negara yang
berdaulat, tanpa adanya keuangan Negara tidak mungkin suatu Negara yang
berdaulat dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai badan hukum yang
1
Email: zakaaditya_justice@yahoo.com
2
Penjelasan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Copyright ©2014 zakajustice
bersifat publik dan semua alat dan kelengkapan Negara dapat berjalan dengan
baik. 3
Awal perkembangan keuangan Negara di mulai pada akhir abad ke dua
puluh ketika Negara mulai ikut campur dalam kepentingan negaranya ini yang
dapat di sebut dengan Negara modern (welfare state modern).4
Munculnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara sangatlah di sambut gembira karena diharapakan dapat mengatur dan
mengelola segala pertanggungjawaban Negara dengan baik dan bijaksana serta
dapat mengakhiri silang pendapat yang sering terjadi selama ini.
Adapun pengertian dari keuangan Negara menurut Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UUKN) menyatakan bahwa
semua hak dan kewajiban Negara yang dapat di nilai dengan uang, serta segala
sesuatu yang dapat di nilai dengan barang yang dapat di jadikan milik Negara
yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.5
Akan tetapi dengan kehadiran Undang-Undan nomor 17 Tahun 2003 ini
tidak serta merta merubah system pengelolaan keuangan Negara menjadi lebih
baik seperti yang diharapkan. Akan tetapi justru menurut hasil temuan BPK tahun
2007 menyebutkan bahwa tingkat kebocoran keuangan Negara baik di
pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah. Yang disebabkan oleh buruknya
tingkat transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara.
Perbaikan transparansi dan akuntabilitas fiskal merupakan salah satu kunci
bagi keberhasilan perombakan sistem sosial yang kita lakukan selama era
reformasi sejak krisis ekonomi tahun 1997-1998 yaitu berkaitan dengan
transparansi dan akuntabilitas. Di sektor ekonomi, kita ingin beralih dari sistem
perencanaan terpusat kepada sistem yang lebih banyak menggunakan mekanisme
pasar. Dalam bidang politik, reformasi itu ingin menggantikan sistem politik
otoriter masa lalu dengan sistem demokrasi. Dalam sistem pemerintahan, kita
ingin merombak sistem pemerintahan sentralistis masa lalu diganti dengan
memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah.
3
Muhammad Djafar, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, Rajawali Press, 2011, hlm. 2.
4
Ibid, hlm. 3
5
Lihat ketentuan umum BAB I Undang-Undang Nomer 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Copyright ©2014 zakajustice
Perencanaan terpusat pada masa Orde Baru telah menciptakan kolusi,
korupsi, dan nepotisme. Privatisasi dan deregulasi masa itu juga digunakan untuk
memindahkan hak milik negara kepada kroni penguasa politik. Akibatnya,
produktivitas dan efisiensi perekonomian nasional kita menjadi semakin menurun
dan berakhir pada krisis tahun 1997-1998. Sistem politik yang demokratris
sekarang ini memberikan jaminan kebebasan berserikat dan bersuara termasuk
mendirikan partai politik. Dewasa ini, TNI dan Polri tidak lagi memiliki wakil di
DPR dan menduduki jabatan sipil. Presiden dan wakil presiden serta kepala
daerah kini dipilih langsung oleh rakyat berdasarkan platform atau janji politiknya
dan tidak lagi dipilih oleh MPR atau DPRD. Di masa lalu, MPR sekaligus
menyusun GBHN. Pada gilirannya, sistem ekonomi pasar hanya dapat berjalan
secara efektif dan efisien jika ada perlindungan hak milik individu serta
transformasi informasi pasar yang simetris6
. Yang terakhir ini termasuk
transparansi dan akuntabilitas keuangan negara. Sistem politik yang demokratis
dan sistem pemerintahan yang didasarkan pada otonomi daerah juga menuntut
adanya transparansi serta akuntabilitas keuangan negara. Tanpa itu, rakyat tidak
akan mau membayar pajak dan investor tidak mau membeli Surat Utang Negara
(SUN) kecuali dengan tingkat suku bunga yang sangat tinggi. Konflik antar
daerah dapat dipicu oleh perasaan curiga karena tidak transparan dan tidak
akuntabelnya keuangan negara. UUD 1945 dan ketiga UU tentang Keuangan
Negara Tahun 2003-20042 serta UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK
menugaskan BPK sebagai satu-satunya auditor untuk memeriksa laporan
keuangan ketiga lapis pemerintahan di Indonesia baik dipusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai akuntabilitas keuangan daerah
belum menunjukkan perbaikan sama sekali. Selama empat tahun sejak 2004-2007
tidak ada perubahan berarti. Kondisi buruk ini, dapat dilihat dari persentase
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian dan Wajar Dengan Pengecualian. Bahkan selama kurun waktu
2004-2007 tersebut nilainya semakin menurun setiap tahun.7
Lebih jauh lagi,
Persentase Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2004 yang mendapat penilaian
6
Muhammad Djafar, Op.cit, hlm. 56.
7
Pernyataan ketua BPK, Anwar Nasution dalam situs http://viva.co.id 15 Oktober 2008
Copyright ©2014 zakajustice
Wajar Tanpa Pengecualian, di Balaikota DKI Jakarta turun dari semula 7 persen
menjadi 5 persen pada 2006 dan satu persen pada 2007. Sebaliknya, Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah dengan opini Tidak Memberi Pendapat semakin
meningkat dari 2 persen pada 2004 menjadi 17 persen pada 2007. Untuk periode
yang sama opini Tidak Wajar naik dari 3 persen menjadi 19 persen.
Melihat fenomena ini, Pemerintah Daerah seharusnya bertindak untuk
melakukan perbaikan terhadap laporan keuangan agar bisa mendapat opini Wajar
Tanpa Pengecualian. Sementara itu hasil pemeriksaan atas 275 Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah tahun 2007 menunjukkan hanya 3 laporan yang memperoleh
opini wajar tanpa pengecualian, 173 laporan dengan opini wajar dalam
pengecualian, 48 lapangan dengan opini tanpa memberi pendapat dan 51 laporan
dengan opini tidak wajar. BPK hingga 2007 disebutkan belum menerima laporan
dari 32 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan sebanyak 161 Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah dalam proses penyelesaian pemeriksaan.
B. Permasalahan
Transparansi dan akuntabilitas merupakan kata kunci untuk mewujudkan
pengelolaan keuangan negara yang bersih (good governance). Untuk
mewujudkannya, pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK RI) bertujuan untuk memastikan agar uang negara dikelola dengan baik,
transparan, dan akuntabel sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan demi
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Sehingga dengan tidak transparan dan
akuntabelnya suatu pengelolaan keuangan Negara maka dapat dipastikan tidak
akan memberikan kesejahteraan kepada rakyat.
ANALISIS
A. Upaya perbaikan sistem pengelolaan keuangan negara
Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara, pemerintah dalam era reformasi telah melakukan koreksi secara
menyeluruh terhadap system keuangan negara yang dipergunakan pada masa
Copyright ©2014 zakajustice
Pemerintahan Orde Baru. Koreksi pertama adalah degan mengintegrasikan
anggaran negara dengan meniadakan pembedaan antara anggaran rutin dan
anggaran pembangunan yang terpisah di masa Orde Baru. Kontrol atas APBN kini
sepenuhnya berada di tangan Menteri Keuangan. Tadinya anggaran pembangunan
dikendalikan oleh Bappenas. Sementara itu, tahun anggaran kini dirubah sesuai
dengan tahun kalender dari yang tadinya berakhir tanggal 31 Maret.
Administrasi dan pertanggungjawaban keuangan negara dirubah secara
mendasar. Jenis dan format laporan keuangan negara kini memberlakukan sistem
pembukuan berpasangan, menggunakan sistem akuntansi terpadu yang
dikomputerisasi, serta menerapkan desentralisasi pelaksanaan akuntansi secara
berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat maupun di daerah. ICW
yang digunakan selama Orde Baru merupakan warisan kolonial yang
menggunakan single entry account8
dan bukan sistem pembukuan berpasangan,
terpadu, dan berjenjang. Perubahan mendasar atas struktur APBN dan jenis,
format serta cara pelaporannya dimuat dalam ketiga Undang-Undang Keuangan
Negara tahun 2003-2004.
Koreksi yang kedua adalah dengan menyosialisasikan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) pada tanggal 13 Juni 20053. SAP ini merupakan yang
pertama dikeluarkan oleh pemerintah setelah enam puluh tahun Republik
Indonesia berdiri. Koreksi yang ketiga adalah dengan menerbitkan UU No. 15
Tahun 20064 yang memulihkan kebebasan dan kemandirian BPK dan sekaligus
memperluas objek pemeriksaannya. Setelah enam puluh tahun kita berbangsa dan
bernegara, pertanggungjawaban keuangan negara yang transparan dan akuntabel
baru dimulai dalam LKPP9
Tahun 2004. Walaupun masih jauh dari sempurna,
LKPP itu memuat rangkaian perubahan system fiskal yang disajikan dalam bentuk
neraca, lebih rinci dan lebih sistematis sehingga lebih mudah dipahami dan
dicerna oleh masyarakat luas. Penyajian keuangan negara dalam bentuk neraca
dan format baru, yang telah diaudit oleh BPK-RI tersebut, merupakan suatu
8
Single entry account, disebut juga sistem tata buku tunggal. Merupakan pencatatan transaksi
ekonomi dengan satu kali pencatatan. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas dicatatat
pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat kurangnya kas dicatata pada sisi pengeluaran.
9
LKPP merupakan singkatan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Copyright ©2014 zakajustice
tonggak sejarah kemajuan dan bagian dari perwujudan demokrasi politik yang
juga menuntut adanya transparansi serta akuntabilitas keuangan negara.10
LKPP yang merupakan pertanggungjawaban keuangan negara dalam
bentuk baru seperti sekarang ini adalah diatur dalam Pasal 30 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Ketentuan peralihan
Pasal 36 ayat (2) UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara itu menyatakan
bahwa ketentuan mengenai LKPP dalam bentuk sekarang ini akan berlaku mulai
APBN Tahun 2006. Namun demikian, UU No. 28 Tahun 2003 tentang APBN
Tahun 2004 telah memajukan awal mulai berlakunya penerapan LKPP format
baru tersebut. Undang-Undang APBN Tahun 2004 menyebutkan bahwa laporan
pertanggungjawaban APBN oleh Presiden sudah berupa LKPP format baru. 11
LKPP format baru sekarang ini berbeda dengan laporan keuangan
Pemerintah Pusat yang disusun berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Sistem
Akuntansi Pemerintah dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)5. LKPP
yang berlaku sekarang ini terdiri dari Laporan Realisasi APBN (LRA) Pemerintah
Pusat yang disusun berdasarkan LRA Kementerian Negara/Lembaga, Neraca,
Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) yang
dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Bagian-
bagian LKPP yang lebih rinci, tertib dan sistematis tersebut merupakan hal yang
sangat penting bagi transparansi fiskal dan peningkatan akuntabilitas publik.12
Anggaran non budjter, yang sangat menonjol dalam masa Orde Baru, kini
semakin ditertibkan dan diintegrasikan dengan APBN/APBD. Kini tidak boleh
lagi menghimpun penerimaan nonbujeter dari mark-up pengadaan barang dan
jasa. Instansi negara tidak boleh lagi mendirikan badan usaha, yayasan dan
koperasi yang marak pada masa Orde Baru danpada hakikatnya merongrong
instansi induknya. Sementara itu, pemungutan Penerimaan Bukan Pajak semakin
ditertibkan.13
B. Temuan pemeriksaan atas LKPP dan opini pemeriksaan BPK
10
Yeni Nuraini, Model Pnegelolaan Keuangan Instansi Negara dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Keuangan Negara, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 11, No. 1 Juni 2012, hlm.6
11
Ibid, hlm.7
12
Ibid, hlm.7
13
Ibid, hl.8
Copyright ©2014 zakajustice
Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) oleh BPK
selama periode 2004-2006 menemukan bahwa pertanggungjawaban atas
pelaksanaan APBN pada tingkat kementerian negara/lembaga belum seluruhnya
direviu oleh aparat pengawasan internal,sebagaimana diharapkan oleh UU.
Padahal dewasa ini pengawasan internal pemerintah di Indonesia merupakan yang
terumit di dunia dan terdiri dari empat lapis, yakni: BPKP, Irjen/SPI, Bawasda
Provinsi dan Bawasda Kabupaten/Kota. Keempat pengawas internal pemerintah
itu, terutama BPKP, memiliki jumlah sumber daya manusia, jaringan kantor,
peralatan maupun anggaran yang jauh lebih besar daripada BPK-RI. Seharusnya
BPKP itu dapat digunakan oleh pemerintah untuk membangun sistem akuntansi
dan pertanggungjawaban keuangan negara serta mengatasi kelangkaan tenaga
akuntan pada instansi teknis dan Bawasda agar dapat mengimplementasikan Paket
Ketiga UU tentang Keuangan Negara Tahun 2003-2004.
Dari segi teknis, setidaknya ada delapan kelemahan sistem pengendalian
internal keuangan negara yang ditemukan oleh pemeriksaan BPK atas LKPP pada
tahun anggaran 2004, 2005, dan 2006. Kelemahan tersebut yakni:14
pertama adalah masih perlunya perbaikan mendasar tentang sistem
akuntansi keuangan negara agar dapat diseragamkan sesuai dengan sistem yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada tahun 2003 dan 2005.
Kedua, perlunya sinkronisasi sistem komputer instansi pemerintah agar
menjadi terintegrasi dan kompatibel antara satu dengan lainnya. Sebagaimana
telah disebut di atas, bahwa sistem computer pemerintah belum dapat menyamai
sistem komputer perbankan.
Ketiga, perlunya mengimplementasikan sistem perbendaharaan tunggal
agar uang negara tidak lagi tersebar di berbagai rekening, termasuk rekening
individu pejabat Negara yang sudah lama meninggal dunia. Undang-Undang No.
1 Tahun 2004 mengamanatkan perlunya kesatuan rekening Kas Umum Negara
dan Kas Umum Daerah. LKPP tahun 2004 melaporkan bahwa sebanyak 957 dari
rekening rekening pemerintah pada bank-bank senilai Rp20,55 triliun dicatat atas
nama pribadi pejabat negara, termasuk yang sudah lama meninggal dunia. LKPP
14
Mirawati, Sudjono dan Jan Hoesada. 2009. Strategi Penerapan Peraturan Pemerintah nomor 60
tahun 2008: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Majalah Akuntansi Indonesia. Edisi no.
15/tahun III/Maret 2009. Hal 56-61.
Copyright ©2014 zakajustice
tahun 2005 dan 2006 melaporkan adanya peningkatan jumlah rekening seperti itu
dengan jumlah uang yang lebih besar pula.
Karena tersebarnya penyimpanan uang negara yang tidak terintegrasi pada
rekening Bendahara Umum Negara (BUN), Menteri Keuangan tidak mengetahui
posisi keuangan negara dan dana-dana yang tersebar itu tidak segera dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengatasi kesulitan likuiditasnya. Juga tidak
jelas siapa yang menikmati balas jasa bunga rekening tersebut. Setidaknya alokasi
sebagian dari Rekening Dana Investasi (RDI) merupakan praktik KKN. RDI
menjadi alternatif bagi kredit bank dan diberikan kepada badan usaha yang
sebenarnya mampu meminjam dari industri perbankan (bankable). Alokasi RDI,
yang berbunga rendah dan risiko yang hampir tidak ada dibuat oleh pejabat
Kemkeu dengan cara yang kurang transparan dan penagihannya kembali pun
hampir tidak pernah dilakukan secara serius. Besarnya RDI per 31 Desember
2005 adalah Rp60,5 triliun.
Keempat, perlunya inventarisasi aset negara, baik ditingkat pusat maupun
daerah. Kelima, perlunya penyediaan tenaga administrasi pembukuan pada setiap
unit instansi pemerintahan, mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Tenaga-tenaga
BPKP dapat digunakan untuk pembangunan sistem dan mengatasi kekurangan
tenaga administrasi pembukuan itu. Keenam, perlunya transparansi dan
akuntabilitas pemungutan pajak dan penyimpanannya sebelum ditransfer ke kas
negara. Ketujuh, perlunya perbaikan pembukuan BP Migas (Badan Pengelola
Migas) serta sinkronisasi penerimaan dan pengeluaran di sector perminyakan.
Sementara itu, perincian ongkos produksi penambangan migas oleh kontraktor
swasta harus dirasionalisasi dalam perhitungan cost recover agar dapat
mengoptimalkan penerimaan negara. Kedelapan, perlunya penertiban dasar
pemungutan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), penyimpanan dan
penggunaannya. Kesembilan, terbatasnya informasi tentang penerimaan negara.
Bagian berikut akan membahas larangan Undang-Undang Pajak untuk melakukan
pemeriksaan penerimaan negara dari pajak.
Kesembilan, temuan pemeriksaan di atas telah menyebabkan BPK
memberikan opini disclaimer pada LKPP selama tiga tahun berturut-turut. Yakni
pada tahun 2004, 2005, dan 2006. Pemberian pendapat BPK atas pemeriksaan
Copyright ©2014 zakajustice
LKPP ketiga tahun anggaran itu adalah didasarkan pada ketentuan Pasal 16, Ayat
(1), UU No. 15 Tahun 2004 BPK. Opini pemeriksaan BPK diberikan berdasarkan
tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan negara
berdasarkan kesesuaiannya dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
kecukupan pengungkapan, efektifitas sistem pengendalian internal dan kepatuhan
kepada perundang-undangan yang berlaku.
Pemeriksaan terhadap LKPP selama tiga tahun terakhir ini belum
ditujukan untuk menilai kinerja pemerintahan yang meliputi aspek ekonomi,
efisiensi dan efektifitas. Karena disusun berbasis kas, LKPP tidak
memperhitungkan kewajiban kontijensi pemerintah. LKPP juga tidak
mengungkapkan strategi pemerintah untuk menunda pembayaran kepada kreditur
maupun kontraktornya sebagai cara untuk mengurangi defisit anggaran berbasis
kas itu. Perbaikan kesembilan, kelemahan mendasar administrasi pengendalian
keuangan di atas merupakan upaya preventip bagi penanggulangan KKN. Hanya
orang yang tidak mengerti tata negara dan tidak memahami ilmu akuntansi serta
keuangan negara yang mengatakan bahwa temuan pemeriksaan BPK itu
bernuansa politik. Dengan opini LKPP seperti ini, sulit kiranya bagi pemerintah
untuk meningkatkan peringkat SUN (Surat Utang Negara) yang dijualnya di pasar
dunia sehingga mencapai investment grade agar dapat menurunkan kupon atau
tingkat suku bunganya.
C. Tidak transparan dan akuntabelnya Ditjen Pajak
Sebagaimana telah disebutkan di atas, salah satu alasan BPK memberikan
opini disclaimer pada LKPP adalah karena tidak adanya transparansi dan
akuntabilitas penerimaan pajak yang merupakan porsi terbesar dari penerimaan
negara. UU No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 6 Tahun
1983 dan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa
pemeriksaan pajak oleh BPK hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari
Menteri Keuangan. Faktanya, hampir tidak pernah Menteri Keuangan
memberikan ijin untuk melakukan pemeriksaan pajak. Dengan demikian, Ditjen
Copyright ©2014 zakajustice
Pajak merupakan satusatunya instansi negara yang berada di luar jangkauan
pemeriksaan BPK. Dengan demikian BPK merupakan satu-satunya lembaga
pemeriksa keuangan di dunia yang tidak boleh memeriksa Ditjen Pajak negaranya
sendiri.
Walaupun sudah menghabiskan biaya yang sangat besar untuk
pembangunannya, data base Ditjen Pajak sangat buruk. Sementara itu statistik
perpajakan pun hampir tidak ada. Tidak ada informasi mengenai jumlah wajib
pajak yang telah memiliki NPWP dan berapa jumlah yang benar-benar membayar
pajak. Pada tahun 2006, Ditjen Pajak menyebut adanya kenaikan jumlah pemiliki
NPWP sebesar 5 kali lipat dalam masa satu bulan, tapi yang diberikan nomornya
langsung oleh presiden di Istana Negara adalah anggota TNI, PNS maupun
karyawan perusahaan swasta skala besar. Dalam sistem withholding yang
digunakan dewasa ini, pajak mereka itu dipotong langsung oleh kantor di mana
mereka bekerja untuk disetorkan pada Ditjen Pajak. Akibatnya, kenaikan jumlah
pemilik NPWP tersebut belum dapat meningkatkan tax ratio dari tingkat 13,5%
dari PDB15
.
Tidak ada informasi distribusi wajib pajak menurut lapis tarif pajak, sektor
ekonomi, skala usaha maupun daerah. Tidak ada informasi mengenai kepatuhan
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya dan apa upaya
Ditjen Pajak untuk menerapkan berlakunya undang-undang pajak untuk
meningkatkan tax ratio tersebut. Pengenaan pajak atas dasar kesadaran sukarela
dari wajib pajak untuk menghitung sendiri kewajibannya (selfassessment)
merupakan lisensi untuk penggelapan pajak jika tidak disertai dengan penegakan
hukum dan audit oleh auditor independen. Lebih dari 70% konsultan pajak
sekarang ini merupakan pensiunan karyawan Ditjen Pajak sendiri yang tidak
pernah diawasi dan direvisi pekerjaannya.
Sebagaimana yang berlaku secara universal, BPK tidak akan melakukan
pemeriksaan atas wajib pajak. Fokus pemeriksaan BPK adalah pada ketertiban
petugas pajak untuk melaksanakan tugasnya melaksanakan Undang-Undang
Perpajakan. Pemeriksaan oleh BPK pun akan dilakukan dengan mengambil
15
Nur Hidayat, Pemeriksaan Pajak, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012, hlm. 20.
Copyright ©2014 zakajustice
sampel yang dipilih secara acak. Setidaknya ada lima aspek perpajakan yang akan
diperiksa oleh BPK yaitu16
:
1. Pelaporan mengenai penerimaan pajak menurut daerah, sektor ekonomi,
skala usaha.
2. Menilai kewajaran penetapan perhitungan kewajaran penetapan
perhitungan pajak PPh, PPN, dan Wajib Pajak oleh petugas pajak.
3. Menguji dan menilai penyelesaian keberatan dan peninjauan kembali
penetapan pajak yang dilakukan oleh petugas pajak.
4. Administrasi tunggakan dan penagihan pajak termasuk kewajaran
penghapusan tunggakan pajak.
5. Dasar pemberian restitusi pajak yang dilakukan oleh petugas pajak. Pada
gilirannya, hasil pemeriksaan BPK itu wajib untuk dilaporkannya kepada
DPR sebagai pemegang hak budjet.
D. Peranan DPR dan DPRD untuk menindaklajuti temuan BPK
Peranan DPR dan DPRD perlu ditingkatkan untuk dapat mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas keuangan negara maupun untuk membangun
kemampuan institusional Pemda. Peranan DPR itu, disatu pihak, dapat dilakukan
dengan melakukan sinkronisasi undang-undang agar jangan bertentangan antara
satu dengan lainnya. Contoh pertentangan antara undang-undang itu adalah UU
Perpajakan yang bertentangan dengan UUD 1945 dan Paket tiga UU Keuangan
Negara Tahun 2003-2004. Peranan DPR dan DPRD juga dalam meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas fiskal dapat diwujudkan melalui tindak lanjut
temuan BPK untuk menyempurnakan sistem pengendalian internal keuangan
negara.
Untuk dapat menindaklanjuti perbaikan kelemahan mendasar administrasi
keuangan negara dan daerah tersebut, BPK telah menyarankan kepada DPR dan
DPRD untuk dapat membentuk suatu Panitia Akuntabilitas Publik (PAP). Di
parlemen negara asing PAP itu disebut sebagai Public Account Committee (PAC).
Di negara lain itu, PAP diketuai oleh anggota DPR dan DPRD dari partai oposisi
16
Muhammad Djafar, Op.Cit, hlm. 104.
Copyright ©2014 zakajustice
untuk menjaga check and balance. PAP merupakan perwujudan dari kekuasaan
DPR dan DPRD sebagai pemegang hak budjet. DPR dan DPRD di Indonesia
sudah memiliki Panitia Anggaran untuk membahas rencana anggaran negara
tingkat pusat dan daerah17
.
DPR dan DPRD juga sudah memiliki komisi-komisi yang mengawasi
penggunaan anggaran dan kinerja sektoral departemen teknis. Namun, DPR dan
DPRD kita belum memiliki PAP yang memantau pelaksanaan RAPBN dan
RAPBD secara keseluruhan. Misalnya, tidak pernah dilakukan pengecekan oleh
DPR dan DPRD bagaimana suatu instansi negara membelanjai dirinya, berapa
dari sumber APBN/APBD dan berapa dari sumber lainnya. DPR, DPRD dan
pemerintah seharusnya dapat melakukan restrukturalisasi berbagai organisasi
badan layanan umum setelah era reformasi. Otonomi daerah yang menyerahkan
pengurusan sekolah dasar dan menengah, rumah sakit, dan sebagian dari
infrastruktur kepada daerah menuntut cara pengorganisasian dan pembelanjaan
yang berbeda daripada pada masa pemerintahan yang sentralistis di masa lalu.
Sementara itu, dasar pemungutan PNBP dari segi tarifnya, cara penyimpanan serta
penggunaannya perlu diatur dan diawasi oleh DPR dan DPRD agar tidak menjadi
liar seperti Pungutan Departemen Kelautan dan Perikanan serta pungutan
Mahkamah Agung yang terjadi dewasa ini. Pada hakikatnya, PNBP merupakan
user charge atau pungutan biaya penggunaan jasa publik yang jelas dapat
diidentikasikan konsumennya.18
E. Perbaikan Secara Total
Menyikapi buruknya laporan keuangan daerah, BPK mempersiapkan enam
bidang perbaikan atau action plan. BPK berharap dengan langkah ini buruknya
transparansi keuangan dan akuntabilitas daerah dapat meningkat dengan peluang
kebocoran yang lebih kecil. Karena dengan laporan yang lebih baik maka kinerja
pemerintah daerah bisa lebih cepat, tidak terhambat dan bisa memberikan
pelayanan dan kesejahteraan pada rakyat.
17
Yeni Nuraini, Op.Cit, hlm. 8.
18
Yeni Nuraini, OP.Cit, hlm. 11.
Copyright ©2014 zakajustice
Enam bidang perbaikan ini mencakup sistem pembukuan, sistem aplikasi
teknologi komputer, inventarisasi aset dan utang, jadwal waktu penyusunan
laporan keuangan dan pemeriksaan serta pertanggungjawaban anggaran, quality
assurance atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah oleh pengawas intern dan
sumber daya manusia19
.
Selain itu BPK juga telah mengambil enam bentuk inisiatif untuk
mendorong percepatan pembangunan sistem pembukuan dan manajemen
keuangan negara. Keenam bentuk inisiatif itu merupakan beyond the call of duty
bagi BPK yang mempengaruhi baik eksekutif maupun legeslatif20
.
1. Pertama, pemerintah daerah menandatangani management representatif
letter dalam setiap pemeriksaan BPK RI untuk menunjukkan komitmen
dan tanggung jawabnya terhadap upaya perbaikan sistem keuangan daerah.
2. Kedua, pemerintah daerah menentukan kapan mencapai opini wajar tanpa
pengecualian dengan menyusun action plan yang memuat apa yang harus
dilakukan, aspek atau bidang apa yang perlu diperbaiki, bagaimana
caranya, siapa yang melakukannya dan kapan atau jadwal kegiatannya.
3. Ketiga, pemerintah daerah menggunakan universitas setempat dan BPKP
untuk memperbaiki sistem keuangan daerah dan aplikasi komputernya,
serta meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan akuntansi
keuangan daerah, dan penyediaan tenaga pembukuan yang trampil.
4. Keempat, mendorong perombakan struktural Badan Layanan Umum,
BUMN dan BUMD agar menjadi lebih mandiri dan korporatis. BLU
termasuk sekolah hingga universitas dan rumah sakit pemerintah pusat dan
daerah.
5. Kelima, DPR membentuk panitia akuntabilitas publik untuk
menindaklanjuti temuan BPK-RI dan mendorong pemerintah daerah untuk
perbaikan sistem pengendalian intern dan percepatan pembangunan sistem
keuangan daerah, termasuk penyusunan peraturan daerah terkait.
6. Keenam, dalam lingkungan makro, ditingkat departemen, Depdagri,
Depkeu, dan Departemen Teknis berkoordinasi untuk menyusun suatu
19
Diambil dari website resmi BPK, http://bpk.go.id
20
Diambil dari situs http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/2808-
akuntabilitas_keuangan_daerah_masih_buruk edisi 15 Oktober 2008
Copyright ©2014 zakajustice
desain yang jelas dalam melaksanakan paket tiga UU Keuangan Negara
Tahun 2003-2004 dalam kaitannya dengan otonomi daerah untuk
meniadakan serangkaian peraturan yang tidak jelas, multi tafsir, rumit,
tidak stabil dan sering berubah
SIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan
keuangan Negara di Indonesia saat ini masih terjadi berbagai macam masalah,
salah satunya adalah berkaitan dengan proses transparansi dan akuntabilitas
keuangan Negara yang masih sangat lemah. Adanya kewenanan dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diamanatkan oleh UUD 1945 untuk mengawasi
jalannya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara baik oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menjadikan penggunaan keuangan
Negara sangat diperketat, meskipun masih juga terdapat kelemahan dan lubang
yang dapat dimanfaatkan oleh oknum tertentu dalam menguntungkan dirinya
sendiri dan merugikan negara.
Ketidakharmonisan antar lembaga dipemerintahan disinyalir menjadi
penyebab dari lemahnya transaparansi penggunaan keuangan Negara.
Ketidakharmonisan tersebut adalah anatara BPK , Dirjen Pajak dengan
DPR/DPRD.
DAFTAR REFERENSI
Djafar, Muhammad. 2011. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mirawati, Sudjono dan Jan Hoesada. 2009. Strategi Penerapan Peraturan
Pemerintah nomor 60 tahun 2008: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Majalah Akuntansi Indonesia. Edisi no. 15/tahun III/Maret 2009
Nur Hidayat,. 2012. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Yeni Nuraini, Model Pengelolaan Keuangan Instansi Negara dalam Mewujudkan
Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol 11, No. 1 Juni 2012
Copyright ©2014 zakajustice
Situs Website:
http://bpk.go.id
http://viva.co.id

More Related Content

What's hot

Balance score card 3
Balance score card 3Balance score card 3
Balance score card 3bjahboi
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraSujatmiko Wibowo
 
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuDeady Rizky Yunanto
 
12 proses audit kinerja
12 proses audit kinerja12 proses audit kinerja
12 proses audit kinerjaFrenki Lestari
 
Pengantar akuntansi keprilakuan.ppt
Pengantar akuntansi keprilakuan.pptPengantar akuntansi keprilakuan.ppt
Pengantar akuntansi keprilakuan.pptNoviratna CestAime
 
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahModul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikAry Efendi
 
Pendidikan anti korupsi - Perencanaan aksi pemberantasan korupsi di Indonesi...
Pendidikan anti korupsi  - Perencanaan aksi pemberantasan korupsi di Indonesi...Pendidikan anti korupsi  - Perencanaan aksi pemberantasan korupsi di Indonesi...
Pendidikan anti korupsi - Perencanaan aksi pemberantasan korupsi di Indonesi...Idik Saeful Bahri
 
Kerangka umum Standar Akuntansi Pemerintah Pusat
Kerangka umum Standar Akuntansi Pemerintah PusatKerangka umum Standar Akuntansi Pemerintah Pusat
Kerangka umum Standar Akuntansi Pemerintah PusatDian N
 
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sistem Pengendalian Intern PemerintahSistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sistem Pengendalian Intern PemerintahSujatmiko Wibowo
 
Teori Akuntansi Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan
Teori Akuntansi Karakteristik kualitatif Laporan KeuanganTeori Akuntansi Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan
Teori Akuntansi Karakteristik kualitatif Laporan KeuanganArif Misgiyanto
 
PENGENDALIAN INTERNAL DALAM AL-QUR'AN
PENGENDALIAN INTERNAL DALAM AL-QUR'ANPENGENDALIAN INTERNAL DALAM AL-QUR'AN
PENGENDALIAN INTERNAL DALAM AL-QUR'ANBiyah Djauhar
 
Manajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraManajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraBPKP
 

What's hot (20)

Balance score card 3
Balance score card 3Balance score card 3
Balance score card 3
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
 
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
 
12 proses audit kinerja
12 proses audit kinerja12 proses audit kinerja
12 proses audit kinerja
 
Pengantar akuntansi keprilakuan.ppt
Pengantar akuntansi keprilakuan.pptPengantar akuntansi keprilakuan.ppt
Pengantar akuntansi keprilakuan.ppt
 
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahModul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publik
 
Materi 9 16 tata kelola perusahaan-ra
Materi   9 16 tata kelola perusahaan-raMateri   9 16 tata kelola perusahaan-ra
Materi 9 16 tata kelola perusahaan-ra
 
Kel. 7
Kel. 7Kel. 7
Kel. 7
 
Penganggaran sektor publik
Penganggaran sektor publikPenganggaran sektor publik
Penganggaran sektor publik
 
Pendidikan anti korupsi - Perencanaan aksi pemberantasan korupsi di Indonesi...
Pendidikan anti korupsi  - Perencanaan aksi pemberantasan korupsi di Indonesi...Pendidikan anti korupsi  - Perencanaan aksi pemberantasan korupsi di Indonesi...
Pendidikan anti korupsi - Perencanaan aksi pemberantasan korupsi di Indonesi...
 
e-BUDGETING
e-BUDGETINGe-BUDGETING
e-BUDGETING
 
Kerangka umum Standar Akuntansi Pemerintah Pusat
Kerangka umum Standar Akuntansi Pemerintah PusatKerangka umum Standar Akuntansi Pemerintah Pusat
Kerangka umum Standar Akuntansi Pemerintah Pusat
 
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sistem Pengendalian Intern PemerintahSistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
 
Teori Akuntansi Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan
Teori Akuntansi Karakteristik kualitatif Laporan KeuanganTeori Akuntansi Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan
Teori Akuntansi Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan
 
Revaluasi Aktiva Tetap
Revaluasi Aktiva TetapRevaluasi Aktiva Tetap
Revaluasi Aktiva Tetap
 
Revormasi Pajak
Revormasi PajakRevormasi Pajak
Revormasi Pajak
 
PENGENDALIAN INTERNAL DALAM AL-QUR'AN
PENGENDALIAN INTERNAL DALAM AL-QUR'ANPENGENDALIAN INTERNAL DALAM AL-QUR'AN
PENGENDALIAN INTERNAL DALAM AL-QUR'AN
 
Manajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraManajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negara
 
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publikKerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
 

Viewers also liked

UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan NegaraUU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negaraatambua
 
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan NegaraUU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan NegaraJoy Irman
 
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negaraS'yah Barus
 
Modul keuangan negara
Modul keuangan negaraModul keuangan negara
Modul keuangan negarakppnpelaihari
 
Perbedaan word 2007 2010 2013
Perbedaan word 2007 2010 2013Perbedaan word 2007 2010 2013
Perbedaan word 2007 2010 2013Mbak Erik Madiun
 
Unit 6 sistem pembayaran dan alat pembayaran
Unit 6 sistem pembayaran dan alat pembayaranUnit 6 sistem pembayaran dan alat pembayaran
Unit 6 sistem pembayaran dan alat pembayaranRandy Ikas
 
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNESContoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNESZaka Firma Aditya
 
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Tatang Suwandi
 
Tupoksi bendahara
Tupoksi bendaharaTupoksi bendahara
Tupoksi bendaharaInspektorat
 

Viewers also liked (11)

UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan NegaraUU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
 
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan NegaraUU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
 
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
 
Modul keuangan negara
Modul keuangan negaraModul keuangan negara
Modul keuangan negara
 
Perbedaan word 2007 2010 2013
Perbedaan word 2007 2010 2013Perbedaan word 2007 2010 2013
Perbedaan word 2007 2010 2013
 
Unit 6 sistem pembayaran dan alat pembayaran
Unit 6 sistem pembayaran dan alat pembayaranUnit 6 sistem pembayaran dan alat pembayaran
Unit 6 sistem pembayaran dan alat pembayaran
 
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNESContoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
Contoh Surat Banding Pajak (zaka firma aditya/8111410061) fh UNNES
 
TATA CARA SKPD
TATA CARA SKPDTATA CARA SKPD
TATA CARA SKPD
 
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara
 
Sistem pengelolaan keuangan daerah
Sistem pengelolaan keuangan daerah Sistem pengelolaan keuangan daerah
Sistem pengelolaan keuangan daerah
 
Tupoksi bendahara
Tupoksi bendaharaTupoksi bendahara
Tupoksi bendahara
 

Similar to Pengelolaan keuangan negara

keuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalkeuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalSrestha Anindyanari
 
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Researcher Syndicate68
 
Dialog publik-manado
Dialog publik-manadoDialog publik-manado
Dialog publik-manadobanglarangan
 
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...ghiyats dewantara
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraMuhammad Rafi Kambara
 
Materi Bangkit Agustus 2023 - 3 prodi.pptx
Materi Bangkit Agustus 2023 -  3 prodi.pptxMateri Bangkit Agustus 2023 -  3 prodi.pptx
Materi Bangkit Agustus 2023 - 3 prodi.pptxTomiSubiakto
 
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKNPENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKNKevin Meilina
 
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraMakalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraFox Broadcasting
 
Buku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerahBuku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerahDadang Solihin
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makroghiyats dewantara
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daerahaRian Saifulloh
 
9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teorivespa
 
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxPPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxYasintadevi1
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAMas CR
 

Similar to Pengelolaan keuangan negara (20)

keuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalkeuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskal
 
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
 
Dialog publik-manado
Dialog publik-manadoDialog publik-manado
Dialog publik-manado
 
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
 
Materi Bangkit Agustus 2023 - 3 prodi.pptx
Materi Bangkit Agustus 2023 -  3 prodi.pptxMateri Bangkit Agustus 2023 -  3 prodi.pptx
Materi Bangkit Agustus 2023 - 3 prodi.pptx
 
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKNPENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA | PKN
 
Uu 01 2004 Pjls
Uu 01 2004 PjlsUu 01 2004 Pjls
Uu 01 2004 Pjls
 
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraMakalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
 
Buku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerahBuku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerah
 
Uu 15 2004 Pjls
Uu 15 2004 PjlsUu 15 2004 Pjls
Uu 15 2004 Pjls
 
Modul 2 KB 2
Modul 2 KB 2Modul 2 KB 2
Modul 2 KB 2
 
Uu 28 2003
Uu 28 2003Uu 28 2003
Uu 28 2003
 
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori
 
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxPPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
 
Hukum Pajak
Hukum PajakHukum Pajak
Hukum Pajak
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
 

More from Zaka Firma Aditya

ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)Zaka Firma Aditya
 
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 Zaka Firma Aditya
 
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaZaka Firma Aditya
 

More from Zaka Firma Aditya (6)

ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
ANALISIS RUU KEAMANAN NASIONAL (KEMNAS)
 
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960 ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
ANALISIS KARAKTERISTIK HUKUM UU NO.5 TAHUN 1960
 
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
 
Tahlil dan dalilnya
Tahlil dan dalilnyaTahlil dan dalilnya
Tahlil dan dalilnya
 
Hukum acara peradilan pajak
Hukum acara peradilan pajakHukum acara peradilan pajak
Hukum acara peradilan pajak
 
Artikel keuangan negara
Artikel keuangan negaraArtikel keuangan negara
Artikel keuangan negara
 

Recently uploaded

interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Sumardi Arahbani
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxINTANAMALINURAWALIA
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumekahariansyah96
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...Indra Wardhana
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahayunitahatmayantihafi
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptxmohamadhafiz651
 

Recently uploaded (10)

interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 

Pengelolaan keuangan negara

  • 1. Copyright ©2014 zakajustice PERBAIKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DI PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH Oleh ZAKA FIRMAADITYA, SH.1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.2 Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem pengelolaan keuangan negara harus sesuai dengan aturan pokok yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan, antara lain disebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang, dan ketentuan mengenai pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Hal-hal lain mengenai keuangan negara sesuai dengan amanat Pasal 23C diatur dengan undang-undang. Keuangan Negara merupakan hal terpenting dalam suatu Negara yang berdaulat, tanpa adanya keuangan Negara tidak mungkin suatu Negara yang berdaulat dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai badan hukum yang 1 Email: zakaaditya_justice@yahoo.com 2 Penjelasan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
  • 2. Copyright ©2014 zakajustice bersifat publik dan semua alat dan kelengkapan Negara dapat berjalan dengan baik. 3 Awal perkembangan keuangan Negara di mulai pada akhir abad ke dua puluh ketika Negara mulai ikut campur dalam kepentingan negaranya ini yang dapat di sebut dengan Negara modern (welfare state modern).4 Munculnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara sangatlah di sambut gembira karena diharapakan dapat mengatur dan mengelola segala pertanggungjawaban Negara dengan baik dan bijaksana serta dapat mengakhiri silang pendapat yang sering terjadi selama ini. Adapun pengertian dari keuangan Negara menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UUKN) menyatakan bahwa semua hak dan kewajiban Negara yang dapat di nilai dengan uang, serta segala sesuatu yang dapat di nilai dengan barang yang dapat di jadikan milik Negara yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.5 Akan tetapi dengan kehadiran Undang-Undan nomor 17 Tahun 2003 ini tidak serta merta merubah system pengelolaan keuangan Negara menjadi lebih baik seperti yang diharapkan. Akan tetapi justru menurut hasil temuan BPK tahun 2007 menyebutkan bahwa tingkat kebocoran keuangan Negara baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah. Yang disebabkan oleh buruknya tingkat transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Perbaikan transparansi dan akuntabilitas fiskal merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan perombakan sistem sosial yang kita lakukan selama era reformasi sejak krisis ekonomi tahun 1997-1998 yaitu berkaitan dengan transparansi dan akuntabilitas. Di sektor ekonomi, kita ingin beralih dari sistem perencanaan terpusat kepada sistem yang lebih banyak menggunakan mekanisme pasar. Dalam bidang politik, reformasi itu ingin menggantikan sistem politik otoriter masa lalu dengan sistem demokrasi. Dalam sistem pemerintahan, kita ingin merombak sistem pemerintahan sentralistis masa lalu diganti dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah. 3 Muhammad Djafar, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, Rajawali Press, 2011, hlm. 2. 4 Ibid, hlm. 3 5 Lihat ketentuan umum BAB I Undang-Undang Nomer 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
  • 3. Copyright ©2014 zakajustice Perencanaan terpusat pada masa Orde Baru telah menciptakan kolusi, korupsi, dan nepotisme. Privatisasi dan deregulasi masa itu juga digunakan untuk memindahkan hak milik negara kepada kroni penguasa politik. Akibatnya, produktivitas dan efisiensi perekonomian nasional kita menjadi semakin menurun dan berakhir pada krisis tahun 1997-1998. Sistem politik yang demokratris sekarang ini memberikan jaminan kebebasan berserikat dan bersuara termasuk mendirikan partai politik. Dewasa ini, TNI dan Polri tidak lagi memiliki wakil di DPR dan menduduki jabatan sipil. Presiden dan wakil presiden serta kepala daerah kini dipilih langsung oleh rakyat berdasarkan platform atau janji politiknya dan tidak lagi dipilih oleh MPR atau DPRD. Di masa lalu, MPR sekaligus menyusun GBHN. Pada gilirannya, sistem ekonomi pasar hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien jika ada perlindungan hak milik individu serta transformasi informasi pasar yang simetris6 . Yang terakhir ini termasuk transparansi dan akuntabilitas keuangan negara. Sistem politik yang demokratis dan sistem pemerintahan yang didasarkan pada otonomi daerah juga menuntut adanya transparansi serta akuntabilitas keuangan negara. Tanpa itu, rakyat tidak akan mau membayar pajak dan investor tidak mau membeli Surat Utang Negara (SUN) kecuali dengan tingkat suku bunga yang sangat tinggi. Konflik antar daerah dapat dipicu oleh perasaan curiga karena tidak transparan dan tidak akuntabelnya keuangan negara. UUD 1945 dan ketiga UU tentang Keuangan Negara Tahun 2003-20042 serta UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK menugaskan BPK sebagai satu-satunya auditor untuk memeriksa laporan keuangan ketiga lapis pemerintahan di Indonesia baik dipusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai akuntabilitas keuangan daerah belum menunjukkan perbaikan sama sekali. Selama empat tahun sejak 2004-2007 tidak ada perubahan berarti. Kondisi buruk ini, dapat dilihat dari persentase Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian dan Wajar Dengan Pengecualian. Bahkan selama kurun waktu 2004-2007 tersebut nilainya semakin menurun setiap tahun.7 Lebih jauh lagi, Persentase Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2004 yang mendapat penilaian 6 Muhammad Djafar, Op.cit, hlm. 56. 7 Pernyataan ketua BPK, Anwar Nasution dalam situs http://viva.co.id 15 Oktober 2008
  • 4. Copyright ©2014 zakajustice Wajar Tanpa Pengecualian, di Balaikota DKI Jakarta turun dari semula 7 persen menjadi 5 persen pada 2006 dan satu persen pada 2007. Sebaliknya, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan opini Tidak Memberi Pendapat semakin meningkat dari 2 persen pada 2004 menjadi 17 persen pada 2007. Untuk periode yang sama opini Tidak Wajar naik dari 3 persen menjadi 19 persen. Melihat fenomena ini, Pemerintah Daerah seharusnya bertindak untuk melakukan perbaikan terhadap laporan keuangan agar bisa mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian. Sementara itu hasil pemeriksaan atas 275 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2007 menunjukkan hanya 3 laporan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian, 173 laporan dengan opini wajar dalam pengecualian, 48 lapangan dengan opini tanpa memberi pendapat dan 51 laporan dengan opini tidak wajar. BPK hingga 2007 disebutkan belum menerima laporan dari 32 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan sebanyak 161 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam proses penyelesaian pemeriksaan. B. Permasalahan Transparansi dan akuntabilitas merupakan kata kunci untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang bersih (good governance). Untuk mewujudkannya, pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) bertujuan untuk memastikan agar uang negara dikelola dengan baik, transparan, dan akuntabel sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Sehingga dengan tidak transparan dan akuntabelnya suatu pengelolaan keuangan Negara maka dapat dipastikan tidak akan memberikan kesejahteraan kepada rakyat. ANALISIS A. Upaya perbaikan sistem pengelolaan keuangan negara Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, pemerintah dalam era reformasi telah melakukan koreksi secara menyeluruh terhadap system keuangan negara yang dipergunakan pada masa
  • 5. Copyright ©2014 zakajustice Pemerintahan Orde Baru. Koreksi pertama adalah degan mengintegrasikan anggaran negara dengan meniadakan pembedaan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan yang terpisah di masa Orde Baru. Kontrol atas APBN kini sepenuhnya berada di tangan Menteri Keuangan. Tadinya anggaran pembangunan dikendalikan oleh Bappenas. Sementara itu, tahun anggaran kini dirubah sesuai dengan tahun kalender dari yang tadinya berakhir tanggal 31 Maret. Administrasi dan pertanggungjawaban keuangan negara dirubah secara mendasar. Jenis dan format laporan keuangan negara kini memberlakukan sistem pembukuan berpasangan, menggunakan sistem akuntansi terpadu yang dikomputerisasi, serta menerapkan desentralisasi pelaksanaan akuntansi secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat maupun di daerah. ICW yang digunakan selama Orde Baru merupakan warisan kolonial yang menggunakan single entry account8 dan bukan sistem pembukuan berpasangan, terpadu, dan berjenjang. Perubahan mendasar atas struktur APBN dan jenis, format serta cara pelaporannya dimuat dalam ketiga Undang-Undang Keuangan Negara tahun 2003-2004. Koreksi yang kedua adalah dengan menyosialisasikan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada tanggal 13 Juni 20053. SAP ini merupakan yang pertama dikeluarkan oleh pemerintah setelah enam puluh tahun Republik Indonesia berdiri. Koreksi yang ketiga adalah dengan menerbitkan UU No. 15 Tahun 20064 yang memulihkan kebebasan dan kemandirian BPK dan sekaligus memperluas objek pemeriksaannya. Setelah enam puluh tahun kita berbangsa dan bernegara, pertanggungjawaban keuangan negara yang transparan dan akuntabel baru dimulai dalam LKPP9 Tahun 2004. Walaupun masih jauh dari sempurna, LKPP itu memuat rangkaian perubahan system fiskal yang disajikan dalam bentuk neraca, lebih rinci dan lebih sistematis sehingga lebih mudah dipahami dan dicerna oleh masyarakat luas. Penyajian keuangan negara dalam bentuk neraca dan format baru, yang telah diaudit oleh BPK-RI tersebut, merupakan suatu 8 Single entry account, disebut juga sistem tata buku tunggal. Merupakan pencatatan transaksi ekonomi dengan satu kali pencatatan. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas dicatatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat kurangnya kas dicatata pada sisi pengeluaran. 9 LKPP merupakan singkatan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
  • 6. Copyright ©2014 zakajustice tonggak sejarah kemajuan dan bagian dari perwujudan demokrasi politik yang juga menuntut adanya transparansi serta akuntabilitas keuangan negara.10 LKPP yang merupakan pertanggungjawaban keuangan negara dalam bentuk baru seperti sekarang ini adalah diatur dalam Pasal 30 ayat (2) Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Ketentuan peralihan Pasal 36 ayat (2) UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara itu menyatakan bahwa ketentuan mengenai LKPP dalam bentuk sekarang ini akan berlaku mulai APBN Tahun 2006. Namun demikian, UU No. 28 Tahun 2003 tentang APBN Tahun 2004 telah memajukan awal mulai berlakunya penerapan LKPP format baru tersebut. Undang-Undang APBN Tahun 2004 menyebutkan bahwa laporan pertanggungjawaban APBN oleh Presiden sudah berupa LKPP format baru. 11 LKPP format baru sekarang ini berbeda dengan laporan keuangan Pemerintah Pusat yang disusun berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Sistem Akuntansi Pemerintah dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)5. LKPP yang berlaku sekarang ini terdiri dari Laporan Realisasi APBN (LRA) Pemerintah Pusat yang disusun berdasarkan LRA Kementerian Negara/Lembaga, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Bagian- bagian LKPP yang lebih rinci, tertib dan sistematis tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi transparansi fiskal dan peningkatan akuntabilitas publik.12 Anggaran non budjter, yang sangat menonjol dalam masa Orde Baru, kini semakin ditertibkan dan diintegrasikan dengan APBN/APBD. Kini tidak boleh lagi menghimpun penerimaan nonbujeter dari mark-up pengadaan barang dan jasa. Instansi negara tidak boleh lagi mendirikan badan usaha, yayasan dan koperasi yang marak pada masa Orde Baru danpada hakikatnya merongrong instansi induknya. Sementara itu, pemungutan Penerimaan Bukan Pajak semakin ditertibkan.13 B. Temuan pemeriksaan atas LKPP dan opini pemeriksaan BPK 10 Yeni Nuraini, Model Pnegelolaan Keuangan Instansi Negara dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 11, No. 1 Juni 2012, hlm.6 11 Ibid, hlm.7 12 Ibid, hlm.7 13 Ibid, hl.8
  • 7. Copyright ©2014 zakajustice Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) oleh BPK selama periode 2004-2006 menemukan bahwa pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN pada tingkat kementerian negara/lembaga belum seluruhnya direviu oleh aparat pengawasan internal,sebagaimana diharapkan oleh UU. Padahal dewasa ini pengawasan internal pemerintah di Indonesia merupakan yang terumit di dunia dan terdiri dari empat lapis, yakni: BPKP, Irjen/SPI, Bawasda Provinsi dan Bawasda Kabupaten/Kota. Keempat pengawas internal pemerintah itu, terutama BPKP, memiliki jumlah sumber daya manusia, jaringan kantor, peralatan maupun anggaran yang jauh lebih besar daripada BPK-RI. Seharusnya BPKP itu dapat digunakan oleh pemerintah untuk membangun sistem akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan negara serta mengatasi kelangkaan tenaga akuntan pada instansi teknis dan Bawasda agar dapat mengimplementasikan Paket Ketiga UU tentang Keuangan Negara Tahun 2003-2004. Dari segi teknis, setidaknya ada delapan kelemahan sistem pengendalian internal keuangan negara yang ditemukan oleh pemeriksaan BPK atas LKPP pada tahun anggaran 2004, 2005, dan 2006. Kelemahan tersebut yakni:14 pertama adalah masih perlunya perbaikan mendasar tentang sistem akuntansi keuangan negara agar dapat diseragamkan sesuai dengan sistem yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada tahun 2003 dan 2005. Kedua, perlunya sinkronisasi sistem komputer instansi pemerintah agar menjadi terintegrasi dan kompatibel antara satu dengan lainnya. Sebagaimana telah disebut di atas, bahwa sistem computer pemerintah belum dapat menyamai sistem komputer perbankan. Ketiga, perlunya mengimplementasikan sistem perbendaharaan tunggal agar uang negara tidak lagi tersebar di berbagai rekening, termasuk rekening individu pejabat Negara yang sudah lama meninggal dunia. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 mengamanatkan perlunya kesatuan rekening Kas Umum Negara dan Kas Umum Daerah. LKPP tahun 2004 melaporkan bahwa sebanyak 957 dari rekening rekening pemerintah pada bank-bank senilai Rp20,55 triliun dicatat atas nama pribadi pejabat negara, termasuk yang sudah lama meninggal dunia. LKPP 14 Mirawati, Sudjono dan Jan Hoesada. 2009. Strategi Penerapan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Majalah Akuntansi Indonesia. Edisi no. 15/tahun III/Maret 2009. Hal 56-61.
  • 8. Copyright ©2014 zakajustice tahun 2005 dan 2006 melaporkan adanya peningkatan jumlah rekening seperti itu dengan jumlah uang yang lebih besar pula. Karena tersebarnya penyimpanan uang negara yang tidak terintegrasi pada rekening Bendahara Umum Negara (BUN), Menteri Keuangan tidak mengetahui posisi keuangan negara dan dana-dana yang tersebar itu tidak segera dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengatasi kesulitan likuiditasnya. Juga tidak jelas siapa yang menikmati balas jasa bunga rekening tersebut. Setidaknya alokasi sebagian dari Rekening Dana Investasi (RDI) merupakan praktik KKN. RDI menjadi alternatif bagi kredit bank dan diberikan kepada badan usaha yang sebenarnya mampu meminjam dari industri perbankan (bankable). Alokasi RDI, yang berbunga rendah dan risiko yang hampir tidak ada dibuat oleh pejabat Kemkeu dengan cara yang kurang transparan dan penagihannya kembali pun hampir tidak pernah dilakukan secara serius. Besarnya RDI per 31 Desember 2005 adalah Rp60,5 triliun. Keempat, perlunya inventarisasi aset negara, baik ditingkat pusat maupun daerah. Kelima, perlunya penyediaan tenaga administrasi pembukuan pada setiap unit instansi pemerintahan, mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Tenaga-tenaga BPKP dapat digunakan untuk pembangunan sistem dan mengatasi kekurangan tenaga administrasi pembukuan itu. Keenam, perlunya transparansi dan akuntabilitas pemungutan pajak dan penyimpanannya sebelum ditransfer ke kas negara. Ketujuh, perlunya perbaikan pembukuan BP Migas (Badan Pengelola Migas) serta sinkronisasi penerimaan dan pengeluaran di sector perminyakan. Sementara itu, perincian ongkos produksi penambangan migas oleh kontraktor swasta harus dirasionalisasi dalam perhitungan cost recover agar dapat mengoptimalkan penerimaan negara. Kedelapan, perlunya penertiban dasar pemungutan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), penyimpanan dan penggunaannya. Kesembilan, terbatasnya informasi tentang penerimaan negara. Bagian berikut akan membahas larangan Undang-Undang Pajak untuk melakukan pemeriksaan penerimaan negara dari pajak. Kesembilan, temuan pemeriksaan di atas telah menyebabkan BPK memberikan opini disclaimer pada LKPP selama tiga tahun berturut-turut. Yakni pada tahun 2004, 2005, dan 2006. Pemberian pendapat BPK atas pemeriksaan
  • 9. Copyright ©2014 zakajustice LKPP ketiga tahun anggaran itu adalah didasarkan pada ketentuan Pasal 16, Ayat (1), UU No. 15 Tahun 2004 BPK. Opini pemeriksaan BPK diberikan berdasarkan tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan negara berdasarkan kesesuaiannya dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan, efektifitas sistem pengendalian internal dan kepatuhan kepada perundang-undangan yang berlaku. Pemeriksaan terhadap LKPP selama tiga tahun terakhir ini belum ditujukan untuk menilai kinerja pemerintahan yang meliputi aspek ekonomi, efisiensi dan efektifitas. Karena disusun berbasis kas, LKPP tidak memperhitungkan kewajiban kontijensi pemerintah. LKPP juga tidak mengungkapkan strategi pemerintah untuk menunda pembayaran kepada kreditur maupun kontraktornya sebagai cara untuk mengurangi defisit anggaran berbasis kas itu. Perbaikan kesembilan, kelemahan mendasar administrasi pengendalian keuangan di atas merupakan upaya preventip bagi penanggulangan KKN. Hanya orang yang tidak mengerti tata negara dan tidak memahami ilmu akuntansi serta keuangan negara yang mengatakan bahwa temuan pemeriksaan BPK itu bernuansa politik. Dengan opini LKPP seperti ini, sulit kiranya bagi pemerintah untuk meningkatkan peringkat SUN (Surat Utang Negara) yang dijualnya di pasar dunia sehingga mencapai investment grade agar dapat menurunkan kupon atau tingkat suku bunganya. C. Tidak transparan dan akuntabelnya Ditjen Pajak Sebagaimana telah disebutkan di atas, salah satu alasan BPK memberikan opini disclaimer pada LKPP adalah karena tidak adanya transparansi dan akuntabilitas penerimaan pajak yang merupakan porsi terbesar dari penerimaan negara. UU No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 6 Tahun 1983 dan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pemeriksaan pajak oleh BPK hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Menteri Keuangan. Faktanya, hampir tidak pernah Menteri Keuangan memberikan ijin untuk melakukan pemeriksaan pajak. Dengan demikian, Ditjen
  • 10. Copyright ©2014 zakajustice Pajak merupakan satusatunya instansi negara yang berada di luar jangkauan pemeriksaan BPK. Dengan demikian BPK merupakan satu-satunya lembaga pemeriksa keuangan di dunia yang tidak boleh memeriksa Ditjen Pajak negaranya sendiri. Walaupun sudah menghabiskan biaya yang sangat besar untuk pembangunannya, data base Ditjen Pajak sangat buruk. Sementara itu statistik perpajakan pun hampir tidak ada. Tidak ada informasi mengenai jumlah wajib pajak yang telah memiliki NPWP dan berapa jumlah yang benar-benar membayar pajak. Pada tahun 2006, Ditjen Pajak menyebut adanya kenaikan jumlah pemiliki NPWP sebesar 5 kali lipat dalam masa satu bulan, tapi yang diberikan nomornya langsung oleh presiden di Istana Negara adalah anggota TNI, PNS maupun karyawan perusahaan swasta skala besar. Dalam sistem withholding yang digunakan dewasa ini, pajak mereka itu dipotong langsung oleh kantor di mana mereka bekerja untuk disetorkan pada Ditjen Pajak. Akibatnya, kenaikan jumlah pemilik NPWP tersebut belum dapat meningkatkan tax ratio dari tingkat 13,5% dari PDB15 . Tidak ada informasi distribusi wajib pajak menurut lapis tarif pajak, sektor ekonomi, skala usaha maupun daerah. Tidak ada informasi mengenai kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya dan apa upaya Ditjen Pajak untuk menerapkan berlakunya undang-undang pajak untuk meningkatkan tax ratio tersebut. Pengenaan pajak atas dasar kesadaran sukarela dari wajib pajak untuk menghitung sendiri kewajibannya (selfassessment) merupakan lisensi untuk penggelapan pajak jika tidak disertai dengan penegakan hukum dan audit oleh auditor independen. Lebih dari 70% konsultan pajak sekarang ini merupakan pensiunan karyawan Ditjen Pajak sendiri yang tidak pernah diawasi dan direvisi pekerjaannya. Sebagaimana yang berlaku secara universal, BPK tidak akan melakukan pemeriksaan atas wajib pajak. Fokus pemeriksaan BPK adalah pada ketertiban petugas pajak untuk melaksanakan tugasnya melaksanakan Undang-Undang Perpajakan. Pemeriksaan oleh BPK pun akan dilakukan dengan mengambil 15 Nur Hidayat, Pemeriksaan Pajak, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012, hlm. 20.
  • 11. Copyright ©2014 zakajustice sampel yang dipilih secara acak. Setidaknya ada lima aspek perpajakan yang akan diperiksa oleh BPK yaitu16 : 1. Pelaporan mengenai penerimaan pajak menurut daerah, sektor ekonomi, skala usaha. 2. Menilai kewajaran penetapan perhitungan kewajaran penetapan perhitungan pajak PPh, PPN, dan Wajib Pajak oleh petugas pajak. 3. Menguji dan menilai penyelesaian keberatan dan peninjauan kembali penetapan pajak yang dilakukan oleh petugas pajak. 4. Administrasi tunggakan dan penagihan pajak termasuk kewajaran penghapusan tunggakan pajak. 5. Dasar pemberian restitusi pajak yang dilakukan oleh petugas pajak. Pada gilirannya, hasil pemeriksaan BPK itu wajib untuk dilaporkannya kepada DPR sebagai pemegang hak budjet. D. Peranan DPR dan DPRD untuk menindaklajuti temuan BPK Peranan DPR dan DPRD perlu ditingkatkan untuk dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara maupun untuk membangun kemampuan institusional Pemda. Peranan DPR itu, disatu pihak, dapat dilakukan dengan melakukan sinkronisasi undang-undang agar jangan bertentangan antara satu dengan lainnya. Contoh pertentangan antara undang-undang itu adalah UU Perpajakan yang bertentangan dengan UUD 1945 dan Paket tiga UU Keuangan Negara Tahun 2003-2004. Peranan DPR dan DPRD juga dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas fiskal dapat diwujudkan melalui tindak lanjut temuan BPK untuk menyempurnakan sistem pengendalian internal keuangan negara. Untuk dapat menindaklanjuti perbaikan kelemahan mendasar administrasi keuangan negara dan daerah tersebut, BPK telah menyarankan kepada DPR dan DPRD untuk dapat membentuk suatu Panitia Akuntabilitas Publik (PAP). Di parlemen negara asing PAP itu disebut sebagai Public Account Committee (PAC). Di negara lain itu, PAP diketuai oleh anggota DPR dan DPRD dari partai oposisi 16 Muhammad Djafar, Op.Cit, hlm. 104.
  • 12. Copyright ©2014 zakajustice untuk menjaga check and balance. PAP merupakan perwujudan dari kekuasaan DPR dan DPRD sebagai pemegang hak budjet. DPR dan DPRD di Indonesia sudah memiliki Panitia Anggaran untuk membahas rencana anggaran negara tingkat pusat dan daerah17 . DPR dan DPRD juga sudah memiliki komisi-komisi yang mengawasi penggunaan anggaran dan kinerja sektoral departemen teknis. Namun, DPR dan DPRD kita belum memiliki PAP yang memantau pelaksanaan RAPBN dan RAPBD secara keseluruhan. Misalnya, tidak pernah dilakukan pengecekan oleh DPR dan DPRD bagaimana suatu instansi negara membelanjai dirinya, berapa dari sumber APBN/APBD dan berapa dari sumber lainnya. DPR, DPRD dan pemerintah seharusnya dapat melakukan restrukturalisasi berbagai organisasi badan layanan umum setelah era reformasi. Otonomi daerah yang menyerahkan pengurusan sekolah dasar dan menengah, rumah sakit, dan sebagian dari infrastruktur kepada daerah menuntut cara pengorganisasian dan pembelanjaan yang berbeda daripada pada masa pemerintahan yang sentralistis di masa lalu. Sementara itu, dasar pemungutan PNBP dari segi tarifnya, cara penyimpanan serta penggunaannya perlu diatur dan diawasi oleh DPR dan DPRD agar tidak menjadi liar seperti Pungutan Departemen Kelautan dan Perikanan serta pungutan Mahkamah Agung yang terjadi dewasa ini. Pada hakikatnya, PNBP merupakan user charge atau pungutan biaya penggunaan jasa publik yang jelas dapat diidentikasikan konsumennya.18 E. Perbaikan Secara Total Menyikapi buruknya laporan keuangan daerah, BPK mempersiapkan enam bidang perbaikan atau action plan. BPK berharap dengan langkah ini buruknya transparansi keuangan dan akuntabilitas daerah dapat meningkat dengan peluang kebocoran yang lebih kecil. Karena dengan laporan yang lebih baik maka kinerja pemerintah daerah bisa lebih cepat, tidak terhambat dan bisa memberikan pelayanan dan kesejahteraan pada rakyat. 17 Yeni Nuraini, Op.Cit, hlm. 8. 18 Yeni Nuraini, OP.Cit, hlm. 11.
  • 13. Copyright ©2014 zakajustice Enam bidang perbaikan ini mencakup sistem pembukuan, sistem aplikasi teknologi komputer, inventarisasi aset dan utang, jadwal waktu penyusunan laporan keuangan dan pemeriksaan serta pertanggungjawaban anggaran, quality assurance atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah oleh pengawas intern dan sumber daya manusia19 . Selain itu BPK juga telah mengambil enam bentuk inisiatif untuk mendorong percepatan pembangunan sistem pembukuan dan manajemen keuangan negara. Keenam bentuk inisiatif itu merupakan beyond the call of duty bagi BPK yang mempengaruhi baik eksekutif maupun legeslatif20 . 1. Pertama, pemerintah daerah menandatangani management representatif letter dalam setiap pemeriksaan BPK RI untuk menunjukkan komitmen dan tanggung jawabnya terhadap upaya perbaikan sistem keuangan daerah. 2. Kedua, pemerintah daerah menentukan kapan mencapai opini wajar tanpa pengecualian dengan menyusun action plan yang memuat apa yang harus dilakukan, aspek atau bidang apa yang perlu diperbaiki, bagaimana caranya, siapa yang melakukannya dan kapan atau jadwal kegiatannya. 3. Ketiga, pemerintah daerah menggunakan universitas setempat dan BPKP untuk memperbaiki sistem keuangan daerah dan aplikasi komputernya, serta meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan akuntansi keuangan daerah, dan penyediaan tenaga pembukuan yang trampil. 4. Keempat, mendorong perombakan struktural Badan Layanan Umum, BUMN dan BUMD agar menjadi lebih mandiri dan korporatis. BLU termasuk sekolah hingga universitas dan rumah sakit pemerintah pusat dan daerah. 5. Kelima, DPR membentuk panitia akuntabilitas publik untuk menindaklanjuti temuan BPK-RI dan mendorong pemerintah daerah untuk perbaikan sistem pengendalian intern dan percepatan pembangunan sistem keuangan daerah, termasuk penyusunan peraturan daerah terkait. 6. Keenam, dalam lingkungan makro, ditingkat departemen, Depdagri, Depkeu, dan Departemen Teknis berkoordinasi untuk menyusun suatu 19 Diambil dari website resmi BPK, http://bpk.go.id 20 Diambil dari situs http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/2808- akuntabilitas_keuangan_daerah_masih_buruk edisi 15 Oktober 2008
  • 14. Copyright ©2014 zakajustice desain yang jelas dalam melaksanakan paket tiga UU Keuangan Negara Tahun 2003-2004 dalam kaitannya dengan otonomi daerah untuk meniadakan serangkaian peraturan yang tidak jelas, multi tafsir, rumit, tidak stabil dan sering berubah SIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan keuangan Negara di Indonesia saat ini masih terjadi berbagai macam masalah, salah satunya adalah berkaitan dengan proses transparansi dan akuntabilitas keuangan Negara yang masih sangat lemah. Adanya kewenanan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diamanatkan oleh UUD 1945 untuk mengawasi jalannya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menjadikan penggunaan keuangan Negara sangat diperketat, meskipun masih juga terdapat kelemahan dan lubang yang dapat dimanfaatkan oleh oknum tertentu dalam menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan negara. Ketidakharmonisan antar lembaga dipemerintahan disinyalir menjadi penyebab dari lemahnya transaparansi penggunaan keuangan Negara. Ketidakharmonisan tersebut adalah anatara BPK , Dirjen Pajak dengan DPR/DPRD. DAFTAR REFERENSI Djafar, Muhammad. 2011. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mirawati, Sudjono dan Jan Hoesada. 2009. Strategi Penerapan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Majalah Akuntansi Indonesia. Edisi no. 15/tahun III/Maret 2009 Nur Hidayat,. 2012. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Yeni Nuraini, Model Pengelolaan Keuangan Instansi Negara dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 11, No. 1 Juni 2012
  • 15. Copyright ©2014 zakajustice Situs Website: http://bpk.go.id http://viva.co.id