SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
MAKALAH
ANALISIS KINERJA KEUANGAN KABUPATEN KULON PROGO
TAHUN ANGGARAN 2012 SAMPAI 2015
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi
Publik Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Abdul Halim, M. B. A.
OLEH :
GHIYATS FURQAN DEWANTARA (407298)
PROGRAM MAGISTER SAINS AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
APRIL 2017
1GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan bentuk desentralisasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat yang mulai diberlakukan dengan didasarkan pada Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang didukung dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014. Otonomi Daerah diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
oleh daerah otonom untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri yang
berkaitan dengan hak, wewenang dan kewajiban berdasarkan aspirasi masyarakat
(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014). Desentralisasi adalah pemberian
kekuasaan Pemerintah kepada Pemerintah Daerah untuk melindungi, melayani,
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakatnya (urusan Pemerintah)
(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014). Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, urusan pemerintah meliputi politik luar negeri; pertahanan; keamanan;
yustisi; moneter dan fiskal nasional; dan agama.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pemerintah Pusat dalam
membantu mendanai pelaksanaan desentralisasi serta untuk mengurangi
disekuilibrium sumber pendanaan Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Pusat
melalui APBN mengalokasikan dana perimbangan untuk Pemerintah Daerah
menggunakan prinsip keadilan, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien
dengan meninjau faktor potensi yang dimiliki daerah otonom, kondisi yang terjadi
di daerah otonom dan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh daerah
otonom. Dana perimbangan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Dana Bagi Hasil
(DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) (Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004).
Dengan adanya otonomi daerah tersebut maka dibutuhkan pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan ini diatur dalam paket undang-undang
yang dibuat oleh Pemerintah Pusat tentang Keuangan Negara. Paket undang-undang
tersebut meliputi:
2GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
dan
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menjelaskan tentang penyusunan
dan penetapan APBN oleh Pemerintah Pusat dan APBD oleh Pemerintah Daerah
serta kewajiban Presiden dan Pimpinan Pemerintah Daerah untuk menyampaikan
laporan pertanggungjawaban atas penggunaan APBN/APBD yang bertujuan untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah yang
penyusunan laporan pertanggungjawaban tersebut harus sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah Yang Diterima Secara Umum (SAK) yang berlaku. APBN
ditetapkan dengan undang-undang sedangkan APBD ditetapkan dengan peraturan
daerah sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003.
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Keuangan
Negara harus diselenggarakan dengan memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku guna
tercapainya good governance. Kaidah-kaidah tersebut menurut Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 yaitu: akuntabel dengan outcome-oriented; profesionalisme;
seimbang; transparansi; dan evaluasi.
Selain paket undang-undang tentang Keuangan Negara tersebut, terdapat
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Keuangan Daerah dapat diwujudkan melalui APBD, yang pengelolaannya
harus secara tertib, taat pada undang-undang yang berlaku, efisien, ekonomis,
efektif, transparan dan bertanggung jawab, yang ditetapkan setiap tahunnya dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat (Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005).
Setelah implementasi APBD, Pemerintah Daerah harus menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan sesuai amanat Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
3GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
dengan tujuan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan pemerintah yang setidaknya laporan keuangan tersebut meliputi:
a. Laporan realisasi anggaran;
b. Neraca;
c. Laporan arus kas;
d. Catatan atas laporan keuangan; dan
e. Lampiran laporan keuangan perusahaan negara dan badan lain.
Definisi laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 adalah
“laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan
adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran,
saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu
entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,
tujuan pelaporan keuangan pemerintan adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya”. (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dapat dijadikan
bahan evaluasi kinerja suatu Pemerintah Daerah dengan menggunakan perhitungan
rasio-rasio keuangan. Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), analisis
rasio keuangan berguna untuk menilai:
a. kemandirian Pemerintah Daerah dalam mendanai berbagai kegiatannya;
b. efisiensi dan efektivitas dalam merealisasikan dan membelanjakan
pendapatan daerah;
c. peran sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah; dan
d. progres pendapatan dan belanja daerah. (Widodo dalam Halim dan
Kusufi, 2012)
Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), masih sangat sedikit pihak
yang menggunakan rasio keuangan untuk menilai kinerja suatu Pemerintah Daerah.
Hal ini dikarenakan terdapat keterbatasan sifat dan cakupan yang disajikan dalam
laporan keuangan Pemerintah Daerah; serta penilaian keberhasilan penggunaan
4GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
APBD hanya ditekankan pada tercapainya suatu target tanpa mempertimbangkan
perubahan yang terjadi dalam struktur maupun komposisi APBD (Widodo dalam
Halim dan Kusufi, 2012).
Untuk menilai rasio keuangan pada APBD, maka dalam makalah ini akan
disajikan analisis rasio keuangan dengan mengambil data keuangan dari Laporan
Realisasi Anggaran Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah
makalah ini adalah bagaimana kinerja keuangan Kabupaten Kulon Progo pada
tahun anggaran 2012 sampai 2015?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka yang menjadi tujuan dalam
makalah ini adalah mengetahui kinerja keuangan Kabupaten Kulon Progo pada
tahun anggaran 2012 sampai 2015.
5GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD) menurut Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 adalah suatu rencana anggaran yang terdiri atas
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah
untuk jangka waktu satu tahun dengan melalui persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD didasarkan pada rencana kerja
sekaligus anggaran yang dibuat oleh setiap Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang bertindak sebagai pengguna anggaran (Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003).
Bastian mengungkapkan bahwa anggaran dalam sektor publik harus
memenuhi prinsip-prinsip berikut:
a. Demokratis yaitu dengan melibatkan sebanyak mungkin aspirasi masyarakat.
b. Adil, yaitu pengalokasian sesuai dengan proporsi yang tepat untuk
kepentingan masyarakat.
c. Transparan, yaitu masyarakat umum dapat mengetahui mulai dari proses
penyusunan anggaran sampai pelaporan anggaran serta pertanggungjawaban
penggunaan anggaran tersebut.
d. Bermoral tinggi, yaitu dalam pengelolaan anggaran tidak hanya sesuai dengan
undang-undang yang berlaku tetapi juga harus mempertimbangkan moral dan
etika.
e. Berhati-hati, yaitu pengelolaan anggaran tidak dilakukan secara sembarangan
karena keterbatasan dan mahalnya sumber daya.
f. Akuntabel, yaitu pengelolaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan.
(Bastian, 2001)
B. Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
adalah “semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
6GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut”.
Untuk itu maka keuangan daerah perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan keuangan
daerah itu sendiri sesuai dengan definisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 adalah “keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah”.
C. Laporan Keuangan Pemerintah
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, laporan keuangan
merupakan laporan yang dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
penggunaan APBD. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, laporan
keuangan pemerintah adalah suatu laporan yang menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi
dan perubahan ekuitas untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelapor atas penggunaan sumber dana yang dipercayakan
kepada entitas tersebut serta kemampuan entitas pelapor dalam menyelenggarakan
kegiatan pemerintahan di masa yang akan datang. Jadi dapat diambil kesimpulan
bahwa laporan keuangan pemerintah merupakan laporan pertanggungjawaban atas
penggunaan APBD atau sumber dana untuk tujuan akuntabilitas dan transparansi.
Laporan keuangan Pemerintah Daerah yang berguna dan akuntabel sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 harus dapat memberikan
informasi tentang:
a. posisi dan perubahan sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah;
b. asal, pengalokasian dan penggunaan sumber daya;
c. kesesuaian realisasi dengan anggaran;
d. pendanaan aktivitas Pemerintah Daerah dan memenuhi kebutuhan
kasnya; dan
e. kemampuan pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatannya.
7GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
Terdapat tujuh bagian yang terdapat pada laporan keuangan pemerintah
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yaitu:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LKE);
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
D. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Analisis laporan keuangan antara sektor privat dengan sektor publik menurut
pandangan Pramono sebenarnya hampir sama hanya subjek analisisnya saja yang
berbeda (Pramono, 2014) namun inti dari analisis laporan keuangan adalah
penilaian kinerja melalui rasio keuangan. Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi
(2012), nama dan kaidah pengukuran masih belum bisa disepakati karena
pengembangan penggunaan analisis rasio pada sektor publik masih jarang
dilakukan, meskipun demikian analisis melalui rasio keuangan atas APBD perlu
dilakukan (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012).
Tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk pengambilan keputusan
mengenai sumber daya dan kinerja Pemerintah Daerah. Pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan tersebut melalui analisis rasio
keuangan Pemerintah Daerah adalah (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012)
a. DPRD;
b. Eksekutif;
c. Pemerintah Pusat atau Provinsi; dan
d. Masyarakat dan krditur (misal pemegang obligasi pemerintah).
Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja Pemerintah
Daerah secara finansial yang bersumber dari APBD menurut Widodo dalam Halim
dan Kusufi (2012) antara lain rasio kemandirian (otonomi fiskal), rasio efektivitas
dan efisiensi, rasio keserasian, rasio pertumbuhan dan debt service coverage ratio.
(Widodo dalam Halim dan Kusufi 2012)
8GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
E. Rasio Kemandirian (Otonomi Fiskal)
Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), rasio kemandirian
mencerminkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri aktivitas
kepemerintahannya melalui pendapatan asli daerah. Rasio ini membandingkan
pendapatan asli daerah dengan pendapatan yang merupakan transfer dari
Pemerintah Pusat maupun Provinsi serta pinjaman yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah. Semakin tinggi rasio kemadirian yang dimiliki oleh suatu Pemerintah
Daerah maka tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah tersebut terhadap
pendanaan eksternal semakin rendah karena bisa dipastikan bahwa dalam kegiatan
permerintahannya, Pemerintah Daerah mampu mendanainya dengan pendapatan
asli daerahnya sendiri yang berasal dari pajak daerah dan retribusi (Widodo dalam
Halim dan Kusufi, 2012). Rumus untuk rasio kemandirian adalah sebagai berikut:
Rasio Kemandirian =
Tabel 1. Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah
Sumber: Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 1996 dalam Pramono (2014)
Kemampuan Keuangan Kemandirian (%)
Rendah Sekali 0% - 25%
Rendah 25% - 50%
Sedang 50% - 75%
Tinggi 75% - 100%
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Transfer dan Pinjaman
9GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
F. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), rasio efektivitas PAD
menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan anggaran
pendapatan asli daerah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan
berdasarkan potensi riil daerah. Rasio yang semakin tinggi menggambarkan
kemampuan daerah yang semakin baik. Efektivitas kinerja pemerintah akan
semakin baik jika rasio efektivitas bernilai lebih dari 1 atau 100 persen. Rasio
efektivitas PAD adalah sebagai berikut: (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012)
Rasio Efektivitas PAD=
Tabel 2. Kriteria Efektivitas Keuangan Daerah
Sumber: Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 1996 dalam Pramono (2014)
G. Rasio Efisiensi Belanja Daerah
Rasio efisiensi mencerminkan besarnya rasio realisasi belanja yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah dibangdingkan dengan belanja yang dianggarkan. Rumusnya adalah
(Pratiwi: 2014)
Rasio Efisiensi Belanja Negara =
Kriteria Efektivitas Persentase Efektifitas (%)
Sangat Efektif >100
Efektif >90 – 100
Cukup Efektif >80 – 90
Kurang Efektif >60 – 80
Tidak Efektif ≤60
Realisasi Penerimaan PAD
Target PAD yang ditetapkan sesuai potensi daerah
Realisasi Belanja Daerah
Anggaran Belanja Daerah
10GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
H. Rasio Keserasian
Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), rasio keserasian
mencerminkan pengalokasian dana untuk belanja rutin dan belanja pembangunan.
Belum terdapat penentuan rasio yang pasti untuk menentukan baik tidaknya rasio
keserasian. Namun bisa diambil kesimpulan bahwa jika belanja Pemerintah Daerah
dalam hal belanja rutin lebih besar dari belanja pembangunan maka pengalokasian
belanja belum cukup optimal. (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012)
Rasio Belanja Rutin Terhadap APBD =
Rasio Belanja Pembangunan Terhadap APBD =
I. Rasio Pertumbuhan
Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), rasio pertumbuhan
mencerminkan kapabilitas Pemerintah Daerah dalam menjaga tingkat pencapaian
dari periode-periode sebelumnya (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012). Rumus
rasio pertumbuhan PAD adalah sebagai berikut:
Rasio Pertumbuhan PAD =
J. Analisi Kinerja Keuangan Kabupaten Kulon Progo, DIY Tahun Anggaran
2012-2015
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Kulon Progo tahun
anggaran 2012-2015 dapat diperoleh perhitungan rasio-rasio sebagai berikut:
Total Belanja Rutin
Total APBD
Total Belanja Pembangunan
Total APBD
Total Belanja Pembangunan
Total APBD
11GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
1. Rasio Kemandirian
Tabel 3. Perhitungan Rasio Kemandirian Kab. Kulon Progo
Tahun PAD
Pendapatan
Transfer
Rasio
Kemandirian
2012 74,028,663,155 790,236,567,384 9.37%
2013 95,991,512,851 886,199,003,148 10.83%
2014 158,623,927,339 934,001,271,245 16.98%
2015 170,822,326,558 1,054,106,257,006 16.21%
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo
Tahun 2012-2015 (diolah)
Dari rasio yang telah didapat maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat kenaikkan yang cukup signifikan dari tahun 2012 sampau tahun
2014 walaupun terjadi penurunan sedikit pada tahun 2015. Tetapi jika
dilihat dari pedoman tingkat kemandirian maka Kabupaten Kulon Progo
masih sangat bergantung pada pendanaan yang berasal dari Pemerintah
Pusat maupun Povinsi.
2. Rasio Efektivitas PAD
Tabel 4. Perhitungan Rasio Efektivitas PAD
PAD dari Pajak PAD dari Retribusi Jumlah Persentase
2012 Anggaran 7,420,115,963 12,021,510,570 19,441,626,533
103.41%
Realisasi 8,448,289,544 11,655,374,999 20,103,664,543
2013 Anggaran 7,633,177,800.00 13,773,670,148 21,406,847,948
110.63%
Realisasi 8,696,477,331.88 14,986,509,629 23,682,986,961
2014 Anggaran 20,447,388,962 6,776,772,693 27,224,161,655
102.66%
Realisasi 21,171,477,417 6,777,314,436 27,948,791,853
2015 Anggaran 22,867,137,517 7,994,269,739 30,861,407,256
105.29%
Realisasi 25,526,938,959 6,965,714,003 32,492,652,962
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo
Tahun 2012-2015 (diolah)
Berdasarkan rasio di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
efektivitas Kabupaten Kulon Progo dalam pengelolaan PAD sangat efektif
karena rasio pada masing-masing tahun anggaran mencapai lebih dari
100%.
12GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
3. Rasio Keserasian
Tabel 5. Perhitungan Rasio Rutin
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo
Tahun 2012-2015 (diolah)
Tabel 6. Perhitungan Rasio Pembangunan
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo
Tahun 2012-2015 (diolah)
Berdasarkan rasio belanja rutin dan rasio pembangunan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa belanja Kab. Kulon Progo masih
diprioritaskan untuk belanja rutin.
4. Rasio Efisien Belanja
Tabel 7. Perhitungan Rasio Efisien Belanja
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo
Tahun 2012-2015 (diolah)
Tahun Total Belanja Pembangunan Total Belanja Daerah Persentase
2012 149,200,323,373 881,690,249,330 16.92%
2013 123,784,984,677 964,587,545,893 12.83%
2014 146,656,073,515 1,060,577,348,171 13.83%
2015 226,252,695,404 1,142,545,631,178 19.80%
Tahun Total Belanja Rutin Total Belanja Daerah Persentase
2012 730,278,803,910 881,690,249,330 82.83%
2013 839,661,393,338 964,587,545,893 87.05%
2014 911,307,200,059 1,060,577,348,171 85.93%
2015 916,292,935,774 1,142,545,631,178 80.20%
Tahun Total Belanja Persentase
2012
Anggaran 932,363,178,850.00
95%
Realisasi 881,690,249,330.00
2013
Anggaran 1,045,277,844,864
92%
Realisasi 964,587,545,893
2014
Anggaran 1,174,629,041,138
90%
Realisasi 1,060,577,348,171
2015
Anggaran 1,251,716,432,372
91%
Realisasi 1,142,545,631,178
13GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
Berdasarkan rasio di atas maka dapat disimpulkan bahwa belanja
Kabupaten Kulon Progo dari tahun ke tahun makin efisien karena dana
yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan anggarannya.
5. Rasio Petumbuhan PAD
Tabel 8. Perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD
Tahun PAD Persentase
2012 4,028,663,155
2013 5,991,512,851 29.67%
2014 58,623,927,339 65.25%
2015 70,822,326,558 7.69%
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo
Tahun 2012-2015 (diolah)
Berdasarkan rasio di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
kenaikan yang sangat signifikan dari tahun 2013 ke 2014 yang mencapai
65.25% namun pada tahun 2015 menurun drastis pertumbuhan PAD
Kabupaten Kulon Progo.
14GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan maka Kabupaten Kulon Progo
mengalami peningkatan kinerja keuangan dilihat dari pertumbuhan PAD dari tahun ke
tahun didukung juga dengan kemampuan pemerintah Kab. Kulon Progo dalam
pengelolaan dana untuk belanja. Namun jika dilihat dari struktur pendanaan, maka terlihat
bahwa Kab. Kulon Progo sangat bergantung pada dana yang ditransfer oleh Pemerintah
Pusat dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Seperti pemerintah daerah lain di Indonesia, pembelanjaan dana yang dimiliki
oleh Kab. Kulon Progo masih terfokus pada pembelanjaan rutin sedangkan pembelanjaan
pembangunan masih sangat kurang karena hanya mendapat proporsi berkisar pada 10%
dari total belanja daerah.
15GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi
Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Kundalini, Pertiwi. 2014. Analisis Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Periode 2011-2012. Skripsi Gelar
Sarjana. Universitas Negeri Yogyakarta.
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Tahun Anggaran 2012.
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Tahun Anggaran 2013.
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Tahun Anggaran 2014.
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Tahun Anggaran 2015.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Pramono, Joko. 2014. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah. Skripsi Gelar Sarjana. STIE AMA Salatiga.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

More Related Content

What's hot

Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahModul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSujatmiko Wibowo
 
Akuntansi Dana cadangan PEMDA
Akuntansi Dana cadangan PEMDAAkuntansi Dana cadangan PEMDA
Akuntansi Dana cadangan PEMDAMahyuni Bjm
 
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).pptPELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).pptMAHMUN SYARIF
 
Kedudukan dan tanggung jawab bendahara satker
Kedudukan dan tanggung jawab bendahara satkerKedudukan dan tanggung jawab bendahara satker
Kedudukan dan tanggung jawab bendahara satkerAhmad Abdul Haq
 
Konsep dasar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ppt
Konsep dasar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pptKonsep dasar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ppt
Konsep dasar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pptRisda Hamsuri
 
Kewajiban dan Ekuitas Dana
Kewajiban dan Ekuitas DanaKewajiban dan Ekuitas Dana
Kewajiban dan Ekuitas DanaIndah Agustina
 
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...Jiantari Marthen
 
Manajemen belanja daerah
Manajemen belanja daerahManajemen belanja daerah
Manajemen belanja daerahMaylana Febrina
 
Analisis Ratio - Analisis Laporan Keuangan
Analisis Ratio - Analisis Laporan KeuanganAnalisis Ratio - Analisis Laporan Keuangan
Analisis Ratio - Analisis Laporan Keuanganphatar_augrah
 
Akuntansi Aset lainnya - PEMDA
Akuntansi Aset lainnya - PEMDAAkuntansi Aset lainnya - PEMDA
Akuntansi Aset lainnya - PEMDAMahyuni Bjm
 
Papi 2008 buku 1
Papi   2008 buku 1Papi   2008 buku 1
Papi 2008 buku 1citra Joni
 
1 bab 10_pelaporan_keuangan
1 bab 10_pelaporan_keuangan1 bab 10_pelaporan_keuangan
1 bab 10_pelaporan_keuanganmangunsonghendra
 
Juknis Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Aset Desa | MALMING Kemendagri #28
Juknis Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Aset Desa |  MALMING Kemendagri #28Juknis Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Aset Desa |  MALMING Kemendagri #28
Juknis Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Aset Desa | MALMING Kemendagri #28TV Desa
 
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahOrganisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahSunar Shun Shun
 

What's hot (20)

Psap 11
Psap 11Psap 11
Psap 11
 
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahModul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
 
Akuntansi Dana cadangan PEMDA
Akuntansi Dana cadangan PEMDAAkuntansi Dana cadangan PEMDA
Akuntansi Dana cadangan PEMDA
 
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).pptPELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
 
Modul anggaran berbasis kinerja (daerah)
Modul  anggaran berbasis kinerja (daerah)Modul  anggaran berbasis kinerja (daerah)
Modul anggaran berbasis kinerja (daerah)
 
APBD, pengertian
APBD, pengertianAPBD, pengertian
APBD, pengertian
 
Kedudukan dan tanggung jawab bendahara satker
Kedudukan dan tanggung jawab bendahara satkerKedudukan dan tanggung jawab bendahara satker
Kedudukan dan tanggung jawab bendahara satker
 
Konsep dasar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ppt
Konsep dasar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pptKonsep dasar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ppt
Konsep dasar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ppt
 
Kewajiban dan Ekuitas Dana
Kewajiban dan Ekuitas DanaKewajiban dan Ekuitas Dana
Kewajiban dan Ekuitas Dana
 
Sistem akuntansi aktiva tetap
Sistem akuntansi aktiva tetapSistem akuntansi aktiva tetap
Sistem akuntansi aktiva tetap
 
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
Makalah akuntansi sektor publik (studi kasus laporan keuangan yayasan) jianta...
 
Manajemen belanja daerah
Manajemen belanja daerahManajemen belanja daerah
Manajemen belanja daerah
 
Analisis Ratio - Analisis Laporan Keuangan
Analisis Ratio - Analisis Laporan KeuanganAnalisis Ratio - Analisis Laporan Keuangan
Analisis Ratio - Analisis Laporan Keuangan
 
Akuntansi Aset lainnya - PEMDA
Akuntansi Aset lainnya - PEMDAAkuntansi Aset lainnya - PEMDA
Akuntansi Aset lainnya - PEMDA
 
Pelaporan Keuangan Publik
Pelaporan Keuangan PublikPelaporan Keuangan Publik
Pelaporan Keuangan Publik
 
Papi 2008 buku 1
Papi   2008 buku 1Papi   2008 buku 1
Papi 2008 buku 1
 
1 bab 10_pelaporan_keuangan
1 bab 10_pelaporan_keuangan1 bab 10_pelaporan_keuangan
1 bab 10_pelaporan_keuangan
 
Juknis Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Aset Desa | MALMING Kemendagri #28
Juknis Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Aset Desa |  MALMING Kemendagri #28Juknis Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Aset Desa |  MALMING Kemendagri #28
Juknis Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Aset Desa | MALMING Kemendagri #28
 
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahOrganisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
 

Similar to Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai 2015.docx

Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraMuhammad Rafi Kambara
 
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...CaeCaew
 
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintahPp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintahDyp The Magna
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerahEfry Ghani
 
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...Penataan Ruang
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daerahaRian Saifulloh
 
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjBab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjCahyo Wiryanto
 
Pp 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah
Pp 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerahPp 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah
Pp 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerahinggridkhairani
 
Akuntansi pemerintahan
Akuntansi pemerintahanAkuntansi pemerintahan
Akuntansi pemerintahanKyuro Kyuro
 
Manajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraManajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraBPKP
 
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan DaerahPeraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan DaerahPenataan Ruang
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik MiaJauhariah
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahIyens Syeikhbu
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahIyens Syeikhbu
 
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan...
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan...Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan...
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan...Penataan Ruang
 
Uu no 33_th_2004
Uu no 33_th_2004Uu no 33_th_2004
Uu no 33_th_2004tamihakim
 
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16hafid abdul
 
Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013ryzky_aka_babon
 
2. renstra bpkad 2017 2021
2. renstra bpkad 2017 20212. renstra bpkad 2017 2021
2. renstra bpkad 2017 2021pandirambo900
 

Similar to Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai 2015.docx (20)

Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
 
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
 
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintahPp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
 
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja I...
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjBab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
 
Pp 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah
Pp 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerahPp 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah
Pp 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah
 
Akuntansi pemerintahan
Akuntansi pemerintahanAkuntansi pemerintahan
Akuntansi pemerintahan
 
Manajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negaraManajemen keuangan negara
Manajemen keuangan negara
 
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan DaerahPeraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 
Uu 01 2004 Pjls
Uu 01 2004 PjlsUu 01 2004 Pjls
Uu 01 2004 Pjls
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerah
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerah
 
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan...
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan...Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan...
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan...
 
Uu no 33_th_2004
Uu no 33_th_2004Uu no 33_th_2004
Uu no 33_th_2004
 
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
 
Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013
 
2. renstra bpkad 2017 2021
2. renstra bpkad 2017 20212. renstra bpkad 2017 2021
2. renstra bpkad 2017 2021
 

Recently uploaded

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai 2015.docx

  • 1. MAKALAH ANALISIS KINERJA KEUANGAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN ANGGARAN 2012 SAMPAI 2015 Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Publik Dosen Pengampu: Prof. Dr. Abdul Halim, M. B. A. OLEH : GHIYATS FURQAN DEWANTARA (407298) PROGRAM MAGISTER SAINS AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA APRIL 2017
  • 2. 1GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan bentuk desentralisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat yang mulai diberlakukan dengan didasarkan pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang didukung dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Otonomi Daerah diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh daerah otonom untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri yang berkaitan dengan hak, wewenang dan kewajiban berdasarkan aspirasi masyarakat (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014). Desentralisasi adalah pemberian kekuasaan Pemerintah kepada Pemerintah Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakatnya (urusan Pemerintah) (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014). Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, urusan pemerintah meliputi politik luar negeri; pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal nasional; dan agama. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pemerintah Pusat dalam membantu mendanai pelaksanaan desentralisasi serta untuk mengurangi disekuilibrium sumber pendanaan Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Pusat melalui APBN mengalokasikan dana perimbangan untuk Pemerintah Daerah menggunakan prinsip keadilan, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dengan meninjau faktor potensi yang dimiliki daerah otonom, kondisi yang terjadi di daerah otonom dan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh daerah otonom. Dana perimbangan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) (Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004). Dengan adanya otonomi daerah tersebut maka dibutuhkan pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan ini diatur dalam paket undang-undang yang dibuat oleh Pemerintah Pusat tentang Keuangan Negara. Paket undang-undang tersebut meliputi:
  • 3. 2GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; dan c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menjelaskan tentang penyusunan dan penetapan APBN oleh Pemerintah Pusat dan APBD oleh Pemerintah Daerah serta kewajiban Presiden dan Pimpinan Pemerintah Daerah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan APBN/APBD yang bertujuan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah yang penyusunan laporan pertanggungjawaban tersebut harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah Yang Diterima Secara Umum (SAK) yang berlaku. APBN ditetapkan dengan undang-undang sedangkan APBD ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Keuangan Negara harus diselenggarakan dengan memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku guna tercapainya good governance. Kaidah-kaidah tersebut menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 yaitu: akuntabel dengan outcome-oriented; profesionalisme; seimbang; transparansi; dan evaluasi. Selain paket undang-undang tentang Keuangan Negara tersebut, terdapat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Keuangan Daerah dapat diwujudkan melalui APBD, yang pengelolaannya harus secara tertib, taat pada undang-undang yang berlaku, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab, yang ditetapkan setiap tahunnya dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat (Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005). Setelah implementasi APBD, Pemerintah Daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan sesuai amanat Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
  • 4. 3GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 dengan tujuan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah yang setidaknya laporan keuangan tersebut meliputi: a. Laporan realisasi anggaran; b. Neraca; c. Laporan arus kas; d. Catatan atas laporan keuangan; dan e. Lampiran laporan keuangan perusahaan negara dan badan lain. Definisi laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah “laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintan adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya”. (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010) Laporan keuangan yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dapat dijadikan bahan evaluasi kinerja suatu Pemerintah Daerah dengan menggunakan perhitungan rasio-rasio keuangan. Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), analisis rasio keuangan berguna untuk menilai: a. kemandirian Pemerintah Daerah dalam mendanai berbagai kegiatannya; b. efisiensi dan efektivitas dalam merealisasikan dan membelanjakan pendapatan daerah; c. peran sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah; dan d. progres pendapatan dan belanja daerah. (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012) Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), masih sangat sedikit pihak yang menggunakan rasio keuangan untuk menilai kinerja suatu Pemerintah Daerah. Hal ini dikarenakan terdapat keterbatasan sifat dan cakupan yang disajikan dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah; serta penilaian keberhasilan penggunaan
  • 5. 4GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 APBD hanya ditekankan pada tercapainya suatu target tanpa mempertimbangkan perubahan yang terjadi dalam struktur maupun komposisi APBD (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012). Untuk menilai rasio keuangan pada APBD, maka dalam makalah ini akan disajikan analisis rasio keuangan dengan mengambil data keuangan dari Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah makalah ini adalah bagaimana kinerja keuangan Kabupaten Kulon Progo pada tahun anggaran 2012 sampai 2015? C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah mengetahui kinerja keuangan Kabupaten Kulon Progo pada tahun anggaran 2012 sampai 2015.
  • 6. 5GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 BAB II PEMBAHASAN A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD) menurut Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 adalah suatu rencana anggaran yang terdiri atas anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah untuk jangka waktu satu tahun dengan melalui persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD didasarkan pada rencana kerja sekaligus anggaran yang dibuat oleh setiap Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertindak sebagai pengguna anggaran (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003). Bastian mengungkapkan bahwa anggaran dalam sektor publik harus memenuhi prinsip-prinsip berikut: a. Demokratis yaitu dengan melibatkan sebanyak mungkin aspirasi masyarakat. b. Adil, yaitu pengalokasian sesuai dengan proporsi yang tepat untuk kepentingan masyarakat. c. Transparan, yaitu masyarakat umum dapat mengetahui mulai dari proses penyusunan anggaran sampai pelaporan anggaran serta pertanggungjawaban penggunaan anggaran tersebut. d. Bermoral tinggi, yaitu dalam pengelolaan anggaran tidak hanya sesuai dengan undang-undang yang berlaku tetapi juga harus mempertimbangkan moral dan etika. e. Berhati-hati, yaitu pengelolaan anggaran tidak dilakukan secara sembarangan karena keterbatasan dan mahalnya sumber daya. f. Akuntabel, yaitu pengelolaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan. (Bastian, 2001) B. Pengelolaan Keuangan Daerah Keuangan daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 adalah “semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
  • 7. 6GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut”. Untuk itu maka keuangan daerah perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan keuangan daerah itu sendiri sesuai dengan definisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 adalah “keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah”. C. Laporan Keuangan Pemerintah Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, laporan keuangan merupakan laporan yang dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan APBD. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan pemerintah adalah suatu laporan yang menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi dan perubahan ekuitas untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelapor atas penggunaan sumber dana yang dipercayakan kepada entitas tersebut serta kemampuan entitas pelapor dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa yang akan datang. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan pemerintah merupakan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan APBD atau sumber dana untuk tujuan akuntabilitas dan transparansi. Laporan keuangan Pemerintah Daerah yang berguna dan akuntabel sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 harus dapat memberikan informasi tentang: a. posisi dan perubahan sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah; b. asal, pengalokasian dan penggunaan sumber daya; c. kesesuaian realisasi dengan anggaran; d. pendanaan aktivitas Pemerintah Daerah dan memenuhi kebutuhan kasnya; dan e. kemampuan pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatannya.
  • 8. 7GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 Terdapat tujuh bagian yang terdapat pada laporan keuangan pemerintah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yaitu: a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA); b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL); c. Neraca; d. Laporan Operasional (LO); e. Laporan Arus Kas (LAK); f. Laporan Perubahan Ekuitas (LKE); g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). D. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Analisis laporan keuangan antara sektor privat dengan sektor publik menurut pandangan Pramono sebenarnya hampir sama hanya subjek analisisnya saja yang berbeda (Pramono, 2014) namun inti dari analisis laporan keuangan adalah penilaian kinerja melalui rasio keuangan. Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), nama dan kaidah pengukuran masih belum bisa disepakati karena pengembangan penggunaan analisis rasio pada sektor publik masih jarang dilakukan, meskipun demikian analisis melalui rasio keuangan atas APBD perlu dilakukan (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012). Tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk pengambilan keputusan mengenai sumber daya dan kinerja Pemerintah Daerah. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan tersebut melalui analisis rasio keuangan Pemerintah Daerah adalah (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012) a. DPRD; b. Eksekutif; c. Pemerintah Pusat atau Provinsi; dan d. Masyarakat dan krditur (misal pemegang obligasi pemerintah). Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah secara finansial yang bersumber dari APBD menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012) antara lain rasio kemandirian (otonomi fiskal), rasio efektivitas dan efisiensi, rasio keserasian, rasio pertumbuhan dan debt service coverage ratio. (Widodo dalam Halim dan Kusufi 2012)
  • 9. 8GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 E. Rasio Kemandirian (Otonomi Fiskal) Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), rasio kemandirian mencerminkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri aktivitas kepemerintahannya melalui pendapatan asli daerah. Rasio ini membandingkan pendapatan asli daerah dengan pendapatan yang merupakan transfer dari Pemerintah Pusat maupun Provinsi serta pinjaman yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Semakin tinggi rasio kemadirian yang dimiliki oleh suatu Pemerintah Daerah maka tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah tersebut terhadap pendanaan eksternal semakin rendah karena bisa dipastikan bahwa dalam kegiatan permerintahannya, Pemerintah Daerah mampu mendanainya dengan pendapatan asli daerahnya sendiri yang berasal dari pajak daerah dan retribusi (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012). Rumus untuk rasio kemandirian adalah sebagai berikut: Rasio Kemandirian = Tabel 1. Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah Sumber: Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 1996 dalam Pramono (2014) Kemampuan Keuangan Kemandirian (%) Rendah Sekali 0% - 25% Rendah 25% - 50% Sedang 50% - 75% Tinggi 75% - 100% Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer dan Pinjaman
  • 10. 9GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 F. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), rasio efektivitas PAD menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan anggaran pendapatan asli daerah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Rasio yang semakin tinggi menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Efektivitas kinerja pemerintah akan semakin baik jika rasio efektivitas bernilai lebih dari 1 atau 100 persen. Rasio efektivitas PAD adalah sebagai berikut: (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012) Rasio Efektivitas PAD= Tabel 2. Kriteria Efektivitas Keuangan Daerah Sumber: Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 1996 dalam Pramono (2014) G. Rasio Efisiensi Belanja Daerah Rasio efisiensi mencerminkan besarnya rasio realisasi belanja yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dibangdingkan dengan belanja yang dianggarkan. Rumusnya adalah (Pratiwi: 2014) Rasio Efisiensi Belanja Negara = Kriteria Efektivitas Persentase Efektifitas (%) Sangat Efektif >100 Efektif >90 – 100 Cukup Efektif >80 – 90 Kurang Efektif >60 – 80 Tidak Efektif ≤60 Realisasi Penerimaan PAD Target PAD yang ditetapkan sesuai potensi daerah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah
  • 11. 10GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 H. Rasio Keserasian Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), rasio keserasian mencerminkan pengalokasian dana untuk belanja rutin dan belanja pembangunan. Belum terdapat penentuan rasio yang pasti untuk menentukan baik tidaknya rasio keserasian. Namun bisa diambil kesimpulan bahwa jika belanja Pemerintah Daerah dalam hal belanja rutin lebih besar dari belanja pembangunan maka pengalokasian belanja belum cukup optimal. (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012) Rasio Belanja Rutin Terhadap APBD = Rasio Belanja Pembangunan Terhadap APBD = I. Rasio Pertumbuhan Menurut Widodo dalam Halim dan Kusufi (2012), rasio pertumbuhan mencerminkan kapabilitas Pemerintah Daerah dalam menjaga tingkat pencapaian dari periode-periode sebelumnya (Widodo dalam Halim dan Kusufi, 2012). Rumus rasio pertumbuhan PAD adalah sebagai berikut: Rasio Pertumbuhan PAD = J. Analisi Kinerja Keuangan Kabupaten Kulon Progo, DIY Tahun Anggaran 2012-2015 Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Kulon Progo tahun anggaran 2012-2015 dapat diperoleh perhitungan rasio-rasio sebagai berikut: Total Belanja Rutin Total APBD Total Belanja Pembangunan Total APBD Total Belanja Pembangunan Total APBD
  • 12. 11GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 1. Rasio Kemandirian Tabel 3. Perhitungan Rasio Kemandirian Kab. Kulon Progo Tahun PAD Pendapatan Transfer Rasio Kemandirian 2012 74,028,663,155 790,236,567,384 9.37% 2013 95,991,512,851 886,199,003,148 10.83% 2014 158,623,927,339 934,001,271,245 16.98% 2015 170,822,326,558 1,054,106,257,006 16.21% Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo Tahun 2012-2015 (diolah) Dari rasio yang telah didapat maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikkan yang cukup signifikan dari tahun 2012 sampau tahun 2014 walaupun terjadi penurunan sedikit pada tahun 2015. Tetapi jika dilihat dari pedoman tingkat kemandirian maka Kabupaten Kulon Progo masih sangat bergantung pada pendanaan yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Povinsi. 2. Rasio Efektivitas PAD Tabel 4. Perhitungan Rasio Efektivitas PAD PAD dari Pajak PAD dari Retribusi Jumlah Persentase 2012 Anggaran 7,420,115,963 12,021,510,570 19,441,626,533 103.41% Realisasi 8,448,289,544 11,655,374,999 20,103,664,543 2013 Anggaran 7,633,177,800.00 13,773,670,148 21,406,847,948 110.63% Realisasi 8,696,477,331.88 14,986,509,629 23,682,986,961 2014 Anggaran 20,447,388,962 6,776,772,693 27,224,161,655 102.66% Realisasi 21,171,477,417 6,777,314,436 27,948,791,853 2015 Anggaran 22,867,137,517 7,994,269,739 30,861,407,256 105.29% Realisasi 25,526,938,959 6,965,714,003 32,492,652,962 Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo Tahun 2012-2015 (diolah) Berdasarkan rasio di atas dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas Kabupaten Kulon Progo dalam pengelolaan PAD sangat efektif karena rasio pada masing-masing tahun anggaran mencapai lebih dari 100%.
  • 13. 12GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 3. Rasio Keserasian Tabel 5. Perhitungan Rasio Rutin Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo Tahun 2012-2015 (diolah) Tabel 6. Perhitungan Rasio Pembangunan Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo Tahun 2012-2015 (diolah) Berdasarkan rasio belanja rutin dan rasio pembangunan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belanja Kab. Kulon Progo masih diprioritaskan untuk belanja rutin. 4. Rasio Efisien Belanja Tabel 7. Perhitungan Rasio Efisien Belanja Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo Tahun 2012-2015 (diolah) Tahun Total Belanja Pembangunan Total Belanja Daerah Persentase 2012 149,200,323,373 881,690,249,330 16.92% 2013 123,784,984,677 964,587,545,893 12.83% 2014 146,656,073,515 1,060,577,348,171 13.83% 2015 226,252,695,404 1,142,545,631,178 19.80% Tahun Total Belanja Rutin Total Belanja Daerah Persentase 2012 730,278,803,910 881,690,249,330 82.83% 2013 839,661,393,338 964,587,545,893 87.05% 2014 911,307,200,059 1,060,577,348,171 85.93% 2015 916,292,935,774 1,142,545,631,178 80.20% Tahun Total Belanja Persentase 2012 Anggaran 932,363,178,850.00 95% Realisasi 881,690,249,330.00 2013 Anggaran 1,045,277,844,864 92% Realisasi 964,587,545,893 2014 Anggaran 1,174,629,041,138 90% Realisasi 1,060,577,348,171 2015 Anggaran 1,251,716,432,372 91% Realisasi 1,142,545,631,178
  • 14. 13GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 Berdasarkan rasio di atas maka dapat disimpulkan bahwa belanja Kabupaten Kulon Progo dari tahun ke tahun makin efisien karena dana yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan anggarannya. 5. Rasio Petumbuhan PAD Tabel 8. Perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD Tahun PAD Persentase 2012 4,028,663,155 2013 5,991,512,851 29.67% 2014 58,623,927,339 65.25% 2015 70,822,326,558 7.69% Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Kab. Kulon Progo Tahun 2012-2015 (diolah) Berdasarkan rasio di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikan yang sangat signifikan dari tahun 2013 ke 2014 yang mencapai 65.25% namun pada tahun 2015 menurun drastis pertumbuhan PAD Kabupaten Kulon Progo.
  • 15. 14GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 BAB III KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan maka Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan kinerja keuangan dilihat dari pertumbuhan PAD dari tahun ke tahun didukung juga dengan kemampuan pemerintah Kab. Kulon Progo dalam pengelolaan dana untuk belanja. Namun jika dilihat dari struktur pendanaan, maka terlihat bahwa Kab. Kulon Progo sangat bergantung pada dana yang ditransfer oleh Pemerintah Pusat dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti pemerintah daerah lain di Indonesia, pembelanjaan dana yang dimiliki oleh Kab. Kulon Progo masih terfokus pada pembelanjaan rutin sedangkan pembelanjaan pembangunan masih sangat kurang karena hanya mendapat proporsi berkisar pada 10% dari total belanja daerah.
  • 16. 15GHIYATS FURQAN DEWANTARA - 407298 DAFTAR PUSTAKA Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta. Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Kundalini, Pertiwi. 2014. Analisis Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Periode 2011-2012. Skripsi Gelar Sarjana. Universitas Negeri Yogyakarta. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Tahun Anggaran 2012. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Tahun Anggaran 2013. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Tahun Anggaran 2014. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Tahun Anggaran 2015. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Pramono, Joko. 2014. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi Gelar Sarjana. STIE AMA Salatiga. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004