SlideShare a Scribd company logo
1 of 303
Download to read offline
Kumpulan Artikel Filsafat
BAB 1
DASAR-DASAR PENGETAHUAN

Artikel I

Sumber

:

http://hisyamnur.blogspot.com/2009/12/dasar-dasar-pengetahuandalam-filsafat.html di akses tanggal 8 september 2013

DASAR-DASAR PENGETAHUAN DALAM FILSAFAT ILMU

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, ”bagaimana
caranya agar saya mendapat pengetahuan yang benar?. ”mudah saja”, jawab filsuf
itu,” ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kapastian dimulai dengan rasa raguragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati
bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui apa yang telah kita ketahui dalam
kemestaan yang seakan tak terbatas ini.

Akal adalah potensi rohaniah yang memiliki berbagai kesanggupan seperti
kemampuan berfikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami. Jadi
pemikiran kesadaran, penghayatan, pengertian dan pemahaman semuanya
merupakan istilah yang berarti bahwa kegiatan akal itu berpusat atau bersumber
dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelegensi (sifat kecerdasan jiwa.
Berpikir di maksudkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui dengan
kata lain bahwa kebenaranlah yang menjadi tujuan utamanya, dari proses
berpikirnya yang mengatakan pengorganisasian dan pembudian pengalaman-

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

1
Kumpulan Artikel Filsafat
pengalamannya secara empiris dan eksperimen di maksudkan dapat mencapai
pengetahuan, tetapi apakah pengetahuan yang diperoleh adalah benar dan apa
yang dimaksud kebenaran dalam ilmu pengetahuan?

Kebenaran adalah adanya korespondensi, koherensi dan konsistensi antara subjek
dan objek secara pragmatis, jadi ada dua kebenaran yang ingin di capai yaitu
mutlak dan relative. Dikatakan relative karena kebenaran ini merupakan hasil
pemikiran manusia dalam teori pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri bukanlah
sesuatu yang sudah selesai terpikirkan, tetapi sesuatu hal yang tidak pernah
mutlak sebab ia masih selalu membuka diri untuk pemikiran kembali atau
peninjauan ulang.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian Ilmu dan Filsafat ?
2. Apa Pengartian dan Dasar-dasar Pengetahuan ?
3. Bagaimana Sumber Pengetahuan ?
4. Apa sarana Berpikir Ilmiah untuk memperoleh pengetahuan ?

PEMBAHASAN
A. Ilmu dan Filsafat
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak di bangku sekolah sampai pada
pendidikan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri
kita sendiri; Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?, Bagaimana saya
ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar?
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang
ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

2
Kumpulan Artikel Filsafat
sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang
lainnya, misalnya Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu
membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang keua
dari berpikir filsafat yaitu mendasar.
Apakah yang sebenarnya ditelaah filsafat? Selaras dengan dasarnya yang
spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan
oleh manusia, mempersoalkan hal-hal yang pokok; terjawab masalah yang satu,
diapun mulai merambah pertanyaan lainnya. Pokok permasalahan yang dikaji
filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut
dengan salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk
(etika) dan apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).
Ketiga cabang ini kemudian berkembang luas hingga saat ini yang melahirkan
berbagai cabang kajian filsafat yang kita jumpai seperti filsafat politik, pendidikan
dan agama.

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu
merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu seperti; Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud
yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi denga
daya tangkap indera manusia yang membuahkan pengetahuan?

Untuk membedakan janis pengetahuan yang satu dari pengetahuan yang lain,
maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan
itu

(ontologi)?

(epistemologi)?

Bagaimana
Serta

untuk

caranya
apa

mendapatkan

pengetahuan

pengetahuan

termaksud

tersebut

dipergunakan

(aksiologi)? Dengan mengetahui ketiga pertanyaan itu maka dengan mudah kita
dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah
kehidupan manusia.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

3
Kumpulan Artikel Filsafat

B. Pengertian dan Dasar-dasar Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Mendefinisikan pengetahuan merupakan kajian panjang sehingga terjadi
pergulatan sejarah pemikiran filsafati dalam menemukan pengertian pengetahuan.
Hal ini wajar karena “keistimewaan” filsafat adalah perselisihan, pergumulan
pemikirannya itu berlangsung terus selamanya. Suatu produk pemikiran filsafat
selalu ada yang menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang
merobohkan pemikiran itu. Kelakpun akan dijumpai yang satu menegaskan
sedang yang lain mengingkari. Begitulah seterusnya akan selalu berada dalam
bingkai dialektika.

Sedangkan Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisasi dan diperoleh melalui
proses keilmuan. Sedangkan proses keilmuan adalah cara memperoleh
pengetahuan secara sistematsi tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini
biasanya atau pada umunya berupa metode ilmiyah. Dari proses metode ilmiah itu
melahirkan “science”. Science atau tepatnya Ilmu pengetahuan memilki arti
spesifik bila digandengkan dengan ilmu pengetahuan yaitu sebagai kajian
keilmuan yang tersistematis sehingga menjadi teori ilmiah-obyektif ( dapat
dibuktikan secara empiris ) dan prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa
diperiksa sehingga bisa jadi hasilnya bersesuaian atau bertentangan dengan realita
empiris).
Pengetahuan dalam pandangan Rasionalis bersumber dari “Idea”. Tokoh awalnya
adalah Plato (427-347). Menurutnya alam idea itu kekal, tidak berubah-ubah.
Manusia semenjak lahir sudah membawa idea bawaan sehingga tinggal
mengingatnya kembali untuk menganalisa sesuatu itu.

Istilah yang digunakan Rene Descartes (1596-1650) sebagai tokoh rasionalis
dengan nama “innete idea”. Penganut rasionalis tidak percaya dengan inderawi

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

4
Kumpulan Artikel Filsafat
karena inderawi memiliki keterbatasan dan dapat berubah-ubah. Sesuatu yang
tidak mengalami perubahan itulah yang dapat dijadikan pedoman sebagai sumber
ilmu

pengetahuan.

Aristatoles

dan

para

penganut

Empirisme-Realisme

menyangggah yang disampaikan oleh kaum Rasionalis. Mereka berdalih bahwa
ide-ide bawaan itu tidak ada. Hukum-hukum dan pemahaman yang universal
bukan hasil bawaan tetapi diperoleh melalui proses panjang pengamatan empiric
manusia. Aristatoles berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum yang universal itu
muncul dirumuskan akal melalui proses pengamatan dan pengalaman inderawi.
Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan dengan empiric-realitasmaterial merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan bohong (mitos). Aliran
empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui pengalamanpengalaman yang konkrit. Sedangkan aliran rasionalis berpendapat bahwa
pengetahuan manusia didapatkan melalui penalaran rasional. Kedua pendekatan
ini merupakan cikal bakal lahirnya positivisme modern dalam kajian keilmuan.

2. Dasar-dasar Pengetahuan
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang
berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber
pada pengetahuan yang didapat melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan
dengan perasaan. Penalaran mempunyai ciri, yaitu: merupakan suatu proses
berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut
suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu dan sifat analitik dari proses
berpikirnya, menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
digunakan untuk analisis tersebut aalah logika penalaran yang bersangkutan,
artinya kegiatan berpikir analisis adalah berdasarkan langkah-langka tertentu.
Tidak semua kegiatan berpikir mendasarkan pada penalaran seperti perasaan dan
intuisi.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

5
Kumpulan Artikel Filsafat
Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan kebenaran, kita
dapat bedakan jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapatkan melalui
usaha aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik secara nalar maupun
lewat kegiatan lain seperti perasaan dan intusi. Kedua, pengetahuan yang didapat
tidak dari kegiatan aktif menusia melainkan ditawarkan atau diberikan seperti
ajaran agama. Untuk melakukan kagiatan analisis maka kegiatan penalaran
tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari sumber
kebenaran yaitu dari rasio (paham rasionalisme) dan fakta (paham empirisme).
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan penalaran deduktif
(terkait dengan rasionalisme) dan induktif (terkait dengan empirisme).

Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar
pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka
proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penarikan
kesimpulan dianggap benar jika penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara
tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika.

C. Sumber Pengetahuan

Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. pertama, mendasarkan diri pada rasional dan
mendasarkan diri pada fakta. Disamping itu adanya intuisi dan wahyu. Intuisi
merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu,
seperti ”orang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba
menemukan jawabannya.

Salah satu pembahasan dalam epistimoogi adalah sumber-sumber ilmu
pengetahuan. Sumber pengetahuan pada masyarakat relegius berawal dari sesuatu
yang sakral dan transenden. Tuhan merupakan sumber dan sebab pertama “causa
prima” dari segala sesuatu. Manusia tidak akan menemukan kebenaran yang

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

6
Kumpulan Artikel Filsafat
hakiki selama meninggalkan yang essensi ini. Sumber ilmu pengetahuan untuk
mengatahui hakekat segala sesuatu bagi masyarakat relegius tidak cukup dengan
menggunakan panca indera dan akal saja tetapi ada dua unsur lain yaitu ” wahyu (
revelation) dan ilham (intuisi)”. Wahyu itu adalah salah satu dari wujud
“Ketuhanan” dan ilham atau intuisi adalah termanifestaasikan dalam diri para nabi
dan rasul. Sehingga para agamawan mengatakan bahwa kitab suci (wahyu)
merupakan sumber ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh manusia pilihan
Tuhan kepada umat manusia

D. Sarana Berpikir Ilmiah Untuk memperoleh Pengetahuan
Adapun sarana berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Bahasa
Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan
kehidupan manusia, kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan
bahasa dan mengganggapnya sebagai suatu hal yang biasa seperti bernafas dan
berjalan. Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia tanpa bahasa maka tak
ada komunikasi, tanpa komunikasi apakah manusia layak disebut dengan mahluk
social? Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan
komunikasi tidak terlepas dari bahasa seperti berpikir sistemastis dalam
menggapai ilmu dan pengetahuan dengan kata lain tanpa mempunyai kemampuan
berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sitematis dan
teratur.
a. Pengertian Bahasa dan Fungsinya
Banyak Ahli Bahasa yang telah memberi uraian tentang pengertian bahasa, sudah
barang tentu setiap ahli berbeda-beda cara menyampaikannnya. Bloch and Trager
menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh suatu kelompok social sebagai alat untuk berkomunikasi,

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

7
Kumpulan Artikel Filsafat
sementara Joseph Broam mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitirer yang dipergunakan oleh para
anggota suatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain.
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pengertian Bahasa ada tiga yaitu:
a). Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang
dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran
b).

Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa

c). Percakapan (perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik).
Jadi bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi yang mempunyai makna
tertentu dalam suatu kelompok social tertentu. Para pakar juga berselisih paham
dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan psikolingustik melihat fungsi
bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi
sedangkan aliran sosiolingustik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana
untuk perubahan masyarakat.
Walupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi, yang secara umum
dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
1. Koordinator kegiatan masyarakat
2. Penetapan pikiran dan pengungkapan
3. Penyampaian pikiran dan perasaan
4. Penyenangan jiwa
5. Pengurangan kegoncangan jiwa

b. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah
Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun
langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah, dengan menguasai hal tersebut tujuan
yang akan dicapai akan terwujud.

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir
ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

8
Kumpulan Artikel Filsafat
logika induktif maupun deduktif, dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah ini
sangat berkaitan erat dengan bahasa, menggunakan bahasa yang baik dalam
berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa
yang tidak baik dan benar.

Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungisnya untuk komunikasi disifatkan
dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah, komunikasi ilmiah ini merupakan
proses penyampaian informasi berupa pengetahuan.

2. Statistika
Disadari atau tidak, statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan seharihari, pertanyaan-pertanyaan seperti; Tiap bulan habis ± Rp. 50.000,- untuk
keperluan rumah tangga, ada 60% penduduk yang memerlukan perumahan
permanen, 10% anak-anak SD mengalami putus sekolah tiap tahun dan
sebagainya. Dunia penelitian atau riset, dimanapun dilakukan bukan saja telah
mendapat manfaat yang baik dari statistika tetapi sering harus menggunakannya,
untuk mengetahui apakah cara yang baru ditemukan lebih baik dari pada cara
yang lama, melalui riset yang dilakukan di laboratorium atau penelitian yang
dilakukan di lapangan.

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistika berarti table, grafik, daftar informasi,
angka-angka. Sedangkan statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis-analisis dan
klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. Banyak persoalan Apakah itu
hasil penelitian riset atapun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun
berbentuk laporan dinyatakan atau dicatat dalam bentuk bilangan atau angkaangka kumpulan angka-angka itu sering disusun diatur disajikan dalam bentuk
table atau daftar sering pula disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut
diagram atau grafik supaya lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang
sedang dipelajari.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

9
Kumpulan Artikel Filsafat
Jadi ringkasnya bisa kita katakan bahwa statistika adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan data, pengelolaan dan penarikan kesimpulannya berdasarkan
kumpulan data dan analisa yang dilakukan.

Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah, sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistika
membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karasteristik
suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

3. Logika
Logika adalah sarana berpikir sistematis, valit dan dapat dipertanggung jawabkan,
karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir,
seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.

Kata Logika dapat

diartikan sebagai penalaran karena penalaran merupakan suatu proses berpikir
yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan
suatu cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika
secara luas dan dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara
benar.

Terdapat dua cara penarikan kesimpulan yakni; Logika Induktif dan

Logika Deduktif logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari
hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Logika
membantu manusia berpikir lurus, efisien tepat dan teratur mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

10
Kumpulan Artikel Filsafat
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang
ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu
sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang
lainnya, misalnya Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu
membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang
keua dari berpikir filsafat yaitu mendasar.
2. Pengetahuan dalam bahasa Inggris barasal dari kata “Knowledge” yang berarti
pengetahuan. Pengetahuan manusia yang maju mengenai hal-hal yang empiric
disebut ilmu ( science ).
3. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan.
4. Sumber ilmu pengetahuan untuk mengatahui hakekat segala sesuatu bagi
masyarakat relegius tidak cukup dengan menggunakan panca indera dan akal
saja tetapi ada dua unsur lain yaitu ” wahyu ( revelation) dan ilham (intuisi)
Sarana Berpikir Ilmiah Untuk memperoleh Pengetahuan
5. Sarana-sarana yang dipakai untuk berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika,
statistika dan logika
6. Proses berfikir ilmiah adalah merupakan sekumpulan Langkah-langkah berpikir
yang bersifat objektif, rasional, sistematis dan generalisasi

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

11
Kumpulan Artikel Filsafat
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet. I, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004
Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu (dari Hakikat menuju Nilai), Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2006
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia…Op.
Drs. Mundiri, Logika, Rajawali Press, Jakarta: t.th
Husen Al-Habsy, Kamus Al-Kautsar Lengkap, Bangil : Yayasan Pesantren Islam
(YAPPI), 1987
M. Amin Abdullah, Studi Agama ; Normativitas atau Historisitas?, Yogyakarta :
Pustaka Palajar, 1999
Jujun S. Sumantri.2005. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

12
Kumpulan Artikel Filsafat
Artikel II
Sumber : http://www.m-edukasi.web.id/2012/12/dasar-dasar-pengetahuan.html.
di akses tanggal 8 september 2013

DASAR-DASAR PENGETAHUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
makhluk hidup lain (hewan dan tumbuhan), sedangkan pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui manusia. Manusia dalam kehidupannya memerlukan
pengetahuan, karena manusia mempunyai sifat rasa ingin tahu tentang sesuatu,
dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu, juga untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan
dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, tetapi tidak semua kegiatan
berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran adalah kegiatan
berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu,
yaitu :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika.
2. Proses berfikirnya bersifat analitik.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar
pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka
proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Perasaan adalah suatu
penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Intuisi adalah suatu
kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada pola pikir
tertentu.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

13
Kumpulan Artikel Filsafat
B. Logika
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan
ini disebut logika. Secara lebih luas logika didefinisikan sebagai “pengkajian
untuk berpikir sacara sahih”. Cara penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran
ilmiah, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif merupakan
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata (khusus) menjadi
kesimpulan yang bersifat umum, sedangkan logika deduktif merupakan penarikan
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
(khusus). Penarikan kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir
silogisme. Disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan.
C. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari :
1. Pengalaman;
2. Wahyu;
3.

Otoritas;

4. Berpikir deduktif;
5. Berpikir induktif;
6. Metode ilmiah.

Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan
yang

kedua

mendasarkan

diri

kepada

pengalaman.

Kaum

rasionalis

mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan
mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang
disebut dengan empirisme. Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan
didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak sedangkan kaum empirisme
pengetahuan manusia didapatkan lewat bukti konkret. Selain rasionalisme dan
empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan
wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

14
Kumpulan Artikel Filsafat
penalaran tertentu. Suatu masalah dalam pikiran namun menemui jalan buntu,
tiba-tiba saja muncul di benak kita yang lengkap dengan jawabannya dan kita
merasa yakin bahwa itulah jawabannya namun kita tidak bisa menjelaskan
bagaimana caranya kita sampai ke sana. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa
diramalkan. Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi
dan rasul-rasulnya.

D. Kriteria Kebenaran
1. Teori Koherensi
Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyatan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar. Ahli filsafat yang mengembangkan teori koherensi, diantaranya Plato (427347 SM) dan Aristoteles (384- 322 SM).

2. Teori Korespondensi
Menurut teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Ahli filsafat dalam aliran ini adalah Bertrand
Russel (1872-1970).

3. Teori Pragmatis
Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori ini
dicetuskan oleh Charles S. Piece (1839- 1914).

Referensi
Suriasumantri,S.Jujun,FilsafatIlmuSuatuPengantarPopuler,Jakarta:Pustaka
Harapan,1990.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

15

Sinar
Kumpulan Artikel Filsafat
BAB II
ONTOLOGI PENGETAHUAN

Artikel I
Sumber :

http://irsadifarista.wordpress.com/filsafat/ontologi-pengetahuan/ di
akses tanggal 15 september 2013

ONTOLOGI PENGETAHUAN
Oleh : Irsadifarista (mahasiswa pasca sarjana pendidikan matematika UNSRI)

I.

PENDAHULUAN

A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang filsafat ilmu
sebagai ”That philosophic discipline which is the systematic study of the nature of
science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place
in the general scheme of intellectual disciplines.” Filsafat ilmu, menurut
Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat
dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep – konsep, dan pra-anggapan –
pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang
pengetahuan intelektual.

Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya
adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang
kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat
diidentifikasi karakteristik filsafat ilmu sebagai berikut :


Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.



Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang
ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

16
Kumpulan Artikel Filsafat

Objek filsafat ilmu


Objek material filsafat ilmu adalah ilmu



Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu
secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

II.

PEMBAHASAN

ONTOLOGI
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu
yang ada. Istilah ontologi berasal dari Yunani, yaitu ta onta berarti “yang berada”,
dan logos berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian, ontologi berarti
ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Ontologi merupakan salah satu
diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam
Pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi.
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita
menerangkan hakikat dari segala yang ada ini?

Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama
kenyataan yang berupa materi (kebendaan), dan kedua, kenyataan yang berupa
rohani (kejiwaan). Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas, yaitu segala yang
ada dan yang mungkin ada yakni realitas, realita adalah ke-rill-an, riil artinya
kenyataan yang sebenarnya. Jadi, hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya
sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan
kenyataan yang berubah. Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu
berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan the first
philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal
dari kata “on” sama dengan being, dan “logos” sama dengan logic. Jadi, ontologi
adalah the theory of being of being qua being (teori tentang kebaradaan sebagai
keberadaan). Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara
fundamental dan dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

17
Kumpulan Artikel Filsafat
yang logis, yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal, abstraksi) dapat di
katakan ada; dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori
mengenai prinsip – prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal
pemakaiannya akhir – akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa
yang ada.

Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636
M untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Cristian Wolff (1679 – 1775) membagi metafisika menjadi
dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum
dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.

Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang
ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi,
dan teologi. Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan
tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang secara

khusus

membicarakan tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara
khusus membicarakan Tuhan.

Sehingga disimpulkan bahwa ontologi merupakan cabang filsafat yang menguak
tentang objek apa yang akan di telaah ilmu. Bagaimana wujud hakiki dari objek
tersebut? Bagaimana hubungan antara objek itu dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?

PENGETAHUAN
“Kita melihat, mendengar, merasa, meraba, mencium, segala sesuatu, pengalaman
panca indera ini melalui proses langsung kemudian menjadi pengetahuan.
Pengetahuan adalah gejala tahunya secara bagian perbagian, seseorang baik
bersumber dari dirinya sendiri maupun dari orang lain mengenai sesuatu dan dasar

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

18
Kumpulan Artikel Filsafat
sesuatu itu. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Ada dua jenis pengetahuan, menurut Prof. Sirajuddin Zar dalam “Filsafat Islam”,
yaitu :
1. Pengetahuan yang bukan berdasarkan usaha aktif manusia. Pengetahuan ini
diperoleh manusia lewat wahyu Allah SWT. Manusia menerima kebenaran
wahyu lewat keimanan dalam hatinya.
2. Pengetahuan yang berdasarkan hasil usaha aktif manusia. Pengetahuan ini
disebut dengan pengetahuan indra, yaitu pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan pengalaman sehari – hari, seperti api panas, air membasahi, es
dingin, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan
dapat berwujud barang – barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula
objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan
dengan masalah kejiwaan. Pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada
adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan – pengulangan. Dalam
hal ini landasan pengetahuan kurang kuat, cenderung kabur dan samar – samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak
teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cenderung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka.

Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama,
manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Sebab kedua adalah
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis
besar berpikir seperti ini disebut penalaran.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

19
Kumpulan Artikel Filsafat
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) apabila proses
penarikannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan
sebagai pengkajian untuk berpikir sahih.

ONTOLOGI PENGETAHUAN
Dari pengertian ontologi dan pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa
ontologi pengetahuan adalah suatu ajaran tentang hakikat yang ada berdasarkan
kepercayaan yang benar yang diperoleh dari informasi yang masuk akal ataupun
common sense. Ontologi pengetahuan atau bagian metafisika yang umum,
membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji persoalan –
persoalan, seperti hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian
tentang kebebasan, dan lainnya. Dalam pandangan ontologi terdapat beberapa
pandangan – pandangan pokok pemikiran, diantaranya :
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah satu
saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran :


Materialisme, Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah
materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya
bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu – satunya fakta yang
hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu
kenyataan yang berdiri sendiri.



Idealisme, Sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan spritualisme.
Idealisme berasal dari kata “Ideal” yaitu suatu yang hadir dalam jiwa.
Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu
semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

20
Kumpulan Artikel Filsafat
tidak terbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat ini hanyalah suatu
jenis dari penjelmaan ruhani.

2.

Dualisme

Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sembernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit.
Menurut aliran dualisme ini materi maupun ruh merupakan sama – sama hakikat.
Materi muncul bukan karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena
materi. Kedua macam hakikat tersebut masing – masing bebas dan berdiri sendiri,
sama – sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam
ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596 – 1650 SM) yang dianggap sebagai
bapak Filosofi modern).

3.

Pluralisme

Paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk
itu semuanya nyata. Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras
dan Empedcoles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan
terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara.

4.

Nihilisme

Berasal dari bahasa Yunani yang berarti nothing atau tidak ada. Istilah nihilisme
dekenal oleh Ivan Turgeniv dalam novelnya Fadhers an Children yang di tulisnya
pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada sejak
zaman Yunani kuno, yaitu pandangan Grogias (483 – 360 SM) yang memberikan
tiga propersi tentang realitas yaitu :


Pertama, tidak ada satupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada.



Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak diketahui, ini disebabkan
penginderaan itu tidak dapat di percaya, penginderaan itu sumber ilusi.



Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita
beritahukan kepada orang lain.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

21
Kumpulan Artikel Filsafat
Selanjutnya dalam paham nihilisme ini menyatakan bahwa dunia terbuka untuk
kebebasan dan kreativitas manusia. Aliran ini tidak mengakui validitas alternatif
positif. Dalam pandangan nihilisme, tuhan sudah mati. Manusia bebas
berkehendak dan berkreativitas.

5.

Agnotisisme

Aliran agnotisme menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui
hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkin mengetahui hakikat
batu, air, api, dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manusia
sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik oleh
inderanya maupun oleh pikirannya. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia
untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun ruhani, kata
agnotisisme berasal dari bahasa Grick. Ignotos yang berarti tidak tahu (unknow),
Gno artinya tahu (know). Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan yang
berdiri sendiri dan dapat dikenal.

Akal merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT yang paling istimewa bagi
manusia. Sifat akal adalah selalu ingin tahu terhadap segala sesuatu, termasuk
dirinya sendiri. Pengetahuan yang dimiliki bukan dibawa sejak lahir, tetapi lewat
sebuah proses berpikir dan mendapatkan pengalaman.

1. Objek Kajian Ontologi
Objek telaahan ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada
terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan
metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan pengatur serta penentu alam semesta. Studi
tentang yang ada, pada tataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat
metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita membahas yang ada
dalam konteks filsafat ilmu.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

22
Kumpulan Artikel Filsafat
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kualitatif,
realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi telaah
monoisme, paralelisme, atau pluralisme. Bagi pendekatan kualitatif realitas akan
tampil menjadi aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hilomorphisme.

a.

Metode dalam Ontologi

Lorens Bagus memperkenalkan dua tingkat abstraksi dalam ontologi, yaitu
abstrasi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas suatu objek, abstraksi bentuk
mendeskripsikan metafisik mengenai prinsip umum yang menjadi dasar dari
semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik.

b.

Metafisika

Istilah metafisika berasal dari akar kata meta dan fisika. Meta berarti sesudah,
selain, atau dibalik. Fisika berarti nyata atau alam fisik. Metafisika berarti sesudah
dibalik yang nyata, dengan kata lain metafisika adalah cabang dari ilmu filsafat
yang membicarakan hal-hal dibelakang gejala – gejala yang nyata yang sangat
mendasar yang berada diluar pengalaman manusia. Metafisika mengkaji segala
sesuatu secara komprehensif. Menurut Asmoro Achmadi (2005 : 14), metafisika
merupakan

cabang

filsafat

yang

membicarakan

sesuatu

yang

bersifat

keluarbiasaan (beyond nature). Metafisika mempelajari manusia, namun yang
menjadi objek pemikirannya bukanlah manusia dengan segala aspeknya, termasuk
pengalamannya yang dapat ditangkap oleh indera. Metafisika mempelajari
manusia melampaui atau diluar fisik manusia dan gejala – gejala yang dialami
manusia. Metafisika mempelajari siapa manusia, apa tujuannya, dari mana asal
manusia, dan untuk apa hidup di dunia ini. Jadi metafisika mempelajari manusia
jauh melampaui ruang dan waktu. Begitu juga pembahasan tentang kosmos
maupun tuhan, yang dipelajari adalah hakikatnya, di luar dunia fenomenal (dunia
gejala).

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

23
Kumpulan Artikel Filsafat
c.

Asumsi

Pendapat yang telah didukung oleh beberapa teori dan fakta yang dapat
dibuktikan secara rasional, berkenaan dengan pengkajian konsep – konsep,
pengadaian – pengadaian. Dengan demikian, filsafat ilmu erat kaitannya dengan
pengkajian analisis konseptual dan bahasa yang digunakannya, dan juga dengan
perluasan serta penyusunan cara – cara yang lebih ajeg dan lebih tepat untuk
memperoleh pengetahuan.

2.

Teologi

Teologi juga merupakan bagian dari kajian ontologi. Istilah teologi memiliki
pengertian yang luas dan beragam. Dalam Kamus Teologi, dijelaskan bahwa
teologi dalam bahasa Yunani artinya pengetahuan mengenai Allah, yaitu usaha
metodis untuk memahami serta menafsirkan kebenaran wahyu (Gerald O‟Collins
dan Edward G., 2001 : 314). Dalam bahasa latin, teologi diartikan ilmu yang
mencari pemahaman, maksudnya dengan menggunakan sumber daya rasio,
khususnya ilmu sejarah dan filsafat. Teologi selalu mencari dan tidak pernah
sampai pada jawaban terakhir dan pemahaman yang selesai.

Sedangkan yang dimaksud dengan teologi dalam ruang lingkup filsafat
metafisika, menurut Sudarsono (2001 : 129) adalah filsafat ketuhanan ini
mengkaji tentang keteraturan hubungan antara benda – benda alam sehingga
orang meyakini adanya pencipta alam atau pengatur alam tersebut. Pemikiran
tersebut muncul sejak dari para filosof Yunani, kemudian dilanjutkan oleh kaum
Sophi dan masa Sokrates, juga filsafat pada abad pertengahan, terutama dengan
hadirnya para filsososf Kristen, hingga perkembangan filsafat dewasa ini.

Pada zaman filsafat Yunani telah hadir beberapa abad sebelum masehi, ajaran
filsafat tentang teologi ini telah muncul dan berkembang dengan pesat. Seorang
filsosof yang bernama Xenophanes telah mengajarkan, bahwa tuhan itu tidak
banyak, melainkan satu. Tuhan hanya satu yang hadir di antara dewa dan
manusia, Tuhan tidak serupa dengan makhluknya, dan tidak pula berpikiran

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

24
Kumpulan Artikel Filsafat
seperti mereka. Bagi Xenophanes, Tuhan yang satu itu tidak dijadikan, tidak
bergerak, dan tidak berubah – ubah, dan ia mengisi seluruh alam. Ajaran
Xenophanes ini besar sekali pengaruhnya dan telah mewarnai pemikiran
berikutnya. Dalam hal ini dapat dilihat dalam filsafat Phytagoras (572 – 479 SM).
Menurut keyakinan Phytagoras, manusia itu asalnya tuhan. Jiwa itu adalah
penjelmaan dari pada Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa. Jiwa akan
kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila habis dicuci
dosanya itu. Cara mencuci atau menghapuskan dosa itu dengan jalan hidup murni.

Filsosof lain yang mempunyai pandangan filsafat metafisika teologi adalah
Thomas Aquinas (1225 – 1274). Menurut Aquinas, manusia dapat mengenal
tuhan melalui dukungan akal pikirannya. Dengan akal pikirannya, manusia dapat
mengetahui bahwa tuhan itu ada dan sekaligus mengetahui sifat – sifatnya.
Thomas Aquinas dalam Harun Hadiwijono, (2005 : 107 – 108) mengajukan lima
bukti adanya Tuhan, yaitu sebagai berikut :
a.

Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak
pertama, yaitu Allah. Menurut Aquinas, apa yang bergerak tentu digerakkan
oleh sesuatu yang lain. Itulah Allah.


Di dalam dunia yang diamati, seluruh isi yang ada di jagat raya ini dapat
terlihat tertib dan berdaya guna



Di alam semesta terdapat hal – hal yang mungkin ada dan tidak ada.



Di antara segala yang ada terdapat hal – hal yang lebih atau kurang baik,
atau lebih atau kurang benar, dan sebagainya.



Kita menyaksikan bahwa segala sesuatu yang tidak berakal berbuat
senantiasa dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang terbaik.

Pada abad 19, filsafat metafisika teologis ini juga mendapat perhatian yang serius,
seperti yang dikembangkan oleh Auguste Comte (1798 – 1857). Comte
menempatkan tahap teologis berada pada urutan pertama dalam teori evolusinya.
Dalam tahap ini ditegaskan bahwa manusia mengarahkan pandangannya kepada

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

25
Kumpulan Artikel Filsafat
hakikat yang batiniah segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terakhir
segala sesuatu. Jadi, manusia masih percaya kepada kemungkinan adanya
pengetahuan atau pengenalan yang mutlak.

Begitu juga pada abad 20, pemikiran filsafat tentang teologis ini cukup menonjol,
terutama dari Henri Bergson. Menurut Bergson, agama itu ada dua macam, agama
statis, dan agama dinamis. Agama yang statis yang timbul karena hasil karya
perkembangan pemikiran otak atau akal manusia. Di dalam perkembangan ini
alam telah menciptakan kepada manusia kecakapan, dimana melalui akalnya
manusia tahu bahwa ia harus mati. Juga karena akalnya manusia tahu bahwa ada
rintangan – rintangan yang tidak terduga, yang merintangi usahanya untuk
mencapai tujuannya. Demikianlah timbul agama sebagai alat bertahan terhadap
segala sesuatu yang dapat menjadikan manusia berputus asa. Sedangkan agama
yang dinamis, yang diberikan oleh intuisi. Dengan perantaraan agama ini manusia
dapat berhubungan dengan asas yang lebih tinggi, yang lebih kuasa daripada
dirinya dirinya sendiri.
Friedrich Nietzche (1844 – 1900) menyatakan bahwa konsep tentang Allah dalam
agama Kristen adalah konsep yang paling buruk dan rusak dari seluruh konsep
tentang Allah, karena Allah dianggap sebagai Allah bapak, Allah anak, dan Ibu.
Allah dianggap sebagai Allah dari orang – orang yang lemah. Akhirnya, ia sampai
pada kesimpulan yang menggemparkan, yaitu bahwa Allah sudah mati. Manusia
hanya akan menjadi manusia super jika ia mampu menerima kenyataan atas
kematian Allah itu. Dengan kematian Allah itu telah membebaskan manusia dari
keadaan yang lemah, rendah hati, takluk, dan sebagainya.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

26
Kumpulan Artikel Filsafat

V.

SIMPULAN

1. Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu
yang ada. Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan
sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
2. Pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki
metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi
yang menjadi kebiasaan dan pengulangan – pengulangan.
3. Ontologi Pengetahuan adalah suatu ajaran tentang hakikat yang ada
berdasarkan kepercayaan yang benar yang diperoleh dari informasi yang
masuk akal ataupun common sense. Ontologi pengetahuan ini memiliki
pandangan – pandangan pokok yaitu monoisme, dualisme, pluralisme,
nikhilisme, dan Agnotisme.
4. Teologi merupakan bagian dari kajian ontologi. Teologi dalam bahasa Yunani
artinya pengetahuan mengenai Allah, yaitu usaha metodis untuk memahami
serta menafsirkan kebenaran wahyu (Gerald O‟Collins dan Edward G., 2001 :
314). Dalam bahasa latin, teologi diartikan ilmu yang mencari pemahaman,
maksudnya dengan menggunakan sumber daya rasio, khususnya ilmu sejarah
dan filsafat. Sehingga disimpulkan bahwa teologi merupakan pengetahuan
tentang keteraturan hubungan antara benda – benda alam sehingga orang
meyakini adanya pencipta yaitu Allah SWT.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

27
Kumpulan Artikel Filsafat

Artikel II
Sumber : http://blog.umy.ac.id/anadwiwahyuni/2012/01/13/ontologi-pendidikan/
di akses tanggal 15 september 2013
Oleh : Ana Dwi Wahyuni (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

ONTOLOGI PENGETAHUAN

A. PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan membahas tentang filsafat pendidikan, yang titik
tekannya pada aspek ontologi, yang menjadi salah satu landasan filosofis dalam
memahami lebih jauh mengenai ruang lingkup pendidikan yang telah akrab
dengan umat manusia, sejak awal mula peradaban manusia sampai dengan
berakhirnya peradaban tersebut. Terkait dengan hal di atas, maka bahasan tentang
filsafat pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat. Seperti kita
ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa dikatakan
bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase awalnya filsafat
hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural Philosophy)
dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini terdapat lebih dari 650
cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini, menurut Ibnu Khaldun
disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan peradaban manusia.

Sekalipun demikian, mustahil untuk memberikan definisi yang memuaskan
tentang filsafat kecuali jika ditetapkan waktu untuknya. Alasannya, tugas-tugas
yang dipikul oleh para filsuf berbeda-beda tergantung dari periode perkembangan
sejarahnya. Tidak ada filsuf modern yang mau bersusah payah untuk berhadapan
dengan persoalan-persoalan sebagaimana yang harus dilakukan oleh rekanrekannya pada zaman Yunani kuno. Jika kita beranggapan bahwa bagian paling
berharga dari kontribusi Yunani adalah ditemukannya akal budi sebagai sebuah

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

28
Kumpulan Artikel Filsafat
instrumen baru, maka kita dapat melakukan pembagian yang mudah terhadap
filsafat kuno dan modern, dengan garis batas yang akan muncul ketika instrumen
itu sendiri mulai diuji dengan kritis.

Selanjutnya, secara garis besar, objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada
dan yang mungkin ada, tidak terbatas. Inilah yang disebut objek material filsafat.
Kalau demikian, apakah yang membedakan antara objek filsafat dan objek ilmu
pengetahuan lainnya? Objek filsafat yang dimaksud adalah objek materialnya,
sebab ilmu pengetahuan pun mempunyai objek material yang sama dengan
filsafat, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Ilmu pengetahuan bebas
dan tidak terikat untuk menentukan objek penelitiannya, dan sampai saat ini,
belum ada pembatasan dalam objek ilmu pengetahuan (objek material). Oleh
karena itu, kalau dilihat dari objek materialnya, baik filsafat maupun ilmu
pengetahuan, memiliki objek yang sama.

Menurut Suriasumantri (2005:35), Setiap pembahasan tentang gejala atau objek
sesuatu ilmu pengetahuan, paling sedikit kita akan mempertanyakan 3 hal,
pertama, apa hakikat gejala/objek itu (landasan ontologis). Kedua, bagaimana cara
mendapatkan atau penggarapan gejala/objek itu (landasan epistemologis). Ketiga,
apa manfaat gejala/objek itu (landasan aksiologis).

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Ontologi
Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan
segala sesuatu yang ada, menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum
sebab-akibat. Yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada causa prima dalam suatu
hubungan menyeluruh, teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek
ontologi, segala sesuatu yang ada ini berada dalam tatanan hubungan estetis yang
diliputi dengan warna nilai keindahan.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

29
Kumpulan Artikel Filsafat
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti
Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf
yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula segala sesuatu. Thales merupakan orang pertama yang
berpendirian sangat berbeda di tengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat
itu. Di sinilah letak pentingnya tokoh tersebut. Kecuali dirinya, semua orang
waktu itu memandang segala sesuatu sebagaimana keadaannya yang wajar.
Apabila mereka menjumpai kayu, besi, air, daging, dan sebagainya, hal-hal
tersebut dipandang sebagai substansi-substansi (yang terdiri sendiri-sendiri).
Dengan kata lain, bagi kebanyakan orang tidaklah ada pemilihan antara
kenampakan (appearance) dengan kenyataan (reality). Namun yang lebih penting
ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu
substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu
yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok
filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut
tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada
alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan
tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono, 2007). Ontologi dapat pula
diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Obyek ilmu atau
keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau pancaindera.
Dengan demikian, obyek ilmu adalah pengalaman inderawi. Dengan kata lain,
ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud
(yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata. Pengertian ini didukung pula
oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is the theory of being qua being”, artinya
ontologi adalah teori tentang wujud.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

30
Kumpulan Artikel Filsafat
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan
yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat
tentang apa dan bagaimana (yang ) “ada” itu (being, sein, het zijn). Paham
monoism yang terpecah menajdi idealism atau spiritualisme, paham dualism,
pluralism dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada
akhirnya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai
apa dan bagaimana (yang) “ada” sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita
cari.

Pendidikan, ditinjau dari sisi ontologi, berarti persoalan tentang hakikat
keberadaan pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan selalu berada
dalam hubungannya dengan eksistensi kehidupan manusia. Sedangkan kehidupan
manusia ditentukan asal-mula dan tujuannya. Oleh sebab itu, dapat dipahami
bahwa ontologi pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya dengan asalmula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa manusia, pendidikan tak
pernah ada. Tetapi, bagaimana halnya dengan keberadaan manusia tanpa
pendidikan? Mungkinkah itu?
Dengan demikian, jelaslah bahwa adanya pendidikan begitu sentral di dalam
eksistensi manusia di muka bumi ini. Sehingga dapat diasumsikan bahwa adanya
pendidikan dapat memberikan pengetahuan yang cerah tentang asal-mula manusia
dan tujuan hidup manusia.

2. Objek dan Metode dalam Ontologi
2.1. Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi
kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira
cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan.
Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

31
Kumpulan Artikel Filsafat
ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya “De Anima”. Dalam
tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di pahami sebagai upaya mencari alternatif
bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.

2.2. Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :
abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik
menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk
mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis.
Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari
semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik.

3. Beberapa Konsep Mengenai Ontologi Ilmu
Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda
bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “apa sebenarnya realitas
benda itu? Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?”. Dari teori
hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam filsafat, antara
lain:
1. Filsafat Materialisme.
2. Filsafat Idealisme.
3. Filsafat Dualisme.
4. Filsafat Skeptisisme.
5. Filsafat Agnostisisme.
Jujun S. Suriasumantri (2000: 34 – 35) menyatakan bahwa pokok permasalahan
yang menjadi obyek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (BenarSalah), (b) etika (Baik-Buruk), dan (c) estetika (Indah-Jelek). Ketiga cabang
utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama,
teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan
antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian
mengenai organisasi sosial/ pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

32
Kumpulan Artikel Filsafat
Kelima cabang filsafat ini – logika, etika, estetika, metafisika dan politik –
menurut Suriasumantri, kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang
filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat
ilmu.

Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan
teori idea-nya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada
ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari
tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea
atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata
ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup
ataupun sudah mati. Idea kuda itu adalah faham, gambaran atau konsep universal
yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua manapun di dunia ini.

Ontologi dapat mendekati masalah hakikat kenyataan dari dua macam sudut
pandang. Orang dapat mempertanyakan “kenyataan itu tunggal atau jamak”? yang
demikian ini meripakan pendekatan kuantitatif. Atau orang dapat juga
mengajukan pertanyaan, “Dalam babak terakhir apakah yang merupakan jenis
kenyataan itu?” yang demikian itu merupakan pendekatan secara kualitatif.
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara
menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya
antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan
sebagainya). Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat
benda bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “apa sebenarnya
realitas benda itu? apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?”. Dari
teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam persoalan
keberadaan, yaitu:
A. Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas)
a. Monoisme
b. Dualisme.
c.

Pluralisme.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

33
Kumpulan Artikel Filsafat
B. Keberadaan dipandang dari segi sifat, menimbulkan beberapa aliran, yaitu:
a) Spiritualisme.
b) Materialisme.

C. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian, atau perubahan
a) Mekanisme.
b) Teleologi.
c) Vitalisme.
d) Organisisme.
Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence) bersangkutan dengan
cabang filsafat metafisika. Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta ta
physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda
fisik. Aristoteles tidak memakai istilah metafisika melainkan proto philosophia
(filsafat pertama). Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada
dibelakang gejala-gejala fisik seperti gerak, berubah, hidup, mati.

4. Hakikat Manusia Sebagai Subjek Pendidikan (Pendidik dan Peserta
Didik)
Kajian tentang manusia sejak zaman dahulu sampai zaman sekarang belum juga
berakhir dan tidak akan berakhir. Manusia merupakan makhluk yang sangat unik
dengan segala kesempurnaannya. Manusia dapat dikaji dari berbagai sudut
pandang, baik secara historis, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya. Pada
hakikatnya manusia adalah makhluk yang spesial dari pada makhluk-makhluk
ciptaan Allah yang lain. Sebagaimana firman Allah dalam
Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah, ayat 30:
ْ َ َ َ َ ِ َ ََ
ْ
ْ َ ُ ِ ْ
ُ ْ َ َ َ ِّ
َ
ٌ ِ َ
‫ووَحْ هُ اندماء ويَسفِل فِيهَا يُفسد مه فِيهَا أَتَجْ عم قَانُىا خهِيفَةً اْلَرْ ض فِي جاعم يإِنِّ نِ ْهمَلئِكة ربُّل قَال وإِذ‬
ُ َ
َ
ِ
‫)03(تَعهَمىنَ َل ما أَعهَم إِوِّي قَال نَل ووُقَدِّسُ بِحمدك وُسبِّح‬
ُ َ َ ِْ َ
ُ ْ َ َ
ُ ْ
َ َ َ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

34
Kumpulan Artikel Filsafat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan

memuji

Engkau

dan

mensucikan

Engkau?”

Tuhan

berfirman:

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Manusia dalam kajian kali ini lebih difokuskan kepada subjek pendidikan, bahwa
dalam dunia pendidikan manusialah yang banyak berperan. Karena dilakukannya
pendidikan itu tidak lain diperuntukan bagi manusia, agar tidak timbul kerusakan
di bumi ini. Dalam pendidikan bahwa manusia dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu sebagai pendidik dan peserta didik.

Menurut Al-Aziz, pendidik adalah orang yang bertanggungjawab dalam
menginternalisasikan nilai-nilai religius dan berupaya menciptakan individu yang
memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna. Masing-masing definisi
tersebut, mengisyaratkan bahwa peran, tugas dan tanggungjawab sebagai seorang
pendidik tidaklah gampang, karena dalam diri anak didik harus terjadi
perkembangan baik secara afektif, kognitif maupun psikomotor. Dalam setiap
individu terdidik harus terdapat perubahan ke arah yang lebih baik. Jika dalam
ajaran Islam anak didik harus mampu menginternalisasikan ajaran-ajaran dalam
dirinya, sehingga mampu menjadi pribadi yang bertaqwa dan berakhlakul karimah
yang akan bahagia baik di dunia dan di akhirat.

Sedangkan anak didik (peserta didik) adalah makhluk yang sedang berada dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing.
Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah
titik optimal kemampuan fitrahnya. Pengertian tersebut berbeda apabila anak
didik (peserta didik) sudah bukan lagi anak-anak, maka usaha untuk
menumbuhkembangkannya sesuai kebutuhan peserta didik, tentu saja hal ini tidak
bisa diperlakukan sebagaimana perlakuan pendidik kepada peserta didik (anak
didik) yang masih anak-anak. Maka dalam hal ini dibutuhkan pendidik yang
benar-benar dewasa dalam sikap maupun kemampuannya.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

35
Kumpulan Artikel Filsafat
Dalam pandangan modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau
sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek
pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam
proses belajar mengajar.

Dengan demikian bahwa peserta didik adalah orang yang memerlukan
pengetahuan, ilmu, bimbingan dan pengarahan. Islam berpandangan bahwa
hakikat ilmu berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehnya dilakukan
melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu berasal dari Allah, maka membawa
konsekuensi perlunya seorang peserta didik mendekatkan diri kepada Allah atau
menghiasi diri dengan akhlak yang mulai yang disukai Allah, dan sedapat
mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah. Bertolak dari hal itu,
sehingga muncul suatu aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa sebagai
seorang yang menuntut ilmu, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang
merupakan anugerah Allah. Ini menunjukkan pentingnya akhlak dalam proses
pendidikan, di samping pendidikan sendiri adalah upaya untuk membina manusia
agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan bermanfaat bagi seluruh
alam.

5. Pendidikan dan Kaitannya Dengan Aspek-Aspek Lain
5.1. Pendidikan dan Manusia
Manusia, siapa pun, sebagai apa pun, di mana dan kapan pun berada, berhak atas
pendidikan. Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam
perwujudannya sebagai individu yang yang menjadi bagian Integral dari
masyarakatnya. Dua sisi perwujudan ini dipandang penting dan perlu untuk
diproses dalam sistem pendidikan, agar dikemudian hari manusia dapat
menemukan jati dirinya sebagai manusia. Berulang kali dinyatakan bahwa tanpa
pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya di
dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal-mula dan hakikat tujuan hidupnya.
Sehubungan dengan hal itu, pendidikan secara khusus difungsikan untuk

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

36
Kumpulan Artikel Filsafat
menumbuhkembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang ada dalam diri
manusia.

5.2. Pendidikan dan Filsafat
Filsafat secara etimologis berarti „cinta kearifan‟. Mencintai kearifan berarti
mendambakan kehidupan yang diliputi dengan sikap dan perilaku adil. Kehidupan
yang berkeadilan adalah kehidupan yang harmonis dan penuh dengan
kebahagiaan. Kehidupan demikian adalah kehidupan dinamis; kehidupan kreatif
untuk pertumbuhan dan perkembangan ke arah masa depan yang lebih baik.

Bertolak dari pemikiran filsafat tersebut, pendidikan muncul dan memulai
sesuatu. Manusia mulai mencoba untuk mendidik diri sendiri dan sesamanya,
dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan ini.
Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada materi yang berisi tentang
pengetahuan umum berupa wawasan asal-mula, eksistensi dan tujuan kehidupan.
Kesadaran terhadap asal-mula dan tujuan kehidupan adalah landasan dasar bagi
perilaku sehari-hari, sehingga semua kegiatan eksistensi kehidupan ini selalu
bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.

5.3. Pendidikan dan Sejarah
Ada satu lagi persoalan khas manusia, yakni sejarah. Maksudnya, sejarah adalah
suatu rentetan kejadian yang berlangsung di dalam kehidupan masyarakat
manusia. Rentetan kejadian tersebut tidak terjadi secara kebetulan, namun
berlangsung dalam kesengajaan. Ciri khas objek sejarah adalah rentetan kejadian
yang selalu bergerak menuju perkembangan kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya. Jadi, sejarah bisa dikatakan sebagai suatu sistem rentetan kejadian
yang bersumber dari kesadaran, dengan objek khusus yaitu kesadaran tentang
perlunya perubahan-perubahan demi perkembangan dan kemajuan bagi kehidupan
masyarakat manusia.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

37
Kumpulan Artikel Filsafat
Untuk

itu,

berdasarkan

sejarahnya,

manusia

selalu

mengubah

dan

mengembangkan sistem pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Sejarah
mengideakan masa mendatang yang lebih baik dan maju. Sementara itu,
pendidikan menindaklanjuti dengan mengubah dan mengembangkan sistem
pembelajaran untuk mendapatkan keahlian dan keterampilan yang relevan dengan
kehidupan yang diideakan sejarah itu.

C. KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah kami paparkan di atas, maka pada akhir makalah ini
kami akan menyimpulkan segala macam-ragam pandangan dan tulisan yang telah
kami rangkai tersebut. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk melakukan perubahan,
maka penting rasanya untuk memahami ontologi pendidikannya. Pembahasan
pendidikan selalu terkait dengan hakikat keberadaan manusia. Dari pembahasan
panjang lebar itu, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanpa manusia pendidikan
itu bukan apa-apa (nothingness), sebaliknya, tanpa pendidikan, mustahil manusia
mampu mempertahankan kelangsungan dan mengembangkan kehidupannya. Jadi,
ontologi pendidikan sepenuhnya mutlak berakar dari dalam diri dan keberadaan
manusia.

Dari pembahasan tentang pendidikan secara ontologis, dapat diperoleh
pengetahuan tentang bagaimana menata hubungan pendidikan dengan asal-mula
dan tujuan kehidupan, serta hubungan pendidikan dengan filsafat, sejarah, dan
iptek dalam eksistensi kehidupan.

Pada akhirnya, dengan memahami ontologi pendidikan tersebut, maka diharapkan
bisa menumbuhkan kesadaran para pendidik dan peserta didik untuk menjalankan
peran dan fungsinya dalam keberlangsungan pendidikan di tengah-tengah
peradaban manusia yang dari waktu ke waktu semakin berkembang. Tentu

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

38
Kumpulan Artikel Filsafat
pendidikan tidak akan mengalami perkembangan yang berarti dan signifikan jika
tidak dibarengi oleh perkembangan manusianya. Namun, tanpa manusia, maka
sistem dan pola pendidikan tidak akan pernah terwujud. Oleh sebab itu,
pendidikan sebagai produk dan manusia sebagai creator-nya tidak bisa, bahkan
tidak akan pernah bisa dipisahkan. Ibarat dua sisi mata uang, maka jika satu sisi
saja tidak ada, maka sisi yang lain pun jadi tidak berarti. Sehingga kedua unsur ini
(manusia dan pendidikan) harus selaras, sejalan dan seiring dalam gerak dan laju
yang harmonis, sehingga menciptakan sebuah “irama” yang indah sekaligus
menginspirasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hawton, Hector, Filsafat yang Menghibur, Terj. Supriyanto Abdullah,
Yogyakarta: Ikon

Teralitera, 2003.

O. Kattsoff, Louis, Pengantar Filsafat, Terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta:
Penerbit Tiara Wacana Yogya, 2004.
S. Praja, Juhaya, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Kencana, 2008.
Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
Suprihatiningrum, Jamil dkk., Makalah Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Ilmu, Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta, 2008.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

39
Kumpulan Artikel Filsafat
BAB III
EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN

Artikel 1
Sumber

:

http://zulkarnaenjafar.blogspot.com/2011/10/epistemologi-ilmupengetahuan.html. di akses tanggal 22 september 2013

EPISTEMOLOGI (ILMU PENGETAHUAN)

PEMBAHASAN
1. Pengertian Epistemologi
Ruang lingkup filsafat ada 3 macam, yaitu: Ontologi atau metafisika yang
merupakan filsafat tentang realita, Epistemologi, yaiutu filsafat tentang ilmu
pengetahuan, dan Axiologi, yaitu filsafat tentang nilai. Secara luas dapat dikatan
bahwa epistimologi adalah bagian filsafat yang membahas masalah-masalah
pengetahuan. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme, yang
berarti pengetahuan (knowledge) dan logos yang berarti ilmu. Jadi menurut arti
katanya, epistemologi ialah ilmu yang membahas masalah-masalah pengetahuan.
Di dalam Webster New International Dictionary, epistemologi diberi definisi
sebagai berikut: Epistimology is the theory or science the method and grounds of
knowledge, especially with reference to its limits and validity, yang artinya
Epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar
pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan
validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu. (Darwis. A. Soelaiman, 2007; 61).

Istilah Epistemologi banyak dipakai di negeri-negeri Anglo Saxon (Amerika) dan
jarang dipakai di negeri-negeri continental (Eropa). Ahli-ahli filsafat Jerman
menyebutnya Wessenchaftslehre. Sekalipun lingkungan ilmu yang membicarakan
masalah-masalah pengetahuan itu meliputi teori pengetahuan, teori kebenaran dan

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

40
Kumpulan Artikel Filsafat
logika, tetapi pada umumnya epistemology itu hanya membicarakan tentang teori
pengetahuan dan kebenaran saja.

Epistemologi atau Filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita berbicara mengenai
filsafat pengetahuan, yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmun pengetahuan
kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat
pengetahuan.

Beberapa pakar lainnya juga mendefinisikan espitemologi, seperti J.A Niels
Mulder menuturkan, epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari
tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Jacques Veuger
mengemukakan, epistemology adalah pengetahuan tentang pengetahuan dan
pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan kita sendiri bukannya
pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita
miliki tentang pengetahuan orang lain. Pendek kata Epistemologi adalah
pengetahuan kita yang mengetahui pengetahuan kita. Abbas Hammami Mintarejo
memberikan pendapat bahwa epistemology adalah bagian filsafat atau cabang
filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan
penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu. (Surajiyo,
2008, hal. 25).

Dari beberapa definisi yang tampak di atas bahwa semuanya hamper memiliki
pemahaman yang sama. Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan keshahihan pengetahuan. Jadi objek
material dari epistemology adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah
hakikat pengetahuan itu.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

41
Kumpulan Artikel Filsafat
2. Arti Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila
seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya
adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahuiserta
kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu, pengetahuan
selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui
tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal
ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia
terhadap

sesuatu.

Pengetahuan

diperlukan

sebagai

dukungan

dalam

menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan
seseorang.

Pengetahuan itu hanya dikenal dan ada di dalam pikiran manusia, tanpa pikiran
maka pengetahuan tidak akan eksis. Oleh karena itu keterkaitan antara
pengetahuan dan pikiran sesuatu yang kodrati. (Surajiyo, 2008, hal. 26).

Terjadinya Pengetahuan
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yanag sangat ungen untuk
dibahas di dalam Epistemologi, sebab orang akan berbeda pandangan terhadap
terjadinya pengetahuan. Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan
menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis
mengemukakan ada enam hal, (Surajiyo. 2008. Hal. 28) diantaranya:

Pengalaman Indera (Sense Experience)
Orang sering merasa penginderaan merupakan alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan
yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui
kekuatan indera. Kekhilafan akan terjadi apabila ada ketidak normalan antara alatalat itu. Ibn Sina mengutip ungkapan filosof terkenal Aristoteles menyatakan
bahwa barang siapa yang kehilangan indra-indranya maka dia tidak mempunyai

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

42
Kumpulan Artikel Filsafat
makrifat dan pengetahuan. Dengan demikian bahwa indra merupakan sumber dan
alat makrifat dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal
ini bertolak belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber
pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek
fisik sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan
bahwa hal-hal fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat
sesuatu. Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak
hakiki, dan tidak abadi.

Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau
lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Salah satu tokoh dari
paham ini adalah Plato, seorang filosof Yunani yang dilahirkan di Athena. Plato
berpendapat bahwa untuk memperoleh pengetahuan itu pada hakikatnya adalah
dengan mengingat kembali.

Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh
kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai
kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh dari otoritas ini
biasanya tanpa diuji lagi, karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai
kewibaan tertentu.

Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia berupa proses kejiwaan
tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang
berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat
dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa
adanya pengetahuan lebih dahulu. Menurut Mohamad Taufiq dalam sebuah
tulisannya mengatakan bahwa intuisi adalah daya atau kemampauan untuk

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

43
Kumpulan Artikel Filsafat
mengetahui atau memahami sesuatu tanmpa ada dipelajari terlebih dahulu dan
berasal dari hati.

Wahyu (Revelation)
Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber
ilmu, Karena diyakini bahwa wahyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan
Tuhan Yang Maha Esa. Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan
kepada nabi-Nya untuk kepentingan ummatnya. Kita mempunyai pengetahuan
melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu.
Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu melalui kepercayaan kita.

Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Adapun keyakinan itu sangat statis, kecuali ada bukti-bukti
yang akurat dan cocok untuk kepercayaannya.

Jenis-Jenis Pengetahuan
Pengetahuan Menurut Soejono Soemargono dapat dibagi atas Pengetahuan NonIlmiah dan Pengetahuan Ilmiah.

Pertama adalah Pengetahuan Non-Ilmiah, yang mana pengetahuan ini adalah
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk
dalam kategori metode ilmiah. Dalam hal ini termasuk juga pengetahuan yang
meskipun dalam babak terakhir direncanakan untuk diolah lebih lanjut menjadi
pengetahuan ilmiah, yang biasanya disebut pengetahuan pra-ilmiah. Misalnya,
pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji untuk mengurangi
gejala diare.

Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan non-ilmiah ialah segenap hasil
pemahaman manusia mengenai sesuatu objek tertentu yang terdapat dalam

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

44
Kumpulan Artikel Filsafat
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini yang cocok adalah hasil penglihatan dengan
mata, hasil pendengaran telinga, hasil penciuman hidung, hasil pengecapan lidah
dan hasil perabaan kulit. Disamping itu, sering kali di dalamnya juga termasuk
hasil-hasil pemahaman yang merupakan campuran dari hasil inderawi dengan
hasil pemikiran secara akali. Juga pemahaman manusia yang berupa tangkapantangkapan terhadap hal-hal yang biasanya disebut ghaib, misalnya pengetahuan
orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan
pusaka, dan lain-lain.

pengetahuan non-ilmiah mempunyai ciri-ciri penelitian tidak sistematik, data yang
dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat
dengan muatan-muatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu
pengetahuan non-ilmiah adalah pengetahuan yang coraknya subyektif.

Kedua adalah Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh degan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi
syarat-syarat tertentu dengan cara berfikir yang khas, yaitu Metode ilmiah. Jujun
S. Suriasumantri menambahkan bahwa metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan
yang didapat lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu,
sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan
dapat disebut ilmu tercantum di dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. (Jujun
S. Surisumantri. 1996. Hal. 119).

Secara etimologi metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata
depan meta (menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan,
perjalanan, cara, arah) kata methodos sendiri lalu berarti penelitian, metode
ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut
sistem/ aturan tertentu. (Surajiyo. 2008. Hal. 35). Jadi, Metode ilmiah adalah

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

45
Kumpulan Artikel Filsafat
suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains
dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen, generalisasi,
dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, yang terbanyak
dilakukan

dengan

menggunakan

metode

wawancara

dan

pengamatan.

Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi enam tahap, yaitu:
1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat
pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian
pustaka.
3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun
berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah
pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk
menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang
objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal
(dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil
percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung
hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi
teori.
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh
setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
1. Rasa ingin tahu
2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan
pribadi)
4. Tekun (tidak putus asa)
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

46
Kumpulan Artikel Filsafat
Asal-Usul Pengetahuan
Asal-usul pengetahuan adalah hal yang harus detahui oleh seseorang. Karena
tanpa mengetahui asal-usul pengetahuanm tersebut, maka kita tidak berangkat dari
pemahaman awal munculnya pengetahuan. Seorang yang berakal tentu ingin
mengetahui tidak hanya apa pengetahuan tetapi juga bagaimana ia muncul.
Keinginan ini dimotivasi sebagian oleh asumsi bahwa penyelidikan asal-usul
pengetahuan dapat menjelaskannya. Oleh karena itu, penyelidikan semacam itu
menjadi salah satu tema utama Epistemologi dari zaman Yunani kuno sampai
sekarang. Untuk mendapatkan dari mana pengetahuan itu muncul bisa dilihat dari
aliran-aliran dalam pengetahuan.

Aliran-aliran dalam pengetahuan, diantaranya adalah:
a. Rasionalisme
Rasionalisme adalah aliran yang memandang bahwa yang menjadi dasar
pengetahuan adalah akal fikiran manusia. (Darwis A. Soelaiman. 2007. Hal 68).
Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapat
oleh akal. Salah satu tokoh aliran aini adalah Rene Descartes. Beliau
memebedakan 3 ide yang ada di dalam diri manusia, yaitu: 1. Inneate ideas
(bawaan yang dibawa manusia sejak lahir), 2. Adventitious ideas (ide-ide yang
berasal dari luar diri manusia), dan 3. Factitious ideas (ide-ide yang dihasilkan
oleh fikiran itu sendiri).

b. Empirisme
Empirisme tercipta dalam himpunan sosial pada masyarakat Inggris dan Amerika,
sekalipun pandangan ini sebetulnya sudah ada sejak Aristoteles. Pempirisme
tertuju kepada keduniawian. (Darwis A. Soelaiman. 2007. Hal. 77). Aliran ini
berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber
pengetahuan. Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat
peran sebagai yang mengolah bahan-bahan yang diperoleh oleh pengalaman.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

47
Kumpulan Artikel Filsafat
c. Kritisisme
Aliran yang dikenal dengan kritisisme adalah aliran diintrodusir oleh Iummanuel
Kant, seorang filosof Jerman yang dilahirkan di Konigserg, Prusia Timur, Jerman.
Aliran ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan
rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. (Juhaya S. Praja. 2005. Hal. 114).
Pertentangan antara Rasionalisme dan Empirisme hendak diselesaikan oleh
Immanuel Kant dengan kritisismenya. Salah satu ciri dari kritisisme adalah
menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpeduan
antara peranan unsur Anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang
dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman.

d. Positivisme
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif di sini sama artinya dengan
faktual,

yaitu apa

yang berdasarkan

fakta-fakta.

Menurut positivisme,

pengetahuan kita pernah boleh melebihi fakta-fakta. Dengan denikian, maka ilmu
pengetahuan empiris menjadi contoh terbaik dalam bidang pengetahuan. Tentu
saja, maksud positivisme berkaitan erat dengan apa yang dicita-citakan oleh
empirisme. Positivisme pun mengutamakan pengalaman

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

48
Kumpulan Artikel Filsafat
Artikel 2
Sumber : http://arya0809.wordpress.com/2013/01/10/epistemologi-pengetahuan/.
di akses tanggal 22 september 2013

Epistemologi Pengetahuan
Oleh : Maya Saftari (Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Matematika UNSRI)

A. PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Latar belakang hadirnya pembahasan epistemologi itu adalah karena para pemikir
melihat bahwa panca indra lahir manusia yang merupakan satu-satunya alat
penghubung manusia dengan realitas eksternal terkadang atau senantiasa
melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam menangkap objek luar,
dengan demikian, sebagian pemikir tidak menganggap valid lagi indra lahir itu
dan berupaya membangun struktur pengindraan valid yang rasional. Namun pada
sisi lain, para pemikir sendiri berbeda pendapat dalam banyak persoalan mengenai
akal dan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal yang saling kontradiksi
dalam masalah-masalah pemikiran kemudian berefek pada kelahiran aliran
Sophisme yang mengingkari validitas akal dan menolak secara mutlak segala
bentuk eksistensi eksternal.

Dengan alasan itu, persoalan epistemologi sangat dipandang serius sedemikian
sehingga filosof Yunani, Aristoteles, berupaya menyusun kaidah-kaidah logika
sebagai aturan dalam berpikir dan berargumentasi secara benar yang sampai
sekarang ini masih digunakan. Lahirnya kaidah itu menjadi penyebab
berkembangnya validitas akal dan indra lahir sedemikian sehingga untuk kedua
kalinya berakibat memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan indra lahir di
Eropa, dan setelah Renaissance dan kemajuan ilmu empiris, lahir kembali
kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang berpuncak pada Positivisme. Pada era
tersebut, epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu baru di Eropa yang

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

49
Kumpulan Artikel Filsafat
dipelopori oleh Descartes (1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof Leibniz
(1646–1716) kemudian disempurnakan oleh John Locke di Inggris.

2. Permasalahan


Apa yang dimaksud dengan epistemologi ?



Apa yang dimaksud dengan pengetahuan ?



Apa saja yang menjadi syarat suatu pengetahuan agar dapat dikatakan
sebagai ilmu?



Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam metode ilmiah ?

B. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai cabang dari filsafat.
Cabang filsafat disamping meliputi epistemologi, juga ontologi dan aksiologi.
Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori
tentang “ada”, yaitu tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran.
Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat,
kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga
cabang ini biasanya disebutkan secara berurutan, mulai dari ontologi,
epistemologi, kemudian aksiologi. Dengan gambaran sederhana dapat dikatakan,
ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannnya
(epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat
atau kegunaan (aksiologi).

1.

Pengertian Epistemologi

Secara etimologi , istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme, yang
artinya pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau teori. Jadi epistemologi
dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

50
Kumpulan Artikel Filsafat
sumber, struktur, metode, dan syahnya (validitas) pengetahuan. Epistemologi
dapat diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (Theory of knowledges)

Menurut Conny Semiawan dkk, (2005: 157) epistemologi adalah cabang filsafat
yang menjelaskan tentang masalah-masalah filosofis sekitar teori pengetahuan.
Epistemologi memfokuskan pada makna pengetahuan yang dhubungkan dengan
konsep, sumber dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan dan sebagainya.

Menurut Poedjiadi (2001: 13) epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas
tentang pengetahuan, adapun yang dibahas antar lain adalah asal mula, bentuk
atau struktur, dinamika, validitas, dan metodologi, yang bersama-sama
membentuk pengetahuan manusia.

2.

Pengetahuan

Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi
pegetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).

Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan apabila
seseorang mengenal tentang

sesuatu. Sesuatu yang menjadi pengetahuanya

adalah yang terdiri dari unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta
kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya. Maka pengetahuan selalu
menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran untuk ingin mengetahui
tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi pengetahuan
adalah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan
dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula
objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan
dengan masalah kejiwaan. Terjadinya pengetahuan dapat bersifat:

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

51
Kumpulan Artikel Filsafat


a priori yang berarti pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui
pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin.



a posteriori pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.

Menurut John Hospers dan knight (1982) terjadinya pengetahuan memerlukan
alat, alat yang dimaksud ialah :


Pengalaman indera (sense experience). Sumber pengetahuan yang berupa
alat2 untuk menangkap objek pengetahuan dari luar diri manusia melalui
kekuatan indra.



Nalar (Reason), merupakan suatu corak berfikir untuk menggabungkan
dua pengetahuan atau lebih dengan maksud untuk memperoleh
pengetahuan baru.



Otoritas (authority), pengetahuan yang terjadi karena wibawa seseorang
sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.



Intuisi (intuition), pengetahuan berasal dari kemampuan manusia yang
berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus.



Wahyu (revelation), pengetahuan diperoleh dari kepercayaan terhadap
sesuatu yang diyakini berasal dari Tuhan melalui rasul.



Keyakinan (Faith). Keyakinan merupakan kemampuan yang ada pada diri
manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.

Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain
mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah
sebagai berikut:

1.

Metode Induktif

Induksi yaitu suatu metode yang menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil
observasi dan disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Yang
bertolak dari pernyataan-pernyataan tunggal sampai pada pernyataan-pernyataan
universal.
Dalam induksi, setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal-hal
lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanasi ia akan

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

52
Kumpulan Artikel Filsafat
mengembang, bertolak dari teori ini akan tahu bahwa logam lain yang kalau
dipanaskan juga akan mengembang. Dari contoh diatas bias dketahui bahwa
logam lain yang kalau dipanaskan juga akan mengembang.

2.

Metode deduksi

Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris diolah
lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada
dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis anatara kesimpulankesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan
apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan
dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang bias ditarik dari teori tersebut.

3.

Metode Positivisme

Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal
dari apa yang tlah diketahui, yang factual, yang positif. Ia mengesampingkan
segala uraian diluar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, ia menolak
metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan
segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.

4.

Metode Kontemplatif

Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbedabeda, harusnya dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bias diperoleh dengan cara
berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali.

5.

Metode Dialektis

Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode Tanya jawab untuuk
mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

53
Kumpulan Artikel Filsafat
mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika, yang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis
sistematis tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.

3.

Persyaratan Epistemologi

Suatu pengetahuan itu termasuk ilmu atau pengetahuan ilmiah apabila
pengetahuaan itu dan cara memperolehnya telah memenuhi syarat tertentu.
Apabila syarat-syarat itu belum terpenuhi, maka suatu pengetahuan dapat
digolongkan ke dalam pengetahuan lain yang bukan ilmu, walaupun bukan
termasuk fisafat.

Menurut Conny R. Semiawan (2005: 99) syarat-syarat terpenting bagi suatu
pengetahuan untuk dapat tergolong ke dalam ilmu pengetahuan atau pengetahuan
ilmiah ialah dasar pembenaran, sifat sistematis, dan sifat intersubjektif.

1.

Dasar Pembenaran

Dasar pembenaran menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada
perolehan derajat kepastian sebesar mungkin. Pernyataan harus dirasakan atas
pemahaman apriori yang juga didasarkan atas hasil kajian empiris.
Pada umumnya ada tiga teori kebenaran, yaitu :


Teori kebenaran saling berhubungan (coherence Theory of truth)
Suatu proporsii itu benar apabila hal tersebut mempunyai hubungan dengaan
ide-ide dari proporsi yang telah ada atau benar. Dengan kata lain, yaitu
apabila proporsi itu mempunyai hubungan dengan proporsi yang terdahulu
yang benar. Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah
dan logika.



Teori kebenaran saling berkesesuaian (correspondence theory of truth)
Suatu proporsi itu bernilai benar apabila proporsi itu saling berkesesuaian
dengan kenyataan atau realitas. Kebenaran demikian dapat dibuktiikan secara
langsung pada dunia kenyataan

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

54
Kumpulan Artikel Filsafat


Teori Kebenaran Inherensi (Inherent theory of truth)
Suatu proporsi memiliki nilai kebenaran apabila memiliki akibat atau
konsekuensi-konsekuensi yang bermanfaat, maksudnya ialah hal tersebut
dapat dipergunakan.

a.

Sistematik

Semantik dan sistematis masing-masing menunjuk pada susunan pengetahuan
yang didasarkan pada penyelidikan (research) ilmiah yang keterhubungannya
merupakan suatu kebulatan melalui komparasi dan generalisasi secara teratur.

b. Sifat Intersubjektif
Sifat intersubjektif ilmu atau pengetahuan tidak dirasakan atas intuisi dan sifat
subjektif orang seorang, namun harus ada kesepakatan dan pengakuan akan kadar
kebenaran dari ilmu itu didalam setiap bagian dan didalam hubungan menyeluruh
ilmu tersebut, sehingga tercapai intersubjektivitas. Istilah Intersubjektivitas lebih
eksplisit menunjukkan bahwa pengetahuan yang telah diperoleh seorang subjek
harus mengalami verifikasi oleh subjek-subjek lain supaya pengetahuan itu lebih
terjamin keabsahan dan kebenarannya.

4.

Landasan Epistemologi

Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan
ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan
prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti yang
telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode
ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya
pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

55
Kumpulan Artikel Filsafat
bangunan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam
menyusun, membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu.
Menurut Burhanudin Salam Metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkahlangkah sebagai berikut :

1.

Penemuan atau Penentuan masalah.

Di sini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telaah denga ruang
lingkup dan batas-batasanya. Ruang lingkup permasalahan ini harus jelas.
Demikian juga batasan-batasannya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan mengalami
kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya, yakni perumusan
kerangka masalah;
2.

Perumusan Kerangka Masalah

merupakan usaha untuk mendeskrisipakn masalah dengan lebih jelas. Pada
langkah ini kita mengidentifikasikan faktor-faktor yang terlibat dalam masalah
tersebut. Faktor-faktor tersebut membentuk suatu masalah yang berwujud gejala
yang sedang kita telaah.

3.

Pengajuan hipotesis

merupakan usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara menge-nai
hubungan sebab-akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka
masalah tersebut di atas. Hipotesis ini pada hakekatnya merupakan hasil suatu
penalaran induktif deduktif dengan mempergunakan pengetahuan yang sudah kita
ketahui kebenarannya.

4.

Hipotesis dari Deduksi

merupakan merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita menjabarkan konsekuensinya secara
empiris. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan
identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata,
dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan.

Yudi Yunika Putra (06022681318068)

56
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat

More Related Content

What's hot

Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologiM fazrul
 
Konsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen KatholikKonsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen Katholikpjj_kemenkes
 
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslimTauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslimAhmad Zaelani
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatRika Mouri
 
Konsep Agama kristen Protestan
Konsep Agama kristen ProtestanKonsep Agama kristen Protestan
Konsep Agama kristen Protestanpjj_kemenkes
 
Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBerpikir ilmiah
Berpikir ilmiahhiriza
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
Peran nu dalam mempertahankan nkri
Peran nu dalam mempertahankan nkriPeran nu dalam mempertahankan nkri
Peran nu dalam mempertahankan nkriSeptiyan Niam
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahWarnet Raha
 
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam IslamHamida ID
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamSiti Hardiyanti
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaRisa Octaviani
 
Etika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam - Copy.pptx
Etika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam - Copy.pptxEtika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam - Copy.pptx
Etika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam - Copy.pptxTaufikRamadhan42
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidRoisMansur
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisikaErna Mariana
 

What's hot (20)

Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 
Aksiologi ppt
Aksiologi pptAksiologi ppt
Aksiologi ppt
 
Konsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen KatholikKonsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen Katholik
 
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslimTauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Konsep Agama kristen Protestan
Konsep Agama kristen ProtestanKonsep Agama kristen Protestan
Konsep Agama kristen Protestan
 
Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBerpikir ilmiah
Berpikir ilmiah
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Peran nu dalam mempertahankan nkri
Peran nu dalam mempertahankan nkriPeran nu dalam mempertahankan nkri
Peran nu dalam mempertahankan nkri
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidah
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
 
Aik ppt 1
Aik ppt 1Aik ppt 1
Aik ppt 1
 
Etika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam - Copy.pptx
Etika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam - Copy.pptxEtika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam - Copy.pptx
Etika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam - Copy.pptx
 
Aliran kritisisme
Aliran kritisismeAliran kritisisme
Aliran kritisisme
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisika
 

Viewers also liked

Quadri elettrici in bassa tensione
Quadri elettrici in bassa tensioneQuadri elettrici in bassa tensione
Quadri elettrici in bassa tensioneANIE Energia
 
Week 1 lecture - The Sacred Beginnings
Week 1 lecture - The Sacred BeginningsWeek 1 lecture - The Sacred Beginnings
Week 1 lecture - The Sacred BeginningsJenSantry
 
StandardsandStylesCProgramming
StandardsandStylesCProgrammingStandardsandStylesCProgramming
StandardsandStylesCProgrammingKaushik Patidar
 
스마트하게 일하자 표원지
스마트하게 일하자 표원지스마트하게 일하자 표원지
스마트하게 일하자 표원지GNTECH_ceomba
 
19151 project ,,a_new_school_schedule’’
19151 project ,,a_new_school_schedule’’19151 project ,,a_new_school_schedule’’
19151 project ,,a_new_school_schedule’’doina_morari
 
BEAUTIFUL QUOTES
BEAUTIFUL QUOTESBEAUTIFUL QUOTES
BEAUTIFUL QUOTESminkevi
 
AGICI - Benefici recuperi termici
AGICI - Benefici recuperi termiciAGICI - Benefici recuperi termici
AGICI - Benefici recuperi termiciANIE Energia
 
Cara mendirikan koperasi
Cara mendirikan koperasiCara mendirikan koperasi
Cara mendirikan koperasiinnaannisa
 
Cover album analysis
Cover album analysisCover album analysis
Cover album analysisQaiskhan567
 
Presentacion power p
Presentacion power pPresentacion power p
Presentacion power p3217571717
 
Week 9 - Farm Bill and Food Labels
Week 9  - Farm Bill and Food Labels Week 9  - Farm Bill and Food Labels
Week 9 - Farm Bill and Food Labels JenSantry
 
37 landasanpendidikan
37 landasanpendidikan37 landasanpendidikan
37 landasanpendidikanyudiyunika
 
ANIEnergia - Trasformatori per efficientamento energetico
ANIEnergia - Trasformatori per efficientamento energeticoANIEnergia - Trasformatori per efficientamento energetico
ANIEnergia - Trasformatori per efficientamento energeticoANIE Energia
 

Viewers also liked (15)

Quadri elettrici in bassa tensione
Quadri elettrici in bassa tensioneQuadri elettrici in bassa tensione
Quadri elettrici in bassa tensione
 
Week 1 lecture - The Sacred Beginnings
Week 1 lecture - The Sacred BeginningsWeek 1 lecture - The Sacred Beginnings
Week 1 lecture - The Sacred Beginnings
 
StandardsandStylesCProgramming
StandardsandStylesCProgrammingStandardsandStylesCProgramming
StandardsandStylesCProgramming
 
스마트하게 일하자 표원지
스마트하게 일하자 표원지스마트하게 일하자 표원지
스마트하게 일하자 표원지
 
19151 project ,,a_new_school_schedule’’
19151 project ,,a_new_school_schedule’’19151 project ,,a_new_school_schedule’’
19151 project ,,a_new_school_schedule’’
 
BEAUTIFUL QUOTES
BEAUTIFUL QUOTESBEAUTIFUL QUOTES
BEAUTIFUL QUOTES
 
Odesk html set 4
Odesk html set 4Odesk html set 4
Odesk html set 4
 
AGICI - Benefici recuperi termici
AGICI - Benefici recuperi termiciAGICI - Benefici recuperi termici
AGICI - Benefici recuperi termici
 
Cara mendirikan koperasi
Cara mendirikan koperasiCara mendirikan koperasi
Cara mendirikan koperasi
 
Cover album analysis
Cover album analysisCover album analysis
Cover album analysis
 
Get connected
Get connectedGet connected
Get connected
 
Presentacion power p
Presentacion power pPresentacion power p
Presentacion power p
 
Week 9 - Farm Bill and Food Labels
Week 9  - Farm Bill and Food Labels Week 9  - Farm Bill and Food Labels
Week 9 - Farm Bill and Food Labels
 
37 landasanpendidikan
37 landasanpendidikan37 landasanpendidikan
37 landasanpendidikan
 
ANIEnergia - Trasformatori per efficientamento energetico
ANIEnergia - Trasformatori per efficientamento energeticoANIEnergia - Trasformatori per efficientamento energetico
ANIEnergia - Trasformatori per efficientamento energetico
 

Similar to Kumpulan artikel filsafat

Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptEFENDIDIANSYAH
 
Filsafat sebagai Cara berfikir, Ilmu & Pandangan.pptx
Filsafat sebagai Cara berfikir, Ilmu & Pandangan.pptxFilsafat sebagai Cara berfikir, Ilmu & Pandangan.pptx
Filsafat sebagai Cara berfikir, Ilmu & Pandangan.pptxGhinaRahmani2
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxSitiYuliana11
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanEkoBowo2
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriDimasBimaAndika
 
TEORI DAN KONSEP EPISTEMOLOGI.pptx
TEORI DAN KONSEP EPISTEMOLOGI.pptxTEORI DAN KONSEP EPISTEMOLOGI.pptx
TEORI DAN KONSEP EPISTEMOLOGI.pptxAuliaZikra2
 
1276-Article Text-2610-1-10-20160901.pdf
1276-Article Text-2610-1-10-20160901.pdf1276-Article Text-2610-1-10-20160901.pdf
1276-Article Text-2610-1-10-20160901.pdfimamdaulay
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptheri146962
 
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxKUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxMichelle943061
 
Research method lecture 2 - filsafat ilmu
Research method   lecture 2 - filsafat ilmuResearch method   lecture 2 - filsafat ilmu
Research method lecture 2 - filsafat ilmuthe45
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfRoida1
 

Similar to Kumpulan artikel filsafat (20)

Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Filsafat sebagai Cara berfikir, Ilmu & Pandangan.pptx
Filsafat sebagai Cara berfikir, Ilmu & Pandangan.pptxFilsafat sebagai Cara berfikir, Ilmu & Pandangan.pptx
Filsafat sebagai Cara berfikir, Ilmu & Pandangan.pptx
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
 
TEORI DAN KONSEP EPISTEMOLOGI.pptx
TEORI DAN KONSEP EPISTEMOLOGI.pptxTEORI DAN KONSEP EPISTEMOLOGI.pptx
TEORI DAN KONSEP EPISTEMOLOGI.pptx
 
1276-Article Text-2610-1-10-20160901.pdf
1276-Article Text-2610-1-10-20160901.pdf1276-Article Text-2610-1-10-20160901.pdf
1276-Article Text-2610-1-10-20160901.pdf
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxKUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
 
Filsafat
Filsafat Filsafat
Filsafat
 
Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)
 
Research method lecture 2 - filsafat ilmu
Research method   lecture 2 - filsafat ilmuResearch method   lecture 2 - filsafat ilmu
Research method lecture 2 - filsafat ilmu
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasila
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat IlmuModul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
 

Kumpulan artikel filsafat

  • 1. Kumpulan Artikel Filsafat BAB 1 DASAR-DASAR PENGETAHUAN Artikel I Sumber : http://hisyamnur.blogspot.com/2009/12/dasar-dasar-pengetahuandalam-filsafat.html di akses tanggal 8 september 2013 DASAR-DASAR PENGETAHUAN DALAM FILSAFAT ILMU PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, ”bagaimana caranya agar saya mendapat pengetahuan yang benar?. ”mudah saja”, jawab filsuf itu,” ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kapastian dimulai dengan rasa raguragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui apa yang telah kita ketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas ini. Akal adalah potensi rohaniah yang memiliki berbagai kesanggupan seperti kemampuan berfikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami. Jadi pemikiran kesadaran, penghayatan, pengertian dan pemahaman semuanya merupakan istilah yang berarti bahwa kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelegensi (sifat kecerdasan jiwa. Berpikir di maksudkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui dengan kata lain bahwa kebenaranlah yang menjadi tujuan utamanya, dari proses berpikirnya yang mengatakan pengorganisasian dan pembudian pengalaman- Yudi Yunika Putra (06022681318068) 1
  • 2. Kumpulan Artikel Filsafat pengalamannya secara empiris dan eksperimen di maksudkan dapat mencapai pengetahuan, tetapi apakah pengetahuan yang diperoleh adalah benar dan apa yang dimaksud kebenaran dalam ilmu pengetahuan? Kebenaran adalah adanya korespondensi, koherensi dan konsistensi antara subjek dan objek secara pragmatis, jadi ada dua kebenaran yang ingin di capai yaitu mutlak dan relative. Dikatakan relative karena kebenaran ini merupakan hasil pemikiran manusia dalam teori pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri bukanlah sesuatu yang sudah selesai terpikirkan, tetapi sesuatu hal yang tidak pernah mutlak sebab ia masih selalu membuka diri untuk pemikiran kembali atau peninjauan ulang. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian Ilmu dan Filsafat ? 2. Apa Pengartian dan Dasar-dasar Pengetahuan ? 3. Bagaimana Sumber Pengetahuan ? 4. Apa sarana Berpikir Ilmiah untuk memperoleh pengetahuan ? PEMBAHASAN A. Ilmu dan Filsafat Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak di bangku sekolah sampai pada pendidikan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri; Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?, Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu Yudi Yunika Putra (06022681318068) 2
  • 3. Kumpulan Artikel Filsafat sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang keua dari berpikir filsafat yaitu mendasar. Apakah yang sebenarnya ditelaah filsafat? Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia, mempersoalkan hal-hal yang pokok; terjawab masalah yang satu, diapun mulai merambah pertanyaan lainnya. Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut dengan salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika) dan apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang ini kemudian berkembang luas hingga saat ini yang melahirkan berbagai cabang kajian filsafat yang kita jumpai seperti filsafat politik, pendidikan dan agama. Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti; Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi denga daya tangkap indera manusia yang membuahkan pengetahuan? Untuk membedakan janis pengetahuan yang satu dari pengetahuan yang lain, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)? (epistemologi)? Bagaimana Serta untuk caranya apa mendapatkan pengetahuan pengetahuan termaksud tersebut dipergunakan (aksiologi)? Dengan mengetahui ketiga pertanyaan itu maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 3
  • 4. Kumpulan Artikel Filsafat B. Pengertian dan Dasar-dasar Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Mendefinisikan pengetahuan merupakan kajian panjang sehingga terjadi pergulatan sejarah pemikiran filsafati dalam menemukan pengertian pengetahuan. Hal ini wajar karena “keistimewaan” filsafat adalah perselisihan, pergumulan pemikirannya itu berlangsung terus selamanya. Suatu produk pemikiran filsafat selalu ada yang menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang merobohkan pemikiran itu. Kelakpun akan dijumpai yang satu menegaskan sedang yang lain mengingkari. Begitulah seterusnya akan selalu berada dalam bingkai dialektika. Sedangkan Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisasi dan diperoleh melalui proses keilmuan. Sedangkan proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematsi tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini biasanya atau pada umunya berupa metode ilmiyah. Dari proses metode ilmiah itu melahirkan “science”. Science atau tepatnya Ilmu pengetahuan memilki arti spesifik bila digandengkan dengan ilmu pengetahuan yaitu sebagai kajian keilmuan yang tersistematis sehingga menjadi teori ilmiah-obyektif ( dapat dibuktikan secara empiris ) dan prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa diperiksa sehingga bisa jadi hasilnya bersesuaian atau bertentangan dengan realita empiris). Pengetahuan dalam pandangan Rasionalis bersumber dari “Idea”. Tokoh awalnya adalah Plato (427-347). Menurutnya alam idea itu kekal, tidak berubah-ubah. Manusia semenjak lahir sudah membawa idea bawaan sehingga tinggal mengingatnya kembali untuk menganalisa sesuatu itu. Istilah yang digunakan Rene Descartes (1596-1650) sebagai tokoh rasionalis dengan nama “innete idea”. Penganut rasionalis tidak percaya dengan inderawi Yudi Yunika Putra (06022681318068) 4
  • 5. Kumpulan Artikel Filsafat karena inderawi memiliki keterbatasan dan dapat berubah-ubah. Sesuatu yang tidak mengalami perubahan itulah yang dapat dijadikan pedoman sebagai sumber ilmu pengetahuan. Aristatoles dan para penganut Empirisme-Realisme menyangggah yang disampaikan oleh kaum Rasionalis. Mereka berdalih bahwa ide-ide bawaan itu tidak ada. Hukum-hukum dan pemahaman yang universal bukan hasil bawaan tetapi diperoleh melalui proses panjang pengamatan empiric manusia. Aristatoles berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum yang universal itu muncul dirumuskan akal melalui proses pengamatan dan pengalaman inderawi. Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan dengan empiric-realitasmaterial merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan bohong (mitos). Aliran empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui pengalamanpengalaman yang konkrit. Sedangkan aliran rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapatkan melalui penalaran rasional. Kedua pendekatan ini merupakan cikal bakal lahirnya positivisme modern dalam kajian keilmuan. 2. Dasar-dasar Pengetahuan Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapat melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Penalaran mempunyai ciri, yaitu: merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu dan sifat analitik dari proses berpikirnya, menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut aalah logika penalaran yang bersangkutan, artinya kegiatan berpikir analisis adalah berdasarkan langkah-langka tertentu. Tidak semua kegiatan berpikir mendasarkan pada penalaran seperti perasaan dan intuisi. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 5
  • 6. Kumpulan Artikel Filsafat Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan kebenaran, kita dapat bedakan jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapatkan melalui usaha aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik secara nalar maupun lewat kegiatan lain seperti perasaan dan intusi. Kedua, pengetahuan yang didapat tidak dari kegiatan aktif menusia melainkan ditawarkan atau diberikan seperti ajaran agama. Untuk melakukan kagiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari sumber kebenaran yaitu dari rasio (paham rasionalisme) dan fakta (paham empirisme). Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan penalaran deduktif (terkait dengan rasionalisme) dan induktif (terkait dengan empirisme). Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penarikan kesimpulan dianggap benar jika penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika. C. Sumber Pengetahuan Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. pertama, mendasarkan diri pada rasional dan mendasarkan diri pada fakta. Disamping itu adanya intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu, seperti ”orang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba menemukan jawabannya. Salah satu pembahasan dalam epistimoogi adalah sumber-sumber ilmu pengetahuan. Sumber pengetahuan pada masyarakat relegius berawal dari sesuatu yang sakral dan transenden. Tuhan merupakan sumber dan sebab pertama “causa prima” dari segala sesuatu. Manusia tidak akan menemukan kebenaran yang Yudi Yunika Putra (06022681318068) 6
  • 7. Kumpulan Artikel Filsafat hakiki selama meninggalkan yang essensi ini. Sumber ilmu pengetahuan untuk mengatahui hakekat segala sesuatu bagi masyarakat relegius tidak cukup dengan menggunakan panca indera dan akal saja tetapi ada dua unsur lain yaitu ” wahyu ( revelation) dan ilham (intuisi)”. Wahyu itu adalah salah satu dari wujud “Ketuhanan” dan ilham atau intuisi adalah termanifestaasikan dalam diri para nabi dan rasul. Sehingga para agamawan mengatakan bahwa kitab suci (wahyu) merupakan sumber ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh manusia pilihan Tuhan kepada umat manusia D. Sarana Berpikir Ilmiah Untuk memperoleh Pengetahuan Adapun sarana berpikir ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Bahasa Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia, kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan mengganggapnya sebagai suatu hal yang biasa seperti bernafas dan berjalan. Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia tanpa bahasa maka tak ada komunikasi, tanpa komunikasi apakah manusia layak disebut dengan mahluk social? Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa seperti berpikir sistemastis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan dengan kata lain tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sitematis dan teratur. a. Pengertian Bahasa dan Fungsinya Banyak Ahli Bahasa yang telah memberi uraian tentang pengertian bahasa, sudah barang tentu setiap ahli berbeda-beda cara menyampaikannnya. Bloch and Trager menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok social sebagai alat untuk berkomunikasi, Yudi Yunika Putra (06022681318068) 7
  • 8. Kumpulan Artikel Filsafat sementara Joseph Broam mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitirer yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pengertian Bahasa ada tiga yaitu: a). Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran b). Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa c). Percakapan (perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik). Jadi bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu dalam suatu kelompok social tertentu. Para pakar juga berselisih paham dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan psikolingustik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi sedangkan aliran sosiolingustik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi, yang secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah: 1. Koordinator kegiatan masyarakat 2. Penetapan pikiran dan pengungkapan 3. Penyampaian pikiran dan perasaan 4. Penyenangan jiwa 5. Pengurangan kegoncangan jiwa b. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah, dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan dicapai akan terwujud. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan Yudi Yunika Putra (06022681318068) 8
  • 9. Kumpulan Artikel Filsafat logika induktif maupun deduktif, dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa, menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar. Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungisnya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah, komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan. 2. Statistika Disadari atau tidak, statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan seharihari, pertanyaan-pertanyaan seperti; Tiap bulan habis ± Rp. 50.000,- untuk keperluan rumah tangga, ada 60% penduduk yang memerlukan perumahan permanen, 10% anak-anak SD mengalami putus sekolah tiap tahun dan sebagainya. Dunia penelitian atau riset, dimanapun dilakukan bukan saja telah mendapat manfaat yang baik dari statistika tetapi sering harus menggunakannya, untuk mengetahui apakah cara yang baru ditemukan lebih baik dari pada cara yang lama, melalui riset yang dilakukan di laboratorium atau penelitian yang dilakukan di lapangan. Dalam kamus ilmiah populer, kata statistika berarti table, grafik, daftar informasi, angka-angka. Sedangkan statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis-analisis dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. Banyak persoalan Apakah itu hasil penelitian riset atapun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan dinyatakan atau dicatat dalam bentuk bilangan atau angkaangka kumpulan angka-angka itu sering disusun diatur disajikan dalam bentuk table atau daftar sering pula disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram atau grafik supaya lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang sedang dipelajari. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 9
  • 10. Kumpulan Artikel Filsafat Jadi ringkasnya bisa kita katakan bahwa statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan data, pengelolaan dan penarikan kesimpulannya berdasarkan kumpulan data dan analisa yang dilakukan. Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah, sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karasteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan. 3. Logika Logika adalah sarana berpikir sistematis, valit dan dapat dipertanggung jawabkan, karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu. Kata Logika dapat diartikan sebagai penalaran karena penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dan dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara benar. Terdapat dua cara penarikan kesimpulan yakni; Logika Induktif dan Logika Deduktif logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien tepat dan teratur mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 10
  • 11. Kumpulan Artikel Filsafat PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan makalah diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang keua dari berpikir filsafat yaitu mendasar. 2. Pengetahuan dalam bahasa Inggris barasal dari kata “Knowledge” yang berarti pengetahuan. Pengetahuan manusia yang maju mengenai hal-hal yang empiric disebut ilmu ( science ). 3. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. 4. Sumber ilmu pengetahuan untuk mengatahui hakekat segala sesuatu bagi masyarakat relegius tidak cukup dengan menggunakan panca indera dan akal saja tetapi ada dua unsur lain yaitu ” wahyu ( revelation) dan ilham (intuisi) Sarana Berpikir Ilmiah Untuk memperoleh Pengetahuan 5. Sarana-sarana yang dipakai untuk berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika, statistika dan logika 6. Proses berfikir ilmiah adalah merupakan sekumpulan Langkah-langkah berpikir yang bersifat objektif, rasional, sistematis dan generalisasi Yudi Yunika Putra (06022681318068) 11
  • 12. Kumpulan Artikel Filsafat DAFTAR PUSTAKA Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet. I, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004 Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu (dari Hakikat menuju Nilai), Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia…Op. Drs. Mundiri, Logika, Rajawali Press, Jakarta: t.th Husen Al-Habsy, Kamus Al-Kautsar Lengkap, Bangil : Yayasan Pesantren Islam (YAPPI), 1987 M. Amin Abdullah, Studi Agama ; Normativitas atau Historisitas?, Yogyakarta : Pustaka Palajar, 1999 Jujun S. Sumantri.2005. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 12
  • 13. Kumpulan Artikel Filsafat Artikel II Sumber : http://www.m-edukasi.web.id/2012/12/dasar-dasar-pengetahuan.html. di akses tanggal 8 september 2013 DASAR-DASAR PENGETAHUAN Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk hidup lain (hewan dan tumbuhan), sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Manusia dalam kehidupannya memerlukan pengetahuan, karena manusia mempunyai sifat rasa ingin tahu tentang sesuatu, dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu, juga untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, tetapi tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran adalah kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu : 1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. 2. Proses berfikirnya bersifat analitik. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Perasaan adalah suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada pola pikir tertentu. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 13
  • 14. Kumpulan Artikel Filsafat B. Logika Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika. Secara lebih luas logika didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir sacara sahih”. Cara penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran ilmiah, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang bersifat umum, sedangkan logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan. C. Sumber Pengetahuan Pengetahuan dapat diperoleh dari : 1. Pengalaman; 2. Wahyu; 3. Otoritas; 4. Berpikir deduktif; 5. Berpikir induktif; 6. Metode ilmiah. Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empirisme. Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak sedangkan kaum empirisme pengetahuan manusia didapatkan lewat bukti konkret. Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses Yudi Yunika Putra (06022681318068) 14
  • 15. Kumpulan Artikel Filsafat penalaran tertentu. Suatu masalah dalam pikiran namun menemui jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di benak kita yang lengkap dengan jawabannya dan kita merasa yakin bahwa itulah jawabannya namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai ke sana. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi dan rasul-rasulnya. D. Kriteria Kebenaran 1. Teori Koherensi Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyatan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Ahli filsafat yang mengembangkan teori koherensi, diantaranya Plato (427347 SM) dan Aristoteles (384- 322 SM). 2. Teori Korespondensi Menurut teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Ahli filsafat dalam aliran ini adalah Bertrand Russel (1872-1970). 3. Teori Pragmatis Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Piece (1839- 1914). Referensi Suriasumantri,S.Jujun,FilsafatIlmuSuatuPengantarPopuler,Jakarta:Pustaka Harapan,1990. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 15 Sinar
  • 16. Kumpulan Artikel Filsafat BAB II ONTOLOGI PENGETAHUAN Artikel I Sumber : http://irsadifarista.wordpress.com/filsafat/ontologi-pengetahuan/ di akses tanggal 15 september 2013 ONTOLOGI PENGETAHUAN Oleh : Irsadifarista (mahasiswa pasca sarjana pendidikan matematika UNSRI) I. PENDAHULUAN A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang filsafat ilmu sebagai ”That philosophic discipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines.” Filsafat ilmu, menurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep – konsep, dan pra-anggapan – pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual. Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat diidentifikasi karakteristik filsafat ilmu sebagai berikut :  Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.  Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 16
  • 17. Kumpulan Artikel Filsafat Objek filsafat ilmu  Objek material filsafat ilmu adalah ilmu  Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. II. PEMBAHASAN ONTOLOGI Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontologi berasal dari Yunani, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logos berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian, ontologi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam Pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama kenyataan yang berupa materi (kebendaan), dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada yakni realitas, realita adalah ke-rill-an, riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi, hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah. Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan the first philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari kata “on” sama dengan being, dan “logos” sama dengan logic. Jadi, ontologi adalah the theory of being of being qua being (teori tentang kebaradaan sebagai keberadaan). Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori Yudi Yunika Putra (06022681318068) 17
  • 18. Kumpulan Artikel Filsafat yang logis, yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal, abstraksi) dapat di katakan ada; dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip – prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir – akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Cristian Wolff (1679 – 1775) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi. Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan. Sehingga disimpulkan bahwa ontologi merupakan cabang filsafat yang menguak tentang objek apa yang akan di telaah ilmu. Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek itu dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? PENGETAHUAN “Kita melihat, mendengar, merasa, meraba, mencium, segala sesuatu, pengalaman panca indera ini melalui proses langsung kemudian menjadi pengetahuan. Pengetahuan adalah gejala tahunya secara bagian perbagian, seseorang baik bersumber dari dirinya sendiri maupun dari orang lain mengenai sesuatu dan dasar Yudi Yunika Putra (06022681318068) 18
  • 19. Kumpulan Artikel Filsafat sesuatu itu. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Ada dua jenis pengetahuan, menurut Prof. Sirajuddin Zar dalam “Filsafat Islam”, yaitu : 1. Pengetahuan yang bukan berdasarkan usaha aktif manusia. Pengetahuan ini diperoleh manusia lewat wahyu Allah SWT. Manusia menerima kebenaran wahyu lewat keimanan dalam hatinya. 2. Pengetahuan yang berdasarkan hasil usaha aktif manusia. Pengetahuan ini disebut dengan pengetahuan indra, yaitu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman sehari – hari, seperti api panas, air membasahi, es dingin, dan lain sebagainya. Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang – barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan – pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat, cenderung kabur dan samar – samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cenderung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka. Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Sebab kedua adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar berpikir seperti ini disebut penalaran. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 19
  • 20. Kumpulan Artikel Filsafat Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) apabila proses penarikannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir sahih. ONTOLOGI PENGETAHUAN Dari pengertian ontologi dan pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa ontologi pengetahuan adalah suatu ajaran tentang hakikat yang ada berdasarkan kepercayaan yang benar yang diperoleh dari informasi yang masuk akal ataupun common sense. Ontologi pengetahuan atau bagian metafisika yang umum, membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji persoalan – persoalan, seperti hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan, dan lainnya. Dalam pandangan ontologi terdapat beberapa pandangan – pandangan pokok pemikiran, diantaranya : 1. Monoisme Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran :  Materialisme, Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu – satunya fakta yang hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri.  Idealisme, Sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan spritualisme. Idealisme berasal dari kata “Ideal” yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang Yudi Yunika Putra (06022681318068) 20
  • 21. Kumpulan Artikel Filsafat tidak terbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dari penjelmaan ruhani. 2. Dualisme Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sembernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Menurut aliran dualisme ini materi maupun ruh merupakan sama – sama hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Kedua macam hakikat tersebut masing – masing bebas dan berdiri sendiri, sama – sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596 – 1650 SM) yang dianggap sebagai bapak Filosofi modern). 3. Pluralisme Paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara. 4. Nihilisme Berasal dari bahasa Yunani yang berarti nothing atau tidak ada. Istilah nihilisme dekenal oleh Ivan Turgeniv dalam novelnya Fadhers an Children yang di tulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu pandangan Grogias (483 – 360 SM) yang memberikan tiga propersi tentang realitas yaitu :  Pertama, tidak ada satupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada.  Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak diketahui, ini disebabkan penginderaan itu tidak dapat di percaya, penginderaan itu sumber ilusi.  Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 21
  • 22. Kumpulan Artikel Filsafat Selanjutnya dalam paham nihilisme ini menyatakan bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Aliran ini tidak mengakui validitas alternatif positif. Dalam pandangan nihilisme, tuhan sudah mati. Manusia bebas berkehendak dan berkreativitas. 5. Agnotisisme Aliran agnotisme menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkin mengetahui hakikat batu, air, api, dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun ruhani, kata agnotisisme berasal dari bahasa Grick. Ignotos yang berarti tidak tahu (unknow), Gno artinya tahu (know). Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal. Akal merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT yang paling istimewa bagi manusia. Sifat akal adalah selalu ingin tahu terhadap segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri. Pengetahuan yang dimiliki bukan dibawa sejak lahir, tetapi lewat sebuah proses berpikir dan mendapatkan pengalaman. 1. Objek Kajian Ontologi Objek telaahan ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan pengatur serta penentu alam semesta. Studi tentang yang ada, pada tataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 22
  • 23. Kumpulan Artikel Filsafat Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kualitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi telaah monoisme, paralelisme, atau pluralisme. Bagi pendekatan kualitatif realitas akan tampil menjadi aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hilomorphisme. a. Metode dalam Ontologi Lorens Bagus memperkenalkan dua tingkat abstraksi dalam ontologi, yaitu abstrasi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas suatu objek, abstraksi bentuk mendeskripsikan metafisik mengenai prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik. b. Metafisika Istilah metafisika berasal dari akar kata meta dan fisika. Meta berarti sesudah, selain, atau dibalik. Fisika berarti nyata atau alam fisik. Metafisika berarti sesudah dibalik yang nyata, dengan kata lain metafisika adalah cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan hal-hal dibelakang gejala – gejala yang nyata yang sangat mendasar yang berada diluar pengalaman manusia. Metafisika mengkaji segala sesuatu secara komprehensif. Menurut Asmoro Achmadi (2005 : 14), metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan (beyond nature). Metafisika mempelajari manusia, namun yang menjadi objek pemikirannya bukanlah manusia dengan segala aspeknya, termasuk pengalamannya yang dapat ditangkap oleh indera. Metafisika mempelajari manusia melampaui atau diluar fisik manusia dan gejala – gejala yang dialami manusia. Metafisika mempelajari siapa manusia, apa tujuannya, dari mana asal manusia, dan untuk apa hidup di dunia ini. Jadi metafisika mempelajari manusia jauh melampaui ruang dan waktu. Begitu juga pembahasan tentang kosmos maupun tuhan, yang dipelajari adalah hakikatnya, di luar dunia fenomenal (dunia gejala). Yudi Yunika Putra (06022681318068) 23
  • 24. Kumpulan Artikel Filsafat c. Asumsi Pendapat yang telah didukung oleh beberapa teori dan fakta yang dapat dibuktikan secara rasional, berkenaan dengan pengkajian konsep – konsep, pengadaian – pengadaian. Dengan demikian, filsafat ilmu erat kaitannya dengan pengkajian analisis konseptual dan bahasa yang digunakannya, dan juga dengan perluasan serta penyusunan cara – cara yang lebih ajeg dan lebih tepat untuk memperoleh pengetahuan. 2. Teologi Teologi juga merupakan bagian dari kajian ontologi. Istilah teologi memiliki pengertian yang luas dan beragam. Dalam Kamus Teologi, dijelaskan bahwa teologi dalam bahasa Yunani artinya pengetahuan mengenai Allah, yaitu usaha metodis untuk memahami serta menafsirkan kebenaran wahyu (Gerald O‟Collins dan Edward G., 2001 : 314). Dalam bahasa latin, teologi diartikan ilmu yang mencari pemahaman, maksudnya dengan menggunakan sumber daya rasio, khususnya ilmu sejarah dan filsafat. Teologi selalu mencari dan tidak pernah sampai pada jawaban terakhir dan pemahaman yang selesai. Sedangkan yang dimaksud dengan teologi dalam ruang lingkup filsafat metafisika, menurut Sudarsono (2001 : 129) adalah filsafat ketuhanan ini mengkaji tentang keteraturan hubungan antara benda – benda alam sehingga orang meyakini adanya pencipta alam atau pengatur alam tersebut. Pemikiran tersebut muncul sejak dari para filosof Yunani, kemudian dilanjutkan oleh kaum Sophi dan masa Sokrates, juga filsafat pada abad pertengahan, terutama dengan hadirnya para filsososf Kristen, hingga perkembangan filsafat dewasa ini. Pada zaman filsafat Yunani telah hadir beberapa abad sebelum masehi, ajaran filsafat tentang teologi ini telah muncul dan berkembang dengan pesat. Seorang filsosof yang bernama Xenophanes telah mengajarkan, bahwa tuhan itu tidak banyak, melainkan satu. Tuhan hanya satu yang hadir di antara dewa dan manusia, Tuhan tidak serupa dengan makhluknya, dan tidak pula berpikiran Yudi Yunika Putra (06022681318068) 24
  • 25. Kumpulan Artikel Filsafat seperti mereka. Bagi Xenophanes, Tuhan yang satu itu tidak dijadikan, tidak bergerak, dan tidak berubah – ubah, dan ia mengisi seluruh alam. Ajaran Xenophanes ini besar sekali pengaruhnya dan telah mewarnai pemikiran berikutnya. Dalam hal ini dapat dilihat dalam filsafat Phytagoras (572 – 479 SM). Menurut keyakinan Phytagoras, manusia itu asalnya tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan dari pada Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa. Jiwa akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila habis dicuci dosanya itu. Cara mencuci atau menghapuskan dosa itu dengan jalan hidup murni. Filsosof lain yang mempunyai pandangan filsafat metafisika teologi adalah Thomas Aquinas (1225 – 1274). Menurut Aquinas, manusia dapat mengenal tuhan melalui dukungan akal pikirannya. Dengan akal pikirannya, manusia dapat mengetahui bahwa tuhan itu ada dan sekaligus mengetahui sifat – sifatnya. Thomas Aquinas dalam Harun Hadiwijono, (2005 : 107 – 108) mengajukan lima bukti adanya Tuhan, yaitu sebagai berikut : a. Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama, yaitu Allah. Menurut Aquinas, apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Itulah Allah.  Di dalam dunia yang diamati, seluruh isi yang ada di jagat raya ini dapat terlihat tertib dan berdaya guna  Di alam semesta terdapat hal – hal yang mungkin ada dan tidak ada.  Di antara segala yang ada terdapat hal – hal yang lebih atau kurang baik, atau lebih atau kurang benar, dan sebagainya.  Kita menyaksikan bahwa segala sesuatu yang tidak berakal berbuat senantiasa dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang terbaik. Pada abad 19, filsafat metafisika teologis ini juga mendapat perhatian yang serius, seperti yang dikembangkan oleh Auguste Comte (1798 – 1857). Comte menempatkan tahap teologis berada pada urutan pertama dalam teori evolusinya. Dalam tahap ini ditegaskan bahwa manusia mengarahkan pandangannya kepada Yudi Yunika Putra (06022681318068) 25
  • 26. Kumpulan Artikel Filsafat hakikat yang batiniah segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terakhir segala sesuatu. Jadi, manusia masih percaya kepada kemungkinan adanya pengetahuan atau pengenalan yang mutlak. Begitu juga pada abad 20, pemikiran filsafat tentang teologis ini cukup menonjol, terutama dari Henri Bergson. Menurut Bergson, agama itu ada dua macam, agama statis, dan agama dinamis. Agama yang statis yang timbul karena hasil karya perkembangan pemikiran otak atau akal manusia. Di dalam perkembangan ini alam telah menciptakan kepada manusia kecakapan, dimana melalui akalnya manusia tahu bahwa ia harus mati. Juga karena akalnya manusia tahu bahwa ada rintangan – rintangan yang tidak terduga, yang merintangi usahanya untuk mencapai tujuannya. Demikianlah timbul agama sebagai alat bertahan terhadap segala sesuatu yang dapat menjadikan manusia berputus asa. Sedangkan agama yang dinamis, yang diberikan oleh intuisi. Dengan perantaraan agama ini manusia dapat berhubungan dengan asas yang lebih tinggi, yang lebih kuasa daripada dirinya dirinya sendiri. Friedrich Nietzche (1844 – 1900) menyatakan bahwa konsep tentang Allah dalam agama Kristen adalah konsep yang paling buruk dan rusak dari seluruh konsep tentang Allah, karena Allah dianggap sebagai Allah bapak, Allah anak, dan Ibu. Allah dianggap sebagai Allah dari orang – orang yang lemah. Akhirnya, ia sampai pada kesimpulan yang menggemparkan, yaitu bahwa Allah sudah mati. Manusia hanya akan menjadi manusia super jika ia mampu menerima kenyataan atas kematian Allah itu. Dengan kematian Allah itu telah membebaskan manusia dari keadaan yang lemah, rendah hati, takluk, dan sebagainya. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 26
  • 27. Kumpulan Artikel Filsafat V. SIMPULAN 1. Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah. 2. Pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan – pengulangan. 3. Ontologi Pengetahuan adalah suatu ajaran tentang hakikat yang ada berdasarkan kepercayaan yang benar yang diperoleh dari informasi yang masuk akal ataupun common sense. Ontologi pengetahuan ini memiliki pandangan – pandangan pokok yaitu monoisme, dualisme, pluralisme, nikhilisme, dan Agnotisme. 4. Teologi merupakan bagian dari kajian ontologi. Teologi dalam bahasa Yunani artinya pengetahuan mengenai Allah, yaitu usaha metodis untuk memahami serta menafsirkan kebenaran wahyu (Gerald O‟Collins dan Edward G., 2001 : 314). Dalam bahasa latin, teologi diartikan ilmu yang mencari pemahaman, maksudnya dengan menggunakan sumber daya rasio, khususnya ilmu sejarah dan filsafat. Sehingga disimpulkan bahwa teologi merupakan pengetahuan tentang keteraturan hubungan antara benda – benda alam sehingga orang meyakini adanya pencipta yaitu Allah SWT. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 27
  • 28. Kumpulan Artikel Filsafat Artikel II Sumber : http://blog.umy.ac.id/anadwiwahyuni/2012/01/13/ontologi-pendidikan/ di akses tanggal 15 september 2013 Oleh : Ana Dwi Wahyuni (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) ONTOLOGI PENGETAHUAN A. PENDAHULUAN Dalam makalah ini akan membahas tentang filsafat pendidikan, yang titik tekannya pada aspek ontologi, yang menjadi salah satu landasan filosofis dalam memahami lebih jauh mengenai ruang lingkup pendidikan yang telah akrab dengan umat manusia, sejak awal mula peradaban manusia sampai dengan berakhirnya peradaban tersebut. Terkait dengan hal di atas, maka bahasan tentang filsafat pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat. Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini, menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan peradaban manusia. Sekalipun demikian, mustahil untuk memberikan definisi yang memuaskan tentang filsafat kecuali jika ditetapkan waktu untuknya. Alasannya, tugas-tugas yang dipikul oleh para filsuf berbeda-beda tergantung dari periode perkembangan sejarahnya. Tidak ada filsuf modern yang mau bersusah payah untuk berhadapan dengan persoalan-persoalan sebagaimana yang harus dilakukan oleh rekanrekannya pada zaman Yunani kuno. Jika kita beranggapan bahwa bagian paling berharga dari kontribusi Yunani adalah ditemukannya akal budi sebagai sebuah Yudi Yunika Putra (06022681318068) 28
  • 29. Kumpulan Artikel Filsafat instrumen baru, maka kita dapat melakukan pembagian yang mudah terhadap filsafat kuno dan modern, dengan garis batas yang akan muncul ketika instrumen itu sendiri mulai diuji dengan kritis. Selanjutnya, secara garis besar, objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak terbatas. Inilah yang disebut objek material filsafat. Kalau demikian, apakah yang membedakan antara objek filsafat dan objek ilmu pengetahuan lainnya? Objek filsafat yang dimaksud adalah objek materialnya, sebab ilmu pengetahuan pun mempunyai objek material yang sama dengan filsafat, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Ilmu pengetahuan bebas dan tidak terikat untuk menentukan objek penelitiannya, dan sampai saat ini, belum ada pembatasan dalam objek ilmu pengetahuan (objek material). Oleh karena itu, kalau dilihat dari objek materialnya, baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, memiliki objek yang sama. Menurut Suriasumantri (2005:35), Setiap pembahasan tentang gejala atau objek sesuatu ilmu pengetahuan, paling sedikit kita akan mempertanyakan 3 hal, pertama, apa hakikat gejala/objek itu (landasan ontologis). Kedua, bagaimana cara mendapatkan atau penggarapan gejala/objek itu (landasan epistemologis). Ketiga, apa manfaat gejala/objek itu (landasan aksiologis). B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Ontologi Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada, menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab-akibat. Yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh, teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek ontologi, segala sesuatu yang ada ini berada dalam tatanan hubungan estetis yang diliputi dengan warna nilai keindahan. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 29
  • 30. Kumpulan Artikel Filsafat Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Thales merupakan orang pertama yang berpendirian sangat berbeda di tengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat itu. Di sinilah letak pentingnya tokoh tersebut. Kecuali dirinya, semua orang waktu itu memandang segala sesuatu sebagaimana keadaannya yang wajar. Apabila mereka menjumpai kayu, besi, air, daging, dan sebagainya, hal-hal tersebut dipandang sebagai substansi-substansi (yang terdiri sendiri-sendiri). Dengan kata lain, bagi kebanyakan orang tidaklah ada pemilihan antara kenampakan (appearance) dengan kenyataan (reality). Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri). Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono, 2007). Ontologi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Obyek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau pancaindera. Dengan demikian, obyek ilmu adalah pengalaman inderawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata. Pengertian ini didukung pula oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is the theory of being qua being”, artinya ontologi adalah teori tentang wujud. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 30
  • 31. Kumpulan Artikel Filsafat Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang ) “ada” itu (being, sein, het zijn). Paham monoism yang terpecah menajdi idealism atau spiritualisme, paham dualism, pluralism dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhirnya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) “ada” sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Pendidikan, ditinjau dari sisi ontologi, berarti persoalan tentang hakikat keberadaan pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan selalu berada dalam hubungannya dengan eksistensi kehidupan manusia. Sedangkan kehidupan manusia ditentukan asal-mula dan tujuannya. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa ontologi pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya dengan asalmula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa manusia, pendidikan tak pernah ada. Tetapi, bagaimana halnya dengan keberadaan manusia tanpa pendidikan? Mungkinkah itu? Dengan demikian, jelaslah bahwa adanya pendidikan begitu sentral di dalam eksistensi manusia di muka bumi ini. Sehingga dapat diasumsikan bahwa adanya pendidikan dapat memberikan pengetahuan yang cerah tentang asal-mula manusia dan tujuan hidup manusia. 2. Objek dan Metode dalam Ontologi 2.1. Objek Formal Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan. Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di Yudi Yunika Putra (06022681318068) 31
  • 32. Kumpulan Artikel Filsafat ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya “De Anima”. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di pahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental. 2.2. Metode dalam Ontologi Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik. 3. Beberapa Konsep Mengenai Ontologi Ilmu Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “apa sebenarnya realitas benda itu? Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?”. Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam filsafat, antara lain: 1. Filsafat Materialisme. 2. Filsafat Idealisme. 3. Filsafat Dualisme. 4. Filsafat Skeptisisme. 5. Filsafat Agnostisisme. Jujun S. Suriasumantri (2000: 34 – 35) menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi obyek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (BenarSalah), (b) etika (Baik-Buruk), dan (c) estetika (Indah-Jelek). Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial/ pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 32
  • 33. Kumpulan Artikel Filsafat Kelima cabang filsafat ini – logika, etika, estetika, metafisika dan politik – menurut Suriasumantri, kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat ilmu. Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan teori idea-nya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup ataupun sudah mati. Idea kuda itu adalah faham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua manapun di dunia ini. Ontologi dapat mendekati masalah hakikat kenyataan dari dua macam sudut pandang. Orang dapat mempertanyakan “kenyataan itu tunggal atau jamak”? yang demikian ini meripakan pendekatan kuantitatif. Atau orang dapat juga mengajukan pertanyaan, “Dalam babak terakhir apakah yang merupakan jenis kenyataan itu?” yang demikian itu merupakan pendekatan secara kualitatif. Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya). Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “apa sebenarnya realitas benda itu? apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?”. Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam persoalan keberadaan, yaitu: A. Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas) a. Monoisme b. Dualisme. c. Pluralisme. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 33
  • 34. Kumpulan Artikel Filsafat B. Keberadaan dipandang dari segi sifat, menimbulkan beberapa aliran, yaitu: a) Spiritualisme. b) Materialisme. C. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian, atau perubahan a) Mekanisme. b) Teleologi. c) Vitalisme. d) Organisisme. Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence) bersangkutan dengan cabang filsafat metafisika. Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta ta physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda fisik. Aristoteles tidak memakai istilah metafisika melainkan proto philosophia (filsafat pertama). Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada dibelakang gejala-gejala fisik seperti gerak, berubah, hidup, mati. 4. Hakikat Manusia Sebagai Subjek Pendidikan (Pendidik dan Peserta Didik) Kajian tentang manusia sejak zaman dahulu sampai zaman sekarang belum juga berakhir dan tidak akan berakhir. Manusia merupakan makhluk yang sangat unik dengan segala kesempurnaannya. Manusia dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, baik secara historis, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang spesial dari pada makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah, ayat 30: ْ َ َ َ َ ِ َ ََ ْ ْ َ ُ ِ ْ ُ ْ َ َ َ ِّ َ ٌ ِ َ ‫ووَحْ هُ اندماء ويَسفِل فِيهَا يُفسد مه فِيهَا أَتَجْ عم قَانُىا خهِيفَةً اْلَرْ ض فِي جاعم يإِنِّ نِ ْهمَلئِكة ربُّل قَال وإِذ‬ ُ َ َ ِ ‫)03(تَعهَمىنَ َل ما أَعهَم إِوِّي قَال نَل ووُقَدِّسُ بِحمدك وُسبِّح‬ ُ َ َ ِْ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat Yudi Yunika Putra (06022681318068) 34
  • 35. Kumpulan Artikel Filsafat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Manusia dalam kajian kali ini lebih difokuskan kepada subjek pendidikan, bahwa dalam dunia pendidikan manusialah yang banyak berperan. Karena dilakukannya pendidikan itu tidak lain diperuntukan bagi manusia, agar tidak timbul kerusakan di bumi ini. Dalam pendidikan bahwa manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sebagai pendidik dan peserta didik. Menurut Al-Aziz, pendidik adalah orang yang bertanggungjawab dalam menginternalisasikan nilai-nilai religius dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna. Masing-masing definisi tersebut, mengisyaratkan bahwa peran, tugas dan tanggungjawab sebagai seorang pendidik tidaklah gampang, karena dalam diri anak didik harus terjadi perkembangan baik secara afektif, kognitif maupun psikomotor. Dalam setiap individu terdidik harus terdapat perubahan ke arah yang lebih baik. Jika dalam ajaran Islam anak didik harus mampu menginternalisasikan ajaran-ajaran dalam dirinya, sehingga mampu menjadi pribadi yang bertaqwa dan berakhlakul karimah yang akan bahagia baik di dunia dan di akhirat. Sedangkan anak didik (peserta didik) adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pengertian tersebut berbeda apabila anak didik (peserta didik) sudah bukan lagi anak-anak, maka usaha untuk menumbuhkembangkannya sesuai kebutuhan peserta didik, tentu saja hal ini tidak bisa diperlakukan sebagaimana perlakuan pendidik kepada peserta didik (anak didik) yang masih anak-anak. Maka dalam hal ini dibutuhkan pendidik yang benar-benar dewasa dalam sikap maupun kemampuannya. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 35
  • 36. Kumpulan Artikel Filsafat Dalam pandangan modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian bahwa peserta didik adalah orang yang memerlukan pengetahuan, ilmu, bimbingan dan pengarahan. Islam berpandangan bahwa hakikat ilmu berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu berasal dari Allah, maka membawa konsekuensi perlunya seorang peserta didik mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan akhlak yang mulai yang disukai Allah, dan sedapat mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah. Bertolak dari hal itu, sehingga muncul suatu aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa sebagai seorang yang menuntut ilmu, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan anugerah Allah. Ini menunjukkan pentingnya akhlak dalam proses pendidikan, di samping pendidikan sendiri adalah upaya untuk membina manusia agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan bermanfaat bagi seluruh alam. 5. Pendidikan dan Kaitannya Dengan Aspek-Aspek Lain 5.1. Pendidikan dan Manusia Manusia, siapa pun, sebagai apa pun, di mana dan kapan pun berada, berhak atas pendidikan. Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam perwujudannya sebagai individu yang yang menjadi bagian Integral dari masyarakatnya. Dua sisi perwujudan ini dipandang penting dan perlu untuk diproses dalam sistem pendidikan, agar dikemudian hari manusia dapat menemukan jati dirinya sebagai manusia. Berulang kali dinyatakan bahwa tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal-mula dan hakikat tujuan hidupnya. Sehubungan dengan hal itu, pendidikan secara khusus difungsikan untuk Yudi Yunika Putra (06022681318068) 36
  • 37. Kumpulan Artikel Filsafat menumbuhkembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang ada dalam diri manusia. 5.2. Pendidikan dan Filsafat Filsafat secara etimologis berarti „cinta kearifan‟. Mencintai kearifan berarti mendambakan kehidupan yang diliputi dengan sikap dan perilaku adil. Kehidupan yang berkeadilan adalah kehidupan yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan. Kehidupan demikian adalah kehidupan dinamis; kehidupan kreatif untuk pertumbuhan dan perkembangan ke arah masa depan yang lebih baik. Bertolak dari pemikiran filsafat tersebut, pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia mulai mencoba untuk mendidik diri sendiri dan sesamanya, dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada materi yang berisi tentang pengetahuan umum berupa wawasan asal-mula, eksistensi dan tujuan kehidupan. Kesadaran terhadap asal-mula dan tujuan kehidupan adalah landasan dasar bagi perilaku sehari-hari, sehingga semua kegiatan eksistensi kehidupan ini selalu bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir. 5.3. Pendidikan dan Sejarah Ada satu lagi persoalan khas manusia, yakni sejarah. Maksudnya, sejarah adalah suatu rentetan kejadian yang berlangsung di dalam kehidupan masyarakat manusia. Rentetan kejadian tersebut tidak terjadi secara kebetulan, namun berlangsung dalam kesengajaan. Ciri khas objek sejarah adalah rentetan kejadian yang selalu bergerak menuju perkembangan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi, sejarah bisa dikatakan sebagai suatu sistem rentetan kejadian yang bersumber dari kesadaran, dengan objek khusus yaitu kesadaran tentang perlunya perubahan-perubahan demi perkembangan dan kemajuan bagi kehidupan masyarakat manusia. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 37
  • 38. Kumpulan Artikel Filsafat Untuk itu, berdasarkan sejarahnya, manusia selalu mengubah dan mengembangkan sistem pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Sejarah mengideakan masa mendatang yang lebih baik dan maju. Sementara itu, pendidikan menindaklanjuti dengan mengubah dan mengembangkan sistem pembelajaran untuk mendapatkan keahlian dan keterampilan yang relevan dengan kehidupan yang diideakan sejarah itu. C. KESIMPULAN Dari penjelasan yang telah kami paparkan di atas, maka pada akhir makalah ini kami akan menyimpulkan segala macam-ragam pandangan dan tulisan yang telah kami rangkai tersebut. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk melakukan perubahan, maka penting rasanya untuk memahami ontologi pendidikannya. Pembahasan pendidikan selalu terkait dengan hakikat keberadaan manusia. Dari pembahasan panjang lebar itu, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanpa manusia pendidikan itu bukan apa-apa (nothingness), sebaliknya, tanpa pendidikan, mustahil manusia mampu mempertahankan kelangsungan dan mengembangkan kehidupannya. Jadi, ontologi pendidikan sepenuhnya mutlak berakar dari dalam diri dan keberadaan manusia. Dari pembahasan tentang pendidikan secara ontologis, dapat diperoleh pengetahuan tentang bagaimana menata hubungan pendidikan dengan asal-mula dan tujuan kehidupan, serta hubungan pendidikan dengan filsafat, sejarah, dan iptek dalam eksistensi kehidupan. Pada akhirnya, dengan memahami ontologi pendidikan tersebut, maka diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran para pendidik dan peserta didik untuk menjalankan peran dan fungsinya dalam keberlangsungan pendidikan di tengah-tengah peradaban manusia yang dari waktu ke waktu semakin berkembang. Tentu Yudi Yunika Putra (06022681318068) 38
  • 39. Kumpulan Artikel Filsafat pendidikan tidak akan mengalami perkembangan yang berarti dan signifikan jika tidak dibarengi oleh perkembangan manusianya. Namun, tanpa manusia, maka sistem dan pola pendidikan tidak akan pernah terwujud. Oleh sebab itu, pendidikan sebagai produk dan manusia sebagai creator-nya tidak bisa, bahkan tidak akan pernah bisa dipisahkan. Ibarat dua sisi mata uang, maka jika satu sisi saja tidak ada, maka sisi yang lain pun jadi tidak berarti. Sehingga kedua unsur ini (manusia dan pendidikan) harus selaras, sejalan dan seiring dalam gerak dan laju yang harmonis, sehingga menciptakan sebuah “irama” yang indah sekaligus menginspirasi. DAFTAR PUSTAKA Hawton, Hector, Filsafat yang Menghibur, Terj. Supriyanto Abdullah, Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003. O. Kattsoff, Louis, Pengantar Filsafat, Terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana Yogya, 2004. S. Praja, Juhaya, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Kencana, 2008. Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008. Suprihatiningrum, Jamil dkk., Makalah Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu, Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2008. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 39
  • 40. Kumpulan Artikel Filsafat BAB III EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN Artikel 1 Sumber : http://zulkarnaenjafar.blogspot.com/2011/10/epistemologi-ilmupengetahuan.html. di akses tanggal 22 september 2013 EPISTEMOLOGI (ILMU PENGETAHUAN) PEMBAHASAN 1. Pengertian Epistemologi Ruang lingkup filsafat ada 3 macam, yaitu: Ontologi atau metafisika yang merupakan filsafat tentang realita, Epistemologi, yaiutu filsafat tentang ilmu pengetahuan, dan Axiologi, yaitu filsafat tentang nilai. Secara luas dapat dikatan bahwa epistimologi adalah bagian filsafat yang membahas masalah-masalah pengetahuan. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme, yang berarti pengetahuan (knowledge) dan logos yang berarti ilmu. Jadi menurut arti katanya, epistemologi ialah ilmu yang membahas masalah-masalah pengetahuan. Di dalam Webster New International Dictionary, epistemologi diberi definisi sebagai berikut: Epistimology is the theory or science the method and grounds of knowledge, especially with reference to its limits and validity, yang artinya Epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu. (Darwis. A. Soelaiman, 2007; 61). Istilah Epistemologi banyak dipakai di negeri-negeri Anglo Saxon (Amerika) dan jarang dipakai di negeri-negeri continental (Eropa). Ahli-ahli filsafat Jerman menyebutnya Wessenchaftslehre. Sekalipun lingkungan ilmu yang membicarakan masalah-masalah pengetahuan itu meliputi teori pengetahuan, teori kebenaran dan Yudi Yunika Putra (06022681318068) 40
  • 41. Kumpulan Artikel Filsafat logika, tetapi pada umumnya epistemology itu hanya membicarakan tentang teori pengetahuan dan kebenaran saja. Epistemologi atau Filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita berbicara mengenai filsafat pengetahuan, yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmun pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. Beberapa pakar lainnya juga mendefinisikan espitemologi, seperti J.A Niels Mulder menuturkan, epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Jacques Veuger mengemukakan, epistemology adalah pengetahuan tentang pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan kita sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan orang lain. Pendek kata Epistemologi adalah pengetahuan kita yang mengetahui pengetahuan kita. Abbas Hammami Mintarejo memberikan pendapat bahwa epistemology adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu. (Surajiyo, 2008, hal. 25). Dari beberapa definisi yang tampak di atas bahwa semuanya hamper memiliki pemahaman yang sama. Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan keshahihan pengetahuan. Jadi objek material dari epistemology adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 41
  • 42. Kumpulan Artikel Filsafat 2. Arti Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahuiserta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang. Pengetahuan itu hanya dikenal dan ada di dalam pikiran manusia, tanpa pikiran maka pengetahuan tidak akan eksis. Oleh karena itu keterkaitan antara pengetahuan dan pikiran sesuatu yang kodrati. (Surajiyo, 2008, hal. 26). Terjadinya Pengetahuan Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yanag sangat ungen untuk dibahas di dalam Epistemologi, sebab orang akan berbeda pandangan terhadap terjadinya pengetahuan. Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis mengemukakan ada enam hal, (Surajiyo. 2008. Hal. 28) diantaranya: Pengalaman Indera (Sense Experience) Orang sering merasa penginderaan merupakan alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indera. Kekhilafan akan terjadi apabila ada ketidak normalan antara alatalat itu. Ibn Sina mengutip ungkapan filosof terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan indra-indranya maka dia tidak mempunyai Yudi Yunika Putra (06022681318068) 42
  • 43. Kumpulan Artikel Filsafat makrifat dan pengetahuan. Dengan demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini bertolak belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek fisik sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak abadi. Nalar (Reason) Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Salah satu tokoh dari paham ini adalah Plato, seorang filosof Yunani yang dilahirkan di Athena. Plato berpendapat bahwa untuk memperoleh pengetahuan itu pada hakikatnya adalah dengan mengingat kembali. Otoritas (Authority) Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh dari otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi, karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai kewibaan tertentu. Intuisi (Intuition) Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia berupa proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Menurut Mohamad Taufiq dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa intuisi adalah daya atau kemampauan untuk Yudi Yunika Putra (06022681318068) 43
  • 44. Kumpulan Artikel Filsafat mengetahui atau memahami sesuatu tanmpa ada dipelajari terlebih dahulu dan berasal dari hati. Wahyu (Revelation) Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, Karena diyakini bahwa wahyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang Maha Esa. Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan ummatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu melalui kepercayaan kita. Keyakinan (Faith) Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Adapun keyakinan itu sangat statis, kecuali ada bukti-bukti yang akurat dan cocok untuk kepercayaannya. Jenis-Jenis Pengetahuan Pengetahuan Menurut Soejono Soemargono dapat dibagi atas Pengetahuan NonIlmiah dan Pengetahuan Ilmiah. Pertama adalah Pengetahuan Non-Ilmiah, yang mana pengetahuan ini adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Dalam hal ini termasuk juga pengetahuan yang meskipun dalam babak terakhir direncanakan untuk diolah lebih lanjut menjadi pengetahuan ilmiah, yang biasanya disebut pengetahuan pra-ilmiah. Misalnya, pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare. Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan non-ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia mengenai sesuatu objek tertentu yang terdapat dalam Yudi Yunika Putra (06022681318068) 44
  • 45. Kumpulan Artikel Filsafat kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini yang cocok adalah hasil penglihatan dengan mata, hasil pendengaran telinga, hasil penciuman hidung, hasil pengecapan lidah dan hasil perabaan kulit. Disamping itu, sering kali di dalamnya juga termasuk hasil-hasil pemahaman yang merupakan campuran dari hasil inderawi dengan hasil pemikiran secara akali. Juga pemahaman manusia yang berupa tangkapantangkapan terhadap hal-hal yang biasanya disebut ghaib, misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. pengetahuan non-ilmiah mempunyai ciri-ciri penelitian tidak sistematik, data yang dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu pengetahuan non-ilmiah adalah pengetahuan yang coraknya subyektif. Kedua adalah Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh degan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berfikir yang khas, yaitu Metode ilmiah. Jujun S. Suriasumantri menambahkan bahwa metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum di dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. (Jujun S. Surisumantri. 1996. Hal. 119). Secara etimologi metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan, cara, arah) kata methodos sendiri lalu berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut sistem/ aturan tertentu. (Surajiyo. 2008. Hal. 35). Jadi, Metode ilmiah adalah Yudi Yunika Putra (06022681318068) 45
  • 46. Kumpulan Artikel Filsafat suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, yang terbanyak dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan. Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi enam tahap, yaitu: 1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. 2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka. 3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka. 4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian. 5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama). 6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori. Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah : 1. Rasa ingin tahu 2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada) 3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi) 4. Tekun (tidak putus asa) 5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan) 6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain) Yudi Yunika Putra (06022681318068) 46
  • 47. Kumpulan Artikel Filsafat Asal-Usul Pengetahuan Asal-usul pengetahuan adalah hal yang harus detahui oleh seseorang. Karena tanpa mengetahui asal-usul pengetahuanm tersebut, maka kita tidak berangkat dari pemahaman awal munculnya pengetahuan. Seorang yang berakal tentu ingin mengetahui tidak hanya apa pengetahuan tetapi juga bagaimana ia muncul. Keinginan ini dimotivasi sebagian oleh asumsi bahwa penyelidikan asal-usul pengetahuan dapat menjelaskannya. Oleh karena itu, penyelidikan semacam itu menjadi salah satu tema utama Epistemologi dari zaman Yunani kuno sampai sekarang. Untuk mendapatkan dari mana pengetahuan itu muncul bisa dilihat dari aliran-aliran dalam pengetahuan. Aliran-aliran dalam pengetahuan, diantaranya adalah: a. Rasionalisme Rasionalisme adalah aliran yang memandang bahwa yang menjadi dasar pengetahuan adalah akal fikiran manusia. (Darwis A. Soelaiman. 2007. Hal 68). Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapat oleh akal. Salah satu tokoh aliran aini adalah Rene Descartes. Beliau memebedakan 3 ide yang ada di dalam diri manusia, yaitu: 1. Inneate ideas (bawaan yang dibawa manusia sejak lahir), 2. Adventitious ideas (ide-ide yang berasal dari luar diri manusia), dan 3. Factitious ideas (ide-ide yang dihasilkan oleh fikiran itu sendiri). b. Empirisme Empirisme tercipta dalam himpunan sosial pada masyarakat Inggris dan Amerika, sekalipun pandangan ini sebetulnya sudah ada sejak Aristoteles. Pempirisme tertuju kepada keduniawian. (Darwis A. Soelaiman. 2007. Hal. 77). Aliran ini berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat peran sebagai yang mengolah bahan-bahan yang diperoleh oleh pengalaman. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 47
  • 48. Kumpulan Artikel Filsafat c. Kritisisme Aliran yang dikenal dengan kritisisme adalah aliran diintrodusir oleh Iummanuel Kant, seorang filosof Jerman yang dilahirkan di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Aliran ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. (Juhaya S. Praja. 2005. Hal. 114). Pertentangan antara Rasionalisme dan Empirisme hendak diselesaikan oleh Immanuel Kant dengan kritisismenya. Salah satu ciri dari kritisisme adalah menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpeduan antara peranan unsur Anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman. d. Positivisme Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif di sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita pernah boleh melebihi fakta-fakta. Dengan denikian, maka ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh terbaik dalam bidang pengetahuan. Tentu saja, maksud positivisme berkaitan erat dengan apa yang dicita-citakan oleh empirisme. Positivisme pun mengutamakan pengalaman Yudi Yunika Putra (06022681318068) 48
  • 49. Kumpulan Artikel Filsafat Artikel 2 Sumber : http://arya0809.wordpress.com/2013/01/10/epistemologi-pengetahuan/. di akses tanggal 22 september 2013 Epistemologi Pengetahuan Oleh : Maya Saftari (Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Matematika UNSRI) A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Latar belakang hadirnya pembahasan epistemologi itu adalah karena para pemikir melihat bahwa panca indra lahir manusia yang merupakan satu-satunya alat penghubung manusia dengan realitas eksternal terkadang atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam menangkap objek luar, dengan demikian, sebagian pemikir tidak menganggap valid lagi indra lahir itu dan berupaya membangun struktur pengindraan valid yang rasional. Namun pada sisi lain, para pemikir sendiri berbeda pendapat dalam banyak persoalan mengenai akal dan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal yang saling kontradiksi dalam masalah-masalah pemikiran kemudian berefek pada kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari validitas akal dan menolak secara mutlak segala bentuk eksistensi eksternal. Dengan alasan itu, persoalan epistemologi sangat dipandang serius sedemikian sehingga filosof Yunani, Aristoteles, berupaya menyusun kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam berpikir dan berargumentasi secara benar yang sampai sekarang ini masih digunakan. Lahirnya kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya validitas akal dan indra lahir sedemikian sehingga untuk kedua kalinya berakibat memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan indra lahir di Eropa, dan setelah Renaissance dan kemajuan ilmu empiris, lahir kembali kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang berpuncak pada Positivisme. Pada era tersebut, epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu baru di Eropa yang Yudi Yunika Putra (06022681318068) 49
  • 50. Kumpulan Artikel Filsafat dipelopori oleh Descartes (1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof Leibniz (1646–1716) kemudian disempurnakan oleh John Locke di Inggris. 2. Permasalahan  Apa yang dimaksud dengan epistemologi ?  Apa yang dimaksud dengan pengetahuan ?  Apa saja yang menjadi syarat suatu pengetahuan agar dapat dikatakan sebagai ilmu?  Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam metode ilmiah ? B. PEMBAHASAN Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai cabang dari filsafat. Cabang filsafat disamping meliputi epistemologi, juga ontologi dan aksiologi. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori tentang “ada”, yaitu tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran. Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga cabang ini biasanya disebutkan secara berurutan, mulai dari ontologi, epistemologi, kemudian aksiologi. Dengan gambaran sederhana dapat dikatakan, ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi). 1. Pengertian Epistemologi Secara etimologi , istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme, yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau teori. Jadi epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau Yudi Yunika Putra (06022681318068) 50
  • 51. Kumpulan Artikel Filsafat sumber, struktur, metode, dan syahnya (validitas) pengetahuan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (Theory of knowledges) Menurut Conny Semiawan dkk, (2005: 157) epistemologi adalah cabang filsafat yang menjelaskan tentang masalah-masalah filosofis sekitar teori pengetahuan. Epistemologi memfokuskan pada makna pengetahuan yang dhubungkan dengan konsep, sumber dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan dan sebagainya. Menurut Poedjiadi (2001: 13) epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan, adapun yang dibahas antar lain adalah asal mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas, dan metodologi, yang bersama-sama membentuk pengetahuan manusia. 2. Pengetahuan Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pegetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Pengetahuan adalah suatu istilah yg digunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Sesuatu yang menjadi pengetahuanya adalah yang terdiri dari unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya. Maka pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran untuk ingin mengetahui tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi pengetahuan adalah hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Terjadinya pengetahuan dapat bersifat: Yudi Yunika Putra (06022681318068) 51
  • 52. Kumpulan Artikel Filsafat  a priori yang berarti pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin.  a posteriori pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Menurut John Hospers dan knight (1982) terjadinya pengetahuan memerlukan alat, alat yang dimaksud ialah :  Pengalaman indera (sense experience). Sumber pengetahuan yang berupa alat2 untuk menangkap objek pengetahuan dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.  Nalar (Reason), merupakan suatu corak berfikir untuk menggabungkan dua pengetahuan atau lebih dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan baru.  Otoritas (authority), pengetahuan yang terjadi karena wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.  Intuisi (intuition), pengetahuan berasal dari kemampuan manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus.  Wahyu (revelation), pengetahuan diperoleh dari kepercayaan terhadap sesuatu yang diyakini berasal dari Tuhan melalui rasul.  Keyakinan (Faith). Keyakinan merupakan kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Metode Induktif Induksi yaitu suatu metode yang menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil observasi dan disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Yang bertolak dari pernyataan-pernyataan tunggal sampai pada pernyataan-pernyataan universal. Dalam induksi, setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanasi ia akan Yudi Yunika Putra (06022681318068) 52
  • 53. Kumpulan Artikel Filsafat mengembang, bertolak dari teori ini akan tahu bahwa logam lain yang kalau dipanaskan juga akan mengembang. Dari contoh diatas bias dketahui bahwa logam lain yang kalau dipanaskan juga akan mengembang. 2. Metode deduksi Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris diolah lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis anatara kesimpulankesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bias ditarik dari teori tersebut. 3. Metode Positivisme Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang tlah diketahui, yang factual, yang positif. Ia mengesampingkan segala uraian diluar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, ia menolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja. 4. Metode Kontemplatif Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbedabeda, harusnya dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bias diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali. 5. Metode Dialektis Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode Tanya jawab untuuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato Yudi Yunika Putra (06022681318068) 53
  • 54. Kumpulan Artikel Filsafat mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematis tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. 3. Persyaratan Epistemologi Suatu pengetahuan itu termasuk ilmu atau pengetahuan ilmiah apabila pengetahuaan itu dan cara memperolehnya telah memenuhi syarat tertentu. Apabila syarat-syarat itu belum terpenuhi, maka suatu pengetahuan dapat digolongkan ke dalam pengetahuan lain yang bukan ilmu, walaupun bukan termasuk fisafat. Menurut Conny R. Semiawan (2005: 99) syarat-syarat terpenting bagi suatu pengetahuan untuk dapat tergolong ke dalam ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah ialah dasar pembenaran, sifat sistematis, dan sifat intersubjektif. 1. Dasar Pembenaran Dasar pembenaran menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan derajat kepastian sebesar mungkin. Pernyataan harus dirasakan atas pemahaman apriori yang juga didasarkan atas hasil kajian empiris. Pada umumnya ada tiga teori kebenaran, yaitu :  Teori kebenaran saling berhubungan (coherence Theory of truth) Suatu proporsii itu benar apabila hal tersebut mempunyai hubungan dengaan ide-ide dari proporsi yang telah ada atau benar. Dengan kata lain, yaitu apabila proporsi itu mempunyai hubungan dengan proporsi yang terdahulu yang benar. Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah dan logika.  Teori kebenaran saling berkesesuaian (correspondence theory of truth) Suatu proporsi itu bernilai benar apabila proporsi itu saling berkesesuaian dengan kenyataan atau realitas. Kebenaran demikian dapat dibuktiikan secara langsung pada dunia kenyataan Yudi Yunika Putra (06022681318068) 54
  • 55. Kumpulan Artikel Filsafat  Teori Kebenaran Inherensi (Inherent theory of truth) Suatu proporsi memiliki nilai kebenaran apabila memiliki akibat atau konsekuensi-konsekuensi yang bermanfaat, maksudnya ialah hal tersebut dapat dipergunakan. a. Sistematik Semantik dan sistematis masing-masing menunjuk pada susunan pengetahuan yang didasarkan pada penyelidikan (research) ilmiah yang keterhubungannya merupakan suatu kebulatan melalui komparasi dan generalisasi secara teratur. b. Sifat Intersubjektif Sifat intersubjektif ilmu atau pengetahuan tidak dirasakan atas intuisi dan sifat subjektif orang seorang, namun harus ada kesepakatan dan pengakuan akan kadar kebenaran dari ilmu itu didalam setiap bagian dan didalam hubungan menyeluruh ilmu tersebut, sehingga tercapai intersubjektivitas. Istilah Intersubjektivitas lebih eksplisit menunjukkan bahwa pengetahuan yang telah diperoleh seorang subjek harus mengalami verifikasi oleh subjek-subjek lain supaya pengetahuan itu lebih terjamin keabsahan dan kebenarannya. 4. Landasan Epistemologi Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam Yudi Yunika Putra (06022681318068) 55
  • 56. Kumpulan Artikel Filsafat bangunan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun, membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu. Menurut Burhanudin Salam Metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkahlangkah sebagai berikut : 1. Penemuan atau Penentuan masalah. Di sini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telaah denga ruang lingkup dan batas-batasanya. Ruang lingkup permasalahan ini harus jelas. Demikian juga batasan-batasannya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya, yakni perumusan kerangka masalah; 2. Perumusan Kerangka Masalah merupakan usaha untuk mendeskrisipakn masalah dengan lebih jelas. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut. Faktor-faktor tersebut membentuk suatu masalah yang berwujud gejala yang sedang kita telaah. 3. Pengajuan hipotesis merupakan usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara menge-nai hubungan sebab-akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut di atas. Hipotesis ini pada hakekatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif deduktif dengan mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya. 4. Hipotesis dari Deduksi merupakan merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita menjabarkan konsekuensinya secara empiris. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan. Yudi Yunika Putra (06022681318068) 56