Silakan kalau tulisan ini dapat memberi inspirasi di bulan Mei ini.
Selamat mencintai keluarga dan sesama, seperti Bunda Maria dulu melakukannya dengan sempurna!
YR Widadaprayitna, Beth, Amanda, Aubrey
1. Devosi Maria
Kebaktian kepadct lbu Mariu
A. Pengalaman KS
Dalam KS tidak banyak tokoh wanita. Kalau ada tokoh tersebut punya peran besar dalam
kisah KS. Dalam PL ada tokoh seperti: Ibu Musa, Ruth, Naomi dll. Dalam PB tokoh
wanita, termasuk Ibu Maria ditulis oleh Lukas. Lukaslah yang mengangkat peran Maria
dalam tatakarya keselamatan Allah. Maka kalau kita mencari apa kata KS tentang Maria
paling banyak dapat kita gali dari tulisan Lukas: Injil Lukas dan Kis Rasul.
B. Pengalaman Gereja
Kita mengenal kebaktian kepada Ibu Maria melalui beberapa devosi berikut.
l. Dou Salam Maria
Devosi yang paling umum adalah Doa Salam Maria. Doa ini terdiri dari dua bagian:
Kutipan Luk 1:28 Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu, Luk 1:42: Terpujilah
Engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Devosi doa permohonan
dua ayat ini sudah ada sejak abad 6 dan mendapat bentuk forma seperti kita punya
sekarang baru abad 16. (Pada th 13 18 ada kebiasaan doa Malaikat Tuhan)
2. Rosario
Karena tidak semua orang dapat membaca, maka juga tidak setiap orang dapat
mendoakan mazmur yang be{umlah 150 itu. Untuk mereka itu kemudian dikembangkan
doa Salam Maria 150 kali. Agar mudah didoakan, maka dipakai tali sembahyang (tasbih)
Doa inilah yang kemudian kita kenal sebagai Rosario.
Sejak jaman St Dominikus di abad 13, muncul kebiasaan untuk merenungkan peristiwa-
peristiwa. gembira, sedih dan mulia. Lalu muncul kebiasaan Rosario dalam 3 tahap,
dengan tiga peristiwa a 50 Salam Maria.
3. Bulan Maria:
Oktober
Sejak P Gregorius XIII, Pesta Maria Ratu Roasio ditetapkan tgl 7 Oktober. Dalam
perjalanan waktu, lama-kelamaan seluruh bulan Oklober jadi bulan Rosario. Kebiasaan
ini dikukuhkan oleh P Leo XIII pada th 1884.
Mei
Sejak abad 13 di Spanyol, bulan Mei sudah dibaktikan kepada Bunda Maria. Kemudian
oleh para Yesuit (Pendiri SJ adalah Ignatius Loyola, Spanyol) sejak abad 16, kebiasaan
tersebut disebarkan ke seluruh dunia. Dan di abad 19 bulan Mei menjadi bulan Maria
lantas menjadi kebiasaan umum.
2. Hari Sabtu
Sejak abad 10, di biara-biara, ada kebiasaan doa ofisi kepada Ibu Maria, di hari Sabtu.
Maka sekarang pun hari Sabtu juga jadi hari Maria, seperti hari Jumat menjadi hari Hati
Kudus Yesus.
4. Novena Maria.
Ada macam-macam doa novena kepada Ibu Maria. Yang paling terkenal ialah Novena 3
Salam Maria.
5. Tempat Ziarah
Sejalan dengan perkembangan devosi kepada Ibu Maria, maka tumbuh juga tempat
tempat suci untuk devosi kepada Ibu Maria. Seperti Lourdes, Tritis, Sendangsana dll.
Tempat-tempat ziarah tersohor umumnya dibarengi dengan banyak kisah mukjryat:
penampakan, penyembuhan, dll. Semakin banyak kisah mukjljat yang terjadi, maka
semakin ramai dikunjungi orang.
Demikian devosi kepada Maria berkembang terus dalam pefalanan sejarah Gereja.
Bahkan dalam perkembangannya dapat terjadi bahwa Maria seolah-olah menjadi lebih
penting daripada Yesus Kristus, Anaknya sendiri. Hal ini masih berjalan sampai hari ini.
Maka Konsili Vatikan II mengajak umat supaya dalam memandang martabad Bunda
Allah yang istimewa dengan sungguh-sungguh mencesah segala ungkapan berlebihan
yang palsu. sepeti juga kepicikan sikap batin. Bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan
mandul dan bersifat sementara, atau sikap mudah percaya tanpa dasar.
Ilugaimanu sehenarnyu ujaran Gereju ttg devosi Maria ini'?
Sebutan Maria
Sebelum diajarkan resmi oleh Gereja, sebelumnya sudah lebih dulu diimani dan dihayati
oleh umat dalam perjalanan sejarah Gereja. Baru kemudian lahirlah ajaran resmi
mengenai sebutan resmi Bunda Maria menurut Ajaran Gereja adalah sbb.:
Bunda Allah (K.Efesus 413),
Perawan (abad 3, dikokohkan K. Kontantinopel 553), berhub dg imannya.
Terkandung tanpa noda (P. Pius IX, 1854),
Diangkat ke surga jiwaraganya (P.Pius XII, 1950).
Kons'ivatikan"'_-ftTJ*HiJ:,l,;[;l*rf
#il;Hia1ffi T.lffi """"
C. Pengalaman kita
Tr adi s i Jaw a/Ind o n e si a ?
Dalam tradisi kita kenal sebutan/nama Dewi Sri,
menggambarkan bahwa tokoh feminim tersebut ada,
Umumnya tokoh tersebut punya peran aktif berkaitan
Ibu Pertiwi; Bu-mi. Semuanya
berkuasa, meskipun tak kelihatan.
dengan tata kehidupan, kesuburan.
3. Seperti kebanyakan tradisi di dunia ini yang hidup adaiah trarlisi lakilaki. Demikian
sehingga lahir istilah wanita (wani ditata) cewek (rvek-ivek). r'atu (ayu, anggun, tapi
lemah) kalau kuat jadi Srikandi, alias banci.
Dalam perkembangannya di Indonesia, rvanita juga baru sampai jadi pendamping (alias
pajangan). Di sana-sini mulai diberi peran tarnpil, tapi kalau sungguh tampil, kaum
prianya tidak rela atau tidak tahan menghadapinya. Artinya wanita masih digambarkan
sebagai sosok lembut, penuh kehangatan cinta dan ticlak tampil di depan.
Ini membawa serta pola penghayatan untuk mengharap Sang Dewi berperan aktif dalam
tata kehidupan maupun kesuburan dunia. Karena dalam tradisi Jawa misalnya
penghayatan tersebut tidak lepas dari sisa pengahayatan animisme dinamisme, dengan
aneka sesaji, maka tak heran kalau ini pun bisa menjadi pola pengayatan devosi kepada
Ibu Maria.
Dalam pola penghayatan tersebut di atas, peran tempat juga amat kentara. Ini juga
berpengaruh langsung pada pola penghayatan devosi Maria sesuai dengan tempatnya
pula. Maka di suatu tempat dirasa ada sesuatunya, dengan mudah dapat digantiidibabtis
menjadi tempat ziarah. Hal semacam ini masih tumbuh terus sampai hari ini. Terus saja
bermunculan tempat ziarah baru. Misalnya: Mei ini di rumah ibu saya dimulai suatu
devosi kepada ibu Maria. Patung ibu Maria yang membopong Kanak-kanak Yesus dan
menunjuk ke Hati Kudus ditempatkan di dalam sebuah rumah bambu berbentuk joglo.
Maka tempat ziarah ini diberi nama Joglo Maria Bunda Hati Kudus. Padahal di paroki
Klepu sendiri ada Sendang Jatiningsih. Di Wonosari sudah ada sendang Ngijo. Tapi
kemudian muncul gua Tritis, gua Maria terindah seluruh dunia itu.
Ini bisa menimbulkan perbedaan klas, atau mutu tempat ziarah yang tersedia bagi seluruh
umat. Berlatar belakang tradisi tersebut di atas, Maria dapat dihayati sebagai tumpuan
harapan hidup manusia, termasuk di dalamnya penyembuh, pengampun. Itulah sebabnya,
devosi Maria semacam ini bisa menimbulkan penghayatan yang keliru secara teologis.
Sebab bukan mustahil, meskipun tidak diakui, tapi dilakukan suatu tindakan menganggap
Maria melebihi Tuhan. Kalau betul demikian, tentu penghayatan ini tidak dapat diterima
secara teologis.
Berlatar belakang tradisi tersebut, maka untuk banyak orang figur Ibu Maria dapat
memenuhi kebutuhan dan kerinduan terdalam hati manusia. Figur Yesus dan Bapa,
kurang lengkap dan kurang dekat dengan pengalaman manusiawi seluruh umat. Ibu yang
tak pernah menuntut. Ibu yang selalu berperan di belakang, mendorong orang untuk
memihak dia. Maria memenuhi syarat tersebut. Maka Ibu Maria dapat lebih dekat dengan
kebanyakan orang, bahkan sampai suatu kedekatan hati benar-benar. Kenyataan ini cocok
dengan penghayatan Jawa. ayah lebih menakutkan daripada ibu. Dan justru karena itu
banyak orang jula dapat mengalami kehangatan cinta seorang ibu telah memberi inspirasi
dan motivasi untuk mencari tata kehidupan yang lebih baik di harapan Allah. Kenyataan
ini juga cocok dengan sosok Ibu Maria sebagai figur seoroang beriman mendalam
4. D. Refleksi Pengalaman
Dalam tradisi KS, tradisi Gereja, maupun tradisi kita, jelas bahwa yang hidup adalah
tradisi laki-iaki. Dalam proses interaksi antara tradisi tersebut kadang tidak berjalan
mulus. Karena itu perlu dicatat beberapa hal berikut ini:
1. Sikap Gereju?
Seperti biasa Gereja selalu lambat dalam bertindak. Gereja sealu mengambil tindakan
reaksi daripada aksi sendiri. Juga dalam hal devosi kepada ibu Maria ini. Karena itu
selama ini ajaran Gereja mengenai Maria lahir dari pengalaman penghayatan iman umat.
Di situ pun Gereja sendiri sangat hati-hati menyetujui apa yang hidup di kalangan
umatnya, termasuk dalam kisah penampakan-penampakan. Sikap yang demikian ini tentu
bisa dialami mengecewakan mereka yang fanatik kepada Ibu Maria.
Maka bisa terjadi bahwa penampakan Maria lebih dicari dan diagungkan daripada
perayaan iman utama ekaristi. Orang rela pergi ke mana pun, jam berapa pun demi isu
penampakan yang kadang tidak masuk di akal sehat kita. Kalau menunggu sikap Gereja
dalam hal ini mungkin nanti terlambat, atau tidak tepat, maka kita sendiri mesti kritis
terhadap cara beriman kita, juga dalam hal devosi kepada Ibu Maria ini.
Tahun pertama saya tinggal di Kotabaru ada banyak cerita tentang penampakan Maria.
Sampai suatu malam tak jadi nampak gara-gara yang datang kurang banyak yang datang
dan katanya percaya. Kok aneh, penampakan pun mengenal cancel. Padahal cinta Tuhan,
juga cinta Ibu Maria tak pernah terhalangi oleh sikap dan tindak kita manusia.
2. Devosi Liturgis
Ibu Maria telah menggerakkan hati banyak orang. Sepanjang sejarah tumbuh terus
devosi kepada Bunda Maria. Di mana-mana banyak orang berdevosi kepada Ibu Maria.
Rahkan ada yang menghubungkan runtuhnya komunis Rusia, dan Jerman timur adalah
berkat bantuan Bunda Maria.
Devosi yang dianjurkan oleh K. Vatikan II adalah devosi liturgis, devosi sebagai bagian
dari perayaan iman. Hal ini tentu dimaksudkan untuk mencegah agar tidak terjadi
penyesatan di kalangan umat. Umat yang dengan segala kesungguhan hati mencari
Tuhannya jangan sampai tanpa bimbingan dan salah jalan. Jangan sampai te{adi
ungkapan berlebihan yang keliru, atau kepicikan batin yang merugikan penghayatan
iman umat. Devosi yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul atau dari sikap
mudah percaya tanpa dasar. (Iman Katolik hal.234) Kalau hal ini tedadi tanpa bimbingan
dari pimpinan Gereja tentu berbahayabagi perkembangan imannya.
3. Pemahaman Doa
Doa Litani telah dimengerti sebagai doa mantra dan bukan doa meditatif lagi. Orang
tidak lagi melihat makna renungan di balik litani. Doa dipandang sebagai magis daripada
ungkapan iman umat yang hidup dan segar. Semestinya litani adalah ungkapan
pengalaman relasional dengan Ibu Maria, mirip dengan 99 nama Allah dalam Islam.
i'i.arena ungkapan iman yang hrciup, maka juga mesti uptodate, real dan personal.
5. Pemahaman keliru juga teqadi dalam doa novena. Doa novena dimengerti sebagai doa
magis, yang menjadi kehilangan maknanya bila lcrlos satu kali apapun alasannya.
Keyakinan akan dikabulkannya doa novena brrkan pada kebaikan hati Allah, tetapi pada
kekuatan doa novena yang didoakan seiti;r lepat dan tetap sesuati aturannya. Seakan-
akan Tuhan tunduk pada hukum doa ilorena, tersebut. Karena itukah orang memilih
novena 3 Salam Maria sebab novena ini singkat dan cepat didoakan, sehingga
kemungkinan kurang atau salah merSadi kecil sekali. Ataukah bahwa novena membantu
orang beriman dalam doa justru karena doa yang ajeg itu dapat membangun suasana
optimal untuk berdoa???
4. Non Liturgis
Sesuai dengan perkembangan jaman, devosi kepada Ibu Maria, juga sering diseminarkan
seperti sekarang ini. Tetapi sudah pasti Maria seminar seperti ini hanya untuk kalangan
terbatas. Dalam tata dunia kaum elit seminar lebih berjaya daripada devosi iman hidup di
kalangan umat sederhana pada umumnya. Maria yang diseminarkan, beda dengan Maria
yang dialami umat. Maria di seminar memberi pengetahuan, dan sedikit peneguhan iman.
Maria yang dihayati dalam devosi memberi kegembiraan dan semangat beriman.
Pengalaman orang Timur:
Pemahaman tokoh Maria bagi orang Timur sungguh dapat membantu penyebaran devosi
kepada Ibu Maria, namun juga menyuburkan pemahaman keliru tentang Maria. Maria
seakan harus bertanggungawab atas apa yang terjadi di dunia kehidupan ini. Hal ini
mungkin karena kita sudah hidup dalam budaya Timur yang mengenal tokoh seperti
Dewi Sri penjamin kehidupan. Ibu Maria dianggap dapat memberi kesuburan, kesejukan,
hiburan hanya daya dan keampuhannya, bukan karena Ibu Maria jadi perantara kepada
Allah.
Lebih memprihatinkan lagi adalah tumbuhnya semacam harapan secara tidak sadar
bahwa Ibu Maria juga baru akan mengabulkan jika sesaji atau persembahan kita berkenan
di hatinya. Bukankah ini mirip dengan budaya sesaji kepada para dewa, semacam Dewi
Sri itu'/ Itulah sebabnya mengapa peziarahan ke Ibu Maria juga dapat dihayati sebagai
usaha untuk ngalap berkah, mohon pengampunan, atau mohon kesembuhan. Untuk itu
orang rela berjanji, dan sedia berbuat sesuatu demi terkabulnya doanya.
Tetapi juga jangan dilupakan bahwa devosi kepada Ibu Maria lahir dan hidup subur justru
di kalangan umat beriman sederhana. Kecuali mudah dan gampang diterima, dihayati
juga contoh hidup Ibu Maria memberi inspirasi yang lugas dan jelas. Tidak perlu otak
yang hebat untuk memahami. Cukup dengan hati terbuka, maka orang dapatmengahayati
nya dengan mudah.
Ibu Maria sebagai teladan orang beriman sungguh menghibur, memberi semangat dan
harapan pada setiap orang beriman. Juga seandainya orung mengalami kesulitan dalam
iman tersebut. Barangkali di sinilah letak kekuatan devosi orang beriman kepada Ibu
Maria, sebab memang dapat memberi semangat beriman yang mengesankan dan dapat
dilakukan oleh siapapun juga. Namun demikian harus senantiasa hati-hati agar jangan
sampai menjebak umat. Sebab bisa jadi akan tumbuh pengahayatan keliru tentang Maria
sebagai teladan dan perantara kepada Allah. Ada banyak contoh yang akhirnya terjebak
6. begitu rupa sehingga Tuhan menjadi terkesarnpingkan. Malah bisa terjadi bahwa l4aria
dihayati melebihi Yesus putranya, Allah Putra itu.
5. Tempat ziarah: mnniak
Dari dulu sampai hari ini terus saja tumbuh tempat-tempat suci Ibu Maria. Ditambah
dengan aneka kisah mukjijat tempat peziarah kepada Ibu Maria menjadi terkenal dan
dikunjungi banyak orang, juga yang tidak mengenal Maria sebelumnya. Penghayatan
demikian bisa berbelok arah, manjadi tempat memohon, sesambat, seakan karena
tempatnya yang wingit dan memberi berkat. Bukan Tuhan yang memberkati melalui Ibu
Maria tetapi tempat ziarah dengan segala aturan mainnya yang lebih menentukan:
apakaha harus ambil air di sana bukan di sini dll. Tidak memenuhi aturan berarti gagal.
Menaruh air jauh dari patung, kurang mujarab dibandingkan ditaruh dekat patung Ibu
Maria dll.
Banyak yang diuntungkan dengan adanya tempat suci tersebut. Secara sosial ekonomi
juga memberi bagi masyarakat sekitar. Banyak orang hidup dari menjual jasa, dan barang
suci lainnya di sekitar tempat tersebut.
Tapi ekses negatifnya juga harus tetap kita akui. Seperti misalnya tempat atau barang
suci Maria dianggap punya kekuatan magis. Bukan rahmat dan cinta Allah serta iman kita
yang penting, melainkan barang dari mana dan bagaimana cara memperoleh serta
menggunakannya. Air Lourdes lebih mujarab, lebih jos daripada air Sendang dll.
Bentuk lain dari ekses negatif juga kita tahu dari kenyataan berikut. Penghormatan
menjadi penyembahan yang harafiah bisa bisa menyesatkan. Misalnya makin besar
patung, makin besar rahmatnya.
Tempat ziarah seperti Sendangsana di bulan Maria sekarang ini malah kurang membuat
orang krasan untuk berdoa. Terlalu ramai, kalau tidak boleh dibilang mirip tempat wisata
rekreasi umum. Kenyataan semacam itu memang tidak seluruhnya negatif. Sebab lebih
baik mereka pergi ke tempat pejizrahan daripada minum banyu gendeng dan teler. Atau
mungkin hanya masalah pengelolaannya saja. Misalnya tidak boleh kendaraan bermotor
masuk area peziarahan, dll. .
6.Ibu Maria komersial
Konsekuesnsi pertumbuhan jaman juga membawa dampak negatif terhadap devosi Maria.
Biro perjalanan, usaha pencarian dana, dll dapat memanfaatkan devosi Maria untuk
kepentingan terntentu, termasuk yang komersial. Kritik mendasar atas hal ini adalah
bahwa Maria justru selalu memihak yang lemah dan tak berdaya, orang berdosa. Maka
kalau Maria hanya diperuntukkan bagi mereka yang berdaya, pasti tidak sesuai dengan
cinta Ibu Maria.
Tidak bisa disangkal bahwa Ibu Maria adalah teladan iman, dasar pengharapan, sumber
cinta Gereja. (LG 53). Maria adalah tokoh orang beriman yang paling handal. Maria
adalah orang yang diterima oleh Tuhan, justru karena imannya. Penghayatan iman Ibu
Maria sungguh amat inspiratif bagi umat dan kita sekalian. Sebab kita mengalami sulit
1j
7. beriman yang benar dan setia. Devosi kepada Ibu 4aria dapat sungguh mengangkat
hidup iman kita.
7. Pengalamnn berdevosi kepada lbu fufuria:
Devosi kepada Ibu Maria adalah pengalaman umat konkret. Umat sepanjang jaman
mengalami bahwa Ibu Maria sungguh dekat di hati mereka. Ibu Maria dirasa mengerti
beban hidup umat sehingga darijaman ke jaman devosi ini makin berkembang. Umat,
juga dan lebih-lebih yang sederhana sungguh amat digerakkan, diinspirasikan,
disemangati hidup mereka. Karena Gereja dan siapapun mesti mendukung setiap devosi
Maria, juga kalau bentuknya belum terlalu tegas.
Kita juga perlu mendukung aneka penghayatan devosi dalam bentuk doa novena 3 salam
Maria yang tetap hidup di antara umat. Syukur kalau makin dapat diintegrasikan ke
dalam perayaan liturgi Gereja. Entah dengan memberi kemudahan, atau menyediakan
suasana agar makin menyuburkan penghayatan iman yang hidup. Demikian juga usaha
optimal untuk membantu umat agar sanggup berdoa kepada Tuhan melalui devosi Maria,
entah di tempat peziarahan,ataur di mana pun umat berdoa.
Cerita mukjijat selalu berguna untuk memperteguh iman, tetapi tidak perlu dilebih-
lebihnya, sampai menawarkan janji-janji yang menyesatkan gerak Roh dalam hati umat.
Kalau tidak masuk di akal harus siap untuk dipertanyakan, agar umat tidak terjebak pada
penghayatan devosi yang sempit, yang justru tidak membantu umat menemukan
Tuhannya.
YR. Widadaprayitna SJ
980526