1. Bahan perkuliahan ke 8 PPKN
IDENTITAS NASIONAL
Oleh : Drs. Muhammad Taufiq, M.H.
A. SEJARAH KELAHIRAN FAHAM NASIONALISME
Nasionalisme berasal dari kata nasional atau nation (bahasa Inggris) atau natie
(bahasa Belanda) yang artinya bangsa. Nasional artinya kebangsaan. Bangsa adalah
sekelompok manusia yang diam di wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan untuk
bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita dan tujuan. Dengan demikian nasionalisme
dapat diartikan semangat kebangsaan, yaitu semangat cinta kepada bangsa dan negara. Suatu
paham yang menyadarkan harga diri suatu kelompok masyarakat sebagai suatu bangsa......
Dengan kata lain nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa kesetiaan
tertinggi seseorang ditujukan kepada negara kebangsaannya.
Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan orang yang bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri; (2) golongan manusia,
binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang
sama atau bersamaan; dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan
bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di
muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa adalah
kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan tempat.
Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang sama diartikan
sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan; golongan bangsa sebagai bagian
dari bangsa yang besar. Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa
dengan syarat ada kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan
pemerintahan yang ditaati bersama.
Kata bangsa mempunyai dua pengertian: pengertian antropologis-sosiologis dan
pengertian politis. Menurut pengertian antropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu
masyarakat yang merupakan persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing
anggota masyarakat tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat
istiadat. Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan
sebaliknya satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara. Kasus pertama terjadi pada
negara yang memiliki beragam suku bangsa, seperti Amerika Serikat yang menaungi
beragam bangsa yang berbeda. Kasus kedua adalah sebagaimana yang terjadi pada bangsa
1
2. Korea yang terpecah menjadi dua negara, Korea Utara dan Korea Selatan. Sementara dalam
pengertian politis, bangsa adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka
tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.
Bangsa (nation) dalam pengertian politis inilah yang kemudian menjadi pokok pembahasan
nasionalisme .
Istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia memiliki dua
pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran
keanggotan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan menngabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan
bangsa itu. Dengan demikian, nasionalisme berarti menyatakan keunggulan suatu afinitas
kelompok yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan wilayah. Istilah nasionalis dan
nasional, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “lahir di”, kadangkala tumpang tindih
dengan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, etnik. Namun istilah yang disebut terakhir ini
biasanya digunakan untuk menunjuk kepada kultur, bahasa, dan keturunan di luar konteks
politik. Pengertian nasionalisme yang dihubungkan dengan perasaan kebangsaan telah
dijelaskan oleh pemikir-pemikir seperti Joseph Ernest Renan (1823-1892) dan Otto Bouwer
(1882-1939). J.Ernest Renan yang menganut aliran nasionalisme yang didasarkan faktor
kemanusiaan, mengemukakan bahwa munculnya suatu bangsa karena adanya kehendak untuk
bersatu (satu suara persatuan). Sedangkan Otto Bouwer mengungkapkan bahwa perasaan
kebangsaan timbul karena persamaan perangai dan tingkah laku dalam memperjuangkan
persatuan dan nasib bersama. Keduanya berpendapat bahwa nasionalisme timbul karena
faktor kemanusiaan, tetapi keduanya memberikan tekanan yang berbeda. Pertama, J. Ernest
Renan menekankan faktor persamaan nasib, sedangkan Otto Bouwer menggariskan faktor
persamaan nasib. Kedua, dengan perbedaan tekanan maka kesimpulan tentang nasionalisme
juga berbeda. Menurut J. Ernest Renan, suatu bangsa timbul karena dorongan kemauan
(contohnya bangsa Amerika Serikat); sedangkan Otto Bouwer, suatu bangsa timbul karena
pengalaman penderitaan, kesengsaraan, dan kepahitan hidup yang sama. Contoh seperti
nasionalisme di negara-negara Asia dan Afrika; timbul akibat persaman nasib sebagai bangsa
yang terjajah.
Hans Kohn (1986), menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang
berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
Huszer dan Stevenson:Nasionalisme adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa cinta
secara alami kepada tanah airnya.L. Stoddard:Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan
2
3. suatu kepercayaan, yang dianut oleh sejumlah besar individu sehingga mereka membentuk
suatu kebangsaan. Nasionalisme adalah rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa.
Slamet Mulyana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran
berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara. Sejarawan Indonesia, Sartono
Kartodirdjo menjelaskan nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban
terhadap kondisi-kondisi historis, politis, ekonomi, dan sosial tertentu. Nasionalisme dalam
taraf pembentukannya seperti masa-masa Pergerakan Nasional dihubungkan dengan unsur-
unsur subjektif. Unsur-unsur itu dapat dilihat dengan adanya istilah-istilah: group
counsciousness, we-sentiment, corporate will dan bermacam-macam fakta mental lainnya.
Pada taraf ini nasionalisme belum memasukkan unsur-unsur objektif seperti territorial
(wilayah), negara, bahasa, dan tradisi bersama
Beberapa definisi diatas memberi simpulan bahwa nasionalisme adalah kecintaan
alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan dan
kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan dijadikan
sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan kebudayaan dan ekonomi.
Kesadaran yang mendorong sekelompok manusia untuk menyatu dan bertindak sesuai
dengan kesatuan budaya (nasionalisme) oleh Ernest Gellner dinilai bukanlah kebangkitan
kesadaran diri suatu bangsa namun ia adalah pembikinan bangsa-bangsa yang sebenarnya
tidak ada (Gellner dalam Anderson, 2002:9).
Dengan gaya berpikir antropologis, Anderson (2002:8—11) menawarkan pandangan yang
lebih positif tentang nasionalisme, ia menyatakan bahwa bangsa atau nation adalah komunitas
politis yang dibayangkan (imagined) sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren
sekaligus berkedaulatan. Lebih jauh dia memaparkan bahwa bangsa disebut komunitas
karena ia sendiri selalu dipahami sebagai kesetiakawanan yang masuk-mendalam dan
melebar-mendatar, sekalipun ketidakadilan dan penghisapan hampir selalu ada dalam setiap
bangsa. Bangsa disebut sebagai komunitas terbayang (imagined community) karena para
anggota bangsa terkecil tidak mengenal sebagian besar anggota lain, bahkan mungkin tidak
pernah mendengar tentang mereka. Ia dibayangkan sebagai sesuatu yang terbatas karena
bangsa-bangsa yang paling besar sekalipun memiliki garis-garis batas yang pasti dan jelas
meski terkadang bersifat elastis. Di luar garis batas itu adalah bangsa lain yang berbeda
dengan mereka.
Sejarah nasionalisme ini pertama kali berkembang pertama kali di eropa pada abad ke
18 dan lahirnya faham ini diikuti dengan terbentuknya negara kebangsaan . pada mulanya
3
4. terbentuknya negara kebangsaan dilatarbelakangi oleh faktor-faktor objektif , seperti
persamaan keturunan , adat istiadat , tradisi dan agama . akan tetapi , kebangsaan yang
dibentuk atas dasar nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama dalam
negara kebangsaan.
1. Lahirnya nasionalime Eropa
Nasionalisme eropa lahir dalam masa peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri . timbulnya nasionalisme di erofa karena pengaruh revolusi industri revolusi prancis .
Dengan demikian Nasionalisme Eropa pada waktu itu melahirkan kolonialisme , yaitu nafsu
untuk mencari tanah jajahan sebanyak mungkin . bertitik tolak dari inilah , akhirnya negara-
negara Eropa menjelma menjadi negara imperialis yang saling berlomba untuk mencari dan
mendapat tanah jajahan di luar wilayahnya dengan sasaran Asia dan Afrika .
2. Lahirnya Nasionalime di Asia dan Afrika
Nasionalisme di Asia dan Afrika merupakan gerakan yang menentang imperialisme dan
kolonialisme bangsa-bangsa barat, maksud dari nasionalisme Asia dan Afrika adalah aliran
yang mencerminkan kebangkitan bangsa-bangsa Asia dan Afrika sebagai reaksi terhadap
imperialisme dan kolonialisme bangsa-bangsa barat.
Faktor-faktor yang mendorong timbulnya nasionalisme di Asia dan Afrika adalah
a. Penjajahan bangsa-bangsa barat yang menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan
b. Kenangan kejayaan masa lampau sebagai negara yang jaya , seperti Indonesia pada masa
kejayaan Sriwijaya dan Majapahit.
c. Munculnya kaum intelektual yang menjadi pergerakan nasional.
d. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 yang mendorong bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika bangkit melawan penjajahan bangsa-bangsa Barat.
Nasionalime bangsa-bangsa di Asia dan Afrika memiliki tiga aspek dan tiga tujuan yaitu:
a. Aspek politik , bertujuan untuk mengusir penjajahan asing untuk mendapatkan kemerdekaan .
b. Aspek sosial – ekonomi , berusaha menghentikan ekploitasi ekonomi asing dan bertujuan
untuk membangun masyarakat baru yang bebas dari penderitaan dan kesengsaraan , serta
kemelaratan.
c. Aspek budaya, berusaha untuk mengenai dan menhilangkan kembali budaya asli nenek
moyang yang kemudian dengan perkembangan zaman.
3. Lahirnya Nasionalisme Indonesia
Timbulnya paham nasionalisme bangsa Indonesia tidak lepas dari situasi politik pada
abad ke 20 pada masa itu semangat menentang kolonialisme Belanda mulai muncul
4
5. dikalangan penghuni pribumi. Ada 3 pemikiran besar tentang watak nasionalisme Indonesia
yang menjadi pada masa sebelum kemerdekaan yakni faham ke islaman . marxisme dan
nasionalisme Indonesia . para analis nasionalisme beranggapan bahwa islam memegang
peranan penting dalam pembentukan nasionalisme sebagaimana di Indonesia.
John Kautsky menyatakan bahwa “ peranan sebagai pemrakarsa utama dalam menggerakkan
dukungan rakyat dan mengorganisir suatu pergerakan politik nasional dimainkan oleh kaum
intelektual yang telah menyerap sejumlah wawasan dan nilai peradaban barat melalui
pendidikan yang disediakan oleh negara penjajahan dan merasa frutasi karena keterbatasan
kesempatan politik dan kesempatan lain dalam rezim kolonial”
Menurut seorang pengamat nasionalisme George Mc. Turman Kahin, bahwa islam
bukan saja merupakan mata rantai yang mengikat tali persatuan melainkan juga merupakan
simbol persamaan nasib menentang penjajahan asing dan penindasan yang berasal dari agama
lain. Dengan demikian Nasionalisme di Indonesia merupakan suatu fenomena yang beragam
dan dapat dibedakan fase-fasenya dari awal sampai akhir, antara mereka yang berfikir di
dalam kerangka kebangkitan kembali Islam dan di dalam kerangka politik , serta antara
orang-orang yang terutama menghendaki kemerdekaan dan kekuasaan Belanda dengan
orang-orang yang menghendaki kemerdekaan dengan adanya perubahan sosial yang radikal.
Semua itu tergantung pada diri masing-masing yang terkadang semuanya masih mempunyai
tujuan yang sama meski cara yang di tempuh berbeda-beda.
Bagi bangsa Indonesia telah dijajah oleh bangsa Barat sejak abad XVII, namun
kesadaran nasional sebagai sebuah bangsa baru muncul pada abad XX. Kesadaran itu muncul
sebagai akibat dari sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial. Karena,
melalui pendidikanlah muncul kelompok terpelajar atau intelektual yang menjadi motor
penggerak nasionalisme Indonesia. Melalui tangan merekalah, perjuangan bangsa Indonesia
di dalam membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat memasuki
babak baru. Inilah yang kemudian dikenal dengan periode pergerakan nasional. Perjuangan
tidak lagi dilakukan dengan perlawanan bersenjata tetapi dengan menggunakan organisasi
modern.
Ide-ide yang muncul pada masa pergerakan nasional hanya terbatas pada para
bangsawan terdidik saja. Selain merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi
juga karena hanya kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir pemerintah
kolonial. Mereka menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki organisasi yang rapi
dan kuat tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional sebagaimana perlawanan rakyat
5
6. sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi modern bagi perjuangan kebangsaan.Ada
beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya nasionalisme Indonesia. Secara umum bisa
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar. Faktor dari dalam
antara lain sebagai berikut.
• Seluruh Nusantara telah menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada
di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Ironisnya adalah eksploitasi Barat itu justru
mampu menyatukan rakyat menjadi senasib sependeritaan.
• Munculnya kelompok intelektual sebagai dampak sistem pendidikan Barat. Kelompok
inilah yang mampu mempelajari beragam konsep Barat untuk dijadikan ideologi dan
dasar gerakan dalam melawan kolonialisme Barat.
• Beberapa tokoh pergerakan mampu memanfaatkan kenangan kejayaan masa lalu
(Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram) untuk dijadikan motivasi dalam bergerak dan
meningkatkan rasa percaya diri rakyat di dalam berjuang menghadapi kolonialisme
Barat.
Kondisi itulah yang mampu memompa harga diri bangsa untuk bersatu, bebas, dan
merdeka dari penjajahan. Meskipun begitu, harus diakui bahwa munculnya kesadaran
berbangsa itu juga merupakan dampak tidak langsung dari perluasan kolonialisme. Oleh
karena itu, para mahasiswa yang menjadi penggerak utama nasionalisme Indonesia bisa
disebut sebagai tokoh penggerak dari masyarakat.
Faktor dari luar antara lain sebagai berikut.
a.Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di India.
b.Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905), yang menyadarkan dan membangkitkan
bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-bangsa Barat.
c.Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia, seperti:
liberalisme, demokrasi, nasionalisme; yang kesemuanya mempercepat lahirnya Nasionalisme
Indonesia.
Nasionalisme Indonesia muncul sebagai reaksi dari kondisi sosial, politik, dan
ekonomi yang ditimbulkan oleh adanya kolonialisme. Oleh karena itu, gerakan nasionalisme
pada awal abad XX tidak bisa dipisahkan dari praktik kolonialisme sebab keduanya
merupakan hubungan sebab akibat. Hanya saja, pada tahap awal nasionalisme berkembang
pada tingkat elite yaitu kelompok bangsawan terpelajar. Merekalah yang mula-mula memiliki
kesadaran adanya diskriminasi kehidupan bangsa dan berusaha mencarikan jawabannya.
Bentuk gerakannya memiliki corak yang beragam mulai dari yang bersifat etnis, kultural,
6
7. hingga nasional. Itulah latar belakang munculnya nasionalisme Indonesia. Meskipun banyak
mengadopsi nilai dan pengertian dari luar, tetapi nasionalisme Indonesia tetap memiliki
spesifikasi tersendiri.
Tahapan perkembangan nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
Periode Awal Perkembangan
Dalam periode ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki
situasi sosial dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo,
Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.
Periode Nasionalisme Politik
Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Indische
Partij dan Gerakan Pemuda.
Periode Radikal
Dalam periode ini,gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai kemerdekaan
baik itu secara kooperatif maupun non kooperatif (tidak mau bekerjasama dengan penjajah).
Organisasi yang bergerak secara non kooperatif, seperti Perhimpunan Indonesia, PKI, PNI.
Periode Bertahan
Periode ini,gerakan nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan penuh
pertimbangan. Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif sehingga
organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan agar tidak dibubarkan
pemerintah Belanda. Organisasi dan gerakan yang berkembang pada periode ini adalah
Parindra, GAPI, Gerindo.
B. KARAKTER BANGSA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL
1. Pengertian Identitas
Identitas adalah ciri-ciri khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan
suatu keunikannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata
nation yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio cultural tertentu
yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan, serta ideologi bersama. Jadi yang dimaksud
dengan identitas nasional Indonesia adalah ciri-ciri khas atau sifat-sifat khas bangsa Indoesia
yang membedakannya dengan bangsa –bangsa lain di dunia.
7
8. Pengertian identitas menurut Kamus Besar bahasa Indonesia berarti ciri-ciri atau
kedaan khusus seseorang; jati diri. Menurut Muhammad Haris kata identitas berasal dari kata
identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu
yang membedakannya dengan orang lain. Menurut Kunto Wibisono Identitas nasional pada
hakikatnya merupakan “manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
aspek kehidupan nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri khas tersebut
suatu bangsa menjadi berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Sedangkan menurut
Ubaedillah identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa banyak
dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah
dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk.
Sekarang dan dimasa yang akan datang, kita semua harus secara kontinu berupaya
untuk menemukan cara-cara bagaimana mempertahankan dan memperkokoh jati diri bangsa
di tengah arus perubahan globalisasi yang cenderung menembus sekat-sekat antar budaya dan
bangsa. Oleh karena itu, pengimplementasian nilai-nilai Pancasila secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari menjadi suatu keharusan demi memperkokoh dan melestarikan jati diri
bangsa serta menjamin tetap tegaknya integritas bangsa yang sejahtera dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Identitas berasal dari bahasa inggris identity yang memiliki
pengertian harfiah ciri-ciri , tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau
sesuatu yang menbedakan dengan yang lain .Identitas bearti ciri-ciri , sifat- sifat khas yang
melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan suatu keunikan serta menbedakannya dengan
hal-hal lain.
Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa , menunjukkan kesatuan
komunitas sosio kultural tertentu yang memiliki semangat, cita - cita , tujuan serta idiologi
bersama .
Istilah “Identitas Nasional” secara terminologis merupakan suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis menbedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Beberapa pendapat ahli mendefinisikan pengertian Identitas Nasional Indentitas
nasional Indonesia adalah sifat khas yang menjadi jati diri bangsa Indonesia . Indentitas
nasional Indonesia diuraikan dengan jelas dalam UUD 1945 , yakni
1. Bahasa negara adalah bahasa Indonesi
2. Falsafat negara adalah Pancasila
3. Lagu kebangkitan adalah Indonesia Raya
8
9. 4. Lambang negara adalah Garuda Pancasila
5. Samboyan negara adalah Bhineka Tunggal Ika
6. Bendera negara adalah sang Saka Merah Putih
7. Konstitusi negara Indonesia adalah UUD 1945
8. Bentuk negara adalah negara Kesatuan Rakyat Indonesia
9. Landasan visional adalah wawasan nusantara
10. Landasan konseptual adalah ketahanan nasional
11. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan –kebudayaan daerah.
Menurut Kaelan dan Zubaidi adalah setiap bangsa di dunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan , sifat ,ciri-ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Sedangkan menurut Erwin adalah sifat khas yang melekat pada suatu bangsa atau
yang lebih dikenal sebagai kebribadian suatu bangsa .
Dengan demikian Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan
selalu memiliki wilayah , kesamaan sejarah ,sistem hukum/perundang undangan , hak dan
kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi dimana semua hal itu merupakan ciri
khas yang melekat pada bangsa itu sendiri atau ciri-ciri atau sifat khas bangsa Indonesia yang
menbedakan dengan bangsa-bangsa lain didunia .
2. Unsur-Unsur Identitas Nasional
1. Sejarah
Sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan
yang gemilang di masa Sriwijaya dan Majapahit. Kebesaran dua kerajaan Nusantara
tersebut telah membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abad-abad
berikutnya ketika penjajahan asing menancapkan kuku imperalismenya. Semangat juang
bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, menurut banyak ahli telah menjadi cirri khas
tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk
identitas nasional Indonesia.
2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsure pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur,
yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Akal budi bangsa Indonesia dapat dilihat
pada sikap ramah dan sopan santun kepada sesama. Sedangkan , unsur identitas
peradabannya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai nilai-nilai
bersama bangsa Indonesia yang majemuk. Sebagai bangsa maritim, keandalan bangsa
9
10. Indonesia dalam pembuatan kapal Pinisi di masa lalu merupakan identitas pengetahuan
bangsa Indonesia lainnya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia.
3. Suku bangsa
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari
sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup
bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain yang harus dikembangkan dan
dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan
lebih dari ribuan kelompok suku, beragam bahasa, budaya, dan ribuan kepulauan.
4. Keaneka ragaman agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia.
Keragaman agama dan keyakinan di Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi negara,
tetapi juga merupakan suatu rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara
dan disyukuri bangsa Indonesia . Mensyukuri nikmat kemajemukan dapat dilakukan
dengan sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi, baik mayoritas
maupun minoritas, atas kelompok lainnya.
5. Bahasa
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting. Sekalipun
Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang
digunakan bangsa Melayu) sebagai bahasa penghubung (lingua franca) berbagai kelompok
etnis yang mendiami kepulauan Nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi
bangsa Indonesia. .
3. Faktor-faktor pembentuk identitas nasional
Ada 2 faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa indonesia :
a. Faktor objektif yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis
• Faktor Geografis adalah tempat di mana kita tinggal
• Faktor Ekologis adalah lingkungan sosial
• Faktor Demografis adalah lingkungan kependudukan
b. Faktor subjektif ada 4 faktor yaitu :
• Historis adalah sejarah
• Sosial adalah strategi sosial yang ada pada suatu bangsa
• Politik adalah sedikit / tidaknya kekuatan politik yang ada pada suatu bangsa
• Kebudayaan adalah semakin beragam budaya yang ada maka identitas nasionalnya
semakin unik .
10
11. Menurut Rober De Vantos kemunculan identitas nasional sebagai hasil interaksi
historis antara 4 faktor penting yaitu faktor primer , faktor pendukung , faktor penarik dan
faktor reaktif yang dirumuskan sebagai berikut : faktor primer mencakup etnisitas ,
teriotiral ,bangsa dan agama,faktor pendorong yaitu komunikasi , teknologi , militer dan
pembangunan , faktor penarik mencakup : bahasa dan pendidikan sedangkan faktor reaktif
meliputi penindasan , domonasi dan kolektivitas rakyatnya.
Menurut Erwin ada 5 faktor penbentuk identitas nasional
a. Primordial adalah ikatan kekerabatan , kesamaan suku bangsa , daerah asal , bahasa dan
adat istiadat
b. Sakral yaitu kesamaan agama dan idiologi
c. Bhineka tunggal ika
d. Perkembangan ekonomi
e. Kelembagaan misalnya birokrasi –birokrasi di lingkungan pemerintah
4. Pancasila Sebagai Identitas Nasional Dalam Menghadapi Globalisasi
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi dewasa ini mendapat tantangan yang
sangat kuat, terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Negara nasional akan
dikuasai oleh negara transnasional, yang lazimnya didasari oleh prinsip kapitalisme.
Konsekuensinya negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun
demikian dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung kepada
kemampuan bangsa itu sendiri. Menurut Toyenbee, ciri khas suatu bangsa yang merupakan
local genius dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challance dan
response. Jikalau challance cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan
punah dan hal ini sebagaimana terjadi bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di
Amirika. Namun demikian jikalau challance kecil dan response besar maka bangsa tersebut
tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu agar bangsa Indonesia
tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakan jatidiri dan identitas
nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan
kreativitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam
era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme,
muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.
Jati diri penting bagi manusia atau bangsa, karena jati diri merupakan identitas
dirinya baik dia sebagai manusia individu maupun sebagai bangsa, karena pentingnya jati diri
11
12. ini Sokrates pada sekitar abad ke lima sebelum Masehi mengajarkan kepada masyarakatnya
dengan suatu pernyataan “kenalilah dirimu sendiri”. Demikian pula dalam pewayangan
ketika Werkudoro akan menerima Tirta Kamandaru dari Dewa Ruci, Dewa Ruci telah
mengawali nasihatnya dengan ungkapan, “Engkau harus mengerti siapakah dirimu”.
Gambaran di atas menunjukkan betapa pentingnya jati diri bagi diri manusia sebagai
individu maupun sebagai bangsa. Jati diri adalah hasil internalisasi dari nilai-nilai yang hidup
dan berkembang dalam masyarakatnya, yang melekat dalam diri pribadi manusia atau
bangsa, sehingga dapat membedakan antara bangsa yang satu dengan bangsa lainnya.
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasakan
pengertian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai
dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Dan juga sangat
ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Hakikat
pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu
bangsa atau lebih popular disebut dengan kepribadian suatu bangsa. Jikalau kepribadian
sebagai suatu identias dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah bagaimana pengertian
suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang
mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan
watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu
wilayah tertentu sebagai suatu “kesatuan nasional”.
Kepribadian sebagai identatitas nasional suatu bangsa adalah keseluruhan atau
totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsure yang membentuk bangsa tersebut.
Oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan
pengertian “Peoples Character”,” National Character” atau” national Identity”. Maka dalam
hubungannya dengan identitas nasional Indonesia yang secara historis perumusannya melalui
proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Perjuangan bangsa untuk bersatu,
diwarnai oleh kepahitan dan perjuangan fisik yang panjang dari generasi pendahulu bangsa
untuk merdeka. Bukan hal yang mudah bagi para pendiri bangsa menyepakati Pancasila, yang
merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa, dan menetapkannya sebagai dasar negara.
Namun dengan niat luhur dan mengesampingkan kepentingan kelompok, agama maupun
golongan, pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam sidang pertamanya, PPKI telah
menghasilkan kesepakatan untuk mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai konstitusi negara. Sekaligus sebagai identitas
12
13. yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa
lain. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri
negara yaitu Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Di jaman yang penuh dengan persaingan dengan adanya globalisasi dan reformasi
yang sarat dengan semangat perubahan telah mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola
tindak generasi penerus bangsa dalam menyikapi berbagai permasalahan kebangsaan.
Pemahaman generasi penerus bangsa berkaitan dengan nilai-nilai luhur bangsa yang
merupakan kepribadian dan identitas bangsa Indonesia sebagaimana terdapat pada empat
pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara
Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika, semakin terkikis oleh derasnya nilai-nilai baru
yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Ironisnya, sementara nilai-nilai baru ini belum
sepenuhnya dipahami dan dimengerti, namun nilai-nilai lama sudah mulai ditinggalkan dan
dilupakan. Tanpa disadari,generasi penerus bangsa bergerak semakin menjauh dari Pancasila
sebagai identitas bangsa yang bercirikan kebhinekaan dan semangat gotong royong.
Era globalisasi yang sedang melanda masyarakat dunia, cenderung melebur semua
identitas menjadi satu, yaitu tantangan dunia baru. Masyarakat Indonesia ditantang untuk
makin memperkokoh jatidirinya. Bangsa Indonesia pun dihadapkan pada problem krisis
identitas, atau upaya pengaburan identitas. Hal ini didukung dengan fakta sering dijumpai
masyarakat Indonesia yang segi perilaku sama sekali tidak menyampaikan identitas mereka
sebagai masyarakat Indonesia. Padahal bangsa ini mempunyai identitas yang jelas, yaitu
Pancasila. .
Penetapan Pancasila sebagai asas dalam kehidupan bangsa Indonesia selayaknya
didukung oleh masyarakat Indonesia dengan menampilkan jati dirinya yang khas, yaitu
identitas bangsa. Manakala masyarakat tidak menampilkan identitas ini sesungguhnya berarti
Pancasila tidak dilaksanakan dalam berkehidupan di masyarakat. Sebenarnya Pancasila akan
mengangkat bangsa ini sebagai salah satu warna dari berbagai identitas yang ada di
masyarakat dunia, baik dalam berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkan prinsip-
prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Para pendiri
negara menyadari akan pentingnya dasar filsafat ini, kemudian melakukan suatu penyelidikan
yang dilakukan oleh badan yang akan meletakkan dasar filsafat bangsa dan negara yaitu
13
14. BPUPKI. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa tersebut yang diangkat
dari filsafat hidup bangsa Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi dasar filsafat bangsa dan negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi dari nilai-nilai
dalam masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai religius bangsa yang
diyakini oleh bangsa Indonesia sehingga menimbulkan tekad pada bangsa Indonesia untuk
mewujudkannya. Sehingga Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai akan dijadikan
pegangan oleh bangsa Indonesia dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
berbagai aspek kehidupan. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila mengandung konsep
dasar kehidupan yang dicita-citakan serta dasar pikiran ke dalam dan gagasan mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. Menurut Prof. Dr. Ronald Peanok yang dikutip oleh
Budiyanto Pancasila sebagai ligatur bangsa Indonesia karena selama ini nilai-nilai Pancasila
mampu untuk:
1. Memiliki daya ikat bangsa yang mampu menciptakan suatu bangsa dan negara yang
kokoh.
2. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila telah dipahami dan diyakini oleh
masyarakat yang selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada paksaan.
Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan denominator
dari nilai-nilai yang berkembang dan dimiliki oleh masyarakat sehingga memiliki daya
rekat yang kuat, karena memang dirasa sebagai miliknya. Sebagai contoh, sila KeTuhanan
Yang Maha Esa merupakan denominator dari berbagai agama dan berbagai kepercayaan
yang berkembang di Indonesia. setiap anggota masyarakat memiliki kewajiban untuk
beriman dan bertakwa kepada Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Hal ini
dapat diterima baik oleh masyarakat, sehingga sila pertama pancasila memiliki daya
perekat bangsa untuk kepentingan bersama dari beragam agama dan kepercayaan yang
tersebar di seluruh Indonesia.
3. Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia
The founding fathers pada waktu merancang berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia membahas dasar negara yang didirikan. Setelah dicapai kesepakatan bahwa
Pancasila merupakan prinsip dasar dan nilai dasar yang mempribadi dalam masyarakat
seta merupakan living reality, maka Pancasila sekaligus menjadi jati diri bangsa Indonesia.
14
15. Jati diri bangsa adalah pandangan hidup yang berkembang di dalam masyarakat yang
menjadi kesepakatan bersama, berisi konsep, prinsip dan nilai dasar yang diangkat
menjadi dasar sebagai landasan statis, ideologi nasional, dan sebagai landasan dinamis
bagi bangsa yang bersangkutan dalam menghadapi segala permasalahan menuju cita-
citanya. Jati diri bangsa tiada lain adalah Pancasila yang bersifat khusus, otentik, dan
orisinil yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang teguh memegang nilai-nilai dasar
Pancasila dan budaya bangsa, namun jika dilihat dewasa ini masyarakat Indonesia pada
faktanya sulit untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Penyebab utama mengapa nilai-nilai Pancasila saat ini sulit diimplementasikan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia adalah:
a. Masuknya paham westernnisasi yang mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia,
dimana masyarakat saat ini mulai meniru gaya-gaya pergaulan barat yang pada dasarnya
sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
b. Hilangnya semangat nasionalisme bangsa Indonesia dikalangan pemuda saat ini, yang
cenderung melupakan jasa-jasa pahlawan mereka yang sejatinya telah memproklamsikan
kemerdekaan bangsa Indonesia dan telah merumuskan Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia.
c. Masih kurangnya pemahaman masyarakat dalam memaknai nilai-nilai yang terkandung
dalam butir-butir Pancasila. Sehingga dengan ketidakpahaman tersebut maka secara
otomatis masyarakat akan sulit mengimplementasilannya dalam kehidupannya.
d. Munculnya ideologi barat yang diserap oleh masyarakat hal ini merupakan dampak dari
perkembangan teknologi dan informasi secara mendunia. Sehingga masyarakat akan
cenderung terhadap ideologi baru itu, yang celakanya masyarakat tersebut menerapkan
paham-paham ideology tersebut dalam kehidupannya.
e. Menganggap Pancasila sebagai sloganisme semata.
f. Sekularisme, yaitu paham atau pandangan falsafah yang berpendirian bahwa moralitas
tidak perlu didasarkan pada ajaran agama.
g. Individualisme, yaitu sikap yang mementingkan kepentingan sendiri
h. Hedonisme, yaitu paham yang melihat bahwa kesenangan atau kenikmatan menjadi
tujuan hidup dan tindakan manusia
15
16. i. Materialisme, yaitu sikap yang selalu mengutamakan dan mengukur segala sesuatu
berdasarkan materi. Hubungan batiniah tidak lagi menjadi bahan pertimbangan dalam
hubungan antar manusia
j. Ekstremisme, yaitu pikiran atau tindakan seseorang yang melampaui batas kebiasaan
atau norma – norma yang ada dan berlaku di suatu tempat
k. Chauvinisme, yaitu paham yang mengagung – agungkan bangsa sendiri dan
merendahkan bangsa lain
l. Elitisme, yaitu sikap yang cenderung bergaya hidup berbeda dengan rakyat kebanyakan
m. Konsumerisme, yaitu paham atau gaya hidup menganggap barang – barang sebagai
ukuran kebahagiaan dan kesenangan
n. Diskriminatif, yaitu sifat seseorang yang suka membeda – bedakan antar yang satu
dengan lainnya
o. Glamoristik, yaitu sikap atau gaya hidup suka menonjolkan kemewahan
Pancasila sesungguhnya telah mengantisipasi dampak buruk dari globalisasi, sila
kedua “kemanusiaan yang adil dan beradab” menekankan prinsip agar globalisasi
(internasionalisme) yang dikembangkan hendaknya memuliakan nilai-nilai keadilan dan
keberadaban. Bagi Indonesia sebagai titik silang antar benua, antar samudra, dan antar
peradaban, sejak lama dipengaruhi dan mempenagruhi realitas global dan oleh karena itu
tidak bisa melepaskan diri dari komitmen kemanusiaan universal. Komitmen perjuangan
kemanusiaan ini secara ideal bersifat universal, namun pelaksanaannya secara historis
sosiologis bersifat partikular. Dengan demikian , komitmen untuk menjunjung tinggi
kemanusiaan universal (humanity) yang adil dan beradab itu mengandung implikasi ganda.
Di satu sisi, seperti diungkapkan Soekarno, “kebangsaan yang kita anjurkan bukan
kebangsaan menyendiri, bukan chauvinisme”, melainkan “kebangsaan yang menuju kepada
kekeluargaan bangsa-bangsa” (internasionalisme). Di sisi lain, nilai-nilai kemanusiaan
universal itu hanyalah bermakna sejauh bisa dibumikan dalam konteks sosio-historis
partikularitas bangsa-bangsa yang heterogen sifatnya. Secara tepat, Bung Karno mengatakan,
“Internasionalisme tidak dapat subur kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme.
Nasionalisme tidak dapat hidup subur , kalau tidak hidup dalam tamansarinya
internasionalisme.”
Secara khusus sila pertama,”KeTuhanan Yang Maha Esa”, menekankan prinsip
ketuhanan yang berkebudayaan, yang lapang dan toleran, yang menjamin kebebasan
16
17. beragama dan berkeyakinan. Seperti apa yang dikatakan Soekarno KeTuhanan yang
berkebudayaan, keTuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, keTuhanan yang hormat-
menghormati satu sama lain. Dalam lintasan sejarah Nusantara, agama tidak pernah sekedar
mengurusi urusan pribadi, tetapi juga dalam urusan public. Masyarakat kepulauan ini pun
tidak pernah berpengalaman sepahit Eropa dalam hal keterlibatan agama di wilayah politik.
Lebih dari itu, penyemaian sekulerisasi politik oleh rezim kolonial berjalan secara simultan
dengan peran public agama dalam mengobarkan gerakan perlawanan dan kebangkitan
nasional. Secara historis, hidup religius dengan kerelaan menerima keragaman telah lama
diterima sebagai kewajaran oleh penduduk nusantara. Sejak zaman kerajaan Majapahit,
doktrin agama sipil untuk mensenyawakan keragaman ekspresi keagamaan telah
diformulasikan oleh Mpu Tantular dalam Sutosoma,”Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna
Dharma Mangruwa”.
Sila ke tiga “Persatuan Indonesia”, komitmen kemanusiaan universal hanyalah
bermakna sejauh bisa dibumikan dalam konteks sosio-historis partikularitas bangsa Indonesia
sendiri. Soekarno mengatakan internasionalisme bukanlah saya bermaksud
kosmopolitanisme, yang tidak mau adanya kebangsaan. Aktualisasi nilai-nilai etis
kemanusiaan itu terlebih dahulu harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan
kebangsaan yang lebih dekat, sebelum menjangkau dunia yang lebih jauh. Dalam ungkapan
Bung Karno “internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar didalam buminya
nasionalisme.” Aktualisasi nilai-nilai etis kesetaraan dan persaudaraan kemanusiaan dalam
konteks kebangsaan menjadi semen perekat dari kemajemukan keIndonesiaan, sebagai taman
sari kemajemukan dunia.
Sila ke empat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,” cita-cita kedaulatan rakyat dalam semangat kekeluargaan
yang memberi ruang bagi multikulturalisme ini bergema kuat dalam sanubari bangsa
Indonesia sebagai pantulan dari pengalaman pahit penindasan kolonial dan tradisi
gotongroyong dalam masyarakat Indonesia. Prinsip pemerintahan mayoritas berdasarkan
kesetaraan hak-hak warga negara dengan menghormati hak-hak minoritas digulirkan dengan
adanya kedaulatan rakyat berdasarkan semangat kekeluargaan. Soekarno mengatakan negara
Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan
walaupun golongan kaya. Tetapi, kita mendirikan negara “semua buat semua”, satu buat
semua, semua buat satu”. Saya yakin bahwa syarat mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia
17
18. ialah permusyawaratan, perwakilan…../kalau kita mencari demokrasi , hendaknya bukan
demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup……
Sedangkan sila ke lima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, menekankan
prinsip yang menolak dominasi pasar dengan mengupayakan keseimbangan antara peran
negara, komunitas (koperasi), dan pasar (swasta). Para pendiri Republik Indonesia secara
sadar menganut pendirian bahwa revolusi kebangkitan bangsa Indonesia, sebagai bekas
negara terjajah dan sebagai bangsa yang telah hidup dalam alam feodalisme ratusan tahun
lamanya, haruslah berwajah dua: revolusi politik (nasional) dan revolusi sosial. Revolusi
politik (nasional) untuk mengenyahkan kolonialisme dan imperalisme serta untuk mencapai
satu negara Republik Indonesia. Revolusi sosial adalah untuk mengoreksi struktur sosial
ekonomi yang ada dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur. Cita-cita
keadilan dan kemakmuran sebagai tujuan akhir revolusi Indonesia hendak diwujudkan
dengan jalan mensinergikan demokrasi politik dan pengintegrasian pranata kebijakan
ekonomi dan pranata kenijakan sosial yang berorientasi kerakyatan, keadilan dan
kesejahteraan. Apa yang dikatakan Bung Karno “prinsip kesejahteraan, prinsip tidak ada
kemiskinan di dalam Indonesia merdeka”.
Munculnya arus globalisasi arus globalisasi yang tidak melahirkan kebhinekaan dan
justru mendorong ketergantungan dan pemiskinan budaya. Mampu tidaknya kita menjawab
tantangan globalisasi adalah bagaimana kita bisa memahami dan melaksakan Pancasila dalam
setiap kita berpikir dan bertindak.
Diperlukan penyegaran pemahaman dan aktualisasi Pancasila untuk menangkal
berjangkitnya beragam ancaman ekstrimisme, dengan menguatkan nilai-nilai ketuhanan yang
berkebudayaan, kebangsaaan yang berperikemanusiaan, serta demokrasi permusyawaratan
yang berorientasi keadilan sosial, Indonesia akan mampu menghadapi perkembangan baru
dengan suatu visi global yang berkearifan lokal. Tinggal masalahnya, bagaimana
memperdalam pemahaman, pengahayatan, dan kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai yang
terkandung pada setiap sila Pancasila dan kesalingterkaitannya satu sama lain, untuk
kemudian diamalkan secara konsisten di segala lapis dan bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam konteks ini, yang diperlukan adalah apa yang disebut Kuntowijoyo dengan
proses “radikalisasi Pancasila”. Pengertian radikalisasi adalah pengakaran ideologi, demi
membuat Pancasila tegar, efektif, dan menjadi petunjuk bagaimana negara ini ditata kelola
dengan benar. Radikalisasi Pancasila yang dimaksudkannya ialah:
1. Mengembalikan Pancasila sebagai ideologi negara,
18
19. 2. Mengembangkan Pancasila sebagai ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu,
3. Mengusahakan Pancasila mempunyai konsistensi dengan produk-produk perundangan,
koherensi antar sila, dan korespondensi dengan realitas sosial,
4. Pancasila yang semula hanya melayani kepentingan vertical (negara) menjadi Pancasila
yang melayani kepentingan horizontal, dan
5. Menjadikan Pancasila sebagai kritik kebijakan negara.
Proses radikalisasi itu dimaksudkan untuk membuat Pancasila lebih operasional
dalam kehidupan dan ketatanegaraan; sanggup memenuhi kebutuhan praktis atau pragmatis
dan bersifat fungsional. Pemikiran-pemikiran lain yang bersifat abstraksi-filosofis juga bukan
tanpa makna. Tetapi pemikiran yang abstraksi-filosofis menjadi lebih bermakna sejauh diberi
kaki opresaionalisasinya agar bisa menyejarah dan memiliki makna bagi kehidupan
kemanusiaan dalam konteks negar-bangsa Indonesia.
19