SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
ACARA V 
ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN 
A. Tujuan Praktikum 
Tujuan dari praktikum Acara V Zat Warna Tanaman dan Hewan 
adalah : 
1. Untuk melihat pengaruh cara pemasakan, asam dan alkali terhadap zat 
warna tanaman 
2. Untuk mengetahui pengaruh cara pemasakan dengan berbagai 
perlakuan terhadap zat warna hewan 
B. Tinjauan Pustaka 
1. Tinjauan Teori 
Peranan warna dalam mutu bahan pangan adalah sangat 
penting, karena umumnya konsumen atau pembeli sebelum 
mempertimbangkan nilai gizi dan rasa, pertama-tama akan tertarik 
oleh keadaan warna bahan. Bila warna bahan makanan kurang cocok 
dengan selera atau menyimpang dari warna normal, bahan makanan itu 
tidak akan dipilih konsumen, walaupun rasanya, nilai gizi, dan faktor-faktor 
lainnya normal. Warnabahan pangan secara alami disebabkan 
oleh senyawa organik yang disebut pigmen. Di dalam buah dan 
sayuran terdapat 4 kelompok pigmen, yaitu klorofil, karotenoid, 
anthosianin, dan anthoxanthin. Selain itu terdapat pula kelompok 
senyawa polifenol yang disebut tanin yang memberikan warna coklat 
kehitaman dan rasa sepat pada beberapa buah-buahan dan sayuran. 
Warna hijau pada buah dan sayuran disebabkan oleh adanya pigmen 
klorofil. Klorofil dalam sayuran dan buah-buahan mudah mengalami 
degradasi oleh pengaruh panas, asam, basa, maupun enzim. Bila 
sayuran hijau dipanaskan dalam tempat yang tertutup maka warnanya 
akan berubah menjadi coklat. Hal ini disebabkan karena pada 
permulaan pemanasan akan dikeluarkan asam-asam yang mudah 
menguap. Bila tempat pemanasan tertutup maka asam yang dihasilkan
tidak dapat keluar dan bereaksi dengan klorofil sehingga terjadi 
perubahan warna menjadi coklat. Untuk mencegahnya, maka pada 
pengolahan sayur dengan pemanasan menggunakan tempat yang 
terbuka. Cara lainyang bisa digunakan untuk mempertahankan warna 
hijau pada sayuean yaitu dengan melakukan “blanching” pada suhu 
sekitar 70oC di mana pada suhu ini enzim klorofilase yang mempunyai 
daya kerja memotong phytil ester dan kemudian membentuk 
klorofilide yang larut dalam air menjadi non aktif, sehingga warna 
hijau tetap bisa dipertahankan (Agung, 1996). 
Warna merupakan atribut mutu pangan yang sangat penting 
karena warna adalah yang dapat dilihat pertamakali oleh konsumen 
serta sangat menentukan tingkat penerimaan terhadap suatu produk. 
Warna pangan ditentukan oleh beberapa pigmen alami diantaranya 
yaitu seperti khlorofil pada pewarna hijau. Dengan spray drier warna 
(klorofil) akan semakin hijau karena klorofil tidak banyak yang rusak 
sebelum dilakukan pengeringan (Hardjanti, 2008). 
Warna suatu bahan makanan dapat diukur dengan 
menggunakan alat kalorimeter, spektrofotometer, atau alat-alat lain 
yang dirancang khusus untuk mengukur warna. Cara pengukuran 
warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur komponen warna 
dalam besaran value, hue, dan chroma. Nilai value menunjukkan gelap 
terangnya warna, nilai hue mewakili panjang gelombang yang 
dominan yang akan menentukan apakah warna tersebut merah, hijau, 
atau kuning. Sedangkan chroma menunjukkan intensitas warna. Ada 
lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna 
yaitu : 
a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan, 
misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan 
mioglobin menyebabkan warna merah pada daging
b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk 
warna coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula karamel 
atau roti yang dibakar. 
c. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu 
antara gugus protein dengan gugus karbonil gula pereduksi. 
d. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan 
warna hitam atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh 
adanya logam serta enzim. Misalnya warna pada permukaan apel 
atau kentang yang dipotong 
e. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna 
sintetik yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan. 
(Winarno, 1992). 
Teknik pewarnaan khusus itu yang disebut juga pewarnaan 
tahan asam. Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme 
seperti mikrobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya 
tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti asam 
alkohol. Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif 
dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyakdigunakan 
dalam prosedur pewarnaan. Pada kondisi pewarnaan ini, organisme 
yang dapt menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan tampak 
merah (Hadioetomo, 1993). 
Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan 
hewan dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. beberapa 
pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya 
klorofil, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tannin, 
betalain, quinon dan xanthon serta karotenoid. Selain sebagai faktor 
yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai 
indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran 
atau pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna seragam dan 
merata (Cahyadi, 2006).
Pigmen angkak merupakan pigmen alami yang dihasilkan oleh 
kapang Monascus purpurcus. Pigmen angkak dapat digunakan sebagai 
penggantin garam nitrat, nitrit, atau campuran keduanya. Warna 
merupakan salah satu parameter spesifik kualitas daging. Warna 
daging akan mengalami perubahan setelah pemasakan kecuali jika 
ditambahkan bahan pembentuk warna. Pemberian pigmen merupakan 
salah satu cara untuk mempertahankan atau mengembaliakn warna 
yang hilang akibat pengolahan bahan pangan (Lestari, 1997). 
Klorofil adalah senyawa penting dalam banyak produk sehari-hari. 
Hal ini digunakan tidak hanya sebagai aditif dalam farmasi dan 
produk kosmetik tapi juga sebagai zat pewarna makanan alami. Selain 
itu, ia memiliki antioksidan dan sifat antimutagenik. Ulasan ini 
membahas rekayasa proses ekstraksi klorofil dari mikroalga. Metode 
ekstraksi klorofil yang berbeda dan teknik pemurnian klorofil 
dievaluasi. Analisis awal kami menunjukkan ekstraksi fluida 
superkritis untuk menjadi lebih baik dari ekstraksi pelarut organik. Bila 
dibandingkan dengan teknik spektroskopi, kromatografi cair memiliki 
kinerja tinggi yang ditunjukkan lebih akurat dan sensitif untuk analisis 
klorofil. Akhirnya, melalui penangkapan CO2 dan pengolahan air 
limbah, Proses budidaya mikroalga terbukti memiliki potensi kuat 
untuk mitigasi dampak lingkungan (Hosikian dkk, 2010). 
2. Tinjauan Alat dan Bahan 
Buncis (Phaseolus vulgaris L) merupakan sayuran yang 
berpotensi ekonomi tinggi karena mempunyai peluang pasar yang 
cukup luas, baik di dalam maupun di luar negeri. Buncis merupakan 
salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah 
dikembangkan, serta mengandung vitamin, mineral, dan serat yang 
sangat berguna bagi perkembangan tubuh manusia. Polong buncis 
yang masih muda biasanya dibuat sayur seperti sayur sop, sayur asem, 
cap cay, ditumis atau sebagai lalab matang atau mentah. Buncis 
tergolong komoditas yang mudah rusak. Umur simpan buncis berkisar
antara 7-10 hari pada suhu kamar. Untuk mengurangi kehilangan hasil 
karena rusak atau busuk, buncis perlu diolah atau diawetkan. Salah 
satu cara pengawetan buncis yaitu dibuat acar sehingga dapat disimpan 
lebih lama (Astuti, 2006). 
Bawang merah termasuk salah satu sayuran umbi multiguna. 
Paling penting didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari 
dan penyedap berbagai masakan. Bahkan akhir-akhir ini umbi bawang 
merah diolah menjadi “bawang goreng” yang pemasarannya sudah 
menembus sasaran ekspor. Kegunaan lain bawang merah adalah 
sebagai obat tradisional untuk pelayanan kesahatan masyarakat. Sudah 
sejak lama nenek moyang menggunakan umbi bawang merah sebagai 
obat nyeri perut karena masuk angin dan penyembuhan luka atau 
infeksi. Berkhasiatnya umbi bawang merah sebagai obat diduga karena 
mempunyai efek antiseptik dari senyawa alliin atau allisin. Senyawa 
alliin ataupunn allisin oleh enzim allisin liase diubah menjadi asam 
piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida. 
Dalam industri makanan, umbi bawang merah sering diawetkan dalam 
kaleng, saus, sop kalengan dan tepung bawang merah. Fungsi dalam 
tubuh antara lain adalah memperbaiki dan memudahkan pencernaan 
serta menghilangkan lendir dalam kerongkongan (Rukmana, 1994). 
Bawang merah (Allium ascalonicum L) selain digunakan 
sebagai bumbu penyedap masakan karena bau dan aromanya yang 
khas juga digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan obat-obatan 
sehingga komoditas ini memegang peranan penting dalam 
perdagangan. Bawang merah memiliki daya adaptasi luas karena dapat 
tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah ataupun di dataran 
tinggi dan dapat diusahakan pada lahan bekas sawah (tanaman padi) 
maupun pada lahan kering seperti tegalan, kebun dan pekarangan. 
Walaupun demikian bawang merah pada umumnya dibudidayakan di 
dataran rendah pada akhir rnusim hujan atau musim kemarau untuk 
lahan beririgasi teknis. Penanaman bawang merah di luar rnusim hujan
banyak mendapat hambatan seperti melimpahnya air hujan yang dapat 
menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman, kelembaban udara 
dan tanah yang cukup tinggi memberikan lingkungan yang cocok untuk 
pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit dan 
budidaya bawang merah di luar musim memerlukan biaya produksi yang 
relatif tinggi. Kenyataan ini dapat menimbulkan permasalahan pada 
persediaan bawang merah sepanjang musim (Darmawidah, 2005). 
Zat warna alam adalah zat warna yang diperoleh dari 
alam/tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. 
Setiap tanaman dapat merupaka sumber Zat Pewarna (ZPA), karena 
mengandung pigmen alam. Potensi sumber ZPA ditentukan oleh 
intensitas warna yang dihasilkan yang sangat bergantung pada jenis 
coloring matter yang ada. Coloring matter adalah substansi yang 
menentukan arah warna zat pewarna alam, yang merupakan senyawa 
organik yang terkandung dalam sumber zat pewarna alam tersebut. 
Dalam satu jenis tumbuh-tumbuhan dapat terkandung lebih dari satu 
jenis coloring matter. Zat pewarna alam terdapat pada bagian tumbuh-tumbuhan 
seperti daun, batang, kulit batang, bunga, akar, buah, getah 
dengan kadar dan jenis coloring matter yang bervariasi 
(Purnomo, 2004). 
C. Metodologi 
1. Alat 
a. Kompor 
b. Panci 
c. Timbangan analitik 
d. Gelas beker 
e. Pisau 
f. pH meter 
g. Penjepit tabung 
h. Tabung reaksi
i. Pipet tetes 
j. Pipet volume 
2. Bahan 
a. Tomat 
b. Bawang Merah 
c. Buncis 
d. Daging Sapi segar 
e. Aquades 
f. Air ledeng 
g. NaHCO3 
h. Larutan FeCl3 50 ppm 
i. Larutan MgCl2 50 ppm 
j. Larutan asam cuka 95% 
k. NaNO3 
l. NaNO2 
m. Vitamin C (asam askorbat)
3. Cara Kerja 
a. Pengaruh beberapa perlakuan terhadap zat warna tanaman 
1) Pemanasan keadaan terbuka 
Disiapka n 5 beaker gelas untuk setiap macam bahan. Di perlakukan 
tiap-tiap bahan yang diselidiki sebagai berikut : 
1. Bahan + air ledeng 50 ml 
2. Bahan + NaHCO3 0,5 gram + air leding 50 ml 
3. Bahan + Fe chlorida 50 ppm 50 ml 
4. Bahan + Mg chlorida 50 ppm 50 ml 
5. Bahan + as.cuka 95% 2,5 ml + air ledeng 50 ml 
Diamati warna larutan dan pH sebelum pemanasan 
Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit dalam keadaan tutup 
panci terbuka 
Diamati perubahan warna dan pH larutan sesudah pemanasan
2) Pemanasan keadaan tertutup 
Disiapkan 5 beaker gelas untuk setiap macam bahan. Di perlakukan 
tiap-tiap bahan yang diselidiki sebagai berikut : 
Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit dalam keadaan tutup 
panci tertutup 
b. Pengaruh beberapa perlakuan terhadap zat warna hewan 
1) Dengan curing 
1. Bahan + air ledeng 50 ml 
2. Bahan + NaHCO3 0,5 gram + air leding 50 ml 
3. Bahan + Fe chlorida 50 ppm 50 ml 
4. Bahan + Mg chlorida 50 ppm 50 ml 
5. Bahan + as.cuka 95% 2,5 ml + air ledeng 50 ml 
Diamati warna larutan dan pH sebelum pemanasan 
Diamati perubahan warna dan pH larutan sesudah pemanasan 
Diambil tiap bahan yang diselidiki dan dimasukkan ke dalam 4 
buah beaker gelas 
1. Pemanasan dengan curing I 
2. Pemanasan dengan curing II 
3. Pemanasan dengan curing III 
4. Pemanasan dengan curing IV 
Diamati perubahan warna pada menit ke 0, 10, 20, dan 30
2) Tanpa curing 
Diambil tiap bahan yang diselidiki dan dimasukkan ke dalam 2 
1. Dibiarkan dalam keadaan udara terbuka 
2. Ditambahkan aquades ke dalam tabung 
Diamati perubahan warna pada menit ke 0, 10, 20, dan 30 
D. Hasil dan Pembahasan 
buah beaker gelas 
Tabel 5.1 Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Tomat 
Kel. Perlakuan 
Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan 
Warna pH Warna pH 
9 
Tomat + Air ledeng 50 mL 
keadaan terbuka 
Bening 7,09 
Bening 
orange 
5,21 
9 
Tomat + Air ledeng 50 mL 
keadaan tertutup 
Bening 7,31 Orange keruh 7,92 
11& 
15 
Tomat + NaHCO3 0,5 gr + air 
50 mL 
Bening 7,09 
Orange merah 
muda 
6,47 
12& 
16 
Tomat + FeCl3 50 ppm 25 mL 
Bening agak 
orange 
7,51 
Bening 
orange 
4 
10& 
13 
Tomat + MgCl2 50 ppm 25 
mL 
Bening 4,91 Orange 7,24 
14 
Tomat + Asam Cuka 95% 2,5 
mL + air 50 mL 
Bening 5,1 Orange muda 6,47 
Sumber : Laporan Sementara 
Pigmen adalah zat warna alami pada tumbuhan. Pigmen tergolong 
dalam beberapa jenis yang salah satunya adalah klorofil, karotenoid, 
antosianin, antoxantin, serta tanin. Klorofil merupakan pigmen berwarna 
hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama dengan karoten dan xantofil. 
Sedangkan pigmen yang terdapat pada zat warna tomat adalah 
karotenoid. Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna 
kuning, orange, merah orange, serta larut dalam minyak (lipida). 
Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0,5%) bersama-sama dengan klorofil 
(9,3%), terutama pada bagian permukaan atas daun, dekat dengan dinding
sel-sel palisade, karena itu pada dedaunan hijau selain klorofil terdapat 
juga karotenoid, karotenoid ini terdapat pada buah pepaya, kulit pisang, 
tomat, cabai merah, mangga, wortel, ubi jalar dan lain-lain. 
Beberapa jenis karotenoid yang banyak terdapat dialam dan bahan 
makanan adalah β-karoten. β-karoten salah satunya terdapat dalam tomat, 
Beta karoten adalah salah satu zat anti oksidan yang terdapat pada buah-buahan, 
zat anti oksidan sangat berguna untuk melawan zat radikal bebas. 
Betakaroten sendiri sesungguhnya merupakan provitamin A yakni sumber 
penting bagi vitamin A di dalam saluran pencernaan khususnya pada usus 
halus, betakaroten akan mengalami penyerapan yang kemudian di simpan 
di dalam sel hati. Di dalam sel hati, betakaroten akan di ubah menjadi 
vitamin A dan siap digunakan kalau dibutuhkan untuk berbagai reaksi 
metabolisme, selain itu betakaroten juga diperkirakan dapat meningkatkan 
system imunitas tubuh terhadap serangan infeksi. 
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa zat warna tomat pada 
keadaan terbukadan di tambah 50 mL air ledeng berubah dari bening 
menjadi bening orange dengan perubahan pH 7,09 menjadi 5,21. 
Sedangkan dalam keadaan tertutup berubah dari bening menjadi orange 
keruh dengan pH 7,31 berubah menjadi 7,92. Pada penambahan NaHCO3 
warna berubah dari bening ke orange merah muda dan pH dari 7,09 ke 
6,47. Penambahan FeCl3 50 ppm warna tidak berubah yaitu tetap bening 
orange dengan perubahan pH dari 7,51 menjadi 4. Pada penambahan 
MgCl2 50 ppm dan asam cuka 95% warna berubah dari bening menjadi 
orange dan orange muda dengan perubahan pH yaitu 4,91menjadi 7,24 dan 
5,1 ke 6,47. Pada pemanasan kali ini tidak tejadi perubahan yang begitu 
signifikan atau mencolok, hal ini terjadi karena karotenoid memiliki sifat 
yang tahan terhadap panas dan tidak larut dalam air serta warnanya tidak 
mudah rusak. 
Menurut William Jayadi Iskandar, likopen adalah senyawa 
karotenoid berwarna merah yang banyak terdapat di dalam buah tomat. 
Senyawa itu merupakan fotoprotektor bagi tanaman dan mikroorganisme
terhadap produk samping fotosintesis yang tidak diinginkan. Beberapa 
penelitian menunjukkan bahwa orang dengan kadar asupan (atau serum) 
likopen yang lebih tinggi memiliki risiko kanker yang lebih rendah 
dibandingkan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh efek antioksidan 
yang dimiliki likopen, yang mampu menghambat penuaan alami pada 
manusia. 
Penyerapan likopen hampir tidak dipengaruhi oleh zat makanan 
lainnya. Penelitian tentang pemberian likopen yang dicampur minyak 
zaitun dengan likopen yang dicampur karbohidrat menunjukkan kadar 
likopen serum yang hampir sama. Selain itu, pembuatan produk olahan 
dari tomat dengan suhu tinggi tidak merusak kestabilan struktur likopen. 
Walaupun demikian, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tanga, dkk. 
menyebutkan bahwa bioavailabilitas (konsentrasi zat yang diserap tubuh 
dalam pembuluh darah) likopen sintetik lebih besar tiga kali daripada 
likopen alami. 
Tabel 5.2 Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Buncis 
Kel. Perlakuan 
Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan 
Warna pH Warna pH 
9 
Buncis + Air ledeng 50 mL 
keadaan terbuka 
Bening 7,74 
Bening 
hijau 
8,46 
9 
Buncis + Air ledeng 50 mL 
keadaan tertutup 
Bening 7,1 
Hijau 
Keruh 
8,49 
11& 
15 
Buncis + NaHCO3 0,5 gr + air 
50 mL 
Bening 7,75 Hijau pucat 8,5 
12& 
16 
Buncis + FeCl3 50 ppm 25 mL Bening 8,00 Hijau pucat 5,5 
10& 
13 
Buncis + MgCl2 50 ppm 25 
mL 
Bening 7,55 Hijau pucat 10,47 
14 
Buncis + Asam Cuka 95% 2,5 
mL + air 50 mL 
Bening 2,98 Hijau pucat 5,88 
Sumber : Laporan Sementara 
Buncis berwarna hijau karena mengandung klorofil, klorofil 
merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas 
bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Pada hakikatnya klorofil 
merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga sulit untuk menjaga agar
molekulnya tetap utuh dengan warna hijau yang sangat menarik. Dari 
percobaan yang telah dilakukan tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan 
yang dapat mempertahankan zat warna dari buncis adalah perlakuan 
buncis dengan ditambahkan air ledeng 50 mL dan dengan pemanasan 
terbuka. Sedangkan yang lainnya warna dari buncis berubah dari yang 
menjadi hijau keruh sampai hijau pucat. Hal ini dapat terjadi karena pada 
penambahan air ledeng tidak mengandung senyawa apapun, serta keadaan 
terbuka juga mempengaruhi perubahan warna yang terjadi. 
Dari tabel di atas kita dapat melihat perubahan warna pada 
perlakuan penambahan air ledeng 50 mL dengan keadaan terbuka yaitu 
bening menjadi bening hijau dengan perubahan pH yaitu 7,74 ke 8,46. 
Sedangkan pada keadaan tertutup wara berubah dari bening menjadi hijau 
keruh dan pH-nya yaitu dari 7,1 menjadi 8,49. Pada perlakuan 
penambahan NaHCO3 warna yang semula bening berubah hijau pucat, 
sedangkan pH-nya berubah dari 7,75 menjadi 8,5. Pada perlakuan 
penambahan FeCl3 pH-nya mengalami penurunan, yaitu dari 8 menjadi 5,5 
sedangkan warnanya berubah menjadi hijau pucat. Pada perlakuan 
penambahan MgCl2 dan penambahan Asam cuka 95% perubahan warna 
yang terjadi sama, yaitu dari bening menjadi hijau pucat. Sedangkan pH 
yang terjadi secara urut yaitu 7,55 menjadi 10,47 dan 2,98 menjadi 5,88. 
Menurut Haris Dianto Darwindra, buncis mengandung pigmen 
klorofil. Tekstur dari buncis sebelum pemasakan adalah renyah. Setelah 
dilakukan pemanasan maka pigmen klorofil terdegradasi menjadi warna 
hijau pucat, atau hijau kekuningan. Nilai pH setelah ditambahkan bahan 
kimia masih dalam suasana asam, baik sesudah maupun sebelum 
pemanasan. Hal ini terjadi karena asam-asam organik yang terbentuk pada 
saat pemanasan teruapkan keluar. 
Hal di atas sudah sesuai dengan praktikum yang kita lakukan. 
Tetapi pada pemanasan dalam keadaan terbuka warna pada buncis tidak 
berubah. Sehingga pada percobaan pemanasan dalam keadaan terbuka
mungkin mengalami kesalahan. Karena menurut teori di atas warna setelah 
pemanasan seharusnya hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan. 
Tabel 5.3 Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Bawang 
Merah 
Kel. Perlakuan 
Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan 
Warna pH Warna pH 
9 
Bawang Merah + Air ledeng 50 
mL keadaan terbuka 
Bening 7,28 
Kuning 
keruh 
8,77 
9 
Bawang Merah + Air ledeng 50 
mL keadaan tertutup 
Bening 7,01 
Kuning 
keruh 
7,12 
11& 
15 
Bawang Merah + NaHCO3 0,5 
gr + air 50 mL 
Bening 7,21 
Kuning 
pekat 
7 
12& 
16 
Bawang Merah + FeCl3 50 ppm 
25 mL 
Bening 
keruh 
8,00 Keruh 5,5 
10& 
13 
Bawang Merah + MgCl2 50 
ppm 25 mL 
Bening 5,8 
Coklat 
pucat 
8,04 
14 
Bawang Merah + Asam Cuka 
95% 2,5 mL + air 50 mL 
Bening 5,92 
Merah 
fanta 
3,54 
Sumber : Laporan Sementara 
Zat warna pada bawang merah adalah pigmen antosianin. 
Antosianin merupakan pigmen yang memberikan warna pada bunga, buah, 
dan daun tumbuhan hijau serta telah banyak digunakan sebagai pewarna 
alami. Warna yang dihasilkan oleh antosianin yaitu warna cahaya cerah, 
hal ini terjadi karena susunan ikatan rangkap terkonjugasinya yang 
panjang, sehingga mampu menyerap cahaya pada rentang cahaya tampak. 
Sistem ikatan rangkap terkonjugasi ini juga yang mampu menjadikan 
antosianin sebagai antioksidan dengan mekanisme penangkapan radikal 
bebas. Antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga 
flavonoid, dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih besar 
yaitu polifenol. Sebagian besar tumbuhan memiliki kandungan antosianin 
terbesar pada bagian buahnya. 
Perubahan yang terjadi pada bawang merah dengan penambahan 
air ledeng dalam keadaan terbuka dan tertutup perubahan pH-nya secara 
berurutan yaitu 7,28 menjadi 8,77 dan 7,01 menjadi 7,12. Sedangkan 
warnanya berubah dari bening menjadi kuning keruh semua. Selanjutnya 
pada penambahan NaHCO3 warnanya berubah dari bening menjadi kuning
pekat dan pH-nya dari 7,21 menjadi 7. Hal ini juga tidak sesuai dengan 
teori yang seharusnya pH-nya naik. Pada penambahan FeCl3 yaitu berubah 
dari bening keruh menjadi keruh dengan pH 8 menjadi 5,5. Sedangkan 
pada penambahan MgCl3 dan Asam Cuka 95% warnanya berubah dari 
bening menjadi coklat pucat dan merah fanta. Sedangkan pH yang terjadi 
secara urut yaitu 5,8 menjadi 8,04 dan 5,92 menjadi 3,54. 
Menurut Haris Dianto Darwindra, bawang merah mengandung 
pigmen anthosianin. Ketika dilakukan percobaan pada bawang merah yang 
ditambahkan bahan kimia, warnanya menjadi ungu keputihan. Hal tersebut 
dikarenakan sifat antosianin yang akan berwarna ungu dalam keadaan 
basa. Nilai pH bawang merah ketika ditambahkan beberapa larutan 
menurun, kecuali pada penambahan aquadest dan NaHCO3 nilainya akan 
naik. 
Menurut teori di atas pada penambahan aquades sudah sesuai, yaitu 
pH-nya naik, tetapi perubahan warnanya juga salah. Sedangkan pada 
perlakuan yang lainnya juga terjadi ketidaksesuaian dengan teori. Hal ini 
terjadi karena banyak hal dan faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan 
dalam praktikum. Antara lain yaitu dalam pengukuran pH yang 
menggunakan pH meter, sedangkan praktikan belum ahli menggunakan 
alat tersebut. Sehingga ada indikasi bahwa kesalahan terletak pada saat 
pembacaan nilai pH pada pH meter.
Tabel 5.4 Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Hewan 
Kel 
. 
Perlakua 
n 
Pengamatan Zat Warna 
Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan 
0 10 20 30 0 10 20 30 
9 
Dibiarka 
n di 
udara 
terbuka 
Merah 
darah 
segar 
Merah 
darah 
segar 
Merah 
darah 
segar 
Merah 
darah 
segar 
- - - - 
10 
& 
14 
Pemanas 
an 
dengan 
aquades 
Merah 
darah 
segar 
- - - 
Me 
rah 
puc 
at 
Putih 
pucat 
keruh 
Putih 
tulang 
keruh 
Putih 
pucat 
semak 
in 
keruh 
11 
& 
13 
Pemanas 
an 
dengan 
curing III 
Merah 
darah 
segar 
- - - 
Me 
rah 
Merah 
pucat 
kecok 
latan 
Putih 
coklat 
pucat 
Pucat 
kunin 
g 
keruh 
11 
& 
15 
Pemanas 
an 
dengan 
curing I 
Merah 
darah 
segar 
- - - 
Me 
rah 
Merah 
pucat 
Merah 
pucat 
semaki 
n putih 
Merah 
pucat 
putih 
keruh 
12 
& 
14 
Pemanas 
an 
dengan 
curing 
IV 
Merah 
darah 
segar 
- - - 
Me 
rah 
Pink 
Putih 
pucat 
Putih 
pucat 
12 
& 
16 
Pemanas 
an 
dengan 
curing II 
Merah 
darah 
segar 
- - - 
Me 
rah 
Pink 
Pink 
pudar 
Putih 
kecok 
latan 
Sumber : Laporan Sementara 
Curing daging adalah suatu proses yang dapat menghambat 
pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam dan 
pengendalian aktivitas air diikuti dengan pemberian garam nitrit untuk 
mempertahankan warna daging. Warna merupakan salah satu parameter 
spesifik kualitas daging. Warna daging akan mengalami perubahan setelah 
pemasakan kecuali jika ditambahkan bahan pembentuk warna. Daging 
dalam bentuk segar biasanya dikemas dalam plastik PVC. Kemasan 
vakum juga sering digunakan untuk mengemas daging masak.
Pada percobaan kali ini pada perlakuan dibiarkan dalam keadaan 
terbuka warna daging tetap merah darah segar sampai menit ke 30. Pada 
pemanasan dengan aquades secara berurutan warna daging dari menit ke 0, 
10, 20, dan 30 yaitu merah pucat, putih pucat keruh, putih tulang keruh, 
dan putih semakin pucat keruh. Sedangkan pada pemanasan curing III 
yaitu merah, merah pucat kecoklatan, putih coklat pucat, dan pucat kuning 
keruh. Pada pemanasan curing I perubahan warna yang terjadi yaitu 
merah, merah pucat, merah pucat semakin putih, dan merah pucat putih 
keruh. Selanjutnya pada pemanasan dengan curing IV perubahan warna 
yang terjadi yaitu merah, pink, putih pucat, dan tetap putih pucat pada 
menit ke 30. Pada percobaan yang terakhir pemanasan dengan curing II 
pada menit ke 0 dan 10 sama dengan pemanasan curing IV yaitu merah, 
pink, dan pada menit ke 20 dan 30 berwarna pink pudar, serta putih 
kecoklatan. 
Curing satu dapat mempertahankan zat warna pada daging 
dikarenakan nitrit dan nitrat merupakan bahan tambahan yang dapat 
memperbaiki warna dan rasa daging pada proses curing. Selain itu, nitrit 
pun dapat mencegah pertumbuhan clostridium botulinum yang bersifat 
racun bila dikonsumsi manusia sehingga menyebabkan botulisme. Nitrit 
dapat berubah menjadi nitrit oksida yang akan bergabung dengan 
myoglobin (Mb). Myoglobin merupakan pigmen yang menentukan warna 
merah alami pada daging yang tidak diasin dan mioglobin juga merupakan 
pigmen utama penyusun 80% dari pigmen daging dan berwarna merah 
keunguan. Kadar mioglobin daging akan mempengaruhi derajat warna 
merah daging tersebut. Kadar mioglobin daging bervariasi dengan spesies, 
umur, jenis kelamin, jenis otot dan aktivitas fisik. Konsentrasi mioglobin 
dalam daging sapi lebih besar dibandingkan yang terdapat pada daging 
babi atau ayam. Perbedaan kandungan mioglobin ini menyebabkan warna 
daging sapi terlihat lebih merah daripada daging babi dan daging babi 
lebih merah dari daging ayam. Setelah berubah menjadi nitrit oksida, nitrit 
oksida dan myoglobin berubah menjadi nitrit oksida myoglobin (NOMb).
Penggunaan nitrat mempunyai manfaat yaitu menghasilkan pigmen daging 
yang stabil dan flavor daging yang meningkat serta daya ikat air daging 
yang semakin kuat. Oleh karena itulah curing satu yang dapat 
mempertahankan zat warna pada daging sehingga daging setelah 
pemanasan masih mempunyai kwalitas yang baik. 
E. Kesimpulan 
Kesimpulan dari praktikum Acara V Zat Warna Tanaman dan 
Hewan adalah : 
1. Zat warna dalam tomat adalah likopen yaitu senyawa karotenoid 
berwarna merah 
2. Zat warna yang mampu bertahan pada tomat adalah tomat dengan 
penambahan FeCl 50 ppm 
3. Zat warna pada buncis adalah klorofil, sehingga memberi pigmen 
warna hijau pada buncis 
4. Pada buncis yang mampu bertahan yaitu buncis dengan penambahan air 
ledeng sebanyak 50 mL 
5. Bawang merah mengandung pigmen antosianin yang akan berwarna 
ungu dalam keadaan basa 
6. Pada bawang merah hampir semua berubah, tapi yang mampu 
mempertahankan zat warnanya yaitu bawang merah dengan 
penambahan FeCl 50 ppm 
7. Curing daging adalah suatu proses yang dapat menghambat 
pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam dan 
pengendalian aktivitas air diikuti dengan pemberian garam nitrit untuk 
mempertahankan warna daging. 
8. Pada zat warna hewan terdapat pigmen mioglobin yang menentukan 
warna merah alami pada daging yang tidak diasinkan. 
9. Curing terbaik yaitu curing I, karena curing ini masih bisa 
mempertahankan zat warna daging walaupun semakin lama dipanaskan 
semakin pucat putih.
DAFTAR PUSTAKA 
Agung, I Gusti Ngurah. 1996. Pigmen pada Pengolahan Buah dan Sayur. Majalah 
Ilmiah Teknologi Pertanian Vol. 2 No. 1. Teknologi Hasil Pertanian. 
UNUD. 
Astuti, Sri Mulia. 2006. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh Konsentrasi 
Garam dan Blanching terhadap Mutu Acar Buncis. Buletin Teknik 
Pertanian Vol. 11 No. 2. Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran. 
Cahyadi., Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. 
Bumi Aksara. Jakarta. 
Darmawidah., Wanti Dewayani., Cicu., dan E.Y. Purwani. 2005. Teknologi 
Pengolahan Bawang Merah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan 
Pascapanen Pertanian. 
Hadioetomo., Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT Gramedia 
Pustaka Utama. Jakarta. 
Hardjanti, Sri. 2008. Potensi Daun Katuk Sebagai Sumber Zat Pewarna Alami 
Dan Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk Dengan Menggunakan 
Binder Maltodekstrin. Universitas Mercubuana. Yogyakarta. 
Hosikian., Aris., Su Lim., Ronald Halim., dan Michael K. Danquah. 2010. 
Chlorophyll Extraction from Microalgae: A Review on the Process 
Engineering Aspects. International Journal of Chemical Engineering 
Volume 2010. Monash University, Victoria 3800, Australia. 
Lestari, Rita Puji. 1997. Pengaruh Metode Pemasakan Dan Penyimpanan 
Terhadap Stabilitas Warna Daging Dengan Penambahan Pigmen 
Angkak. 01-03 
Purnomo, Muhammad Arif Jati. 2004. Zat Pewarna Alam Sebagai Alternatif Zat 
Warna yang Ramah Lingkungan. STSI. Surakarta. 
Rukmana, Rahmat. 1994. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan 
Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 
Winarno., F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. 
Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM 
KIMIA PANGAN 
Disusun Oleh : 
Kelompok 9 : 
1. Matsniyyatul Ulfah (H3112054) 
2. M. Hanif K (H3112061) 
3. Novanti Raditya R (H3112068) 
4. Ridya Wardani (H3112075) 
5. Shinta Dewi Y (H3112082) 
6. Viqi Fendi A (H3112089) 
PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN 
FAKULTAS PERTANIAN 
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 
SURAKARTA 
2013

More Related Content

What's hot

Jenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiJenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiKeylala Hawkins
 
Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.awarisusanti
 
Farmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi TerpenoidFarmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi Terpenoiddinana88
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanahedhie noegroho
 
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM terpenoid
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM  terpenoidKIMIA ORGANIK BAHAN ALAM  terpenoid
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM terpenoidDarnisyah R
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanfahmiganteng
 
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining FitokimiaPresentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimiafarmasistikes
 
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponenNanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponenlanilinggar
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)annisaroshi
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseFransiska Puteri
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnalkumala11
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 

What's hot (20)

Jenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiJenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasi
 
Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.
 
Farmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi TerpenoidFarmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi Terpenoid
 
Terpenoid
TerpenoidTerpenoid
Terpenoid
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM terpenoid
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM  terpenoidKIMIA ORGANIK BAHAN ALAM  terpenoid
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM terpenoid
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
 
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining FitokimiaPresentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
Presentasi Praktikum Fitoikimia A4 Skrining Fitokimia
 
Jurnal fitoremediasi
Jurnal fitoremediasiJurnal fitoremediasi
Jurnal fitoremediasi
 
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponenNanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
 
Fitoremediasi
Fitoremediasi Fitoremediasi
Fitoremediasi
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)
 
Katekin
KatekinKatekin
Katekin
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Tp ekstraksi bahan alam
Tp ekstraksi bahan alamTp ekstraksi bahan alam
Tp ekstraksi bahan alam
 
Triterpenoid
TriterpenoidTriterpenoid
Triterpenoid
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 
Kimpang meet 9_pigmen
Kimpang meet 9_pigmenKimpang meet 9_pigmen
Kimpang meet 9_pigmen
 

Similar to Acara v zat warna

MAKALAH RHODAMIN B DAN METHIL YELLOW.pdf
MAKALAH RHODAMIN B DAN METHIL YELLOW.pdfMAKALAH RHODAMIN B DAN METHIL YELLOW.pdf
MAKALAH RHODAMIN B DAN METHIL YELLOW.pdfDesyLilianiHusain1
 
Mikrobial pigmen
Mikrobial pigmenMikrobial pigmen
Mikrobial pigmenZharoh Elba
 
Presentasi Kimia Kelompok 1
Presentasi Kimia Kelompok 1Presentasi Kimia Kelompok 1
Presentasi Kimia Kelompok 1Raphael Shawn
 
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)Nining Nuraida
 
Keamanan Pangan hygiene dsanitasi makanan
Keamanan Pangan hygiene dsanitasi makananKeamanan Pangan hygiene dsanitasi makanan
Keamanan Pangan hygiene dsanitasi makananpembiayaanjaminankes
 
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'Ayda.N Mazlan
 
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.pptRizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.pptRizkyNazty
 
Prt3 warna dan manfatnya
Prt3 warna dan manfatnyaPrt3 warna dan manfatnya
Prt3 warna dan manfatnyaulina jenni
 
ppt pupuk organik diperta.ppt
ppt pupuk organik diperta.pptppt pupuk organik diperta.ppt
ppt pupuk organik diperta.pptbppcandisidoarjo
 
SISTEM DIGESTI.pptx
SISTEM DIGESTI.pptxSISTEM DIGESTI.pptx
SISTEM DIGESTI.pptxElkyTubagus
 
PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK Ayda.N Mazlan
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptdanangpamungkas11
 

Similar to Acara v zat warna (20)

P15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptxP15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptx
 
MAKALAH RHODAMIN B DAN METHIL YELLOW.pdf
MAKALAH RHODAMIN B DAN METHIL YELLOW.pdfMAKALAH RHODAMIN B DAN METHIL YELLOW.pdf
MAKALAH RHODAMIN B DAN METHIL YELLOW.pdf
 
zat aditif makanan
zat aditif makananzat aditif makanan
zat aditif makanan
 
Mikrobial pigmen
Mikrobial pigmenMikrobial pigmen
Mikrobial pigmen
 
Makalah zat pewarna pada makanan
Makalah zat pewarna pada makananMakalah zat pewarna pada makanan
Makalah zat pewarna pada makanan
 
Sifat fisik dan kimia hasil pertanian
Sifat fisik dan kimia hasil pertanianSifat fisik dan kimia hasil pertanian
Sifat fisik dan kimia hasil pertanian
 
Makalah zat pewarna pada makanan
Makalah zat pewarna pada makananMakalah zat pewarna pada makanan
Makalah zat pewarna pada makanan
 
Presentasi Kimia Kelompok 1
Presentasi Kimia Kelompok 1Presentasi Kimia Kelompok 1
Presentasi Kimia Kelompok 1
 
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
 
Keamanan Pangan hygiene dsanitasi makanan
Keamanan Pangan hygiene dsanitasi makananKeamanan Pangan hygiene dsanitasi makanan
Keamanan Pangan hygiene dsanitasi makanan
 
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
 
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.pptRizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
 
Prt3 warna dan manfatnya
Prt3 warna dan manfatnyaPrt3 warna dan manfatnya
Prt3 warna dan manfatnya
 
ppt pupuk organik diperta.ppt
ppt pupuk organik diperta.pptppt pupuk organik diperta.ppt
ppt pupuk organik diperta.ppt
 
Keamanan Pangan Restaurant
Keamanan Pangan RestaurantKeamanan Pangan Restaurant
Keamanan Pangan Restaurant
 
239 580-1-pb
239 580-1-pb239 580-1-pb
239 580-1-pb
 
Makalah zat aditif
Makalah zat aditifMakalah zat aditif
Makalah zat aditif
 
SISTEM DIGESTI.pptx
SISTEM DIGESTI.pptxSISTEM DIGESTI.pptx
SISTEM DIGESTI.pptx
 
PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
 

Acara v zat warna

  • 1. ACARA V ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum Acara V Zat Warna Tanaman dan Hewan adalah : 1. Untuk melihat pengaruh cara pemasakan, asam dan alkali terhadap zat warna tanaman 2. Untuk mengetahui pengaruh cara pemasakan dengan berbagai perlakuan terhadap zat warna hewan B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Teori Peranan warna dalam mutu bahan pangan adalah sangat penting, karena umumnya konsumen atau pembeli sebelum mempertimbangkan nilai gizi dan rasa, pertama-tama akan tertarik oleh keadaan warna bahan. Bila warna bahan makanan kurang cocok dengan selera atau menyimpang dari warna normal, bahan makanan itu tidak akan dipilih konsumen, walaupun rasanya, nilai gizi, dan faktor-faktor lainnya normal. Warnabahan pangan secara alami disebabkan oleh senyawa organik yang disebut pigmen. Di dalam buah dan sayuran terdapat 4 kelompok pigmen, yaitu klorofil, karotenoid, anthosianin, dan anthoxanthin. Selain itu terdapat pula kelompok senyawa polifenol yang disebut tanin yang memberikan warna coklat kehitaman dan rasa sepat pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Warna hijau pada buah dan sayuran disebabkan oleh adanya pigmen klorofil. Klorofil dalam sayuran dan buah-buahan mudah mengalami degradasi oleh pengaruh panas, asam, basa, maupun enzim. Bila sayuran hijau dipanaskan dalam tempat yang tertutup maka warnanya akan berubah menjadi coklat. Hal ini disebabkan karena pada permulaan pemanasan akan dikeluarkan asam-asam yang mudah menguap. Bila tempat pemanasan tertutup maka asam yang dihasilkan
  • 2. tidak dapat keluar dan bereaksi dengan klorofil sehingga terjadi perubahan warna menjadi coklat. Untuk mencegahnya, maka pada pengolahan sayur dengan pemanasan menggunakan tempat yang terbuka. Cara lainyang bisa digunakan untuk mempertahankan warna hijau pada sayuean yaitu dengan melakukan “blanching” pada suhu sekitar 70oC di mana pada suhu ini enzim klorofilase yang mempunyai daya kerja memotong phytil ester dan kemudian membentuk klorofilide yang larut dalam air menjadi non aktif, sehingga warna hijau tetap bisa dipertahankan (Agung, 1996). Warna merupakan atribut mutu pangan yang sangat penting karena warna adalah yang dapat dilihat pertamakali oleh konsumen serta sangat menentukan tingkat penerimaan terhadap suatu produk. Warna pangan ditentukan oleh beberapa pigmen alami diantaranya yaitu seperti khlorofil pada pewarna hijau. Dengan spray drier warna (klorofil) akan semakin hijau karena klorofil tidak banyak yang rusak sebelum dilakukan pengeringan (Hardjanti, 2008). Warna suatu bahan makanan dapat diukur dengan menggunakan alat kalorimeter, spektrofotometer, atau alat-alat lain yang dirancang khusus untuk mengukur warna. Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur komponen warna dalam besaran value, hue, dan chroma. Nilai value menunjukkan gelap terangnya warna, nilai hue mewakili panjang gelombang yang dominan yang akan menentukan apakah warna tersebut merah, hijau, atau kuning. Sedangkan chroma menunjukkan intensitas warna. Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna yaitu : a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan, misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging
  • 3. b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula karamel atau roti yang dibakar. c. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus protein dengan gugus karbonil gula pereduksi. d. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim. Misalnya warna pada permukaan apel atau kentang yang dipotong e. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan. (Winarno, 1992). Teknik pewarnaan khusus itu yang disebut juga pewarnaan tahan asam. Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikrobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti asam alkohol. Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyakdigunakan dalam prosedur pewarnaan. Pada kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapt menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan tampak merah (Hadioetomo, 1993). Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya klorofil, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tannin, betalain, quinon dan xanthon serta karotenoid. Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna seragam dan merata (Cahyadi, 2006).
  • 4. Pigmen angkak merupakan pigmen alami yang dihasilkan oleh kapang Monascus purpurcus. Pigmen angkak dapat digunakan sebagai penggantin garam nitrat, nitrit, atau campuran keduanya. Warna merupakan salah satu parameter spesifik kualitas daging. Warna daging akan mengalami perubahan setelah pemasakan kecuali jika ditambahkan bahan pembentuk warna. Pemberian pigmen merupakan salah satu cara untuk mempertahankan atau mengembaliakn warna yang hilang akibat pengolahan bahan pangan (Lestari, 1997). Klorofil adalah senyawa penting dalam banyak produk sehari-hari. Hal ini digunakan tidak hanya sebagai aditif dalam farmasi dan produk kosmetik tapi juga sebagai zat pewarna makanan alami. Selain itu, ia memiliki antioksidan dan sifat antimutagenik. Ulasan ini membahas rekayasa proses ekstraksi klorofil dari mikroalga. Metode ekstraksi klorofil yang berbeda dan teknik pemurnian klorofil dievaluasi. Analisis awal kami menunjukkan ekstraksi fluida superkritis untuk menjadi lebih baik dari ekstraksi pelarut organik. Bila dibandingkan dengan teknik spektroskopi, kromatografi cair memiliki kinerja tinggi yang ditunjukkan lebih akurat dan sensitif untuk analisis klorofil. Akhirnya, melalui penangkapan CO2 dan pengolahan air limbah, Proses budidaya mikroalga terbukti memiliki potensi kuat untuk mitigasi dampak lingkungan (Hosikian dkk, 2010). 2. Tinjauan Alat dan Bahan Buncis (Phaseolus vulgaris L) merupakan sayuran yang berpotensi ekonomi tinggi karena mempunyai peluang pasar yang cukup luas, baik di dalam maupun di luar negeri. Buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah dikembangkan, serta mengandung vitamin, mineral, dan serat yang sangat berguna bagi perkembangan tubuh manusia. Polong buncis yang masih muda biasanya dibuat sayur seperti sayur sop, sayur asem, cap cay, ditumis atau sebagai lalab matang atau mentah. Buncis tergolong komoditas yang mudah rusak. Umur simpan buncis berkisar
  • 5. antara 7-10 hari pada suhu kamar. Untuk mengurangi kehilangan hasil karena rusak atau busuk, buncis perlu diolah atau diawetkan. Salah satu cara pengawetan buncis yaitu dibuat acar sehingga dapat disimpan lebih lama (Astuti, 2006). Bawang merah termasuk salah satu sayuran umbi multiguna. Paling penting didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai masakan. Bahkan akhir-akhir ini umbi bawang merah diolah menjadi “bawang goreng” yang pemasarannya sudah menembus sasaran ekspor. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional untuk pelayanan kesahatan masyarakat. Sudah sejak lama nenek moyang menggunakan umbi bawang merah sebagai obat nyeri perut karena masuk angin dan penyembuhan luka atau infeksi. Berkhasiatnya umbi bawang merah sebagai obat diduga karena mempunyai efek antiseptik dari senyawa alliin atau allisin. Senyawa alliin ataupunn allisin oleh enzim allisin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida. Dalam industri makanan, umbi bawang merah sering diawetkan dalam kaleng, saus, sop kalengan dan tepung bawang merah. Fungsi dalam tubuh antara lain adalah memperbaiki dan memudahkan pencernaan serta menghilangkan lendir dalam kerongkongan (Rukmana, 1994). Bawang merah (Allium ascalonicum L) selain digunakan sebagai bumbu penyedap masakan karena bau dan aromanya yang khas juga digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan obat-obatan sehingga komoditas ini memegang peranan penting dalam perdagangan. Bawang merah memiliki daya adaptasi luas karena dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah ataupun di dataran tinggi dan dapat diusahakan pada lahan bekas sawah (tanaman padi) maupun pada lahan kering seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Walaupun demikian bawang merah pada umumnya dibudidayakan di dataran rendah pada akhir rnusim hujan atau musim kemarau untuk lahan beririgasi teknis. Penanaman bawang merah di luar rnusim hujan
  • 6. banyak mendapat hambatan seperti melimpahnya air hujan yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman, kelembaban udara dan tanah yang cukup tinggi memberikan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit dan budidaya bawang merah di luar musim memerlukan biaya produksi yang relatif tinggi. Kenyataan ini dapat menimbulkan permasalahan pada persediaan bawang merah sepanjang musim (Darmawidah, 2005). Zat warna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam/tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap tanaman dapat merupaka sumber Zat Pewarna (ZPA), karena mengandung pigmen alam. Potensi sumber ZPA ditentukan oleh intensitas warna yang dihasilkan yang sangat bergantung pada jenis coloring matter yang ada. Coloring matter adalah substansi yang menentukan arah warna zat pewarna alam, yang merupakan senyawa organik yang terkandung dalam sumber zat pewarna alam tersebut. Dalam satu jenis tumbuh-tumbuhan dapat terkandung lebih dari satu jenis coloring matter. Zat pewarna alam terdapat pada bagian tumbuh-tumbuhan seperti daun, batang, kulit batang, bunga, akar, buah, getah dengan kadar dan jenis coloring matter yang bervariasi (Purnomo, 2004). C. Metodologi 1. Alat a. Kompor b. Panci c. Timbangan analitik d. Gelas beker e. Pisau f. pH meter g. Penjepit tabung h. Tabung reaksi
  • 7. i. Pipet tetes j. Pipet volume 2. Bahan a. Tomat b. Bawang Merah c. Buncis d. Daging Sapi segar e. Aquades f. Air ledeng g. NaHCO3 h. Larutan FeCl3 50 ppm i. Larutan MgCl2 50 ppm j. Larutan asam cuka 95% k. NaNO3 l. NaNO2 m. Vitamin C (asam askorbat)
  • 8. 3. Cara Kerja a. Pengaruh beberapa perlakuan terhadap zat warna tanaman 1) Pemanasan keadaan terbuka Disiapka n 5 beaker gelas untuk setiap macam bahan. Di perlakukan tiap-tiap bahan yang diselidiki sebagai berikut : 1. Bahan + air ledeng 50 ml 2. Bahan + NaHCO3 0,5 gram + air leding 50 ml 3. Bahan + Fe chlorida 50 ppm 50 ml 4. Bahan + Mg chlorida 50 ppm 50 ml 5. Bahan + as.cuka 95% 2,5 ml + air ledeng 50 ml Diamati warna larutan dan pH sebelum pemanasan Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit dalam keadaan tutup panci terbuka Diamati perubahan warna dan pH larutan sesudah pemanasan
  • 9. 2) Pemanasan keadaan tertutup Disiapkan 5 beaker gelas untuk setiap macam bahan. Di perlakukan tiap-tiap bahan yang diselidiki sebagai berikut : Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit dalam keadaan tutup panci tertutup b. Pengaruh beberapa perlakuan terhadap zat warna hewan 1) Dengan curing 1. Bahan + air ledeng 50 ml 2. Bahan + NaHCO3 0,5 gram + air leding 50 ml 3. Bahan + Fe chlorida 50 ppm 50 ml 4. Bahan + Mg chlorida 50 ppm 50 ml 5. Bahan + as.cuka 95% 2,5 ml + air ledeng 50 ml Diamati warna larutan dan pH sebelum pemanasan Diamati perubahan warna dan pH larutan sesudah pemanasan Diambil tiap bahan yang diselidiki dan dimasukkan ke dalam 4 buah beaker gelas 1. Pemanasan dengan curing I 2. Pemanasan dengan curing II 3. Pemanasan dengan curing III 4. Pemanasan dengan curing IV Diamati perubahan warna pada menit ke 0, 10, 20, dan 30
  • 10. 2) Tanpa curing Diambil tiap bahan yang diselidiki dan dimasukkan ke dalam 2 1. Dibiarkan dalam keadaan udara terbuka 2. Ditambahkan aquades ke dalam tabung Diamati perubahan warna pada menit ke 0, 10, 20, dan 30 D. Hasil dan Pembahasan buah beaker gelas Tabel 5.1 Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Tomat Kel. Perlakuan Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan Warna pH Warna pH 9 Tomat + Air ledeng 50 mL keadaan terbuka Bening 7,09 Bening orange 5,21 9 Tomat + Air ledeng 50 mL keadaan tertutup Bening 7,31 Orange keruh 7,92 11& 15 Tomat + NaHCO3 0,5 gr + air 50 mL Bening 7,09 Orange merah muda 6,47 12& 16 Tomat + FeCl3 50 ppm 25 mL Bening agak orange 7,51 Bening orange 4 10& 13 Tomat + MgCl2 50 ppm 25 mL Bening 4,91 Orange 7,24 14 Tomat + Asam Cuka 95% 2,5 mL + air 50 mL Bening 5,1 Orange muda 6,47 Sumber : Laporan Sementara Pigmen adalah zat warna alami pada tumbuhan. Pigmen tergolong dalam beberapa jenis yang salah satunya adalah klorofil, karotenoid, antosianin, antoxantin, serta tanin. Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama dengan karoten dan xantofil. Sedangkan pigmen yang terdapat pada zat warna tomat adalah karotenoid. Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange, serta larut dalam minyak (lipida). Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0,5%) bersama-sama dengan klorofil (9,3%), terutama pada bagian permukaan atas daun, dekat dengan dinding
  • 11. sel-sel palisade, karena itu pada dedaunan hijau selain klorofil terdapat juga karotenoid, karotenoid ini terdapat pada buah pepaya, kulit pisang, tomat, cabai merah, mangga, wortel, ubi jalar dan lain-lain. Beberapa jenis karotenoid yang banyak terdapat dialam dan bahan makanan adalah β-karoten. β-karoten salah satunya terdapat dalam tomat, Beta karoten adalah salah satu zat anti oksidan yang terdapat pada buah-buahan, zat anti oksidan sangat berguna untuk melawan zat radikal bebas. Betakaroten sendiri sesungguhnya merupakan provitamin A yakni sumber penting bagi vitamin A di dalam saluran pencernaan khususnya pada usus halus, betakaroten akan mengalami penyerapan yang kemudian di simpan di dalam sel hati. Di dalam sel hati, betakaroten akan di ubah menjadi vitamin A dan siap digunakan kalau dibutuhkan untuk berbagai reaksi metabolisme, selain itu betakaroten juga diperkirakan dapat meningkatkan system imunitas tubuh terhadap serangan infeksi. Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa zat warna tomat pada keadaan terbukadan di tambah 50 mL air ledeng berubah dari bening menjadi bening orange dengan perubahan pH 7,09 menjadi 5,21. Sedangkan dalam keadaan tertutup berubah dari bening menjadi orange keruh dengan pH 7,31 berubah menjadi 7,92. Pada penambahan NaHCO3 warna berubah dari bening ke orange merah muda dan pH dari 7,09 ke 6,47. Penambahan FeCl3 50 ppm warna tidak berubah yaitu tetap bening orange dengan perubahan pH dari 7,51 menjadi 4. Pada penambahan MgCl2 50 ppm dan asam cuka 95% warna berubah dari bening menjadi orange dan orange muda dengan perubahan pH yaitu 4,91menjadi 7,24 dan 5,1 ke 6,47. Pada pemanasan kali ini tidak tejadi perubahan yang begitu signifikan atau mencolok, hal ini terjadi karena karotenoid memiliki sifat yang tahan terhadap panas dan tidak larut dalam air serta warnanya tidak mudah rusak. Menurut William Jayadi Iskandar, likopen adalah senyawa karotenoid berwarna merah yang banyak terdapat di dalam buah tomat. Senyawa itu merupakan fotoprotektor bagi tanaman dan mikroorganisme
  • 12. terhadap produk samping fotosintesis yang tidak diinginkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan kadar asupan (atau serum) likopen yang lebih tinggi memiliki risiko kanker yang lebih rendah dibandingkan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh efek antioksidan yang dimiliki likopen, yang mampu menghambat penuaan alami pada manusia. Penyerapan likopen hampir tidak dipengaruhi oleh zat makanan lainnya. Penelitian tentang pemberian likopen yang dicampur minyak zaitun dengan likopen yang dicampur karbohidrat menunjukkan kadar likopen serum yang hampir sama. Selain itu, pembuatan produk olahan dari tomat dengan suhu tinggi tidak merusak kestabilan struktur likopen. Walaupun demikian, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tanga, dkk. menyebutkan bahwa bioavailabilitas (konsentrasi zat yang diserap tubuh dalam pembuluh darah) likopen sintetik lebih besar tiga kali daripada likopen alami. Tabel 5.2 Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Buncis Kel. Perlakuan Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan Warna pH Warna pH 9 Buncis + Air ledeng 50 mL keadaan terbuka Bening 7,74 Bening hijau 8,46 9 Buncis + Air ledeng 50 mL keadaan tertutup Bening 7,1 Hijau Keruh 8,49 11& 15 Buncis + NaHCO3 0,5 gr + air 50 mL Bening 7,75 Hijau pucat 8,5 12& 16 Buncis + FeCl3 50 ppm 25 mL Bening 8,00 Hijau pucat 5,5 10& 13 Buncis + MgCl2 50 ppm 25 mL Bening 7,55 Hijau pucat 10,47 14 Buncis + Asam Cuka 95% 2,5 mL + air 50 mL Bening 2,98 Hijau pucat 5,88 Sumber : Laporan Sementara Buncis berwarna hijau karena mengandung klorofil, klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Pada hakikatnya klorofil merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga sulit untuk menjaga agar
  • 13. molekulnya tetap utuh dengan warna hijau yang sangat menarik. Dari percobaan yang telah dilakukan tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan yang dapat mempertahankan zat warna dari buncis adalah perlakuan buncis dengan ditambahkan air ledeng 50 mL dan dengan pemanasan terbuka. Sedangkan yang lainnya warna dari buncis berubah dari yang menjadi hijau keruh sampai hijau pucat. Hal ini dapat terjadi karena pada penambahan air ledeng tidak mengandung senyawa apapun, serta keadaan terbuka juga mempengaruhi perubahan warna yang terjadi. Dari tabel di atas kita dapat melihat perubahan warna pada perlakuan penambahan air ledeng 50 mL dengan keadaan terbuka yaitu bening menjadi bening hijau dengan perubahan pH yaitu 7,74 ke 8,46. Sedangkan pada keadaan tertutup wara berubah dari bening menjadi hijau keruh dan pH-nya yaitu dari 7,1 menjadi 8,49. Pada perlakuan penambahan NaHCO3 warna yang semula bening berubah hijau pucat, sedangkan pH-nya berubah dari 7,75 menjadi 8,5. Pada perlakuan penambahan FeCl3 pH-nya mengalami penurunan, yaitu dari 8 menjadi 5,5 sedangkan warnanya berubah menjadi hijau pucat. Pada perlakuan penambahan MgCl2 dan penambahan Asam cuka 95% perubahan warna yang terjadi sama, yaitu dari bening menjadi hijau pucat. Sedangkan pH yang terjadi secara urut yaitu 7,55 menjadi 10,47 dan 2,98 menjadi 5,88. Menurut Haris Dianto Darwindra, buncis mengandung pigmen klorofil. Tekstur dari buncis sebelum pemasakan adalah renyah. Setelah dilakukan pemanasan maka pigmen klorofil terdegradasi menjadi warna hijau pucat, atau hijau kekuningan. Nilai pH setelah ditambahkan bahan kimia masih dalam suasana asam, baik sesudah maupun sebelum pemanasan. Hal ini terjadi karena asam-asam organik yang terbentuk pada saat pemanasan teruapkan keluar. Hal di atas sudah sesuai dengan praktikum yang kita lakukan. Tetapi pada pemanasan dalam keadaan terbuka warna pada buncis tidak berubah. Sehingga pada percobaan pemanasan dalam keadaan terbuka
  • 14. mungkin mengalami kesalahan. Karena menurut teori di atas warna setelah pemanasan seharusnya hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan. Tabel 5.3 Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Bawang Merah Kel. Perlakuan Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan Warna pH Warna pH 9 Bawang Merah + Air ledeng 50 mL keadaan terbuka Bening 7,28 Kuning keruh 8,77 9 Bawang Merah + Air ledeng 50 mL keadaan tertutup Bening 7,01 Kuning keruh 7,12 11& 15 Bawang Merah + NaHCO3 0,5 gr + air 50 mL Bening 7,21 Kuning pekat 7 12& 16 Bawang Merah + FeCl3 50 ppm 25 mL Bening keruh 8,00 Keruh 5,5 10& 13 Bawang Merah + MgCl2 50 ppm 25 mL Bening 5,8 Coklat pucat 8,04 14 Bawang Merah + Asam Cuka 95% 2,5 mL + air 50 mL Bening 5,92 Merah fanta 3,54 Sumber : Laporan Sementara Zat warna pada bawang merah adalah pigmen antosianin. Antosianin merupakan pigmen yang memberikan warna pada bunga, buah, dan daun tumbuhan hijau serta telah banyak digunakan sebagai pewarna alami. Warna yang dihasilkan oleh antosianin yaitu warna cahaya cerah, hal ini terjadi karena susunan ikatan rangkap terkonjugasinya yang panjang, sehingga mampu menyerap cahaya pada rentang cahaya tampak. Sistem ikatan rangkap terkonjugasi ini juga yang mampu menjadikan antosianin sebagai antioksidan dengan mekanisme penangkapan radikal bebas. Antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga flavonoid, dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih besar yaitu polifenol. Sebagian besar tumbuhan memiliki kandungan antosianin terbesar pada bagian buahnya. Perubahan yang terjadi pada bawang merah dengan penambahan air ledeng dalam keadaan terbuka dan tertutup perubahan pH-nya secara berurutan yaitu 7,28 menjadi 8,77 dan 7,01 menjadi 7,12. Sedangkan warnanya berubah dari bening menjadi kuning keruh semua. Selanjutnya pada penambahan NaHCO3 warnanya berubah dari bening menjadi kuning
  • 15. pekat dan pH-nya dari 7,21 menjadi 7. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori yang seharusnya pH-nya naik. Pada penambahan FeCl3 yaitu berubah dari bening keruh menjadi keruh dengan pH 8 menjadi 5,5. Sedangkan pada penambahan MgCl3 dan Asam Cuka 95% warnanya berubah dari bening menjadi coklat pucat dan merah fanta. Sedangkan pH yang terjadi secara urut yaitu 5,8 menjadi 8,04 dan 5,92 menjadi 3,54. Menurut Haris Dianto Darwindra, bawang merah mengandung pigmen anthosianin. Ketika dilakukan percobaan pada bawang merah yang ditambahkan bahan kimia, warnanya menjadi ungu keputihan. Hal tersebut dikarenakan sifat antosianin yang akan berwarna ungu dalam keadaan basa. Nilai pH bawang merah ketika ditambahkan beberapa larutan menurun, kecuali pada penambahan aquadest dan NaHCO3 nilainya akan naik. Menurut teori di atas pada penambahan aquades sudah sesuai, yaitu pH-nya naik, tetapi perubahan warnanya juga salah. Sedangkan pada perlakuan yang lainnya juga terjadi ketidaksesuaian dengan teori. Hal ini terjadi karena banyak hal dan faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan dalam praktikum. Antara lain yaitu dalam pengukuran pH yang menggunakan pH meter, sedangkan praktikan belum ahli menggunakan alat tersebut. Sehingga ada indikasi bahwa kesalahan terletak pada saat pembacaan nilai pH pada pH meter.
  • 16. Tabel 5.4 Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Hewan Kel . Perlakua n Pengamatan Zat Warna Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan 0 10 20 30 0 10 20 30 9 Dibiarka n di udara terbuka Merah darah segar Merah darah segar Merah darah segar Merah darah segar - - - - 10 & 14 Pemanas an dengan aquades Merah darah segar - - - Me rah puc at Putih pucat keruh Putih tulang keruh Putih pucat semak in keruh 11 & 13 Pemanas an dengan curing III Merah darah segar - - - Me rah Merah pucat kecok latan Putih coklat pucat Pucat kunin g keruh 11 & 15 Pemanas an dengan curing I Merah darah segar - - - Me rah Merah pucat Merah pucat semaki n putih Merah pucat putih keruh 12 & 14 Pemanas an dengan curing IV Merah darah segar - - - Me rah Pink Putih pucat Putih pucat 12 & 16 Pemanas an dengan curing II Merah darah segar - - - Me rah Pink Pink pudar Putih kecok latan Sumber : Laporan Sementara Curing daging adalah suatu proses yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam dan pengendalian aktivitas air diikuti dengan pemberian garam nitrit untuk mempertahankan warna daging. Warna merupakan salah satu parameter spesifik kualitas daging. Warna daging akan mengalami perubahan setelah pemasakan kecuali jika ditambahkan bahan pembentuk warna. Daging dalam bentuk segar biasanya dikemas dalam plastik PVC. Kemasan vakum juga sering digunakan untuk mengemas daging masak.
  • 17. Pada percobaan kali ini pada perlakuan dibiarkan dalam keadaan terbuka warna daging tetap merah darah segar sampai menit ke 30. Pada pemanasan dengan aquades secara berurutan warna daging dari menit ke 0, 10, 20, dan 30 yaitu merah pucat, putih pucat keruh, putih tulang keruh, dan putih semakin pucat keruh. Sedangkan pada pemanasan curing III yaitu merah, merah pucat kecoklatan, putih coklat pucat, dan pucat kuning keruh. Pada pemanasan curing I perubahan warna yang terjadi yaitu merah, merah pucat, merah pucat semakin putih, dan merah pucat putih keruh. Selanjutnya pada pemanasan dengan curing IV perubahan warna yang terjadi yaitu merah, pink, putih pucat, dan tetap putih pucat pada menit ke 30. Pada percobaan yang terakhir pemanasan dengan curing II pada menit ke 0 dan 10 sama dengan pemanasan curing IV yaitu merah, pink, dan pada menit ke 20 dan 30 berwarna pink pudar, serta putih kecoklatan. Curing satu dapat mempertahankan zat warna pada daging dikarenakan nitrit dan nitrat merupakan bahan tambahan yang dapat memperbaiki warna dan rasa daging pada proses curing. Selain itu, nitrit pun dapat mencegah pertumbuhan clostridium botulinum yang bersifat racun bila dikonsumsi manusia sehingga menyebabkan botulisme. Nitrit dapat berubah menjadi nitrit oksida yang akan bergabung dengan myoglobin (Mb). Myoglobin merupakan pigmen yang menentukan warna merah alami pada daging yang tidak diasin dan mioglobin juga merupakan pigmen utama penyusun 80% dari pigmen daging dan berwarna merah keunguan. Kadar mioglobin daging akan mempengaruhi derajat warna merah daging tersebut. Kadar mioglobin daging bervariasi dengan spesies, umur, jenis kelamin, jenis otot dan aktivitas fisik. Konsentrasi mioglobin dalam daging sapi lebih besar dibandingkan yang terdapat pada daging babi atau ayam. Perbedaan kandungan mioglobin ini menyebabkan warna daging sapi terlihat lebih merah daripada daging babi dan daging babi lebih merah dari daging ayam. Setelah berubah menjadi nitrit oksida, nitrit oksida dan myoglobin berubah menjadi nitrit oksida myoglobin (NOMb).
  • 18. Penggunaan nitrat mempunyai manfaat yaitu menghasilkan pigmen daging yang stabil dan flavor daging yang meningkat serta daya ikat air daging yang semakin kuat. Oleh karena itulah curing satu yang dapat mempertahankan zat warna pada daging sehingga daging setelah pemanasan masih mempunyai kwalitas yang baik. E. Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum Acara V Zat Warna Tanaman dan Hewan adalah : 1. Zat warna dalam tomat adalah likopen yaitu senyawa karotenoid berwarna merah 2. Zat warna yang mampu bertahan pada tomat adalah tomat dengan penambahan FeCl 50 ppm 3. Zat warna pada buncis adalah klorofil, sehingga memberi pigmen warna hijau pada buncis 4. Pada buncis yang mampu bertahan yaitu buncis dengan penambahan air ledeng sebanyak 50 mL 5. Bawang merah mengandung pigmen antosianin yang akan berwarna ungu dalam keadaan basa 6. Pada bawang merah hampir semua berubah, tapi yang mampu mempertahankan zat warnanya yaitu bawang merah dengan penambahan FeCl 50 ppm 7. Curing daging adalah suatu proses yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam dan pengendalian aktivitas air diikuti dengan pemberian garam nitrit untuk mempertahankan warna daging. 8. Pada zat warna hewan terdapat pigmen mioglobin yang menentukan warna merah alami pada daging yang tidak diasinkan. 9. Curing terbaik yaitu curing I, karena curing ini masih bisa mempertahankan zat warna daging walaupun semakin lama dipanaskan semakin pucat putih.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Agung, I Gusti Ngurah. 1996. Pigmen pada Pengolahan Buah dan Sayur. Majalah Ilmiah Teknologi Pertanian Vol. 2 No. 1. Teknologi Hasil Pertanian. UNUD. Astuti, Sri Mulia. 2006. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh Konsentrasi Garam dan Blanching terhadap Mutu Acar Buncis. Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 2. Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran. Cahyadi., Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara. Jakarta. Darmawidah., Wanti Dewayani., Cicu., dan E.Y. Purwani. 2005. Teknologi Pengolahan Bawang Merah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Hadioetomo., Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hardjanti, Sri. 2008. Potensi Daun Katuk Sebagai Sumber Zat Pewarna Alami Dan Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk Dengan Menggunakan Binder Maltodekstrin. Universitas Mercubuana. Yogyakarta. Hosikian., Aris., Su Lim., Ronald Halim., dan Michael K. Danquah. 2010. Chlorophyll Extraction from Microalgae: A Review on the Process Engineering Aspects. International Journal of Chemical Engineering Volume 2010. Monash University, Victoria 3800, Australia. Lestari, Rita Puji. 1997. Pengaruh Metode Pemasakan Dan Penyimpanan Terhadap Stabilitas Warna Daging Dengan Penambahan Pigmen Angkak. 01-03 Purnomo, Muhammad Arif Jati. 2004. Zat Pewarna Alam Sebagai Alternatif Zat Warna yang Ramah Lingkungan. STSI. Surakarta. Rukmana, Rahmat. 1994. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Winarno., F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
  • 20. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN Disusun Oleh : Kelompok 9 : 1. Matsniyyatul Ulfah (H3112054) 2. M. Hanif K (H3112061) 3. Novanti Raditya R (H3112068) 4. Ridya Wardani (H3112075) 5. Shinta Dewi Y (H3112082) 6. Viqi Fendi A (H3112089) PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013