SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Paradigma Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Ditulis oleh siriusjack pada 10/27/2011 06:56:00 PM
Memahami Paradigma
Konstruktivisme
Pergeseran paradigma pembelajaran yang sebelumnya lebih menitik beratkan pada peran guru, fasilitator,
instruktur yang demikian besar, dalam perjalanannya semakin bergeser pada pemberdayaan peserta didik atau
siswa dalam mengambil inisiatif dan partisipasi di dalam kegiatan belajar.
Dalam kajian filsafat, berkembangnya konstruktivisme tidak terlepas dan perubahan pandangan yang menempatkan
pengetahuan sebagai representasi (gambaran atau ungkapan) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme).
Pandangan yang menganggap bahwa pengetahuan merupakan kumpulan fakta. Namun akhir-akhir ini perkembangan pesat
pemikiran, terlebih dalam bidang sains yang menempatkan bahwa pengetahuan tidak terlepas dari subjek yang sedang
belajar mengerti (Supamo, 1997:18).
Dalam proses perkembangannya pemikiran-pemikiran baru semakin mendapat tempat yang luas, bahwa pengetahuan lebih
dianggap sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus menerus berkembang dan berubah.
Konstruktivisme merupakan respons terhadap berkembangnya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran
yang menginginkan peran aktif siswa dalam merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri. Konsruktivisme
merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri
(Von Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews, 1994). Von Glasefeld mengemukakan bahwa pengetahuan
bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui
kegiatan seseorang. Melalui proses belajar yang dilakukan, seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur
pengetahuan yang diperlukan untuk suatu pengetahuan tertentu. Oleh karena itu, pengetahuan bukanlah tentang dunia yang
lepas dari pengamat, akan tetapi merupakan hasil konstruksi pengalaman manusia sejauh yang dialaminya. Menurut Piaget
(1971), pembentukan ini tidak pernah mencapai titik akhir, akan tetapi terus menerus berkembang setiap kali mengadakan
reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Dalam mencermati realitas kehidupan sehari-hari, para konstruktivis mempercayai bahwa pengetahuan itu ada dalam diri
seseorang yang sedang berusaha mengetahui. Siswa sendirilah yang mengartikan apa yang telah diajarkan dengan
menyesuaikan terhadap pengalaman mereka (Lorsbach & Tobin, 1992).
Karena kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka setiap siswa
harus memiliki kemampuan untuk memperdayakan fungsi-fungsi psikis dan mental yang dimilikinya. Hal ini terkait dengan
proses konstruksi yang menuntut beberapa kemampuan dasar, yaitu;
1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, serta
3) kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada pengalaman yang lain.
Dalam sebuah kesimpulannya Glasersfeld dan Kitchener(1987) memberikan penekanan tentang 3 hal mendasar
berkaitan dengan pemahaman terhadap gagasan konstruktivisme, yaitu;
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi
kenyataan melalui kegiatan subjek.
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan, dan
konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif.
Belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasikan dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-
pengalaman yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya tentang obyek tertentu menjadi lebih kokoh. Oleh karena itu,
terdapat beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan pemahaman tentang belajar;
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna dalam hal ini merupakan hasil bentukan siswa sendiri yang bersumber dari apa
yang mereka lihat, rasakan, dan alami. Konstruksi dalam artian initerkait dengan pengertian yang telah ia miliki.
b. Konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis. Setiap kali seseorang berhadapan dengan
fenomena atau pengalaman-pengalaman baru, siswa melakukan rekostruksi.
c. Secara substansial, belajar bukanlah aktivitas menghimpun fakta atau informasi, akan tetapi lebih kepada upaya
pengembangan pemikiran-pemikiran baru. Belajar bukan merupakan hasil perkembangan akan tetapi merupakan
perkembangan itu sendiri (Fosnot, 1996), suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran-
pemikiran seseorang.
d. Proses belajar yang sebenamya terjadi ketika skema pemikiran seseorang dalam keraguan yang menstimulir pemikiran-
pemikiran lebih lanjut. Dalam waktu-waktu tertentu situasi mengandung keragu-raguan memiliki unsur positif untuk
mendorong siswa belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa tentang lingkungannya.
f. Hasil belajar siswa tergantung dari apa yang telah ia ketahui, baik berkenaan dengan pengertian, konsep, formula dan
sebagainya.
Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan,
konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses
pembelajaran siswa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri.
Foucoult dalam The Arceology, menyatakan pendidikan yang membelenggu merupakan transfer pengetahuan, sedang yang
membebaskan merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan dan menjadi proses transformasi yang diuji dalam
kehidupan nyata (Maksum & Ruhendi,2004 : 178).
Belajar dalam hal ini lebih dititik beratkan pada pengembangan pemikiran yang memungkinkan siswa mampu
memberdayakan fungsi-fungsi fisik dan psikologis dirinya secara menyeluruh. Itulah sebabnya maka konstruktivisme
menjadi landasan bagi beberapa teori belajar, misalnya teori perubahan konsep, teori belajar bermakna dan teori skema
(Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu, 2005: 16).
Ketika siswa aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, maka guru membantu berperan sebagai mediator untuk
membangun pengetahuan mereka tersebut. Jelasnya belajar yang berarti terjadi melalui refleksi pemecahan masalah,
pengertian-pengertian, dan dalam proses tersebut selalu ada aktivitas untuk memperbaharui tingkat pemikiran yang
sebelumnya tidak lengkap. Hal inilah yang mengharuskan siswa untuk selalu berperan aktif, karena keberhasilan
pembentukan pengetahuan-pengetahuan, pemikiran-pemikiran baru, baik melalui proses akomodasi maupun melalui
asimilasi.
Mencermati peran keaktifan siswa yang sangat penting di dalam konstruktivisme, ada baiknya kita membandingkan dengan
pandangan behaviorisme. Dalam pandangan behaviorisme belajar lebih merupakan aktivitas pengumpulan informasi yang
diperkuat oleh lingkungannya, sedangkan konstruktivis, pengetahuan itu adalah kegiatan aktif siswa meneliti lingkungannya
(Bettencourt, 1989).
Meskipun menurut pandangan konstruktivis upaya membangun pengetahuan dilakukan oleh siswa melalui kegiatan belajar
yang ia lakukan, namun peran guru tetap menempati arti penting dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan ini,
mengajar memang tidak hanya diartikan menyampaikan informasi, akan tetapi lebih menitik beratkan perannya sebagai
mediator dan fasilitator (Suparno, 1997: 66). Dalam kegiatan pembelajaran fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator dapat
dijabarkan dalam beberapa wujud tugas sebagai berikut;
1. Mernyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan,
proses dan penelitian.
Kegiatan pembelajaran hendaknya dapat memberikan kesempatan secara luas kepada siswa agar mereka dapat
mengembangkan kemampuan berpikir, memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembangnya inisiatif dan kreativitas
sesuai dengan modalitas belajamya masing-masing. Pemberian kesempatan kepada para siswa untuk mampu merancang
berbagai bentuk kegiatan, merencanakan proses kegiatan dan merancang serta melaksanakan.
2. Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya serta ide-ide ilmiahnya.
Dalam pandangan konstruktivisme, ukuran keberhasilan belajar utamanya bukan pada banyak informasi atau pengetahuan
yang didapatkan, karena bilamana indikator tersebut yang dijadikan patokan, maka pembelajaran menjadi kegiatan yang
statik dan kurang bermakna. Penempatan siswa sebagai subyek aktif mengharuskan mereka untuk terus menerus
mengembangkan potensi dan kemampuannya dengan melakukan aktivitas-aktivitas untuk menemukan sesuatu, membangun
sendiri pengetahuannya, ekspresi dan gagasan-gagasannya dalam setiap sesi kegiatan pembelajaran.
Guru juga dituntut untuk member kesempatan yang luas kepada siswa agar mereka memiliki waktu yang cukup, rasa percaya
diri yang tinggi untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dan ide-ide mereka terkait dengan bahan atau materi pembelajaran.
3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran-pemikiran siswa dapat didorong secara aktif.
Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengukur ketercapaian materi pembelajaran, akan tetapi juga harus memperhatikan
perubahan-perubahan cara berpikir siswa. Apakah melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilalui, menjadikan siswa
semakin mampu dan terampil memecahkan masalah, mengatasi kesulitan yang dihadapi. Apakah kemampuan siswa
mengkomunikasikan persoalan-persoalan yang dihadapinya semakin baik, sehingga kemampuan dan keterampilan
berpikirnya semakin meningkat.
Sejalan dengan hal ini ada beberapa tindakan spesifik yang perlu dilakukan guru untuk mengoptimalisasi perannya dalam
proses pembelajaran;
a. Untuk meningkatkan kecermatan guru dalam mengerti apa yang sudah siswa ketahui, maka diperlukan peningkatan
intensitas interaksi antara guru dan siswa.
b. Tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas di kelas sebaiknya dibicarakan bersama dengan siswa agar mereka dapat
berperan aktif dan mendapat pengalaman belajar melalui keterlibatan langsung di kelas.
c. Guru perlu berupaya secara intensif untuk mengetahui pengalaman-pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan
kebutuhan siswa. Untuk itu maka pembinaan komunikasi dialogis antara guru dan siswa harus terus dikembangkan.
d. Guru perlu berupaya mendorong tumbuhnya rasa percaya diri siswa, bahwa mereka memiliki kemampuan untuk belajar
dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
e. Guru perlu bersikap fleksibel, membina keakraban dengan siswa sehingga semakin dapat memahami pemikiran-pemikiran
siswa serta kebutuhan-kebutuhan mereka.
Dari uraian-uraian dan contoh yang telah dipaparkan di atas terdapat beberapa prinsip dasar pembelajaran konstruktivisme,
yaitu;
1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
2) tekanan proses belajar terletak pada siswa;
3) mengajar adalah membantu siswa belajar;
4) penekanan dalam proses belajar lebih kepada proses bukanhasil akhir;
5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;
6) guru adalah fasilitator.
Atas dasar prinsip tersebut, Brooks and Brooks (1993) mengatakan perbedaan situasi pembelajaran tradisional dengan
pembelajaran konstruktivisme dapat dijabarkan seperti pada table berikut;
Perbedaan Situasi Pembelajaran Berdasarkan Pandangan Tradisional dan Konstruktivisme
Diadaptasi dari Brooks & (1993) Pannen (2005).

More Related Content

What's hot

Konsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKonsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKundas Tanma
 
Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran KonstruktivismePembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran KonstruktivismeAnas Nataris
 
Prinsip prinsip teori belajar konstruktivistik
Prinsip prinsip teori belajar konstruktivistikPrinsip prinsip teori belajar konstruktivistik
Prinsip prinsip teori belajar konstruktivistikIka Pratiwi
 
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivisme
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar KonstruktivismePsikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivisme
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivismeikasaputri
 
Makalah teori konstruktivisme dan landasan filosofisnya
Makalah teori konstruktivisme dan landasan filosofisnyaMakalah teori konstruktivisme dan landasan filosofisnya
Makalah teori konstruktivisme dan landasan filosofisnyaSeptian Muna Barakati
 
Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Pendekatan Konstruktivisme dalam PembelajaranPendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaranyus01
 
Teori konstruktivistik
Teori konstruktivistikTeori konstruktivistik
Teori konstruktivistikDiah Japri
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranFitri Yusmaniah
 
Pengertian teori belajar konstruktivistik
Pengertian teori belajar konstruktivistikPengertian teori belajar konstruktivistik
Pengertian teori belajar konstruktivistikIka Pratiwi
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Aidil Abrar
 
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar KonstruktivismeTeori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar KonstruktivismeCharis Muhammad
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismesahronzulkepli
 
Pendekatan konstruktivisme
Pendekatan konstruktivismePendekatan konstruktivisme
Pendekatan konstruktivismethongsewkim
 
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar KonstruktivismeTeori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar Konstruktivismetbpck
 
Psikologi Pendidikan-Kontruktivisme
Psikologi Pendidikan-KontruktivismePsikologi Pendidikan-Kontruktivisme
Psikologi Pendidikan-KontruktivismeAnita Rahman
 

What's hot (20)

Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Konstruktivisme
KonstruktivismeKonstruktivisme
Konstruktivisme
 
Konsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKonsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistik
 
Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran KonstruktivismePembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran Konstruktivisme
 
Prinsip prinsip teori belajar konstruktivistik
Prinsip prinsip teori belajar konstruktivistikPrinsip prinsip teori belajar konstruktivistik
Prinsip prinsip teori belajar konstruktivistik
 
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivisme
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar KonstruktivismePsikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivisme
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivisme
 
Makalah teori konstruktivisme dan landasan filosofisnya
Makalah teori konstruktivisme dan landasan filosofisnyaMakalah teori konstruktivisme dan landasan filosofisnya
Makalah teori konstruktivisme dan landasan filosofisnya
 
Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Pendekatan Konstruktivisme dalam PembelajaranPendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
 
Teori konsruktivis
Teori konsruktivisTeori konsruktivis
Teori konsruktivis
 
Teori konstruktivistik
Teori konstruktivistikTeori konstruktivistik
Teori konstruktivistik
 
Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Pengertian teori belajar konstruktivistik
Pengertian teori belajar konstruktivistikPengertian teori belajar konstruktivistik
Pengertian teori belajar konstruktivistik
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar KonstruktivismeTeori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar Konstruktivisme
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivisme
 
Pendekatan konstruktivisme
Pendekatan konstruktivismePendekatan konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme
 
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar KonstruktivismeTeori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar Konstruktivisme
 
Psikologi Pendidikan-Kontruktivisme
Psikologi Pendidikan-KontruktivismePsikologi Pendidikan-Kontruktivisme
Psikologi Pendidikan-Kontruktivisme
 

Viewers also liked

偿计划 GlobalPublicash
偿计划 GlobalPublicash偿计划 GlobalPublicash
偿计划 GlobalPublicashNatura Art
 
Lowering the Histamine Burden Oct 2012 Mastocytosis Conference
Lowering the Histamine Burden Oct 2012 Mastocytosis ConferenceLowering the Histamine Burden Oct 2012 Mastocytosis Conference
Lowering the Histamine Burden Oct 2012 Mastocytosis ConferenceTiffany Blackden
 
BHSAD. Packaging design children's yogurt.
BHSAD. Packaging design children's yogurt.BHSAD. Packaging design children's yogurt.
BHSAD. Packaging design children's yogurt.Vlad Mikhailov
 
Working with Histamine Overload April 2013
Working with Histamine Overload April 2013Working with Histamine Overload April 2013
Working with Histamine Overload April 2013Tiffany Blackden
 
Health Effects- Unconventional Natural Gas Development and Production (“FRACK...
Health Effects- Unconventional Natural Gas Development and Production (“FRACK...Health Effects- Unconventional Natural Gas Development and Production (“FRACK...
Health Effects- Unconventional Natural Gas Development and Production (“FRACK...Tiffany Blackden
 
михайлов влад избенка
михайлов влад избенкамихайлов влад избенка
михайлов влад избенкаVlad Mikhailov
 
Tugas perilaku konsumen 2
Tugas perilaku konsumen 2Tugas perilaku konsumen 2
Tugas perilaku konsumen 2Betty Lengkong
 
Tugas perilaku konsumen
Tugas perilaku konsumenTugas perilaku konsumen
Tugas perilaku konsumenBetty Lengkong
 
влад михайлов избенка_10.04
влад михайлов избенка_10.04влад михайлов избенка_10.04
влад михайлов избенка_10.04Vlad Mikhailov
 
михайлов влад 24_05
михайлов влад 24_05михайлов влад 24_05
михайлов влад 24_05Vlad Mikhailov
 
Shoes industry
Shoes industryShoes industry
Shoes industryJoey Bauso
 
Apresentação formação
Apresentação formaçãoApresentação formação
Apresentação formaçãoMarta Antunes
 
Peshkash eemane abutalib
Peshkash eemane abutalibPeshkash eemane abutalib
Peshkash eemane abutalibMuhammad Naqi
 
Presentacion del mundial 2014 santi 1
Presentacion del mundial 2014 santi 1Presentacion del mundial 2014 santi 1
Presentacion del mundial 2014 santi 1santimunozclaret
 

Viewers also liked (20)

Sbd6
Sbd6Sbd6
Sbd6
 
Sbd2
Sbd2Sbd2
Sbd2
 
Sbd3
Sbd3Sbd3
Sbd3
 
偿计划 GlobalPublicash
偿计划 GlobalPublicash偿计划 GlobalPublicash
偿计划 GlobalPublicash
 
Lowering the Histamine Burden Oct 2012 Mastocytosis Conference
Lowering the Histamine Burden Oct 2012 Mastocytosis ConferenceLowering the Histamine Burden Oct 2012 Mastocytosis Conference
Lowering the Histamine Burden Oct 2012 Mastocytosis Conference
 
BHSAD. Packaging design children's yogurt.
BHSAD. Packaging design children's yogurt.BHSAD. Packaging design children's yogurt.
BHSAD. Packaging design children's yogurt.
 
Working with Histamine Overload April 2013
Working with Histamine Overload April 2013Working with Histamine Overload April 2013
Working with Histamine Overload April 2013
 
Health Effects- Unconventional Natural Gas Development and Production (“FRACK...
Health Effects- Unconventional Natural Gas Development and Production (“FRACK...Health Effects- Unconventional Natural Gas Development and Production (“FRACK...
Health Effects- Unconventional Natural Gas Development and Production (“FRACK...
 
01 01 b_municipal_19
01 01 b_municipal_1901 01 b_municipal_19
01 01 b_municipal_19
 
михайлов влад избенка
михайлов влад избенкамихайлов влад избенка
михайлов влад избенка
 
Tugas perilaku konsumen 2
Tugas perilaku konsumen 2Tugas perilaku konsumen 2
Tugas perilaku konsumen 2
 
Tugas perilaku konsumen
Tugas perilaku konsumenTugas perilaku konsumen
Tugas perilaku konsumen
 
Mikhailov vlad 5_10
Mikhailov vlad 5_10Mikhailov vlad 5_10
Mikhailov vlad 5_10
 
влад михайлов избенка_10.04
влад михайлов избенка_10.04влад михайлов избенка_10.04
влад михайлов избенка_10.04
 
михайлов влад 24_05
михайлов влад 24_05михайлов влад 24_05
михайлов влад 24_05
 
20 mikhailov vlad
20 mikhailov vlad20 mikhailov vlad
20 mikhailov vlad
 
Shoes industry
Shoes industryShoes industry
Shoes industry
 
Apresentação formação
Apresentação formaçãoApresentação formação
Apresentação formação
 
Peshkash eemane abutalib
Peshkash eemane abutalibPeshkash eemane abutalib
Peshkash eemane abutalib
 
Presentacion del mundial 2014 santi 1
Presentacion del mundial 2014 santi 1Presentacion del mundial 2014 santi 1
Presentacion del mundial 2014 santi 1
 

Similar to Sbd1

Konstruktivisme implikasi baru dalam tep (1)
Konstruktivisme  implikasi baru dalam tep (1)Konstruktivisme  implikasi baru dalam tep (1)
Konstruktivisme implikasi baru dalam tep (1)Dedi Yulianto
 
Aniza Nabila_Teori Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar.pdf
Aniza Nabila_Teori Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar.pdfAniza Nabila_Teori Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar.pdf
Aniza Nabila_Teori Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar.pdfAnisaNabilaNurSetya
 
Konstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiahKonstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiahDiah Japri
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeMuhammadLatif68
 
PPT teori kontruktivsm.pptx
PPT teori kontruktivsm.pptxPPT teori kontruktivsm.pptx
PPT teori kontruktivsm.pptxumipratiwi4
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualputri-uki
 
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptxPPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptxNawazzZz
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismesahronzulkepli
 
Teori pembelajaran konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivismeTeori pembelajaran konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivismesahronzulkepli
 
45565607 topik-5-khsr-oum
45565607 topik-5-khsr-oum45565607 topik-5-khsr-oum
45565607 topik-5-khsr-oumSashi Kumar
 
Tes Slide Share
Tes Slide ShareTes Slide Share
Tes Slide Shareputra177
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clismartinrusmaja
 
Implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran matematika
Implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran matematikaImplikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran matematika
Implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran matematikanurcahyono19
 

Similar to Sbd1 (20)

Konstruktivisme implikasi baru dalam tep (1)
Konstruktivisme  implikasi baru dalam tep (1)Konstruktivisme  implikasi baru dalam tep (1)
Konstruktivisme implikasi baru dalam tep (1)
 
Teori konstruktive
Teori konstruktiveTeori konstruktive
Teori konstruktive
 
Aniza Nabila_Teori Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar.pdf
Aniza Nabila_Teori Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar.pdfAniza Nabila_Teori Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar.pdf
Aniza Nabila_Teori Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar.pdf
 
Konstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiahKonstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiah
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Modul 6 kb 3
Modul 6 kb 3Modul 6 kb 3
Modul 6 kb 3
 
PPT teori kontruktivsm.pptx
PPT teori kontruktivsm.pptxPPT teori kontruktivsm.pptx
PPT teori kontruktivsm.pptx
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptxPPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
 
Artikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar PembelajaranArtikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar Pembelajaran
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivisme
 
Teori pembelajaran konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivismeTeori pembelajaran konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme
 
45565607 topik-5-khsr-oum
45565607 topik-5-khsr-oum45565607 topik-5-khsr-oum
45565607 topik-5-khsr-oum
 
Tes Slide Share
Tes Slide ShareTes Slide Share
Tes Slide Share
 
Teori Konstruktivisme
Teori KonstruktivismeTeori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme
 
Ctl
CtlCtl
Ctl
 
Makalah yulia
Makalah yuliaMakalah yulia
Makalah yulia
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clis
 
Implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran matematika
Implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran matematikaImplikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran matematika
Implikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran matematika
 

Sbd1

  • 1. Paradigma Konstruktivisme dalam Pembelajaran Ditulis oleh siriusjack pada 10/27/2011 06:56:00 PM Memahami Paradigma Konstruktivisme Pergeseran paradigma pembelajaran yang sebelumnya lebih menitik beratkan pada peran guru, fasilitator, instruktur yang demikian besar, dalam perjalanannya semakin bergeser pada pemberdayaan peserta didik atau siswa dalam mengambil inisiatif dan partisipasi di dalam kegiatan belajar. Dalam kajian filsafat, berkembangnya konstruktivisme tidak terlepas dan perubahan pandangan yang menempatkan pengetahuan sebagai representasi (gambaran atau ungkapan) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Pandangan yang menganggap bahwa pengetahuan merupakan kumpulan fakta. Namun akhir-akhir ini perkembangan pesat pemikiran, terlebih dalam bidang sains yang menempatkan bahwa pengetahuan tidak terlepas dari subjek yang sedang belajar mengerti (Supamo, 1997:18). Dalam proses perkembangannya pemikiran-pemikiran baru semakin mendapat tempat yang luas, bahwa pengetahuan lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus menerus berkembang dan berubah. Konstruktivisme merupakan respons terhadap berkembangnya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri. Konsruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews, 1994). Von Glasefeld mengemukakan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Melalui proses belajar yang dilakukan, seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk suatu pengetahuan tertentu. Oleh karena itu, pengetahuan bukanlah tentang dunia yang lepas dari pengamat, akan tetapi merupakan hasil konstruksi pengalaman manusia sejauh yang dialaminya. Menurut Piaget (1971), pembentukan ini tidak pernah mencapai titik akhir, akan tetapi terus menerus berkembang setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Dalam mencermati realitas kehidupan sehari-hari, para konstruktivis mempercayai bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang berusaha mengetahui. Siswa sendirilah yang mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka (Lorsbach & Tobin, 1992). Karena kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka setiap siswa harus memiliki kemampuan untuk memperdayakan fungsi-fungsi psikis dan mental yang dimilikinya. Hal ini terkait dengan proses konstruksi yang menuntut beberapa kemampuan dasar, yaitu;
  • 2. 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, serta 3) kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada pengalaman yang lain. Dalam sebuah kesimpulannya Glasersfeld dan Kitchener(1987) memberikan penekanan tentang 3 hal mendasar berkaitan dengan pemahaman terhadap gagasan konstruktivisme, yaitu; a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif. Belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasikan dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman- pengalaman yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya tentang obyek tertentu menjadi lebih kokoh. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan pemahaman tentang belajar; a. Belajar berarti membentuk makna. Makna dalam hal ini merupakan hasil bentukan siswa sendiri yang bersumber dari apa yang mereka lihat, rasakan, dan alami. Konstruksi dalam artian initerkait dengan pengertian yang telah ia miliki. b. Konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis. Setiap kali seseorang berhadapan dengan fenomena atau pengalaman-pengalaman baru, siswa melakukan rekostruksi. c. Secara substansial, belajar bukanlah aktivitas menghimpun fakta atau informasi, akan tetapi lebih kepada upaya pengembangan pemikiran-pemikiran baru. Belajar bukan merupakan hasil perkembangan akan tetapi merupakan perkembangan itu sendiri (Fosnot, 1996), suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran- pemikiran seseorang. d. Proses belajar yang sebenamya terjadi ketika skema pemikiran seseorang dalam keraguan yang menstimulir pemikiran- pemikiran lebih lanjut. Dalam waktu-waktu tertentu situasi mengandung keragu-raguan memiliki unsur positif untuk mendorong siswa belajar. e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa tentang lingkungannya. f. Hasil belajar siswa tergantung dari apa yang telah ia ketahui, baik berkenaan dengan pengertian, konsep, formula dan sebagainya. Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses pembelajaran siswa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri. Foucoult dalam The Arceology, menyatakan pendidikan yang membelenggu merupakan transfer pengetahuan, sedang yang membebaskan merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan dan menjadi proses transformasi yang diuji dalam kehidupan nyata (Maksum & Ruhendi,2004 : 178). Belajar dalam hal ini lebih dititik beratkan pada pengembangan pemikiran yang memungkinkan siswa mampu memberdayakan fungsi-fungsi fisik dan psikologis dirinya secara menyeluruh. Itulah sebabnya maka konstruktivisme menjadi landasan bagi beberapa teori belajar, misalnya teori perubahan konsep, teori belajar bermakna dan teori skema (Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu, 2005: 16). Ketika siswa aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, maka guru membantu berperan sebagai mediator untuk membangun pengetahuan mereka tersebut. Jelasnya belajar yang berarti terjadi melalui refleksi pemecahan masalah, pengertian-pengertian, dan dalam proses tersebut selalu ada aktivitas untuk memperbaharui tingkat pemikiran yang sebelumnya tidak lengkap. Hal inilah yang mengharuskan siswa untuk selalu berperan aktif, karena keberhasilan
  • 3. pembentukan pengetahuan-pengetahuan, pemikiran-pemikiran baru, baik melalui proses akomodasi maupun melalui asimilasi. Mencermati peran keaktifan siswa yang sangat penting di dalam konstruktivisme, ada baiknya kita membandingkan dengan pandangan behaviorisme. Dalam pandangan behaviorisme belajar lebih merupakan aktivitas pengumpulan informasi yang diperkuat oleh lingkungannya, sedangkan konstruktivis, pengetahuan itu adalah kegiatan aktif siswa meneliti lingkungannya (Bettencourt, 1989). Meskipun menurut pandangan konstruktivis upaya membangun pengetahuan dilakukan oleh siswa melalui kegiatan belajar yang ia lakukan, namun peran guru tetap menempati arti penting dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan ini, mengajar memang tidak hanya diartikan menyampaikan informasi, akan tetapi lebih menitik beratkan perannya sebagai mediator dan fasilitator (Suparno, 1997: 66). Dalam kegiatan pembelajaran fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa wujud tugas sebagai berikut; 1. Mernyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. Kegiatan pembelajaran hendaknya dapat memberikan kesempatan secara luas kepada siswa agar mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir, memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembangnya inisiatif dan kreativitas sesuai dengan modalitas belajamya masing-masing. Pemberian kesempatan kepada para siswa untuk mampu merancang berbagai bentuk kegiatan, merencanakan proses kegiatan dan merancang serta melaksanakan. 2. Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya serta ide-ide ilmiahnya. Dalam pandangan konstruktivisme, ukuran keberhasilan belajar utamanya bukan pada banyak informasi atau pengetahuan yang didapatkan, karena bilamana indikator tersebut yang dijadikan patokan, maka pembelajaran menjadi kegiatan yang statik dan kurang bermakna. Penempatan siswa sebagai subyek aktif mengharuskan mereka untuk terus menerus mengembangkan potensi dan kemampuannya dengan melakukan aktivitas-aktivitas untuk menemukan sesuatu, membangun sendiri pengetahuannya, ekspresi dan gagasan-gagasannya dalam setiap sesi kegiatan pembelajaran. Guru juga dituntut untuk member kesempatan yang luas kepada siswa agar mereka memiliki waktu yang cukup, rasa percaya diri yang tinggi untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dan ide-ide mereka terkait dengan bahan atau materi pembelajaran. 3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran-pemikiran siswa dapat didorong secara aktif. Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengukur ketercapaian materi pembelajaran, akan tetapi juga harus memperhatikan perubahan-perubahan cara berpikir siswa. Apakah melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilalui, menjadikan siswa semakin mampu dan terampil memecahkan masalah, mengatasi kesulitan yang dihadapi. Apakah kemampuan siswa mengkomunikasikan persoalan-persoalan yang dihadapinya semakin baik, sehingga kemampuan dan keterampilan berpikirnya semakin meningkat. Sejalan dengan hal ini ada beberapa tindakan spesifik yang perlu dilakukan guru untuk mengoptimalisasi perannya dalam proses pembelajaran; a. Untuk meningkatkan kecermatan guru dalam mengerti apa yang sudah siswa ketahui, maka diperlukan peningkatan intensitas interaksi antara guru dan siswa. b. Tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas di kelas sebaiknya dibicarakan bersama dengan siswa agar mereka dapat berperan aktif dan mendapat pengalaman belajar melalui keterlibatan langsung di kelas. c. Guru perlu berupaya secara intensif untuk mengetahui pengalaman-pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk itu maka pembinaan komunikasi dialogis antara guru dan siswa harus terus dikembangkan. d. Guru perlu berupaya mendorong tumbuhnya rasa percaya diri siswa, bahwa mereka memiliki kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. e. Guru perlu bersikap fleksibel, membina keakraban dengan siswa sehingga semakin dapat memahami pemikiran-pemikiran
  • 4. siswa serta kebutuhan-kebutuhan mereka. Dari uraian-uraian dan contoh yang telah dipaparkan di atas terdapat beberapa prinsip dasar pembelajaran konstruktivisme, yaitu; 1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2) tekanan proses belajar terletak pada siswa; 3) mengajar adalah membantu siswa belajar; 4) penekanan dalam proses belajar lebih kepada proses bukanhasil akhir; 5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; 6) guru adalah fasilitator. Atas dasar prinsip tersebut, Brooks and Brooks (1993) mengatakan perbedaan situasi pembelajaran tradisional dengan pembelajaran konstruktivisme dapat dijabarkan seperti pada table berikut; Perbedaan Situasi Pembelajaran Berdasarkan Pandangan Tradisional dan Konstruktivisme Diadaptasi dari Brooks & (1993) Pannen (2005).