1. 1
KEBUDAYAAN BATIK INDONESIA
Oleh:
(Avi Luthfiyani, Firlita Nurul Kh, Ken Utami, Megayani PS, Raditya RA)
A.Pendahuluan
1. Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan sebagai ”kultur” dalam bahasa Indonesia.
Definisi Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya tebentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya,
membuktikan
bahwa
budaya
itu
dipelajari.
Budaya juga dapat diartikan sebagai suatu pola hidup menyeluruh , budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
prilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2. 2
Kebudayaan Indonesia bisa diartikan seluruh ciri khas suatu daerah yang
ada sebelum terbentuknya nasional indonesia, yang termasuk kebudayaan
Indonesia itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di
Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan di Indonesia adalah batik.
Sejak Malaysia pernah mengklaim bahwa batik berasal dari Malaysia, barulah
bangsa Indonesia tersadar dari mimpinya bahwa batik harus segera dilestarikan
kembali keberadaannya. Dan sejak saat itu banyak motif batik bermunculan
kembali bahkan sudah menjadi tren kalau batik merupakan pakaian khas bangsa
Indonesia. Bahkan oleh UNESCO telah ditetapkan bahwa batik sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.
Apa itu batik, mengapa batik harus dilestarikan dan bagaimana batik bisa
menjadi suatu kebudayaan yang ada di Indonesia akan dibahas satu persatu dalam
makalah ini.
3. Tujuan
Kamian makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang
kebudayaan, terutama tentang sejarah batik tradisional Indonesia, mengetahui
jenis-jenis batik berdasarkan gologannya masing-masing dan mengetahui cara
pembuatan batik tulis. Serta diharapkan agar warga indonesia mencintai dan
melestarikan kebudayaan batik. Sehingga batik yang ada diIndonesia terus
berkembang dan diakui keberadaannya di seluruh dunia.
B.Pembahasan
3. 3
1. Pengertian Batik
Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan
berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik
rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau
awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah batik tulis sampai awal abad XX dan
batik cap dikenal baru setelah usai Perang Dunia I atau sekitar 1920. Kini batik
sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain itu batik bisa
mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan
menggunakan malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni kuno yang berguna
untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literature Internasional,
teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau
busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif
tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,
teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.
Batik juga termasuk jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuanperempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam
membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan. Semenjak industrialisasi dan
globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul,
dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya
laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir
yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega
Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim
bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik
tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.
4. 4
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun,
sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari batik keluarga
tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan
sampai saat ini, beberapa motif batik tradisonal hanya dipakai oleh keluarga
keraton Yogyakarta dan Surakarta.
2. Sejarah Batik indonesia
Sejarah batik yang tepat tidak dapat dipastikan tetapi artifak batik berusia
lebih 2000 tahun pernah ditemui. Dari manapun asalnya, hasil seni ini telah
menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat
banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masingmasing daerah yang amat beragam. Khas budaya Bangsa Indonesia yang demikian
kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan
ciri kekhususannya sendiri.
Pemakaian batik dalam busana tradisi mempunyai sejarah yang lama
berlangsung dari zaman awal tamadun Melayu. Dipakai oleh semua golongan,
dari raja ke bangsawan sampai rakyat jelata, batik menzahirkan dirinya sebagai
seni asli yang praktikal dan popular. Dalam tradisi kamian kain cindai misalnya
disebut dalam banyak hikayat-hikayat silam. Batik menjadi hadiah perpisahan dan
perlambangan cinta dalam hikayat Malim Demam dan dijadikan tanda
penganugerahan derajat dalam Hikayat Hang Tua.
3. Perkembangan Batik Di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan
majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik
banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa
kerajaan Solo dan Yogyakarta.
5. 5
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dahulu.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk
pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka kesenian batik ini dibawah oleh
mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya, kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan
selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk
mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga
istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli
Indonesia yang dibuat sendiri antara lain : pohon mengkudu, soga, nila, dan bahan
sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan
Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai
meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku
Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap
dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik
sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
4. Motif Batik Indonesia
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.
Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa
corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap
berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah.
Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga
6. 6
mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya,
dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing
corak memiliki perlambangan masing-masing.
Corak dan motif batik Indonesia sendiri sangat banyak, ada yang merupakan
motif asli dari nenek moyang bangsa kita dan ada juga yang merupakan akulturasi
dengan bangsa lain.
1.
Batik Kraton
Batik Kraton awal mula dari semua jenis
batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya
mengandung makna
filosofi hidup. Batikbatik ini dibuat oleh
para putri kraton dan
juga pembatikpembatik ahli yang
hidup di lingkungan
kraton. Pada dasarnya
motifnya terlarang
untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif
Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris,
dan beberapa motif lainnya.
2.
Batik Sudagaran
Motif larangan dari kalangan keraton merangsang seniman dari kaum
saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar.
Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai
masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan “berani” dalam
pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi
7. 7
warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan
kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan
dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta
batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan
isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek
(bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.
3.
Batik Petani
Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan
ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang.
Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus.
Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing
dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional
karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun
diikutkan ke saudagar.
4.
Batik Belanda
Warga keturunan Belanda banyak yang tertarik
dengan batik Indonesia. Mereka membuat motif
sendiri yang disukai bangsa Eropa. Motifnya berupa bunga-bunga Eropa, seperti
tulip dan motif tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di
sana.
5.
Batik Cina/Pecinan
Batik Cina merupakan akulturasi budaya
antara perantau dari Cina dengan budaya lokal
Indonesia. Ciri khas batik ini warnanya variatif dan
cerah, dalam satu kain menampilkan banyak warna.
Motifnya banyak mengandung unsur budaya Cina
seperti motif burung hong (merak) dan naga. Pola
8. 8
batiknya lebih
rumit dan halus.
6.
Batik Jawa Hokokai
Pada masa penjajahan Jepang di
pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis
yang disebut batik Hokokai. Motif dominan
adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan.
Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai
latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di
bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif bunga padi.
5.
•
Upaya Melestarikan Batik
Dari segi pendidikan
Kami menyarankan kepada pemerintah melalui Depdiknas untuk
mewajibkan mata pelajaran membatik kepada siswa SMK di daerahdaerah sentra utama pengrajin batik, yaitu Yogyakarta, Solo, dan
Semarang (Joglosemar), dan Pekalongan. Manfaat yang diperoleh dari
aktivitas ini antara lain adalah siswa SMK secara langsung ikut terlibat
dalam proses pembuatan hingga akhinya menjadi produk final (batik),
sekaligus terjadi proses penanaman pelestarian batik pada generasi muda
SMK Indonesia. Selain itu, keuntungan lain yang diperoleh para siswa
adalah mereka dapat menambah uang saku untuk membiayai pendidikan
mereka, atau untuk memenuhi kebutuhan mereka lainnya. Agar hasil
produk batik yang dibuat oleh para siswa menjadi bagus dan bernilai
komersial, Depdiknas setempat dapat merekrut tenaga pengajar lokal yang
memiliki keahlian tinggi dalam membatik, misalnya, pembatik lokal di
satu sisi. Di sisi lain, untuk tenaga pengajar formal, hal ini dapat diperoleh
9. 9
dari para lulusan minimal setingkat D3 yang mendalami seni dan kriya
pada aras universitas. Dampak jangka panjang dari kegitan ini adalah
selain kesinambungan produksi batik terjaga kontinuitasnya, juga dia
menjadi salah satu sektor penghasil tenaga kerja terampil (pembatik) untuk
para siswa SMK. Harapannya setelah para siswa lulus, bagi mereka yang
tidak mampu melanjutkan ke level universitas, mereka dapat menjadi
pembatik yang terampil tanpa harus mereka menjalani pendidikan dan
keterampilan yang lebih tinggi.
Jika dikaitkan dengan usaha pengembangan, pencintaan dan pelestarian
batik pada generasi muda sekarang dan mendatang, kegiatan ini sangat
mengena pada mereka. Penyebabnya adalah mereka telah dilibatkan dalam
proses produksi hingga menjadi produk akhir berupa kain batik. Aktivitas
tersebut tentunya sangat membekas mendalam untuk mereka karena
mereka menjalani proses antara teori dan praktek yang berjalan
bersamaan. Serupa dengan kegiatan ini, misalnya, untuk wilayah Sumatera
Utara, Depdiknas setempat dapat menerapkan konsep yang sama untuk
produksi kain Ulos, yaitu salah satu kain khas yang dibuat oleh suku
Batak. Untuk daerah-daerah lainnya di Indonesia, konsep tersebut juga
dapat diterapkan untuk para siswa SMK.
•
Dari segi ekonomi
Setelah berlangsung proses produksi, maka unsur pemasaran memegang
peranan penting dalam upaya menjual produk batik ke konsumen. Menurut
kami, kita perlu membuat suatu slogan (tagline) yang membuat para
konsumen (dari muda hingga tua) untuk selalu mengingat dan lebih
tertarik menggunakan batik. Slogan itu, misalnya, “Batik is Indonesia.”
Dipilih dalam bahasa Inggris karena dia adalah bahasa terbanyak yang
digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia, dan orang Indonesia sendiri
pun secara garis besar mudah memahami slogan ini.
10. 10
Adapun ide pembuatan slogan ini diilhami oleh perusahaan Coca-Cola
yang sukses mengkampanyekan produknya ke seluruh dunia melalui
slogan : Always Coca-Cola. Slogan ini singkat, tetapi dia memiliki efek
kuat di benak konsumen. Hal yang sama diharapkan juga terwujud melalui
slogan : “Batik is Indonesia.” Selain slogan ini ingin meraih simpati
konsumen seluas mungkin, dia juga mengingatkan kepada semua orang
baik dalam negeri maupun luar negeri. Bagi orang dalam negeri
(Indonesia), slogan ini memberikan efek untuk membuat kita tahu dan
lebih mencintai produk buatan sendiri, sedangkan bagi orang luar negeri,
mereka akan tahu bahwa batik berasal dari Indonesia (suku bangsa Jawa,
khususnya), dan bukan dari negara lain yang mengklaim dirinya sebagai
pencipta batik. Alasan terakhir ini menjadi sangat penting karena pada era
globalisasi sekarang dan mendatang, masalah asal-usul produk sangatlah
penting karena dia menyangkut isu Hak atas Kekayaan Intelektual (HakI).
Tentunya, kita tidak ingin hasil karya asli bangsa kita diakui melalui hak
paten oleh negara lain. Oleh karena itu, kita harus mengupayakan program
yang baik, ringkas, sederhana, murah dan terukur kepastian ongkosnya
(transparan) serta cepat dalam pembuatan hak paten batik di Dirjen HakI.
Sayangnya hingga sekarang, kita cukup sering mendengar bahwa biaya
untuk pengurusan hak paten tidaklah murah, sehingga hal itu memberatkan
pengaju hak paten yang terutama kebanyakan adalah pengusaha UMKM
seperti pengrajin batik. Oleh karena itu, kami mengusulkan agar Dirjen
HakI dapat melakukan langkah terobosan sehubungan dengan
permasalahan ini. Terobosan itu, misalnya, dibuat adanya mekanisme
pengangsuran (kredit) dari Dirjen HakI untuk para pengaju hak paten
produk batik, sehingga hal itu akan menimbulkan kesan seolah-olah biaya
hak paten suatu produk (batik) menjadi lebih murah.
Selain paparan di atas, pemasaran juga berhubungan erat dengan produksi
dan sasaran pengguna (konsumen) dari suatu produk. Bila dipilah, produk
batik itu dapat digolongkan untuk konsumen berpendapatan rendah,
11. 11
menengah, dan tinggi. Oleh karena itu, semua upaya produksi,
pengembangan, pencintaan, dan pelestarian produk batik haruslah
dilakukan dengan menyasar pada ketiga kelompok konsumen tersebut.
Untuk kelompok pertama dan ke dua, bisa jadi terbanyak konsumennya
adalah anak-anak muda yang belum memiliki penghasilan sendiri, tetapi
mereka sangat memperhatikan tampilan warna, model, dan harga jual.
Oleh karena itu, untuk konsumen pada kedua kategori ini, produk yang
dihasilkan haruslah memperhatikan unsur model, warna, dan harga jual.
Menurut kami, di dunia nyata, langkah yang ditempuh Batik Danar Hadi,
misalnya, adalah sudah cukup baik. Dikatakan cukup baik, karena
perusahaan ini menjual produknya untuk sasaran konsumen berpendapatan
rendah, menengah, dan tinggi yang mana masing-masing produk batik
untuk ketiga kelompok konsumen tersebut adalah berkualitas baik.
Indikatornya antara lain adalah warna batik untuk produknya tidak cepat
luntur/pudar, mengikuti tren anak muda yang dinamis, yang mana
kelompok ini menginginkan warna-warna cerah dan potongan/model batik
yang segar/menarik, serta harga jual yang terjangkau (kompetitif). Khusus
untuk konsumen berpendapatan tinggi, kelompok ini umumnya
menginginkan produk batik tulis tangan yang tidak diproduksi secara
masif. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan untuk konsumen ini
adalah menjaga kepercayaan mereka akan kualitas yang tinggi untuk setiap
batik tulis yang dihasilkan oleh pembatik (perusahaan yang berusaha di
bidang batik). Selain itu, untuk mendapatkan lebih luas lagi para
konsumen di segmen ini, perusahaan batik dapat melakukan pameran atau
workshop di dalam dan luar negeri.
Untuk pangsa pasar konsumen berpendapatan rendah dan menengah,
strategi pemasaran yang dapat dilakukan, misalnya, adalah penjualan batik
melalui distro-distro, melalui koperasi mahasiswa (Kopma), koperasikoperasi sekolah, pasar-pasar tradisional, dan pasar-pasar modern dengan
12. 12
memperhatikan unsur model, warna-warna yang cerah dan berani, serta
harga jual yang kompetitif, dan disertai dengan mutu batik yang baik.
•
Dari segi lingkungan hidup
Di era sekarang dan mendatang, isu lingkungan hidup menjadi krusial.
Apa kaitannya antara lingkungan hidup dengan batik? Kami beranggapan
hubungan antara keduanya erat.
Dalam proses membatik, dia terkadang memerlukan campuran kimia
warna tertentu untuk dapat menghasilkan produk akhir (batik). Selama
proses membatik itu, faktor bahan-bahan yang digunakan dalam membatik
seperti warna, haruslah bahan-bahan yang aman bagi manusia, dan tidak
membahayakan lingkungan hidup. Untuk yang terakhir, kita harus
memastikan adanya sistem pengelolaan limbah yang ramah lingkungan
hidup bagi perusahaan-perusahaan batik skala menengah dan besar.
Adapun untuk perusahaan skala kecil, edukasi kepada para pengusaha atau
pembatik mengenai bahan-bahan yang aman untuk diproduksi dalam
pembuatan batik perlu dilakukan. Akan lebih baik lagi, bila mereka ini
tetap menggunakan bahan-bahan alami dalam membatik sehingga resiko
pencemaran lingkungan hidup menjadi lebih kecil. Bila kita dapat
menjalankan dengan baik semua proses ini, kita memperoleh manfaat
darinya seperti berkesinambungannya proses produksi batik yang aman
terhadap lingkungan hidup, dan menaikkan citra batik Indonesia di
hadapan orang luar negeri. Alasan yang terakhir ini karena pada umumnya
orang-orang asing (dari Eropa terutama), mereka sangat peduli terhadap
suatu produk yang dihasilkan dari proses yang aman /ramah terhadap
lingkungan hidup. Berdasarkan kedua alasan ini, kita harus peduli untuk
mewujudkan produk batik Indonesia yang aman terhadap lingkungan
hidup (batik is a green product).
Berdasarkan paparan sebelumnya. Secara singkat, telah dibahas dari segi
13. 13
pendidikan, ekonomi, dan lingkungan hidup. Kami berkeyakinan bahwa
bila ketiga segi atau unsur di atas dilakukan secara bersamaan dan tetap
oleh kita semua, maka upaya kita untuk lebih mencintai, mengembangkan,
dan melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia akan berhasil di
dalam negeri, dan dia juga akan berdampak positif pada citra batik
Indonesia di mata orang-orang non-Indonesia (asing), baik dalam jangka
pendek maupun panjang.
14. 14
C.Penutup
1. Simpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari banyak kasus klaim kebudayaan
Indonesia dan penghargaan dari UNESCO adalah bahwa bangsa yang dihargai
adalah bangsa yang memelihara budayanya, bukan sebagai yang menciptakan
pertama kalinya.
Akhirnya dunia mengakui batik merupakan salah satu warisan umat manusia
yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Pengakuan serta penghargaan itu akan
disampaikan secara resmi oleh United Nations Educational, Scientific, and
Culture Organization (UNESCO). Pengakuan dilakukan pada 28 September 2009
dan penghargaan resmi pada hari ini (2 Oktober) di Abu Dhabi.
Pengakuan UNESCO itu diberikan terutama karena penilaian terhadap
keragaman motif batik yang penuh makna filosofi mendalam. Penghargaan itu
juga diberikan karena pemerintah dan rakyat Indonesia juga dinilai telah
melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi dan melestarikan warisan
budaya itu secara turun-menurun.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap Batik Indonesia, Presiden SBY meminta
kepada seluruh warga negara Indonesia untuk memulai memakai batik pada hari
ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, untuk selalu nguri-uri kebudayaan
Indonesia. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik.
Setelah proses pengakuan ini apa yang harus dilakukan oleh masyarakat dan
bangsa Indonesia selaku pemilik sah batik? Apakah akan membiarkannya begitu
saja? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan sekaligus mempromosikan batik
secara continue, dengan memakai batik sebagai busana kita sehari-hari.
15. 15
Disamping untuk menghidupkan industri batik secara tidak langsung, kita ikut
menjaga kebudayaan Indonesia.
2. Saran
Agar warna batik berbahan sutra dan serat tidak cepat pudar, awet dan tetap
tampak indah. Mencuci kain batik dengan menggunakan shampo rambut.
Sebelumnya, larutkan dulu shampo hingga tak ada lagi bagian yang mengental.
Setelah itu baru kain batik dicelupkan.
Anda juga bisa menggunakan sabun pencuci khusus untuk kain batik yang
dijual di pasaran. Pada saat mencuci batik jangan digosok. Jangan pakai deterjen.
Kalau batik tidak kotor cukup dicuci dengan air hangat. Sedangkan, kalau kotor,
misalnya terkena noda makanan, bisa dihilangkan dengan sabun mandi atau bila
kotor sekali, seperti terkena buangan knalpot, noda bisa dihilangkan dengan kulit
jeruk dengan mengusapkan sabun atau kulit jeruk pada bagian yang kotor.
Sebaiknya Anda juga tidak menjemur kain batik di bawah sinar matahari
langsung (tempat teduh). Kain batik jangan dicuci dengan menggunakan mesin
cuci. Tak perlu memeras kain batik sebelum menjemurnya. Namun, pada saat
menjemur, bagian tepi kain agak ditarik pelan-pelan supaya serat yang terlipat
kembali seperti semula.
Sebaiknya hindari penyeterikaan. Kalaupun terlalu kusut, semprotkan air di
atas kain kemudian letakkan sebuah alas kain di bagian atas batik itu baru
diseterika. Jadi, yang diseterika adalah kain lain yang ditaruh di atas kain batik.
Disarankan untuk menyimpan batik dalam plastik agar tidak dimakan ngengat.
Jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini terlalu keras sehingga bisa merusak
batik. Sebaiknya, almari tempat menyimpan batik diberi merica yang dibungkus
dengan tisu untuk mengusir ngengat. Alternatif lain menggunakan akar wangi
yang sebelumnya dicelup dulu ke dalam air panas, kemudian dijemur, lalu dicelup
16. 16
sekali lagi ke dalam air panas dan dijemur. Setelah akar wangi kering, baru
digunakan.
Anda sebaiknya juga tidak menyemprotkan parfum atau minyak wangi
langsung ke kain atau pakaian berbahan batik sutera berpewarna alami.
Bila Anda ingin memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis, jangan
disemprotkan langsung pada kainnya. Sebelumnya, tuttupi dulu kain dengan
koran, baru semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain.
17. 17
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. 2006. Komunikasi Antarbudaya: Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Wilson, Edward O. 1998. Consilience: The Unity of Knowledge. New
York: ISBN 978-0-679-76867-8.
Sumber Pendukung:
www.wikipedia.com
www.google.com
www.yahoo.com