SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Diagram Fasa/diagram kesetimbangan fasa
(Equilibrium phase diagram)
Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni,
tetapi lebih banyak dalam keadaan dipadu atau logam paduan
dengan kandungan unsur-unsur tertentu sehingga struktur yang
terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan
tertentu akan berlainan.
Kombinasi dua unsur atau lebih yang membentuk paduan logam
akan menghasilkan sifat yang berbeda dari logam asalnya.
Tujuan pemaduan = untuk memperbaiki sifat logam
Sifat yang diperbaiki adalah kekuatan, keuletan, kekerasan,
ketahanan korosi, ketahanan aus, ketahanan lelah, dll.
1
Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang berbeda
dalam struktur atau komposisi dari daerah lainnya.
Fasa = bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik
dan kimia yang seragam.
Untuk mempelajari paduan dibuatlah kurva yang menghubungkan
antara fasa, komposisi dan temperatur.
Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan representasi
tentang fasa-fasa yang ada dalam suatu material pada variasi
temperatur, tekanan dan komposisi.
Pada umumnya diagram fasa dibangun pada keadaan
kesetimbangan (kondisinya adalah pendinginan yang sangat
lambat). Diagram ini dipakai untuk mengetahui dan memprediksi
banyak aspek terhadap sifat material.
2
Informasi penting yang dapat diperoleh dari diagram fasa adalah:
1. Memperlihatkan
fasa-fasa
yang
terjadi
pada
perbedaan
komposisi dan temperatur dibawah kondisi pendinginan yang
sangat lambat.
2. Mengindikasikan kesetimbangan kelarutan padat satu unsur atau
senyawa pada unsur lain.
3. Mengindikasikan pengaruh temperatur dimana suatu paduan
dibawah kondisi kesetimbangan mulai membeku dan pada
rentang temperatur tertentu pembekuan terjadi.
4. Mengindikasikan temperatur dimana perbedaan fasa-fasa
mulai
mencair.
Jenis pemaduan:
1. Unsur logam + unsur logam
Contoh: Cu + Zn; Cu + Al; Cu + Sn.

3
Contoh-contoh pemaduan:

Alcohol

Water
Oil
Water

Solution
Sugar

Saturated Syrup
Water

Excess Sugar
4

Next
Pemaduan terjadi akibat adanya
susunan atom sejenis ataupun ada
distribusi atom yang lain pada
susunan atom lainnya.
Jika ditinjau dari posisi atom-atom
yang larut, diperoleh dua jenis
larutan padat:

Cu
Ni

1. Larutan padat substitusi
Adanya atom-atom terlarut yang
menempati kedudukan atom-atom
pelarut.

Fe
C

2. Larutan padat interstisi
Adanya atom-atom terlarut yang
menempati rongga-rongga diantara
kedudukan atom/sela antara.

5
Untuk mengetahui kelarutan padat suatu unsur dalam unsur lainnya,
Hume-Rothery mensyaratkan sebagai berikut:
1. Yang mempengaruhi terbentuknya jenis kelarutan ditentukan
oleh faktor geometri (diameter atom dan bentuk sel satuan).
Jenis kelarutan:
•A + B

C (sel satuan sama)

(kelarutan yang tersusun disebut kelarutan sempurna)
Dimana sifat C ≠ sifat A atau B
•Jika A dan B memiliki sel satuan yang berbeda
a. A + B

A’ (dimana A yang dominan)
B’ (dimana B dominan)

kelarutan yang tersusun disebut larut sebagian
b. A + B

A + B (tidak larut)

6
2. Larut padat
diameter
atom.

substitusi/interstisi

ditentukan

oleh

faktor

Jika perbedaan diameter atom yang larut dibandingkan atom pelarut
lebih kecil dari 15%, maka kelarutan yang terjadi adalah larutan
padat substitusi.
Jika perbedaan diameter atom yang larut dibandingkan atom pelarut
lebih besar dari 15%, maka kelarutan yang terjadi adalah larutan
padat interstisi.
3. Suatu hasil percampuran harus stabil
Stabilitas dari paduan dijamin oleh keelektronegatifan dan
keelektropositifan, makin besar perbedaan keelektronegatifan dan
keelektropositifan
makin stabil, tetapi kalau terlalu besar
perbedaannya yang terjadi bukan larutan melainkan senyawa
(compound)
7
Pembentukan diagram fasa
Hubungan
antara
temperatur,
komposisi diplot untuk mengetahui
perubahan fasa yang terjadi.

Konstruksi
fasa

pembentukan

Dengan memvariasikan komposisi dari
kedua unsur (0÷100%) dan kemudian
dipanaskan hingga mencair setelah itu
didinginkan dengan lambat (diukur
oleh dilatometer/kalorimeter), maka
akan diperoleh kurva pendinginan
(gambar a.). Perubahan komposisi
akan merubah pola dari kurva
pendinginan, titik-titik A, L1, L2, L3
dan C merupakan awal terjadinya
pembekuan dan B, S1, S2, S3 dan D
merupakan akhir pembekuan. Gambar
b. diagram kesetimbangan fasa Cu-Ni.
8

diagram
Garis liquidus = menunjukkan temperatur terendah dimana logam
dalam keadaan cair atau temperatur dimana awal terjadinya
pembekuan dari kondisi cair akibat proses pendinginan.
Garis solidus = menunjukkan temperatur tertinggi suatu logam
dalam keadaan padat atau temperatur terendah dimana masih terdapat
fasa cair.
9
Selain garis-garis tersebut titik-titik kritis dari keadaan cair dan
padat, juga menyatakan batas kelarutan maksimum unsur terlarut
didalam pelarutnya (maximum solubility limit).

The solubility of sugar (C12H22O11) in a sugar-water syrup.
10
The Solubility Limit

solubility limit at 20°C?

80
60
40

Pure
Water

If Co < 65wt% sugar:
If Co > 65wt% sugar:

L

(liquid solution
i.e., syrup)

20
0

Answer: 65wt% sugar

Solubility
Limit

L

(liquid)

+
S

(solid
sugar)

20
40
6065 80
100
Co=Composition (wt% sugar)

Pure
Sugar

Question: What is the

100
Temperature (°C)

• Example:
Phase Diagram of WaterSugar System

syrup
syrup + sugar

• Solubility limit increases with T:
e.g., if T = 100°C, solubility limit = 80wt% sugar
11
Effect of Temperature and Composition
• Changing T can change number of phases: path A to B
• Changing Co can change number of phases: path B to D
B(100,70) D(100,90)
1 phase

• watersugar
system

Temperature (°C)

100

L

80
60
40
20
0

0

2 phases

(liquid)

L
(liquid solution
i.e., syrup)

+
S

(solid
sugar)

A(70,20)
2 phases

20
40
60 70 80
100
Co=Composition (wt% sugar)
12
Cooling Curve for Pure Metal

(a)

FIG. 3-50 (1) Heat pure metal to point Ta; (2) cooling of liquid metal a – b; (3) at
point b, pure metal starts to precipitate out of solution; (4) point c, pure metal
completely solid; curve from b to c straight horizontal line showing constant
temperature Tb-c because thermal energy absorbed in change from liquid to solid; (5)
13
more cooling of solid pure metal from c to d and temperature begins to fall again.
Cooling Curve for Pure Iron
(b)

FIG. 3-50 (b) Cooling curve for pure iron.
14
Allotropic Forms of Iron

FIG. 3-54 Allotropic forms of iron (three phases: bcc, fcc, bcc)
15
Cooling Curve for a Metal Alloy
(c)

FIG. 3-50 (c) Cooling curve for a metal alloy: (1) The alloy A-B heated to point a
(liquid phase, with both metals soluble in each other); (2) cooling of alloy in liquid
phase; (3) point b, solidification begins; (4) point c, solidification complete; sloped
b – c due to changing from liquid to solid over the temperature range Tb to Tc
because components A and B have different melting/cooling temperatures; (5)
further cooling from c to d of solid-state metal alloy.
16
Klasifikasi Diagram Kesetimbangan Fasa
1. Larut sempurna dalam keadaan cair dan padat.
2. Larut sempurna dalam keadaan cair, tidak larut dalam keadaan
padat (reaksi eutektik).
3. Larut sempurna dalam keadaan cair, larut sebagian dalam keadaan
padat (reaksi eutektik).
4. Larut sempurna dalam keadaan cair, larut sebagian dalam keadaan
padat (reaksi peritektik).
5. Larut sempurna dalam keadaan cair, tidak larut dalam keadaan
padat dan membentuk senyawa.
6. Larut sebagian dalam keadaan cair (reaksi monotektik).
7. Tidak larut dalam keadaan cair maupun padat.
17
1. Larut sempurna dalam keadaan cair dan padat
Biasa disebut binary isomorphous alloy systems, kedua unsur
yang dipadukan larut sempurna dalam keadaan cair maupun padat.
Pada sistem ini hanya ada satu struktur kristal yang berlaku untuk
semua komposisi, syarat yang berlaku adalah:
a. Struktur kristal kedua unsur harus sama.
b. Perbedaan ukuran atom kedua unsur tidak boleh lebih dari 15%.
c. Unsur-unsur tidak boleh membentuk senyawa.
d. Unsur-unsur harus mempunyai valensi yang sama.
Contoh klasik untuk jenis diagram fasa ini adalah diagram fasa
Cu-Ni.
18
T(°C)
1600
1500

L (liquid)

1400

us
uid α
liq + s
L lid u
so

1300

α
(FCC solid
solution)

1200
1100
1000
0

20

40

60

80

• 2 phases:
– L (liquid)
• 2 phases:
– α (FCC solid solution)
L (liquid)
• 2 lines (phase boundaries):
α(FCC solid solution)
– The liquidus line (L/L+α)
– The solidus line (α/L+α)
• 3 phase fields:
L
• 3 phase fields:
L
– L+α
– L+α
α
– α

100

wt% Ni
19
Rules of Determining Number & Types of Phases
(The lever arm rule/Aturan kaidah lengan)
• aturan 1: jika diketahui T dan Co (komposisi), maka
– akan diketahui jumlah dan jenis fasa
1600
1500

• contoh:
A (1100°C, 60wt% Ni):
1 phase: α
B (1250°C, 35wt% Ni):
2 phases: L + α

L (liquid)
B(1250,35)

Lihat gambar disamping

T(°C)

1400
1300

+α α
L

1200
1100
1000
0

s
idu
u
s
liq
du
i
ol
s

(FCC solid
solution)
A(1100,60)

20

40

60

80
20

100

wt% Ni
Aturan kaidah lengan/the lever arm rule
Untuk menghitung persentase
fasa-fasa yang ada pada komposisi
tertentu, digunakan metoda kaidah
lengan.
x adalah komposisi paduan yang
akan dihitung persentase fasafasanya pada temperatur T, maka
tarik garis yang memotong batas
kelarutannya (garis L-S).
Jika x = wo; L = wl dan S = ws
maka % fasa cair dan padat :

ws − wo
L=
x100%
ws − wl

wo − wl
S=
x100%
ws − wl
21
• aturan 2: jika diketahui T dan Co, maka
– akan diketahui komposisi dari fasa T(°C)
1600

L (liquid)
B(1250,35)

1500
1400

• contoh: C0 = 35 wt%Ni
At TA:
Only Liquid (L)
CL = C0 = 35 wt%Ni
At TD:
Only Solid (α)
Cα = C0 = 35 wt%Ni
At TB:
Both α and L
CL = CLiquidus = 32 wt%Ni
Cα = CSolidus = 43 wt%Ni

1300

+α α
L

1200
1100

T(°C)
TA
1300

TD
20

(FCC solid
solution)
A(1100,60)

1000
0

20

40

A
L (liquid)

60

80

100

wt% Ni

tie line dus
i
liqu

B

TB
1200

us
uid s
liq
u
lid
so

L

+α

+αs
L

D

α
(solid)

idu
sol

30 35 4043
32

CLCo
22

50

Cα wt% Ni
wl (32%)

wo(35%)

43 − 35
L=
x100%
43 − 32
L = 72,7%

ws(43%)

35 − 32
S=
x100%
43 − 32
S = 27,3%

Contoh lain: pada wo= 53% Ni

23
% fasa cair dan padat:
wl (45%)

58 − 53
L=
x100%
58 − 45
L = 38%

wo(53%)

ws(58%)

53 − 45
S=
x100%
58 − 45
S = 62%

24
Example: Determine the phase(s) that are present
and the composition of the phase(s)
For the alloys listed below:
60 wt% Ni-40 wt% Cu at 1100°C
35 wt% Ni-65 wt% Cu at 1250°C
(1)

Phase(s) that are present

(2)

The composition of each phase

25
(1) Determine the
phase(s) that are
present
60 wt% Ni-40 wt
% Cu at 1100°C
Point A:

(L)

α

α phase

26
(2) Determine the
composition of each
phase
60 wt% Ni-40 wt% Cu
at 1100°C (Point A):
α

α

Cα = C0 = 60 wt% Ni

27
(1) Determine the
phase(s) that are
present
35 wt% Ni-65 wt%
Cu at 1250°C

(L)

α

Point B
α + L phases

28
(2) Determine the
composition of each
phase
35 wt% Ni-65 wt%
Cu at 1250°C (Point
B):
α +L

α

29
Tie Line

(2) Determine the
composition of each
phase
31.5

35

42.5

CL C0
Cα
Composition (wt% Ni)

• 35 wt% Ni-65 wt% Cu at 1250°C (Point B): in two phase (α + L) region
Draw a tie line
Composition of a: intersection L/α+L — Cα = 42.5wt% Ni
Composition of L: intersection α/α+L — CL = 31.5 wt% Ni
30
Equilibrium Cooling in a Cu-Ni Binary System
• Consider
Co = 35wt%Ni

• Upon cooling
–L
35wt% → 32wt% →
24wt%
–α
46wt% → 43wt% →
36wt%

T(°C) L (liquid)
1300
L: 35wt%Ni
α: 46wt%Ni

Sufficiently slow
cooling rate gives
enough time for
composition
readjustments

35

B
C

46
43

D36

24

– Equilibrium cooling

+α
L

A
32

1200

L: 35wt%Ni

+α
L

L: 32wt%Ni
α: 43wt%Ni

E

L: 24wt%Ni
α: 36wt%Ni

α
(solid)
1100
20

30

35
Co

40

50

wt% Ni
31

More Related Content

What's hot

Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
Agam Real
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
rombang
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
Rfebiola
 
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Termodinamika kimia (pertemuan 1)Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Utami Irawati
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
Alen Pepa
 

What's hot (20)

Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
 
Diagram fasa
Diagram fasaDiagram fasa
Diagram fasa
 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
 
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaThermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiaTermodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
 
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Termodinamika kimia (pertemuan 1)Termodinamika kimia (pertemuan 1)
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigma
 
Laju korosi
Laju korosiLaju korosi
Laju korosi
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
 
amina & amida
amina & amidaamina & amida
amina & amida
 
indeks miller
indeks millerindeks miller
indeks miller
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
 
Pengaruh temperatur terhadadp konduktivitas
Pengaruh temperatur terhadadp konduktivitasPengaruh temperatur terhadadp konduktivitas
Pengaruh temperatur terhadadp konduktivitas
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannya
 

Viewers also liked

Diagram fasa-lanjutan
Diagram fasa-lanjutanDiagram fasa-lanjutan
Diagram fasa-lanjutan
Anna II
 
Studi laju korosi pada plat stainless steel (ss) 304 dan 316
Studi laju korosi pada plat stainless steel (ss) 304 dan 316 Studi laju korosi pada plat stainless steel (ss) 304 dan 316
Studi laju korosi pada plat stainless steel (ss) 304 dan 316
FerRy P. RAzi
 
Desain struktur beton prategang jilid 1 t.y. lin, ned h. burns; alih bahasa...
Desain struktur beton prategang jilid 1   t.y. lin, ned h. burns; alih bahasa...Desain struktur beton prategang jilid 1   t.y. lin, ned h. burns; alih bahasa...
Desain struktur beton prategang jilid 1 t.y. lin, ned h. burns; alih bahasa...
Muhammad Umari
 
Laporan kerja batu reza
Laporan kerja batu rezaLaporan kerja batu reza
Laporan kerja batu reza
Muhammad Umari
 
Kinerja rem tromol terhadap kinerja rem cakram kendaraan roda dua pada penguj...
Kinerja rem tromol terhadap kinerja rem cakram kendaraan roda dua pada penguj...Kinerja rem tromol terhadap kinerja rem cakram kendaraan roda dua pada penguj...
Kinerja rem tromol terhadap kinerja rem cakram kendaraan roda dua pada penguj...
Fajar Istu
 
S struktur-jembatan
S struktur-jembatanS struktur-jembatan
S struktur-jembatan
iky
 
Struktur Kristal Logam
Struktur Kristal LogamStruktur Kristal Logam
Struktur Kristal Logam
metalujay
 
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skemapengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
Kumpulan Jama'ah Al-Khidmah
 

Viewers also liked (20)

Diagram fasa-lanjutan
Diagram fasa-lanjutanDiagram fasa-lanjutan
Diagram fasa-lanjutan
 
Studi laju korosi pada plat stainless steel (ss) 304 dan 316
Studi laju korosi pada plat stainless steel (ss) 304 dan 316 Studi laju korosi pada plat stainless steel (ss) 304 dan 316
Studi laju korosi pada plat stainless steel (ss) 304 dan 316
 
Perubahan Fasa
Perubahan FasaPerubahan Fasa
Perubahan Fasa
 
Teknologi nano
Teknologi nanoTeknologi nano
Teknologi nano
 
Material Teknik
Material TeknikMaterial Teknik
Material Teknik
 
Material teknik
Material teknikMaterial teknik
Material teknik
 
Modul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductModul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign Product
 
Desain struktur beton prategang jilid 1 t.y. lin, ned h. burns; alih bahasa...
Desain struktur beton prategang jilid 1   t.y. lin, ned h. burns; alih bahasa...Desain struktur beton prategang jilid 1   t.y. lin, ned h. burns; alih bahasa...
Desain struktur beton prategang jilid 1 t.y. lin, ned h. burns; alih bahasa...
 
Perhitungan rangka atap_baja_ringan_umum
Perhitungan rangka atap_baja_ringan_umumPerhitungan rangka atap_baja_ringan_umum
Perhitungan rangka atap_baja_ringan_umum
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4
 
Laporan kerja batu reza
Laporan kerja batu rezaLaporan kerja batu reza
Laporan kerja batu reza
 
Kinerja rem tromol terhadap kinerja rem cakram kendaraan roda dua pada penguj...
Kinerja rem tromol terhadap kinerja rem cakram kendaraan roda dua pada penguj...Kinerja rem tromol terhadap kinerja rem cakram kendaraan roda dua pada penguj...
Kinerja rem tromol terhadap kinerja rem cakram kendaraan roda dua pada penguj...
 
Jambatan
JambatanJambatan
Jambatan
 
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
 
S struktur-jembatan
S struktur-jembatanS struktur-jembatan
S struktur-jembatan
 
Tabel, Grafik, Diagram dan Bagan
Tabel, Grafik, Diagram dan BaganTabel, Grafik, Diagram dan Bagan
Tabel, Grafik, Diagram dan Bagan
 
Kinematika partikel
Kinematika partikelKinematika partikel
Kinematika partikel
 
Struktur Kristal Logam
Struktur Kristal LogamStruktur Kristal Logam
Struktur Kristal Logam
 
PENGERTIAN GRAFIK, DIAGRAM DAN TABEL
PENGERTIAN GRAFIK, DIAGRAM DAN TABELPENGERTIAN GRAFIK, DIAGRAM DAN TABEL
PENGERTIAN GRAFIK, DIAGRAM DAN TABEL
 
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skemapengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
 

Similar to Diagram fasa

Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
Tillapia
 
bab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
bab8gaya-gayaintermolekuler.pptbab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
bab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
zizi81
 
Konsep ikatan kimia
Konsep ikatan kimiaKonsep ikatan kimia
Konsep ikatan kimia
baskimia
 
Persamaan reaksi
Persamaan reaksiPersamaan reaksi
Persamaan reaksi
edelchems
 

Similar to Diagram fasa (20)

FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptxFASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
 
MATERI DIAGRAM FASA (material teknik).ppt
MATERI DIAGRAM FASA (material teknik).pptMATERI DIAGRAM FASA (material teknik).ppt
MATERI DIAGRAM FASA (material teknik).ppt
 
Sistem kesetimbangan heterogen
Sistem kesetimbangan heterogenSistem kesetimbangan heterogen
Sistem kesetimbangan heterogen
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
Kestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleksKestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleks
 
Prediksi 4 Ujian Nasional Kimia 2017
Prediksi 4 Ujian Nasional Kimia 2017Prediksi 4 Ujian Nasional Kimia 2017
Prediksi 4 Ujian Nasional Kimia 2017
 
bab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
bab8gaya-gayaintermolekuler.pptbab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
bab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
 
bab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
bab8gaya-gayaintermolekuler.pptbab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
bab8gaya-gayaintermolekuler.ppt
 
Kelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obatKelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obat
 
Alkana
AlkanaAlkana
Alkana
 
Alkana
AlkanaAlkana
Alkana
 
Alkana
AlkanaAlkana
Alkana
 
Kd meeting 6
Kd meeting 6Kd meeting 6
Kd meeting 6
 
titrasi asidimetri
titrasi asidimetrititrasi asidimetri
titrasi asidimetri
 
Konsep ikatan kimia
Konsep ikatan kimiaKonsep ikatan kimia
Konsep ikatan kimia
 
PP Ikatan Kimia.pdf
PP Ikatan Kimia.pdfPP Ikatan Kimia.pdf
PP Ikatan Kimia.pdf
 
Persamaan reaksi
Persamaan reaksiPersamaan reaksi
Persamaan reaksi
 
sifat-sifat-zat-murni
sifat-sifat-zat-murnisifat-sifat-zat-murni
sifat-sifat-zat-murni
 
Ikatan kimia kelas x
Ikatan kimia kelas xIkatan kimia kelas x
Ikatan kimia kelas x
 
2 ikatan-kimia1
2 ikatan-kimia12 ikatan-kimia1
2 ikatan-kimia1
 

Recently uploaded

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 

Recently uploaded (20)

OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 

Diagram fasa

  • 1. Diagram Fasa/diagram kesetimbangan fasa (Equilibrium phase diagram) Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak dalam keadaan dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu sehingga struktur yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan tertentu akan berlainan. Kombinasi dua unsur atau lebih yang membentuk paduan logam akan menghasilkan sifat yang berbeda dari logam asalnya. Tujuan pemaduan = untuk memperbaiki sifat logam Sifat yang diperbaiki adalah kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi, ketahanan aus, ketahanan lelah, dll. 1
  • 2. Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang berbeda dalam struktur atau komposisi dari daerah lainnya. Fasa = bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik dan kimia yang seragam. Untuk mempelajari paduan dibuatlah kurva yang menghubungkan antara fasa, komposisi dan temperatur. Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan representasi tentang fasa-fasa yang ada dalam suatu material pada variasi temperatur, tekanan dan komposisi. Pada umumnya diagram fasa dibangun pada keadaan kesetimbangan (kondisinya adalah pendinginan yang sangat lambat). Diagram ini dipakai untuk mengetahui dan memprediksi banyak aspek terhadap sifat material. 2
  • 3. Informasi penting yang dapat diperoleh dari diagram fasa adalah: 1. Memperlihatkan fasa-fasa yang terjadi pada perbedaan komposisi dan temperatur dibawah kondisi pendinginan yang sangat lambat. 2. Mengindikasikan kesetimbangan kelarutan padat satu unsur atau senyawa pada unsur lain. 3. Mengindikasikan pengaruh temperatur dimana suatu paduan dibawah kondisi kesetimbangan mulai membeku dan pada rentang temperatur tertentu pembekuan terjadi. 4. Mengindikasikan temperatur dimana perbedaan fasa-fasa mulai mencair. Jenis pemaduan: 1. Unsur logam + unsur logam Contoh: Cu + Zn; Cu + Al; Cu + Sn. 3
  • 5. Pemaduan terjadi akibat adanya susunan atom sejenis ataupun ada distribusi atom yang lain pada susunan atom lainnya. Jika ditinjau dari posisi atom-atom yang larut, diperoleh dua jenis larutan padat: Cu Ni 1. Larutan padat substitusi Adanya atom-atom terlarut yang menempati kedudukan atom-atom pelarut. Fe C 2. Larutan padat interstisi Adanya atom-atom terlarut yang menempati rongga-rongga diantara kedudukan atom/sela antara. 5
  • 6. Untuk mengetahui kelarutan padat suatu unsur dalam unsur lainnya, Hume-Rothery mensyaratkan sebagai berikut: 1. Yang mempengaruhi terbentuknya jenis kelarutan ditentukan oleh faktor geometri (diameter atom dan bentuk sel satuan). Jenis kelarutan: •A + B C (sel satuan sama) (kelarutan yang tersusun disebut kelarutan sempurna) Dimana sifat C ≠ sifat A atau B •Jika A dan B memiliki sel satuan yang berbeda a. A + B A’ (dimana A yang dominan) B’ (dimana B dominan) kelarutan yang tersusun disebut larut sebagian b. A + B A + B (tidak larut) 6
  • 7. 2. Larut padat diameter atom. substitusi/interstisi ditentukan oleh faktor Jika perbedaan diameter atom yang larut dibandingkan atom pelarut lebih kecil dari 15%, maka kelarutan yang terjadi adalah larutan padat substitusi. Jika perbedaan diameter atom yang larut dibandingkan atom pelarut lebih besar dari 15%, maka kelarutan yang terjadi adalah larutan padat interstisi. 3. Suatu hasil percampuran harus stabil Stabilitas dari paduan dijamin oleh keelektronegatifan dan keelektropositifan, makin besar perbedaan keelektronegatifan dan keelektropositifan makin stabil, tetapi kalau terlalu besar perbedaannya yang terjadi bukan larutan melainkan senyawa (compound) 7
  • 8. Pembentukan diagram fasa Hubungan antara temperatur, komposisi diplot untuk mengetahui perubahan fasa yang terjadi. Konstruksi fasa pembentukan Dengan memvariasikan komposisi dari kedua unsur (0÷100%) dan kemudian dipanaskan hingga mencair setelah itu didinginkan dengan lambat (diukur oleh dilatometer/kalorimeter), maka akan diperoleh kurva pendinginan (gambar a.). Perubahan komposisi akan merubah pola dari kurva pendinginan, titik-titik A, L1, L2, L3 dan C merupakan awal terjadinya pembekuan dan B, S1, S2, S3 dan D merupakan akhir pembekuan. Gambar b. diagram kesetimbangan fasa Cu-Ni. 8 diagram
  • 9. Garis liquidus = menunjukkan temperatur terendah dimana logam dalam keadaan cair atau temperatur dimana awal terjadinya pembekuan dari kondisi cair akibat proses pendinginan. Garis solidus = menunjukkan temperatur tertinggi suatu logam dalam keadaan padat atau temperatur terendah dimana masih terdapat fasa cair. 9
  • 10. Selain garis-garis tersebut titik-titik kritis dari keadaan cair dan padat, juga menyatakan batas kelarutan maksimum unsur terlarut didalam pelarutnya (maximum solubility limit). The solubility of sugar (C12H22O11) in a sugar-water syrup. 10
  • 11. The Solubility Limit solubility limit at 20°C? 80 60 40 Pure Water If Co < 65wt% sugar: If Co > 65wt% sugar: L (liquid solution i.e., syrup) 20 0 Answer: 65wt% sugar Solubility Limit L (liquid) + S (solid sugar) 20 40 6065 80 100 Co=Composition (wt% sugar) Pure Sugar Question: What is the 100 Temperature (°C) • Example: Phase Diagram of WaterSugar System syrup syrup + sugar • Solubility limit increases with T: e.g., if T = 100°C, solubility limit = 80wt% sugar 11
  • 12. Effect of Temperature and Composition • Changing T can change number of phases: path A to B • Changing Co can change number of phases: path B to D B(100,70) D(100,90) 1 phase • watersugar system Temperature (°C) 100 L 80 60 40 20 0 0 2 phases (liquid) L (liquid solution i.e., syrup) + S (solid sugar) A(70,20) 2 phases 20 40 60 70 80 100 Co=Composition (wt% sugar) 12
  • 13. Cooling Curve for Pure Metal (a) FIG. 3-50 (1) Heat pure metal to point Ta; (2) cooling of liquid metal a – b; (3) at point b, pure metal starts to precipitate out of solution; (4) point c, pure metal completely solid; curve from b to c straight horizontal line showing constant temperature Tb-c because thermal energy absorbed in change from liquid to solid; (5) 13 more cooling of solid pure metal from c to d and temperature begins to fall again.
  • 14. Cooling Curve for Pure Iron (b) FIG. 3-50 (b) Cooling curve for pure iron. 14
  • 15. Allotropic Forms of Iron FIG. 3-54 Allotropic forms of iron (three phases: bcc, fcc, bcc) 15
  • 16. Cooling Curve for a Metal Alloy (c) FIG. 3-50 (c) Cooling curve for a metal alloy: (1) The alloy A-B heated to point a (liquid phase, with both metals soluble in each other); (2) cooling of alloy in liquid phase; (3) point b, solidification begins; (4) point c, solidification complete; sloped b – c due to changing from liquid to solid over the temperature range Tb to Tc because components A and B have different melting/cooling temperatures; (5) further cooling from c to d of solid-state metal alloy. 16
  • 17. Klasifikasi Diagram Kesetimbangan Fasa 1. Larut sempurna dalam keadaan cair dan padat. 2. Larut sempurna dalam keadaan cair, tidak larut dalam keadaan padat (reaksi eutektik). 3. Larut sempurna dalam keadaan cair, larut sebagian dalam keadaan padat (reaksi eutektik). 4. Larut sempurna dalam keadaan cair, larut sebagian dalam keadaan padat (reaksi peritektik). 5. Larut sempurna dalam keadaan cair, tidak larut dalam keadaan padat dan membentuk senyawa. 6. Larut sebagian dalam keadaan cair (reaksi monotektik). 7. Tidak larut dalam keadaan cair maupun padat. 17
  • 18. 1. Larut sempurna dalam keadaan cair dan padat Biasa disebut binary isomorphous alloy systems, kedua unsur yang dipadukan larut sempurna dalam keadaan cair maupun padat. Pada sistem ini hanya ada satu struktur kristal yang berlaku untuk semua komposisi, syarat yang berlaku adalah: a. Struktur kristal kedua unsur harus sama. b. Perbedaan ukuran atom kedua unsur tidak boleh lebih dari 15%. c. Unsur-unsur tidak boleh membentuk senyawa. d. Unsur-unsur harus mempunyai valensi yang sama. Contoh klasik untuk jenis diagram fasa ini adalah diagram fasa Cu-Ni. 18
  • 19. T(°C) 1600 1500 L (liquid) 1400 us uid α liq + s L lid u so 1300 α (FCC solid solution) 1200 1100 1000 0 20 40 60 80 • 2 phases: – L (liquid) • 2 phases: – α (FCC solid solution) L (liquid) • 2 lines (phase boundaries): α(FCC solid solution) – The liquidus line (L/L+α) – The solidus line (α/L+α) • 3 phase fields: L • 3 phase fields: L – L+α – L+α α – α 100 wt% Ni 19
  • 20. Rules of Determining Number & Types of Phases (The lever arm rule/Aturan kaidah lengan) • aturan 1: jika diketahui T dan Co (komposisi), maka – akan diketahui jumlah dan jenis fasa 1600 1500 • contoh: A (1100°C, 60wt% Ni): 1 phase: α B (1250°C, 35wt% Ni): 2 phases: L + α L (liquid) B(1250,35) Lihat gambar disamping T(°C) 1400 1300 +α α L 1200 1100 1000 0 s idu u s liq du i ol s (FCC solid solution) A(1100,60) 20 40 60 80 20 100 wt% Ni
  • 21. Aturan kaidah lengan/the lever arm rule Untuk menghitung persentase fasa-fasa yang ada pada komposisi tertentu, digunakan metoda kaidah lengan. x adalah komposisi paduan yang akan dihitung persentase fasafasanya pada temperatur T, maka tarik garis yang memotong batas kelarutannya (garis L-S). Jika x = wo; L = wl dan S = ws maka % fasa cair dan padat : ws − wo L= x100% ws − wl wo − wl S= x100% ws − wl 21
  • 22. • aturan 2: jika diketahui T dan Co, maka – akan diketahui komposisi dari fasa T(°C) 1600 L (liquid) B(1250,35) 1500 1400 • contoh: C0 = 35 wt%Ni At TA: Only Liquid (L) CL = C0 = 35 wt%Ni At TD: Only Solid (α) Cα = C0 = 35 wt%Ni At TB: Both α and L CL = CLiquidus = 32 wt%Ni Cα = CSolidus = 43 wt%Ni 1300 +α α L 1200 1100 T(°C) TA 1300 TD 20 (FCC solid solution) A(1100,60) 1000 0 20 40 A L (liquid) 60 80 100 wt% Ni tie line dus i liqu B TB 1200 us uid s liq u lid so L +α +αs L D α (solid) idu sol 30 35 4043 32 CLCo 22 50 Cα wt% Ni
  • 23. wl (32%) wo(35%) 43 − 35 L= x100% 43 − 32 L = 72,7% ws(43%) 35 − 32 S= x100% 43 − 32 S = 27,3% Contoh lain: pada wo= 53% Ni 23
  • 24. % fasa cair dan padat: wl (45%) 58 − 53 L= x100% 58 − 45 L = 38% wo(53%) ws(58%) 53 − 45 S= x100% 58 − 45 S = 62% 24
  • 25. Example: Determine the phase(s) that are present and the composition of the phase(s) For the alloys listed below: 60 wt% Ni-40 wt% Cu at 1100°C 35 wt% Ni-65 wt% Cu at 1250°C (1) Phase(s) that are present (2) The composition of each phase 25
  • 26. (1) Determine the phase(s) that are present 60 wt% Ni-40 wt % Cu at 1100°C Point A: (L) α α phase 26
  • 27. (2) Determine the composition of each phase 60 wt% Ni-40 wt% Cu at 1100°C (Point A): α α Cα = C0 = 60 wt% Ni 27
  • 28. (1) Determine the phase(s) that are present 35 wt% Ni-65 wt% Cu at 1250°C (L) α Point B α + L phases 28
  • 29. (2) Determine the composition of each phase 35 wt% Ni-65 wt% Cu at 1250°C (Point B): α +L α 29
  • 30. Tie Line (2) Determine the composition of each phase 31.5 35 42.5 CL C0 Cα Composition (wt% Ni) • 35 wt% Ni-65 wt% Cu at 1250°C (Point B): in two phase (α + L) region Draw a tie line Composition of a: intersection L/α+L — Cα = 42.5wt% Ni Composition of L: intersection α/α+L — CL = 31.5 wt% Ni 30
  • 31. Equilibrium Cooling in a Cu-Ni Binary System • Consider Co = 35wt%Ni • Upon cooling –L 35wt% → 32wt% → 24wt% –α 46wt% → 43wt% → 36wt% T(°C) L (liquid) 1300 L: 35wt%Ni α: 46wt%Ni Sufficiently slow cooling rate gives enough time for composition readjustments 35 B C 46 43 D36 24 – Equilibrium cooling +α L A 32 1200 L: 35wt%Ni +α L L: 32wt%Ni α: 43wt%Ni E L: 24wt%Ni α: 36wt%Ni α (solid) 1100 20 30 35 Co 40 50 wt% Ni 31