Teks tersebut membahas sejarah perkembangan berbagai jenis jembatan sejak zaman purba hingga modern. Mulai dari jembatan balok, pelengkung, gantung, kabel, hingga beton bertulang dan prategang. Juga menjelaskan bagian-bagian penting jembatan dan klasifikasinya berdasarkan fungsi, bahan, dan spesifikasi.
1. SEJARAH JEMBATAN
1.1 Pendahuluan
Jembatan merupakan suatu sistem transportasi untuk 3 hal, yaitu :
1. Merupakan pengontrol kapasitas dari sistem
Dalam hal ini jembatan akan menjadi pengontrol volume dan berat lalu lintas
yang dapat dilayani oleh sistem transportasi .
2. Mempunyai biaya tertinggi per mil dari system
3. Jika jembatan runtuh , sistem akan lumpuh
Jembatan mempunyai fungsi keseimbangan dari system transportasi.
1.2 Perkembangan Tipe Jembatan
Beberapa abad yang lampau sebelum manusia mengkategorikan 5 tipe jembatan :
1 . Balok (beam )
2 . Kantilever (cantilever)
3. Pelengkung (arch)
4. Kabel gantung (suspension)
5. Rangka (truss)
Empat tipe jembatan diilhami dari kehidupan sebelum Masehi.
Contoh : simple beam bridge adalah pohon yang tumbang melintas di atas sungai.
Yang telah dicapai pada masa itu adalah pemakain prinsip-prinsip kantilever pada
kedua pangkal jembatan .
1
2. Jembatan gantung diilhami dari akar-akar pohon yang bergantungan dan
digunakan oleh hewan dan manusia untuk melewati satu pohon ke pohon lainnya.
Pada jembatan-jembatan zaman kuno, jalan sering diletakan pada bagian atas
kabel. Akan tetapi posisi tersebut tidak tepat, dan para ahli pembuat jembatan
akhirnya menemukan suatu bahan dari rantai besi untuk menggantungkan jalan
tersebut.
1.2.1 Periode zaman purba
Tipe jembatan yang telah digunakan adalah jembatan balok sederhana untuk
bentang pendek, jembatan gantung, jembatan kantilever. Tipe jembatan terbaru pada
periode ini adalah jembatan tipe pelengkung (arch bridge)
1.2.2 Periode Romawi kuno
Beberapa dari jembatan-jembatan terbesar dai bangsa Romawi merupakan
aquaduct, yang dibangun bukan untuk lalu lintas manusia tetapi untuk saluran air.
Tipe jembatan aquaduct ini adalah jembatan pelengkung (arch bridge).
1.2.3 Zaman Pertengahan
Bentuk-bentuk arch bridge masih sering digunakan seperti pada jembatan Old
London yang dibangun pada abad ke-12.
Pada abad ke-12 di Perancis dibangun Jembatan Avignon dengan menggunakan
prinsip streamlining yakni bentuk yang digunakan adalah lengkung kurva ellips
dengan bagian puncaknya dibuat lebih tipis.
2
3. 1.2.4 Zaman Jembatan Besi dan Baja
Jembatan besi yang pertama kali dibangun adalah jembatan Coalbrookdale
yang melintasi Sungai Severn ,Inggris pada tahun 1776.
Untuk Jembatan jalan rel , beberapa ahli pada saat itu menggunakam
jembatan tubular (tubular bridge). Contohnya: Jembatan Britania yang melintasi slat
Menai,Inggris dan Jembatan Victoria yang melintasi Sungai St.Lawrence di
Montreal Kanada.
1.3 Era Jembatan Gantung
Jembatan Gantung tertua dan terbesar pada abad ke-18 adalah Jembatan Menai
Straits di Inggris yang dibangun pada tahun 1825. Jembatan ini masih menggunaka
menara batu dan kabel dari rantai besi untuk menggantung jalan raya.
Penggunaan kabel baja (wire steel) menggantikan kabel besi pertama kali
digunakan di dunia pada Jembatan Gantung Brooklyn, New York (1867).
Dengan berkembangnya gelagar box ( box girder) , penggunaan stiffening truss
sebagai dek mulai berkurang seperti yang digunakan pada jembatan Humber dan
Verrazano-Narrows.
1.4 Era Jembatan Cable-Stayed
Suatu penelitian antara jembatan gantung dan jembatan cable-stayed
menunjukkan bahwa jembatan cable stayed lebih menguntungkan dibandingkan
dengan jembatan gantung . Kelebihan jembatan cable stayed rasio panjang bentang
utama dari pylon lebih murah . Defleksi akibat pembebanan simetris dan asimetris
3
4. pada lebih dari separuh bentang jembatan gantung mempunyai defleksi yang lebih
besar dari pada cable-stayed.
Keuntungan yang menonjol dari jembatan cable-stayed yakni tidak
diperlukannya pengangkeran kabel yang berat seperti jembatan gantung. Gaya-gaya
angker pada ujung kabel biasanya diesimbangkan dengan berat dari pilar dan
pondasi tanpa menambah biaya konstruksi lagi.
Jembatan Cable-stayed Saint Nazaire yang melintas di atas Sungai Loire,
Perancis adalah salah satu Jembatan Cable-stayed terpanjang di dunia.
1.5 Era Jembatan Beton
1.5.1 Jembatan Beton bertulang dan Prategang
Pada dasarnya dari jembatan beton bertulang dan beton prategang dapat
berupa :
Penggunaan Jenis
1. Jembatan Slab Beton Bertulang Beton Prategang
2. J.Gelagar Dek B. Bertulang balok T B. Prategang stringer
3. J.Box Girder Beton Bertulang Beton Prategang
4. J.Bentang Menerus
5. J.Lengkung Open Spandrel Filled Spandrel
6. J. Rigid Flame
7. J. Cable-stayed
4
5. Definisi-definisi
Jembatan : adalah suatu struktur yang menginginkan route transportasi
melintasi sungai, danau kali, jalan raya, jalan kereta api, dan lain-lain.
Route transportasi berupa jalan kereta api, jalan trem, pejalan kaki, rentetan
kendaraan, dan lain-lain.
Bangunan atas : berada pada bagian atas suatu jembatan, brfungsi menampung
beban-beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan dll kemudian
menyalurkannya kepada bangunan bawah.
Landasan : bagian ujung bawah dari suatu bangunan atas yang berfungsi
menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas kepada bangunan bawah.
Menurut fungsinya dibedakan landasan-sendi dan landasan gerak.
Bangunan bawah : bangunan-bangunan yang umumnya terletak disebelah bawah
bangunan atas. Fungsinya menerima/memikul beban-beban yang diberikan
bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi, yang selanjutnya disalurkan
ke tanah.
Oprit jembatan : oprit berupa timbunan tanah dibelakang abutment timbunan
tanah ini harus dibuat sepadat mungkin, untuk menghindari terjadinya penurunan
(settlement) hal ini tidak mengenakkan bagi pengendara. Apabila ada penurunan,
terjadi kerusakan pada expansion joint yaitu bidang pertemuan antara bangunan atas
dengan abutment.
Untuk menghindar ini, pemadatan harus semaksimum mungkin dan diatasnya dipasang
plat injak dibelakang abutment.
5
6. Bangunan pengaman jembatan : berfungsi sebagai pengamanan terhadap pengaruh
sungai yang bersangkutan baik secara langsung maupun tak langsung. Kadang-
kadang disamping jembatannya harus diamankan, sungainyapun harus diamankan,
dimana biaya pengamanan sungai lebih mahal dari pengamanan jembatan.
Abutment : abutment atau kepala jembatan adalah bagian bangunan pada
ujung-ujung jembatan, selain sebagai pendukung bagi bangunan atas juga
berfungsi sebagai pebahan tanah.
Pilar jembatan : Pilar atau pier berfungsi sebagai pendukung bangunan atas. Bila
pilar ada pada suatu bangunan jembatan letaknya diantara kedua abutment dan
jumlahnya tergantung keprluan, seringkali pilar tidak diperlukan.
Pondasi : berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah dan
menyalurkannya ke tanah. Secara umum pondasi dapat dibedakan sbb:
1. Pondasi langsung : digunakan bila lapisan tanah pondasi yang telah
diperhitungkan mampu memikul beban-beban diatasnya, terletak pada lokasi
yang dangkal dari tanah setempat.
2. Pondasi Dalam : digunakan apabila lapisan tanah keras yang mampu memikul
beban letaknya cukup dalam. Sehingga beban-beban haris disalurkan melalui
suatu konsruksi penerus yang juga disebut tiang pancang dan pondasi sumuran.
● Bagian-bagian Jembatan
Jembatan dapat dibagi atas 2 bangunan utama :
1. Bangunan atas
2. Bangunan bawah
6
7. Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari enam bagian pokok sebagai
berikut :
1. Bangunan atas
2. landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan
Dari keenam bagian pokok jembatan,empat diantaranya selalu ada pada pada suatu
jembatan,yaitu bangunan atas,bangunan bawah dan oprit.
● Klasifikasi jembatan :
1. Klasifikasi menurut kegunaannya :
- Jembatan Jalan Raya
- Jembatan Kereta api
- Jembatan jalan Air
- Jembatan Jalan Pipa
- Jembatan Militer
- Jembatan Penyeberangan
- Dll
2. Klasifikasi menurut jenis material :
- Jembatan Kayu
- Jembatan Baja
- Jembatan Beton ( Beton bertulang dan beton pratekan )
7
8. 3. Klasifikasi menurut letak lantai jembatan :
- Jembatan lantai kendaraan di bawah
- Jembatan lantai kendaraan di atas
- Jembatan lantai kendaraan di tengah
- Jembatan lantai kendaraan di atas dan di bawah ( double deck bridge )
4. Klasifikasi menurut bentuk struktur secara umum :
- Jembatan gelagar
- Jembatan Pelengkung
- Jembatan Rangka (truss bridge )
- Jembatan Portal (rigid frame bridge)
- Jembatan Gantung (suspension bridge)
- Jembatan Kabel (cable stayed bridge)
● Perlunya jembatan dibangun
Adapun beberapa pertimbangan-pertimbangan yang menentukan diperlukannya
menbangun jembatan antaranya sebagai berikut :
1 Umum jembatan yang lama yang telah terlalu tua sehingga dirasakan perlu
diganti dengan jembatan yang baru.
2 Diperlukan jembatan yang sama sekali baru, sebab alat
penyeberangan/perlintasan yang ada (misalnya : ponton) tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang ada.
3 Pada jalan-jalan yang sama sekali baru, diperlukan membangun jembatan yang
baru.
8
9. 1.6. Lebar Jembatan :
Sesuai dengan Peraturan Muatan Bina Marga No. 12/1970 (Bina Marga
Loading Spec.) lebar jembatan ditentukan sebagai berikut:
1. Untuk 1 jalur lebar jembatan minimum : 2.75 m.
maksimum : 3.75 m.
Untuk 2 jalur lebar jembatan minimum : 5.50 m.
maksimum : 7.50 m.
2. Lebar trotoir umumnya berkisar antara 1.00 m -:- 1.50 m
3. Lebar kerb : ± 0.50 m.
4. Lebar jalan untuk slow traffic : ± 2.50 m.
1.7 Kelas Jembatan :
Jembatan yang di design dengan menggunakan Loading Bina Marga :
sebesar 100% Kelas standard
sebesar 70% Kelas sub standard
sebesar 50% Kelas low standard
Pembagian kelas jembatan sementara waktu ini ditetapkan sebagai berikut :
Kelas Lebar (m) % Loading
A 1.00 + 7.00 + 1.00 100% Loading BM
B 0.50 + 6.00 + 0.50 70% Loading BM
C 0.50 + 3.50 + 0.50 70% Loading BM
9
10. Pelaksanaan dan Pemeliharaan Jembatan :
I Pelaksanaan Jembatan :
Perbedaan type jembatan, mengakibatkan berbedanya cara pelaksaan jembatan
yang bersangkutan .
Berikut ini diberikan pertimbangan-pertimbangan yang diambil, dalam memutusan
penggunaan cara pelaksanaan yang dipilih.
Pertimbangan tersebut diantaranya :
- Periode pelaksanaan
- Peralatan yang tersedia
- Material yang tersedia
- Tenaga kerja yang tersedia
- Kondisi lapangan
- Rangkaian (urutan) pelaksanaan
Kecenderungan masa kini pada pelaksanaan jembatan-jembatan umumnya, digunakan
type Pre-cast dengan menggunakan alat-alat besar seperti cranes, launching girder, dll.
Prosedur penjadwalan seperti CPM (Critical Path Method) dan PERT (Project
Evaluation and Review Technique) digunakan untuk mendapatkan jadwal yang benar
pada pelaksanaan jembatan. Penggunaan PERT dan CPM dimaksud untuk menentukan
aktivitas kritis dimana dapat ditunjukan total waktu pelaksanaan dan pengaturannya
sedemikian sehingga diperoleh nilai minimum bagi waktu pelaksanaan dan juga
pembiayaan.
10
11. Berikut ini akan disinggung mengenai cara pelaksanaan untuk 4 (empat) type jembatan
sbb :
1. Jembatan Beton dan Beton Pratekan
2. Jembatan Gelagar Baja
3. Jembatan Rangka
4. Jembatan Gantung
1. Pembangunan Beton dan Beton Pratekan
Didalam pelaksanaan jembatan beton, pembuatan acuan, pengecoran dan curring
(proses pembuatan beton cepat keras, misal dengan uap steam curing) adalah jenis
pekerjaan yang biasa dilakukan pada pekerjaan dengan cara ’’cast in situ“ (pengecoran
ditempat) dan pada pengerjaan balok-balok precast.
Pada umumnya pekerjaan jembatan Pratekan dilakukan dengan sistem ’’post
tensioning“ (tendon diberi tegangan setelah beton mengeras), sedangkan sistem Pre-
tensioning (dimana kabel baja ditarik sebelum beton dicorkan) biasanya digunakan di
pabrik-pabrik komponen jembatan.
Pada sistem Post tensioning, sebelum beton dituangkan dalam acuan, selongsong
(pembungkus tendon) telah lebih dahulu disiapkan. Bila beton telah mengeras, kabel-
kabel diberi tegangan dan bagian-bagian ujungnya diakhiri dengan angker.
Balok-balok diatas dapat di cor di tempat atau dipasang kemudian setelah diangkut
dari tempat pengecorn disekitar lokasi proyek. Sebaiknya pada balok-balok yang di cor
dipasang pada bentang yang bersangkutan dan penegangan kabel dilakukan terhadap
sejumlah kabel tertentu yang mampu memikul beban sendir balok tersebut dan setelah
11
12. dipasang pada posisi yang seharusnya serta lantai beton belum di cor, baru sisa kabel
yang lainnya diberi tegangan kemudian.
Urutan pelaksanaan bangunan atas (Super Structure) jembatan Pratekan adalah sebagai
berikut :
1. Pengecoran balok-balok pada tempat pengecoran khusus.
2. Pengangkutan balok- balok menuju tempat pemasangan.
3. pemasangan balok pada posisi final.
4. Pengecoran lantai , dll.
2. Pembangunan Jembatan Gelagar Baja :
1. Asembling gelagar pada dasar sungai, bila sungai dalam keadaan kering sepanjang
tahun.
2. Pembangunan dengan cara gelagar diapungkan, bila sungai cukup dalam.
3. Pembangunan dengan cara diluncurkan.
3. Pembangunan Jembatan rangka :
Jembatan ini dipasang menggunakan kereta derek dan penyangga palsu. Prosedur
pemasangan dibagi atas bagan-bagan (stages) tertentu.
4. Pembangunan Jembatan Gantung :
Pada umumnya urutan pelaksanaan adalah sbb :
1. Pembangunan menara (Tower)
12
13. 2. Pembangunan Catwalk sebagai platform kerja untuk membantu pembangunan
jembatan utama.
3. Pembangunan batang gantung.
4. Pembangunan gelagar pengaku.
5. Pembangunan lantai, dll.
II. Pemeliharaan Jembatan.
Secara normal, masa pelayanan normal suatu jembatan berkisar 70 tahun untuk
super structure dan 100 tahun untuk sub structure. Jika cara pemeliharaan tidak baik,
hal ini akan mengurangi jangka waktu pelayanan. Masalah pemeliharaan jembatan
adalah personal serius bagi teknisi, dengan menjamin keselamatan jembatan serta
mengawetkan investasi pada jembatan adalah penting untuk mengembangkan dan
melengkapkan prosedur inspeksi dan evaluasi.
Ada dua bentuk inspeksi utama :
1. Inspeksi rutin : Pengujian secara umum struktur jembatan untuk memeriksa kondisi
fisik yang sekiranya memerlukan reparasi. Cara ini cukup
bermanfaat untuk jembatan-jembatan jangka pendek.
2. Inspeksi khusus : Pengujian secara visuil detail dari komponen-komponen jembatan
minimal dalam tiga atau lima tahun sekali. Cara inspeksi ini
merupakan keharusan dalam khusus jembatan-jembatan tua
dimana keruntuhan struktur dapat mengakibatkan resiko bencana.
13
14. Adapun type jembatan yang harus dihadapi, adalah suatu keharusan untuk memeriksa
kerusakan berikut :
1. Retakan-retakan pada beton serta pekerjaan logam.
2. Penurunan dan pergeseran pondasi.
3. Expansion joint/pergeseran titik buhul sambungan.
4. Macetnya landasan rol.
5. Getaran yang cukup besar.
6. Longgarnya bagian sambungan.
7. Bagian-bagian yang hancur.
8. Bagian yang pernah direparasi pada masa lampau.
Pemeliharaan Jembatan dalam keadaan-keadaan inspeksi rutin :
- Operasi sistem drainase.
- Kelancaran fungsi dari expansion joints dan landasan-landasannya.
- Retakan dimana saja harus diobservasi secara teliti. Kelanjutan retakan harus
diawasi
dan dicari sebab-sebabnya sampai ketemu dan diperbaiki sampai tuntas.
- Pemerikaan pilar dan abutment terhadap differential-settlement dan tanda-tanda
penggerusan (scouring)
- Membersihkan rintangan di sungai yang menimbulkan penggerusan.
- Pemeriksaan terhadap kemunduran kemampuan lantai kendaraan.
14
15. Hal-hal yang harus diperhatikan bila merencanakan Jembatan Baja :
- Setiap bagian harus di cat dan mudah dibersihkan.
- Harus ada ruang bebas yang cukup antara pekerjaan baja dan pekerjaan beton
dan batu.
- Bagian penyebab genangan air kotor atau air hujan harus dihindarkan atau jika
tidak dapat dihindarkan diusahakan untuk dialirkan air tersebut dengan membuat
lubang drainase.
15