SlideShare a Scribd company logo
1 of 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting pada era global ini sebab pendidikan
adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban. Melalui pendidikan yang
baik, akan terlahir manusia Indonesia yang mampu bersaing secara sehat dalam
kehidupan di era globalisasi bercirikan high competition. Menurut Azyumardi
Azra, (1998:3): ”Pendidikan merupakan proses dimana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya dalam menjalankan kehidupan untuk
memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.” Pendidikan merupakan proses
mendewasakan manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidupnya.
Diharapkan pendidikan membuat manusia mampu menemukan jati diri dan
kehidupan sesungguhnya baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
maupun bernegara.
Kemudian berkaitan dengan pendidikan Agama Islam, H Abuddin Nata
(2008:180) menjelaskan bahwa:
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang seimbang dalam
mempersiapkan anak didik yaitu, anak didik yang tidak hanya mampu
mengembangkan kreativitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tetapi
juga memiliki ketahanan mental spiritual serta mampu beradaptasi dan
merespons problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar ajaran
Islam.
Konsep pendidikan yang seimbang inilah maka Pendidikan Agama Islam
memiliki peluang yang amat luas sehingga mampu mewujudkan manusia yang
sanggup menghadapi tantangan, peluang dan kendala dalam memasuki kehidupan
masa depan. Berikutnya Lailial Muhtifah dalam Gisela Webb dkk (2012:70)
menjelaskan:” Pendidikan Agama Islam dapat mengantarkan peserta didik
menjadi “mukmin-ulul albab” dengan konsep zikir (ketuhanan), pikir dan amal
shaleh (kemanusiaan dan kealaman)”. Konsep ini sebagai bekal dalam
1
2
melaksanakan fungsi dan perannya sebagai khalifah dan ‘abdullah di muka bumi
guna mewujudkan masyarakat madani yang bahagia hidup di dunia dan di akhirat.
Pendidikan Agama Islam selain dapat mengembankan empat pilar pendidikan
global seperti yang dirumuskan oleh UNESCO, yang meliputi learning to think,
learning to do, learning tobe, dan learning to live together, namun dapat juga
mengembankan pilar learning lillahi ta’ala. (Departemen Agama RI:2005:3).
Pendidikan Agama Islam sebagai proses pembentukan manusia Indonesia yang
seutuhnya karena dalam Pendidikan Agama Islam tidak sekedar mentransfer ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga bermuara pada proses
pembinaan dan pembentukan sikap (behaviour) maupun etika/moral dan mental
generasi muda sebagai penerus bangsa. Namun tingkat keberhasilan Pendidikan
Agama Islam sesuai yang diharapkan ditentukan tingkat kompetensi profesional
dan kinerja guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri sebagai agen pembelajaran.
Adapun kompetensi profesional dan kinerja guru merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Dalam Depdikbud,
(1991/1992) dijelaskan bahwa:” proses pembelajaran akan berlangsung dengan
baik, apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang
tinggi karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan
anak-anak di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum.” Kompetensi
profesional dan kinerja guru mempunyai pengaruh secara bersama terhadap hasil
belajar siswa. Hal ini mengandung makna bahwa, apabila ada peningkatan
kompetensi profesional dan kinerja guru maka hasil belajar akan meningkat.
Peran guru Pendidikan Agama Islam secara kontinuitas dan dengan
sungguh-sungguh tidak dikhawatirkan meninggalkan anak-anak yang lemah.
firman Allah QS. An-Nisaa:9 yang berbunyi:






Artinya: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
3
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”
Muhammad Sayyid Tanthawi Dalam tafsir Quraish Shihab (2002: 355)
menjelaskan bahwa ayat di atas ditujukan kepada semua pihak, siapapun, karena
semua diperintahkan untuk berlaku adil, berucap yang benar dan tepat, dan semua
khawatir akan mengalami apa yang digambarkan di atas. Ayat tersebut diatas,
berpesan agar umat islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas sehingga
mereka mampu mengaktualisasikan potensinya sebagai bekal kehidupan dimasa
mendatang. Selaras dengan ayat di atas keterkaitan peran guru seorang filosof
Cina, Lao Tzu terkenal dengan kata mutiara abadinya:”Berikanlah seekor ikan
pada seseorang, dan Anda memberikan makanan kepadanya untuk sehari; ajarilah
ia bagaimana menangkap ikan dan Anda akan memberi makanan untuk seumur
hidupnya”.(Robert Heller, 2004:7). Arahan normatif tersebut di atas apabila
dikaitkan dengan kompetensi profesional dan kinerja guru menunjukkan pada
harapan, bahwa dalm pendidikan formal guru merupakan pihak pertama yang
paling bertanggung jawab dalam meningkatkan hasil belajar baik ranah kognitif,
afektif maupun spikomotor yang pada akhirnya dapat menghasilkan aut put dan
out come sesuai yang diharapkan
Namun kenyataan terhadap pendidikan agama Islam sekarang ini
terdapat sejumlah kelemahan yang mengakibatkan pendidikan agama Islam di
sekolah tidak dapat memberikan hasil yang optimal dalam pembentukan moral
dan akhlak peserta didik yang terefleksikan dalam kehidupan kesehariannya.
Dalam Didin Syafruddin dan Bahris, (2005:5) menyebutkan beberapa alasan
terhadap kelemahan pendidikan agama antara lain:
1. Bidang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan kurang
ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian;
2. Orientasi mempelajari al-Qur’an masih cenderung pada kemampuan
membaca teks, belum mengarah kepada pemahaman arti dan penggalian
makna.
4
Akibat kelemahan tersebut di atas tanpa disadari dalam era modern,
remajalah yang banyak menjadi korban yang diistilahkan dengan penyimpangan
perilaku remaja karena masa remaja termasuk dalam tahap perkembangan
individu. Menurut Abu Al-Ghifari (2003:14) masa remaja mnerupakan masa
transisi sehingga berdampak besar pada remaja korban mode seperti remaja
berprilaku instan; umumnya orang ingin cepat dan mudah dalam hal makanan dan
begitu juga dalam perilaku, banyak yang mengambil jalan pintas agar mudah
mencapai tujuan dan remaja berperilaku imitasi; munculnya trend tindik telinga,
hidung dan bibir, sek bebas, narkoba, miras, fornografi dan forno aksi. Kondisi
seperti ini telah menghantui remaja masa kini. Berdasarkan temuan ketika pihak
kepolisian merazia sekitar 250 orang pelajar ibu kota, hampir 50% dari mereka
membawa senjata tajam dalam berbagai bentuk. Sehingga menurut I Noman Naya
MA, berpendapat bahwa kenakalan remaja kini, bukan lagi kenakalan biasa, tapi
sudah menjurus tingkat kriminalitas. (Abu Al-Ghifari, 2003:25)
Merebaknya perilaku remaja korban mode menurut pendapat Kartini
Kartono dalam Abu Al-Ghifari, (2003:24):” Bahwa akar permasalahannya adalah
krisis moral atau krisis akhlakul karimah dalam jiwa remaja masa kini. Dalam
kondisi seperti itu, remaja memerlukan “subyek moral” orang dewasa yang
dikaguminya. Maka dalam dunia pendidikan peran guru umumnya dan peran guru
Pendidikan Agama Islam khususnya masa kini sangat diperlukan dalam
memberikan arahan dan petunjuk ke arah identitas yang Islami secara kontinuitas
dan dengan sungguh-sungguh.
Sementara kenyataan yang terjadi khususnya di Kabupaten Kapuas Hulu
dari hasil observasi beberapa sekolah pada bulan Desember tahun 2012 dapat
disimpulkan sebagai berikut: Perangkat pembelajaran Guru Pendidikan Agama
Islam (GPAI) tidak lengkap berdasarkan data kelengkapan administrasi guru,
rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
berdasarkan daftar nilai murni, metode pembelajaran Guru Pendidikan Agama
Islam (GPAI) masih konvesional berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan data supervisi guru, program harian guru Pendidikan Agama Islam
(GPAI) tidak ada berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 5
5
Putussibau Selatan pada hari senin tanggal 4 Pebruari 2013, siswa belum bisa
shalat berdasarkan buku praktikum siswa, adanya kasus siswa yang beragama
Islam seperti tidak jujur, berkelahi, merokok, terlibat pornografi dan porno aksi
berdasarkan data kasus pada guru Bimbingan Konseling (BK).
Secara subtansial yang menjadi faktor kesenjangan antara harapan dan
kenyataan antara lain:
1. Kurikulum pendidikan agama Islam hanya di alokasi waktu 2 jam
pelajaran perminggu.
2. Guru sebagai agen pembelajaran yang kurang mau dan mampu untuk
mengembangkan diri karena masih menyambil dengan pekerjaan lain
3. Pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti pengawas kurang intensif
dalam melakukan pembinaan.
Oleh karena itu yang menjadi fokus penelitian ini adalah Kompetensi
Profesional, Kinerja Guru dan Hasil Belajar Siswa terhadap Pendidikan Agama
Islam pada ruang lingkup Akhlak. Standar kompetensi akhlak membiasakan
prilaku terpuji dan menghindari prilaku tercela.
Dengan demikian, peneliti merasa penting untuk meneliti sehingga dapat
mengungkapkan secara empiris tentang “Pengaruh Kompetensi Profesional dan
Kinerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu”.
Adapun harapan terhadap masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah: Pertama; Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas
Hulu, senantiasa mengembangkan kemampuan profesional dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik. Kedua; Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu selalu meningkatkan kinerja yang optimal dalam
melaksaanakan tugas sebagi pendidik. Ketiga; Kompetensi profesional dan
kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu dapat
memberi pengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.
6
B. Masalah dan Pembatasan Masalah
1. Identifikiasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan Desember tahun
2012 pada peran Guru Pendidikan Agama Islam (GAI) di SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan (idealitas/das
sollen) dan kenyataan atau fakta (fenomena yang ada /das sein sbb:
a. Kompetensi profesional guru yang belum memadai misalnya: metode
pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) masih konvesional,
referensi masih terbatas pada buku paket, belum memanfaatkan
Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan data supervisi guru.
b. Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang belum optimal
antara lain; daftar hadir tidak maksimal, perangkat pembelajaran tidak
lengkap, nilai ulangan harian, tugas dan praktek siswa belum terisi sesuai
dengan daftar nilai yang ada. Berdasar data kelengkapan administrasi
guru.
c. Hasil belajar siswa yang beragama Islam belum sesuai yang diharapkan
berdasarkam leger murni, buku praktikum siswa dan data kasus pada
guru Bimbingan Konseling (BK).
2. Pembatasan Masalah
“Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI Kelas VIII di SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu”.
3. Perumusan Masalah
7
1) Bagaimanakah kompetensi profesional guru pada pembelajaran PAI
di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
2) Bagaimana kinerja guru pada pembelajaran PAI di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu?
3) Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu?
4) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil
belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas
Hulu?
5) Bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP Kabupaten Kapuas Hulu ?.
6) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu ?.
7) Bagaimana tingkat signifikansi kompetensi profesional dan kinerja
guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu ?
C. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian
terdahulu yang telah dilakukan ternyata ada yang memilki relevansi dengan
penelitian ini. Pada bagian tinjauan penelitian terdahulu ada beberapa komponen
yang relevan yaitu:
Penelitian yang dilakukan Syarifah Zahara Al-Qadri (2009)
berJudul:”Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran PAI di SDN 01 Pontianak
Timur.” Hasil Penelitiananya adalah: Kemampuan guru melaksanakan Pendidikan
agama Islam di SDN 01 Pontianak Timur tergolong baik yaitu 0,75. Hasil belajar
tergolong baik 0, 76. Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan guru dalam
8
melaksanakan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata
pelajaran PAI di SDN 01 Pontianak Timur r: 0,775 lebih besar (R=0,775 > r tabel
0,0229)
Penelitian yang dilakukan Eva Ranilah (2009) yang berjudul:”Hubungan
Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI pada Mata
Pelajaran PAI di SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecamatan Sungai Kakap.”
Hasil Penelitian adalah: Kemampuan guru dinilai baik yaitu 0,76. Prestasi belajar
siswa tergolong baik hasil hitung 0,78. Terdapat hubungan yang signifikan antara
kemampuan mengajar guru dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada mata
pelajaran PAI bukti r: 0,785 lebih besar (R=0,785 > r tabel 0,0227)
Penelitian yang dilakukan oleh Diyan Maya Shofiana ( 2008 : 68) yang
berjudul Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan prestasi belajar siswa di Mts
Al-Jaamiyah Tegal Cidolog Sukabumi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil
hitung dengan menggunakan rumus koefesien determinasi yaitu KD=r2
x 100%. KD=r2
x
100% =(0,710)2
x 100% = 0,50 x 100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan atau dipengaruhi oleh
profesionalisme guru sebesar 50%.
Penelitian yang dilakukan Risminawati, (2000 : 152) dalam penelitiannya
yanng berjudul Konstribusi Gaya Kepemimpinan Demokrasi Kepala Sekolah dan
Kompetensi Profesional Guru Terhadap Keberhasilan SLTP Muhammadiyah di Kota
Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji T yang berkaitan dengan kontribusi
kompetensi profesional terhadap keberhasilan sekolah diperoleh T hitung 0,006 dengan
taraf signifikan 5% dengan N 130 ditemukan Ttabel 1,655. Dengan demikian Thitung 6,
006 > Ttabel 1,655 maka ada kontribusi yang signifikan antara kompetensi profesional
guru dengan keberhasilan sekolah.
Penelitian yang dilakukan Rosma (2010 : 2) dalam penelitiannya
“pengaruh profesionalitas dan kinerja guru terhadadp hasil belajar Akuntansi di
Sekolah Menengah Atas Nurul Iman Palembang.” Dengan mengambil taraf
signifikansi sebesar 5% maka dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (P<0,05)
karena Fhitung > Ftabel yaitu 370,666 maka H0 ditolak dan HA diterima. Artinya
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara linear antara kompetensi
9
profesional (X1) dan kinerja guru (X2) terhadap hasil belajar (Y). Pengolahan
kompetensi profesional yang baik dan adanya kinerja guru yang optimal secara
bersama-sama dapat menciptakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan
yang diharapkan yaitu penyampaian materi akan sesuai dengan tujuan, dan hasil
belajar akan meningkat. Rosma (2010 : 2)
Setelah melihat hasil penelitian terdahulu, ada beberapa komponen
penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan misalnya:
Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran PAI, Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI, Pengaruh Tingkat Pendidikan
Guru Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa, dan pengaruh profesionalitas dan
kinerja guru terhadadp hasil belajar Akuntansi . Adapun beberapa teori dari penelitian
terdahulu yang bisa dijadikan sebagai landasan dalam penelitian yang akan
dilakukan ini antara lain:
1. Tentang kompetensi profesional. Menurut E.Mulyasa (2007:135)
kompetensi profesional adalah:”Kemampuan guru dalam penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meningkatkan,
membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.
2. Tentang Kinerja guru. Menurut Purwodarminto (1996) dalam Udiyono,
(2010:3) menjelaskan bahwa:”kinerja atau performance dapat diartikan
sebagai prestasi kerja, melaksanakan kerja atau unjuk kerja yaitu
kemampuan yang telah dicapai seseorang dalam melaksanakan kerja.”
3. Tentang kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar, dalam
Depdikbud (1991/1992) menjelaskan bahwa:
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh
guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru
merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di
sekolah dan sebagai pengembang kurikulum.
10
Adapun kedudukan penelitian yang akan dilakukan ini, memperkuat
penelitian terdahulu dalam hal menguji teori kompetensi profesional, teori kinerja,
teori kompetensi profesional dan kinerja guru secara bersama-sama. Hal yang
membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan
yaitu tempat yang akan dilakukan penelitian dan judul penelitian. Dari penelitian
terdahulu yang relevan ini belum ada diantara kajian ini yang membahas judul
yang sama tentang pengaruh kompetensi dan kinerja guru terhadap hasil belajar
siswa pada pembelajaran PAI SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Kesenjangan
akademis ini yang akan diisi dalam penelitian ini. Kompetensi dan kinerja guru
merupakan dua hal yang mutlak diperlukan secara terpadu dalam mencapai hasil
belajar yang lebih baik. Guru berkompetensi namun tidak mempunyai kinerja
dalam memcapai hasil belajar yang diharapkan adalah yang merupakan harapan
yang sia-sia dan begitu juga sebaliknya.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan secara empiris bagaimana kompetensi profesional
guru pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
2. Untuk menemukan secara empiris bagaimana kinerja guru pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
3. Untuk menemukan secara empiris bagaimana hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
4. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh kompetensi
profesional guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di
SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
5. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh kinerja guru
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP Kabupaten
Kapuas Hulu?
6. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh kompetensi
profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
11
7. Untuk menemukan secara empiris bagaimana tingkat signifikansi
kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa
pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian.
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademis dan para praktisi pendidikan.
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan serta meemberi masukan dalam
rangka penyusunan teori atau konsep-konsep baru terutama untuk
pengembangan pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI bagi para peneliti
berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga serta
Kementerian Agama Kabupaten Kapuas Hulu, memberikan masukan
sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang
berhubungan dengan upaya meningkatkan kualitas kompetensi
profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu
b. Bagi guru memberi masukan untuk selalu meningkatkan kompetensi
profesional dan kinerja guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu
c. Bagi peneliti dapat memperluas pengetahuan dan mampu
melaksanakan kompetensi profesional dan kinerja guru untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu.
12
d. Bagi Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang kompetensi
profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI dan dapat menjadi rujukan apabila melakukan
penelitian yang sejenis.
F. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (1995:62) mendefinisikan hipotesis sebagai “suatu
jawaban yang besifat sementara terhadap masalah penelitian sampai terbukti
melalui data yang akan terkumpul”. Berdasarkan pendapat diatas maka akan
peneliti rumuskan bahwa:
1. Terdapat pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se-Kabupaten Kapuas
Hulu
2. Tidak terdapat pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se-
Kabupaten Kapuas Hulu.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
Rencana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini
selama 6 bulan, mulai dari bulan Januari 2013 dan berakhir pada bulan Juni 2013.
Penelitian ini bertempat di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu
H. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SMP se Kabupaten Kapuas Hulu yang
terdiri dari 54 (lima puluh empat) sekolah. yaitu : SMPN 1 Putussibau, SMPN 2
SMPN 3 Putussibau, SMPN 4 Putussibau, SMPN 5 Putussibau, SMPN 7
Putussibau, SMPN 8 Putussibau, SMPN 9 Putussibau, SMPN 10 Putussibau,
SMPN 12 Putussibau SMP PGRI Putussibau, SMP Panca Utama Putussibau,
SMPN 1 Kalis, SMPN 2 Kalis, SMPN 1 Mentebah, SMPN 2 Mentebah, SMPN 1
13
Bunut Hulu, SMPN 2 Bunut Hulu, SMPN 3 Bunut Hulu, SMPN 4 Bunut Hulu
SMPN 5 Bunut Hulu, SMPN 1 Boyan Tanjung, SMPN 2 Boyan Tanjung, SMPN
3 Boyan Tanjung, SMPN 4 Boyan Tanjung, SMPN 5 Boyang Tanjung, SMPN 1
Hulu Gurung, SMPN 2 Hulu Gurung, SMPN 3 Hulu Gurung, SMPN 4 Hulu
Gurung, SMPN 1 Pengkadan, SMPN 2 Pengkadan, SMPN 3 Pengkadan, SMPN
1 Silat Hulu, SMPN 2 Silat Hulu, SMPN 1 Silat Hilir, SMPN 2 Silat Hilir, SMPN
4 Silat Hilir, SMPN 2 Semitau, SMPN 1 Suhaid, SMPN 1 Selimbau, SMPN 2
Selimbau, SMPN 4 Selimbau, SMPN 5 Selimbau, SMPN 1 Jongkong, SMPN 2
Jongkong, SMPN 3 Jongkong, SMPN 4 Jongkong, SMPN 1 Bunut Hilir, SMPN 2
Bunut Hilir, SMPN 1 Embaloh Hilir, SMPN 1 Badau, SMPN 1 Batang Lupar,
Dipilihnya tempat tersebut sebagai objek penelitian dengan
pertimbangan lokasi tersebut belum ada yang meneliti tentang adanya pengaruh
kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran pendidikan agama Islam.
I. Definisi Operasional
1. Kompetensi Profesional
Adapun yang dimasksud dengan kompetensi profesional dalam penelitian
ini adalah sejumlah kemampuan akademik dalam mendesain silabus,
mendesain RPP, dan mendesain penilaian serta kemampuan
mengimplementasi dalam penerapan silabus, penerapan RPP dan penerapan
penilaian terhadap pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.
2. Kinerja Guru
Adapun yang dimasksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah
wujud kerja yang ditampilkan guru dalam melaksanakan tiga tugas utamanya
seperti: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
aktif dan efektif yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup serta penilaian pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu.
14
3. Hasil Belajar Siswa
Adapun yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah
penilaian hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor terhadap Standar
kompetensi Akhlak membiasakan prilaku terpuji dan menghindari prilaku
tercela pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.
J. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada tema
masalah penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah
mempelajari teori yang mendukung judul penelitian. Menurut Sugiono (2003:47)
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Kompetensi
Profesional (X1)
Hasil Belajar
Siswa (Y)
Kinerja Guu (X2)
15
Kompetensi profesional (X1) mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar
siswa (Y) Kinerja guru (X2) mempunyai pengaruh terhadap dan hasil belajar
siswa (Y) Kompetensi profesional (X1) dan kinerja guru (X2) mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa (Y)
16
BAB II
KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KINERJA GURU
DALAM PEMBELAJARAN PAI
A. Konsep Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, dalam Hasan
Langgulung (1975) mendefinisikan:”pendidikan agama Islam sebagai proses
mengubah tingkah laku yang terjadi pada diri individu maupun masyarakat”.
Menurut Majid Abdul ( 2005:130) Pendidikan Agama Islam adalah :
Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Daradjat dalam Majid, Abdul, (2005:130) pendidikan
agama Islam adalah: “suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta
didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu
menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
Islam sebagai pandangan hidup”.
Menurut Omar al-Syaibani, (1991) Pendidikan Agama Islam adalah :
Merupakan sebuah sistem yang berusaha mengembangkan dan mendidik
segala aspek pribadi manusia dengan segala kemampuannya. Termasuklah
kedalamnya pengembangan segala segi kehidupan manusia/masyarakat
misalnya sosial budaya, ekonomi dan politik; serta bersedia menyelesaikan
problema masyarakat masa kini dalam menghadapi tuntutan-tuntutan masa
depan dan memilihara sejarah dan kebudayaannya.
Menurut Zakiyah Daradjat (2008 : 86) Pendidikan Agama Islam adalah :
Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
15
17
pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran
Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikannya
sebagai pandangan hidup demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirat.
Menurut Mustofa Al-Ghulayani (1368 H/1949 M) Bahwa Pendidikan
Islam adalah :
Menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga
ahklak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian
buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan
tanah air.
Secara sederhana pendidikan agama Islam menurut H. Abuddin Nata
(2008:173) dapat diartikan:”sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-
nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan al-
Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat
Islam.”
Muhammad Fadhil Al Jamaly (1993: 135) menegaskan bahwa:”Salah
satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap pendidikan dan dalam
kehidupan manusia sehari-hari adalah, uswatun hasanah atau suri teladan.”
Kemudian ditafsirkan oleh Baidhawi, menjelaskan bahwa:”Uswatun
hasanah yang dimaksud adalah perbuatan baik yang dapat dicontoh (Al-
Baidhawi,1999: 81).
Pendidikan Agama Islam menurut Mohd Kamal Hasan, (2003) lebih
banyak dihadapkan kepada akhlak dan sopan santun serta penghayatan nilai-
nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam sangat dibutuhkan
untuk mengantisipasi keruntuhan moral, penangkalan aqidah, budaya korup
dan sejenisnya karena dalam Pendidikan Agama Islam ada nilai karakter.
Nilai karakter dalam Pendidikan Agama Islam menurut Lailial Muhtifah,
(2012:34) adalah:”Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta
ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan
social, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras,
peduli.
18
Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan wahana pembentukan manusia
yang berbudi luhur. Dalam ajaran Islam masalah akhlak tidak dapat
dipisahkan dari iman, keimanan merupakan hati, akhlak adalah pantulan iman
yang berupa prilaku, ucapan dan sikap. Ainur rofiq Dawam, (2003)
menjelaskan bahwa:”Akhlak adalah amal shaleh, iman adalah maknawi
(abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan
yang dilakukan dengan kesadaran karena Allah semata”.
Dalam Pendidikan Agama Islam yang mengarahkan pada pembentukan
akhlak maka perlu pembelajaran dengan hikmah. Guru harus dapat menjadi
teladan yang baik bagi peserta didik. Mengenai suri teladan dijelaskan dalam
firman Allah Qs. Al Ahzab ayat 21 berbunyi:





Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Berkaitan dengan ayat Al-Qur’an di atas tugas seorang guru pada
hakikatnya bukan sekedar transfer of knowladge (mentransfer ilmu) bagi para
siswanya melainkan juga harus mampu merubah kepribadiannya dan
membentuk karakter yang baik. Karena tugas seorang guru bukan hanya
mengajar tapi juga mendidik. Dengan demikian perlu dipahami oleh para
pendidik dan orang tua seperti yang dijelaskan Abdullah Nashih Ulwan,
(1995:37) bahwa:”Mendidik dengan cara memberi teladan yang baik,
sesungguhnya penopang utama dan dasar dalam meningkatkan keutamaan,
kemuliaan dan etika sosial yang terpuji”.
19
Kualitas pendidikan seringkali dipandang tergantung kepada peran
guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar dengan hikmah. Allah SWT
berfirman dalam Qs. An-Nahl ayat 125 berbunyi :





Artinya ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik....”
Dalam kajian ilmu dakwah maka ada prinsip-prinsip dalam
menggunakan metode dakwah yang meliputi hikmah, mauizhah hasanah,
mujadalah. Metode ini menyebar menjadi prinsip dari berbagai sistem,
berbagai metode termasuk komunikasi juga pendidikan. Seluruh dakwah,
komunikasi dan pendidikan biasanya merujuk dan bersumber pada ayat ini
sebagai prinsip dasar sehingga terkenal menjadi sebuah “metode”. (Ibrahim:
1995). Jamaluddin Kafie berpendapat, bahwa dakwah adalah suatu sistem
kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan ummat Islam sebagai
aktualisasi imaniyah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan,
panggilan, undangan, dan do’a yang disampaikan dengan ikhlas dan
menggunakan metode, sistem, dan teknik tertentu agar mampu menyentuh
qolbu dan fitrah seseorang, keluarga, kelompok, massa, dan masyarakat
manusia supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu
tujuan tertentu (Fathul Bahri An-Nabiry; 2008:21)
Dari beberapa definisi mengenai dakwah dan pendidikan di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam proses dakwah dan pendidikan terdapat kesamaan
dalam masing-masing komponennya antara lain adanya subjek dan objek,
materi dan tujuan Sehingga metode yang menjadi sarana dakwah ini juga
dapat diterapkan dalam dunia pendidikan. Kaitan pendidikan dan dakwah
20
memiliki hubungan fungsional yang amat erat, karena kedua-duanya
memiliki sasaran yang sama, yaitu pembinaan seluruh aspek kehidupan
manusia. (Qurais Shihab 2002:125)
2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam
Menurut Departemen Agama RI. (2005:8) visi dan misi
pembelajaran pendidikan agama Islam terwujudnya lulusan sekolah yang
berakhlak mulia, beretos kerja tinggi, berpikir kritis terhadap
perkembangan peradaban Islam. Untuk mendapatkan hasil sebagaimana
yang digambarkan di atas, maka misi PAI di SMP meliputi :
1. Mengembangkan kemampuan dasar peserta didik menjadi
muslim yang taat beribadah dan memilki kepedulian sosial yang
tinggi;
2. Mengembangkan pemahaman keagamaan yang toleran, inklusif,
dan demokratik;
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematik
dalam memahami peradaban Islam;
4. Memberikan landasan metodologi dalam memahami ajaran
Islam;
5. Membangun budaya sekolah sebagai lembaga pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai Islam.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Mujtahid (20011) secara filosofis pendidikan bertujuan :
Untuk mengembangkan potensi manusia ke arah yang maksimal. Potensi
yang diberikan oleh Tuhan tidak akan berkembang sendirinya tanpa
dukungan pendidikan yang memadahi. Sehingga orientasi pendidikan
tidak hanya memasuki wilayah fisiologis, melainkan juga harus
merambah kawasan spiritual, psikologis serta nilai-nilai etis (akhlak).
21
Menurut Ahmad Arifin (2009: 36) menjelaskan bahwa pendidikan
agama Islam bertujuan sebagai berikut:
a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi
dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas
memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan aturan-aturan
dan kehendak Tuhan.
b. Mengarahkan manusia agar tugas kekhalifahannya di muka
bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Tuhan SWT.
c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak
menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya,
sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan ketrampilan untuk
mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahanya.
e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat”
Menurut Al-Abrasyi Muhammad ‘Athiyah adalah (1970:129) tujuan
pokok dari Pendidikan Agama Islam adalah:
Mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa dan merupakan alat
pengontrol dan pengendali hidup manusia, yakni agama yang
memberikan pedoman dan petunjuk sebagai syarat yang harus
dilaksanakan didalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai
ajaran agama Islam serta mempunyai akhlak mulia. Sebagaimana
ditegaskan oleh M. Athiyah Al Abrasy yang menyatakan bahwa “jiwa
dari pendidikan agama Islam ialah pendidikan moral dan akhlaq”
Menurut M. Rivai (1980:17) yang mengatakan bahwa agama itu
sangat berfaedah bagi umat manusia terutama siapa yang memeluknya,
sebab agama adalah:
a. Mendidik manusia supaya mempunyai pendirian yang tertentu
dan terang, manusia hendaklah mempunyai sikap yang positif
dan tepat.
b. Agama mendidik manusia supaya tahu mencari, memiliki
ketentraman jiwa.
c. Membebaskan manusia dari perbudakan materi.
d. Mendidik manusia agar berani menegakkan kebenaran.
e. Agama mendidik agar supaya tercipta kemakmuran masyarakat
dan negara”
22
Menurut Departemen Agama RI. (2005:9) bahwa Pendidikan
Agama Islam di SMP mempunyai fungsi dan tujuan. Fungsi pendidikan
agama Islam di SMP sebagai berikut:
a. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT
serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah
ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;
b. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
sosial melalui pendidikan agama Islam;
c. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari;
d. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang
akan di hadapinya sehari-hari;
e. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan non nyata), sistem dan fungsionalnya;
f. Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke
lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Sedang tujuan pendidikan agama Islam memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik meliputi:
a. Memiliki dasar-dasar keimanan yang mantap;
b. Mengetahui ketentuan dasar beribadah;
c. Gemar membaca dan menulis huruf Al-Qur’an;
d. Melaksanakan shalat, puasa, infak dan sedekah;
e. Bertatakrama dan berprilaku terpuji;
f. Menghayati nila-nilai keteladanan para rasul dan sahabat.
Selain adanya visi, misi dan tujuan Pendidikan Agama Islam yang
tersebut di atas, H Abuddin Nata (2008:180) menjelaskan bahwa
pendidikan agama Islam mempunyai peluang untuk persiapan kehidupan
masa depan. Masa depan umat manusia di abad XXI atau milenium
ketiga sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu eksis secara
fungsional di tengah-tengah kehidupan global yang amat kompetitif.
Dalam situasi tersebut manusia yang akan survie adalah yang dapat
mengubah tantangan menjadi peluang, dan dapat mengisi peluang
tersebut secara produktif. Sementara itu, faktor kepribadian atau
23
moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam
berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan
manusia-manusia yang kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik
mandiri atau penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu
berkomunikasi dan memanfaatkan peluang, serta menjadikan orang lain
sebagai mitra.
Selanjutnya sikap berpegang teguh kepada nilai-nilai spiritual yang
bersumberkan pada agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan.
Hal yang demikian diperlukan untuk mengatasi berbagai goncangan jiwa
atau stres yang diakibatkan kekalahan atau keterbatasan daya dalam
bersaing dengan orang lain.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Menurut Departemen Agama RI (2005:23) ruang lingkup Pendidikan
Agama Islam terdiri dari Al-Qur’an, Akidah (keimanan), Akhlak,
Fiqih/ibadah, dan Tarikh
4. Pendidikan Agama Islam Standar Kompetensi Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak dari segi bahasa, “Akhlak ialah kata jama’ dari
“Al Khulq”. Dalam lisan ‘Arab ia bermakna tabiat atau watak .Ia juga
bermakna maru’ah, addin atau fitrah (Ahmad Amin.1975:7)
Menurut Imam Al Ghazali, dalam Muhammad Mu’arif (1962:13)
dengan terjemahannya bahwa Al-Khulq ialah suasana kejiwaan yang
mantap yang menerbitkan perbuatan, perbuatan itu terbit begitu sahaja
tanpa berfikir dan merenung panjang. Sekiranya suasana kejiwaan yang
menjadi sumber perbuatan itu memerlukan tindak-tanduk yang baik.
Tetapi kalau muncul yang sebaliknya, maka suasana kejiwaan itu
dinamakan sebagai akhlaq yang buruk.
Para filosof dari aliran sosialisme positif seperti Livi Brill,
sebagaimana yang dikutip oleh O. Hashem, ada tiga pengertian akhlak,
24
yaitu gagasan yang mengandung konsep, hukum dan adat istiadat baik
yang berkaitan dengan hak-hak manusia, kewajiban manusia antara satu
sama lain yang diakui dan diterima oleh tiap-tiap individu pada
umumnya pada masa tertentu atau peradaban tertentu (O.Hashem.
1965:56)
b. Ruang Lingkup Akhlak
Adapun Ruang Lingkup akhlak dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam kelas VIII semester ganjil adalah:
1) Membiasakan prilaku terpuji
(1) Zuhud
Dalam islam Zuhud mempunyai pengertian khusus, zuhud
bukanlah kependetaan atau terputusnya hubungan duniawi. Akan
tetapi ia adalah hikamh, pemahaman yang membuat para
penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan
duniawi, dimana mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi
kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu
mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya. (Abu
al-Wafa al-Ghannimi al-Taftazani, 1985 : 54).
Ada tiga tanda Zuhud yang dirasakan dalam batin seseorang :
1. seseorang tidak merasa gembira terhadap sesuatu yang ada
di depannya ( harta dan sebagainya) dan tidak akan sedih
jika sesuatu itu tidak ada di depannya.
2. seseorang tidak risau jika dicela dan tidak berbangga hati
jika dipuji. Mendapat pujian atau hinaan sama saja dalam
bersikap. (Abu Fajar al-Qalami, Ringkasan IHYA’
ULUMUDDIN (imam al-Ghazali) 2003: 343)
Berkenaan dengan zuhud Allah SWT berfirman dalam Qs. Ali
Imran, 3 :196-197
25






Artinya: ”Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan
orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah
kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka
ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya.”
Ayat di atas merupakan perintah Allah agar kita bersifat zuhud,
yakni tidak silau melihat kehidupan. Kita pun tidak boleh terpedaya
dan tidak boleh iri melihat keberhasilan orang-orang kafir dalam hal
duniawi, (Muhammad Nasikin dkk;2007:25)
(2) Tawakal
Beberapa para ulama menjelaskan makna Tawakal, diantaranya
adalah Al Munawi. Beliau mengatakan, “Tawakal adalah
menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang
diTawakkali.” (Faidhul Qadir, 5/311). Ibnu ‘Abbas
radhiyAllahu’anhuma mengatakan bahwa Tawakkal bermakna
percaya sepenuhnya kepada Allah Ta’ala. Imam Ahmad
mengatakan, “Tawakkal berarti memutuskan pencarian disertai
keputus-asaan terhadap makhluk.” Al Hasan Al Bashri pernah
ditanya tentang Tawakkal, maka beliau menjawab, “Ridho kepada
Allah Ta’ala”, Ibnu Rojab Al Hanbali mengatakan, “Tawakkal
adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah Ta’ala
dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan
dunia maupun akhirat secara keseluruhan.” (R. Indra Pratomo P.
Sumber: Buletin At-Tauhid. Artikel www.muslim.or.id/download
10/05/2013). Berkaitan dengan tawakal Allah SWT berfirman dalam
Qs. At-talaq 65:3 berbunyi:
26







Artinya: ”Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Ayat tersebut menjelasklan wajibnya bertawakal kepada Allah
dan memasrahkan segala perkara kepada-Nya. Wahbah al-Zuhailî,
al- Tafsîr al-Munîr (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2005, vol. 3, 110.).
Syaikh Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî menjelaskan makna dari tawakal
adalah memberi/memasrahkan masalah-masalah kepada Allah.
Selanjutnya, al-Shâwî menjelaskan bahwa melakukan beberapa
sebab (usaha) agar tercapai apa yang diingini, itu tidak bertentangan
dengan tawakal, karena sesungguhnnya melakukan sebab (usaha) di
sini adalah yang diperintah. (Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâsyiyyah
al-‘Alâmah al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain (Semarang: Maktabah
Thaha, t.t.), vol. 4, 215.)
2) Menghindari prilaku tercela
(1) Ananiyyah
Kata Ananiah berasal dari bahasa Arab “ana” yang berarti saya
atau aku, kemudian mendapat tambahan iayah. Ananiyah berarti
‘keakuan’ yaitu mementingkan diri sendiri atau disebut juga egois
adalah orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Islam melarang
berbuat merusak diri sendiri. (Tim Abdi Guru, 2006: 35)
27
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang ananiyyah
terdapat dalam Al-Qur’an QS.Al-Mukminuun:71 yaitu:



...
Artinya: ”Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka,
pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di
dalamnya...”
Ayat di atas menjelaskan tentang sifat ananiyyah yang hanya
memperturutkan hawa nafsunya sendiri akan lahir sifat-sifat lain
yang berdampak negatif dan merusak, misalnya, sifat bakhil, tamak,
mau menang sendiri, dhalim, meremehkan orang lain dan ifsad
(meru-sak). Jika tidak segera ditanggulangi sifat ananiyah akan
berkembang menjadi sifat congkak dan kibir dengan ciri khasnya
Bathrul Haq menolak kebenaran, Ghomtun Nas dan meremehkan
manusia. (H.R. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)
(AsepSyaefurrachmanSumber: EmailBlogThis!http://kbmpaispensa.
blogspot.com/10/05/2013/ananiyah-ghadab-hasad-ghibah.html
(2) Ghadhab
Menurut bahasa, ghadhab artinya marah atau murka. Sedangkan
menurut istilah, ghadhab adalah sikap atau perilaku marah kepada
orang lain. Marah sebenarnya merupakan salah satu sifat yang ada
dalam diri setiap manusia. Walaupun demikian, bukan berarti kita
boleh marah kepada siapa saja tanpa alasan. Untuk itu, kita harus
mampu mengendalikan diri agar tidak mudah marah. Orang yang
mudah marah, disebut pemarah. (Tim Abdi Guru, 2006: 38)
Tentang Ghadab Allah berfirmn dalam Q.S Ali Imran ayat 134
yang berbunyi:


28






Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Ayat tersebut di atas berkaitan dengan hadist Rasulullah SAW :
‫وسل‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫قال‬ : ‫قال‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ‫هريراة‬ ‫ابي‬ ‫عن‬‫ليس‬ : ‫م‬
‫اشديد‬‫عليه‬ ‫(متفق‬ ‫الغضب‬ ‫عندل‬ ‫نفسه‬ ‫يملك‬ ‫اشديدالدي‬ ‫انما‬ ‫بالصرعة‬)
Artinya: ”Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA katanya :
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Kekuatan itu
tidak di buktikan dengan kemenangan dalam bergulat.
Tetapi orang yang ialah orang yang dapat mengendalikan
dirinya ketika sedang marah (H.R. Bukhari dan Muslim)
Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany,2008 : 302.
(3) Hasad
Hasad artinya menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) yang
berlarut-larut terhadap keberuntungan orang lain. Sikap dengki
biasanya merupakan akibat dari memelihara sifat iri, sehingga sifat
dengki ini sudah mengarah kepada perbuatan yang mencerminkan
kemarahan dan perselisihan. Orang yang terjangkit penyakit hati
dengki mengarah kepada tindakan memusuhi, menjelek-jelekkan,
dan menjatuhkan nama baik orang yang dengki. (Tim Abdi Guru,
200: 42)
Sifat dengki berkakibat buruk bagi kehidupan pribadi seseorang
dan sekaligus dapat merusak tatanan hidup yang rukun dan harmonis
di masyarakat. Di samping itu perbuatan hasad akan menghapus
kebaikan dan pahala yang kita miliki. Sebagaimana hadist Rasulullah
SAW :
29
‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ِ ‫ه‬‫َّلل‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ َ‫ة‬ َ‫ْر‬‫ي‬ َ‫ر‬ُ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ََ
ُ‫ار‬‫ه‬‫ن‬‫ل‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫َأ‬‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ِ‫ت‬‫َا‬‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ َ‫د‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫د‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ها‬‫ي‬ِ‫إ‬ () َ‫ب‬َ‫ط‬َ‫ح‬ْ‫ل‬َ‫ا‬
َ‫د‬ ُ‫او‬َ‫د‬ ‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ا‬‫و‬ َ‫ر‬
Artinya: ”Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah sifat
hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan
sebagaimana api memakan kayu bakar." Riwayat Abu
Dawud.” (Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany,
2008:304)
(4) Ghibah
Ghibah artinya mengumpat atau menggunjing orang lain, atau
membicarakan keburukan orang lain di hadapan orang banyak.
Perbuatan ini sangat dilarang oleh Islam, karena dapat merugikan
orang lain. Tidak ada manusia yang senang kalau aibnya atau
kekurangannya dibicarakan oleh orang lain. Begitu juga tidak ada
yang rela jika dirinya difitnah, sebab fitnah itu lebih kejam dan sadis
daripada pembunuhan. (Tim Abdi Guru, 200: 45)
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang ghibah terdapat
dalam Al-Qur’an QS.Al-Hujraat:12 yaitu:











Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-
sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
30
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang”
Ayat ini mengandung larangan berbuat ghibah atau
menggunjing. Begitu pula seperti yang telah ditafsirkan
pengertiannya oleh Rasulullah SAW., sebagaimana yang terdapat di
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu
Hurairah r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud
dengan ghibah itu?” Rasulullah menjawab, “Kamu menceritakan
perihal saudaramu yang tidak disukainya. ”Ditanyakan lagi,
“Bagaimanakah bila keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku
katakan?” Rasulullah menjawab, “Bila keadaan saudaramu itu sesuai
dengan yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila
tidak terdapat apa yang kamu katakan maka kamu telah berdusta.
(Rini Hardiyanti. Sumber: www.wikimu.com http://noerolfebrian.
blogspot.com/15/5/2013 penjelasan-tentangananiyah ghadabhasadg.
html)
Ghibah tidak terbatas hanya pada ucapan lidah akan tetapi setiap
gerakan isyarat, ungkapan, sindiran, celaan, tulisan, dan segala
sesuatu yang di pahami sebagai hinaan, maka hal itu haram dan
termasuk ghibah. (Ibrahim M. al-Jalal, 1995: 86)
(5) Namimah
Menurut bahasa, namimah artinya adu domba. Sedangkan
menurut istilah, namimah ialah menyebar berita dusta dengan tujuan
agar terjadi perpecahan dan permusuhan di antara kedua belah
pihak.(Tim Abdi Guru, 2006: 49)
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang namimah terdapat
dalam Al-Qur’an QS. Al-Qalam: 10-11 yaitu:
31



Artinya: ”Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak
bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke
mari menghambur fitnah.”
Imam Munziri rahimahullah berkata: "Telah sepakat dan Ijma'
para ulama bahwa Namimah hukumnya haram dan ia merupakan
sebesar-besarnya dosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Rini
Hardiyanti. Sumber: www.wikimu.comhttp://noerolfebrian.blogspot.
com15/5/2013 penjelasan-tentangananiyahghadabhasadg.html)
Dewasa ini, namimah sama artinya dengan perbuatan provokasi.
Orangnya disebut provokator. Provokasi ialah sikap perbuatan yang
menyebarkan isu atau fitnah kepada orang lain, dengan tujuan agar
terjadi permusuhan atau sengketa di antara mereka. Para provokator
selalu berusaha mempengaruhi dan memanas-manasi hati orang lain,
agar membenci satu pihak dan mencintai pihak lain.
Namimah atau provokasi merupakan salah satu sikap perbuatan
tercela dan keji, yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sebab,
selain dilarang oleh agama Islam, juga dapat mendatangkan
malapetaka, baik bagi korbannya maupun bagi diri pelakunya. Orang
yang menjadi korban namimah atau provokasi, tentunya merasa
dirugikan. Ia menderita lahir batin.
B. Konsep Kompetensi Profesional Guru
1. Kompetensi Guru.
Berkaitan dengan guru, istilah kompetensi guru mempunyai banyak
makna, Charles (1994) dalam Mulyasa, (2007:25) mengemukakan
bahwa:”competency as rational performance which satisfactorily meets the
32
objective for a desired condition”. (kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi
yang diharapkan). Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan
bahwa:”kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”
Menurut Usman (2005) dalam Kunandar (2011) kompetensi adalah:”
suatu hal yang menggambarkan kualifikasi dan kemampuan seseorang, baik
yang kualitatif maupun yang kuantitatif.” Kompetensi juga dapat diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan demikian kompetensi yang
dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.
Menurut Purwanto dalam Ma’ruf, (2002) kompetensi-kompetensi penting
jabatan guru meliputi: kompetensi bidang substansi atau bidang studi,
kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan, nilai dan
bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian
masyarakat. Kompetensi-kompetensi tersebut kini menjadi standar
kompetensi guru yang nota-bone sekaligus menjadi profil guru profesional.
Kemudian kompetensi guru harus selalu dikembangkan dan ditingkatkan
(UU RI No 9 tahun 2009 pasal 47 ayat 4) dijelaskan bahwa:
Pengembangan dan peningkatan kompetensi guru dilakukan dalam
berbagai kegiatan keprofesionalan yang diselenggarakan antara lain
melalui Kelompok Kerja Guru, Musyawarah Guru, Mata Pelajaran,
Kelompok Kerja Pengawasan Sekolah, dan Musyawarah kerja Pengawas
Sekolah.
Brake Stone dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:103)
mendefenisikan kompetensi sebagai berikut: “Descriptive of qualitative
nature or teacher behaviour appear to be entirely meaningful.” Artinya,
komnpetensi itu merupakan ganbaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang
tampak sangat berarti. Menurut Teven dan Hanson.Menurut Teven dan
33
Hanson, dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:105) “kompetensi terdiri
dari kepemilikan pengetahuan atau keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru
dianggap berkompeten, dia dianggap mengetahui apa yang dia bicarakan.”
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Tahir Kaleem Siddiqui
(2010:22) didalam penelitiannya yang berjudul a study of teacher
competencies and teaching practice for school effectiveness in workers
welfare model schools di sampaikannya bahwa:” to understands a
competence of teacher, we have to see what extend they apply and integrated
knowladgethat they have in planning implementing their teaching and revise
the contens of the leasson.” (Untuk mengetahui kompetensi guru didalam
mengajar, kita harus mengetahui apakah pembelajaran yang di berikan
terintegrasi langsung dengan ilmu yang sedang dipelajari, serta
memperhatikan apa yang sudah di rencanakan oleh guru tersebut sebelmunya
apakah sejalan dengan apa yang di praktekannya didalam kelas dan guru
tersebut selalu mencoba untuk memperbaiki setiap kekurangank-kurangannya
yang ada pada media yang digunakan dalam mengajar.
Menurut Daryanto (1997:373) dalam Agus Wibowo, (2012:102) kata
kompetensi berasal dari bahasa Inggris yakni “competence” yang berarti
kecakapan, kemampuan dan kesanggupan. Sementara dalam Kamus Bahasa
Indonesia Lengkap,”kompetensi adalah kewenangan atau kekuasaan untuk
menentukan suatu hal”.
Menurut Majid (2005:5) kompetensi adalah :
Seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan
tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu. Sikap inteligen harus ditunjukkan
sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat
tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik
dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.
Menurut UU No 14 tahun 2005 (Pasal 1:10) tentang Guru dan dosen
dijelaskan kompetensi adalah:”seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”.
34
Menurut Permindiknas RI No.16 Tahun 2007 hal: 35 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan standar kompetensi
inti guru adalah:” Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional”.
2. Profesional Guru
Menurut Webstar (1989) dalam Kunandar, (20011:43) profesionalisme
berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau
yangakan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (Menurut UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Beberapa pakar menjelaskan profesional guru antara lain: Menurut
Mukhtar dan Iskandar (2009:120) “seorang guru dikatakan profesional bila
guru tersebut memilki kualitas mengajar yang tinggi, dan melaksanakan
tugasnya dengan penuh tanggung jawab.”
Dengan kata lain secara lebih luas profesional guru tidak hanya sekedar
berkualitas tinggi tetapi juga mempunyai makna tanggung jawab
(responsibility), baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab
moral.
Adapun ciri-ciri Profesional Guru Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1 ciri-ciri guru profesional
sebagai berikut:
a. Mempunyai kompetensi pedagogik; yaitu meyangkut kemampuan
mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang
dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan
35
guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut: Merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil
pembelajaran. Selain tugas pokok dalam pengelolaan pembelajaran,
guru juga melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan
ekstrakulikuler, serta melaksanakan tugas tambahan yang
diamanahkan oleh lembaga pendidikan.
b. Mempunyai kompetensi kepribadian; Yaitu menyangkut kepribadian
yang mantap, berahlak mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan
bagi peserta didik.
c. Mempunyai kompetensi profesional; Kompetensi profesional
menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan
kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas
yang diampu. Apabila seorang guru tidak menguasai materi secara
luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu memahami
persoalan pembelajaran yang dihadapi di sekolah. Oleh karena itu,
untuk menjadi profesional dalam bidang tugas yang diampu harus
mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal
tersebut.
d. Mempunyai kompetensi sosial; yaitu menyangkut kemampuan guru
berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru,
wali murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi dengan
baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam
kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul
antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan
bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki
keterbukaan dengan gurunya.
3. Kompetensi Profesional Guru
Menurut Uzer Usman ( 2007:17) Kompetensi profesional yang harus
dipenuhi atau dimiliki seorang guru atau calon guru adalah:
a. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan
nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal
fungsi sekolah dalam masyarkat, mengenal prinsip-prinsip psikologi
pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar,
b. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran
kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan
pengayaan,
c. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan
pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran,
memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar,memilih dan
36
mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan
memanfaatkan sumber belajar,
d. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar
yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar
mengajar,
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan,
yakni menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran, menilai
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Sementara menurut Buchari Alm dalam Agus Wibowo 2012: 118)
kemampuan profesional adalah:”Kemampuan penguasaan materi perlajaran
secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai
yang difahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan
dan keraguan. Kemampuan guru dalam mengembangkan materi studi yang
diajarkan dalam bentuk penelitian, dan secara nyata menghasilkan karya-
karya produktif seperti penulisan bahan ajar, termasuk menulis buku yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Kedudukan guru menurut UU RI No 9 tahun 2009 pasal 2) adalah:”Guru
mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”.
Dalam sistem pendidikan nasional, eksistensi guru sangat penting, guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah:
Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1). Profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Pasal 1 ayat 2).
Adapun kedudukan guru menurut UU RI No 9 tahun 2009 pasal 2)
adalah:”Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
37
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anaka usia dini pada
jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”
Keterkaitan kompetensi profesional guru, para ahli pendidikan pada
umumnya memasukkan guru sebagai tenaga profesional, yaitu pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan
bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat
memperoleh pekerjaan lain. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja
dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional tetapi juga harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan profesional. Menurut Abuddin Nata,
(2008:156) untuk profesi seorang guru dalam garis besarnya ada tiga yaitu:
Pertama; seorang guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu
pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik, harus terus menerus
meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang diajarkannya dan untuk
melakukan peningkatan dan pengembangan ilmu yang diajarkannya, seorang
guru harus secara terus menerus melakukan penelitian dengan menggunakan
berbagai metode.
Kedua; Seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan
menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of
knowledge) kepada murid-muridnya secara efektif dan efisien. Seorang guru
harus memiliki ilmu keperguruan. Dahulu ilmu keguruan ini terdiri dari tiga
bidang keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik dan metodik. Istilah pedagogik
diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik , dan yang dibahas ialah
bagaimana mengasuh dan membesarkan seorang anak. Sedangkan, didaktik
adalah pengetahuan tentang interaksi belajar mengajar secara umum. Yang
diajarkan di sini antara lain cara membuat persiapan pengajaran sesuatu yang
sangat perlu, cara menjalin bahan-bahan pelajaran, dan cara menilai hasil
pelajaran. Adapun metodik adalah pengetahuan tentang cara mengajarkan
sesuatu bidang pengetahuan.
38
Ketiga, seorang guru yang profesional harus berpegang teguh dengan kode
etik profesional. Kode etik di sini lebih dikhususkan lagi tekanannya pada
perlunya memiliki akhlak yang mulia. Demikian akhlak yang demikian itu,
maka seorang guru akan dijadikan panutan, contoh, dan teladan.
Sebagai seorang pendidik profesional, maka seorang guru dituntut untuk
memiliki kualifikasi pendidikan khusus sehingga guru memiliki kemampuan
untuk menjalankan profesinya tersebut sehingga akan mencerminkan guru
yang profesional. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi
maupun metode. Guru yang profesional diyakini mampu memotivasi siswa
untuk mengoptimalkan potensinya dalam kerangka pencapaian standar
pendidikan yang ditetapkan.
Adapun kemampuan dasar profesionalisme guru menurut Kunandar,
(2011:63) adalah sebagai berikut:
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program pembelajaran
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media sumber
e. Menguasai landasan kependidikan
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h. Mengenal funsi dan program pelayanan BP
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Menurut Mulyasa (2007:135) kompetensi profesional secara umum dapat
diidentifikasikan dan disarikan sebagai berikut:
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan.
b. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik.
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawab.
39
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.
e. Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media dan sumber
belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran.
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Menurut M.Furqon Hidayartullah dalam Agus Wibowo dan Hamrin
(2012:106) seorang guru yang memiliki kompetensi diantaranya:
a. Senantiasa mengembangkan potensi dan kemampuan diri. Guru yang
memiliki kompetensi, akan memiliki motivasi yang kuat dalam
meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pengetahuannya selalu terbaru atau up to date. Gurupun akan
semakin berwibawa lantara percara diri (pede) memiliki pengetahuan
yang luas dan keahlian yang selalu bertambah.
b. Ahli dibidangnya. Guru yang berkompeten itu sangat menguasai
bidang tugasnya seperti mendidik, mengajar, membangun karakter
anak didik, mengadakan evaluasi hasil pengajaran, interaksi dengan
rekan kerja sesame guru dan sebagainya.
c. Menjiwai profesinya. Guru yang kompeten akan menjiwai pekerjaan
atau profesinya secara mendalam. Laksana seorang actor yang
menjiwai tokoh cerita, guru kompeten akan menjiwai bagaimana
menjadi seorang pendidik sejati; baik dalam olah tingkah, olah rasa,
dan olah wicara. Penjiwaan guru yang sempurna pada prpfesinya,
akan berkontribusi positif tidak saja bagi anak didik, guru
bersangkutan, tetapi juga dalam pencapaian tujuan pendidikan.
d. Memiliki kompetensi pedagogic, kepribadian/personal, sosial dan
professional.
C. Konsep Kinerja Guru
1. Kinerja Guru
Kinerja dalam perspektif Islam dengan segala akal dan pikirannya,
manusia harus berusaha mencari solusi hidup yaitu dengan bekerja keras
mengharapkan Ridho Allah SWT. Dengan bekerja kita akan mendapatkan
balasan yang akan kita terima, apabila seseorang memposisikan pekerjaannya
dalam dua konteks, yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, maka hal itu
40
disebut rizeki dan berkah dan hasil pekerjaan yang baik adalah yang
dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan ajaran-ajaran
Rasulullah SAW. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 93


Artinya: “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu
kerjakan...”
Tentang Kinerja, Thomas Alva Edison dalam Agus Wibowo dan Hamrin,
(2012:127) kata bijaknya:”Kejeniusan itu hanya satu persen saja, 99
persennya adalah inspirasi dan keringat”.
Pengertian kinerja menurut Lan (1992) dalam Rusman, (2011:50)
kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Sementara itu, menurut
Augustust W.Smith, performance is output derives from proceses, human or
therwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia.
Sementara itu, menurut August W. Smith dalam Rusman (2011:50)
performance is output derives from proceses, human or therwise, yaitu kinerja
adalah hasil dari suatu wujud perilaku seseorang atau organisasai dengan
orientasi prestasi.
Menurut Wibowo (2007:2) Pengertian performance sering diartikan
sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.”
Menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika
Serikat dan Canada (1979), performance berasal dari akar kata “to perform”
dengan beberapa “entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan
(to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban
suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau
menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking);
dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do
what is expected of a person machine).
41
Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat
tercapai dengan baik (Gibson and Ivancevich Donnelly: 1996).
Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A),
motivasiatau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu
kinerja = ƒ (A x M x O). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan,
motivasi dan kesempatan (Robbins: 2001).
Sehubungan dengan produktivitas kinerja seseorang dipaparkan oleh
Sutermaister (1976) dalam Rusman. (2011: 52) bahwa:
a. Produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan
10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan.
b. Prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya
untuk berkerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya.
c. Motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung
pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-
kondisi fisik.
Menurut Amstromg dan Baron kinerja adalah tentang apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2007:2). Hadari
Nawawi (2006:64-65) mengemukakan kinerja merupakan gabungan dari tiga
faktor yang terdiri dari :
a. Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Faktor ini mencakup jenis
dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di
bidangnya.
b. Pengalaman, yang tidak sekadar berarti jumlah waktu atau lamanya
dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang
dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama
akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu bidang
tertentu.
c. Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam
menghadapi bidang kerjanya, seperti, minat, bakat, kemampuan
kerja sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan
sikap terhadap pekerjaan.
Menurut Supriyadi mengutip pendapat Mohammad Mahsun (2009)
kinerja adalah: “Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
42
kegiatan program kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan v
isi organisasi yang tertuang dalam strategie planning suatu organisasi
(Supriyadi, Tesis 2011:9)
Menurut A. Dale Timpe dalam Mukhtar dan Iskandar (2009:129)
dijelaskan tiga teori yang berkenaan dengan kinerja (performance) yaitu:
a. Tiori kebutuhan dari Maslow: Setiap manusia memiliki kebutuhan
dalam hidupnya. Dalam teori ini kebutuhan diartikan sebagai
kekuatan atau tenaga yang menghasilkan dorongan bagi individu
untuk melakukan kegiatan, agar dapat memenuhi atau memuaskan
kebutuhan tersebut.
b. Teori Dorongan: Teori dorongan kadang disebut juga dengan teori
insentif, teori persiapan atau belajar. Teori ini menunjukan bahwa
prilaku dipengaruhi oleh insentif prilaku. Bila manajemen
menghargai prilaku-prilaku tertentu seperti pekerjaan berkualitas
tinggi, produktivitas tinggi, laporan tepat waktu, prilaku ini mungkin
meningkat.
c. Teori Harapan (Expectancy): Teori ini berpegang pada prinsip yang
mengatakan:”terdapat hubungan yang erat antara pengertian
seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan hasil yang
diperolehnya sebagai harapan”.Dengan demikian berarti juga
harapan merupakan energi penggerak untuk melakukan sesuatu
kegiatan yang karena terarah untuk mencapai suatu yang diinginkan
disebut “usaha”.Usaha dilingkungan para pekerja dilakukan berupa
kegiatan yang disebut bekerja, pada dasarnya didorong oleh harapan
tertentu.
Dalam kinerja ada beberapa rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (Alfianoor Rahman:2010) yaitu:
a. Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-
asalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menginginkan jika
salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan
kualitasnya”.
b. Dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik,
perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan
skala prioritas.
c. Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun.
“Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu
memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan
kepadanya,” demikian beliau bersabda.
43
d. dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau
adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar
terarah dan terfokus.
e. Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara
tuntas dan berkualitas.
f. Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan
(membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama.
g. Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu
sedetik pun waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan
umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam .menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan
ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan
duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Inilah
kunci terpenting.
Kinerja guru pada dasarnya unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat
menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang
paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses
pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Kinerja guru menurut Sudirman yang dikutif AKSI, (2006 : 75) dapat
dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru,
yang dikenal dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya
berupa bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan
pengayaan/penunjang bidang studi.
b. Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan
tujuan instruksional/pembelajaran, menggunakan proses
instruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar,
mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan
melaksanakan program remidial
c. Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar
d. Menggunakan media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih
dan menggunakan mendukung pembelajaran, berupa alat bantu,
perpustakaan, teknologi komputer, atau laboraturium secara baik
sesuai dengan kebutuhan.
44
e. Menguasai landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan
bertindak edukatif disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi
belajar mengajar.
f. Mengelola interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang
harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan
internalisasi nilai kepada peserta didik. Keterampilan guru, metode
mengajar, sarana dan alat atau teknologi pendukung merupakan
komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan
kemampuan untuk memenuhi potensi siswa, menganalisis, dan
menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi
setiap siswa
h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peranan program ini
untuk kepentingan proses belajar mengajar
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan
kemampuan untuk melakukan kegiatan administatif seperti
pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa.
j. Memahami prinsip-prinsip dan menapsirkan hasil penelitian guru
keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal-
hal yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran
siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.
Adapun ukuran dari kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dalam
Rusman, (2011:50) dapat dilihat dari quality of works, promthness, initiative
and communication. Keempat komponen tersebut adalah ukuran standar
kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik-buruknya atau
efektif tidaknya kinerja seorang guru.
Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian dalam Rusman,
(2011:51) menjelaskan bahwa: Standar kinerja guru itu berhubungan dengan
kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti:
a. Bekerja dengan siswa secara individual;
b. Persiapan dengan perencanaan pembelajaran;
c. Pendayagunaan media pembelajaran;
d. Melibatkan siswa dalam berbagai pengelaman belajar; dan
e. Kepemimpinan yang aktif dari guru.
45
Di kutip dari teacher performance handbook oleh bedford country public
school (2006:6) di jelaskan bahwa ada 7 standar untuk menulai kinerja dari
guru yaitu:
a. Data–driven planning ( perencanaan dan pelaksanaan),
b. Instructional delivery(perintah langsung),
c. Assessment (penilaian),
d. Learning environment (ruang lingkup pembelajaran),
e. Communication (komunikasi),
f. Professionalism (profesionalitas)
g. Students achievement (hasil dari pencapaian pembelajaran)
Menurut Jeffrey S. Kane (2004:6) dimensi kinerja adalah
a. Quality (kualitas)
b. Quantity (kuantitas)
c. Timeliness (aktualitas)
d. Cost Effectiveness ( biaya efektifitas)
e. Need for Supervision (perlu pengawasan)
f. Interpersonal Impact (dampak interpersonal)
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Guru
merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan
standar dan ukuran penilaian yang ditetapkan. Standar dan alat ukur tersebut
merupakan indikator untuk menentukan apakah seorang guru berkinerja
tinggi atau rendah. Berdasarkan sifat dan jenis pekerjaannya, standar tersebut
berfungsi pula sebagai alat ukur pertanggungjawaban.
2. Indikator Kinerja Guru
Menurut Muhammad hamzah (Alfianoor Rahman:2010) seorang
pengajar atau guru itu harus mempunyai 5 Prinsip Etos Kerja, yaitu:
a. Kerja, aktifitas, ‘amal dalam Islam adalah perwujudan rasa syukur
kita kepada ni’mat Allah SWT. Al-Qur’an Saba’ ayat 13 berbunyi:



46
Artinya: ”...Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada
Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang
berterima kasih”.
b. Seorang Muslim hendaknya berorientasi pada pencapaian hasil:
hasanah fi ad-dunyaa dan hasanah fi al-akhirah. Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah ayat 201 berbunyi:





Artinya: ”Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
c. Dua karakter utama yang hendaknya kita miliki: al-qawiyy dan al-
amiin. Al-Qur’an Surah A- Qashash ayat 26 berbunyi:




Artinya: ”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya."
d. Al-qawiyy merujuk kepada : reliability, dapat diandalkan. Juga
berarti, memiliki kekuatan fisik dan mental (emosional, intelektual,
spiritual). Sementara al-amiin, merujuk kepada integrity, satunya
kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang amanah.
e. Kerja keras. Ciri pekerja keras adalah sikap pantang menyerah; terus
mencoba hingga berhasil. Kita dapat meneladani ibunda Ismail a.s.
Sehingga seorang pekerja keras tidak mengenal kata “gagal” (atau
memandang kegagalan sebagai sebuah kesuksesan yang tertunda).
Kerja dengan cerdas. Cirinya: memiliki pengetahuan dan
keterampilan; terencana; memanfaatkan segenap sumberdaya yang
ada.
Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2009. Secara garis besar
penilaian kinerja guru digunakan untuk menilai 14 indikator dengan butir-
47
butir kinerja yang telah ditentukan. Butir penilaian yang akan dinilai
diperjelas melalui rubrik penilaian. Berikut penjelasannya.
a. Perencanaan Pembelajaran
1) Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai
dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik
peserta didik.
(1) Tujuan pembelajaran dirumuskan dan dikembangkan
berdasarkan SK/KD yang akan dicapai.
(2) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan di RPP telah
mencakup semua indikator ketercapaian hasil belajar.
(3) Tujuan pembelajaran memuat gambaran proses dan hasil
belajar yang dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan belajarnya.
(4) Tujuan pembelajaran dalam RPP dirumuskan dengan kata
kerja yang jelas (tidak menimbulkan penafsiran ganda),
dapat dikerjakan (peserta didik dapat melakukannya) dan
terukur (dapat dinilai hasilnya baik secara tertulis, lisan
maupun bentuk hasil kerja peserta didik lainnya.
(5) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajar
peserta didik. Tujuan pembelajaran di RPP dijenjangkan
sesuai dengan tingkat an kelas.
2) Guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan
mutakhir.
(1) Bahan ajar disusun dari yang sederhana ke kompleks,
mudah ke sulit dan/atau konkrit ke abstrak sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Bahan ajar disusun dari yang
sederhana ke kompleks, mudah ke sulit dan/atau konkrit ke
abstrak sesuai dengan tujuan pembelajaran.
48
(2) Keluasan dan kedalaman bahan ajar disusun dengan
memperhatikan potensi peserta didik (termasuk yang cepat
dan lambat,motivasi tinggi dan rendah). Keluasan dan
kedalaman bahan ajar disusun dengan memperhatikan
potensi peserta didik, misalnya peserta didik yang
belajarnya cepat atau lambat, peserta didik yang memiliki
motivasi tinggi dan rendah.
(3) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.Bahan ajar
dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan
danperkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan
ajar dirancang dengan menggunakan sumber yang
bervariasi atau guru mengajar tidak hanya menggunakan
buku pegangan peserta didik tetapi juga sumber-sumber lain
yang relevan
3) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif
(1) Strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran relevan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai /
kompetensi harus dikuasai peserta didik. Strategi,
pendekatan, dan metode pembelajaran relevan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai /
kompetensi harus dikuasai peserta didik.
(2) Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih dapat
memudahkan pemahaman peserta didik. Strategi dan
metode pembelajaran yang dipilih dapat memudahkan
pemahaman peserta didik.
(3) Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan
49
psikomotor peserta didik. Strategi dan metode pembelajaran
yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotor peserta didik.
(4) Setiap tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara
proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas
materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik. Setiap
tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara
proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas
materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik.
4) Guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai
dengan materi dan strategi pembelajaran
(1) Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang ingin dicapai (misalnya buku, modul
untuk kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer
untuk kompetensi keterampilan). Sumber belajar/media
pembelajaran yang dipilih (misalnya buku, modul untuk
kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer untuk
kompetensi keterampilan) dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
(2) Sumber belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang
dipilih dapat memudahkan pemahaman peserta didik
(misalnya lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung
matematika, lampu senter, globe, dan bola untuk
mengilustrasikan proses terjadinya gerhana). Sumber
belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang dipilih
dapat memudahkan pemahaman peserta didik (misalnya
lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung matematika,
lampu senter, globe, dan bola untuk mengilustrasikan proses
terjadinya gerhana).
50
(3) Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan
psikomotor peserta didik. Sumber belajar/media
pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta
didik.
b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran yang Aktif dan Efektif
1) Kemampuan Memulai Pembelajaran yang Efektif Membuka
Proses Pembelajaran
(1) Melakukan apersepsi mengaitkan materi pembelajaran
sekarang dengan pengalaman atau pembelajaran
sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan
pertanyaan menantang, menyampaikan manfaat materi
pembelajaran, mendemonstrasikan sesuatu yang terkait
dengan materi pembelajaran.
(2) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam
rencana kegiatan menyampaikan kemampuan yang akan
dicapai dengan bahasa peserta didik, misalnya dengan
mengatakan bahwa setelah pembelajaran selesai siswa dapat
menjelaskan faktor-faktor penyebab gempa bumi. Rencana
kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan
melakukan observasi.
2) Penguasaan Materi Pelajaran
(1) Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan
pembelajaran materi yang disampaikan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam RPP.
(2) Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata, materi
yang disampaikan dikaitkan dengan bidang studi lainnya,
51
misalnya mengaitkan aristmatik (operasi bilangan) dengan
IPS (transaksi ekonomi).
(3) Tingkat ketepatan pembahasan dengan materi
pembelajaran,. materi ajar sesuai dengan topik yang
dibahas.
(4) Kemampuan menyajikan materi secara sistematis (mudah
ke sulit, dari konkrit ke abstrak) materi disampaikan secara
sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak).
3) Pendekatan/Strategi pembelajaran
(1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai. Materi, strategi dan kegiatan belajar
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (kognitif,
psikomotor, dan afektif).
(2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut Materi disajikan
sistematis dengan menggunakan stragi pembelajaran yang
tepat. Perhatian peserta didik terfokus pada belajar, disiplin
kelas terpelihara, dan kelas terkendali.
(3) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
materi ajar disampaikan sesuai dengan kondisi kehidupan
nyata dan memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik.
(4) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect). Kegiatan
belajar dapat mendorong kebiasaan peserta didik untuk
bekerjasama, saling menghargai, bertanggung-jawab
berpikir kritis, dsb.
(5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan. Pembelajaran dimulai dan diakhiri
sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.
52
4) Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran
(1) Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber
belajar/media pembelajaran. Guru terampil memanfaatkan
lingkungan dan sumber belajar lainnya serta dapat
menggunakan media pembelajaran (alat laboratorium, TIK,
media lainnya) untuk mencapai target sesuai dengan alokasi
waktu.
(2) Menghasilkan pesan yang menarik.Media yang digunakan
dapat menusatkan perhatian peserta didik, sehingga pesan
dapat ditangkap dengan jelas.
(3) Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan
sumber belajar/media pembelajaran. Peserta didik
dilibatkan dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber
belajar/media pembelajaran.
5) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
(1) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi
guru, siswa, sumber belajar. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan mendorong interaksi aktif antara guru dengan
peserta didik antar peserta didik secara mental, emosional,
maupun fisik.
(2) Merespon positif partisipasi siswa.Guru merespon positif
terhadap aktifitas peserta didik (misalnya memberikan
pujian, meminta peserta didik lain untuk menanggapi
peserta didik lain, menegur yang melanggar disipilin tanpa
harus merendah harga diri yang ditegur, dsb).
(3) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa.Guru
menghargai pendapat peserta didik, mengakui kebenaran
dan mengakui keterbatasan diri peserta didik.
53
(4) Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
Menunjukkan sikap ramah, luwes, hangat, sopan,
menghargai keragaman budaya dan latar belakang peserta
didik.
(5) Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam
belajar. Suasana belajar yang menyenang dan menarik.
6) Penggunaan bahasa
(1) Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar
bahasa lisan yang digunakan guru mudah,jelas dan tidak
menimbulkan salah tafsir serta dapat dimengerti oleh
peserta didik sesuai tingkat perkembangannya.
(2) Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar
bahasa tulisan (misalnya RKS, soal, modul, dsb) yang
digunakan memenuhi kaidah bahasa yang benar,
mudah,jelas dan tidak menimbulkan salah tafsir serta dapat
dimengerti oleh peserta didik sesuai tingkat
perkembangannyaa.
(3) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
informasi disampaikan dengan ekspresi wajah, intonasi
suara, gerak tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan.
7) Kemampuan Mengakhiri Pembelajaran yang Efektif
(1) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa guru mengajak siswa mengingat kembali
hal-hal penting yang sudah terjadi dalam kegiatan belajar
(misalnya mengajukan pertanyaan tentang proses, materi
dan kejadian lainnya) dan menfasilitasi peserta didik dalam
membuat rangkuman.
(2) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,
atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
54
c. Penilaian Pembelajaran
1) Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan
keberhasilan belajar peserta didik
(1) Kesesuaian teknik dan jenis penilaian (tes lisan, tes tertulis,
tes perbuatan) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Apakah
jenis dan teknik penilai yang direncanakan dalam RPP sesai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
(2) Alat tes dirancang untuk dapat mengukur kemajuan belajar
peserta didik dari aspek kognitif, afektif dan/atau
psikomotorik. Apakah alat tes yang dikembangkan dapat
mengukur kemajuan belajar peserta didik dari berbagai
aspek kognitif, psikomotor dan afektif.
(3) Rancangan penilaian portofolio peserta didik minimal 1 kali
per semester apakah guru merancang penilaian portofolio
dalam bentuk pemberian tugas terstruktur (misalnya
menulis resensi buku, membuat laporan kerja
lapangan/studi banding, penelitian kecil, tugas proyek, dsb).
(4) Hasil analisis penilaian sebelumnya (UH, UAS, UN)
digunakan untuk keperluan program perbaikan (remedial,
pengayaan, dan/atau menyempurnakan rancangan dan/atau
pelaksanaan pembelajaran). Apakah guru melakukan
analisis hasil penilaian (lihat hasil analisisnya) dan
menggunakannya untuk penyempurnaan rancangan
dan/atau pelaksanaan pembelajaran.
2) Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian
untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam
mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam
RPP.
55
(1) Menggunakan teknik penilaian otentik (kuis, pertanyaan
lisan, pemberian tugas, dsb.) untuk memantau kemajuan
belajar peserta didik. apakah selama proses pembelajaran
guru melaksanakan aktifitas penilaian proses untuk
mengukur kemajuan belajar dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian (misalnya kuis, pertanyaan lisan,
pemberian tugas, dsb).
(2) Menggunakan teknik penilaian (ulangan harian, tengah
semester, dan ulangan semester) disusun untuk mengukur
hasil belajar peserta didik dalam aspek kognitif, afektif
dan/atau psikomotor. Apakah diakhir pembelajaran guru
melaksanakan aktifitas penilaian berkala untuk mengukur
hasil belajar dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian (misalnya ulangan harian, tengah semester, dan
ulangan semester).
(3) Menerapkan penilaian portofolio dalam bentuk tugas
terstruktur. Apakah guru melaksanakan penilaian portofolio
peserta didik yang dibuktikan dengan hasil tugas-tugas
terstruktur (misalnya resensi buku, laporan kerja
lapangan/studi banding, laporan pelaksanaan penelitian
kecil, laporan tugas proyek, dsb).
(4) Menggunakan alat penilaian yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan materi ajar sebagaimana disusun dalam
RPP. Apakah alat dan teknik pelaksanaan penilaian tersebut
di atas sesuai dengan materi dan dapat mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran.
3) Guru memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan
umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan
bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya
56
(1) Menggunakan hasil analisis penilaian untuk
mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang mudah,
sedang dan sulit sehingga diketahui kekuatan dan
kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan
remedial dan pengayaan. napakah guru melakukan dan
memiliki hasil analisis penilaian untuk mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang mudah, sedang dan sulit untuk
kegiatan remedial dan pengayaan.
(2) Menggunakan hasil penilaian untuk menyempurnakan
rancangan dan/atau pelaksanaan pembelajaran. Apakah
hasil penilaian digunakan guru dalam penyempurnakan
rancangan dan pelaksanaan pembelajaran (diskusikan dan
minta guru menjelaskannya dengan menggunakan RPP).
(3) Melaporkan kemajuan dan hasil belajar peserta didik
kepada orang tua, teman guru dan bagi peserta didik sebagai
refleksi belajarnya apakah guru memiliki catatan kemajuan
dan hasil belajar peserta didik dan catatan hasil
diskusiorang tua dan teman sejawat. Guru juga
mengembalikan hasil hasil penilaian yang telah diberikan
komentar kepada peserta didik sebagai refleksi (dapat
dilakukan melalui wawancara dengan peserta didik, orang
tua, dan teman sejawat serta menunjukkan hasil tes yang
telah dikoreksi dan diberikan komentar).
(4) Memanfaatkan hasil penilaian secara efektif untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, tantangan dan
masalah potensial untuk peningkatan keprofesian dalam
menunjang proses pembelajaran guru dapat membuktikan
kegiatan pengembangan keprofesian yang telah diikutinya
didasarkan pada hasil penilaian belajar peserta didik.
57
D. Konsep Hasil Belajar
1. Hasil Belajar
Hasil Belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang
telah diajarkan.
Menurut Ali Muhammad, (2004 : 14) belajar adalah:”perubahan
perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya." Perubahan perilaku dalam
proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi
biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila
terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) hasil belajar adalah:”
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar,
dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar”.
Menurut (Ahmadi 1984:35 dalam http://wawan-junaidi.blogspot.
com/2011/02/hasil-belajar.html) bahwa:“Hasil belajar adalah hasil yang
dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan
prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”.
Menurut (Hamalik 2006:122) hasil belajar adalah:” Suatu bentuk
perubahan atau pertumbuhan dalam diri siswa yang dinyatakan dalam cara
berprilaku baru berkat pengelaman dan latihan. Prilaku ini dapat berupa
pengertian, sikap, penghargaan, kecakapan dan lain sebagainya”. Menurut
pendapat Suryabrata (2000:54), bahwa:”hasil belajar merupakan hasil
evaluasi dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif,
yang harus dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya rapor”. Dari uraian
tersebut tampak bahwa hasil belajar merupakan derajat keberhasilan seorang
siswa dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang berbentuk
angka-angka kuantitatif yang tercantum dalam rapor.
Hasil belajar pada dasarnya perubahan kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar pada diri seseorang
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

More Related Content

What's hot

Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikanContoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikantappulak
 
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerahMakalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerahHaubibBro
 
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013Moezzt Licha
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsispilody111
 
Funsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agamaFunsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agamaMJM Networks
 
Rendahnya kualitas guru ppt.docx
Rendahnya kualitas guru ppt.docxRendahnya kualitas guru ppt.docx
Rendahnya kualitas guru ppt.docxikasaputri
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiancciran
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pai
Model Pembelajaran Saintifik Mapel paiModel Pembelajaran Saintifik Mapel pai
Model Pembelajaran Saintifik Mapel paiAbdul Jamil
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islampita pulungan
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALAfifah Asra
 
peranan guru pendidikan islam sebagai pembimbing di sekolah Bab 1 5 assignment
peranan guru pendidikan islam sebagai pembimbing di sekolah Bab 1 5 assignmentperanan guru pendidikan islam sebagai pembimbing di sekolah Bab 1 5 assignment
peranan guru pendidikan islam sebagai pembimbing di sekolah Bab 1 5 assignmentNorzamzila Baba
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanNina Rahayu
 
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...محمد أشرف زين الدين
 
Isi 2 jadi copy
Isi 2 jadi   copyIsi 2 jadi   copy
Isi 2 jadi copyMaz Aziezt
 
peranan guru dalam pendidikan moral
peranan guru dalam pendidikan moralperanan guru dalam pendidikan moral
peranan guru dalam pendidikan moralWan Nor Faezah
 

What's hot (20)

Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikanContoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
 
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerahMakalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
 
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
Pengembangan Guru PAI sesuai Kurikulum 2013
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
 
Funsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agamaFunsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agama
 
Rendahnya kualitas guru ppt.docx
Rendahnya kualitas guru ppt.docxRendahnya kualitas guru ppt.docx
Rendahnya kualitas guru ppt.docx
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pai
Model Pembelajaran Saintifik Mapel paiModel Pembelajaran Saintifik Mapel pai
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pai
 
Makalah guru profesional
Makalah guru profesionalMakalah guru profesional
Makalah guru profesional
 
Tesis bab 1
Tesis bab 1Tesis bab 1
Tesis bab 1
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
 
Proposal Hibah PPM 2013
Proposal Hibah PPM 2013Proposal Hibah PPM 2013
Proposal Hibah PPM 2013
 
peranan guru pendidikan islam sebagai pembimbing di sekolah Bab 1 5 assignment
peranan guru pendidikan islam sebagai pembimbing di sekolah Bab 1 5 assignmentperanan guru pendidikan islam sebagai pembimbing di sekolah Bab 1 5 assignment
peranan guru pendidikan islam sebagai pembimbing di sekolah Bab 1 5 assignment
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikan
 
Bab i a4
Bab i a4Bab i a4
Bab i a4
 
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
Peranan dan tanggungjawab guru dalam membina negara bangsa berlandaskan etika...
 
Isi 2 jadi copy
Isi 2 jadi   copyIsi 2 jadi   copy
Isi 2 jadi copy
 
Isi 2 jadi
Isi 2 jadiIsi 2 jadi
Isi 2 jadi
 
peranan guru dalam pendidikan moral
peranan guru dalam pendidikan moralperanan guru dalam pendidikan moral
peranan guru dalam pendidikan moral
 

Similar to Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

resensi jurnal Feby
resensi jurnal Febyresensi jurnal Feby
resensi jurnal Febyregas12
 
Resensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sariResensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sariPamilaNovitasari
 
Regi resensi jurnal
Regi resensi jurnalRegi resensi jurnal
Regi resensi jurnalregas12
 
Mila resensi jurnal
Mila resensi jurnalMila resensi jurnal
Mila resensi jurnalregas12
 
4 b peranan-pendidikan moral
4 b peranan-pendidikan moral4 b peranan-pendidikan moral
4 b peranan-pendidikan moralNorazah Mohamad
 
Kelompok 3.Hakikat pendidik dalam islam
Kelompok 3.Hakikat pendidik dalam islamKelompok 3.Hakikat pendidik dalam islam
Kelompok 3.Hakikat pendidik dalam islamMunaa
 
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_WahibManajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahibwahib
 
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_WahibManajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahibwahib
 
ARTIKEL IPI (SISTEM PEND ISLAM).pdf
ARTIKEL IPI (SISTEM PEND ISLAM).pdfARTIKEL IPI (SISTEM PEND ISLAM).pdf
ARTIKEL IPI (SISTEM PEND ISLAM).pdfNuzululArifin2
 
kelompok 3 putri muna nurul.docx
kelompok 3 putri muna nurul.docxkelompok 3 putri muna nurul.docx
kelompok 3 putri muna nurul.docxPutriazzahraLubis
 
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docxHAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docxsaidatunnisa12
 
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docxHAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docxRahmaWati413908
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaAndy Nostalgither's
 

Similar to Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan (20)

resensi jurnal Feby
resensi jurnal Febyresensi jurnal Feby
resensi jurnal Feby
 
Tinjauan filosofis tentang pendidik
Tinjauan filosofis tentang pendidikTinjauan filosofis tentang pendidik
Tinjauan filosofis tentang pendidik
 
Resensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sariResensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sari
 
Regi resensi jurnal
Regi resensi jurnalRegi resensi jurnal
Regi resensi jurnal
 
Mila resensi jurnal
Mila resensi jurnalMila resensi jurnal
Mila resensi jurnal
 
File
FileFile
File
 
4 b peranan-pendidikan moral
4 b peranan-pendidikan moral4 b peranan-pendidikan moral
4 b peranan-pendidikan moral
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
TI resume jurnal
TI resume jurnalTI resume jurnal
TI resume jurnal
 
Kelompok 3.Hakikat pendidik dalam islam
Kelompok 3.Hakikat pendidik dalam islamKelompok 3.Hakikat pendidik dalam islam
Kelompok 3.Hakikat pendidik dalam islam
 
G000060008
G000060008G000060008
G000060008
 
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_WahibManajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
 
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_WahibManajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
Manajemen-Pendidikan-Islam_Deden-Makbuloh_Wahib
 
ARTIKEL IPI (SISTEM PEND ISLAM).pdf
ARTIKEL IPI (SISTEM PEND ISLAM).pdfARTIKEL IPI (SISTEM PEND ISLAM).pdf
ARTIKEL IPI (SISTEM PEND ISLAM).pdf
 
kelompok 3 putri muna nurul.docx
kelompok 3 putri muna nurul.docxkelompok 3 putri muna nurul.docx
kelompok 3 putri muna nurul.docx
 
Tugas mandiri agama
Tugas mandiri agamaTugas mandiri agama
Tugas mandiri agama
 
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docxHAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
 
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docxHAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM.docx
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
 
Sahsiah guru
Sahsiah guruSahsiah guru
Sahsiah guru
 

Recently uploaded

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 

Recently uploaded (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 

Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting pada era global ini sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban. Melalui pendidikan yang baik, akan terlahir manusia Indonesia yang mampu bersaing secara sehat dalam kehidupan di era globalisasi bercirikan high competition. Menurut Azyumardi Azra, (1998:3): ”Pendidikan merupakan proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya dalam menjalankan kehidupan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.” Pendidikan merupakan proses mendewasakan manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidupnya. Diharapkan pendidikan membuat manusia mampu menemukan jati diri dan kehidupan sesungguhnya baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Kemudian berkaitan dengan pendidikan Agama Islam, H Abuddin Nata (2008:180) menjelaskan bahwa: Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik yaitu, anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan kreativitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tetapi juga memiliki ketahanan mental spiritual serta mampu beradaptasi dan merespons problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar ajaran Islam. Konsep pendidikan yang seimbang inilah maka Pendidikan Agama Islam memiliki peluang yang amat luas sehingga mampu mewujudkan manusia yang sanggup menghadapi tantangan, peluang dan kendala dalam memasuki kehidupan masa depan. Berikutnya Lailial Muhtifah dalam Gisela Webb dkk (2012:70) menjelaskan:” Pendidikan Agama Islam dapat mengantarkan peserta didik menjadi “mukmin-ulul albab” dengan konsep zikir (ketuhanan), pikir dan amal shaleh (kemanusiaan dan kealaman)”. Konsep ini sebagai bekal dalam 1
  • 2. 2 melaksanakan fungsi dan perannya sebagai khalifah dan ‘abdullah di muka bumi guna mewujudkan masyarakat madani yang bahagia hidup di dunia dan di akhirat. Pendidikan Agama Islam selain dapat mengembankan empat pilar pendidikan global seperti yang dirumuskan oleh UNESCO, yang meliputi learning to think, learning to do, learning tobe, dan learning to live together, namun dapat juga mengembankan pilar learning lillahi ta’ala. (Departemen Agama RI:2005:3). Pendidikan Agama Islam sebagai proses pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya karena dalam Pendidikan Agama Islam tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga bermuara pada proses pembinaan dan pembentukan sikap (behaviour) maupun etika/moral dan mental generasi muda sebagai penerus bangsa. Namun tingkat keberhasilan Pendidikan Agama Islam sesuai yang diharapkan ditentukan tingkat kompetensi profesional dan kinerja guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri sebagai agen pembelajaran. Adapun kompetensi profesional dan kinerja guru merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Dalam Depdikbud, (1991/1992) dijelaskan bahwa:” proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik, apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum.” Kompetensi profesional dan kinerja guru mempunyai pengaruh secara bersama terhadap hasil belajar siswa. Hal ini mengandung makna bahwa, apabila ada peningkatan kompetensi profesional dan kinerja guru maka hasil belajar akan meningkat. Peran guru Pendidikan Agama Islam secara kontinuitas dan dengan sungguh-sungguh tidak dikhawatirkan meninggalkan anak-anak yang lemah. firman Allah QS. An-Nisaa:9 yang berbunyi:       Artinya: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
  • 3. 3 khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Muhammad Sayyid Tanthawi Dalam tafsir Quraish Shihab (2002: 355) menjelaskan bahwa ayat di atas ditujukan kepada semua pihak, siapapun, karena semua diperintahkan untuk berlaku adil, berucap yang benar dan tepat, dan semua khawatir akan mengalami apa yang digambarkan di atas. Ayat tersebut diatas, berpesan agar umat islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas sehingga mereka mampu mengaktualisasikan potensinya sebagai bekal kehidupan dimasa mendatang. Selaras dengan ayat di atas keterkaitan peran guru seorang filosof Cina, Lao Tzu terkenal dengan kata mutiara abadinya:”Berikanlah seekor ikan pada seseorang, dan Anda memberikan makanan kepadanya untuk sehari; ajarilah ia bagaimana menangkap ikan dan Anda akan memberi makanan untuk seumur hidupnya”.(Robert Heller, 2004:7). Arahan normatif tersebut di atas apabila dikaitkan dengan kompetensi profesional dan kinerja guru menunjukkan pada harapan, bahwa dalm pendidikan formal guru merupakan pihak pertama yang paling bertanggung jawab dalam meningkatkan hasil belajar baik ranah kognitif, afektif maupun spikomotor yang pada akhirnya dapat menghasilkan aut put dan out come sesuai yang diharapkan Namun kenyataan terhadap pendidikan agama Islam sekarang ini terdapat sejumlah kelemahan yang mengakibatkan pendidikan agama Islam di sekolah tidak dapat memberikan hasil yang optimal dalam pembentukan moral dan akhlak peserta didik yang terefleksikan dalam kehidupan kesehariannya. Dalam Didin Syafruddin dan Bahris, (2005:5) menyebutkan beberapa alasan terhadap kelemahan pendidikan agama antara lain: 1. Bidang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian; 2. Orientasi mempelajari al-Qur’an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum mengarah kepada pemahaman arti dan penggalian makna.
  • 4. 4 Akibat kelemahan tersebut di atas tanpa disadari dalam era modern, remajalah yang banyak menjadi korban yang diistilahkan dengan penyimpangan perilaku remaja karena masa remaja termasuk dalam tahap perkembangan individu. Menurut Abu Al-Ghifari (2003:14) masa remaja mnerupakan masa transisi sehingga berdampak besar pada remaja korban mode seperti remaja berprilaku instan; umumnya orang ingin cepat dan mudah dalam hal makanan dan begitu juga dalam perilaku, banyak yang mengambil jalan pintas agar mudah mencapai tujuan dan remaja berperilaku imitasi; munculnya trend tindik telinga, hidung dan bibir, sek bebas, narkoba, miras, fornografi dan forno aksi. Kondisi seperti ini telah menghantui remaja masa kini. Berdasarkan temuan ketika pihak kepolisian merazia sekitar 250 orang pelajar ibu kota, hampir 50% dari mereka membawa senjata tajam dalam berbagai bentuk. Sehingga menurut I Noman Naya MA, berpendapat bahwa kenakalan remaja kini, bukan lagi kenakalan biasa, tapi sudah menjurus tingkat kriminalitas. (Abu Al-Ghifari, 2003:25) Merebaknya perilaku remaja korban mode menurut pendapat Kartini Kartono dalam Abu Al-Ghifari, (2003:24):” Bahwa akar permasalahannya adalah krisis moral atau krisis akhlakul karimah dalam jiwa remaja masa kini. Dalam kondisi seperti itu, remaja memerlukan “subyek moral” orang dewasa yang dikaguminya. Maka dalam dunia pendidikan peran guru umumnya dan peran guru Pendidikan Agama Islam khususnya masa kini sangat diperlukan dalam memberikan arahan dan petunjuk ke arah identitas yang Islami secara kontinuitas dan dengan sungguh-sungguh. Sementara kenyataan yang terjadi khususnya di Kabupaten Kapuas Hulu dari hasil observasi beberapa sekolah pada bulan Desember tahun 2012 dapat disimpulkan sebagai berikut: Perangkat pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) tidak lengkap berdasarkan data kelengkapan administrasi guru, rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berdasarkan daftar nilai murni, metode pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) masih konvesional berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan data supervisi guru, program harian guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) tidak ada berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 5
  • 5. 5 Putussibau Selatan pada hari senin tanggal 4 Pebruari 2013, siswa belum bisa shalat berdasarkan buku praktikum siswa, adanya kasus siswa yang beragama Islam seperti tidak jujur, berkelahi, merokok, terlibat pornografi dan porno aksi berdasarkan data kasus pada guru Bimbingan Konseling (BK). Secara subtansial yang menjadi faktor kesenjangan antara harapan dan kenyataan antara lain: 1. Kurikulum pendidikan agama Islam hanya di alokasi waktu 2 jam pelajaran perminggu. 2. Guru sebagai agen pembelajaran yang kurang mau dan mampu untuk mengembangkan diri karena masih menyambil dengan pekerjaan lain 3. Pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti pengawas kurang intensif dalam melakukan pembinaan. Oleh karena itu yang menjadi fokus penelitian ini adalah Kompetensi Profesional, Kinerja Guru dan Hasil Belajar Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam pada ruang lingkup Akhlak. Standar kompetensi akhlak membiasakan prilaku terpuji dan menghindari prilaku tercela. Dengan demikian, peneliti merasa penting untuk meneliti sehingga dapat mengungkapkan secara empiris tentang “Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu”. Adapun harapan terhadap masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Pertama; Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu, senantiasa mengembangkan kemampuan profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kedua; Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu selalu meningkatkan kinerja yang optimal dalam melaksaanakan tugas sebagi pendidik. Ketiga; Kompetensi profesional dan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu dapat memberi pengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.
  • 6. 6 B. Masalah dan Pembatasan Masalah 1. Identifikiasi Masalah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan Desember tahun 2012 pada peran Guru Pendidikan Agama Islam (GAI) di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan (idealitas/das sollen) dan kenyataan atau fakta (fenomena yang ada /das sein sbb: a. Kompetensi profesional guru yang belum memadai misalnya: metode pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) masih konvesional, referensi masih terbatas pada buku paket, belum memanfaatkan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan data supervisi guru. b. Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang belum optimal antara lain; daftar hadir tidak maksimal, perangkat pembelajaran tidak lengkap, nilai ulangan harian, tugas dan praktek siswa belum terisi sesuai dengan daftar nilai yang ada. Berdasar data kelengkapan administrasi guru. c. Hasil belajar siswa yang beragama Islam belum sesuai yang diharapkan berdasarkam leger murni, buku praktikum siswa dan data kasus pada guru Bimbingan Konseling (BK). 2. Pembatasan Masalah “Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI Kelas VIII di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu”. 3. Perumusan Masalah
  • 7. 7 1) Bagaimanakah kompetensi profesional guru pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? 2) Bagaimana kinerja guru pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? 3) Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? 4) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? 5) Bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP Kabupaten Kapuas Hulu ?. 6) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu ?. 7) Bagaimana tingkat signifikansi kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu ? C. Kajian Pustaka Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan ternyata ada yang memilki relevansi dengan penelitian ini. Pada bagian tinjauan penelitian terdahulu ada beberapa komponen yang relevan yaitu: Penelitian yang dilakukan Syarifah Zahara Al-Qadri (2009) berJudul:”Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran PAI di SDN 01 Pontianak Timur.” Hasil Penelitiananya adalah: Kemampuan guru melaksanakan Pendidikan agama Islam di SDN 01 Pontianak Timur tergolong baik yaitu 0,75. Hasil belajar tergolong baik 0, 76. Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan guru dalam
  • 8. 8 melaksanakan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PAI di SDN 01 Pontianak Timur r: 0,775 lebih besar (R=0,775 > r tabel 0,0229) Penelitian yang dilakukan Eva Ranilah (2009) yang berjudul:”Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran PAI di SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecamatan Sungai Kakap.” Hasil Penelitian adalah: Kemampuan guru dinilai baik yaitu 0,76. Prestasi belajar siswa tergolong baik hasil hitung 0,78. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan mengajar guru dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran PAI bukti r: 0,785 lebih besar (R=0,785 > r tabel 0,0227) Penelitian yang dilakukan oleh Diyan Maya Shofiana ( 2008 : 68) yang berjudul Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan prestasi belajar siswa di Mts Al-Jaamiyah Tegal Cidolog Sukabumi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil hitung dengan menggunakan rumus koefesien determinasi yaitu KD=r2 x 100%. KD=r2 x 100% =(0,710)2 x 100% = 0,50 x 100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan atau dipengaruhi oleh profesionalisme guru sebesar 50%. Penelitian yang dilakukan Risminawati, (2000 : 152) dalam penelitiannya yanng berjudul Konstribusi Gaya Kepemimpinan Demokrasi Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Keberhasilan SLTP Muhammadiyah di Kota Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji T yang berkaitan dengan kontribusi kompetensi profesional terhadap keberhasilan sekolah diperoleh T hitung 0,006 dengan taraf signifikan 5% dengan N 130 ditemukan Ttabel 1,655. Dengan demikian Thitung 6, 006 > Ttabel 1,655 maka ada kontribusi yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan keberhasilan sekolah. Penelitian yang dilakukan Rosma (2010 : 2) dalam penelitiannya “pengaruh profesionalitas dan kinerja guru terhadadp hasil belajar Akuntansi di Sekolah Menengah Atas Nurul Iman Palembang.” Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar 5% maka dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (P<0,05) karena Fhitung > Ftabel yaitu 370,666 maka H0 ditolak dan HA diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara linear antara kompetensi
  • 9. 9 profesional (X1) dan kinerja guru (X2) terhadap hasil belajar (Y). Pengolahan kompetensi profesional yang baik dan adanya kinerja guru yang optimal secara bersama-sama dapat menciptakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan yang diharapkan yaitu penyampaian materi akan sesuai dengan tujuan, dan hasil belajar akan meningkat. Rosma (2010 : 2) Setelah melihat hasil penelitian terdahulu, ada beberapa komponen penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan misalnya: Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI, Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI, Pengaruh Tingkat Pendidikan Guru Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa, dan pengaruh profesionalitas dan kinerja guru terhadadp hasil belajar Akuntansi . Adapun beberapa teori dari penelitian terdahulu yang bisa dijadikan sebagai landasan dalam penelitian yang akan dilakukan ini antara lain: 1. Tentang kompetensi profesional. Menurut E.Mulyasa (2007:135) kompetensi profesional adalah:”Kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meningkatkan, membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”. 2. Tentang Kinerja guru. Menurut Purwodarminto (1996) dalam Udiyono, (2010:3) menjelaskan bahwa:”kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, melaksanakan kerja atau unjuk kerja yaitu kemampuan yang telah dicapai seseorang dalam melaksanakan kerja.” 3. Tentang kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar, dalam Depdikbud (1991/1992) menjelaskan bahwa: Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum.
  • 10. 10 Adapun kedudukan penelitian yang akan dilakukan ini, memperkuat penelitian terdahulu dalam hal menguji teori kompetensi profesional, teori kinerja, teori kompetensi profesional dan kinerja guru secara bersama-sama. Hal yang membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu tempat yang akan dilakukan penelitian dan judul penelitian. Dari penelitian terdahulu yang relevan ini belum ada diantara kajian ini yang membahas judul yang sama tentang pengaruh kompetensi dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Kesenjangan akademis ini yang akan diisi dalam penelitian ini. Kompetensi dan kinerja guru merupakan dua hal yang mutlak diperlukan secara terpadu dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik. Guru berkompetensi namun tidak mempunyai kinerja dalam memcapai hasil belajar yang diharapkan adalah yang merupakan harapan yang sia-sia dan begitu juga sebaliknya. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk menemukan secara empiris bagaimana kompetensi profesional guru pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? 2. Untuk menemukan secara empiris bagaimana kinerja guru pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? 3. Untuk menemukan secara empiris bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? 4. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? 5. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP Kabupaten Kapuas Hulu? 6. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
  • 11. 11 7. Untuk menemukan secara empiris bagaimana tingkat signifikansi kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu? E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian. Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademis dan para praktisi pendidikan. 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah ilmu pengetahuan serta meemberi masukan dalam rangka penyusunan teori atau konsep-konsep baru terutama untuk pengembangan pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI bagi para peneliti berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Agama Kabupaten Kapuas Hulu, memberikan masukan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan upaya meningkatkan kualitas kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu b. Bagi guru memberi masukan untuk selalu meningkatkan kompetensi profesional dan kinerja guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu c. Bagi peneliti dapat memperluas pengetahuan dan mampu melaksanakan kompetensi profesional dan kinerja guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.
  • 12. 12 d. Bagi Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI dan dapat menjadi rujukan apabila melakukan penelitian yang sejenis. F. Hipotesis Penelitian Menurut Arikunto (1995:62) mendefinisikan hipotesis sebagai “suatu jawaban yang besifat sementara terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang akan terkumpul”. Berdasarkan pendapat diatas maka akan peneliti rumuskan bahwa: 1. Terdapat pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu 2. Tidak terdapat pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se- Kabupaten Kapuas Hulu. G. Tempat dan Waktu Penelitian Rencana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini selama 6 bulan, mulai dari bulan Januari 2013 dan berakhir pada bulan Juni 2013. Penelitian ini bertempat di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu H. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada SMP se Kabupaten Kapuas Hulu yang terdiri dari 54 (lima puluh empat) sekolah. yaitu : SMPN 1 Putussibau, SMPN 2 SMPN 3 Putussibau, SMPN 4 Putussibau, SMPN 5 Putussibau, SMPN 7 Putussibau, SMPN 8 Putussibau, SMPN 9 Putussibau, SMPN 10 Putussibau, SMPN 12 Putussibau SMP PGRI Putussibau, SMP Panca Utama Putussibau, SMPN 1 Kalis, SMPN 2 Kalis, SMPN 1 Mentebah, SMPN 2 Mentebah, SMPN 1
  • 13. 13 Bunut Hulu, SMPN 2 Bunut Hulu, SMPN 3 Bunut Hulu, SMPN 4 Bunut Hulu SMPN 5 Bunut Hulu, SMPN 1 Boyan Tanjung, SMPN 2 Boyan Tanjung, SMPN 3 Boyan Tanjung, SMPN 4 Boyan Tanjung, SMPN 5 Boyang Tanjung, SMPN 1 Hulu Gurung, SMPN 2 Hulu Gurung, SMPN 3 Hulu Gurung, SMPN 4 Hulu Gurung, SMPN 1 Pengkadan, SMPN 2 Pengkadan, SMPN 3 Pengkadan, SMPN 1 Silat Hulu, SMPN 2 Silat Hulu, SMPN 1 Silat Hilir, SMPN 2 Silat Hilir, SMPN 4 Silat Hilir, SMPN 2 Semitau, SMPN 1 Suhaid, SMPN 1 Selimbau, SMPN 2 Selimbau, SMPN 4 Selimbau, SMPN 5 Selimbau, SMPN 1 Jongkong, SMPN 2 Jongkong, SMPN 3 Jongkong, SMPN 4 Jongkong, SMPN 1 Bunut Hilir, SMPN 2 Bunut Hilir, SMPN 1 Embaloh Hilir, SMPN 1 Badau, SMPN 1 Batang Lupar, Dipilihnya tempat tersebut sebagai objek penelitian dengan pertimbangan lokasi tersebut belum ada yang meneliti tentang adanya pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam. I. Definisi Operasional 1. Kompetensi Profesional Adapun yang dimasksud dengan kompetensi profesional dalam penelitian ini adalah sejumlah kemampuan akademik dalam mendesain silabus, mendesain RPP, dan mendesain penilaian serta kemampuan mengimplementasi dalam penerapan silabus, penerapan RPP dan penerapan penilaian terhadap pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. 2. Kinerja Guru Adapun yang dimasksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah wujud kerja yang ditampilkan guru dalam melaksanakan tiga tugas utamanya seperti: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang aktif dan efektif yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup serta penilaian pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.
  • 14. 14 3. Hasil Belajar Siswa Adapun yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah penilaian hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor terhadap Standar kompetensi Akhlak membiasakan prilaku terpuji dan menghindari prilaku tercela pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. J. Kerangka Berpikir Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada tema masalah penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah mempelajari teori yang mendukung judul penelitian. Menurut Sugiono (2003:47) kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Keterangan : Kompetensi Profesional (X1) Hasil Belajar Siswa (Y) Kinerja Guu (X2)
  • 15. 15 Kompetensi profesional (X1) mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa (Y) Kinerja guru (X2) mempunyai pengaruh terhadap dan hasil belajar siswa (Y) Kompetensi profesional (X1) dan kinerja guru (X2) mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa (Y)
  • 16. 16 BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN PAI A. Konsep Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, dalam Hasan Langgulung (1975) mendefinisikan:”pendidikan agama Islam sebagai proses mengubah tingkah laku yang terjadi pada diri individu maupun masyarakat”. Menurut Majid Abdul ( 2005:130) Pendidikan Agama Islam adalah : Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut Zakiyah Daradjat dalam Majid, Abdul, (2005:130) pendidikan agama Islam adalah: “suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”. Menurut Omar al-Syaibani, (1991) Pendidikan Agama Islam adalah : Merupakan sebuah sistem yang berusaha mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dengan segala kemampuannya. Termasuklah kedalamnya pengembangan segala segi kehidupan manusia/masyarakat misalnya sosial budaya, ekonomi dan politik; serta bersedia menyelesaikan problema masyarakat masa kini dalam menghadapi tuntutan-tuntutan masa depan dan memilihara sejarah dan kebudayaannya. Menurut Zakiyah Daradjat (2008 : 86) Pendidikan Agama Islam adalah : Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari 15
  • 17. 17 pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikannya sebagai pandangan hidup demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Menurut Mustofa Al-Ghulayani (1368 H/1949 M) Bahwa Pendidikan Islam adalah : Menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga ahklak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air. Secara sederhana pendidikan agama Islam menurut H. Abuddin Nata (2008:173) dapat diartikan:”sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai- nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan al- Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.” Muhammad Fadhil Al Jamaly (1993: 135) menegaskan bahwa:”Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap pendidikan dan dalam kehidupan manusia sehari-hari adalah, uswatun hasanah atau suri teladan.” Kemudian ditafsirkan oleh Baidhawi, menjelaskan bahwa:”Uswatun hasanah yang dimaksud adalah perbuatan baik yang dapat dicontoh (Al- Baidhawi,1999: 81). Pendidikan Agama Islam menurut Mohd Kamal Hasan, (2003) lebih banyak dihadapkan kepada akhlak dan sopan santun serta penghayatan nilai- nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi keruntuhan moral, penangkalan aqidah, budaya korup dan sejenisnya karena dalam Pendidikan Agama Islam ada nilai karakter. Nilai karakter dalam Pendidikan Agama Islam menurut Lailial Muhtifah, (2012:34) adalah:”Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan social, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli.
  • 18. 18 Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan wahana pembentukan manusia yang berbudi luhur. Dalam ajaran Islam masalah akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman, keimanan merupakan hati, akhlak adalah pantulan iman yang berupa prilaku, ucapan dan sikap. Ainur rofiq Dawam, (2003) menjelaskan bahwa:”Akhlak adalah amal shaleh, iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran karena Allah semata”. Dalam Pendidikan Agama Islam yang mengarahkan pada pembentukan akhlak maka perlu pembelajaran dengan hikmah. Guru harus dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Mengenai suri teladan dijelaskan dalam firman Allah Qs. Al Ahzab ayat 21 berbunyi:      Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Berkaitan dengan ayat Al-Qur’an di atas tugas seorang guru pada hakikatnya bukan sekedar transfer of knowladge (mentransfer ilmu) bagi para siswanya melainkan juga harus mampu merubah kepribadiannya dan membentuk karakter yang baik. Karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar tapi juga mendidik. Dengan demikian perlu dipahami oleh para pendidik dan orang tua seperti yang dijelaskan Abdullah Nashih Ulwan, (1995:37) bahwa:”Mendidik dengan cara memberi teladan yang baik, sesungguhnya penopang utama dan dasar dalam meningkatkan keutamaan, kemuliaan dan etika sosial yang terpuji”.
  • 19. 19 Kualitas pendidikan seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan hikmah. Allah SWT berfirman dalam Qs. An-Nahl ayat 125 berbunyi :      Artinya ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik....” Dalam kajian ilmu dakwah maka ada prinsip-prinsip dalam menggunakan metode dakwah yang meliputi hikmah, mauizhah hasanah, mujadalah. Metode ini menyebar menjadi prinsip dari berbagai sistem, berbagai metode termasuk komunikasi juga pendidikan. Seluruh dakwah, komunikasi dan pendidikan biasanya merujuk dan bersumber pada ayat ini sebagai prinsip dasar sehingga terkenal menjadi sebuah “metode”. (Ibrahim: 1995). Jamaluddin Kafie berpendapat, bahwa dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan ummat Islam sebagai aktualisasi imaniyah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, dan do’a yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem, dan teknik tertentu agar mampu menyentuh qolbu dan fitrah seseorang, keluarga, kelompok, massa, dan masyarakat manusia supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Fathul Bahri An-Nabiry; 2008:21) Dari beberapa definisi mengenai dakwah dan pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses dakwah dan pendidikan terdapat kesamaan dalam masing-masing komponennya antara lain adanya subjek dan objek, materi dan tujuan Sehingga metode yang menjadi sarana dakwah ini juga dapat diterapkan dalam dunia pendidikan. Kaitan pendidikan dan dakwah
  • 20. 20 memiliki hubungan fungsional yang amat erat, karena kedua-duanya memiliki sasaran yang sama, yaitu pembinaan seluruh aspek kehidupan manusia. (Qurais Shihab 2002:125) 2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam Menurut Departemen Agama RI. (2005:8) visi dan misi pembelajaran pendidikan agama Islam terwujudnya lulusan sekolah yang berakhlak mulia, beretos kerja tinggi, berpikir kritis terhadap perkembangan peradaban Islam. Untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang digambarkan di atas, maka misi PAI di SMP meliputi : 1. Mengembangkan kemampuan dasar peserta didik menjadi muslim yang taat beribadah dan memilki kepedulian sosial yang tinggi; 2. Mengembangkan pemahaman keagamaan yang toleran, inklusif, dan demokratik; 3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematik dalam memahami peradaban Islam; 4. Memberikan landasan metodologi dalam memahami ajaran Islam; 5. Membangun budaya sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai Islam. b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Menurut Mujtahid (20011) secara filosofis pendidikan bertujuan : Untuk mengembangkan potensi manusia ke arah yang maksimal. Potensi yang diberikan oleh Tuhan tidak akan berkembang sendirinya tanpa dukungan pendidikan yang memadahi. Sehingga orientasi pendidikan tidak hanya memasuki wilayah fisiologis, melainkan juga harus merambah kawasan spiritual, psikologis serta nilai-nilai etis (akhlak).
  • 21. 21 Menurut Ahmad Arifin (2009: 36) menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan sebagai berikut: a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan aturan-aturan dan kehendak Tuhan. b. Mengarahkan manusia agar tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Tuhan SWT. c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya. d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan ketrampilan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahanya. e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat” Menurut Al-Abrasyi Muhammad ‘Athiyah adalah (1970:129) tujuan pokok dari Pendidikan Agama Islam adalah: Mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa dan merupakan alat pengontrol dan pengendali hidup manusia, yakni agama yang memberikan pedoman dan petunjuk sebagai syarat yang harus dilaksanakan didalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama Islam serta mempunyai akhlak mulia. Sebagaimana ditegaskan oleh M. Athiyah Al Abrasy yang menyatakan bahwa “jiwa dari pendidikan agama Islam ialah pendidikan moral dan akhlaq” Menurut M. Rivai (1980:17) yang mengatakan bahwa agama itu sangat berfaedah bagi umat manusia terutama siapa yang memeluknya, sebab agama adalah: a. Mendidik manusia supaya mempunyai pendirian yang tertentu dan terang, manusia hendaklah mempunyai sikap yang positif dan tepat. b. Agama mendidik manusia supaya tahu mencari, memiliki ketentraman jiwa. c. Membebaskan manusia dari perbudakan materi. d. Mendidik manusia agar berani menegakkan kebenaran. e. Agama mendidik agar supaya tercipta kemakmuran masyarakat dan negara”
  • 22. 22 Menurut Departemen Agama RI. (2005:9) bahwa Pendidikan Agama Islam di SMP mempunyai fungsi dan tujuan. Fungsi pendidikan agama Islam di SMP sebagai berikut: a. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga; b. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan agama Islam; c. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari; d. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari; e. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata), sistem dan fungsionalnya; f. Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi. Sedang tujuan pendidikan agama Islam memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik meliputi: a. Memiliki dasar-dasar keimanan yang mantap; b. Mengetahui ketentuan dasar beribadah; c. Gemar membaca dan menulis huruf Al-Qur’an; d. Melaksanakan shalat, puasa, infak dan sedekah; e. Bertatakrama dan berprilaku terpuji; f. Menghayati nila-nilai keteladanan para rasul dan sahabat. Selain adanya visi, misi dan tujuan Pendidikan Agama Islam yang tersebut di atas, H Abuddin Nata (2008:180) menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam mempunyai peluang untuk persiapan kehidupan masa depan. Masa depan umat manusia di abad XXI atau milenium ketiga sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu eksis secara fungsional di tengah-tengah kehidupan global yang amat kompetitif. Dalam situasi tersebut manusia yang akan survie adalah yang dapat mengubah tantangan menjadi peluang, dan dapat mengisi peluang tersebut secara produktif. Sementara itu, faktor kepribadian atau
  • 23. 23 moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia yang kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik mandiri atau penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu berkomunikasi dan memanfaatkan peluang, serta menjadikan orang lain sebagai mitra. Selanjutnya sikap berpegang teguh kepada nilai-nilai spiritual yang bersumberkan pada agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan. Hal yang demikian diperlukan untuk mengatasi berbagai goncangan jiwa atau stres yang diakibatkan kekalahan atau keterbatasan daya dalam bersaing dengan orang lain. 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Menurut Departemen Agama RI (2005:23) ruang lingkup Pendidikan Agama Islam terdiri dari Al-Qur’an, Akidah (keimanan), Akhlak, Fiqih/ibadah, dan Tarikh 4. Pendidikan Agama Islam Standar Kompetensi Akhlak a. Pengertian Akhlak Pengertian Akhlak dari segi bahasa, “Akhlak ialah kata jama’ dari “Al Khulq”. Dalam lisan ‘Arab ia bermakna tabiat atau watak .Ia juga bermakna maru’ah, addin atau fitrah (Ahmad Amin.1975:7) Menurut Imam Al Ghazali, dalam Muhammad Mu’arif (1962:13) dengan terjemahannya bahwa Al-Khulq ialah suasana kejiwaan yang mantap yang menerbitkan perbuatan, perbuatan itu terbit begitu sahaja tanpa berfikir dan merenung panjang. Sekiranya suasana kejiwaan yang menjadi sumber perbuatan itu memerlukan tindak-tanduk yang baik. Tetapi kalau muncul yang sebaliknya, maka suasana kejiwaan itu dinamakan sebagai akhlaq yang buruk. Para filosof dari aliran sosialisme positif seperti Livi Brill, sebagaimana yang dikutip oleh O. Hashem, ada tiga pengertian akhlak,
  • 24. 24 yaitu gagasan yang mengandung konsep, hukum dan adat istiadat baik yang berkaitan dengan hak-hak manusia, kewajiban manusia antara satu sama lain yang diakui dan diterima oleh tiap-tiap individu pada umumnya pada masa tertentu atau peradaban tertentu (O.Hashem. 1965:56) b. Ruang Lingkup Akhlak Adapun Ruang Lingkup akhlak dalam pembelajaran pendidikan agama Islam kelas VIII semester ganjil adalah: 1) Membiasakan prilaku terpuji (1) Zuhud Dalam islam Zuhud mempunyai pengertian khusus, zuhud bukanlah kependetaan atau terputusnya hubungan duniawi. Akan tetapi ia adalah hikamh, pemahaman yang membuat para penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi, dimana mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya. (Abu al-Wafa al-Ghannimi al-Taftazani, 1985 : 54). Ada tiga tanda Zuhud yang dirasakan dalam batin seseorang : 1. seseorang tidak merasa gembira terhadap sesuatu yang ada di depannya ( harta dan sebagainya) dan tidak akan sedih jika sesuatu itu tidak ada di depannya. 2. seseorang tidak risau jika dicela dan tidak berbangga hati jika dipuji. Mendapat pujian atau hinaan sama saja dalam bersikap. (Abu Fajar al-Qalami, Ringkasan IHYA’ ULUMUDDIN (imam al-Ghazali) 2003: 343) Berkenaan dengan zuhud Allah SWT berfirman dalam Qs. Ali Imran, 3 :196-197
  • 25. 25       Artinya: ”Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” Ayat di atas merupakan perintah Allah agar kita bersifat zuhud, yakni tidak silau melihat kehidupan. Kita pun tidak boleh terpedaya dan tidak boleh iri melihat keberhasilan orang-orang kafir dalam hal duniawi, (Muhammad Nasikin dkk;2007:25) (2) Tawakal Beberapa para ulama menjelaskan makna Tawakal, diantaranya adalah Al Munawi. Beliau mengatakan, “Tawakal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang diTawakkali.” (Faidhul Qadir, 5/311). Ibnu ‘Abbas radhiyAllahu’anhuma mengatakan bahwa Tawakkal bermakna percaya sepenuhnya kepada Allah Ta’ala. Imam Ahmad mengatakan, “Tawakkal berarti memutuskan pencarian disertai keputus-asaan terhadap makhluk.” Al Hasan Al Bashri pernah ditanya tentang Tawakkal, maka beliau menjawab, “Ridho kepada Allah Ta’ala”, Ibnu Rojab Al Hanbali mengatakan, “Tawakkal adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah Ta’ala dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan.” (R. Indra Pratomo P. Sumber: Buletin At-Tauhid. Artikel www.muslim.or.id/download 10/05/2013). Berkaitan dengan tawakal Allah SWT berfirman dalam Qs. At-talaq 65:3 berbunyi:
  • 26. 26        Artinya: ”Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka- sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” Ayat tersebut menjelasklan wajibnya bertawakal kepada Allah dan memasrahkan segala perkara kepada-Nya. Wahbah al-Zuhailî, al- Tafsîr al-Munîr (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2005, vol. 3, 110.). Syaikh Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî menjelaskan makna dari tawakal adalah memberi/memasrahkan masalah-masalah kepada Allah. Selanjutnya, al-Shâwî menjelaskan bahwa melakukan beberapa sebab (usaha) agar tercapai apa yang diingini, itu tidak bertentangan dengan tawakal, karena sesungguhnnya melakukan sebab (usaha) di sini adalah yang diperintah. (Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâsyiyyah al-‘Alâmah al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain (Semarang: Maktabah Thaha, t.t.), vol. 4, 215.) 2) Menghindari prilaku tercela (1) Ananiyyah Kata Ananiah berasal dari bahasa Arab “ana” yang berarti saya atau aku, kemudian mendapat tambahan iayah. Ananiyah berarti ‘keakuan’ yaitu mementingkan diri sendiri atau disebut juga egois adalah orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Islam melarang berbuat merusak diri sendiri. (Tim Abdi Guru, 2006: 35)
  • 27. 27 Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang ananiyyah terdapat dalam Al-Qur’an QS.Al-Mukminuun:71 yaitu:    ... Artinya: ”Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya...” Ayat di atas menjelaskan tentang sifat ananiyyah yang hanya memperturutkan hawa nafsunya sendiri akan lahir sifat-sifat lain yang berdampak negatif dan merusak, misalnya, sifat bakhil, tamak, mau menang sendiri, dhalim, meremehkan orang lain dan ifsad (meru-sak). Jika tidak segera ditanggulangi sifat ananiyah akan berkembang menjadi sifat congkak dan kibir dengan ciri khasnya Bathrul Haq menolak kebenaran, Ghomtun Nas dan meremehkan manusia. (H.R. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud) (AsepSyaefurrachmanSumber: EmailBlogThis!http://kbmpaispensa. blogspot.com/10/05/2013/ananiyah-ghadab-hasad-ghibah.html (2) Ghadhab Menurut bahasa, ghadhab artinya marah atau murka. Sedangkan menurut istilah, ghadhab adalah sikap atau perilaku marah kepada orang lain. Marah sebenarnya merupakan salah satu sifat yang ada dalam diri setiap manusia. Walaupun demikian, bukan berarti kita boleh marah kepada siapa saja tanpa alasan. Untuk itu, kita harus mampu mengendalikan diri agar tidak mudah marah. Orang yang mudah marah, disebut pemarah. (Tim Abdi Guru, 2006: 38) Tentang Ghadab Allah berfirmn dalam Q.S Ali Imran ayat 134 yang berbunyi:  
  • 28. 28       Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Ayat tersebut di atas berkaitan dengan hadist Rasulullah SAW : ‫وسل‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫قال‬ : ‫قال‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ‫هريراة‬ ‫ابي‬ ‫عن‬‫ليس‬ : ‫م‬ ‫اشديد‬‫عليه‬ ‫(متفق‬ ‫الغضب‬ ‫عندل‬ ‫نفسه‬ ‫يملك‬ ‫اشديدالدي‬ ‫انما‬ ‫بالصرعة‬) Artinya: ”Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA katanya : sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Kekuatan itu tidak di buktikan dengan kemenangan dalam bergulat. Tetapi orang yang ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah (H.R. Bukhari dan Muslim) Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany,2008 : 302. (3) Hasad Hasad artinya menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) yang berlarut-larut terhadap keberuntungan orang lain. Sikap dengki biasanya merupakan akibat dari memelihara sifat iri, sehingga sifat dengki ini sudah mengarah kepada perbuatan yang mencerminkan kemarahan dan perselisihan. Orang yang terjangkit penyakit hati dengki mengarah kepada tindakan memusuhi, menjelek-jelekkan, dan menjatuhkan nama baik orang yang dengki. (Tim Abdi Guru, 200: 42) Sifat dengki berkakibat buruk bagi kehidupan pribadi seseorang dan sekaligus dapat merusak tatanan hidup yang rukun dan harmonis di masyarakat. Di samping itu perbuatan hasad akan menghapus kebaikan dan pahala yang kita miliki. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW :
  • 29. 29 ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ِ ‫ه‬‫َّلل‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ َ‫ة‬ َ‫ْر‬‫ي‬ َ‫ر‬ُ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ََ ُ‫ار‬‫ه‬‫ن‬‫ل‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫َأ‬‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ِ‫ت‬‫َا‬‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ َ‫د‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫د‬َ‫س‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ها‬‫ي‬ِ‫إ‬ () َ‫ب‬َ‫ط‬َ‫ح‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ َ‫د‬ ُ‫او‬َ‫د‬ ‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ا‬‫و‬ َ‫ر‬ Artinya: ”Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah sifat hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." Riwayat Abu Dawud.” (Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, 2008:304) (4) Ghibah Ghibah artinya mengumpat atau menggunjing orang lain, atau membicarakan keburukan orang lain di hadapan orang banyak. Perbuatan ini sangat dilarang oleh Islam, karena dapat merugikan orang lain. Tidak ada manusia yang senang kalau aibnya atau kekurangannya dibicarakan oleh orang lain. Begitu juga tidak ada yang rela jika dirinya difitnah, sebab fitnah itu lebih kejam dan sadis daripada pembunuhan. (Tim Abdi Guru, 200: 45) Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang ghibah terdapat dalam Al-Qur’an QS.Al-Hujraat:12 yaitu:            Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba- sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
  • 30. 30 saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” Ayat ini mengandung larangan berbuat ghibah atau menggunjing. Begitu pula seperti yang telah ditafsirkan pengertiannya oleh Rasulullah SAW., sebagaimana yang terdapat di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu Hurairah r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan ghibah itu?” Rasulullah menjawab, “Kamu menceritakan perihal saudaramu yang tidak disukainya. ”Ditanyakan lagi, “Bagaimanakah bila keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku katakan?” Rasulullah menjawab, “Bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terdapat apa yang kamu katakan maka kamu telah berdusta. (Rini Hardiyanti. Sumber: www.wikimu.com http://noerolfebrian. blogspot.com/15/5/2013 penjelasan-tentangananiyah ghadabhasadg. html) Ghibah tidak terbatas hanya pada ucapan lidah akan tetapi setiap gerakan isyarat, ungkapan, sindiran, celaan, tulisan, dan segala sesuatu yang di pahami sebagai hinaan, maka hal itu haram dan termasuk ghibah. (Ibrahim M. al-Jalal, 1995: 86) (5) Namimah Menurut bahasa, namimah artinya adu domba. Sedangkan menurut istilah, namimah ialah menyebar berita dusta dengan tujuan agar terjadi perpecahan dan permusuhan di antara kedua belah pihak.(Tim Abdi Guru, 2006: 49) Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang namimah terdapat dalam Al-Qur’an QS. Al-Qalam: 10-11 yaitu:
  • 31. 31    Artinya: ”Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.” Imam Munziri rahimahullah berkata: "Telah sepakat dan Ijma' para ulama bahwa Namimah hukumnya haram dan ia merupakan sebesar-besarnya dosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Rini Hardiyanti. Sumber: www.wikimu.comhttp://noerolfebrian.blogspot. com15/5/2013 penjelasan-tentangananiyahghadabhasadg.html) Dewasa ini, namimah sama artinya dengan perbuatan provokasi. Orangnya disebut provokator. Provokasi ialah sikap perbuatan yang menyebarkan isu atau fitnah kepada orang lain, dengan tujuan agar terjadi permusuhan atau sengketa di antara mereka. Para provokator selalu berusaha mempengaruhi dan memanas-manasi hati orang lain, agar membenci satu pihak dan mencintai pihak lain. Namimah atau provokasi merupakan salah satu sikap perbuatan tercela dan keji, yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sebab, selain dilarang oleh agama Islam, juga dapat mendatangkan malapetaka, baik bagi korbannya maupun bagi diri pelakunya. Orang yang menjadi korban namimah atau provokasi, tentunya merasa dirugikan. Ia menderita lahir batin. B. Konsep Kompetensi Profesional Guru 1. Kompetensi Guru. Berkaitan dengan guru, istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Charles (1994) dalam Mulyasa, (2007:25) mengemukakan bahwa:”competency as rational performance which satisfactorily meets the
  • 32. 32 objective for a desired condition”. (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan). Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa:”kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.” Menurut Usman (2005) dalam Kunandar (2011) kompetensi adalah:” suatu hal yang menggambarkan kualifikasi dan kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.” Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Menurut Purwanto dalam Ma’ruf, (2002) kompetensi-kompetensi penting jabatan guru meliputi: kompetensi bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan, nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Kompetensi-kompetensi tersebut kini menjadi standar kompetensi guru yang nota-bone sekaligus menjadi profil guru profesional. Kemudian kompetensi guru harus selalu dikembangkan dan ditingkatkan (UU RI No 9 tahun 2009 pasal 47 ayat 4) dijelaskan bahwa: Pengembangan dan peningkatan kompetensi guru dilakukan dalam berbagai kegiatan keprofesionalan yang diselenggarakan antara lain melalui Kelompok Kerja Guru, Musyawarah Guru, Mata Pelajaran, Kelompok Kerja Pengawasan Sekolah, dan Musyawarah kerja Pengawas Sekolah. Brake Stone dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:103) mendefenisikan kompetensi sebagai berikut: “Descriptive of qualitative nature or teacher behaviour appear to be entirely meaningful.” Artinya, komnpetensi itu merupakan ganbaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak sangat berarti. Menurut Teven dan Hanson.Menurut Teven dan
  • 33. 33 Hanson, dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:105) “kompetensi terdiri dari kepemilikan pengetahuan atau keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru dianggap berkompeten, dia dianggap mengetahui apa yang dia bicarakan.” Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Tahir Kaleem Siddiqui (2010:22) didalam penelitiannya yang berjudul a study of teacher competencies and teaching practice for school effectiveness in workers welfare model schools di sampaikannya bahwa:” to understands a competence of teacher, we have to see what extend they apply and integrated knowladgethat they have in planning implementing their teaching and revise the contens of the leasson.” (Untuk mengetahui kompetensi guru didalam mengajar, kita harus mengetahui apakah pembelajaran yang di berikan terintegrasi langsung dengan ilmu yang sedang dipelajari, serta memperhatikan apa yang sudah di rencanakan oleh guru tersebut sebelmunya apakah sejalan dengan apa yang di praktekannya didalam kelas dan guru tersebut selalu mencoba untuk memperbaiki setiap kekurangank-kurangannya yang ada pada media yang digunakan dalam mengajar. Menurut Daryanto (1997:373) dalam Agus Wibowo, (2012:102) kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris yakni “competence” yang berarti kecakapan, kemampuan dan kesanggupan. Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,”kompetensi adalah kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal”. Menurut Majid (2005:5) kompetensi adalah : Seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu. Sikap inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Menurut UU No 14 tahun 2005 (Pasal 1:10) tentang Guru dan dosen dijelaskan kompetensi adalah:”seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
  • 34. 34 Menurut Permindiknas RI No.16 Tahun 2007 hal: 35 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan standar kompetensi inti guru adalah:” Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional”. 2. Profesional Guru Menurut Webstar (1989) dalam Kunandar, (20011:43) profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau yangakan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Beberapa pakar menjelaskan profesional guru antara lain: Menurut Mukhtar dan Iskandar (2009:120) “seorang guru dikatakan profesional bila guru tersebut memilki kualitas mengajar yang tinggi, dan melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.” Dengan kata lain secara lebih luas profesional guru tidak hanya sekedar berkualitas tinggi tetapi juga mempunyai makna tanggung jawab (responsibility), baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab moral. Adapun ciri-ciri Profesional Guru Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1 ciri-ciri guru profesional sebagai berikut: a. Mempunyai kompetensi pedagogik; yaitu meyangkut kemampuan mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan
  • 35. 35 guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut: Merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. Selain tugas pokok dalam pengelolaan pembelajaran, guru juga melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga pendidikan. b. Mempunyai kompetensi kepribadian; Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berahlak mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik. c. Mempunyai kompetensi profesional; Kompetensi profesional menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila seorang guru tidak menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu memahami persoalan pembelajaran yang dihadapi di sekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi profesional dalam bidang tugas yang diampu harus mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut. d. Mempunyai kompetensi sosial; yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki keterbukaan dengan gurunya. 3. Kompetensi Profesional Guru Menurut Uzer Usman ( 2007:17) Kompetensi profesional yang harus dipenuhi atau dimiliki seorang guru atau calon guru adalah: a. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam masyarkat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar, b. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan, c. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar,memilih dan
  • 36. 36 mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar, d. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar, e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yakni menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Sementara menurut Buchari Alm dalam Agus Wibowo 2012: 118) kemampuan profesional adalah:”Kemampuan penguasaan materi perlajaran secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai yang difahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan. Kemampuan guru dalam mengembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian, dan secara nyata menghasilkan karya- karya produktif seperti penulisan bahan ajar, termasuk menulis buku yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Kedudukan guru menurut UU RI No 9 tahun 2009 pasal 2) adalah:”Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang- undangan”. Dalam sistem pendidikan nasional, eksistensi guru sangat penting, guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah: Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1). Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Pasal 1 ayat 2). Adapun kedudukan guru menurut UU RI No 9 tahun 2009 pasal 2) adalah:”Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
  • 37. 37 pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anaka usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang- undangan” Keterkaitan kompetensi profesional guru, para ahli pendidikan pada umumnya memasukkan guru sebagai tenaga profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Menurut Abuddin Nata, (2008:156) untuk profesi seorang guru dalam garis besarnya ada tiga yaitu: Pertama; seorang guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik, harus terus menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang diajarkannya dan untuk melakukan peningkatan dan pengembangan ilmu yang diajarkannya, seorang guru harus secara terus menerus melakukan penelitian dengan menggunakan berbagai metode. Kedua; Seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of knowledge) kepada murid-muridnya secara efektif dan efisien. Seorang guru harus memiliki ilmu keperguruan. Dahulu ilmu keguruan ini terdiri dari tiga bidang keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik dan metodik. Istilah pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik , dan yang dibahas ialah bagaimana mengasuh dan membesarkan seorang anak. Sedangkan, didaktik adalah pengetahuan tentang interaksi belajar mengajar secara umum. Yang diajarkan di sini antara lain cara membuat persiapan pengajaran sesuatu yang sangat perlu, cara menjalin bahan-bahan pelajaran, dan cara menilai hasil pelajaran. Adapun metodik adalah pengetahuan tentang cara mengajarkan sesuatu bidang pengetahuan.
  • 38. 38 Ketiga, seorang guru yang profesional harus berpegang teguh dengan kode etik profesional. Kode etik di sini lebih dikhususkan lagi tekanannya pada perlunya memiliki akhlak yang mulia. Demikian akhlak yang demikian itu, maka seorang guru akan dijadikan panutan, contoh, dan teladan. Sebagai seorang pendidik profesional, maka seorang guru dituntut untuk memiliki kualifikasi pendidikan khusus sehingga guru memiliki kemampuan untuk menjalankan profesinya tersebut sehingga akan mencerminkan guru yang profesional. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Guru yang profesional diyakini mampu memotivasi siswa untuk mengoptimalkan potensinya dalam kerangka pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan. Adapun kemampuan dasar profesionalisme guru menurut Kunandar, (2011:63) adalah sebagai berikut: a. Menguasai bahan b. Mengelola program pembelajaran c. Mengelola kelas d. Menggunakan media sumber e. Menguasai landasan kependidikan f. Mengelola interaksi belajar mengajar g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran h. Mengenal funsi dan program pelayanan BP i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Menurut Mulyasa (2007:135) kompetensi profesional secara umum dapat diidentifikasikan dan disarikan sebagai berikut: a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan. b. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawab.
  • 39. 39 d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media dan sumber belajar yang relevan. f. Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. Menurut M.Furqon Hidayartullah dalam Agus Wibowo dan Hamrin (2012:106) seorang guru yang memiliki kompetensi diantaranya: a. Senantiasa mengembangkan potensi dan kemampuan diri. Guru yang memiliki kompetensi, akan memiliki motivasi yang kuat dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pengetahuannya selalu terbaru atau up to date. Gurupun akan semakin berwibawa lantara percara diri (pede) memiliki pengetahuan yang luas dan keahlian yang selalu bertambah. b. Ahli dibidangnya. Guru yang berkompeten itu sangat menguasai bidang tugasnya seperti mendidik, mengajar, membangun karakter anak didik, mengadakan evaluasi hasil pengajaran, interaksi dengan rekan kerja sesame guru dan sebagainya. c. Menjiwai profesinya. Guru yang kompeten akan menjiwai pekerjaan atau profesinya secara mendalam. Laksana seorang actor yang menjiwai tokoh cerita, guru kompeten akan menjiwai bagaimana menjadi seorang pendidik sejati; baik dalam olah tingkah, olah rasa, dan olah wicara. Penjiwaan guru yang sempurna pada prpfesinya, akan berkontribusi positif tidak saja bagi anak didik, guru bersangkutan, tetapi juga dalam pencapaian tujuan pendidikan. d. Memiliki kompetensi pedagogic, kepribadian/personal, sosial dan professional. C. Konsep Kinerja Guru 1. Kinerja Guru Kinerja dalam perspektif Islam dengan segala akal dan pikirannya, manusia harus berusaha mencari solusi hidup yaitu dengan bekerja keras mengharapkan Ridho Allah SWT. Dengan bekerja kita akan mendapatkan balasan yang akan kita terima, apabila seseorang memposisikan pekerjaannya dalam dua konteks, yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, maka hal itu
  • 40. 40 disebut rizeki dan berkah dan hasil pekerjaan yang baik adalah yang dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan ajaran-ajaran Rasulullah SAW. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 93   Artinya: “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan...” Tentang Kinerja, Thomas Alva Edison dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:127) kata bijaknya:”Kejeniusan itu hanya satu persen saja, 99 persennya adalah inspirasi dan keringat”. Pengertian kinerja menurut Lan (1992) dalam Rusman, (2011:50) kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Sementara itu, menurut Augustust W.Smith, performance is output derives from proceses, human or therwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Sementara itu, menurut August W. Smith dalam Rusman (2011:50) performance is output derives from proceses, human or therwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu wujud perilaku seseorang atau organisasai dengan orientasi prestasi. Menurut Wibowo (2007:2) Pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.” Menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), performance berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine).
  • 41. 41 Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Gibson and Ivancevich Donnelly: 1996). Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasiatau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = ƒ (A x M x O). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins: 2001). Sehubungan dengan produktivitas kinerja seseorang dipaparkan oleh Sutermaister (1976) dalam Rusman. (2011: 52) bahwa: a. Produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan. b. Prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk berkerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya. c. Motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi- kondisi fisik. Menurut Amstromg dan Baron kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2007:2). Hadari Nawawi (2006:64-65) mengemukakan kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor yang terdiri dari : a. Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Faktor ini mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya. b. Pengalaman, yang tidak sekadar berarti jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu bidang tertentu. c. Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti, minat, bakat, kemampuan kerja sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan. Menurut Supriyadi mengutip pendapat Mohammad Mahsun (2009) kinerja adalah: “Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
  • 42. 42 kegiatan program kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan v isi organisasi yang tertuang dalam strategie planning suatu organisasi (Supriyadi, Tesis 2011:9) Menurut A. Dale Timpe dalam Mukhtar dan Iskandar (2009:129) dijelaskan tiga teori yang berkenaan dengan kinerja (performance) yaitu: a. Tiori kebutuhan dari Maslow: Setiap manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Dalam teori ini kebutuhan diartikan sebagai kekuatan atau tenaga yang menghasilkan dorongan bagi individu untuk melakukan kegiatan, agar dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan tersebut. b. Teori Dorongan: Teori dorongan kadang disebut juga dengan teori insentif, teori persiapan atau belajar. Teori ini menunjukan bahwa prilaku dipengaruhi oleh insentif prilaku. Bila manajemen menghargai prilaku-prilaku tertentu seperti pekerjaan berkualitas tinggi, produktivitas tinggi, laporan tepat waktu, prilaku ini mungkin meningkat. c. Teori Harapan (Expectancy): Teori ini berpegang pada prinsip yang mengatakan:”terdapat hubungan yang erat antara pengertian seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan hasil yang diperolehnya sebagai harapan”.Dengan demikian berarti juga harapan merupakan energi penggerak untuk melakukan sesuatu kegiatan yang karena terarah untuk mencapai suatu yang diinginkan disebut “usaha”.Usaha dilingkungan para pekerja dilakukan berupa kegiatan yang disebut bekerja, pada dasarnya didorong oleh harapan tertentu. Dalam kinerja ada beberapa rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (Alfianoor Rahman:2010) yaitu: a. Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal- asalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya”. b. Dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas. c. Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. “Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya,” demikian beliau bersabda.
  • 43. 43 d. dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus. e. Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas. f. Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama. g. Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam .menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting. Kinerja guru pada dasarnya unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah. Kinerja guru menurut Sudirman yang dikutif AKSI, (2006 : 75) dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang dikenal dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan pengayaan/penunjang bidang studi. b. Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remidial c. Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar d. Menggunakan media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan mendukung pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, atau laboraturium secara baik sesuai dengan kebutuhan.
  • 44. 44 e. Menguasai landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar. f. Mengelola interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta didik. Keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat atau teknologi pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk memenuhi potensi siswa, menganalisis, dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi setiap siswa h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peranan program ini untuk kepentingan proses belajar mengajar i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan administatif seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa. j. Memahami prinsip-prinsip dan menapsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal- hal yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar. Adapun ukuran dari kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dalam Rusman, (2011:50) dapat dilihat dari quality of works, promthness, initiative and communication. Keempat komponen tersebut adalah ukuran standar kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik-buruknya atau efektif tidaknya kinerja seorang guru. Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian dalam Rusman, (2011:51) menjelaskan bahwa: Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: a. Bekerja dengan siswa secara individual; b. Persiapan dengan perencanaan pembelajaran; c. Pendayagunaan media pembelajaran; d. Melibatkan siswa dalam berbagai pengelaman belajar; dan e. Kepemimpinan yang aktif dari guru.
  • 45. 45 Di kutip dari teacher performance handbook oleh bedford country public school (2006:6) di jelaskan bahwa ada 7 standar untuk menulai kinerja dari guru yaitu: a. Data–driven planning ( perencanaan dan pelaksanaan), b. Instructional delivery(perintah langsung), c. Assessment (penilaian), d. Learning environment (ruang lingkup pembelajaran), e. Communication (komunikasi), f. Professionalism (profesionalitas) g. Students achievement (hasil dari pencapaian pembelajaran) Menurut Jeffrey S. Kane (2004:6) dimensi kinerja adalah a. Quality (kualitas) b. Quantity (kuantitas) c. Timeliness (aktualitas) d. Cost Effectiveness ( biaya efektifitas) e. Need for Supervision (perlu pengawasan) f. Interpersonal Impact (dampak interpersonal) Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Guru merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan standar dan ukuran penilaian yang ditetapkan. Standar dan alat ukur tersebut merupakan indikator untuk menentukan apakah seorang guru berkinerja tinggi atau rendah. Berdasarkan sifat dan jenis pekerjaannya, standar tersebut berfungsi pula sebagai alat ukur pertanggungjawaban. 2. Indikator Kinerja Guru Menurut Muhammad hamzah (Alfianoor Rahman:2010) seorang pengajar atau guru itu harus mempunyai 5 Prinsip Etos Kerja, yaitu: a. Kerja, aktifitas, ‘amal dalam Islam adalah perwujudan rasa syukur kita kepada ni’mat Allah SWT. Al-Qur’an Saba’ ayat 13 berbunyi:   
  • 46. 46 Artinya: ”...Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih”. b. Seorang Muslim hendaknya berorientasi pada pencapaian hasil: hasanah fi ad-dunyaa dan hasanah fi al-akhirah. Al-Qur’an Surat Al- Baqarah ayat 201 berbunyi:      Artinya: ”Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. c. Dua karakter utama yang hendaknya kita miliki: al-qawiyy dan al- amiin. Al-Qur’an Surah A- Qashash ayat 26 berbunyi:     Artinya: ”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." d. Al-qawiyy merujuk kepada : reliability, dapat diandalkan. Juga berarti, memiliki kekuatan fisik dan mental (emosional, intelektual, spiritual). Sementara al-amiin, merujuk kepada integrity, satunya kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang amanah. e. Kerja keras. Ciri pekerja keras adalah sikap pantang menyerah; terus mencoba hingga berhasil. Kita dapat meneladani ibunda Ismail a.s. Sehingga seorang pekerja keras tidak mengenal kata “gagal” (atau memandang kegagalan sebagai sebuah kesuksesan yang tertunda). Kerja dengan cerdas. Cirinya: memiliki pengetahuan dan keterampilan; terencana; memanfaatkan segenap sumberdaya yang ada. Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2009. Secara garis besar penilaian kinerja guru digunakan untuk menilai 14 indikator dengan butir-
  • 47. 47 butir kinerja yang telah ditentukan. Butir penilaian yang akan dinilai diperjelas melalui rubrik penilaian. Berikut penjelasannya. a. Perencanaan Pembelajaran 1) Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik. (1) Tujuan pembelajaran dirumuskan dan dikembangkan berdasarkan SK/KD yang akan dicapai. (2) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan di RPP telah mencakup semua indikator ketercapaian hasil belajar. (3) Tujuan pembelajaran memuat gambaran proses dan hasil belajar yang dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajarnya. (4) Tujuan pembelajaran dalam RPP dirumuskan dengan kata kerja yang jelas (tidak menimbulkan penafsiran ganda), dapat dikerjakan (peserta didik dapat melakukannya) dan terukur (dapat dinilai hasilnya baik secara tertulis, lisan maupun bentuk hasil kerja peserta didik lainnya. (5) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Tujuan pembelajaran di RPP dijenjangkan sesuai dengan tingkat an kelas. 2) Guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir. (1) Bahan ajar disusun dari yang sederhana ke kompleks, mudah ke sulit dan/atau konkrit ke abstrak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Bahan ajar disusun dari yang sederhana ke kompleks, mudah ke sulit dan/atau konkrit ke abstrak sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  • 48. 48 (2) Keluasan dan kedalaman bahan ajar disusun dengan memperhatikan potensi peserta didik (termasuk yang cepat dan lambat,motivasi tinggi dan rendah). Keluasan dan kedalaman bahan ajar disusun dengan memperhatikan potensi peserta didik, misalnya peserta didik yang belajarnya cepat atau lambat, peserta didik yang memiliki motivasi tinggi dan rendah. (3) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. (4) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan danperkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan ajar dirancang dengan menggunakan sumber yang bervariasi atau guru mengajar tidak hanya menggunakan buku pegangan peserta didik tetapi juga sumber-sumber lain yang relevan 3) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif (1) Strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai / kompetensi harus dikuasai peserta didik. Strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai / kompetensi harus dikuasai peserta didik. (2) Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih dapat memudahkan pemahaman peserta didik. Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih dapat memudahkan pemahaman peserta didik. (3) Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan
  • 49. 49 psikomotor peserta didik. Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. (4) Setiap tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik. Setiap tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik. 4) Guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran (1) Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai (misalnya buku, modul untuk kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer untuk kompetensi keterampilan). Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih (misalnya buku, modul untuk kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer untuk kompetensi keterampilan) dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. (2) Sumber belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang dipilih dapat memudahkan pemahaman peserta didik (misalnya lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung matematika, lampu senter, globe, dan bola untuk mengilustrasikan proses terjadinya gerhana). Sumber belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang dipilih dapat memudahkan pemahaman peserta didik (misalnya lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung matematika, lampu senter, globe, dan bola untuk mengilustrasikan proses terjadinya gerhana).
  • 50. 50 (3) Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran yang Aktif dan Efektif 1) Kemampuan Memulai Pembelajaran yang Efektif Membuka Proses Pembelajaran (1) Melakukan apersepsi mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman atau pembelajaran sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan pertanyaan menantang, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran. (2) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam rencana kegiatan menyampaikan kemampuan yang akan dicapai dengan bahasa peserta didik, misalnya dengan mengatakan bahwa setelah pembelajaran selesai siswa dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab gempa bumi. Rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi. 2) Penguasaan Materi Pelajaran (1) Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan pembelajaran materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam RPP. (2) Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata, materi yang disampaikan dikaitkan dengan bidang studi lainnya,
  • 51. 51 misalnya mengaitkan aristmatik (operasi bilangan) dengan IPS (transaksi ekonomi). (3) Tingkat ketepatan pembahasan dengan materi pembelajaran,. materi ajar sesuai dengan topik yang dibahas. (4) Kemampuan menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak) materi disampaikan secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak). 3) Pendekatan/Strategi pembelajaran (1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Materi, strategi dan kegiatan belajar sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (kognitif, psikomotor, dan afektif). (2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut Materi disajikan sistematis dengan menggunakan stragi pembelajaran yang tepat. Perhatian peserta didik terfokus pada belajar, disiplin kelas terpelihara, dan kelas terkendali. (3) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual materi ajar disampaikan sesuai dengan kondisi kehidupan nyata dan memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. (4) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect). Kegiatan belajar dapat mendorong kebiasaan peserta didik untuk bekerjasama, saling menghargai, bertanggung-jawab berpikir kritis, dsb. (5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Pembelajaran dimulai dan diakhiri sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.
  • 52. 52 4) Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran (1) Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran. Guru terampil memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar lainnya serta dapat menggunakan media pembelajaran (alat laboratorium, TIK, media lainnya) untuk mencapai target sesuai dengan alokasi waktu. (2) Menghasilkan pesan yang menarik.Media yang digunakan dapat menusatkan perhatian peserta didik, sehingga pesan dapat ditangkap dengan jelas. (3) Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran. Peserta didik dilibatkan dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran. 5) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa (1) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, sumber belajar. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan mendorong interaksi aktif antara guru dengan peserta didik antar peserta didik secara mental, emosional, maupun fisik. (2) Merespon positif partisipasi siswa.Guru merespon positif terhadap aktifitas peserta didik (misalnya memberikan pujian, meminta peserta didik lain untuk menanggapi peserta didik lain, menegur yang melanggar disipilin tanpa harus merendah harga diri yang ditegur, dsb). (3) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa.Guru menghargai pendapat peserta didik, mengakui kebenaran dan mengakui keterbatasan diri peserta didik.
  • 53. 53 (4) Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. Menunjukkan sikap ramah, luwes, hangat, sopan, menghargai keragaman budaya dan latar belakang peserta didik. (5) Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar. Suasana belajar yang menyenang dan menarik. 6) Penggunaan bahasa (1) Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar bahasa lisan yang digunakan guru mudah,jelas dan tidak menimbulkan salah tafsir serta dapat dimengerti oleh peserta didik sesuai tingkat perkembangannya. (2) Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar bahasa tulisan (misalnya RKS, soal, modul, dsb) yang digunakan memenuhi kaidah bahasa yang benar, mudah,jelas dan tidak menimbulkan salah tafsir serta dapat dimengerti oleh peserta didik sesuai tingkat perkembangannyaa. (3) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai informasi disampaikan dengan ekspresi wajah, intonasi suara, gerak tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan. 7) Kemampuan Mengakhiri Pembelajaran yang Efektif (1) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa guru mengajak siswa mengingat kembali hal-hal penting yang sudah terjadi dalam kegiatan belajar (misalnya mengajukan pertanyaan tentang proses, materi dan kejadian lainnya) dan menfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman. (2) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
  • 54. 54 c. Penilaian Pembelajaran 1) Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik (1) Kesesuaian teknik dan jenis penilaian (tes lisan, tes tertulis, tes perbuatan) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Apakah jenis dan teknik penilai yang direncanakan dalam RPP sesai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. (2) Alat tes dirancang untuk dapat mengukur kemajuan belajar peserta didik dari aspek kognitif, afektif dan/atau psikomotorik. Apakah alat tes yang dikembangkan dapat mengukur kemajuan belajar peserta didik dari berbagai aspek kognitif, psikomotor dan afektif. (3) Rancangan penilaian portofolio peserta didik minimal 1 kali per semester apakah guru merancang penilaian portofolio dalam bentuk pemberian tugas terstruktur (misalnya menulis resensi buku, membuat laporan kerja lapangan/studi banding, penelitian kecil, tugas proyek, dsb). (4) Hasil analisis penilaian sebelumnya (UH, UAS, UN) digunakan untuk keperluan program perbaikan (remedial, pengayaan, dan/atau menyempurnakan rancangan dan/atau pelaksanaan pembelajaran). Apakah guru melakukan analisis hasil penilaian (lihat hasil analisisnya) dan menggunakannya untuk penyempurnaan rancangan dan/atau pelaksanaan pembelajaran. 2) Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP.
  • 55. 55 (1) Menggunakan teknik penilaian otentik (kuis, pertanyaan lisan, pemberian tugas, dsb.) untuk memantau kemajuan belajar peserta didik. apakah selama proses pembelajaran guru melaksanakan aktifitas penilaian proses untuk mengukur kemajuan belajar dengan menggunakan berbagai teknik penilaian (misalnya kuis, pertanyaan lisan, pemberian tugas, dsb). (2) Menggunakan teknik penilaian (ulangan harian, tengah semester, dan ulangan semester) disusun untuk mengukur hasil belajar peserta didik dalam aspek kognitif, afektif dan/atau psikomotor. Apakah diakhir pembelajaran guru melaksanakan aktifitas penilaian berkala untuk mengukur hasil belajar dengan menggunakan berbagai teknik penilaian (misalnya ulangan harian, tengah semester, dan ulangan semester). (3) Menerapkan penilaian portofolio dalam bentuk tugas terstruktur. Apakah guru melaksanakan penilaian portofolio peserta didik yang dibuktikan dengan hasil tugas-tugas terstruktur (misalnya resensi buku, laporan kerja lapangan/studi banding, laporan pelaksanaan penelitian kecil, laporan tugas proyek, dsb). (4) Menggunakan alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi ajar sebagaimana disusun dalam RPP. Apakah alat dan teknik pelaksanaan penilaian tersebut di atas sesuai dengan materi dan dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. 3) Guru memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya
  • 56. 56 (1) Menggunakan hasil analisis penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang mudah, sedang dan sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan. napakah guru melakukan dan memiliki hasil analisis penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang mudah, sedang dan sulit untuk kegiatan remedial dan pengayaan. (2) Menggunakan hasil penilaian untuk menyempurnakan rancangan dan/atau pelaksanaan pembelajaran. Apakah hasil penilaian digunakan guru dalam penyempurnakan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran (diskusikan dan minta guru menjelaskannya dengan menggunakan RPP). (3) Melaporkan kemajuan dan hasil belajar peserta didik kepada orang tua, teman guru dan bagi peserta didik sebagai refleksi belajarnya apakah guru memiliki catatan kemajuan dan hasil belajar peserta didik dan catatan hasil diskusiorang tua dan teman sejawat. Guru juga mengembalikan hasil hasil penilaian yang telah diberikan komentar kepada peserta didik sebagai refleksi (dapat dilakukan melalui wawancara dengan peserta didik, orang tua, dan teman sejawat serta menunjukkan hasil tes yang telah dikoreksi dan diberikan komentar). (4) Memanfaatkan hasil penilaian secara efektif untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, tantangan dan masalah potensial untuk peningkatan keprofesian dalam menunjang proses pembelajaran guru dapat membuktikan kegiatan pengembangan keprofesian yang telah diikutinya didasarkan pada hasil penilaian belajar peserta didik.
  • 57. 57 D. Konsep Hasil Belajar 1. Hasil Belajar Hasil Belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Ali Muhammad, (2004 : 14) belajar adalah:”perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya." Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) hasil belajar adalah:” merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar”. Menurut (Ahmadi 1984:35 dalam http://wawan-junaidi.blogspot. com/2011/02/hasil-belajar.html) bahwa:“Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”. Menurut (Hamalik 2006:122) hasil belajar adalah:” Suatu bentuk perubahan atau pertumbuhan dalam diri siswa yang dinyatakan dalam cara berprilaku baru berkat pengelaman dan latihan. Prilaku ini dapat berupa pengertian, sikap, penghargaan, kecakapan dan lain sebagainya”. Menurut pendapat Suryabrata (2000:54), bahwa:”hasil belajar merupakan hasil evaluasi dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, yang harus dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya rapor”. Dari uraian tersebut tampak bahwa hasil belajar merupakan derajat keberhasilan seorang siswa dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang berbentuk angka-angka kuantitatif yang tercantum dalam rapor. Hasil belajar pada dasarnya perubahan kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar pada diri seseorang