SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
ilmu keperawatan 
Senin, 04 Juni 2012 
asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Bencana yang tidak habis-habisnya, baik oleh karena manusia maupun karena kejadian alam 
merupakan sumber stressor yang berat yang data mengakibatkan terjadinya berbagai masalah 
kesehatan jiwa masyarakat, baik yang ringan sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa yang 
ringan berupa masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi pada orang 
yang mengalami bencana. Bahkan keadaan yang lebih berat seperti depresi dan psikosis dapat 
terjadi jika orang yang mengalami masalah psikososial tidak ditangani dengan baik (Keliat dkk, 
2007). 
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil 
riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga 
diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh 
orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk 
dan resiko terjadi harga diri rendah (Rusniati 2008). 
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri 
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara 
situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan 
dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep diri 
sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun 
psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah 
hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui 
dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan 
individu dalam membina hubungan interpersonal. Meskipun konsep diri tidak langsung ada,
begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan 
perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. selain itu 
konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang 
lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk 
persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman 
akan situasi tertentu. Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui 
rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari 
beberapa bagian, yaitu: gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas 
(Rusniati, 2008). 
Penanganan kesehatan jiwa secara cepat dan tepat memungkinkan hasil yang baik. 
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan normal (25 %) dan kemandirian (25%) akan 
mencapai jka pasien gangguan jiwa ditangani dengan benar. Dengan fakta seperti ini, bahkan 
produktivitas pasien gangguan jiwa masih dapat diharapkan. Direktorat Kesehatan Jiwa 
Masyarakat ( 2005) dilanjutkan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (2006) Departemen Kesehatan 
Republik Indonesia menetapkan tatanan pelayanan kesehatan jiwa tersebut dalam bentuk 
piramida. Piramida pelayanan kesehatan tersebut menjabarkan, pelayanan kesehatan bersifat 
berkesinambungan darai komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya.Pelayanan kesehatan jiwa 
dimulai di masyarakat dalam bentuk pelayanan mandiri oleh pasien dan keluarganya. Pelayanan 
lanjutan berikutnya adalah puskesmas, rumah sakit umum, dan yang paling tinggi adalah 
pelayanan di rumah sakit jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk kesehatan jiwa (Keliat 
dkk, 2007). 
Upaya mewujudkan kesinambungan pelayanan kesehatan jiwa telah imulai di Indonesia 
yaitu di NAD, dan Nias daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang 
lalu. Benruk pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Community 
Mental Health Nursing/ CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa komunitas diberikan oleh perawat 
puskesmas yang mendapat pelatihan BC-CMHN (Basic Course of Community Mental Health 
Nursing. Dengan keberhasilan program CMHN, pasien yang tidak tertangani di masyarakat 
diharapkan akan irujik ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik an 
spesialistik. Tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat telah dikembangkan dengan baik 
(Keliat dkk, 2007).
B. Rumusan Masalah 
Dari latar belakang yang telah di jabarkan di atas, maka terdapat banyak masalah yang muncul 
terutama dalam perawatan pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah. Dalam hali ini 
klien merasa harga dirinya hilang, merasa kecewa, adanya kegagalan dan ketidak berdayaan. 
C. Tujuan 
Tujuan penulisan ini dibedakan menjadi dua yaitu : 
a. Tujuan Umum 
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa sebagai suatu milik 
masyarakat yang berharga. 
2. Membantu masyarakat agar mampu memprakarsai atau berupaya dalam kegiatan 
kesehatan jiwa baik secara perorangan maupun berkelompok. 
3. Meningkatkan penggunaan sarana pelayanan kesehatan jiwa yang tersedia. 
b. Tujuan Khusus 
1. Meningkatkan pengetahuan klien tentang berbagai gangguan dan penyakit jiwa dalam klien. 
2. Mendorong partisipasi aktif klien dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan 
jiwa. 
3. Menciptakan nilai dan norma sosial yang menunjang upaya untuk meningkatkan kondisi 
dan kegiatan kesehatan jiwa. 
D. Manfaat 
1. Manfaat Teoritis 
Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu 
keperawatan khususnya keperawatan komunitas terutama jiwa di masyarakat yang 
berhubungan gangguan jiwa dengan harga diri rendah 
2. Manfaat Praktis 
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat dan pendidik mengenai faktor-faktor 
yang mempengaruhi gangguan jiwa dengan harga diri rendah.
BAB II 
TINJAUAN TEORI 
A. Pengertian Harga Diri Rendah 
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan renah diri yang 
berkepanjangan akibat evaluasi negarif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk, 
2007). Harga diri juga dapat didefinisikan sebagai kondisi menolak dirinya sebagai sesuatu yang 
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. 
B. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah 
Tanda dan gejala dari harga diri antara lain: 
1. Mengkritik diri sendiri. 
2. Perasaan tidak mampu. 
3. Pandangan hidup yang pesimis 
4. Penurunan produktivitas. 
5. Penolakan terhadap kemampuan diri. 
Selain tanda dan gejala tersebut, pada pasien dengan harga diri rendah dapat diamati dari 
penampilan seseorang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, 
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara 
lambat dengan nada suara lemah. 
C. Diagnosa Keperawatan 
Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan 
fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka dapat dirumuskan diagnose keperawatan gangguan 
konsep diri: harga diri rendah. 
D. Tindakan Keperawatan 
Setelah menegakan diagnosa keperawatan, beberapa tindakan keperawatan yang dapat di 
lakukan baik pada pasien dan keluarganya antara lain sebagai berikut:
1. Tindakan keperawatan pada pasien 
a. Tujuan keperawatan 
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 
2) Pasien dapat menilai kemempuan yang dapat dilakukan. 
3) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan. 
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan. 
5) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal. 
b. Tindakan keperawatan 
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untik membantu pasien 
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, dengan melakukan hal-hal 
berikut ini: 
a) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan 
pasien di rumah sakit, dan di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien. 
b) Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negatif 
2) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut: 
a) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat dilakukan saat ini. 
b) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan 
pasien. 
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif. 
3) Membantu pasien untuk memilih atau menetapkan kemempuan yang akan dilatih. Tindakan 
keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 
a) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan diplih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan 
sehari-hari. 
b) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau dengan 
bantuan minimal. 
4) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut: 
a) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan keiatan. 
b) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang di tetapkan. 
c) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien. 
5) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih. 
a) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih.
b) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari. 
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan. 
d) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. 
e) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. 
2. Tindakan keperawatan pada keluarga 
a. Tujuan keperawatan 
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien 
2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien. 
3) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dilatih dan 
memberikan pujian atas keberhasilan pasien. 
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien. 
b. Tindakan keperawatan 
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. 
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien 
3) Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang imiliki pasien dan puji pasien atas 
kemampuannya. 
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah. 
5) Demonstrasikan cara merawat pasien harga diri rendah. 
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat pasien harga diri rendah 
seperti yang telah di demonstrasikan sebelumnya. 
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah. 
3. Terapi aktivitas kelompok 
Terapi aktivitas kelompok untu k pasien harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok 
stimulasipersepsi yang terdiri dari dua hal berikut: 
a. Sesi 1; mengidentifikasi hal positif diri 
b. Sesi 2; melatih positih pada diri. 
E. Evaluasi Keperawatan 
Setelah tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien harga diri rendah 
dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat pasien harga diri rendah.
BAB III 
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA MASYARAKAT 
A. Pengkajian Keperawatan 
1.Data Inti (Core) 
a. Riwayat 
1) Usia penderita: 
a) Anak : 15 – 20 tahun 
b) Orang tua : 32 tahun
2) Jenis ganguan jiwa yang pernah diderita: gangguan konsep diri: harga diri rendah, memandang 
dirinya tidak sebaik teman-temannya di sekolah. 
3) Riwayat trauma : takut yang berlebihan 
4) Konflik : penganiayaan 
b. Demografi 
1) Vital statistik: 
Kelurahan Patimuan terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap. Kelurahan Patimuan 
berbatasan langsung dengan 4 Kelurahan. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan 
purwodadi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan cinyawang, sebelah timur berbatasan 
dengan Kelurahan sidamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Maos. Kelurahan 
Patimuan terdapat 5 RW, dan setiap RW ada 5 RT, dan setiap RT terdapat 28 Kepala Keluarga. 
2) Agama : Islam 
3) Budaya : Jawa 
2. Data Delapan subsistem 
a. Lingkungan fisik 
Kualitas udara di Kelurahan Patimuan cukup bersih tidak ada polusi udara, karena 
Kelurahan tersebut masih banyak terdapat pohon-pohon rindang. Di Kelurahan Patimuan untuk 
memenuhi kebutuhan sehari-hari memakai air sumur jadi selama pohon-pohon itu masih mampu 
menampung air, ketersediaan air bersih akan terpenuhi. 
Tingkat kebisingan di Kelurahan Patimuan masih diambang batas normal, karena di 
Kelurahan tersebut tidak terdapat pabrik ataupun industri. Selain itu kendaraan bermotor yang 
bisa menjadi sumber kebisingan juga jarang berlalu-lalang di Kelurahan tersebut, karena warga 
di Kelurahan Patimuan lebih banyak menggunakan sepeda untuk beraktifitas sehari-hari. 
Jarak antar rumah di Kelurahan Patimuan sangan dekat, hampir tak ada pagar pembatas 
untuk tiap-tiap rumah. Kepadatan penduduk di Kelurahan Patimuan sangat padat. Faktor 
pengganggu seperti hewan buas ataupun hewan pemangsa tidak ada. 
Sebagian besar pendidikan warga masyarakat Kelurahan Patimuan lulusan SD, urutan 
yang kedua lulusan SMP dan sisanya lulusan SMA. Untuk yang sekolah sampai sarjana masih 
bisa di hitung dengan jari. Sarana pendidikan belum begitu terpenuhi, apalagi terkait sarana
pendidikan jiwa, belum ada. Terkait sarana pendidikan formal terdapat 5 SD di Kelurahan 
Patimuan, untuk sekolah SMP ada satu dan SMA juga ada satu. 
b. Keamanan & transportasi 
Petugas keamanan di Kelurahan Patimuan sistemnya digilir. Jadi setiap malam ronda yang 
terpusat di pos kamling kemudian keliling Kelurahan, untuk pembagian jadwalnya diatur oleh 
penanggung jawab keamanan di Kelurahan tersebut. Setiap malam ada 2 orang yang bertugas. 
Sarana tranportasi yang biasa digunakan adalah sepeda “onthel” dan sebagian kecil 
menggunakan motor sebagai alat transportasinya. Tidak jarang orang bepergian ke kota harus 
jalan kaki dahulu keluar Kelurahan, setelah itu naik angkot atau kendaraan umum lainnya. Untuk 
keamanan transportasi sendiri masih terjaga, selain karena ada jadwal pos kamling setiap malam, 
warga Kelurahan Patimuan orangnya lebih bangga dengan barang-barangnya sendiri. Jadi untuk 
situasi keamanan lingkungan masih terjaga. Tidak ada pencurian, perampokan, perkosaan 
apalagi perkelahian antar warga. Kelurahan Patimuan walaupun sebagian besar tingkat 
penghasilan warganya tergolong menengah kebawah, namun mereka bangga dengan hasil yang 
halal, untuk pencurian atau perampokan jarang terjadi. 
Keamanan di jalan bisa dipastikan kurang terpenuhi, selain karena jalannya apabila hujan 
licin, dan apabila musim kemarau berdebu. Jadi untuk keamanan di jalan kurang terjaga, masih 
ada yang terjatuh gara-gara selip ataupun senggolan karena sempitnya gang masuk di Kelurahan 
tersebut. 
c. Petugas di jalan raya 
Petugas dijalan raya di dekat Kelurahan Patimuan sudah bekerja seoptimal mungkin. 
Kecelakaan juga jarang terjadi, karena polisi yang bertugas di lalu lintas mewajibkan setiap 
pengendara sepeda motor memakai helm, dan untuk pengendara mobil wajib memakai sabuk 
pengaman. Jadi walaupun di jalan raya ramai dengan kendaraan, kecelakaan bisa di minimalisir. 
Antara Kelurahan Patimuan dengan Kelurahan sebelah dihubungkan dengan jembatan 
penyeberangan. Jembatan tersebut terbuat dari bahan bangunan. Jadi untuk keamanan sudah 
terpenuhi. Tidak ikut hanyut terbawa sungai, kalaupun itu hujan deras. 
d. Politik & pemerintahan
Pemerintah daerah (Pemda) setempat kurang tanggap dengan kejadian gangguan jiwa di 
masyarakat. Pemda masih fokus dengan masalah-masalah yang sifatnya medis, misalnya demam 
berdarah, diare, kusta, terkait program imunisasi lengkap. Gangguan jiwa masyarakat belum 
mendapatkan perhatian khusus. Skrining warga dengan gangguan jiwa juga belum pernah 
dilakukan. Aturan pemda tentang jiwa di masyarakat sudah ada, tetapi dalam prakteknya 
keluarga pasien yang berinisiatif membawanya berobat ke pelayanan pengobatan terkait. 
Perlindungan warga dari pasien jiwa juga kurang optimal. Stigma negatif untuk orang dengan 
gangguan jiwa masih melekat dalam kehidupan warga Kelurahan Patimuan. 
Situasi politik di Kelurahan Patimuan juga kurang terlihat. Pemerintah setempat lebih 
tertarik membiayai pemenuhan sarana dan prasarana di Kelurahan Patimuan, bukan tertarik di 
kesehatannya, lebih-lebih tertarik dengan kesehatan jiwa masyarakat. Jadi pengaruhnya dengan 
jiwa masyarakat tidak terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin meningkatnya 
kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal. Yang seperti itu kurang mendapatkan perhatian 
dari pemerintah setempat. 
e. Pelayanan umum dan kesehatan 
Akses pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat kurang terjangkau. Ada puskesmas 
pembantu di Kelurahan Patimuan itupun melayani penyakit yang umum dimasyarakat seperti flu, 
batuk, dan panas. Puskesmas di Kecamatan harus menempuh jarak 10 km untuk mengakses 
pelayanan kesehatan tersebut. Kalau mau ke rumah sakit harus menempuh jarak +/- 20 km. 
Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan adalah belum begitu berpengaruh dengan 
masih tingginya tingkat stress warga di Kelurahan Patimuan. Pelayanan yang biasanya dilakukan 
adalah memberikan penyuluhan sederhana terkait steres dan dampaknya jangka panjang. 
Dampak pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa masyarakat bisa diminimalisir untuk kejadian 
gannguan jiwa, apalagi yang sampai mengamuk ataupun merusak prasarana Kelurahan. Jadi 
deteksi dini jiwa msyarakat perlu dioptimalkan lagi oleh petugas pelayanan kesehatan terutama 
kita sebagai perawat. Tidak menungga ada kasus, tetapi kita harus peka dengan kejadian 
walaupun itu baru stress masyarakat. 
Jenis pelayanan umum untuk masyarakat adalah kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, 
pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit umum, seperti flu, batuk, panas. Untuk 
penyakit yang serius akan di rujuk di rumah sakit terdekat.
f. Komunikasi 
Komunikasi yang digunakan di wilayah kelurahan Patimuan adalah musyawarah yang 
dilakukan antar warga dan pejabat kelurahan, serta setiap informasi yang ada sering dilakukan 
melalui masjid yang ada. Media komunikasi yang ada di masyarakat Patimuan cukup di mengerti 
oleh warga, namun terhadap kesehatan jiwa belum begitu berdampak karena masih sedikit media 
yang menjelaskan mengenai kesehatan jiwa. 
g. Ekonomi 
Kondisi ekonomi yang sedang sulit di sebagian keluarga di kelurahan Patimuan, maka 
kesejahteraan masyarakatnya masih rendah. Karena kesejahteraaan ekonomi yang rendah, maka 
ada sebagian keluarga yang mengalami sedikit gangguan jiwa seperti seringnya marah-marah 
pada anak sehingga anak mengalami gangguan konsep diri. Peluang penghasilan tambahan 
masyarakat di kelurahan Patimuan ke banyakan warganya adalah petani, namun karena musim 
yang sedang mendukung ada juga sebagian warga menggunakan kendaraan sepeda motornya 
untuk mengojeg, dan ada ibu-ibu yang berdagang di depan rumahnya. 
Kepadatan kerja masyarakat dan dampak terhadap kesehatan jiwa masyarakat. Karena 
kebanyakan warga hanya petani, pada saat musim tidak mendukung untuk bertani maka sebagian 
warga beralih ke pekerjaan yang sama seperti mengojeg, sehingga menyebabkan saingan dan 
juga pendapatan yang kurang maka para orang tua sering marah pada anaknya sebagai 
pelampiasan kekesalannya terhaap kondisi ekonomi. 
h. Rekreasi 
Sarana rekreasi yang sering digunakan oleh warga yang ada di kelurahan Patimuan adalah 
bermain bersama di lapangan bola setiap sore, dan sering berkumpul mengobrol di lingkungan 
rumah. Warga yang ada di kelurahan Patimuan biasanya melakukan rekreasi di lapangan pada 
sore hari dan banyak yang berkumpul di lingkungan rumah pada saat malam sehabis magrib. 
Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi yang ada cukup memberikan 
dampak positif pada warga, karena semakin terjalinnya kebersamaan dan rasa peduli antar warga 
dan sering berdiskusi untuk mengatasi masalah ekonomi yang sulit sehinga kondisi emosional 
sebagian warga yang sering marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada saat 
berkumpul di lingkungan rumah.
B. Diagnosa Keperawatan 
Harga diri rendah situasional pada remaja di kelurahan Patimuan berhubungan dengan Gangguan 
gambaran diri yang dimanifestasikan dengan Akibat dimarahi dan diperlakukan kasar sama 
orang tua. 
C. Perencanan 
1. Tujuan Jangka Panjang 
Koping komunitas di kelurahan Patimuan menjadi efektif dalam menjalani masalah. 
2. Tujuan Jangka Pendek 
a. Orangtua di Kelurahan Patimuan dapat mengatasi Stres. 
b. Tidak terjadi Kekerasan pada remaja di kelurahan Patimuan. 
c. Remaja di Kelurahan Patimuan tidak lagi takut dengan orangtuanya. 
d. Percaya Diri paa remaja di kelurahan Patimuan meningkat. 
e. Kedekatan orang tua dan remaja menjadi lebih baik.
D. Tindakan 
Dx Tujuan Umum Tujuan Khusus Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Dx. I Setelah dilakukan 
tindakan keperawatan 
selama 3 minggu 
diharapkan orangtua di 
Kelurahan Patimuan 
bisa melakukan 
tindakan koping yang 
efektif. 
Setelah dilakukan 
tindakan 
keperawatan selama 
1 minggu : 
Warga Kelurahan 
Patimuan dapat 
membentuk 
kelompok kerja 
kesehatan jiwa di 
desa dan kelompok 
pendukung . 
Proses 
kelompok 
1. Pembentukan kelompok 
1. Kader kesehatan 
2. Tokoh 
kerja kesehatan jiwa di desa 
2. Pembentukan kelompok 
pendukung seperti 
kelompok pengajian, 
kelompok diskusi kesehatan 
jiwa. 
masyarakat 
3. Mahasiswa 
4. Materi tentang 
kesehatan jiwa 
Aula Kelurahan 
Patimuan 
Setiap minggu, 
dilakukan kali/ Setelah dilakukan 
tindakan 
keperawatan selama 
2 minggu warga 
kelurahan patimuan 
dapat melakukan 
demonstrasi tentang 
bagaimana cara 
menyelesaikan suatu 
masalah yang baik. 
Pedidikan 
kesehatan Jiwa 
melalui Formasi 
kepemimpinan 
1. Latihan kepemimpinan 
(mengadakan training 
motivasi) 
2. Edukasi (penyuluhan 
tentang bagaimana cara 
memecahkan masalah) 
1. kader kesehatan 
2. tokoh 
masyarakat 
3. Tokoh Agama 
4. mahasiswa 
5. materi tentang 
kesehatan jiwa 
Aula Kelurahan 
Patimuan 
Setiap minggu, 
dilakukan kali/ Setelah dilakukan 
tindakan 
keperawatan selama 
3 minggu warga 
kelurahan patimuan 
dapat melakukan 
studi kasus tentang 
masalah yang sering 
dihadapi 
Pemberdayaan 
dan kemitraan 
1. Pembinaan keluarga sehat 
1. kader kesehatan 
2. tokoh 
dan anggota keluarga resiko 
gangguan jiwa membahas 
kasus terkait manajemen 
stress dan di diskusikan. 
2. Pembinaan kelompok dan 
masyarakat melalui 
kunjungan Perawat 
Puskesmas/Komunitas 
3. Kerjasama LP dengan 
Dinas Kesehatan 
Kabupaten berupa 
pengadaan kegiatan rutin 
Life Skill Education dan LS 
berupa pelatihan 
kewirausaan dari Dinas 
Perikanan. 
masyarakat 
3. mahasiswa 
4. materi tentang 
kesehatan jiwa 
Aula Kelurahan 
Patimuan 
Setiap minggu, 
dilakukan kali/ Setelah dilakukan 
tindakan 
keperawatan selama 
4 minggu warga 
kelurahan patimuan 
dapat melakukan 
studi kasus tentang 
masalah yang sering 
dihadapi 
Intervensi 
profesional 
1. Terapi modalitas 
keperawatan berupa 
pemberian teknik relaksasi 
nafas dalam. 
2. Terapi komplementer 
berupa manajemen stress 
3. Pemberian bimbingan 
keagamaan (spiritual) 
1. Perawat 
2. Tokoh 
masyarakat 
3. Tokoh agama 
4. Mahasiswa 
Aula 
KelurahanPatimuan 
Setiap sekali/
Diposkan oleh wahyu Teten di 10.32 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 
Tidak ada komentar: 
Poskan Komentar 
Posting Lebih Baru Beranda 
Langganan: Poskan Komentar (Atom) 
Arsip Blog 
 ▼ 2012 (5) 
o ▼ Juni (5) 
 terapi moadalitas 
 askep neuroma akustik 
 asuhan keperawatan otalgia 
 asuhan keperawatan komunitas kelompok balita di ma... 
 asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat 
Mengenai Saya 
wahyu Teten 
Lihat profil lengkapku
Trend Kesehatan Jiwa di Masyarakat 
Posted by admin on December 11th, 2012 06:01 AM | Maqoola 
oleh: CATUR BUDI R 
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang 
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan No 23 Th. 1992). Menilik dari 
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang dikatakan sehat bila dicapai keadaan 
sejahtera dari tiga aspek tersebut, bukan hanya fisik tetapi juga mental. Apalah artinya 
mempunyai kondisi fisik yang sehat, tetapi punya gangguan pada fungsi mentalnya maka jelas 
akan menurunkan kualitas hidup orang tersebut. Seiring dengan makin meningkatnya persaingan 
global, akan berimbas kepada meningkatnya tekanan hidup manusia yang bilamana pertahanan 
mental individunya lemah akan sangat beresiko mengalami gangguan jiwa baik ringan, sedang 
maupun berat. 
Survey tentang klien gangguan jiwa tercatat 44,6 orang per 1000 penduduk di Indonesia 
mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Angka rasio ini melebihi batas yang 
ditetapkan WHO atau badan kesehatan dunia, yang hanya 1-3 orang per 1000 penuduk. Padahal 
data tahun 1980-an klien skizofrenia di Indonesia hanya 1-2 orang tiap 1000 penduduk. Sebagai 
contoh data yang diambil dari ruang Instalasi Kesehatan Jiwa di RSUD Banyumas pada tahun 
2010 menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa sekitar 1424 pasien. Lebih ironisnya lagi usia 
yang didapat pada penderita gangguan jiwa kebanyakan adalah usia-usia produktif yaitu sekitar 
18-40 tahun. Situasi ini diperparah dengan stigma masyarakat yang masih memandang sebelah 
mata pada para pengidap gangguam jiwa, bahkan banyak penderita yang dipasung dan 
dikucilkan dari pergaulan. 
Trend yang berkembang di dalam masyarakat adalah menganggap orang-orang yang mengalami 
gangguan jiwa selalu dikucilkan dan tidak lagi diorangkan atau dianggap sampah oleh 
masyarakat sekitar, anggapan ini justru menjadikan orang tersebut semakin terabaikan padahal 
orang-orang tersebut membutuhkan perhatian yang lebih terutama dari keluarga dan lingkungan, 
bahkan dari kalangan yang berkecukupan lebih memilih menitipkan di panti-panti rehabilitasi 
mental berbulan-bulan daripada dirawat di rumah setelah kondisinya membaik dikarenakan malu 
punya keluarga yang mengidap penyakit gangguan jiwa. Trend yang melekat pada masyarakat 
luas biasanya identik dengan pengaruh makhluk halus yang merupakan salah satu penyebab dari 
gangguan jiwa, apabila dengan pengetahuan yang seperti itu justru terkadang dapat menjadikan
lebih parah penyakitnya tanpa penanganan yang tepat. Apalagi sekarang banyak orang dalam 
usisa produktif yang justru mengalami gangguan jiwa dikarenaan ketidaksiapan mental dan 
rohani yang menjadikan mereka mudah sekali terkena gangguan jiwa , misalnya saja mereka 
mudah putus asa dan tidak bisa mengontrol emosinya sehingga lebih mudah melakukan hal-hal 
yang diluar kewajaran seperti bunuh diri, mengkonsumsi narkoba akibat depresi tidak bisa 
menghadapi masalahnya atau kopingnya tidak efektif, kita sebagai warga Shiddiqiyyah juga 
harus peduli dikarenakan pemuda merupakan generasi penerus bangsa, bagaimana jadinya 
keadaan negara tercinta ini jika diisi oleh orang-orang yang seperti itu, justru akan menambah 
carut marut negara ini….selengkapnya simak Alkautsar edisi 67 
Penulis adalah PERAWAT INSTALASI KESEHATAN JIWA TERPADU RSUD 
BANYUMAS/085742202156/082327694444
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via 
praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk 
membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan 
pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat 
diterima oleh keluarga, maka perawat : – Harus mengerti, memahami tipe dan struktur 
keluarga – Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. – Perlu 
paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya Pengkajian 
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya. 
Pasangan baru (Keluarga baru menikah): 
Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk : 
1. Keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. 
2. Mempersiapkan keluarga yang baru. 
3. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari 
4. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. 
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah karena 
adanya ikatan hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi, 
memiliki peran masing masing dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya 
(Bailon & Maglaya). 
Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via 
praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk 
membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan 
pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat 
diterima oleh keluarga, maka perawat : 
1. Harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga. 
2. Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. 
3. Perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas 
perkembangannya 
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi 
tugas perkembangnya.Tahun-tahun pertama menikah merupakan tahun-tahun 
adaptasi. Itu pendapat para pengamat dan komentator soal pernikahan dan keluarga. 
Orang umum menganggapnya sebagai masa bulan madu, menandakan romatisme, 
kesan akan manisnya hari-hari yang akan dilalui.
B. Tujuan 
1. Tujuan Umum 
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru menikah 
2. Tujuan Khusus 
Untuk mengetahui pengertian kelurga pasangan baru menikah, tugas 
perkembangan 
keluarga pasangan baru menikah, pengkajian dan masalah pada keluarga 
pasangan baru 
menikah.
BAB II 
PEMBAHASAN 
Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB 
A. Pengertian 
Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu 
dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri 
dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan 
oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, 
tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka 
sebagai sebuah keluarga. 
Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang 
komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan 
kebersamaan dan keintiman”. 
Hariyanto, 2005. keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang 
disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang 
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. 
Friedman 1998, Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg 
keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing. 
Sedangkan Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan 
membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. 
B. Tahap – tahap psangan baru menikah 
 
Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga 
via 
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. 
Mempersiapkan 
keluarga yang baru. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari Belajar 
hidup 
bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Anggota dari 
tiga 
keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri. Masing-masing 
menghadapi 
perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai membina hubungan baru 
dengan keluarga 
dan kelompok social pasangan 
 
Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak 
dan jumlah 
yang diharapkan
C. Masalah yang biasa dilakukan oleh pasangan baru menikah 
 
Tidak menghadapi masalah utang 
Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah 
masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, 
maka ada baiknya Anda mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan 
Anda, toh ia adalah pasangan Anda, tak ada yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu 
dihadapi bersama. Kemudian, cobalah berhitung dan rencanakan keuangan Anda untuk 
ke depannya. Jika perlu, temui ahli perencana keuangan. 
 
Mengasingkan diri dari pertemanan 
Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan 
mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang berkumpul, 
pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi bersama 
mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena Anda tidak ikut-ikutan flirting 
bersama pria di klub bukan berarti Anda tidak bisa menjadi teman yang suportif. 
 
Tidak cukup seks 
Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei 
mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyak, sibuk, 
tentunya. Namun, itu bukan alasan yang cukup untuk memadu kasih di atas ranjang 
bersama pasangan Anda, kan? Cobalah untuk menginisiasikan acara berhubungan 
intim dengan pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat jadwalnya. Jika Anda mulai terbiasa 
untuk melakukannya, maka Anda akan makin menginginkannya, tak tertutup 
kemungkinan akan makin menyukainya juga. 
 
Tidak menjaga tubuh 
Pernahkah Anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja menikah 
akan terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah mengapa, ini selalu 
terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam hari atau karena sibuk 
berlelah-lelahan pada malam hari sehingga 
pada pagi harinya jadi lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak. Wah, ini 
mesti diwaspadai. Sebaiknya Anda mulai memperbanyak agenda untuk berolahraga 
bersama pasangan. Tak ingin, kan, si dia merasa Anda tampil tak segar atau terlihat 
lebih tambun dari sebelum menikah? 
 
Mertua dan ipar 
Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki 
masalah dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur ekspektasi, seperti 
Anda akan datang berkunjung bersama p```````````````` akhirnya, ini akan kembali 
menghantui Anda. 
 
Pertengkaran tak penting 
Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah 
Anda kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah 
terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak, ucapkan 
permisi, bilang bahwa Anda butuh waktu untuk sendiri dulu. Tenangkan diri Anda 
sejenak. Pastikan Anda dalam keadaan tenang dan kepala dingin saat ingin 
menyelesaikan masalah tadi. Saat emosi, pikiran Anda tidak tenang dan bisa saja 
mengucapkan hal-hal yang tak Anda maksudkan yang bisa saja malah memperburuk 
masalah.
 
Terobsesi dengan bayi 
Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah 
menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi terobsesi untuk 
memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi dalam jangka waktu 3 tahun 
pernikahan mereka. Jadi, mengapa terburu-buru? Nikmati waktu Anda bersama 
pasangan, berlibur bersama, menikmati waktu tanpa perlu pusing memikirkan 
kerepotan akan keperluan bayi, dan lainnya. Toh, ketika Anda dalam keadaan rileks, 
kemungkinan untuk hadirnya momongan justru lebih besar. 
D. Tugas Perkembangan 
Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan Masing-masing 
menghadapi perpisahan dengan keluargakeluarga sendiri. orangtuanya, mulai 
membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan 
Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan 
jumlah yang diharapkan Tugas perkembangan keluarga baru menikah : 
1. Membina hubungan intim yang memuaskan. 
 Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru 
 Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan. 
 Peran berubah. 
 Fungsi baru diterima. 
 Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar. 
 Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas 
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan 
saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat pasangan. 
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. 
Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan 
mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. 
Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya. 
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB. 
Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat 
Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana peran perawat adalah 
membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan 
sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut 
oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada 
membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri. 
Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena 
kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga 
memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosilaL dan 
budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah letak peran perawat untuk 
memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal di atas tidak terjadi. Pengkajian 
Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka 
dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan 
suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa
percaya diri yang tinggi klien. 
Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obgyn), 
pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator 
dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah: Pengetahuan klien tentang 
macam-macam metoda kontrasepsi 
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana 
untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan 
dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenis/metoda, perawat dapat menanyakan 
alasan penggunaan metoda tersebut. pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi 
masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya. 
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi 
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat 
menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. 
Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai diafragma, kapan dan di 
mana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus 
mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat pengetahuan klien, perawat dapat 
menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan 
tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya 
kehamilan yang tidak direncanakan. 
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai. 
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap 
efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien 
tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik 
hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari. 
Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien 
dalam menggunakan metoda tersebut. 
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat 
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang 
pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji faktor-faktor yang dapat membantu 
pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan 
kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan 
serta keinginan untuk mencegah kehamilan. 
Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan 
riwayat kesehatan adalah 
a. Kontrasepsi oral 
1) Pil keluarga berencana terpadu 
Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat haid, hamil, 
pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk wanita 
perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak 
dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana. 
2) Mini Pil 
Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari 
segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang 
b. Kontrasepsi Hormonal
1) Hormone Implant 
Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak 
diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima 
tahun. 
2) Hormone Injeksi 
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui. 
c. Kontrasepsi Mekanik 
1) Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita dengan 
riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome. 
2) IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat 
hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/aborsi, 
kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola. 
d. Kontrasepsi Mantap 
Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. 
Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan 
untuk mempunyai anak Analisa Data Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana 
merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam 
kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan. 
E. Pengkajian Keperawatan 
Tahap yg perlu dilakukan : 
1. Bhsp 
2. Perkenalkan 
3. Jelaskan tujuan kunjungan 
4. Berfokus terhadap siklus kehidupan keluarga 
5. Riwayat keluarga sejak lahir 
6. Kaji stress yang menimpa keluarga dan masalah yang actual potensial 
7. Perkembangan keluarga saat ini 
8. Tanyakan pengalaman-pengalaman dan tugas-tugas umum, bagaimana hasil 
tersebut 
9. dicapai, dirasakan. 
10. Tanyakan hubungan di masa lalu dan sekarang dengan orientasi keluarga 
mereka dan bentuk kehidupannya Mmemberi Perawat : pemahaman tentang 
mereka selama tahun-tahun pertumbuhan mereka. 
11. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya 
12. Gali riwayat keluarga : pertemuan pertama pasangan, hubungan sebelum 
menikah, halangan-halangan terhadap perkawinannya, respon terhadap 
perkawinannya, 
F. Diagnosa Keperawatan 
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah 
Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan kurang 
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. Sedangkan 
diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu:
1. Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi 
2. Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi 
3. Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda 
kontrasepsi 
4. Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil 
5. Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan 
metoda kontrasepsi yang dipilih Rencana Intervensi 
G. Intervensi Keperawatan 
1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan 
Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. 
1. Kriteria hasil 
Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan : 
 Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi 
yang dipilih dan pemecahan masalahnya 
 Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda 
kontrasepsi yang dipilih. 
 Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih. 
 Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari 
metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metode kontrasepsi. 
b. Intervensi 
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan 
kesehatan dengan cara memberika informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan 
tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. 
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara 
mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentfikasi sumber – 
sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsukensi tiap tindakan. 
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakait dengan 
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di 
rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan 
Intervensi secara umum yang bias dilakukan perawat 
 Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dan anggotanya bergerak ke arah 
penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga. 
 Penguasaan satu kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga memunginkan 
keluarga bergerak maju ke arah tahap perkembangan berikutnya. 
 Jika tugas-tugas perkembang keluarga tidak terpenuhi maka keluarga disfungsional. 
 Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai proses perkembangan keluarga. 
 Membantu keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan 
dan pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga secara individual dan fungsi yang 
optimum ( kebutuhan pertumbuhan keluarga). 
 Membimbing antisipasi & penyuluhan untuk mencapai tujuan prevensi primer.
 Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang beda dalam 
kehidupan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA 
Agustiansyah Tri Aan. 2009.Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah 
dengan Masalah KB. Nursing is a perfect Proffesion. ( 
http://ners86.wordpress.com di akses pada 24 Oktober 2010) 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga 
kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang 
sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan 
suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk 
dalam hal ini pasangan lansia. 
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah 
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini 
masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang 
menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah 
terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih 
didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua. 
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. 
Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 
wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga 
terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang 
penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 
70 tahun (Alexander and Allison,1995). 
BAB II 
PEMBAHASAN
I. Perubahan anatomik pada sistem genetalia pada lansia 
A. Wanita 
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna 
berangsur-angsur mengalami atrofi. 
1. Vagina 
 Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan. 
 Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. 
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita 
belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan ber¬henti berfungsi. Mukosa 
genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan 
elastisitas¬nya akibat fibrosis. 
 Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus, artinya 
makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan 
genitalia eksterna. 
2. Uterus 
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya 
menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks 
menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan. 
3. Ovarium 
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput” 
sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, 
permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. 
Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi 
ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi 
inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron. 
4. Payudara (Glandula Mamae) 
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana 
payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi 
hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. 
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu
pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa 
akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang 
timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena 
pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. 
Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa 
klimakterik. 
B. Pria 
1. Prostat 
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang 
timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian 
seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping 
itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, 
kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa 
adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan 
terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi 
hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang 
menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik. 
Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa 
reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap 
menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain 
proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan 
pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia 
lanjut. 
2. Testis 
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel 
yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan 
aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal 
ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel 
ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap 
menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.
II. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari 
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini : 
1. Fase desire 
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan 
kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin 
menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk 
meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun 
secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido. 
2. Fase arousal 
 Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, 
elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan 
kandung kemih. 
 Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; 
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi 
testis ke perineum lebih lambat. 
3. Fase orgasmik 
 Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil 
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang. 
 Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah 
konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun. 
4. Fase pasca orgasmik 
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase 
orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya 
disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti: 
 Penyebab iatrogenik 
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin 
membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual. 
 Penyebab biologik dan kasus medis 
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak 
dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik.
III. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan 
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti : 
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. 
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan 
budaya. 
3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. 
4. Pasangan hidup telah meninggal. 
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya 
misalnya cemas, depresi, pikun dsb. 
IV. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain : 
1. Infark miokard 
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk 
terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark. 
2. Pasca stroke 
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien 
mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan 
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu 
atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum 
stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas 
seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada 
stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh. 
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent 
maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin 
membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan 
pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami 
kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat
diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan 
berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi. 
3. Kanker 
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik 
operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi 
seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada 
kerusakan saraf. 
4. Diabetes mellitus 
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan 
neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi 
vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual. 
5. Arthritis 
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur 
fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku 
mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual. 
6. Rokok dan alcohol 
Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya 
bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. 
Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi 
kemampuan untuk mengalami kenikmatan. 
7. Penyakit paru obstruktif kronik 
Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya 
kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat 
menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa. 
8. Obat-obatan 
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain 
beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain. 
V. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia
Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah 
seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini 
memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara 
pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan 
masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada 
beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan 
masalah seksual adalah masalah yang tabu. 
Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan 
seksual pada lansia adalah sebagai berikut : 
1. Anamnesa Riwayat Seks 
 Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan 
 Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup 
 Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah 
 Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya 
 Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-obatan yang 
dikonsumsi oieh pasien. 
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus 
rinci, meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga 
anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan 
tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. 
Pemeriksaan fisik meliputi head to toe. 
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal 
dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi 
dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, 
pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal 
penile tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996) 
2. Pengobatan yang diberikan mencakup : 
 Konseling Psikoseksual 
 Therapi Hormon 
 Penyembuhan dengan obat-obatan
 Peralatan Mekanis 
 Bedah Pembuluh 
3. Bimbingan Psikososial 
Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen 
gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi. 
4. Penyembuhan Hormon 
 Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan 
viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi). 
 Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada 
klimakterium. 
5. Penyembuhan dengan Obat 
 Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif 
 Oral phentholamin 
 Tablet apomorphine sublingual 
 Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif 
 Penempatan intra-uretral prostaglandin 
BAB III 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH FUNGSI SEKSUAL 
1. Pengkajian 
a. Identitas Klien 
1. Nama Klien 
2. Umur 
3. Agama 
4. Suku 
5. Pendidikan 
6. Alamat
7. Pekerjaan 
8. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan 
9. Status social ekonomi keluarga 
b. Dapatkan riwayat seksual: 
 Pola seksual biasanya 
 Kepuasan (individu, pasangan) 
 Pengetahuan seksual 
 Masalah (seksual, kesehatan) 
 Harapan 
 Suasana hati, tingkat energi 
2. Diagnosa Keperawatan 
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai 
dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual. 
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang 
dialaminya 
Kriteria hasil: 
1. Mengekspresikan kenyamanan 
2. Mengekspresikan kepercayaan diri 
Intervensi: 
1. Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual 
seiring dengan bertambahnya usia. 
2. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan. 
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual. 
4. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan 
berupa diet vegetarian 
5. Anjurkan klien untuk menggunakan krim vagina dan gel untuk mengurangi kekeringan 
dan rasa gatal pada vagina, serta untuk megurangi rasa sakit pada saat berhubungan 
seksual
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota 
tubuh. 
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya secara positif 
Kriteria hasil: 
1. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu dan 
rendah diri 
2. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki 
Intervensi: 
1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan 
keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal 
2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien 
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien 
4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain 
5. Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan 
6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan 
masalah yang konstruktif dari pasien. 
3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis 
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah 
kesehatannya. 
Kriteria Hasil : 
1. Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang disebabkan masalah 
kesehatan 
2. Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap 
keterbatasannya 
Interversi : 
1. Kaji factor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi 
 Kelelahan 
 Nyeri 
 Nafas pendek 
 Keterbatasan suplai oksigen 
 Imobilisasi
 Kerusakan inervasi saraf 
 Perubahan hormone 
 Depresi 
 Kurangnya informasi yang tepat 
2. Hilangkan atau kurangi factor-faktor penyebab bila mungkin. Ajarkan pentingnya 
mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala penyakit 
3. Berikan informasi terbatas dan saran khusus 
 Berikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang keterbatasan 
fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit 
 Ajarkan modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual untuk membantu 
penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit (saran khusus) 
DAFTAR PUSTAKA 
http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html 
http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html 
Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta 
Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008.

More Related Content

What's hot

Tugas kelompok 2 konsep recovery
Tugas kelompok 2   konsep recoveryTugas kelompok 2   konsep recovery
Tugas kelompok 2 konsep recoveryShareToSharechannel
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Amalia Senja
 
Buku panduan keperawatan jiwa 2
Buku panduan keperawatan jiwa 2Buku panduan keperawatan jiwa 2
Buku panduan keperawatan jiwa 2RE DA
 
Praktikum 4 harga diri rendah
Praktikum 4   harga diri rendahPraktikum 4   harga diri rendah
Praktikum 4 harga diri rendahpjj_kemenkes
 
Prespektif Keperawatan Paliatif
Prespektif Keperawatan PaliatifPrespektif Keperawatan Paliatif
Prespektif Keperawatan PaliatifVicky Thio
 
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan DiriLaporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan DiriMas Mawon
 
Kesehatan jiwa masyarakat.
Kesehatan jiwa masyarakat.Kesehatan jiwa masyarakat.
Kesehatan jiwa masyarakat.rian92
 
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluargaRuang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluargaYesi Tika
 
Kb 1 as kep harga diri rendah
Kb 1   as kep harga diri rendahKb 1   as kep harga diri rendah
Kb 1 as kep harga diri rendahpjj_kemenkes
 
Kb 2 as kep pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan
Kb 2   as kep pada pasien dengan risiko perilaku kekerasanKb 2   as kep pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan
Kb 2 as kep pada pasien dengan risiko perilaku kekerasanpjj_kemenkes
 
Konsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontikKonsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontikCandra Wiguna
 
Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan Kebidanan
Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan KebidananPengambilan Keputusan dalam Pelayanan Kebidanan
Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan Kebidananpjj_kemenkes
 
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18SiLvi Fata
 
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaWarung Bidan
 
Kb 2 asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan
Kb 2 asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilanganKb 2 asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan
Kb 2 asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilanganpjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Tugas kelompok 2 konsep recovery
Tugas kelompok 2   konsep recoveryTugas kelompok 2   konsep recovery
Tugas kelompok 2 konsep recovery
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa
 
Buku panduan keperawatan jiwa 2
Buku panduan keperawatan jiwa 2Buku panduan keperawatan jiwa 2
Buku panduan keperawatan jiwa 2
 
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
 
Praktikum 4 harga diri rendah
Praktikum 4   harga diri rendahPraktikum 4   harga diri rendah
Praktikum 4 harga diri rendah
 
Prespektif Keperawatan Paliatif
Prespektif Keperawatan PaliatifPrespektif Keperawatan Paliatif
Prespektif Keperawatan Paliatif
 
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan DiriLaporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
 
Asuhan keperawatan lansia di rumah
Asuhan keperawatan lansia di rumahAsuhan keperawatan lansia di rumah
Asuhan keperawatan lansia di rumah
 
Kesehatan jiwa masyarakat.
Kesehatan jiwa masyarakat.Kesehatan jiwa masyarakat.
Kesehatan jiwa masyarakat.
 
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluargaRuang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
 
Kb 1 as kep harga diri rendah
Kb 1   as kep harga diri rendahKb 1   as kep harga diri rendah
Kb 1 as kep harga diri rendah
 
Kb 2 as kep pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan
Kb 2   as kep pada pasien dengan risiko perilaku kekerasanKb 2   as kep pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan
Kb 2 as kep pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan
 
Konsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontikKonsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontik
 
Palliative Care
Palliative CarePalliative Care
Palliative Care
 
Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan Kebidanan
Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan KebidananPengambilan Keputusan dalam Pelayanan Kebidanan
Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan Kebidanan
 
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
 
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
 
Makalah home care
Makalah home careMakalah home care
Makalah home care
 
Komunitas ske 2
Komunitas ske 2Komunitas ske 2
Komunitas ske 2
 
Kb 2 asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan
Kb 2 asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilanganKb 2 asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan
Kb 2 asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan
 

Viewers also liked

es krim jamu
es krim jamues krim jamu
es krim jamuHana Asri
 
Kbk sma c. pendidikan agama kristen
Kbk sma c. pendidikan agama kristenKbk sma c. pendidikan agama kristen
Kbk sma c. pendidikan agama kristenJasmin Jasin
 
161862608201010101
161862608201010101161862608201010101
161862608201010101Jhon P S
 
Laporan kapasitas udara paru paru
Laporan kapasitas udara paru paruLaporan kapasitas udara paru paru
Laporan kapasitas udara paru paruLaksmi_Perwira
 
Tugas tik pengaruh geografis indonesia terhadap kehidupan manusia.
Tugas tik pengaruh geografis indonesia terhadap kehidupan manusia.Tugas tik pengaruh geografis indonesia terhadap kehidupan manusia.
Tugas tik pengaruh geografis indonesia terhadap kehidupan manusia.Sarus Benz
 
Persepsi wanita ttg Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Persepsi wanita  ttg Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)Persepsi wanita  ttg Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Persepsi wanita ttg Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)Nana Noviana Nadarsyah
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryDewi Fitri
 
Bab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiBab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiDimaz Gunawan
 
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )riski albughari
 
Visi dan misi calon kades panjalu asep ependi
Visi dan misi calon kades panjalu asep ependiVisi dan misi calon kades panjalu asep ependi
Visi dan misi calon kades panjalu asep ependiAji Sahdi Sutisna
 
Laporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Laporan Kunjungan Museum RonggowarsitoLaporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Laporan Kunjungan Museum RonggowarsitoDiah Dwi Ammarwati
 
Rpp seni budaya musik kelas x sem 1
Rpp seni budaya  musik  kelas x sem 1Rpp seni budaya  musik  kelas x sem 1
Rpp seni budaya musik kelas x sem 1Yagus Yuwono
 
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...Laras Agung
 

Viewers also liked (20)

Pemilu
PemiluPemilu
Pemilu
 
Kelompok 1
Kelompok 1Kelompok 1
Kelompok 1
 
Teori antrian - Dwi
Teori antrian - DwiTeori antrian - Dwi
Teori antrian - Dwi
 
es krim jamu
es krim jamues krim jamu
es krim jamu
 
Kbk sma c. pendidikan agama kristen
Kbk sma c. pendidikan agama kristenKbk sma c. pendidikan agama kristen
Kbk sma c. pendidikan agama kristen
 
Bse kelas 5
Bse kelas 5Bse kelas 5
Bse kelas 5
 
161862608201010101
161862608201010101161862608201010101
161862608201010101
 
Laporan kapasitas udara paru paru
Laporan kapasitas udara paru paruLaporan kapasitas udara paru paru
Laporan kapasitas udara paru paru
 
Pengantar Akuntansi
Pengantar AkuntansiPengantar Akuntansi
Pengantar Akuntansi
 
Tugas tik pengaruh geografis indonesia terhadap kehidupan manusia.
Tugas tik pengaruh geografis indonesia terhadap kehidupan manusia.Tugas tik pengaruh geografis indonesia terhadap kehidupan manusia.
Tugas tik pengaruh geografis indonesia terhadap kehidupan manusia.
 
Persepsi wanita ttg Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Persepsi wanita  ttg Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)Persepsi wanita  ttg Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Persepsi wanita ttg Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery
 
Gambar teknik elektro
Gambar teknik elektroGambar teknik elektro
Gambar teknik elektro
 
Bab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiBab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologi
 
Seri bpjs kesehatan buku panduan layanan bagi peserta bpjs kesehatan
Seri bpjs kesehatan buku panduan layanan bagi peserta bpjs kesehatanSeri bpjs kesehatan buku panduan layanan bagi peserta bpjs kesehatan
Seri bpjs kesehatan buku panduan layanan bagi peserta bpjs kesehatan
 
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
6 pencatatan & pelapoan bdrs (dr. neni )
 
Visi dan misi calon kades panjalu asep ependi
Visi dan misi calon kades panjalu asep ependiVisi dan misi calon kades panjalu asep ependi
Visi dan misi calon kades panjalu asep ependi
 
Laporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Laporan Kunjungan Museum RonggowarsitoLaporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Laporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
 
Rpp seni budaya musik kelas x sem 1
Rpp seni budaya  musik  kelas x sem 1Rpp seni budaya  musik  kelas x sem 1
Rpp seni budaya musik kelas x sem 1
 
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHADAP PENYAKIT DIARE DI DESA PENYAMBARAN KECAMAT...
 

Similar to Ilmu keperawatan

M5 kb3 kesehatan jiwa
M5 kb3   kesehatan jiwaM5 kb3   kesehatan jiwa
M5 kb3 kesehatan jiwappghybrid4
 
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi KesehatanPengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
Metode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi KesehatanMetode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
Askep harga diri rendah
Askep harga diri rendahAskep harga diri rendah
Askep harga diri rendahf' yagami
 
Implementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluargaImplementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluargaWarung Bidan
 
JENIS-JENIS ZAT GIZI
JENIS-JENIS ZAT GIZI JENIS-JENIS ZAT GIZI
JENIS-JENIS ZAT GIZI pjj_kemenkes
 
Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khusus
Dokumentasi Keperawatan  pada Kelompok KhususDokumentasi Keperawatan  pada Kelompok Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khususpjj_kemenkes
 
Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khusus
Dokumentasi Keperawatan  pada Kelompok KhususDokumentasi Keperawatan  pada Kelompok Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khususpjj_kemenkes
 
Skripsi mutu pelayanan kab. bantaeng
Skripsi mutu pelayanan kab. bantaengSkripsi mutu pelayanan kab. bantaeng
Skripsi mutu pelayanan kab. bantaengbagadang s
 
Konsep dasar keswa
Konsep dasar keswaKonsep dasar keswa
Konsep dasar keswarian92
 
Kompensasi Perawat dan Kep Jiw a Masy.ppt
Kompensasi Perawat dan Kep Jiw    a Masy.pptKompensasi Perawat dan Kep Jiw    a Masy.ppt
Kompensasi Perawat dan Kep Jiw a Masy.pptJokoSriPujianto
 
3697_PPT_TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_JIWA.pptx
3697_PPT_TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_JIWA.pptx3697_PPT_TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_JIWA.pptx
3697_PPT_TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_JIWA.pptxKuzzairiMandalaPutra
 
Standar praktek keperawatan jiwa
Standar praktek keperawatan jiwa Standar praktek keperawatan jiwa
Standar praktek keperawatan jiwa Yudha Satrya
 
Aspek legal etik terapi jiwa komunitas
Aspek legal etik terapi jiwa komunitasAspek legal etik terapi jiwa komunitas
Aspek legal etik terapi jiwa komunitasHarmin Alimin
 

Similar to Ilmu keperawatan (20)

Proses kep jiwa
Proses kep jiwaProses kep jiwa
Proses kep jiwa
 
TAK pada lansia
TAK pada lansiaTAK pada lansia
TAK pada lansia
 
Harbang terapi okupasi
Harbang terapi okupasiHarbang terapi okupasi
Harbang terapi okupasi
 
terapi modalitas
terapi modalitasterapi modalitas
terapi modalitas
 
M5 kb3 kesehatan jiwa
M5 kb3   kesehatan jiwaM5 kb3   kesehatan jiwa
M5 kb3 kesehatan jiwa
 
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi KesehatanPengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
 
Metode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi KesehatanMetode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi Kesehatan
 
Askep harga diri rendah
Askep harga diri rendahAskep harga diri rendah
Askep harga diri rendah
 
4 kb2 modul 4 gizi
4 kb2 modul 4 gizi4 kb2 modul 4 gizi
4 kb2 modul 4 gizi
 
Implementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluargaImplementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluarga
 
JENIS-JENIS ZAT GIZI
JENIS-JENIS ZAT GIZI JENIS-JENIS ZAT GIZI
JENIS-JENIS ZAT GIZI
 
Modul iv gizi kb 2
Modul iv gizi kb 2Modul iv gizi kb 2
Modul iv gizi kb 2
 
Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khusus
Dokumentasi Keperawatan  pada Kelompok KhususDokumentasi Keperawatan  pada Kelompok Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khusus
 
Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khusus
Dokumentasi Keperawatan  pada Kelompok KhususDokumentasi Keperawatan  pada Kelompok Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khusus
 
Skripsi mutu pelayanan kab. bantaeng
Skripsi mutu pelayanan kab. bantaengSkripsi mutu pelayanan kab. bantaeng
Skripsi mutu pelayanan kab. bantaeng
 
Konsep dasar keswa
Konsep dasar keswaKonsep dasar keswa
Konsep dasar keswa
 
Kompensasi Perawat dan Kep Jiw a Masy.ppt
Kompensasi Perawat dan Kep Jiw    a Masy.pptKompensasi Perawat dan Kep Jiw    a Masy.ppt
Kompensasi Perawat dan Kep Jiw a Masy.ppt
 
3697_PPT_TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_JIWA.pptx
3697_PPT_TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_JIWA.pptx3697_PPT_TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_JIWA.pptx
3697_PPT_TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_JIWA.pptx
 
Standar praktek keperawatan jiwa
Standar praktek keperawatan jiwa Standar praktek keperawatan jiwa
Standar praktek keperawatan jiwa
 
Aspek legal etik terapi jiwa komunitas
Aspek legal etik terapi jiwa komunitasAspek legal etik terapi jiwa komunitas
Aspek legal etik terapi jiwa komunitas
 

More from UNMER Surabaya n SMK Roudlotul Hikmah

More from UNMER Surabaya n SMK Roudlotul Hikmah (20)

Trend & issue keperawatan
Trend & issue keperawatanTrend & issue keperawatan
Trend & issue keperawatan
 
Transplantasi
TransplantasiTransplantasi
Transplantasi
 
Ppni
PpniPpni
Ppni
 
Pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
Pertanggung jawaban dan pertanggung gugatanPertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
Pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
 
Konsep dan prinsip etik
Konsep dan prinsip etikKonsep dan prinsip etik
Konsep dan prinsip etik
 
Dilema etikkeperawatan
Dilema etikkeperawatanDilema etikkeperawatan
Dilema etikkeperawatan
 
Euthanasia ditinjau dari segi etika keperawatan
Euthanasia ditinjau dari segi etika keperawatanEuthanasia ditinjau dari segi etika keperawatan
Euthanasia ditinjau dari segi etika keperawatan
 
Timbang terima
Timbang terimaTimbang terima
Timbang terima
 
Supervisi
SupervisiSupervisi
Supervisi
 
Supervisi, ronde, dokumentasi
Supervisi, ronde, dokumentasiSupervisi, ronde, dokumentasi
Supervisi, ronde, dokumentasi
 
Sentralisasi obat
Sentralisasi obatSentralisasi obat
Sentralisasi obat
 
Ronde keperawatan
Ronde keperawatanRonde keperawatan
Ronde keperawatan
 
Pengarahan
PengarahanPengarahan
Pengarahan
 
Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baruPenerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru
 
Pendelegasian
PendelegasianPendelegasian
Pendelegasian
 
Manajement
ManajementManajement
Manajement
 
Konsep kepemimpinan
Konsep kepemimpinanKonsep kepemimpinan
Konsep kepemimpinan
 
Komunikasi dalam manajemen keperawatan
Komunikasi dalam manajemen keperawatanKomunikasi dalam manajemen keperawatan
Komunikasi dalam manajemen keperawatan
 
Dokumentasi keperawatan power point
Dokumentasi keperawatan power pointDokumentasi keperawatan power point
Dokumentasi keperawatan power point
 
Dokumentasi keperawan
Dokumentasi keperawanDokumentasi keperawan
Dokumentasi keperawan
 

Recently uploaded

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfnoviarani6
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 

Recently uploaded (20)

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 

Ilmu keperawatan

  • 1. ilmu keperawatan Senin, 04 Juni 2012 asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana yang tidak habis-habisnya, baik oleh karena manusia maupun karena kejadian alam merupakan sumber stressor yang berat yang data mengakibatkan terjadinya berbagai masalah kesehatan jiwa masyarakat, baik yang ringan sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa yang ringan berupa masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi pada orang yang mengalami bencana. Bahkan keadaan yang lebih berat seperti depresi dan psikosis dapat terjadi jika orang yang mengalami masalah psikososial tidak ditangani dengan baik (Keliat dkk, 2007). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi harga diri rendah (Rusniati 2008). Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal. Meskipun konsep diri tidak langsung ada,
  • 2. begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. selain itu konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu. Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu: gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas (Rusniati, 2008). Penanganan kesehatan jiwa secara cepat dan tepat memungkinkan hasil yang baik. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan normal (25 %) dan kemandirian (25%) akan mencapai jka pasien gangguan jiwa ditangani dengan benar. Dengan fakta seperti ini, bahkan produktivitas pasien gangguan jiwa masih dapat diharapkan. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat ( 2005) dilanjutkan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (2006) Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan tatanan pelayanan kesehatan jiwa tersebut dalam bentuk piramida. Piramida pelayanan kesehatan tersebut menjabarkan, pelayanan kesehatan bersifat berkesinambungan darai komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya.Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat dalam bentuk pelayanan mandiri oleh pasien dan keluarganya. Pelayanan lanjutan berikutnya adalah puskesmas, rumah sakit umum, dan yang paling tinggi adalah pelayanan di rumah sakit jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk kesehatan jiwa (Keliat dkk, 2007). Upaya mewujudkan kesinambungan pelayanan kesehatan jiwa telah imulai di Indonesia yaitu di NAD, dan Nias daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang lalu. Benruk pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Community Mental Health Nursing/ CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa komunitas diberikan oleh perawat puskesmas yang mendapat pelatihan BC-CMHN (Basic Course of Community Mental Health Nursing. Dengan keberhasilan program CMHN, pasien yang tidak tertangani di masyarakat diharapkan akan irujik ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik an spesialistik. Tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat telah dikembangkan dengan baik (Keliat dkk, 2007).
  • 3. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah di jabarkan di atas, maka terdapat banyak masalah yang muncul terutama dalam perawatan pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah. Dalam hali ini klien merasa harga dirinya hilang, merasa kecewa, adanya kegagalan dan ketidak berdayaan. C. Tujuan Tujuan penulisan ini dibedakan menjadi dua yaitu : a. Tujuan Umum 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa sebagai suatu milik masyarakat yang berharga. 2. Membantu masyarakat agar mampu memprakarsai atau berupaya dalam kegiatan kesehatan jiwa baik secara perorangan maupun berkelompok. 3. Meningkatkan penggunaan sarana pelayanan kesehatan jiwa yang tersedia. b. Tujuan Khusus 1. Meningkatkan pengetahuan klien tentang berbagai gangguan dan penyakit jiwa dalam klien. 2. Mendorong partisipasi aktif klien dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan jiwa. 3. Menciptakan nilai dan norma sosial yang menunjang upaya untuk meningkatkan kondisi dan kegiatan kesehatan jiwa. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas terutama jiwa di masyarakat yang berhubungan gangguan jiwa dengan harga diri rendah 2. Manfaat Praktis Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat dan pendidik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa dengan harga diri rendah.
  • 4. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Harga Diri Rendah Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan renah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negarif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk, 2007). Harga diri juga dapat didefinisikan sebagai kondisi menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. B. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Tanda dan gejala dari harga diri antara lain: 1. Mengkritik diri sendiri. 2. Perasaan tidak mampu. 3. Pandangan hidup yang pesimis 4. Penurunan produktivitas. 5. Penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala tersebut, pada pasien dengan harga diri rendah dapat diamati dari penampilan seseorang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah. C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka dapat dirumuskan diagnose keperawatan gangguan konsep diri: harga diri rendah. D. Tindakan Keperawatan Setelah menegakan diagnosa keperawatan, beberapa tindakan keperawatan yang dapat di lakukan baik pada pasien dan keluarganya antara lain sebagai berikut:
  • 5. 1. Tindakan keperawatan pada pasien a. Tujuan keperawatan 1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 2) Pasien dapat menilai kemempuan yang dapat dilakukan. 3) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan. 4) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan. 5) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal. b. Tindakan keperawatan 1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untik membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, dengan melakukan hal-hal berikut ini: a) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien. b) Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negatif 2) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut: a) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat dilakukan saat ini. b) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien. c) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif. 3) Membantu pasien untuk memilih atau menetapkan kemempuan yang akan dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan diplih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari. b) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal. 4) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut: a) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan keiatan. b) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang di tetapkan. c) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien. 5) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih. a) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih.
  • 6. b) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari. c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan. d) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. e) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. 2. Tindakan keperawatan pada keluarga a. Tujuan keperawatan 1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien 2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien. 3) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien. 4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien. b. Tindakan keperawatan 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. 2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien 3) Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang imiliki pasien dan puji pasien atas kemampuannya. 4) Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah. 5) Demonstrasikan cara merawat pasien harga diri rendah. 6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat pasien harga diri rendah seperti yang telah di demonstrasikan sebelumnya. 7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah. 3. Terapi aktivitas kelompok Terapi aktivitas kelompok untu k pasien harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasipersepsi yang terdiri dari dua hal berikut: a. Sesi 1; mengidentifikasi hal positif diri b. Sesi 2; melatih positih pada diri. E. Evaluasi Keperawatan Setelah tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat pasien harga diri rendah.
  • 7. BAB III PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA MASYARAKAT A. Pengkajian Keperawatan 1.Data Inti (Core) a. Riwayat 1) Usia penderita: a) Anak : 15 – 20 tahun b) Orang tua : 32 tahun
  • 8. 2) Jenis ganguan jiwa yang pernah diderita: gangguan konsep diri: harga diri rendah, memandang dirinya tidak sebaik teman-temannya di sekolah. 3) Riwayat trauma : takut yang berlebihan 4) Konflik : penganiayaan b. Demografi 1) Vital statistik: Kelurahan Patimuan terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap. Kelurahan Patimuan berbatasan langsung dengan 4 Kelurahan. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan purwodadi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan cinyawang, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan sidamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Maos. Kelurahan Patimuan terdapat 5 RW, dan setiap RW ada 5 RT, dan setiap RT terdapat 28 Kepala Keluarga. 2) Agama : Islam 3) Budaya : Jawa 2. Data Delapan subsistem a. Lingkungan fisik Kualitas udara di Kelurahan Patimuan cukup bersih tidak ada polusi udara, karena Kelurahan tersebut masih banyak terdapat pohon-pohon rindang. Di Kelurahan Patimuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari memakai air sumur jadi selama pohon-pohon itu masih mampu menampung air, ketersediaan air bersih akan terpenuhi. Tingkat kebisingan di Kelurahan Patimuan masih diambang batas normal, karena di Kelurahan tersebut tidak terdapat pabrik ataupun industri. Selain itu kendaraan bermotor yang bisa menjadi sumber kebisingan juga jarang berlalu-lalang di Kelurahan tersebut, karena warga di Kelurahan Patimuan lebih banyak menggunakan sepeda untuk beraktifitas sehari-hari. Jarak antar rumah di Kelurahan Patimuan sangan dekat, hampir tak ada pagar pembatas untuk tiap-tiap rumah. Kepadatan penduduk di Kelurahan Patimuan sangat padat. Faktor pengganggu seperti hewan buas ataupun hewan pemangsa tidak ada. Sebagian besar pendidikan warga masyarakat Kelurahan Patimuan lulusan SD, urutan yang kedua lulusan SMP dan sisanya lulusan SMA. Untuk yang sekolah sampai sarjana masih bisa di hitung dengan jari. Sarana pendidikan belum begitu terpenuhi, apalagi terkait sarana
  • 9. pendidikan jiwa, belum ada. Terkait sarana pendidikan formal terdapat 5 SD di Kelurahan Patimuan, untuk sekolah SMP ada satu dan SMA juga ada satu. b. Keamanan & transportasi Petugas keamanan di Kelurahan Patimuan sistemnya digilir. Jadi setiap malam ronda yang terpusat di pos kamling kemudian keliling Kelurahan, untuk pembagian jadwalnya diatur oleh penanggung jawab keamanan di Kelurahan tersebut. Setiap malam ada 2 orang yang bertugas. Sarana tranportasi yang biasa digunakan adalah sepeda “onthel” dan sebagian kecil menggunakan motor sebagai alat transportasinya. Tidak jarang orang bepergian ke kota harus jalan kaki dahulu keluar Kelurahan, setelah itu naik angkot atau kendaraan umum lainnya. Untuk keamanan transportasi sendiri masih terjaga, selain karena ada jadwal pos kamling setiap malam, warga Kelurahan Patimuan orangnya lebih bangga dengan barang-barangnya sendiri. Jadi untuk situasi keamanan lingkungan masih terjaga. Tidak ada pencurian, perampokan, perkosaan apalagi perkelahian antar warga. Kelurahan Patimuan walaupun sebagian besar tingkat penghasilan warganya tergolong menengah kebawah, namun mereka bangga dengan hasil yang halal, untuk pencurian atau perampokan jarang terjadi. Keamanan di jalan bisa dipastikan kurang terpenuhi, selain karena jalannya apabila hujan licin, dan apabila musim kemarau berdebu. Jadi untuk keamanan di jalan kurang terjaga, masih ada yang terjatuh gara-gara selip ataupun senggolan karena sempitnya gang masuk di Kelurahan tersebut. c. Petugas di jalan raya Petugas dijalan raya di dekat Kelurahan Patimuan sudah bekerja seoptimal mungkin. Kecelakaan juga jarang terjadi, karena polisi yang bertugas di lalu lintas mewajibkan setiap pengendara sepeda motor memakai helm, dan untuk pengendara mobil wajib memakai sabuk pengaman. Jadi walaupun di jalan raya ramai dengan kendaraan, kecelakaan bisa di minimalisir. Antara Kelurahan Patimuan dengan Kelurahan sebelah dihubungkan dengan jembatan penyeberangan. Jembatan tersebut terbuat dari bahan bangunan. Jadi untuk keamanan sudah terpenuhi. Tidak ikut hanyut terbawa sungai, kalaupun itu hujan deras. d. Politik & pemerintahan
  • 10. Pemerintah daerah (Pemda) setempat kurang tanggap dengan kejadian gangguan jiwa di masyarakat. Pemda masih fokus dengan masalah-masalah yang sifatnya medis, misalnya demam berdarah, diare, kusta, terkait program imunisasi lengkap. Gangguan jiwa masyarakat belum mendapatkan perhatian khusus. Skrining warga dengan gangguan jiwa juga belum pernah dilakukan. Aturan pemda tentang jiwa di masyarakat sudah ada, tetapi dalam prakteknya keluarga pasien yang berinisiatif membawanya berobat ke pelayanan pengobatan terkait. Perlindungan warga dari pasien jiwa juga kurang optimal. Stigma negatif untuk orang dengan gangguan jiwa masih melekat dalam kehidupan warga Kelurahan Patimuan. Situasi politik di Kelurahan Patimuan juga kurang terlihat. Pemerintah setempat lebih tertarik membiayai pemenuhan sarana dan prasarana di Kelurahan Patimuan, bukan tertarik di kesehatannya, lebih-lebih tertarik dengan kesehatan jiwa masyarakat. Jadi pengaruhnya dengan jiwa masyarakat tidak terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin meningkatnya kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal. Yang seperti itu kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. e. Pelayanan umum dan kesehatan Akses pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat kurang terjangkau. Ada puskesmas pembantu di Kelurahan Patimuan itupun melayani penyakit yang umum dimasyarakat seperti flu, batuk, dan panas. Puskesmas di Kecamatan harus menempuh jarak 10 km untuk mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Kalau mau ke rumah sakit harus menempuh jarak +/- 20 km. Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan adalah belum begitu berpengaruh dengan masih tingginya tingkat stress warga di Kelurahan Patimuan. Pelayanan yang biasanya dilakukan adalah memberikan penyuluhan sederhana terkait steres dan dampaknya jangka panjang. Dampak pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa masyarakat bisa diminimalisir untuk kejadian gannguan jiwa, apalagi yang sampai mengamuk ataupun merusak prasarana Kelurahan. Jadi deteksi dini jiwa msyarakat perlu dioptimalkan lagi oleh petugas pelayanan kesehatan terutama kita sebagai perawat. Tidak menungga ada kasus, tetapi kita harus peka dengan kejadian walaupun itu baru stress masyarakat. Jenis pelayanan umum untuk masyarakat adalah kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit umum, seperti flu, batuk, panas. Untuk penyakit yang serius akan di rujuk di rumah sakit terdekat.
  • 11. f. Komunikasi Komunikasi yang digunakan di wilayah kelurahan Patimuan adalah musyawarah yang dilakukan antar warga dan pejabat kelurahan, serta setiap informasi yang ada sering dilakukan melalui masjid yang ada. Media komunikasi yang ada di masyarakat Patimuan cukup di mengerti oleh warga, namun terhadap kesehatan jiwa belum begitu berdampak karena masih sedikit media yang menjelaskan mengenai kesehatan jiwa. g. Ekonomi Kondisi ekonomi yang sedang sulit di sebagian keluarga di kelurahan Patimuan, maka kesejahteraan masyarakatnya masih rendah. Karena kesejahteraaan ekonomi yang rendah, maka ada sebagian keluarga yang mengalami sedikit gangguan jiwa seperti seringnya marah-marah pada anak sehingga anak mengalami gangguan konsep diri. Peluang penghasilan tambahan masyarakat di kelurahan Patimuan ke banyakan warganya adalah petani, namun karena musim yang sedang mendukung ada juga sebagian warga menggunakan kendaraan sepeda motornya untuk mengojeg, dan ada ibu-ibu yang berdagang di depan rumahnya. Kepadatan kerja masyarakat dan dampak terhadap kesehatan jiwa masyarakat. Karena kebanyakan warga hanya petani, pada saat musim tidak mendukung untuk bertani maka sebagian warga beralih ke pekerjaan yang sama seperti mengojeg, sehingga menyebabkan saingan dan juga pendapatan yang kurang maka para orang tua sering marah pada anaknya sebagai pelampiasan kekesalannya terhaap kondisi ekonomi. h. Rekreasi Sarana rekreasi yang sering digunakan oleh warga yang ada di kelurahan Patimuan adalah bermain bersama di lapangan bola setiap sore, dan sering berkumpul mengobrol di lingkungan rumah. Warga yang ada di kelurahan Patimuan biasanya melakukan rekreasi di lapangan pada sore hari dan banyak yang berkumpul di lingkungan rumah pada saat malam sehabis magrib. Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi yang ada cukup memberikan dampak positif pada warga, karena semakin terjalinnya kebersamaan dan rasa peduli antar warga dan sering berdiskusi untuk mengatasi masalah ekonomi yang sulit sehinga kondisi emosional sebagian warga yang sering marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada saat berkumpul di lingkungan rumah.
  • 12. B. Diagnosa Keperawatan Harga diri rendah situasional pada remaja di kelurahan Patimuan berhubungan dengan Gangguan gambaran diri yang dimanifestasikan dengan Akibat dimarahi dan diperlakukan kasar sama orang tua. C. Perencanan 1. Tujuan Jangka Panjang Koping komunitas di kelurahan Patimuan menjadi efektif dalam menjalani masalah. 2. Tujuan Jangka Pendek a. Orangtua di Kelurahan Patimuan dapat mengatasi Stres. b. Tidak terjadi Kekerasan pada remaja di kelurahan Patimuan. c. Remaja di Kelurahan Patimuan tidak lagi takut dengan orangtuanya. d. Percaya Diri paa remaja di kelurahan Patimuan meningkat. e. Kedekatan orang tua dan remaja menjadi lebih baik.
  • 13. D. Tindakan Dx Tujuan Umum Tujuan Khusus Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Dx. I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu diharapkan orangtua di Kelurahan Patimuan bisa melakukan tindakan koping yang efektif. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu : Warga Kelurahan Patimuan dapat membentuk kelompok kerja kesehatan jiwa di desa dan kelompok pendukung . Proses kelompok 1. Pembentukan kelompok 1. Kader kesehatan 2. Tokoh kerja kesehatan jiwa di desa 2. Pembentukan kelompok pendukung seperti kelompok pengajian, kelompok diskusi kesehatan jiwa. masyarakat 3. Mahasiswa 4. Materi tentang kesehatan jiwa Aula Kelurahan Patimuan Setiap minggu, dilakukan kali/ Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu warga kelurahan patimuan dapat melakukan demonstrasi tentang bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah yang baik. Pedidikan kesehatan Jiwa melalui Formasi kepemimpinan 1. Latihan kepemimpinan (mengadakan training motivasi) 2. Edukasi (penyuluhan tentang bagaimana cara memecahkan masalah) 1. kader kesehatan 2. tokoh masyarakat 3. Tokoh Agama 4. mahasiswa 5. materi tentang kesehatan jiwa Aula Kelurahan Patimuan Setiap minggu, dilakukan kali/ Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu warga kelurahan patimuan dapat melakukan studi kasus tentang masalah yang sering dihadapi Pemberdayaan dan kemitraan 1. Pembinaan keluarga sehat 1. kader kesehatan 2. tokoh dan anggota keluarga resiko gangguan jiwa membahas kasus terkait manajemen stress dan di diskusikan. 2. Pembinaan kelompok dan masyarakat melalui kunjungan Perawat Puskesmas/Komunitas 3. Kerjasama LP dengan Dinas Kesehatan Kabupaten berupa pengadaan kegiatan rutin Life Skill Education dan LS berupa pelatihan kewirausaan dari Dinas Perikanan. masyarakat 3. mahasiswa 4. materi tentang kesehatan jiwa Aula Kelurahan Patimuan Setiap minggu, dilakukan kali/ Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu warga kelurahan patimuan dapat melakukan studi kasus tentang masalah yang sering dihadapi Intervensi profesional 1. Terapi modalitas keperawatan berupa pemberian teknik relaksasi nafas dalam. 2. Terapi komplementer berupa manajemen stress 3. Pemberian bimbingan keagamaan (spiritual) 1. Perawat 2. Tokoh masyarakat 3. Tokoh agama 4. Mahasiswa Aula KelurahanPatimuan Setiap sekali/
  • 14. Diposkan oleh wahyu Teten di 10.32 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Arsip Blog  ▼ 2012 (5) o ▼ Juni (5)  terapi moadalitas  askep neuroma akustik  asuhan keperawatan otalgia  asuhan keperawatan komunitas kelompok balita di ma...  asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat Mengenai Saya wahyu Teten Lihat profil lengkapku
  • 15. Trend Kesehatan Jiwa di Masyarakat Posted by admin on December 11th, 2012 06:01 AM | Maqoola oleh: CATUR BUDI R Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan No 23 Th. 1992). Menilik dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang dikatakan sehat bila dicapai keadaan sejahtera dari tiga aspek tersebut, bukan hanya fisik tetapi juga mental. Apalah artinya mempunyai kondisi fisik yang sehat, tetapi punya gangguan pada fungsi mentalnya maka jelas akan menurunkan kualitas hidup orang tersebut. Seiring dengan makin meningkatnya persaingan global, akan berimbas kepada meningkatnya tekanan hidup manusia yang bilamana pertahanan mental individunya lemah akan sangat beresiko mengalami gangguan jiwa baik ringan, sedang maupun berat. Survey tentang klien gangguan jiwa tercatat 44,6 orang per 1000 penduduk di Indonesia mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Angka rasio ini melebihi batas yang ditetapkan WHO atau badan kesehatan dunia, yang hanya 1-3 orang per 1000 penuduk. Padahal data tahun 1980-an klien skizofrenia di Indonesia hanya 1-2 orang tiap 1000 penduduk. Sebagai contoh data yang diambil dari ruang Instalasi Kesehatan Jiwa di RSUD Banyumas pada tahun 2010 menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa sekitar 1424 pasien. Lebih ironisnya lagi usia yang didapat pada penderita gangguan jiwa kebanyakan adalah usia-usia produktif yaitu sekitar 18-40 tahun. Situasi ini diperparah dengan stigma masyarakat yang masih memandang sebelah mata pada para pengidap gangguam jiwa, bahkan banyak penderita yang dipasung dan dikucilkan dari pergaulan. Trend yang berkembang di dalam masyarakat adalah menganggap orang-orang yang mengalami gangguan jiwa selalu dikucilkan dan tidak lagi diorangkan atau dianggap sampah oleh masyarakat sekitar, anggapan ini justru menjadikan orang tersebut semakin terabaikan padahal orang-orang tersebut membutuhkan perhatian yang lebih terutama dari keluarga dan lingkungan, bahkan dari kalangan yang berkecukupan lebih memilih menitipkan di panti-panti rehabilitasi mental berbulan-bulan daripada dirawat di rumah setelah kondisinya membaik dikarenakan malu punya keluarga yang mengidap penyakit gangguan jiwa. Trend yang melekat pada masyarakat luas biasanya identik dengan pengaruh makhluk halus yang merupakan salah satu penyebab dari gangguan jiwa, apabila dengan pengetahuan yang seperti itu justru terkadang dapat menjadikan
  • 16. lebih parah penyakitnya tanpa penanganan yang tepat. Apalagi sekarang banyak orang dalam usisa produktif yang justru mengalami gangguan jiwa dikarenaan ketidaksiapan mental dan rohani yang menjadikan mereka mudah sekali terkena gangguan jiwa , misalnya saja mereka mudah putus asa dan tidak bisa mengontrol emosinya sehingga lebih mudah melakukan hal-hal yang diluar kewajaran seperti bunuh diri, mengkonsumsi narkoba akibat depresi tidak bisa menghadapi masalahnya atau kopingnya tidak efektif, kita sebagai warga Shiddiqiyyah juga harus peduli dikarenakan pemuda merupakan generasi penerus bangsa, bagaimana jadinya keadaan negara tercinta ini jika diisi oleh orang-orang yang seperti itu, justru akan menambah carut marut negara ini….selengkapnya simak Alkautsar edisi 67 Penulis adalah PERAWAT INSTALASI KESEHATAN JIWA TERPADU RSUD BANYUMAS/085742202156/082327694444
  • 17. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat : – Harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga – Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. – Perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya Pengkajian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya. Pasangan baru (Keluarga baru menikah): Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk : 1. Keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. 2. Mempersiapkan keluarga yang baru. 3. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari 4. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah karena adanya ikatan hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi, memiliki peran masing masing dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon & Maglaya). Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat : 1. Harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga. 2. Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. 3. Perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya Pengkajian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya.Tahun-tahun pertama menikah merupakan tahun-tahun adaptasi. Itu pendapat para pengamat dan komentator soal pernikahan dan keluarga. Orang umum menganggapnya sebagai masa bulan madu, menandakan romatisme, kesan akan manisnya hari-hari yang akan dilalui.
  • 18. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru menikah 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui pengertian kelurga pasangan baru menikah, tugas perkembangan keluarga pasangan baru menikah, pengkajian dan masalah pada keluarga pasangan baru menikah.
  • 19. BAB II PEMBAHASAN Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB A. Pengertian Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga. Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”. Hariyanto, 2005. keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman 1998, Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing. Sedangkan Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. B. Tahap – tahap psangan baru menikah  Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Mempersiapkan keluarga yang baru. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan  Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah yang diharapkan
  • 20. C. Masalah yang biasa dilakukan oleh pasangan baru menikah  Tidak menghadapi masalah utang Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka ada baiknya Anda mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan Anda, toh ia adalah pasangan Anda, tak ada yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu dihadapi bersama. Kemudian, cobalah berhitung dan rencanakan keuangan Anda untuk ke depannya. Jika perlu, temui ahli perencana keuangan.  Mengasingkan diri dari pertemanan Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang berkumpul, pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi bersama mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena Anda tidak ikut-ikutan flirting bersama pria di klub bukan berarti Anda tidak bisa menjadi teman yang suportif.  Tidak cukup seks Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyak, sibuk, tentunya. Namun, itu bukan alasan yang cukup untuk memadu kasih di atas ranjang bersama pasangan Anda, kan? Cobalah untuk menginisiasikan acara berhubungan intim dengan pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat jadwalnya. Jika Anda mulai terbiasa untuk melakukannya, maka Anda akan makin menginginkannya, tak tertutup kemungkinan akan makin menyukainya juga.  Tidak menjaga tubuh Pernahkah Anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja menikah akan terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah mengapa, ini selalu terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam hari atau karena sibuk berlelah-lelahan pada malam hari sehingga pada pagi harinya jadi lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak. Wah, ini mesti diwaspadai. Sebaiknya Anda mulai memperbanyak agenda untuk berolahraga bersama pasangan. Tak ingin, kan, si dia merasa Anda tampil tak segar atau terlihat lebih tambun dari sebelum menikah?  Mertua dan ipar Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki masalah dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur ekspektasi, seperti Anda akan datang berkunjung bersama p```````````````` akhirnya, ini akan kembali menghantui Anda.  Pertengkaran tak penting Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah Anda kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak, ucapkan permisi, bilang bahwa Anda butuh waktu untuk sendiri dulu. Tenangkan diri Anda sejenak. Pastikan Anda dalam keadaan tenang dan kepala dingin saat ingin menyelesaikan masalah tadi. Saat emosi, pikiran Anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan hal-hal yang tak Anda maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah.
  • 21.  Terobsesi dengan bayi Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi terobsesi untuk memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi dalam jangka waktu 3 tahun pernikahan mereka. Jadi, mengapa terburu-buru? Nikmati waktu Anda bersama pasangan, berlibur bersama, menikmati waktu tanpa perlu pusing memikirkan kerepotan akan keperluan bayi, dan lainnya. Toh, ketika Anda dalam keadaan rileks, kemungkinan untuk hadirnya momongan justru lebih besar. D. Tugas Perkembangan Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluargakeluarga sendiri. orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah yang diharapkan Tugas perkembangan keluarga baru menikah : 1. Membina hubungan intim yang memuaskan.  Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru  Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.  Peran berubah.  Fungsi baru diterima.  Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar.  Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat pasangan. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya. 3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB. Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri. Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal di atas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa
  • 22. percaya diri yang tinggi klien. Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah: Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenis/metoda, perawat dapat menanyakan alasan penggunaan metoda tersebut. pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya. 2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai diafragma, kapan dan di mana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat pengetahuan klien, perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. 3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai. Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut. 4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji faktor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan. Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah a. Kontrasepsi oral 1) Pil keluarga berencana terpadu Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat haid, hamil, pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana. 2) Mini Pil Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang b. Kontrasepsi Hormonal
  • 23. 1) Hormone Implant Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun. 2) Hormone Injeksi Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui. c. Kontrasepsi Mekanik 1) Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome. 2) IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola. d. Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai anak Analisa Data Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan. E. Pengkajian Keperawatan Tahap yg perlu dilakukan : 1. Bhsp 2. Perkenalkan 3. Jelaskan tujuan kunjungan 4. Berfokus terhadap siklus kehidupan keluarga 5. Riwayat keluarga sejak lahir 6. Kaji stress yang menimpa keluarga dan masalah yang actual potensial 7. Perkembangan keluarga saat ini 8. Tanyakan pengalaman-pengalaman dan tugas-tugas umum, bagaimana hasil tersebut 9. dicapai, dirasakan. 10. Tanyakan hubungan di masa lalu dan sekarang dengan orientasi keluarga mereka dan bentuk kehidupannya Mmemberi Perawat : pemahaman tentang mereka selama tahun-tahun pertumbuhan mereka. 11. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya 12. Gali riwayat keluarga : pertemuan pertama pasangan, hubungan sebelum menikah, halangan-halangan terhadap perkawinannya, respon terhadap perkawinannya, F. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu:
  • 24. 1. Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi 2. Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi 3. Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi 4. Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil 5. Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda kontrasepsi yang dipilih Rencana Intervensi G. Intervensi Keperawatan 1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. 1. Kriteria hasil Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :  Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya  Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih.  Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih.  Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metode kontrasepsi. b. Intervensi 1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. 2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsukensi tiap tindakan. 3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakait dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan Intervensi secara umum yang bias dilakukan perawat  Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dan anggotanya bergerak ke arah penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga.  Penguasaan satu kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga memunginkan keluarga bergerak maju ke arah tahap perkembangan berikutnya.  Jika tugas-tugas perkembang keluarga tidak terpenuhi maka keluarga disfungsional.  Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai proses perkembangan keluarga.  Membantu keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan dan pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga secara individual dan fungsi yang optimum ( kebutuhan pertumbuhan keluarga).  Membimbing antisipasi & penyuluhan untuk mencapai tujuan prevensi primer.
  • 25.  Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang beda dalam kehidupan keluarga.
  • 26. DAFTAR PUSTAKA Agustiansyah Tri Aan. 2009.Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB. Nursing is a perfect Proffesion. ( http://ners86.wordpress.com di akses pada 24 Oktober 2010) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia. Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua. Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun (Alexander and Allison,1995). BAB II PEMBAHASAN
  • 27. I. Perubahan anatomik pada sistem genetalia pada lansia A. Wanita Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi. 1. Vagina  Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan.  Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan ber¬henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.  Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna. 2. Uterus Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan. 3. Ovarium Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron. 4. Payudara (Glandula Mamae) Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu
  • 28. pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik. B. Pria 1. Prostat Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik. Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut. 2. Testis Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.
  • 29. II. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini : 1. Fase desire Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido. 2. Fase arousal  Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan kandung kemih.  Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat. 3. Fase orgasmik  Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.  Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun. 4. Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:  Penyebab iatrogenik Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.  Penyebab biologik dan kasus medis Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik.
  • 30. III. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti : 1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. 2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. 3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. 4. Pasangan hidup telah meninggal. 5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb. IV. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain : 1. Infark miokard Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark. 2. Pasca stroke Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh. Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat
  • 31. diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi. 3. Kanker Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf. 4. Diabetes mellitus Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual. 5. Arthritis Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual. 6. Rokok dan alcohol Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan. 7. Penyakit paru obstruktif kronik Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa. 8. Obat-obatan Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain. V. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia
  • 32. Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu. Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada lansia adalah sebagai berikut : 1. Anamnesa Riwayat Seks  Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan  Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup  Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah  Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya  Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-obatan yang dikonsumsi oieh pasien. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci, meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996) 2. Pengobatan yang diberikan mencakup :  Konseling Psikoseksual  Therapi Hormon  Penyembuhan dengan obat-obatan
  • 33.  Peralatan Mekanis  Bedah Pembuluh 3. Bimbingan Psikososial Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi. 4. Penyembuhan Hormon  Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi).  Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada klimakterium. 5. Penyembuhan dengan Obat  Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif  Oral phentholamin  Tablet apomorphine sublingual  Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif  Penempatan intra-uretral prostaglandin BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH FUNGSI SEKSUAL 1. Pengkajian a. Identitas Klien 1. Nama Klien 2. Umur 3. Agama 4. Suku 5. Pendidikan 6. Alamat
  • 34. 7. Pekerjaan 8. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan 9. Status social ekonomi keluarga b. Dapatkan riwayat seksual:  Pola seksual biasanya  Kepuasan (individu, pasangan)  Pengetahuan seksual  Masalah (seksual, kesehatan)  Harapan  Suasana hati, tingkat energi 2. Diagnosa Keperawatan 1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual. Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang dialaminya Kriteria hasil: 1. Mengekspresikan kenyamanan 2. Mengekspresikan kepercayaan diri Intervensi: 1. Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia. 2. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan. 3. Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual. 4. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian 5. Anjurkan klien untuk menggunakan krim vagina dan gel untuk mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina, serta untuk megurangi rasa sakit pada saat berhubungan seksual
  • 35. 2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh. Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya secara positif Kriteria hasil: 1. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu dan rendah diri 2. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki Intervensi: 1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal 2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien 3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien 4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain 5. Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan 6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien. 3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah kesehatannya. Kriteria Hasil : 1. Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang disebabkan masalah kesehatan 2. Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap keterbatasannya Interversi : 1. Kaji factor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi  Kelelahan  Nyeri  Nafas pendek  Keterbatasan suplai oksigen  Imobilisasi
  • 36.  Kerusakan inervasi saraf  Perubahan hormone  Depresi  Kurangnya informasi yang tepat 2. Hilangkan atau kurangi factor-faktor penyebab bila mungkin. Ajarkan pentingnya mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala penyakit 3. Berikan informasi terbatas dan saran khusus  Berikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit  Ajarkan modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual untuk membantu penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit (saran khusus) DAFTAR PUSTAKA http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008.