1. MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR
“ TEORI – TEORI BELAJAR ”
( Teori Belajar Behavioristik, Kognitif Dan Humanistik)
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Psikologi Belajar
Dosen Pengampu:Bpk. Joko Siswono
Diajukan oleh:
Nama : Arif Wicaksono
NPM : 09330049
Kelas : Fisika - 4B
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011
2. DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
C. Manfaat ................................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
D. Batasan Masalah .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Pembelajaran Behavioristik ........................................................ 3
A.1. Teori Koneksionisme Thorndike.................................................... 3
A.2. Teori Conditioning Watson ............................................................. 3
A.3. Teori Conditioning Edwin Guthrie ................................................. 4
A.4. Teori Operant Conditioning Skinner............................................... 4
A.5. Teori Systematic Behavior Clark Hull ............................................ 5
A.6. Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik ................. 5
A.7. Aplikasi Dasar teori behavioristik ................................................... 5
B. Teori Pembelajaran Kognititif................. ............................................. 6
B.1. Ausubel ( Teori Belajar Bermakna) ................................................ 6
B.2. Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget ........................................... 6
C. Teori Pembelajran Humanistik.... ......................................................... 7
C.1. Arthur Combs (1912-1999) ............................................................. 7
C.2. Maslow ............................................................................................ 8
C.3. Carl Rogers ...................................................................................... 9
C.4. Implikasi Teori Belajar Humanistik ............................. .................. 11
C.5. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa........... . 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
http://arifcintafisika.webs.com
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar
adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati,
diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang dikembangkan
melalui belajar yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif,
ketrampilan motorik, dan sikap.
Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk
mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam
hal ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain
pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau
signal dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar
manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal – hal yang sebelumnya belum mereka
ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh
karena itu seseorang harus menguasai prinsip – prinsip dasar belajar agar mampu memahami
bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang
lebih baik di masa yang akan datang.Perubahan perilaku yang merupakan hasil dari proses
belajar dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak
tampak (inner behavior).Perilaku yang tampak misalnya menulis, memukul, menendang
sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya berfikir, bernalar dan berkhayal.Untuk itu,
agar aktivitas belajar dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau proses
belajar untuk peserta didik harus dirancang secara matang, menarik, dan spesifik sehingga
peserta didik mudah memahami dan merespon positif materi yang diberikan. Meskipun
pengajar sudah merancang sedemikian rupa kadang masih sulit untuk peserta didik dalam
mengerti dan paham pada materi yang diberikan. Oleh karena itu pengajar harus mampu
http://arifcintafisika.webs.com
4. menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu memahami apa yang sudah diberikan
oleh pengajar.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini ada;ah :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan teori-teori pembelajaran yang meliputi teori
belejar kognitif, behavioristik dan humanistik.
2. Mahasiswa sebagai calon guru diharapkan mampu mengaplikasikan berbegai
macam teori belajar pada peserta didiknya sesuai dengan kondisinya.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah memberikan penjelasan kepada mahasiswa akan
teori pembelajaran ( kognitif, behavioristik dan humanistik ) sehinggamakalah ini dapat
dijadikan referensi baik pada mahasiswa itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Jelaskan Teori Pembelajaran Behavioristik menurut para ahli dan aplikasi
dasarnya..?
2. Jelaskan Teori Pembelajaran Kognititif piaget..?
3. Teori Pembelajran Humanistik seta implikasinya......?
E. Batasan masalah
Batasan masalah untuk makalah ini hanya mengacu pada Judul makalah yaitu “ Teori-
Teori Belajar”.
http://arifcintafisika.webs.com
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila
ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan
respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga
dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement)
penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.
A.1. Teori Koneksionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu
ineraksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan
tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat
diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
A.2. Teori Conditioning Watson
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-
perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.
http://arifcintafisika.webs.com
6. A.3. Teori Conditioning Edwin Guthrie
Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat
sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin
diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga
mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka
diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.
A.4. Teori Operant Conditioning Skinner
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori
Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar
behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh Skinner.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari
sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner
terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons
dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang
http://arifcintafisika.webs.com
7. meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
A.5. Teori Systematic Behavior Clark Hull
Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan
biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
A.6. Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau
belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara
stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya. Namun kelebihan dari teori
ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping
yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta
didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
A.7. Aplikasi Dasar teori behavioristik
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu
jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas
belajarnya.
http://arifcintafisika.webs.com
8. B. TEORI BELAJAR KOGNITIF
B.1 Ausubel ( Teori Belajar Bermakna)
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa
melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan
bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan
bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa
pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu.
Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta
konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
B.2 Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai
rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi
empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4)
formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the
process by which a person takes material into their mind from the environment, which may
mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the
difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Piaget juga merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak
membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam
pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar
http://arifcintafisika.webs.com
9. bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi
informasi.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu :
1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai
pada hasil tersebut. Pengalaman – pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan
dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap
Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan
jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan
berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di
dalam kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok –
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran
gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun
penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
C. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
http://arifcintafisika.webs.com
10. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
1. Proses pemerolehan informasi baru,
2. Personalia informasi ini pada individu.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah:
Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
C.1. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian
pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan
materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan
merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha
merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang
dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga
yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari
persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa
itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
C.2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
http://arifcintafisika.webs.com
11. 1. suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah
berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada
saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras
aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi
yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.
C.3. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat
dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke
bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat
gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society
untuk mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku
pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep
Client-Centerd Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti
memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning
menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential
learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa
sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
http://arifcintafisika.webs.com
12. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam
dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan
itu.
http://arifcintafisika.webs.com
13. Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan
segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
C.4. Implikasi Teori Belajar Humanistik
A. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini
merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes(petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
http://arifcintafisika.webs.com
14. 5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
C.5. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
http://arifcintafisika.webs.com
15. 4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma ,
disiplin atau etika yang berlaku.
http://arifcintafisika.webs.com
16. BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar menurut teori
Behavioristik merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting
oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respon. Menurut teori belajar Kognitih dijelaskan bahwa
belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guruTeori Percanggahan Kognitif adalah tidak selaras di antara dua atau lebih
pendapat atau idea.
Disisi lain Menurut Teori humanistik mengungkapkan bahwa tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para
pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
D. SARAN
Dari makalah yang telah kami buat tentu terdapat suatu celah yang membuat makalah
ini tidak sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun guna
kami kedepannya agar makalah ini menjadi sempurna. Keterbatan saya sebagai insan
manusia dalam penjabaran makalah ini akan saya jadikan sebabai masukan untuk
menjadikan makalah ini jauh lebih baik lagi. Kurikulum adalah bagian dari sebuah
pendidikan dan makalah ini adalah bagian dari proses hasil pemikiran. Oleh karena itu
saya ucapkan terimakasi kepada pembaca semua yang berkenan memeberikan kritik dan
saran kepada penulis.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
http://arifcintafisika.webs.com
17. DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. Mujiyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rieneka Cipta.
Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan membelajarkan. Jakarta : C.V. Rajawali
dan PAU-UT
Tri Anni, Catharina.2007.Psikolgi Belajar.Semarang: UNNES Press.
Psikologi Belajar: Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono
http://topatopeng.smamda.org/2008/11/10/teori-belajar-behavioristik/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-belajar/aplikasi-teori-
behavioristik-dalam-proses-belajar-mengajar
http://elearningpo.unp.ac.id/index.php?option=com
http://prince-mienu.blogspot.com
http://lecturer.eepis-its.edu
http://arifcintafisika.webs.com