1. ASBAB AL-NUZUL
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“STUDY AL-QUR’AN”
Disusun Oleh:
Nur Alfiyatur Rochmah (B06213037)
Dosen Pembimbing:
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
2. KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah, karena dengan
taufik-Nya lah kita bisa melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari demi memewujudkan cita-cita
yang luhur berguna bagi nusa dan bangsa
Kedua kalinya sholatullah wasalamuhu yang senantiasa kita limpahkan kapada pimpinan
sejati kita yakni nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman yang penuh
kemiskinan motivasi hingga pada hari yang selalu memberikan kita jalan yang lurus yakni agama
islam,
Dengan ini saya berharap kepada seluruh teman-teman mahasiswa apabila dalam
pembuatan makalah ini kurang sempurna saya mohon untuk mengkritik makalah ini, karna saya
sadar kemempuan saya jauh dari sempurna maka dari itu untuk mengevaluasi apa yang telah
saya cetak, dengan tujuan supaya penulisan yang selanjutnya saya lebih baik,
Harapan penulisan makalah ini supaya teman-teman mahasiswa agarmemahami tentang
pengertian asbabun nuzul dan seluk beluknya dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya
bagi saya sendiri dan umumnya bagi pembaca .
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
. Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang
dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada
Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang
sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan
kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau
masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui
hukum Islam mengenai hal itu. Maka Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk
pertanyaan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul.
Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji dan diteliti oleh
para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara mendalam.
Berdasarkan pemahaman para ahli tafsir mengenai pentingnya mempelajari Asbabun
Nuzul maka ilmu ini perlu dikembangkan untuk dipahami oleh umat manusia. Bahkan sekarang
Asbabun Nuzul telah dijadikan salah satu kajian dalam ‘Ulumul Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asbabun Nuzul ?
2. Apa saja macam-macam Asbabun nuzul ?
3. Apa faedah dari Asbabun nuzul ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asbabun nuzul.
2. Untuk mengetahui macam-macam dari asbabun nuzul.
3. Untuk mengetahui faedah-faedah dari mempelajari asbabun nuzul.
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul
Asbab adalah bentuk plural (jama’) dari kata sabab yang dalam bahasa indonesia
diartikan: sebab, alasan, motif, latar belakang dan lain-lain, sedangkan Nuzul merupakan bentuk
masdar dari anzala yang berarti turun. Pengertian asbab an-nuzul secara istilah adalah sesuatu
yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat, yang mencakup suatu permasalahan dan
menerangkan suatu hukum pada saat terjadi peristiwa-peristiwa.1
Menurut Abdul Djalal Ilmu asbabun Nuzul ialah Membahas kasus-kasus yang menjadi
sebab diturunkannya beberapa ayat al-Qur’an macam-macamnya, sighat (redaksi-redaksinya),
tarjih riwayat-riwayatnya dan faedah mempelajarinya.
Menurut Quraish Shihab berdasarkan kutipan dari al-Zarqani, asbab an-nuzul adalah
suatu kejadian yang menyebabkan turunnya suatu ayat atau beberapa ayat, atau suatu peristiwa
yang dapat dijadikan petunjuk hukum berkenaan turunnya suatu ayat.
M. Hasbi Ash Shiddieqy mengartikan Asbabun Nuzul sebagai kejadian yang karenanya
diturunkan Al-Qur’an untuk menerangkan hukumnya di hari timbul kejadian-kejadian itu dan
suasana yang didalamnya Al-Qur’an diturunkan serta membicarakan sebab yang tersebut itu,
baik diturunkan langsung sesudah terjadi sebab itu ataupun kemudian lantaran sesuatu hikmah.
Nurcholish Madjid menyatakan bahwa asbabun adalah konsep, teori atau berita tentang
adanya sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW,
baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat maupun satu surat.
Subhi Shalih menyatakan bahwa Asbabun Nuzul itu sangat berkenaan dengan sesuatu
yang menjadi sebab turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat, atau suatu pertanyaan yang
menjadi sebab turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai penjelasan yang diturunkan pada
waktu terjadinya suatu peristiwa.
Az-Zarqani berpendapat bahwa asbabun nuzul adalah keterangan mengenai suatu ayat
atau rangkaian ayat yang berisi tentang sebab-sebab turunnya atau menjelaskan hukum suatu
kasus pada waktu kejadiannya.
1 Dr. Usman, M.ag,Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Sukses offset,2009), hal. 103
5. Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik dua kategori mengenai sebab turunnya suatu
ayat. Pertama, suatu ayat turun ketika terjadi suatu peristiwa. Sebagaimana diriwayatkan Ibn
Abbas tentang perintah Allah kepada Nabi SAW untuk memperingatkan kerabat dekatnya.
Kemudian Nabi SAW naik ke bukit Shafa dan memperingatkan kaum kerabatnya akan azab
yang pedih. Ketika itu Abu Lahab berkata, “Celakalah engkau, apakah engkau mengumpulkan
kami hanya untuk urusan ini?”, lalu ia berdiri. Maka turunlah surat Al-Lahab.
Kedua, suatu ayat turun apabila Rasulullah ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah
ayat Al-Qur’an yang menerangkan hukumnya. Seperti pengaduan Khaulah binti Sa’labah kepada
Nabi SAW berkenaan dengan zihar yang dijatuhkan suaminya, Aus bin Samit, padahal Khaulah
telah menghabiskan masa mudanya dan telah sering melahirkan karenanya. Namun sekarang ia
dikenai zihar oleh suaminya ketika sudah tua dan tidak melahirkan lagi. Kemudian turunlah ayat,
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang
suaminya”, yakni Aus bin Samit.
Asbabun nuzul menggambarkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an memiliki hubungan dialektis
dengan fenomena sosio-kultural masyarakat. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa Asbabun
nuzul tidak berhubungan secara kausal dengan materi yang bersangkutan. Artinya, tidak bisa
diterima pernyataan bahwa jika suatu sebab tidak ada, maka ayat itu tidak akan turun.
Komaruddin Hidayat memposisikan persoalan ini dengan menyatakan bahwa kitab suci
Al-Qur’an, sebagaimana kitab suci yang lain dari agama samawi, memang diyakini memiliki dua
dimensi, yaitu historis dan transhistoris. Kitab suci menjembatani jarak antara Tuhan dan
manusia. Tuhan hadir menyapa manusia di balik hijab kalamNya yang kemudian menyejarah.
B. Macam-macam Asbabun Nuzul
Bila diperhatikan dengan seksama, asbabun al-nuzul ayat-ayat al-Qur’an itu dapat
dibedakan menjadi dua yaitu: pertama, segi bentuk turunnya ayat. Kedua, jumlah sebab dan
ayat yang turun.
Dari segi bentuknya, “asbab al-nuzul” dapat dibagi dua yaitu:
1. Berbentuk peristiwa
2. Berbentuk pertanyaan
6. Adapun sebab-sebab nuzul yang berbentuk peristiwa dapat dibagi tiga yaitu :2
1. Peristiwa berupa pertengkaran atau persengketaan, seperti perselisihan yang berkecakamuk
yang terjadi antara segolongan dari suku Aus dan segologan dari suku Khazraj. Perselisihan
timbul dari intrik-intrik atau hasil adu domba yang disulutkan oleh orang-orang Yahudi,
sehingga mereka berteriak-teriak dengan mengatakan “senjata,senjata”. Peristiwa tersebut
melatarbelakangi turunnya beberapa ayat, surah Alu’Imran berikut ini:
) يا ايها الذين امنوا ان تطيعوا فريقا من الذين اوتوا الكتاب يردوكم بعدا ايمانكم كفرين )ال عمران 011
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi
al-Kitab, niscahaya mereka akan mengembalikan kamu kafir sesudah kamu beriman.”
Q.S.(2):100
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seorang sahabat yang mengimami
shalat dalam keadaan mabuk, sehingga mengalami kekeliruan dalam membaca suatu surat
setelah al-fatihah.
3. Peristiwa berupa hasrat, cita-cita atau keiinginan-keinginan, seperti kesesuaian-kesesuaian (
Muwafqot) hasrat dan keinginan Umar bin Khathtab dengan ketentuan-ketuan ayat-ayat al-
Qur’an yang diturunkan Allah.3Menurut riwayat dari sahabat Anas r.a. ada beberapa harapan
Umar yangdikemukakannya kepada Nabi Muhammad s.a.w., kemudian ayat-ayat yang
kandungannya sesuai denganharapan-harapan dan keinginan-keinginan Umar tersebut.
Seperti ketika Umar berkata kepada Rasullullah s.a.w.:”Ya Rasulullah, bagaimana
kalau sekiranya kita kita jadikan maqom Ibrahim sebagai tempat sholat”? Maka turunlah ayat :
) ...واتخدوا ن مقام ابرراهيم مصلي... )البقراة: 021
“…Dan jadilah sebagian maqom Ibrahim sebagai tempat sholat…”Q.S.(2):125.
Sbab-saba al-nuzul yang berbentuk pertanyaan juga dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
yaitu:4
1. Pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu, seperti kasus pertanyaan yang
diajukan oleh orang-orang Quraisiy tentang”Ashab al-Kahfi” dan “Dzulkarnain” . RRasul
2 Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), h. 30-31. Lihat juga ‘Abdul’ Azhim al-
Zarqoniy,Manahil al-irfan, h. 107.
3 Sebagian ulama’ di antaranya ada yang telah menyusun kitab khusus yang mengemukakan hal-hal yang berkaitan
dengan masalah hasrat dan keinginan Umar bin Khaththab tersebut yang terkait dengan ayat -ayat yang diturunkan.
4 Ramli Abdul Wahid,op.cit.,h. 32-33. Lihat Muhammad ‘Abdul’Azhim,Manahil al-irfan…, h. 108.
7. kemudian menjawab:” Besok akan aku beritahu kamu”. Tanpa mengucapkan kata ان شاء
الله(Jika Allahmengkhendaki). Ternyata wahyu terlambat turun. Menurut riwayat dari ibnu
ishak, setelah pertanyaan tersebut diajukan, ayat yangberkaitan dengan itu baru
diturunkan lima belas hari kemudian, sedangkan menurut riwayat yang lain tiga hary
kemudian.
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang masih sedang berlangsung (pada saat
itu). Sebagai contoh: Menurut salah satu riwayat dari ‘ikrimah yang diterima oleh Ibnu
abbas, ia mengatakan, pada suatu saat ketika rasullullah s.a.w. berjalan-jalan di madinah,
beberapa orang Quraisiy meminta materi pertanyaan kepada orang-orang yahudi yang
kebetulan di jumpainya, dengan mengatakan:”Berikanlah kami materi pertanyaan yang
akan kami tanyakan kepada orang itu, maka orang yahudipun memberikan pertanyaan
kepada “ruh”. Merekapun (orang-orang Quraisiy) kemudian menanyakan hal ini kepada
rasullullah. Maka turunlah firman alllah kepada Rosullullah agar sebagai jawaban dari
pertanyaan yang mereka ajukan tersebut.
3. Pertanyaan yang berhubungan dengan masayang akan datang: Seperti pertanyaan orang-orang
kafir Quraisiy tentang hari kiamat, yang diabadikan dalam firman allah berikut ini:
)24- يسالونك عنن اسعة ايان مرساها. فيما انت من ذكراها )انازعات: 22
“Orang-orang kafir bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari bangkit (Kiamat),
Kapankah terjadinya. Siapakah kamu (maka) Dapatkah engkau menyebutkan
(Waktunya)?” Q.S.(79): 42-43.
Sebagai jawabannya adalahterdapat pada ayt berikutnya dalam surah yang sama, yaitu:
) الى ربك منتهاها )الناززعات: 22
“Kepada tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).” Q.S.(79): 44.
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab al-nuzul dapat dibagi dua
yaitu:
1. Ta’addud al-sabab wa al-nazil wahid (sebab turunnya ayat lebih satu dan inti persoalan
yang terkandung dalam ayat itu atau sekelompok ayat yang turun itu adalah satu juga).
2. Ta;addud al-nazal wa al-sabab wahid
(Inti yang terkandung dalam ayat yang diturunkan lebih dari satu sedang sebab turunnya
satu).
D. Faedah-faedah Asbabun Nuzul
8. Beberapa kegunaan atau Faedah dari mempelajari dan mengetahui Asbab al-nuzul
itu, diantaranya adalah:5
1. Untuk mengetahui hikmah diundangkannya suatu hokum dan perhatian syara’
terhadap kepentingan dan kebutuhan umum dalam menghadapi segala peristiwa.
2. Membantu seseorang dalam memahami suatu ayat, sekaligus dapat menghilangkan
kesulitan yang terdapat di dalam ayat.
3. Dapat memberikan pemahaman dengan tepat, bahwa hukum yang dibawa oleh ayat
al-Qur’an adalah khusus untuk memberikan penyelesaian terhadap peristiwa atau
pertanyaan yang menjadi sabab al-nuzulnyaayat itu.
4. Dapat diketahui dengan tepat sasaran hukum yang dibawa oleh ayat-ayat yang
diturunkan, sehingga tidak akan keliru didlam menetapkan suatu hukum.
5. Dapat membantu mempermudah pemahaman dan penghafalan ayat serta
membantu”meletakkan” ayat-ayat yang bersangkutan berada didalam hati orang yang
mendengarnya bila ayat itu dibacakan.
BAB III
PENUTUP
5 Manna al-Qaththan, op.cit.h.79. Lihat Muhammad ‘abdul’Azhim, Manahil al-‘Irfan, h. 109.
9. A. Kesimpulan
Seteleh mempelajari dan melihat pembahasan yang telah dijabarkan panjang lebar
diatas, dapat kami simpulkan bahwasannya:
1. Asbabun Nuzul didefinisikan
Sebagai suatu hal yang karenanya Al-qur’an diturunkan untuk menerangkan status
hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”, serta
memiliki faedah didalamnya.
2. Cara turunnya Asbabun Nuzul itu:
Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada
nabi.
Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau
pertanyaan.
3. Ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok;
Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya
harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru.
Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah
dalam Al-qur’an).
DAFTAR PUSTAKA
10. ‘Djalal, Abdul Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu. 1998.
‘Usman, Ulumul Qua’an. Yogyakarta: Teras. 2009.
‘Ramli, Abdul Wahid.1994. Ulumul qur’an.Jakarta:Rajawali
‘Anwar, Rosihon. Ulum al-quran. Bandung: Pustaka Setia. 2008.
‘Ahmad Syadali dan Ahmad Rifa’i, Ulumul Qur’an I. Bandung: Pustaka Setia. 2006.
‘Shalih, Subhi. Mabahits fi ‘Ulumul Qur’an. Beirut: Dar al-Qalam li Al-Malayyin 1988.