1. SUMBER QUR'AN 18:65-82: SUMBER YAHUDI ARENT WENSINCK?1
1. PENDAHULUAN
“Kemudian mereka mendapati seorang hamba dari hamba-hamba Kami yang kepadanya Kami telah memberikan
rahmat dari Kami, dan Kami telah mengajarnya pengetahuan dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya, "Bisakah aku
ikut kamu supaya kamu mengajar aku, apa yang kamu telah diajar, putusan yang betul?" Berkata, "Sesungguhnya
kamu tidak akan bisa bersabar dengan aku. Dan bagaimanakah kamu akan bersabar dengan apa yang kamu tidak
meliputi dalam pengetahuan kamu?" Berkata, "Kamu akan mendapati aku, jika Allah kehendaki, bersabar; dan aku
tidak akan menentang kamu dalam urusan." Berkata, "Jika kamu ikut aku, maka janganlah menanyai aku sesuatu
sehingga aku sendiri mengemukakan sebutan mengenainya kepada kamu." Maka mereka bertolak; sehingga apabila
mereka naik di atas kapal, dia melubanginya. Berkata, "Apa, adakah kamu melubanginya untuk menenggelamkan
ahlinya? Sesungguhnya kamu mendatangkan sesuatu yang buruk." Berkata, "Tidakkah aku mengatakan bahwa kamu
tidak akan bisa bersabar dengan aku?" Berkata, "Janganlah kamu mempertanggungjawabkan aku karena aku lupa, dan
jangan juga memaksa aku untuk membuat sesuatu perkara yang amat sukar." Maka mereka bertolak; sehingga apabila
mereka bertemu seorang anak lelaki muda, dia membunuhnya. Berkata, "Apa, adakah kamu membunuh satu jiwa
yang suci, dan bukan karena membalas untuk jiwa yang dibunuh? Sesungguhnya kamu mendatangkan sesuatu yang
dahsyat." Berkata, "Tidakkah aku mengatakan kepada kamu bahwa kamu tidak akan bisa bersabar dengan aku?"
Berkata, "Jika aku menanyakan kamu mengenai sesuatu setelah ini, maka janganlah menemani aku lagi; kamu telah
cukup memberi alasan kepadaku." Maka mereka bertolak; sehingga apabila mereka datang kepada penduduk sebuah
negeri, mereka meminta makanan dari penduduknya, tetapi mereka menolak untuk menerima mereka dengan layanan
baik untuk tamu. Kemudian mereka mendapati sebuah tembok yang hendak roboh, lalu dia menegakkannya. Berkata,
"Sekiranya kamu menghendaki, tentu kamu mengambil imbalan untuk itu." Berkata, "Inilah perpisahan antara aku
dan kamu. Sekarang aku akan memberitahu kamu interpretasi apa yang kamu tidak bisa bersabar dengannya.
Mengenai kapal, ia kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut; dan aku menghendaki untuk merusaknya
karena di belakang mereka ada seorang raja yang mengambil tiap-tiap kapal dengan paksa. Mengenai anak lelaki
muda, ibu bapaknya orang mukmin; dan kami takut dia akan memaksa mereka dalam kelampauan batas, dan
ketidakpercayaan. Maka kami menghendaki supaya Pemelihara mereka memberi mereka, dengan menukarkan yang
lebih baik dari dia, dalam zakat (kesucian), dan lebih dekat dalam kasih sayang. Mengenai tembok, ia kepunyaan dua
anak lelaki muda yang yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta simpanan kepunyaan mereka. Bapak mereka
orang salih; dan Pemelihara kamu menghendaki supaya mereka sampai dewasa dan kemudian mengeluarkan harta
simpanan mereka sebagai satu rahmat dari Pemelihara kamu. Aku tidak melakukannya dari kemauanku sendiri. Inilah
interpretasi apa yang kamu tidak bisa bersabar dengannya." 2
“Di padang gurun yang saya tinggal selama empat tahun Tuhan memberi saya makan saya tanpa
kerja keras saya. Khidir sang Hijau yang Kuno ternyata teman saya selama waktu itu. Ia mengajarkan
saya Nama Besar Allah.”3
Kisah Musa dan 'hamba Allah' yang tidak diketahui dalam Al-Qur’an 18:65-82, yang
diidentifikasi sebagai al-Khidr, telah menjadi sumber dari banyak komentar oleh orientalis. Kisah dalam
Al-Qur’an 18:65-82 menjelaskan bagaimana Musa, setelah mengaku sebagai yang paling berpengetahuan
orang, dikirim oleh Tuhan untuk menemukan al-Khidr, yang memiliki pengetahuan yang lebih besar dan
lebih esoteris dari orang lain. Musa tidak dapat memahami keadilan tindakan sampai al-Khidir
menjelaskan keadaan tak terlihat dan alasan untuk apa yang telah dilakukannya. Cerita ini dipahami
sebagai dakwaan dari klaim pengetahuan manusia ilahi. Para orientalis, kurang peduli tentang pesan, yang
bersangkutan sendiri dengan mengidentifikasi sumber-sumber narasi Al-Qur'an. Sumber dugaan Qur'an
18:65-82 diidentifikasi sebagai Hibbūr Yāfeh saya-ha-Yeshu`a milik Ibnu Shahin: Romances Alexander
dan Epos Gilgames.
1Dipresentasikan oleh Muhammad Akmaluddin (094211064) guna memenuhi tugas mata kuliah Orientaslisme
dalam al-Qur’an oleh Bapak Sukendar, M. Ag, M. A, Fakultas Ushuluddin Program Khusus (FUPK) Jurusan Tafsir
Hadits IAIN Walisongo Semarang Tahun Ajaran 1433 H / 2012 M
2 QS. 18: 65 – 82
3Sufi Ibrahim b. Adham dikutip dalam artikel ‘Khidr’ dari Cyril Glasses The Concise Encyclopedia of Islam, 1989,
Harper and Row, Publishers, Inc., San Francisco, hal. 224-25.
1
2. 2. SUMBER QUR'AN 18:65-82
Antara lain, Ginzberg, 4 Friedlander5 dan Obermann6 menyatakan bahwa sumber al-Quran 18:65-
82 adalah "legenda Yahudi" Rabbi Joshua ben Lewi dan Elia sebagaimana disebutkan dalam Hibbūr
Yāfeh saya-ha-Yeshu `a. Legenda Yahudi tersebut menceritakan bagaimana Rabi Levi melanjutkan
perjalanan dengan Elia. Seperti al-Khidr, Elia menetapkan sejumlah syarat. Elia melakukan sejumlah hal
yang keterlaluan yang mempengaruhi Rabi dengan cara yang sama dengan bagaimana Musa terpengaruh.
Penjelasan yang paling berpengaruh dari sumber cerita ini ditemukan dalam Encyclopedia of
Islam dengan judul "al-Khadir" yang ditulis oleh Arent Jan Wensinck. Wensinck berpendapat bahwa Al-
Qur’an 18:65-82 diambil dari "legenda Yahudi" Rabbi Joshua ben Lewi dan Elia. Dia menulis:
Legenda Yahudi (dicetak dalam Jellinek, Bet ha-Midrasch, V, 133-5) menceritakan bagaimana Rabbi Joshua ben Levi
melanjutkan perjalanan dengan Elia di bawah syarat yang ditetapkan oleh Elia, sebagaimana cerita hamba Allah
dalam al-Qur’an. Seperti yang terakhir, Elia melakukan sejumlah hal keterlaluan, yang mempengaruhi Yosua seperti
yang dilakukan Musa (Zunz, Gesammelte Vorträge, X, 130), pertama menunjukkan kemiripan kisah ini dengan
legenda al-Qur’an.7
Klaim Wensinck tersebut sebagian didasarkan pada asumsi bahwa Muhammad tidak sempurna
meminjam cerita ini sementara pada saat yang sama membingungkan nama-nama karakter. Sebuah
dukungan yang sama telah dibuat oleh Arthur Jeffery yang mengatakan:
Wensinck telah menunjukkan bahwa di sini dalam surat legenda Yahudi Elia dan Rabbi Joshua ben Lewi telah
menjadi bercampur dengan al-Khidr dan cerita Alexander. 8
Klaim Ibn Warraq menukung Wensinck tanpa kritik.9 Namun, tidak satupun dari para sarjana ini
telah membuktikan tesis ini, karena tampaknya tidak satupun dari mereka dikaji dengan teliti pada bagian
komponen dan elemen tertentu dari dua cerita tersebut.
3. SEBUAH KASUS KRONOLOGIS YANG MEMBINGUNGKAN
Baik Ginzberg, Friedlander dan Obermann (diantara yang lain) maupun Wensinck sadar bahwa
cerita ini sebagaimana disebutkan dalam Hibbūr Yāfeh saya-ha-Yeshu `a, adalah parafrase Ibrani dari
karya Arab sebelumnya dikaitkan dengan abad kesebelas Nissim bin Shahin dari Qayrawan. Keberadaan
asli buku bahasa Arab Ibnu Shahin Al-Faraj Ba `d al-Shiddah pertama kali dicatat oleh Abraham
Harkavy di Festschrift zum Achtzigsten Geburtstage Moritz Steinschneiders [Leipzig, 1896]10. Naskah ini
kemudian dipelajari oleh Obermann.11 Ia menerbitkan naskah Arab yang ditemukan oleh Harkavy pada
4 L. Ginzberg, The Legend Of The Jews, 1965 (reprint), Volume VI, The Jewish Publication Society Of America:
Philadelphia, hal. 334; L. Ginzberg, On Jewish Law And Lore, 1981, Atheneum: New York, hal. 72-73.
5 I. Friedländer, "Zur Geschichte Der Chadhirlegende", Archiv Für Religionswissenschaft, 1910, Volume 13, hal. 92-
110; I. Friedländer, "Alexanders Zug Nach Dem Lebensquell Und Die Chadhirlegende", Archiv Für
Religionswissenschaft, 1910, Volume 13, hal. 161-246; banyak argumen dari dua artikel ini ada dalam I.
Friedländer's, Die Chadhirlegende Und Der Alexanderroman, 1913, Druck Und Verlag Von B. G. Teubner: Leipzig.
Lihat hal. 257.
6 J. Obermann, "The Two Elijah Stories In Judeo-Arabic Transmission", Hebrew Union College Annual, 1950-1951,
Volume XXIII (Part I), hal. 387-404.
7 "Al-Khadir", Encyclopedia Of Islam, 1978, Volume IV, E. J. Brill (Leiden) & Luzac & Co. (London), p. 903.
8 A. Jeffery, The Koran: Selected Suras, 1958, The Heritage Press: New York, NY, hal. 220, n. 6.
9 Ibn Warraq, Why I Am Not A Muslim, 1995, Prometheus Books: Amherst, NY, hal. 61. Harus ditambahkan bahwa
pandangan yang sangat membingungkan disajikan oleh Newman. Tidak jelas dari tulisan-tulisan Newman apa
sebenarnya sumber dugaan kisah Al-Qur'an. Untuk lebih lengkapnya lihat N. A. Newman, Muhammad, The Qur'an
& Islam, 1996, Interdisciplinary Biblical Research Institute: Hatfield (PA), hal. 377.
10 B. M. Wheeler, "The Jewish Origins Of Qur'an 18:65-82? Re-examining Arent Jan Wensinck's Theory", Journal Of
The American Oriental Society, 1998, Volume 118, hal. 155.
11 J. Obermann, "Ein Werk Agadisch-Islamischen Synkretismus", Zeitschrift Für Semitistik Und Verwandte Gebiete,
1927, Volume 5, hal. 43-68.
2
3. tahun 1933.12 Yang cukup menarik, bahkan sebelum ditemukannya teks Arab asli dari koleksi cerita dari
Ibnu Shahin, dengan judul Hibbūr Yāfeh saya-ha-Yeshu `a yang berisi kisah Elia dan Rabbi Joshua b.
Levi, Levi Israel pada tahun 1884 dirasakan cerdik bahwa cerita teodisi Ibnu Shahin tidak lain adalah
... penataan kembali al-Qur’an. 13
Memperhatikan wawasan cerdik Levi, Schwarzbaum mengatakan:
Levi telah mempelajari salah satu terjemahan Ibrani tua dan agak kurang atau parafrase dari [Ibnu Shahin] karya R.
Nissim itu yang tidak setia mencerminkan semangat asli dan kata-kata dari teks bahasa Arab. Sebuah pengawasan
dekat legenda Teodise kami dengan jelas membuktikan fakta bahwa R. Nissim sama sekali tergantung pada cerita teks
Al-Quran.14
Bahkan setelah teks asli bahasa Arab Hibbūr Yāfeh saya-ha-Yeshu `a ditemukan para sarjana
seperti Wensinck dan Obermann menyatakan bahwa Al-Qur’an yang tergantung pada kisah Elia dan
Rabbi Joshua b. Lewi. Wheeler mengatakan:
Bahkan setelah (teks) Arab asli ditemukan, bagaimanapun, para sarjana terus mempertahankan bahwa Al-Qur'an
tergantung pada cerita ini meskipun tidak dibuktikan dalam sumber-sumber Yahudi sebelum teks abad kesebelas ini. 15
Klaim keaslian cerita Yahudi diadakan dengan cepat oleh orang yang mengedit dan menerbitkan
karya asli bahasa Arab Ibnu Shahin ini: Julian Obermann. Menurutnya adanya kisah dalam Al-Qur'an
membuktikan bahwa Ibnu Shahin menuliskan ceritanya sebelumnya, tapi tidak pada sumber rabinik yang
masih ada.16 Obermann berpendapat, pertama, bahwa dua cerita serupa cukup untuk menunjukkan adanya
hubungan genetik tetapi tidak terlalu mirip sehingga untuk menunjukkan bahwa salah satu meminjam dari
yang lain.17 Kedua, "sebagai sebuah aturan" menarik al-Qur'an pada "awal pasca-Alkitab pengetahuan
agama, yang paling sering dari Yahudi, lebih jarang berasal dari Kristen."18 Ketiga, karena Ibnu itu
Shahin mengklaim bukunya sebagai koleksi bahan yang telah dikirimkan oleh "majikan dan pihak
berwenang yang paling baik dari orang bijak kita"19 itu tidak terpikirkan bahwa ia akan memasukkan
sebuah apokrif, kisah lisan .
Selain sebagian besar argumen Obermann yang menjadi kesalahan dari kesimpulan yang tidak
relevan, ada poin tertentu yang memerlukan perhatian lebih lanjut. Ibnu Shahin tidak mengklaim telah
mengumpulkan cerita dari orang bijak Yahudi, melainkan ia menulis bahwa ia sudah memasukkan cerita
tentang orang bijak:
Anda menyebutkan dalam surat Anda bahwa itu adalah keinginan Anda untuk membaca sebuah buku yang mungkin
membebaskan Anda, bergembiralah hatimu, dan menghapus duka dan penderitaan kesedihan Anda. Anda
mengingatkan saya bahwa bangsa-bangsa lain memiliki buku terdiri atas subjek lega setelah kesulitan dan kesusahan.
Karena harga diri Anda dan mendukung [ke arahku], yang dihargai oleh saya, dan besar nilai Anda [dalam perkiraan
saya], dan karena keinginan Anda untuk suatu buku karena kemalangan [Anda], Anda telah meminta saya untuk
menulis buku tentang subjek untuk Anda, berurusan dengan nila yang paling terkemuka dan saleh kami, sehingga
Anda akan perlu membaca buku lain. 20
Lebih lanjut, ia menambahkan:
12 J. Obermann, Studies In Islam And Judaism: The Arabic Original Of Ibn Shahin's Book Of Comfort Known As
The Hibbûr Yâphe Of R. Nissim B. Ya`aqobh, 1933, Yale University Press: New Haven.
13 I. Lévi, "La Légende De L'ange et L'ermite Dans Les Écrits Juifs", Revue Des Études Juives, 1884, Volume 8, hal. 71.
14 H. Schwarzbaum, "The Jewish And Moslem Versions Of Some Theodicy Legends", Fabula, 1960, Volume 3, hal.
159.
15 B. M. Wheeler, "The Jewish Origins Of Qur'an 18:65-82? Re-examining Arent Jan Wensinck's Theory", Journal Of
The American Oriental Society, op cit., hal. 155-156.
16 Argumen terhadap Obermann diambil dari Wheeler, "The Jewish Origins Of Qur'an 18:65-82? Re-examining
Arent Jan Wensinck's Theory" Journal Of The American Oriental Society, 1998.
17 J. Obermann, "The Two Elijah Stories In Judeo-Arabic Transmission", Hebrew Union College Annual, op cit., hal.
400.
18 Ibid., hal. 399-400.
19 Ibid., hal. 399.
20 W. M. Brinner, An Elegant Composition Concerning Relief After Adversity By Nissim Ben Jacob Ibn Shahin, 1977, Yale
University Press: New Haven & London, hal. 3.
3
4. Saya akan menceritakan kepada Anda dalam buku ini saya juga seperti lainnya perkataan orang Bijak yang saya tahu
atau telah menemukan, di jalan tradisi, cerita, dan anekdot tentang orang dari mereka yang dalam kesulitan dan
bantuan ditemukan, dan berada di penderitaan dan diberikan keenakan. 21
Dalam bagian sebelumnya, Ibnu Shahin mengatakan bahwa dia menulis buku sepanjang baris dari
genre Muslim Al-Faraj Ba `d al-Shiddah, tapi itu cerita-ceritanya akan menampilkan Yahudi bukan
karakter dan tema Islam. Ini tidak berarti bahwa Ibnu Shahin sebagian besar meminjam materi dari karya
Faraj lain, melainkan cerita-cerita yang akan dikumpulkan merupakan hasil Yahudi dari genre yang sama.
Wheeler juga mencatat bahwa
... sementara banyak dari cerita dalam karya Ibn Shahin yang memiliki preseden rabinik, tidak semua dari mereka
lakukan. Kisah Elia dan Yosua tidak unik dalam tidak seakan telah didasarkan pada sumber rabinik sebelumnya.
Tujuh dari cerita, terlepas dari kisah Elia dan Yosua, tidak memiliki preseden rabinik yang jelas 22 Tiga lagi memiliki
kesejajaran Islam. 23 Dalam dua tempat, Ibnu Shahin mengutip bagian yang paralel dan dekat dengan ayat-ayat dari
Al-Qur’an. 24 Bahasa kisah-kisah tanpa paralel rabi ini juga mendukung klaim bahwa mereka meminjam dari bahasa
Arab dan Islam, bukan sumber-sumber Yahudi. Telah dicatat bahwa kisah-kisah yang tidak memiliki paralel rabinik
lebih dekat dalam bahasa Arab klasik untuk daripada yang berasal dari sumber-sumber rabinik dalam bahasa Ibrani
dan bahasa Aram. 25
Obermann mengklaim bahwa kisah-kisah Al-Qur'an sebagai "aturan" dapat ditelusuri ke "awal
pasca-Alkitab pengetahuan agama, yang paling sering dari Yahudi, lebih jarang berasal dari Kristen,."26
Mengingat fakta-fakta tersebut di atas tentang asal-usul buku Ibnu Shahin, itu adalah:
Jelas apakah, hari ini, orang harus menerima pernyataan Obermann bahwa Al-Qur'an "sebagai aturan" tergantung
pada sumber-sumber Yahudi dan Kristen sebelumnya. Sebuah penelitian yang lebih luas dan cerdas, dengan perhatian
khusus pada tanggal yang disebut "sumber," diperlukan sebelum menyimpulkan bahwa semua sumber Yahudi atau
Kristen, terutama yang kemudian ke sumber-sumber Islam yang seharusnya mereka telah memberitahu, adalah
sebelum dan karena itu mempengaruhi, tetapi tidak dipengaruhi, oleh Islam. 27
Pemeliharaan status quo hanya karena alasan tak masuk akal para ulama: bahwa Al-Qur'an
"sebagai aturan" tergantung pada sumber-sumber Yahudi-Kristen.
Setelah analisis rinci tentang masalah ini, Wheeler menyimpulkan bahwa:
Bukti yang ada menunjukkan bahwa QS 18:65-82 tidak tergantung pada Elia dan Yosua b. Levi dalam cerita Ibnu
Shahin. Masih masalah apakah cerita Ibnu Shahin adalah tergantung pada komentar pada Qs 18:65-82, terutama cerita
Ubayy Ibn Ka `b dan elaborasi nanti ya. Karya Ibn Shahin yang relatif terlambat dibandingkan dengan al-Qur'an dan
redaksi dari kisah Ibn Ubayy Ka`b, dan itu termasuk banyak kesamaan dengan sumber awal Islam. Kisah Elia dan
Yosua b. Levi, khususnya, mencerminkan unsur yang tidak ditemukan di QS18:65-82 tapi menonjol di komentar pada
ayat-ayat ini. Penggunaan Ibnu Shahin tentang Elia, bukan al-Khidir dapat dijelaskan oleh hubungan erat dari dua
karakter dalam sumber-sumber Islam. Ada juga adanya kisah tentang tiga pria dan tas, yang terkait dengan Musa dan
QS 18:65-82, yang terjadi dalam sumber-sumber rabinik banyak, menunjukkan bahwa Ibnu Shahin menyadari
hubungan Musa dengan cerita teodisi diambil dari QS 18:65-82.28
21 Ibid., hal. 6.
22 Ibid., hal. 48-52, 54-57, 96-98, 99, 102, 116-117, 168-171, 175-176. Cerita pada hal. 99-102 dibahas oleh J. Obermann
dalam "The Two Elijah Stories In Judeo-Arabic Transmission", Hebrew Union College Annual, op cit., hal. 401-404.
23 W. M. Brinner, An Elegant Composition Concerning Relief After Adversity By Nissim Ben Jacob Ibn Shahin, op cit., hal.
90-91, 114-115, 127-131.
24 Ibid., pp. 162, 163.
25 B. M. Wheeler, "The Jewish Origins Of Qur'an 18:65-82? Re-examining Arent Jan Wensinck's Theory", Journal Of
The American Oriental Society, 1998, op cit., hal. 156.
26 J. Obermann, "The Two Elijah Stories In Judeo-Arabic Transmission", Hebrew Union College Annual, op cit., hal.
400.
27 B. M. Wheeler, "The Jewish Origins Of Qur'an 18:65-82? Re-examining Arent Jan Wensinck's Theory", Journal Of
The American Oriental Society, 1998, op cit., hal. 157.
28 Ibid., hal. 170-171.
4
5. Perlu menunjukkan bahwa Obermann juga mengabaikan sebuah studi penting dari Bernhard
Heller yang menyimpulkan pada 1937 bahwa versi Ibrani dari cerita ini terlambat dan dipinjamkan dari
sumber Islam.29
4. KESIMPULAN
Bukti-bukti menunjukkan bahwa cerita Yahudi Joshua ben Lewi dan Elia bukanlah sumber dari
Al-Qur’an 18:65-82, bahkan sebaliknya adalah benar. Cerita Yahudi memiliki lebih banyak kesamaan
mungkin dengan tafsiran Al-Qur'an, menunjukkan bahwa cerita Yahudi ini terkait dengan Al-Qur'an
18:65-82 melalui media komentar.
5. DAFTAR PUSTAKA
A. Jeffery, The Koran: Selected Suras, 1958, The Heritage Press: New York, NY
B. Heller, "Chadir Und Der Prophet Elijahu Als Wundertätige Baumeister", Monatsschrift Für
Geschichte Und Wissenschaft Des Judentums, 1937, Volume 81
B. M. Wheeler, "The Jewish Origins Of Qur'an 18:65-82? Re-examining Arent Jan Wensinck's
Theory", Journal Of The American Oriental Society, 1998, Volume 118
Cyril Glasses The Concise Encyclopedia of Islam, ‘Khidr’ dari, 1989, Harper and Row, Publishers,
Inc., San Francisco
Encyclopedia Of Islam, "Al-Khadir", , 1978, Volume IV, E. J. Brill (Leiden) & Luzac & Co.
(London)
H. Schwarzbaum, "The Jewish And Moslem Versions Of Some Theodicy Legends", Fabula,
1960, Volume 3
I. Friedländer, "Zur Geschichte Der Chadhirlegende", Archiv Für Religionswissenschaft, 1910,
Volume 13, pp. 92-110; I. Friedländer, "Alexanders Zug Nach Dem Lebensquell Und Die
Chadhirlegende", Archiv Für Religionswissenschaft, 1910, Volume 13
I. Friedländer's, Die Chadhirlegende Und Der Alexanderroman, 1913, Druck Und Verlag Von
B. G. Teubner: Leipzig
I. Lévi, "La Légende De L'ange et L'ermite Dans Les Écrits Juifs", Revue Des Études Juives,
1884, Volume 8
Ibn Warraq, Why I Am Not A Muslim, 1995, Prometheus Books: Amherst, NY
J. Obermann, "Ein Werk Agadisch-Islamischen Synkretismus", Zeitschrift Für Semitistik Und
Verwandte Gebiete, 1927, Volume 5
J. Obermann, "The Two Elijah Stories In Judeo-Arabic Transmission", Hebrew Union College
Annual, 1950-1951, Volume XXIII (Part I)
J. Obermann, Studies In Islam And Judaism: The Arabic Original Of Ibn Shahin's Book Of
Comfort Known As The Hibbûr Yâphe Of R. Nissim B. Ya`aqobh, 1933, Yale University Press:
New Haven.
L. Ginzberg, On Jewish Law And Lore, 1981, Atheneum: New York
L. Ginzberg, The Legend Of The Jews, 1965 (reprint), Volume VI, The Jewish Publication
Society Of America: Philadelphia
N. A. Newman, Muhammad, The Qur'an & Islam, 1996, Interdisciplinary Biblical Research
Institute: Hatfield (PA)
W. M. Brinner, An Elegant Composition Concerning Relief After Adversity By Nissim Ben
Jacob Ibn Shahin, 1977, Yale University Press: New Haven & London
Wheeler, "The Jewish Origins Of Qur'an 18:65-82? Re-examining Arent Jan Wensinck's
Theory" Journal Of The American Oriental Society, 1998
29B. Heller, "Chadir Und Der Prophet Elijahu Als Wundertätige Baumeister", Monatsschrift Für Geschichte Und
Wissenschaft Des Judentums, 1937, Volume 81, hal. 76-80.
5