SlideShare a Scribd company logo
1 of 245
Download to read offline
Lubabun Nuqul
fi Asbabin Nuzul
Imam As Suyuti
ii
Lubab an-Nuqul
fi Asbab al-Nuzul
Penerjemah:
Tim Konten
Cordoba Internasional
Editor:
Tim Cordoba
Pemeriksa Aksara
Topik Mulyana, M.Pd.
Layout:
Tim Cordoba
Desain Cover:
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengcopi atau menggandakan isi buku ini dalam bentuk apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit
All rights reserved
Penerbit:
Jl. Setrasari Indah No. 33, Bandung 40152
Telp. 022-2008776/Fax. 022-2013097
Email: @yahoo.com.
1
ASBABUN NUZUL
‫اﻟﺮﺣﲓ‬ ‫اﻟﺮﲪﻦ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﺑﺴﻢ‬
Ini adalah kitab “Lubaab an-Nuquul fi Asbaab al-Nuzuul
SURAT AL-BAQARAH
Al-Faryabi dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Empat ayat di
awal surat al-Baqarah turun berkenaan dengan orang-orang beriman, dua ayat
turun berkenaan dengan orang-orang kafir, dan tiga belas ayat turun berkenaan
dengan orang-orang munafik.”
Ayat 6-7:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Muhammad,
dari Ikrimah atau dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwa kedua ayat tersebut
turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi di Madinah.
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari ar-Rabi’ bin Anas, dia berkata, “Dua ayat
turun berkenaan dengan perang Ahzab yaitu, ‘Sesungguhnya orang-orang kafir,
sama saja bagi mereka,…’ sampai, ‘…, dan mereka akan mendapat siksaan yang
berat.’” (Al-Baqarah: 6-7)
Ayat 14:
Al-Wahidi dan ats-Tsa’labi meriwayatkan dari Muhammad bin Marwan as-
Suddi as-Shagir, dari al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat
tersebut turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya. Pada
suatu hari mereka bertemu dengan sekelompok sahabat Rasulullah Saw. Maka
Abdullah bin Ubay berkata, ‘Lihatlah bagaimana aku menjauhkan orang-orang
bodoh ini dari kalian.’ Kemudian dia pergi menghampiri Abu Bakar dan memegang
tangannya, lalu berkata, ‘Selamat datang ash-Shiddiiq, tuan Bani Tamim, syaikhul
Islam, orang kedua setelah Rasulullah saat berada dalam gua, juga orang yang
mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.’ Kemudian dia memegang tangan
Umar dan berkata, ‘Selamat datang tuan Bani ‘Addi bin Ka’ab, al-Faruuq yang
kokoh di dalam agama Allah, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi
Rasulullah.’ Kemudian dia memegang tangan Ali dan berkata, ‘Selamat datang
sepupu Rasulullah dan menantu beliau, tuan Bani Hasyim setelah Rasulullah.’
Kemudian mereka pergi secara terpisah.
2
Lalu Abdullah bin Ubay berkata kepada kawan-kawannya, ‘Bagaimana
pendapat kalian tentang yang telah aku lakukan tadi? Jika kalian melihat mereka,
maka lakukanlah seperti apa yang aku lakukan.’ Maka mereka memujinya. Kemudian
orang-orang muslim menemui Nabi dan menceritakan hal tersebut, maka turunlah
ayat ini.”
Isnad riwayat ini sangat lemah. Karena as-Suddi ash-Shaghir dan al-Kalabi
adalah pendusta. Dan Abu Shalih sendiri adalah orang yang lemah.
Ayat 19:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi al-Kabiir, dari Abu Malik dan Abu Shalih,
dari Ibnu Abbas, dan dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud dan sekelompok sahabat,
mereka berkata, “Dulu ada dua orang munafik penduduk Madinah yang melarikan
diri dari Rasulullah menuju tempat orang-orang musyrik. Kemudian mereka ditimpa
hujan yang Allah sebutkan ini. Hujan tersebut disertai dengan guruh yang dahsyat,
petir dan kilat. Setiap kali petir menyambar mereka menutup telinga karena takut
petir tersebut memekakan telinga sehingga dapat membunuh mereka. Jika ada
kilat berkelebat, mereka berjalan menuju cahayanya. Namun jika tidak ada cahaya
kilat, mereka berdua tidak dapat melihat. Maka mereka pulang kembali ke tempat
mereka. Mereka berkata, ‘Andai saja sekarang telah pagi, niscaya kita mendatangi
Muhammad kemudian berbai’at kepadanya.’ Kemudian mereka berdua mendatangi
beliau dan masuk Islam. Mereka menjadi muslim yang baik. Maka Allah menjadikan
keadaan kedua orang ini sebagai perumpamaan bagi orang-orang munafik di
Madinah.
Setiaporang-orangmunafikMadinahmenghadirimajelisNabimerekamenutup
telinga karena takut mendengar jika ada wahyu yang turun berkenaan dengan
mereka atau mereka diingatkan dengan sesuatu yang dapat membuat mereka mati
ketakutan. Hal ini seperti dua orang munafik yang menutupi telinganya. ‘…Setiap
kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawahnya…’ (Al-Baqarah: 19).
Jika orang-orang muslim memiliki harta dan anak yang banyak juga mendapatkan
ghanimah atau kemenangan, mereka ikut di dalamnya dan berkata, ‘Sesungguhnya
agama Muhammad kali ini benar.’ Maka mereka istiqamah di dalamnya seperti
dua orang munafik yang berjalan jika kilat menyinari mereka tadi.‘…Dan jika gelap
menimpa mereka, mereka berhenti…’ (Al-Baqarah: 19). Maka jika harta dan anak
orang-orang muslim sedikit serta ditimpa kesulitan, mereka berkata, ‘Ini karena
agama Muhammad.’ Mereka pun murtad dan kembali kafir. Hal ini seperti yang
dikatakan dua orang munafik tersebut ketika mereka kilat tidak menyinari mereka.”
3
Ayat 26:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi dengan sanad-sanadnya, bahwa ketika
ketika Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang munafik. Yaitu firman-Nya,
‘Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api…’ (Al-Baqarah: 17)
dan firman-Nya, ‘Atau bagaikan orang yang ditimpa hujan lebat dari langit…’(Al-
Baqarah: 19). Orang-orang munafik itu berkata, ‘Allah terlalu agung dan mulia untuk
membuat perumpamaan-perumpamaan ini.’ Maka Allah berfirman, ‘Sesungguhnya
Allah tidak segan untuk membuat perumpamaan…’ sampai firman-Nya, ‘…Mereka
adalah oran-orang yang merugi.’ (Al-Baqarah: 26-27).
Al-Wahidi meriwayatkan melalui jalur Abdul Ghani bin Sa’id ats-Tsaqafi, dari
Musa bin Abdul Rahman, dari Juraij, dari ‘Atha, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“Sesungguhnya Allah menceritakan tentang tuhan-tuhan orang-orang musyrik.
Dia berfirman, ‘…Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka…’ (Al-Hajj:
73). Dan Dia menyebutkan tipu daya tuhan-tuhan itu, Dia mengumpamakannya
dengan rumah laba-laba. Maka orang-orang musyrik berkata, ‘Tidakkah kalian
perhatikan Allah menyebutkan lalat dan laba-laba dalam Al-Quran yang diturunkan
kepada Muhammad, apa yang dapat Dia lakukan dengan keduanya?’ maka Allah
menurunkan ayat ini. Akan tetapi Abdul Ghani sangat lemah.”
Abdul Razzaaq berkata dalam tafsirnya, “Mua’ammar memberitahukan kami
dari Qatadah, ketika Allah menyebutkan laba-laba dan lalat, orang-orang musyrik
berkata, ‘Untuk apa laba-laba dan lalat disebutkan?’ Maka Allah menurunkan ayat
ini.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Hasan, dia berkata, “Ketika ayat ‘Wahai
manusia, telah dibuat suatu perumpamaan…’ (Al-Hajj: 73) turun, orang-orang
musyrik berkata, ‘Ini tidak termasuk perumpamaan-perumpamaan.’ Atau, ‘Ini tidak
menyerupai perumpamaan-perumpamaan.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya,
‘Sesungguhnya tidak merasa segan untuk membuat perumpamaan…’ (Al-Baqarah:
26).”
Pendapat pertama sanadnya lebih benar dan lebih sesua dengan awal surat.
Penyuebutan orang-orang musyrik tidak cocok dengan ayat ini sebagai ayat
Madaniyyah. Riwayat yang kami sebutkan dari Qatadah dan al-Hasan, disebutkan
oleh al-Wahidi dari mereka berdua tanpa sanad, dengan lafal, “Orang-orang Yahudi
berkata…”, dan ini lebih sesuai.
Ayat 44:
Al-Wahidi dan ats-Tsa’labi meriwayatkan dari jalur al-Kalabi, dari Abu Shalih,
4
dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang
Yahudi Madinah. Salah seorang dari mereka berkata kepada keluarga menantu,
para kerabat dan orang-orang muslim yang sesusu dengannya, ‘Tetaplah berada
dalam agamamu dan pada apa yang laki-laki itu (Muhammad) perintahkan karena
apa yang dia perintahkan adalah benar.” Ketika itu, orang-orang Yahudi selalu
memerintahkan orang-orang hal itu, namun mereka sendiri tidak melakukannya.”
Ayat 62:
Ibnu Abi Hatim dan al-‘Adni dalam musnadnya meriwayatkan dari jalur Ibnu
Abi Nujaih, dari Mujahid, dia berkata, “Salman berkata, ‘Saya bertanya kepada Nabi
tentang para pemeluk agama yang dulu saya anut. Lalu aku ceritakan tentang shalat
dan ibadah mereka. Maka turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang beriman dan
orang-orang Yahudi…’ (Al-Baqarah: 62).’”
Al-Wahidi meriwayatkan dari jalur Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, dia
berkata, “Ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah tetntang kawan-kawannya
dulu beliau berkata, ‘Mereka masuk neraka.’ Salman berkata, ‘Maka bumi terasa
gelap bagiku.’ Kemudian turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang beriman dan
orang-orang Yahudi…’ sampai firman-Nya, ‘…Mereka tidak bersedih hati.’ (Al-
Baqarah: 62). Dia berkata, ‘Seakan-akan sebuah gunung telah disingkirkan dari atas
tubuhku.’”
Ibnu Jariri dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur as-Suddi, dia berkata,
“Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kawan-kawan Salman al-Farisi dulu.”
Ayat 76:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Ketika perang Bani
Quraizhah, Nabi berdiri di bawah benteng mereka seraya berkata, ‘Wahai saudara-
saudara kera, wahai saudara-saudara babi, wahai para penyembah thaghut!’ Maka
mereka berkata, ‘siapa yang memberitahukan Muhammad tentang ini? Hal ini
pasti berasal dari kalian. Apakah kalian mengatakan kepada mereka apa yang Allah
terangkan kepada kalian agar mereka memiliki hujah untuk mengalahkan kalian?’
Maka turunlah ayat tersebut.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Jika
mereka bertemu dengan orang-orang beriman, mereka berkata, ‘Kami percaya
bahwa kawan kalian itu adalah utusan Allah. Akan tetapi khusus bagi kalian.’ Dan
jika mereka mereka kembali kepada kawan-kawan mereka, mereka berkata, ‘Apakah
dia memberitahukan orang-orang Arab dengan hal ini? Karena sesungguhnya dulu
kalian meminta bantuan kepadanya untuk mengalahkan mereka padahal dia adalah
5
bagian dari mereka.’ Maka turunlah firman Allah, ‘Dan jika mereka bertemu…’ (Al-
Baqarah: 76).”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, “Ayat tersebut turun berkenaan
dengan segolongan orang Yahudi yang beriman, kemudian mereka menjadi
munafik dan berkata kepada orang-orang Arab yang beriman tentang siksaan yang
dulu menimpa golongan mereka. Maka orang-orang Yahudi itu berkata kepada
sebagian yang lain, ‘Apakah kalian menceritakan kepada mereka tentang siksaan
yang Allah hilangkan dari kalian agar mereka berkata, ‘Kami lebih Allah cintai dan
lebih Allah muliakan daripada kalian.’’”
Ayat 79:
An-Nasai meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini turn berkenaan
dengan Ahli Kitab.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat
ini turun berkenaan dengan para pendeta Yahudi. Mereka mendapati ciri-ciri Nabi
tertulis dalam kitab Taurat, yaitu bahwa pelupuk di sekeliling matanya berwarna
hitam, bertubuh sedang, berambut ikal dan berwajah tampan. Namun kemudian
mereka menghapusnya dikarenakan kedengkian dan kezaliman mereka. Atau
mereka berkata, ‘Kami mendapatinya bertubuh tinggi, berkulit biru dan berambut
lurus.’”
Ayat 80:
Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Mu’jam al-Kabiir, begitu pula
dengan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari jalur Ibnu Ishaq, dari Muhammad
bin Abi Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “Rasulullah tiba di Madinah dan ketika itu orang-orang Yahudi berkata,
‘Sesungguhnya usia dunia adalah tujuh ribu tahun. Dan sesungguhnya manusia
disiksa dalam neraka selama satu hari menurut perhitungan akhirat yang sama
dengan seribu tahun dalam hitungan dunia. Maka siksaan itu hanyalah tujuh hari.
Kemudian siksaan pun berhenti.’ Maka Allah berfirman berkenaan dengan hal itu,
‘Dan mereka berkata, ‘Api neraka tidak akan menyentuh kami…’ sampai firman-
Nya. ‘…Mereka kekal di dalamnya.’ (Al-Baqarah: 80).”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur adh-Dhahhaak, dari Ibnu Abbas, bahwa
orang-orang Yahudi berkata, “Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya
memenuhi sumpah Allah. Yaitu selama empat puluh hari, sesua dengan waktu
ketika kami menyembah patung sapi. Setelah itu siksaan pun berhenti.” Maka
turunlah ayat tersebut. Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Ikrimah dan lainnya
6
Ayat 89:
Al-Hakim meriwayatkan dalam kitab al-Mustadrak, begitu pula al-Baihaqi
dalam kitab Dalaail an-Nubuwwah dengan sanad yang lemah, dari Ibnu Abbas,
dia berkata, “Yahudi Khaibar selalu berperang dengan suku Ghathafan. Yahudi
selalu mengalami kekalahan. Karena itu mereka berdoa, ‘Ya Allah, kami memohon
kepada-Mu dengan kebenaran Muhammad, Nabi yang ummi, yang Kau janjikan
akan diutus kepada kami, tolonglah kami untuk mengalahkan mereka.’Setiap kali
berperang, mereka membaca doa tersebut. Maka mereka berhasil mengalahkan
orang-orang Ghathafan. Namun ketika Nabi diutus kepada mereka, mereka
mengingkarinya. Maka Allah berfirman, ‘…Sedangkan dulu mereka memohon
kemenangan atas orang-orang kafir…’ (Al-Baqarah: 89)”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa
orang-orang Yahudi dulu mereka memohon kemenangan atas Aus dan Khazraj
dengan bertawasul kapada Rasulullah sebelum beliau diutus. Namun ketika
Allah telah mengutusnya berasal dari golongan Arab, mereka mengingkarinya
dan melanggar apa yang telah mereka katakan. Maka Mu’adz bijn Jabal, Basyar
bin al-Barra’ dan Daud bin Salamah berkata kepada mereka, ‘Wahai orang-orang
Yahudi, takutlah kalian kepada Allah dan masuk Islamlah. Karena sesunggunhya
kalian dulu memohon agar dapat mengalahkan kami dengan bertawasul dengan
Nabi Muhammad ketika kami masih musyrik. Dan kalian memberitahukan kami
bahwa beliau akan diutus dan kalian menyebutkan sifat-sifatnya sesuai dengan
sifat-sifatnya saat ini.’
Maka Salam bin Misykam, salah seorang Yahudi Bani an-Nadhiir berkata, ‘Dia
tidak datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang kami kenal. Maka dia
bukanlah orang yang kami sebutkan kepada kalian.’ Karen itu Allah berfirman, ‘Dan
ketika kitab dari sisi Allah telah sampai kepada mereka…’ (Al-Baqarah: 89).”
Ayat 94:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu al-‘Aaliyah, dia berkata, “Orang-orang
Yahudi berkata, ‘Yang akan masuk surga hanyalah orang-orang Yahudi.’ Maka Allah
menurunkan ayat ini.
Ayat 97:
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Abdullah bin Salam
mendengar kedatangan Rasulullah ketika dia sedang berada di kebunnya saai
musim panen. Maka dia mendatangi Nabi dan berkata, ‘Sesungguhnya aku akan
bertanya kepadamu tentang tiga perkara yang hanya diketahui oleh seorang nabi.
7
Apa tanda-tanda awal terjadinya kiamat? Apa makanan pertama para penghuni
surga? Apa yang menyebabkan seorang anak mirip ayah atau ibunya?’ Rasulullah
bersabda, ‘Baru saja Jibril memberitahukanku tentang semua itu.’ Dia berkata,
‘Dia adalah musuh orang-orang Yahudi dari kalangan malaikat.’ Maka beliau
membacakan ayat ini.
Syaikhul Islam Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, “Secara zhahir dari
konteks tersebut, bahwa Nabi membacakan ayat tersebut sebagai sanggahan bagi
ucapan orang Yahudi itu. Hal itu tidak berarti bahwa ayat tersebut turun ketika itu.”
Dia berkata kembali, “Dan inilah yang paling kuat.” Terdapat kisah lain yang shahih
mengenai sebab turunnya ayat tersebut.
Ahmad, Tirmidzi dan an-Nasai meriwayatkan dari jalur Bakir bin Syihab, dari
Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Orang-orang Yahudi mendatangi
Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Abu al-Qasim, sesungguhnya kami hendak bertanya
kepadamu tentang lima perkara. Jika kau memberitahukan kami hal tesebut, maka
kami tahu bahwa kau adalah seorang nabi.’”
Lalu Ibnu Abbas menyebutkan hadits tersebut. Di antaranya, mereka bertanya
kepada beliau mengenai apa yang diharamkan Israil (Ya’qub) kepada dirinya sendiri,
tentang ciri kenabian, tentang petir dan suaranya, tentang bagaimana wanita
dijadikan laki-laki atau perempuan dan tentang siapa yang memberitahukannya
mengenai berita langit, sampai mereka berkata, ‘Maka beritahukanlah kami siapa
yang menyertaimu?’ beliau bersabda, ‘Jibril.’ Salah seorang dari mereka berkata,
‘Jibril adalah yang turun membawa peperangan, pembunuhan dan siksaan. Dia
adalah musuh kami. Kalaulah kau mengatakan Mikail yang turun membawa
rahmat, tumbuhan dan hujan, niscaya itu lebih baik.’ Maka turunlah ayat tersebut.
Ishaq bin Rahawaih meriwayatan dalam musnadnya, begitu pula dengan Ibnu
Jarir dari jalur as-Sya’bi, bahwa Umar mendatangi orang-orang Yahudi kemudian
mendengar bacaan Taurat. Maka dia merasa takjub karena kitab tersebut
membenarkan isi Al-Quran. Kemudian Nabi lewat di depan mereka. Maka aku
(Umar) berkata, ‘Demi Allah, tidakkah kalian tahu bahwa dia adalah utusan Allah?’
seorang pendeta mereka menjawab, ‘Ya, kami tahu bahwa dia adalah utusan
Allah. Aku bertanya, ‘Lantas mengapa kalian tidak mengikutinya?’ mereka berkata,
‘Kami telah bertanya kepadanya tentang siapa yang membawa berita kenabian
kepadanya. Maka dia mengatakan musuh kami, Jibril. Karena dia turun membawa
kebencian, kesusahan, peperangan dan kebinasaan.’ Aku bertanya, ‘Lantas siapakah
malaikat yang menjadi utusan Allah untuk kalian?’ mereka menjawab, ‘Mikail, dia
turun membawa hujan dan rahmat.’ Aku kembali bertanya, ‘Bagaimana posisi
8
keduanya di sisi Allah?’ mereka menjawab, ‘Salah satunya berada di sisi kanan-Nya
dan yang lainnya berada di sisi kiri-Nya.’
Aku berkata, ‘Sesungguhnya Jibril tidak mungkin memusuhi Mikail. Dan Mikail
tidak mungkin berdamai dengan musuh Jibril. Aku bersaksi bahwa keduanya dan
Tuhan keduanya berdamai dengan siapa saja yang berdamai dengan mereka.
Dan memerangi siapa saja yang memerangi mereka.’ Kemudian aku mendatangi
Nabi karena ingin memberitahukannya tentang hal ini. Maka ketika aku berjumpa
dengannya, beliau berkata, ‘Inginkah kau kuberitahukan tentang ayat yang
turun kepadaku?’ Aku berkata, ‘Tentu, wahai Rasulullah.’ Maka beliau membaca,
‘Katakanlah (Muhammad), barang siapa menjadi musuh Jibril…’ sampai firman-
Nya, ‘…bagi orang-orang kafir.’ Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, demi Allah, aku
datang dari tempat orang-orang Yahudi untuk memberitahukanmu tentang apa
yang mereka katakan dan apa yang aku katakan kepada mereka. Namun Allah telah
mendahuluiku.’
Sanad riwayat ini shahih hingga asy-Sya’bi. Namun dia tidak bertemu langsung
dengan Umar. Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkannya dari
jalur lain dari asy-Sya’bi. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari jalur as-Suddi dari
Umar. Juga dari jalur Qatadah dari Umar. Kedua riwayat tersebut juga terputus
sanadnya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdul Rahman bin Abi Laila, bahwa seorang
Yahudi bertemu dengan Umar bin Khathab, maka dia berkata, “Sesungguhnya
Jibril yang disebutkan oleh kawanmu adalah musuh kami.” Maka Umar menjawab,
“Barang siapa yang menjadi musuh bagi Allah, para malaikat-Nya, para rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah menjadi musuh bagi orang-orang
kafir.” Maka ayat tersebut turun melalui lisan Umar. Maka riwayat-riwayat ini saling
menguatkan. Ibnu Jarir menyatakan ijma’ bahwa sebab turunnya ayat tersebut
adalah hal itu.
Ayat 99-100:
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
dia berkata, “Ibnu Shuriya berkata kepada Nabi, ‘Wahai Muhammad, kau tidak
datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang kami kenal. Dan Allah
tidak menurunkan ayat yang nyata kepadamu.’ Maka Allah berfirman berkenaan
dengan hal tersebut, ‘Dan sungguh Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas
kepadamu…’ (Al-Baqarah: 99). Malik bin ash-Shaif berkata ketika Rasulullah diutus
dan menyebutkan perjanjian yang diambil dari mereka juga kewajiban atas mereka
9
terhadap Nabi, ‘Demi Allah, kami tidak dibebani kewajiban apapun terhadap
Muhammad. Dan tidak ada perjanjian yang ditetapkan atas kami.’ Maka Allah
berfirman berkenaan dengan hal itu, ‘Apakah setiap kali mereka berjanji…’ (Al-
Baqarah: 100).’”
Ayat 102:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab, dia berkata, “Orang-orang
Yahudi berkata, ‘Lihatlah kalian kepada Muhammad, dia mencampuradukkan
antara yang benar dan yang salah. Dia berkata bahwa Sulaiman termasuk para
nabi. Padahal dia hanyalah seorang penyihir yang mengendarai angin.’ Maka Allah
berfirman, ‘Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan…’”
Ayat 104:
Ibnu al-Mundzir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, “Ada dua orang
Yahudi, yaitu Malik bin ash-Shaif dan Rifa’ah bin Zaid. Jika mereka berjumpa
dengan Nabi, mereka berkata, ‘Raa’inaa (perhatikanlah kami) dan dengarlah apa
yang tidak didengar.’ Maka orang-orang muslim mengira hal tersebut adalah suatu
ungkapan bagi Ahli Kitab untuk menghormati para nabi mereka. Karena itu mereka
pun mengatakan hal tersebut kepada Nabi. Maka Allah berfirman, ‘Wahai orang-
orang beriman, janganlah kalian berkata, ‘Raa’inaa.’ Namun katakanlah ‘Unzhurnaa
(perhatikanlah kami) dan dengarkanlah oleh kalian…’
Abu Nu’aim meriwayatkan dalam kitab Dalaail an-Nubuwwah dari jalur as-
Suddi ash-Shaghir, dari al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“Kata raa’inaa dalam bahasa Yahudi adalah sebuah celaan yang buruk. Ketika
orang-orang Yahudi mendengar para sahabat beliau berkata, ‘Nyatakanlah hal
tersebut kepada beliau.’ Maka orang-orang Yahudi itu mengatakannya dengan
tertawa. Lalu turunlah firman Allah tersebut. Ketika Sa’ad bin Mu’adz mendengar
kalimat tersebut keluar dari mulut orang-orang Yahudi, dia berkata, ‘Wahai musuh-
musuh Allah, jika aku mendengar kalimat tersebut dari salah seorang diantara
kalian setelah majelis ini, niscaya aku akan memenggal kepalanya.’
Ibnu Jarir meriwayatkan dari adh-Dhahhak, dia berkata,” dulu seseorang dari
kalangan Yahudi berkata, ‘ar’ini sam’ak.’ Maka Allah swt menurunkan ayat ini.
Beliau juga meriwayatkan dari Athiyyah, dia berkata, “ beberap orang Yahudi selalu
berkata kepada Nabi saw, ‘ar’inaa sam’ak’, hingga beberapa orang Muslim ikut
mengucapkannya. Sedangkan hal itu tidak disukai Allah. Beliau juga meriwayatkan
dari Qatadah, dia berkata “ dulu orang-orang berkata Raa’inaa sam’ak, lalu orang
Yahudi datang kepada Rasulullah saw dan mengatakan hal itu. Dan diriawayatkan
10
dari Atha’, dia berkata, “ kalimat Raa’inaa adalah bahasa bahasa orang Anshar di
masa Jahiliyah. Dan diriwayatkan dari Abul Aliyah, dia berkata, “ kebiasaan orang
Arab apabila bicara dengan temannya mengucapkan Ar’ini sam’ak, lalu mereka
pun dilarang mengatakannya.
Ayat 106
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari ikrimah dari ibnu Abbas, dia berkata, “ terkadang
turun wahyu kepada Nabi saw pada malam hari namun siang tiba beliau lupa.
Maka Allah menuunkan ayat ini
Ayat 108
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau ikrimah dari Ibnu Abbas,
dia berkata, “Rafi bin Huraimalah dan wahab bin zaid berkata kepada Rasulullah:
wahai Muhammad datangkanlah kitab yang kau turunkan kepada kami dari langit
dan bias kami baca atau pancarkanlah sungai-sungai untuk kami, maka kami akan
mengikuti dan membenarnkanmu. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Huyay bin Akhthab dan Abu yasir bin Akhthan adalah dua orang yahudi yang iri
kepada orang-orang arab karena karena Allah mengutus Rasul-Nya kepada mereka.
Keduanya sekuat tenaga untuk membuat orang-orang meninggalkan Islam. Maka
allah menurunkan ayat 109.
Ibnu jarir meriwayatkan dari mujahid, dia berkata, “ orang-orang Quraisy
meminta Nabi saw untuk mengubah bukit shafa menjadi emas, maka Nabi saw
menjawab, “saya akan melakukannya dan ia akan menjadi seperti makanan yang
diturunkan dari langit kepada bani israil jika kalian menjadi kafir. Mereka pun
tidak menyanggupi syarat tersebut dan menarik kembali permintaan itu. Beliau
juga meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata,” orang-orang arab meminta Nabi
saw untuk mendatangkan Allah sehingga mereka dapat melihat-Nya dengan jelas.
Maka turunlah ayat ini. Dan dari Abul Aliyah, dia berkata, seseorang berkat kepada
Nabi saw, ‘ya Rasulullah andai saja kifarat kami seperti kifaratnya bani israil.”
Maka rasul saw pun berkata, “ apa yang Allah berikan kepada kalian itu lebih
baik. Dulu jika salah seorang dari mereka melakukan sebuah dosa, maka dia akan
menemukan dosa itu tertulis di daun pintu rumahnya dengan kafaratnya. Apabila
ia menebusnya, maka itu akan menjadi kehinaan baginya di Akhirat. Sungguh
Allah telah memberi kalian hal yang lebih baik dari itu. Allah berfirman dalam surat
annisa110. Dan shalat lima waktu serta hari jumat ke jumat adalah kafarat untuk
dosa yang dilakukan diantara keduanya. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 113
11
Ibnu Abi hatim dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata, “
ketika orang-orang nasrani najran mendatangi Rasulullah, para pendeta yahudi
mendatangi merkla dan mereka pun berdebat. Rabi bin huraimalah berkata, ‘
kalian tidak mempunyai landasan apa-apa’. Dan dia mengikari kenabian Isa dan
kebenaran injil. Lalu diantara mereka berkata,’ kalian tidak mempunyai landasan
apa-apa’ maka diapun mengingkari kenabian musa dan kebenaran taurat
Ayat 114
Ibnu Abi hatim dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas bahwa orang
Quraisy melarang Rasul saw shalat di Ka’bah. Maka turunlah ayat ini. Menurut Ibnu
jarir dari ibnu zaid, bahwa ayat ini turun pada orang-orang musyrik ketika merka
melarang Rasulullah datang ke Makkah pada masa Hudaibiyyah.
Ayat 115
Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasai meriwayatkan dari ibnu umar dia berkata, “
dulu Nabi saw shalat sunnah diatas unta beliau kemanapun arah unta itu . suatu
ketika beliau datang dari Makah ke Madinah, lalu ibnu umar membaca ayat ini. Dan
dia mengatakan ayat ini turun pada masalah tersebut.
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, “ ayat ini maksudnya
engkau boleh shalat sunnah kemanapun arah unta yang engkau tunggangi.
Dia berkata hadits ini shahih sesuai syarat muslim. Ini adalaah riwayat yang
sanadnya paling shahih tentang sebab turunnya ayat di atas. Sejumlah ulama pun
menguatkannya. Akan tetapi tidak ada penjelasan yang sharih bahwa itu adalah
sebab turunnya ayat ini. Namun dia berkata, ayat ini turun pada masalah ini.
Ibnu jarir dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari ali bin abi thalhah dari ibnu
abbas bahwa Rasulullah ketika hijrah ke Madinah, Allah memerintahkan beliau
untuk menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat, maka orang Yahudi pun senang.
Maka beliau berkiblat selam 16 bulan ke Baitulmaqdis sedangkan beliau senang
dengan kiblatnya Ibrahim. Karenanya beliau sering berdoa dengan melihat ke arah
langit. Maka turunlah ayat “maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram
(2:144). Orang yahudi pun meragukan perubahan kiblat itu, mereka berkata, ‘apa
yang membuat mereka berpaling dari kiblat mereka yang dulu? Maka Allah swt
berfirman “dan milik Allah timur dan barat” dan firman-Nya “kemanapun kamu
menghadap di sanalah wajah Allah”. Terdapat beberapa riwayat lemah mengenai
sebab turunnya ayat ini.
Pertama, at-Tirmidzi, ibnu majah dan ad-Daruquthny meriwayatkan dari jalur
Asy’ats as-saman dari Ashim bin Abdillah bin amir bin rabiah dari ayahnya dia
12
berkata, “ pada suatu malam kami bersama Nabi saw dalam perjalanan yang gelap
dan kami tidak tahu arah kiblat. Maka masing-nasing dari kami shalat dengan
menghadap ke arah depannya. Ketika pagi tiba kami menceritakan hal itu kepada
Rasulullah, maka turunlah ayat ini. At-Tirmidzi berkata, “ riwayat ini gharib. Dan
Asy’ats dilemahkan dalam hadits.
Kedua, ad-Daruqutny dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari jalur al-arzami
dari atha’ dari jabir, dia berkata, “ suatu ketika rasulullah mengutus satu pasukan
dan saya termasuk didalamnya. Lalu kami terjebak dalam kegelapan sehingga kami
tidak tahu arah kiblat, yaitu kearah utara dari sini. Lalu mereka pun melakukan shalat
dan membuat garis ke arah yang mereka yakini sebagai kiblat. Namun sebagian
yang lain berkata, ‘arah kiblat disini adalah ke selatan’, maka mereka pun membuat
garis kea rah yang mereka yakini sebagai kiblat. Ketika pagi tiba dan matahari
menyinari bumi, tampak bahwa garis-garis yang kami buat tidak mengarah kea rah
kiblat. Maka ketika kami kembali dari perjalanan, kami pun bertanya kepada Nabi
saw. Maka turunlah ayat ini.
Ketiga, ibnu mardawaih meriwayatkan dari al-Kalbi dari abu shaleh dari
ibnu abbas bahwa pada suatu ketika rasulullah mengutus pasukan. Ketika dalam
perjalanan, kabut membuat sekeliling mereka menjadi gelap sehingga mereka
tidak mengetahui arah kiblat. Lalu mereka shalat. Setelah matahari terbit, mereka
baru tahu bahwa shalat mereka tidak menghadap kiblat. Setelah kembali, mereka
menghadap Rasulullah dan memberitahukan hal itu. Maka turunlah ayat ini.
Keempat, ibnu jarir meriwayatkan dari qatadah bahwa Nabi saw bersabda,
“sesungguhnya seorang saudara kalian (raja najasy) telah meninggal dunia, maka
shalatilah dia.” Mereka berkata, ‘apakah kami menshalati orang yang bukan
muslim? Maka turunlah firman-Nya, “dan diantara ahlu kitab ada yang beriman
kepada allah…(ali imran:199. Lalu mereka berkat lagi, ‘sesungguhnay ketika masih
hidup dia tidak shalat menghadap arah kiblat.’ Maka turunlah ayat ini. Riwayat ini
sangat gharib dan mursal atau mu’dhal.
Kelima, ibnu jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, ketika turun firman
Allah, “….berdoalah kepadaku niscaya aku aka perkenankan bagimu…( almu’min:
60). Mereka berkata, ke arah mana? Maka turunlah ayat ini.
Ayat 118
Ibnu jarir dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu
abbas, dia berkata, “Rafi’ bin huraimalah berkata kepada Rasulullah, jika benar
engkau adalah utusan Allah seperti yang engkau katakan, maka samapaikanlah
13
kepada Allah agar Dia berbicara kepada kami hingga kami mendengar kata-kata-
Nya. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 119
Abdurrazaq berkata, At-Tsauri memberitahu kami dari musa bin ubaidillah dari
Muhammad bin ka’ab al-Qarzhi bahwa Rasulullah bersabda,’ duhai apakah yang
terjadidengan kedua orang tuaku? Maka turunlah ayat ini. Allah tidak menyebutkan
tentang kedua orang tuanya hingga beliau meninggal. Hadits ini mursal.
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu Juraij, dia berkata, “ daud bin abi ashim
memberitahu saya bahwa pada suatu hari Nabi saw berkata, ‘dimanakah kedua
orang tuaku? Maka turunlah ayat ini. Riwayat ini juga mursal.
Ayat 120
Ats-Tsa’labi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ orang yahudi
madinah dan nasrani najran berharap agar Rasulullah shalat menghadap kea rah
kiblat mereka. Ketika Allah mengubah kiblat ke ka’bah mereka pun tidak suka dan
putus asa untuk membuat beliau mengikuti agama mereka. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 125
Al-bukhary dan yang lainnya meriwayatkan dari Umar, dia berkata, “ tiga hal
yang saya katakan sesuai dengan firman Allah. Pertama, saya berkata, ‘ya Rasulullah,
sekiranya engkau jadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Maka turunlah
ayat ini. Kedua, saya berkata, ‘ya Rasulallah, sesungguhnya yang mendatangi para
istrimu ada orang yang baik dan ada yang jahat. Seandainya engkau perintahkan
mereka untuk berhijab. Maka turunlah ayat hijab. Ketiga, suatu ketika para istti
Rasulullah melampiaskan rasa cemburu kepada beliau. Maka saya katakan kepada
mereka, ‘mudah-mudahan Allah akan member ganti kepadanya istri-istri yang lebih
baik daripada kalian. Maka turunlah firman Allah dalam hal ini.
Riwayat diatas mempunyai jalan periwayatan yang banyak: Pertama,
diriwayatkan oleh ibnu abi hatim dan ibnu mardawaih dari jabir, dia berkata, ‘
ketika Nabi saw melakukan tawaf (pada hari fathul Makkah) , umar berkata kepada
beliau. ‘ inikah maqam ayah kami Ibrahim? Beliau menjawab: ya. Umar bertanya,
‘mengapa kita tidak jadikannya sebagai tempat shalat? Maka Allah menurunkan
ayat ini. Kedua, ibnu mardawaih meriwayatkan dari ‘amr bin maimun dari umar
bin Khaththab bahwa dia melewati Maqam Ibrahim, lalu ia berkata, ya Rasulallah
bukankah kita sedang berdiri di Maqam kekasih Tuhan kita? Rasul saw menjawab:
ya. Umar berkata : mengapa kita tidak menjadikannya sebagai tempat shalat. Tidak
14
lama dari itu turunlah ayat ini. Secara zahir riwayat ini dan riwayat sebelumnnya,
ayat ini diturunkan pada haji wada’.
Ayat 130
Ibnu uyainah berkata, “diriwayatkan bahwa Abdullah bin salam mengajak
kedua keponakannya, salamah dan muhajir, untuk masuk Islam. Dia berkata, “
telah kalian ketahui bahwa Allah berfirman dalam Taurat, ‘sesungguhnya Aku akan
mengutus seorang Nabi yang bernama Ahmad dari keturunan Ismail. Siapa yang
beriman kepadanya, maka dia mendapat petunjuk dan berada dalam kebenaran.
Dan siapa yang tidak beriman, maka dia akan terlaknat”. Maka salamah pun masuk
Islam, namun muhajir tidak mengikuti jejaknya. Lalu turunlah ayat ini.
Ayat 135
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari Sa’id atau ikrimah dari ibnu Abbas, dia
berkata, “ibnu shuriya berkata kepada Nabi saw ‘petunjuk itu hanyalah apa yang
kami ikuti. Karena itu ikutilah kami hai Muhammad agar engkau juga mendapat
petunjuk’. Orang-orang Nashrani juga mengatakan hal yang serupa. Maka Allah
menurukna ayat ini.
Ayat 142
Ibnu ishaq berkata, “Ismail bin khalid memberitahu saya dari abu ishaq dari
al-barra’, dia berkata,’ Dulu Rasulullah shalat menghadap ke arah Baitulmaqdis.
Ketika itu beliau sering melihat ke langit menantikan perintah Allah. Maka turunlah
ayat 144.
Lalu seorang muslim berkata, kami ingin mengetahui tentang orang yang
meninggal sebelum arah kiblat berubah dan bagaimana shalat kita ketika masih
menghadap ke Baitulmaqdis? Maka Allah menurunkan ayat 143.
Namun orang-orang yang akalnya kurang berkata,’ apa yang membuat
mereka meninggalkan kiblat mereka sebelumnya? Maka Allah menurunkan ayat
142.
Terdapat beberapa riwayat lain yang sejenis. Bukhari dan Muslim meriwayatkan
dari al-Barra’, dia berkata,” beberapa orang meninggal dan terbunuh sebelum arah
kiblat diubah sehingga kami tidak tahu apa yang kami katakan tentang mereka.
Maka Allah menurunkan ‘……dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu…(143)
Ibnu jarir meriwayatkan dari as-suddi dengan sanad-sanadnya, dia berkata,”ketika
kiblat shalat Rasulullah dipindahkan ke arah ka’bah yang sebelumnya ke
Baitulmaqdis, Musyrikin Mekah berkata, ‘Muhammad bingung dengan agamanya
15
sehingga kiblatnya mengarah kepada kalian. Dia tahu bahwa kalian lebih benar
dan dia pun akan masuk ke dalam agama kalian.” Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 154
Ibnu Mandah meriwayatkan dalam shahabah dari as-Suddi ash-Shagir dari al-
Kalbi dari Abu shaleh dari ibnu abbas, dia berkata,”Tamim ibnul Hammam terbunuh
pada perang Badar, maka ayat ini diturunkan tentangnya dan yang lainnya yang
syahid. Abu nu’aim berkata,’ para ulama sepakat bahwa yang terbunuh itu Umair
ibnul Hammam dan as-Suddi melakukan kesalahan ketika menuliskan namanya.
Ayat 158
Imam Bukhari, imam muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari urwah, dia
berkata,” saya katakan kepada Aisyah istri Nabi saw, perhatikanlah firman Allah
ayat 158. Saya kira tidak ada dosa bagi orang yang tidak melakukan sai di antara
keduanya. Maka Aisyah berkata,’ buruk sekali yang kamu katakan itu wahai anak
saudariku. Seandainya makana ayat itu seperti yang engkau pahami, maka artinya,
tidak ada dosa baginya utnuk tidak melakukan sai daiantara keduanya.’ Akan tetapi
ayat itu turun karena orang Anshar belum masuk Islam, melakukan sai diantara
keduanya sambil menyebut-nyebut nama patung Manat sebagai sebuah prosesi
ritual. Setlah masuk Islam, mereka merasa keberatan untuk melakukan sai antara
shafa dan marwah.
Maka mereka bertanya kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulallah, sesungguhnya kami
tidak suka untuk melakukan sai antara shafa dan marwah pada masa jahiliah. Maka
allah menurunkan ayat ini.
Imam Bukhari meriwayatkan dari ashim bin sulaiman, dia berkata,” saya
bertanya kepada anas tentang shafa dan marwah. Maka dia menjawab, ‘dulu
keduanya bagian dari ritual jahiliah, ketika Islam datang, kami pun tidak
melakukanya lagi. Lalu Allah menurunkan ayat ini.
Al-Hakim meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata,” pada masa jahiliah,
setan-setan bernyanyi sepanjang malam di antara shafa dan marwah . dan dulu
diantara keduanya terdapat sejumlah berhala yang disembah oleh orang Musyrik.
Ketikla Islam datang, orang-orang muslim berkata kepada Rasulullah,’ Ya Rasulullah,
kami tidak akan melakukan sai antata shafa dan marwah karena kami melakukan
hal itu pada masa jahiliah. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 159
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang
16
bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa Mu’adz bin Jabal, Sa’d bin Mu’adz dan Kharijah
bin Zaid bertanya kepada segolongan Pendeta Yahudi tentang beberapa hal yang
terdapat di dalam Taurat. Para pendeta menyembunyikan hal tersebut dan enggan
memberitahukannya. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 164
Sa’id bin Manshur di dalam Sunannya, al-Faryabi di dalam Tafsirnya, dan al-
Baihaqi dalam Kitab Syu’bul Iman meriwayatkan dari Abudh-Dhuha, dia berkata,
ketika turun ayat “ dan tuhan kamu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan
selain dia….”(2: 163), kaum musyrikin kaget dan bertanya-tanya. “Apakah benar
Tuhan itu tunggal? Jika benar demikian, berikanlah kepada kami bukti-buktinya!”
Maka turunlah ayat ini. Saya berpendapat bahwa Hadits ini mu’dlal, tetapi ada
syahid (penguat) yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu-Syaikh di dalam
kitab al-’Izhmah yang bersumber dari ‘Atha’, bahwa setelah turun ayat “ dan tuhan
kamu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia….”(2: 163), kepada
Nabi SAW di Madinah, kafir Quraisy di Mekah bertanya. “Bagaimana Tuhan Yang
Tunggal dapat mendengar manusia yang banyak?” Maka turunlah ayat ini.
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dengan sanad yang baik
dan bersambung dari ibnu abbas, dia berkata, “kaum Quraisy berkata kepada
Nabi Muhammad SAW. “Berdoalah kepada Allah untuk mengubah bukit shafa dan
marwah meenjadi emas untuk kita jadikan bekal menghadapi musuh”. Maka Allah
menurunkan wahyu kepadanya (S. 5: 115) untuk menyanggupi permintaan mereka
dengan syarat apabila mereka kufur setelah dipenuhi permintaan mereka, Allah
akan memberikan siksaan yang belum pernah diberikan kepada yang lain di alam
ini. Maka Nabi saw berdoa: “biarlah aku berdakwah kepada kaumku hari demi hari
secara perlahan.” Maka Allah menurunkan ayat ini.
Bagaimana mereka memintamu mengubah shafa dan marwah menjadi emas,
sedangkan mereka telah melihat bukti-bukti kebesaran Allah yang lebih besar?
Ayat 170
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia
berkata,” Rasulullah mengajak dan mendorong orang-orang Yahudi masuk Islam.
Beliau juga memperingatkan mereka akan siksa Allah. Maka Rafi bin Huraimalah
dan malik bin auf berkata, ‘kami hanya akan mengikuti apa yang dianut nenek
moyang kami karena mereka lebih tahu dan lebih baik dari kami. Maka Allah
menurunkan ayat ini.
17
Ayat 174
Ibnu jarir meriwayatka dari ikrimah tentang ayat ini dan ayat dalam surat ali
imran: 77. Keduanya turun pada orang Yahudi.
Ats-Tsa’labi meriwayatkan dari al-kalbi dari abu shaleh dari ibnu abbas. Ayat di
atas turun kepada para pemimpin dan pendeta Yahudi, mereka mengambil hadiah
dan pemberian dari rakyat mereka. Mereka berharap agar Nabi yang akan diutus
dari kalangan mereka. Ketika Rasulullah diutus bukan dari mereka, mereka pun
takut kedudukan dan sumber kehidupan mereka hilang. Maka mereka mengubah
isi taurat yang menyebutkan ciri-ciri Nabi Muhammad. Kemudian mereka
memperlihatkan isi Taurat yang sudah diubah itu kepada orang Yahudi lainnya dan
mereka berkata,’sifat nabi yang turun di akhir zaman tidak sesuai dengan sifat
orang yang mengaku nabi itu. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 177
Abdurraazaq berkata,” Muammar memberitahu kami dari Qatadah. Orang
Yahudi beribadah menghadap ke barat. Sedangkan orang Nasrani menghadap ke
timur. Maka allah menurunkan ayat ini. Ibnu abi hatim juga meriwayatkan dari abul
aliyah seperti riwayat ini.
Ibnu jarir dan ibnul mundzir meriwayatkan dari qatadah. Kami diberitahu
bahwa seorang laki-laki pernah bertanya kepada Nabi saw tentang kebajikan. Maka
Allah menurunkan ayat ini. Kemudian Beliau memanggil orang yang bertanya tadi
dan beliau membacakannya. Ketika orang itu bersyahadat, kewajiban menunaikan
ibadah fardu belum turun, kemudian orang itu meninggal dunia. Rasulullah pun
mengharapkan kebaikan untuknya. Ketika itu orang yahudi beribadah menghadap
barat dan Nasrani ke timur.
Ayat 178
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari sa’ad ibn zubair. Pada masa jahiliyah,
penduduk dua perkampungan arab pernah berperang karena sebab yang sepele,
diantara mereka banyak yang mati dan terluka, sampai budak dan wanita pun
terbunuh, mereka tidak mempermasalahkannya hingga mereka masuk Islam.
Ketika itu salah satu perkampungan mempunyai persenjataan dan harta yang lebih
banyak. Mereka bersumpah apabila seorang budak terbunuh, maka balasannya
orang merdeka dibunuh lagi, dan bila seorang wanita yang terbunuh, maka dengan
laki-laki. Maka allah menurunkan ayat ini.
Ayat 184
18
Ibnu sa’ad dalam at-Thabaqat meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata.” Ayat
ini turun pada tuan saya, Qais ibnus-saaib. Lalu diapun tidak berpuasa dan memberi
makan kepada orang miskin untuk setiap harinya.
Ayat 186
Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaih, Abussyaikh dan lain-lainnya
meriwayatkan dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-
Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu’awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang
bersumber dari datuknya. Suatu hari seorang Arab Badui mendatangi Nabi SAW
lalu bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat bermunajat
kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus berteriak menyeru-Nya?” Nabi SAW
terdiam, hingga turunlah ayat ini
‘Abdurrazzaq meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, beberapa shahabat bertanya
kepada Nabi SAW: “Dimanakah Tuhan kita?” maka turunlah ayat ini. Riwayat ini
mursal, tapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya.
Pertama, Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Ali. Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman “…
berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya.. (al-Mu’min: 60)”. Berkatalah
salah seorang di antara mereka: “Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa
kita atau bagaimana?” maka turunlah ayat ini. Kedua, Ibnu Jarir meriwayatkan dari
‘Atha bin abi Rabah, bahwa ketika turun ayat “… berdoalah kamu kepada-Ku, pasti
aku mengijabahnya.. (al-Mu’min: 60)”. para shahabat tidak mengetahui waktu
yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 187
Imam Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim meriwayatkan dari Abdurrahman bin
Abi Laila, yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal Para sahabat menganggap bahwa
makan, minum dan menggauli istrinya pada malam hari bulan Ramadhan, hanya
boleh dilakukan sebelum mereka tidur. Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar)
merasa kepayahan setelah bekerja pada siang harinya. Karenanya setelah shalat
Isya, ia tertidur, sehingga tidak makan dan minum hingga pagi. Adapun Umar bin
Khaththab menggauli istrinya setelah tertidur pada malam hari bulan Ramadhan.
Keesokan harinya ia menghadap kepada Nabi SAW untuk menerangkan hal itu.
Maka turunlah ayat ini. Ini adalah hadits masyhur dari abu laila, akan tetapi ia
tidak pernah mendengar dari muadz secara langsung, dan riwayat ini mempunyai
sejumlah penguat.
Imam Bukhari meriwayatkan dari al-Barra. Seorang shahabat Nabi SAW tidak
19
makan dan minum pada malam bulan Ramadhan, karena tertidur setelah tibanya
waktu berbuka puasa. Pada malam itu ia tidak makan sama sekali, dan keesokan
harinya ia berpuasa lagi. Seorang shahabat lainnya bernama Qais bin Shirmah (dari
golongan Anshar), ketika tiba waktu berbuka puasa, meminta makanan kepada
istrinya yang kebetulan belum tersedia. Ketika istrinya menyediakan makanan,
karena lelahnya bekerja pada siang harinya, Qais bin Shirmah tertidur. Setelah
makanan tersedia, istrinya mendapatkan suaminya tertidur. Berkatalah ia: “Wahai,
celakalah engkau.” (Pada waktu itu ada anggapan bahwa apabila seseorang sudah
tidur pada malam hari bulan puasa, tidak dibolehkan makan). Pada tengah hari
keesokan harinya, Qais bin Shirmah pingsan. Kejadian ini disampaikan kepada Nabi
SAW. Maka turunlah ayat tersebut ini. sehingga gembiralah kaum Muslimin.
imam Bukhari meriwayatkan juga dari al-Barra. Para shahabat Nabi SAW
apabila tiba bulan Ramadhan tidak mendekati istrinya sebulan penuh. Akan tetapi
terdapat di antaranya yang tidak dapat menahan nafsunya. Maka turunlah ayat ini
Imam Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah
bin Ka’b bin Malik, dari bapaknya. Pada waktu itu para sahabat beranggapan
bahwa pada bulan Ramadhan haram bagi yang shaum untuk makan, minum dan
menggauli istrinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka puasa keesokan
harinya. Pada suatu ketika ‘umar bin Khaththab pulang dari rumah Nabi SAW
setelah larut malam. Ia menginginkan menggauli istrinya, tapi istrinya berkata:
“Saya sudah tidur.” ‘Umar berkata: “Kau tidak tidur”, dan ia pun menggaulinya.
Demikian juga Ka’b berbuat seperti itu. Keesokan harinya ‘umar menceritakan hal
dirinya kepada Nabi SAW. Maka turunlah ayat ini.
Firman-Nya : . Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’id.
Diturunkan ayat ‘…dan makan minumlah hingga terang bagimu benar putih
dari benang hitam…’ tanpa Kata “minal fajri”. Ketika itu, jika orang-orang ingin
berpuasa mereka mengikat kaki dengan tali putih dan tali hitam. Mereka makan
dan minum sampai jelas terlihat perbedaan antara ke dua tali itu, Maka turunlah
ayat “minal fajri”. Kemudian mereka mengerti bahwa khaithul abydlu minal khaitil
aswadi itu tiada lain adalah siang dan malam.
ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah. Apabila seseorang sedang beritikaf, lalu
ia keluar dari masjid dan pulang ke rumah jika dia mau menggauli istrinya. Maka
turunlah ayat ‘…dan janganlah kalian campuri mereka (istri) ketika kamu sedang
beritikaf di masjid..’
Ayat 188
20
Ibnu hatim meriwayatkan dari said bin zubair, dia berkata, “Umru’ul Qais
bin abis dan abdan bin asywa’ al-hadhrami memperebutkan sebidang tanah. Lalu
Umru’ul Qais ingin bersumpah. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 189
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Ufi dari Ibnu Abbas. Orang-orang bertanya
kepada Rasulullah tentang hilal. Lalu tuurnlah ayat ini.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abil ‘Aliah. Kami mendengar bahwa para
sahabat bertanya kepada Rasulullah: “Untuk apa diciptakan hilal?” Maka turun ayat
ini
Abu Na’im dan Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dalam tarikh Dimasyqa, dari as-Suddi
as-Shaghir, dari al-Kalbi dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas bahwa Mu’adz bin Jabal
dan Tsa’labah bin Ghunamah bertanya kepada Nabi saw. “Ya Rasulullah! Mengapa
hilal itu tampak kecil sehalus benang, kemudian bertambah besar hingga bundar
dan kembali seperti semula, tiada tetap bentuknya?” maka turunlah ayat ini.
al-Bukhari meriwayatkan dari al-Barra. kebiasaan orang jahiliyyah sepulangnya
menunaikan ihram di Baitullah memasuki rumahnya dari pintu belakang. Maka
turunlah ayat ini
Ibnu Abi Hatim dan al-Hakim meriwayatkan dari Jabir dan al-hakim men-
shahikannya, orang-orang Quraisy yang diberi jukukan al-Hams (Ksatria), mereka
memasuki rumah melalui pintunya ketika ihram, akan tetapi kaum Anshar dan
orang-orang Arab lainnya masuk dan keluar tidak melalui pintunya. Suatu ketika,
Rasulullah berada di sebuah kebun lalu beliau keluar melalui pintunya.ketika itu
Quthbah bin Amir al-anshary keluar melalui pintu mengikuti beliau. Serempaklah
mereka mengadu atas pelanggaran tersebut, sehingga Rasulullah SAW segera
menegurnya.Quthbahmenjawab:“Sayahanyamengikutiapayangengkaulakukan.”
Rasulullah SAW bersabda: “Aku ini seorang Ahmas.” Quthbah menjawab: “Saya pun
penganut agamamu.” Maka turunlah ayat ini. Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-aufi
dari Ibnu Abbas riwayat yang serupa dengan ini. at-Thayalisi meriwayatkan dalam
musnadnya dari al-Barra, kaum Anshar yang apabila pulang dari perjalanan, tidak
masuk rumah melalui pintunya. Maka turunlah ayat ini.
‘abdu bin Hamid meriwayatkan dari Qais bin Habtar an-Nahsyali,. Orang-
orang apabila hendak berihram di Baitullah tidak masuk melalui pintunya, kecuali
golongan ksatria (al-Hams). Rasulullah SAW masuk dan keluar halaman Baitullah
melalui pintunya. rifa’ah bin Tabut mengikutinya, padahal dia bukan Ahmas. Maka
mengadulah orang-orang yang melihatnya: “Wahai Rasulullah, Rifa’ah melanggar.”
21
Rasulullah SAW bersabda kepada Rifa’ah: “Mengapa kamu berbuat demikian?” Ia
berkata: “Saya mengikuti tuan.” Nabi bersabda: “Aku ini Ksatria.” Ia menjawab:
“Agama kita satu,” Maka turunlah ayat ini.
Ayat 190
al-Wahidi meriwayatkan dari al-Kalbi dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “ ayat ini turun pada Perjanjian Hudaibiyah yaitu ketika Rasulullah SAW
dihalangi untuk memasuki Baitullah. Adapun isi perdamaian tersebut antara
lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Ketika
Rasulullah SAW beserta shahabatnya mempersiapkan diri untuk melaksanakan
umrah sesuai dengan perjanjian, para shahabat khawatir kalau-kalau orang-orang
Quraisy tidak menepati janjinya, bahkan memerangi dan menghalangi mereka
masuk di Masjidil Haram, padahal kaum Muslimin enggan berperang pada bulan
haram. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 194
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah. Pada bulan Dzulqaidah Nabi SAW
dengan para shahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dengan
membawa qurban. Setibanya di Hudaibiah, dicegat oleh kaum Musyrikin, dan
dibuatlah perjanjian yang isinya antara lain agar kaum Muslimin menunaikan
umrahnya pada tahun berikutnya. Pada bulan Dzulqaidah tahun berikutnya
berangkatlah Nabi SAW beserta shahabatnya ke Mekah, dan tinggal di sana
selama tiga malam. Kaum musyrikin merasa bangga dapat menggagalkan maksud
Nabi SAW untuk umrah pada tahun yang lalu. Allah SWT membalasnya dengan
meluluskan maksud umrah pada bulan yang sama pada tahun berikutnya. Lalu
turunlah ayat ini.
Ayat 195
al-Bukhari meriwayatkan dari Hudzaifah. ayat ini turun pada masalah sedekah.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim dan yang
lainnya yang bersumber dari Abi Ayub al-Anshari. Menurut Tirmidzi hadits ini
shahih. Ketika Islam telah berjaya dan berlimpah pengikutnya, kaum Anshar
berbisik kepada sesamanya: “Harta kita telah habis, dan Allah telah menjayakan
Islam. Bagaimana sekiranya kita membangun dan memperbaiki ekonomi kembali?”
Maka turunlah ayat ini. Maka kebinasaan adalah menjaga dan merawat harta
dengan meninggalkan perang.
at-Thabarani meriwayatkan dengan sanad yang shahih, dari Jabir an-Nu’man
22
bin Basyir . ada orang yang melakukan perbuatan dosa, lalu karena putus asa
dia berkata ‘Allah tidak akan mengampuniku. Maka turunlah ayat ini. Hadits ini
diperkuat oleh al-Hakim yang bersumber dari al-Barra
Ayat 196
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Shafwan bin Umayyah. Seorang laki-
laki berjubah yang semerbak dengan minyak za’faran menghadap kepada Nabi
SAW dan berkata. “Ya Rasulullah, apa yang harus saya lakukan dalam menunaikan
umrah?” Maka turunlah “Wa atimmulhajja wal ‘umrata lillah.” Rasulullah bersabda:
“Mana orang yang tadi bertanya tentang umrah itu?” Orang itu menjawab: “Saya ya
Rasulullah.” Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda. “Tanggalkan bajumu, bersihkan
hidung dan mandilah dengan sempurna, kemudian kerjakan apa yang biasa kau
kerjakan pada waktu haji.”
Diriwayatkanolehal-BukhariyangbersumberdariKa’bbin‘Ujrah.Ketikasedang
melakukan umrah, saya merasa kepayahan, karena di rambut dan di muka saya
bertebaran kutu. Ketika itu Rasulullah SAW melihat aku kepayahan karena penyakit
pada rambutku itu. Maka turunlah “fafidyatum min shiyamin aw shadaqatin aw
nusuk” khusus tentang aku dan berlaku bagi semua. Rasulullah bersabda: “Apakah
kamu punya biri-biri untuk fidyah?” Aku menjawab bahwa aku tidak memilikinya.
Rasulullah SAW bersabda: “Berpuasalah kamu tiga hari, atau beri makanlah enam
orang miskin. Tiap orang setengah sha’ makanan, dan bercukurlah kamu
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Ka’b. ketika Rasulullah SAW beserta shahabat
berada di Hudaibiyah sedang berihram, kaum musyrikin melarang mereka
meneruskan umrah. Salah seorang shahabat, yaitu Ka’b bin Ujrah, kepalanya penuh
kutu hingga bertebaran ke mukanya. Ketika itu Rasulullah SAW lewat di hadapannya
dan melihat Ka’b bin ‘Ujrah kepayahan. lalu Rasulullah SAW bersabda: “Apakah
kutu-kutu itu mengganggu?” Rasulullah menyuruh agar orang itu bercukur dan
membayar fidyah.
Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari ‘Atha dari Ibnu Abbas. Ketika Rasulullah SAW
dan para shahabat berhenti di Hudaibiahdatanglah Ka’ab bin ‘Ujrah yang di kepala
dan mukanya bertebaran kutu karena banyaknya. Ia berkata: “Ya Rasulullah, kutu-
kutu ini sangat menyakitkanku.” Maka turunlah ayat ini.
Ayat 197
Al-Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata, “
orang yaman selalumenunaikan haji tanpa membawa bekal. Dan mereka berkata,
‘kami bertawakkal kepada Allah’. Maka turunlah ayat ini.
23
Ayat 198
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Abbas. pada zaman Jahiliyyah terkenal
pasar-pasar bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa
berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu. Mereka bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang hal itu. Maka turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, al-Hakim dan lainnya
dari Abi Umamah at-Taimi. Dia bertanya kepada Ibnu Umar tentang menyewakan
kendaraan sambil naik haji. Ibnu Umar menjawab: “Pernah seorang laki-laki
bertanya seperti itu kepada Rasulullah SAW yang seketika itu juga turun “Laisa
‘alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min rabbikum”. Rasulullah SAW memanggil
orang itu dan bersabda: “Kamu termasuk orang yang menunaikan ibadah haji.”
Ayat 199
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas. orang-orang Arab wuquf di
‘Arafah, sedang orang-orang Quraisy wuquf di Muzdalifah, Maka turunlah ayat ini
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dari Asma binti Abi Bakar. orang-orang
Quraisy wuquf di dataran rendah Muzdalifah, dan selain orang Quraisy, wuquf di
dataran tinggi ‘Arafah kecuali Syaibah bin Rabi’ah. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 200
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas. orang-orang Jahiliyyah
wuquf di musim pasar. Sebagian dari mereka selalu membangga-banggakan
nenek moyangnya yang telah membagi-bagi makanan, meringankan beban, serta
membayarkan diat. Dengan kata lain, di saat wuquf itu, mereka menyebut-nyebut
apa yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya. Maka turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid. orang-orang di
masa itu apabila telah melakukan manasik, berdiri di sisi jumrah menyebut-nyebut
jasa-jasa nenek moyang di zaman jahiliyyah. Maka turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas. salah
satu suku bangsa Arab sesampainya ke tempat wuquf berdoa: “Ya Allah, semoga
Allah menjadikan tahun ini tahun yang banyak hujannya, tahun makmur yang
membawa kemajuan dan kebaikan. Mereka tidak menyebut-nyebut urusan akhirat
sama sekali. Maka Allah menurunkan ayat ini. Setelah itu kaum Muslimin berdoa
sesuai petunjuk dalam ayat 201. yang kemudian ditegaskan oleh Allah SWT dengan
firman-Nya ayat berikutnya
Ayat 204
24
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia
berkata, “ketika rombongan pasukan yang di dalamnya terdapat ashim dan martsad
kalah perang, dua orang munafiq berkata,’rugilah orang-orang yang tertipu dan
binasa seperti itu. Mereka tidak duduk bersama keluarga, tidak juga menunaikan
tugas pemimpinnya. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ibnu jarir meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata, “ ayat ini turun mengenai
al-akhnas bin syariq. Dia pernah mendatangi Nabi saw dan menampakkan
keislamannya, hal itu membuat Nabi takjub. Kemudian dia pergi dari hadapan
nabi saw. Diperjalanan dia melihat tanaman milik orang Muslim dan beberapa
ekor keledai. Lalu dia membakar kebun itu dan membunuh keledainya. Maka allah
menurunkan ayat ini.
Ayat 207
Al-harit bin abi usamah dalam musnadnya dan ibnu abi hatim meriwayatkan
dari said ibn al-Musayyab, dia berkata ,” ketika suhaib hijrah ke madinah, dia
diikuti beberapa orang quraisy. Kemudaian shuhaib turun dari tunggangannya
dan mengambil anak panah dari tempatnya. Kemudian dia berkata,’wahai orang
quraisy, kalian tahu bahwa aku paling pandai memanah, demi Allah kalian tidak
akan sampai padaku hingga aku menggunakan seluruh anak panahku untuk
membunuh kalian, kemudian aku akan menggunakan pedangku selama masih ada
di tanganku. Setelah itu lakukan apa yang ingin lakukan terhadapku. Jika kalian
mau, maka kau serahkan hartaku yang ada di mekah dan biarkan akau melanjutkan
perjalanan. Maka orang quraisy itu setuju. Ketika sampai di madinah, Rasulullah
berkata kepada shuhaib, ‘beruntunglah jual belimu hai abu yahya, abu yahya telah
beruntung dalam jual belinya’. Maka allah turunkan ayat ini.
Al-hakim meriwayatkan dalam al-mustadrak riwayat yang sejenis dengan
riwayat diatas dari ibnu al-musayyab dari shuhaib dengan sanad yang mausul. Al-
hakim juga meriwayatkan hadis yang serupa dengannya dari mursal ikrimah.
Al-Hakim juga meriwayatkan dari hamad bin salmah dari tsabit dari anas. Di
dalam riwayat ini terdapat penjelasan tentang turunnya ayat di atas. Dan al-Hakim
berkata ‘ riwayat ini shahih sesuai syarat muslim.
Ibnu jarir meriwayatkan dari ikrimah, dia berkata, “ ayat diatas turun pad
shuhaib, abu dzar dan jundub ibnus-sakan, kerabat abu dzar.
Ayat 208
Ibnu jarir meriwayatkan dari ikrimah, dia berkata, “ abdulah bin salam,
Tsa’labah, ibnu yamin, asad bin kaab, usaid bin ka’ab, saad bin amir dan qais bin zaid,
25
mereka adalah orang Yahudi. Pada suatu ahri mereka berkata kepada Rasulullah,’
ya Rasulallah, hari sabtu adalah hari yang kami agungkan. Maka biarkanlah kami
melakukan ibadah pada hari itu.dan Taurat adalah kitab Allah, maka biarkanlah
kami bangun malam dengannya’. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 214
Abdurrazaq berkata, :”Muammar memberitahu kami dari qatadah, dia
berkata,’ayat ini turun pada saat terjadinya perang Ahzab. Ketika Nabi saw diserang
dan dikepung musuh-musuh Islam.
Ayat 215
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu juraij, dia berkata, “orang-orang mukmin bertanya
kepada Rasulullah, kepada siapakah mereka harus sedekah, maka turunlah ayat ini.
Ibnul mundzir meriwayatkan dari abu hayyan bahwa amr bin jamuh bertanya
kepada Nabi saw, “ apa yang kami sedekahkan dari harta kami dan kepada siapa
kami memberikannya? Maka turunlah ayat ini.
Ayat 217
Ibnu jarir, ibnu abi hatim, ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul kabir dan al-
Baihaqi dalam sunannya, meriwayatkan dari Jundub bin Abdillah bahwa Rasulullah
mengutus beberapa orang yang dipimpin oleh Abdullah bin jahsy. Ketika dalam
perjalanan mereka bertemu dengan ibnu al-Hadhrami. Lalu mereka membunuhnya
dan mereka tidak tahu bahwa ketika itu adalah bulan Rajab atau bulan Jumadi
Tsani. Maka orang musyrik berkata kepad orang muslim,’kalian membunuh pada
bulan haram’. Maka turunlah ayat ini. Sebagian mereka berkata,”jika mereka
tidak mendapatkan dosa karena yang mereka lakukan itu, maka mereka tidak
mendapatkan pahala”. Maka Allah menurunkan ayat berikutnya. Ibnu mundih juga
meriwayatkannya dalam kitab as-Shahabah dari Utsman bin Atha dari Ayahnya
dari Ibnu Abbas.
Ayat 219
Firman Allah Ta’ala, “mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.”
Sebab turunnya ayat ini akan dijelaskan pada surah al-maidah.
Firman Allah Ta’ala, “…dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan…”. Ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas
bahwa ketika turun perintah untuk memberikan sedekah fi sabilillah, beberapa
sahabat mendatangi Nabi saw, lalu mereka berkata, ‘sungguh kami tidak tahu
tentang sedekah yang engkau perintahkan kepada kami, apa yang kami sedekahkan
26
darinya? Maka turunlah ayat ini.
Ibnu hatim juga meriwayatkan dari yahya bahwa dia mendengar muadz bin
jabal dan Tsa’labah mendatangi Rasul saw dan berkata,’Ya Rasulullah, sesungguhnya
kami mempunyai budak dan keluarga, maka apa yang kami sedekahkan dari harta
kami? Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 220
Abu dawud, an-Nasai, al-Hakim dan lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas, dia
berkata,’ ketika turun ayat, ‘dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali
dengan cara yang lebih baik (bermanfaat)…(al-isra:34)’ dan ayat ‘sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim…(an-Nisa:10). Orang
yang merawat anak yatim memisahkan makanan dan minumannya dari makanan
dan minuman anak yatim. Sehinga terkadang makanan anak yatim itu tersisa
dan dibiarkan saja hingga dimakan lagi oleh dia atau sampai rusak. Maka hal itu
membuat mereka susah. Lalu mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah. Maka
Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 221
Ibnul munzir, ibnu abi hatim dan al-wahidi meriwayatkan dari muqatil, dia
berkata,’ ayat ini turun pada ibnu abi Martsad al-ghanawi ketika dia meminta izin
kepada Nabi saw untuk menikahi seorang wanita muda musyrik yang memiliki
kekayaan dan kecantikan.
Al-wahidi meriwayatkan dari as-suddi dari abu malik dari ibnu abbas,
dia berkata,”ayat ini turun pada Abdullah bin rahawah, ketika itu ia memiliki
seorang budak wanita berkulit hitam. Suatu hari dia marah kepada budaknya dan
menamparnya. Kemudian ia mendatangi Nabi saw dan memberitahu beliau perkara
itu, lalu dia berkata,’sungguh saya akan memerdekakannya dan menikahinya’. Lalu
dia melakukan apa yang dikatakannya itu. Melihat apa yang dilakukannya, sebagian
muslimin mencelanya, mereka berkata,’ dia menikahi seorang budak wanita. Maka
Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 222
Imam muslim dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari anas bahwa orang-orang
yahudi, ketika istri mereka haid, mereka tidak memberinya makan dan tidak
menggaulinya di rumah. Pada sahabat menanyakan kepda Nabi saw tentang hal itu.
Lalu turunlah ayat ini. Maka Rasul saw bersabda “lakukanlah apa saja terhadapnya
kecuali jima’…”
27
Al-Barudi meriwayatkan dalam kitab ash-Shahaabah dari ibnu ishaq dari
Muhammad bin abi Muhammad dari ikrimah atau said dari ibnu abbas bahwa
Tsabit bin ad-dahdah bertanya kepada Nabi saw. Maka turunlah ayat ini. Ibnu jarir
juga meriwayatkan dari as-suddi hadis yang serupa.
Ayat 223
Imam bukhari, imam muslim, abu daud dan at-tirmidzi meriwayatkan dari
jabir, dia berkata,”orang-orang yahudi berkata bahwa jika seseorang menggauli
istrinya dari bekalang maka anaknya akan bermata juling”. Maka turunlah ayat ini.
Imam ahmad dan at-tirmidzi meriwayatkan dari ibnu abbas, dai berkata,
“suatu hari umar mendatangi Rasulullah sambil berkata, ‘celaka saya ya Rasulullah”
Rasul pun bertanya,’apa yang membuatmu celaka? Umar menjawab,’ semalam saya
menggauli istri saya dari belakang,’ namun Rasulullah tidak menjawab. Lalu Allah
menurunkan ayat ini. Rasulullah bersabda,’gaulilah istrimu dari arah depan atau
dari belakang dan hindari menjima’ istri pada duburnya dan ketika sedang haidh”.
Abu daud dan hakim meriwayatkan dari ibnu abbas, “sesungguhnya
ibnu umar-semoga Allah mengampuninya dan sahabat lainnya-. orang anshar,
penduduk perkampungan ini, mereka penyembah berhala, berdampingan dengan
perkampungan yahudi. Orang yahudi itu merasa mempunyai keutamaan ilmu
melebihi orang anshar, dan orang anshar banyak meniru kebiasaan orang yahudi
tersebut.
Diantara kebiasaan orang yahudi tersebut adalah menggauli istrinya dari arah
samping, dengan itu wanita lebih tertutupi. Orang anshar pun banyak menirunya.
Sedangkan orang quraisy menjima’ istrinya dalam keadaan terlentang. Ketika
muhajirin datang ke Madinah, salah seorang dari mereka menikahi wanita anshar,
lalu dia menjimanya seperti cara orang quarisy. Sang istri pun menyalahkannya
dan berkata,’ kami hanya dijima’ dari samping.’ Lalu mereka mendiamkan masalah
tersebut, namun Rasulullah mendengar hal itu. Maka turunlah ayat ini. Maknanya,
gauli-lah istrimu dari arah depan, dari belakang ataupun dalam keadaan terlentang,
selama pada kemaluannya.
Al-Hafizh ibnu hajar dalam syarah bukhari berkata sebab turunnya ayat yang
disebutkan ibnu umar itu terkenal. Dan seakan-akan hadis dari abu said tidak
sampai kepada ibnu abbas. Sedangkan yang sampai kepadanya adalah riwayat dari
ibnu umar, maka dia pun meragukan ibnu umar tentang sebab turunya ayat ini.
Ayat 224
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu juraij, dia berkata,” saya diberitahu ayat ini
28
turun pada abu bakar, berkaitan dengan sumpahnya terhadap Misthah.
Ayat 228
Abu daud dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari asma binti yazid bin sakan
al-anshariah, dia berkata,” saya dicerai pad zaman Rasulullah dan ketika itu belum
ditetapkan iddah untuk para wanita yang dicerai. Maka Allah menurunka ayat ini.
Ats-Tsa’labi, Hibbatullah bin salamah dalam kitab an-Naasikh meriwayatkan dari
al-Kalbi dan Muqatil bahwa pada masa Rasulullah, Ismail bin Abdullah al-ghifari
mencerai istrinya, qatilah, dan dia tidak tahu bahaw istrinya sedang hamil, maka
diapun merujuknya kembali. Lalu istrinya melahirkan, namun keduanya meninggal.
Maka turunlah ayat ini.
Ayat 229
Firman-Nya :” Talaq( yang dapat dirujuk ) itu dua kali…..(2:229)”. At-tirmidzi,
al-hakim dan lainya meriwayatkan dari Aisyah, dia berkata,” dulu laki-laki bebas
mencerai istrinya dan menjadi suaminya kembali jika merujuknya, walaupun setelah
mencerainya seratu kali. Hingga suatu ketika ada seorang laki-laki berkata kepada
istrinya,’ demi Allah, aku tidak akan menceraikanmu sehingga engkau berpisah
denganku. Dan aku tidak akan menaungimu selamanya.’ Dengan heran sang istri
pun bertanya, ‘bagaimana hal itu bisa terjadi?sang suami menjawab,’ aku akan
menceraimu dan setiap masa iddahmu akan habis, aku merujukmu kembali.’ Maka
sang istri mengadu kepada Rasulullah perihal suaminya. Beberapa saat rasulullah
terdiam, hingga turunlah ayat ini.
Firmannya : “ dan tidak halal bagi kamu…(2:229)”. Abu dawud dalam an-
nasikh wal mansukh mereiwayatkan dari ibnu abbas. Dulu seorang suami memakan
dari pemberian yang telah ia berikan pada istrinya dan yang lainya tanpa meresa
dosa akan hal itu. Maka allah menurunkan ayat ini.
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu jauraij, dia berkata,” ayat ini turun pad
Tsabit bin qais dan habibah istrinya. Habibah mengadukan suaminya kepada
Rasulullah untuk kemudian minta diceraikan. Maka rasulullah berkata pada
habibah,’apakah engkau mau mengembalikan kebun yang dia jadikan mahar
untukmu?. Dia menjawab.’ Ya, saya mau’. Lalu Rasul memanggil Tsabit bin qais dan
memberitahukannya tentang apa yang dilakukan istrinya. Maka Tsabit berkata,’
apakah dia rela melakukannya? Rasulullah menajawab,’Ya, dia rela.’ Istrinya pun
berkata,’ saya benar-benar telah melakukannya.’ Maka turunlah ayat ini.
Ayat 230
29
Ibnul munzir meriwayatkan dari muqatil bin hayyan, dia berkata,” ayat ini
turun untuk Aisyah binti Abdurrahman bin atik, ketika ia menjadi istri Rifa’ah bin
wahab bin atik. Suatu ketika Rifa’ah mencerai Aisyah dengan talaq bain. Setelah
itu aisyah menikah dengan Abdurrahman bin zubair al-qarzhi, lalu ia mencerainya
lagi. Maka aisyah mendatangi Nabi saw dan berkata, “Ya Rasulullah, Abdurrahman
menceraikan saya sebelum menggauli saya. Bolehkan saya kembali kepada suami
pertama? Rasulullah menjawab, “Tidak, hingga ia menggaulimu. Maka turunlah
firman Allah pad aisyah: “jika suami mentalaqnya, maka wanita itu tidak halal
baginya kecuali setelah menikah dengan laki-laki lain”. Dan dia menjima’nya. Jika
dia menceraikannya setelah menjima’nya maka tidak berdosa bagi suami pertama
untuk merujuknya kembali.
Ayat 231
Ibnu jarir meriwayatkan dari al-aufi dari ibnu abbas, dia berkata ,”dulu seorang
suami mencerai istrinya kemudian merujuk kembali sebelum habis masa iddahnya,
setelah itu menceraikannya lagi. Hal itu dilakukan untuk mempersulit istri dan
menghalanginya menikah dengan yang lain. Maka turunlah ayat ini.
Ibnu jarir juga meriwayatkan dari as-suddi. Ayat ini turun pada seorang laki-laki
anshar bernama Tsabit bin Yassar. Suatu ketika dia menceraikan istrinya, ketika 2-3
hari menjelang habis masa iddah, dia merujuknya kembali. Setelah itu menceraikan
lagi istrinya. Hal ini membuat madharat pada istrinya. Maka allah menurunkan ayat
ini.
Ibnu abi Umar dalam musnadnya dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari abu
darda’, dia berkata,”ada seorang suami mencerai istrinya, lalu berkata, ‘saya main-
main saja’ dan dia menceraikannya lagi, kemudian berkata lagi,’ saya hanya main-
main saja. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ibnu munzir meriwayatkan hadits serupa dari uabadah bin shamit. Begitu juga ibnu
mardawih dari ibnu abbas dan ibnu jarir dari mursal alhasan.
Ayat 232
Al-Bukhari, abu dawud, at-tirmidzi dan lainnya meriwayatkan dari Ma’qil bin
yasar bahwa ma’qil mengawinkan saudarinya dengan seorang muslim. Kemudian
sang suami menceraikan adik wanitanya dan tidak merujuknya kembali hingga
habis masa iddahnya. Namun dia ingin kembali menikahinya begitu juga sebaliknya.
Maka dia pun melamarnya. Ma’qil berkata dengan marah,”wahai bodoh, dulu
aku telah memuliakanmu dan menikahkanmu dengan adikku, namum kemudian
engkau menceraikannya. Demi allah, dia tak akan kembali lagi padamu”. Allah
30
maha tahu keperluan suami itu begitu juga sebaliknya. Maka Allah menurunkan
ayat ini. Ketika m a’qil mendengar ayat ini, ia pun berkata, “aku mendengar dan
taat kepada tuhanku”. Kemudian dia memanggil lelaki itu dan berkata,” kini aku
menikahkanmu dengan adikku dan memuliakanmu”.
Ibnu mardawaih meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata,” ayat ini turun
pada jabir bin abdululllah al-anshari. Ada seorng anak pamannya yang tinggal
bersamanya. Setelah menikah, suaminya mencerainya sampai habis masa iddah,
kemudian suami itu ingin kembali menikahinya. Namun jabir menolaknya dan
mengatakan,’ engkau telah menceraikan anak paman kami dan kini engkau ingin
menikah lagi? Sedangkan keponakannya telah memaafkannya dan ingin kembali
kepadanya. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 238
Diriwayatkan oleh ahmad, bukhari dalam tarikhnya, abu dawud, albaihaqi
dan ibnu jarir dari zaid bin tsabit bahwa nabi saw melakukan shalat zuhur ketika
siang hari, ketika itu shalat zuhur adalah shalat yang paling berat bagi para sahabat.
Maka turunlah ayat ini.
Ahmad, annasai dan ibnu jarir meriwayatkan dari zaid bin tsabit bahwa Nabi
saw shalat zuhur pada siang hari, ketika itu makmum dibelakang beliau hanya satu
atau dua shaf saja. Karena pada saat-saat itu orang tidur siang atau berniaga. Maka
allah menurunkan ayat ini.
Imam yang enam (Bukhari, muslim, abu daud, tirmidzi, nasai, ibnu majah)
dan lainnya meriwayatkan dari zaid bin aslam, dia berkata,”pada zaman Rasulullah,
ketika sedang shalat kami boleh berbicara sengan sahabat yang lain yang juga
sedang shalat. Hingga turunlah ayat ini. Maka kami diperintahkan untuk khusyu
dan kami dilarang berbicara ketika shalat.
Ibnu jarir meriwayatkan dari mujahid, dia berkata,”dulu orang-orang berbincang
ketika shalat. Mereka juga menyuruh saudaranya untuk suatu keperluan. Maka
Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 240
Ishaq bin Rahawaih dalam tafsirnya meriwayatkan dari muqatil bin hayyan
bahwa seorang laki-laki dari thaif datang ke madinah dengan anak-anaknya,
juga membawa orang tua dan istrinya. Lalu dia wafat di madinah. Hal tersebut
disampaikan kepad Nabi saw. Maka beliau memberikan bagian warisan kepad kedua
orangtuanya dan memberikan anak-anaknya dengan bagian yang baik, namun
beliau tidak memberi apa-apa kepada istrinya. Hanya saja merka diperintahkan
31
untuk memberi nafkah kepadanya dari warisan selama satu tahun. Pada peristiwa
inilah turun ayat ini.
Ayat 241
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu zaid, dia berkata,”ketika turun firman Allah…
(2:236). Seseorang berkata,’jika saya mau berbuat baik, saya akan melakukannya.
Namun jika saya tidak mau, maka saya pun tidak akan melakukannya. Maka
turunlah ayat ini.
Ayat 245
Ibnu hibban dalam shahihnya dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari ibnu
umar, dia berkata, ketika turun ayat 261. Rasulullah berdoa,”ya Allah, berilah
tambahn untuk ummatku’ . maka turunlah ayat ini
Ayat 256
Abu dawud dan ibnu hibban meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata,”dulu
ada seorang wanita yng setiap kali melahirkan anaknya selalu mati. Lalu dia bernazar
jika anaknya hidup dia akan menjadikannya yahudi. Ketika bani Nadhir diusir dari
madinah, diantar mereka terdapat anak-anak anshar, mereka pun berkata,’kita
tidak bisa membiarkan anak-anak kita.’ Maka turunlah ayat ini.
Ibnu jarir meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata,
firman-Nya…tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam… turun pada
seorang laki-laki dari bani salim bin auf bernama al-hushain. Dia mempunyai dua
anak yang Nasrani, sedangkan dia sendiri muslim. Maka dia pun mengadu kepad
Rasulullah, “apakah perlu saya paksa mereka berdua untuk masuk islam?’ maka
Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 257
Ibnu jarir meriwayatkan dari abduh bin abi lubabah tentang firma Allah…
Allah pelindung orang beriman..’ dia berkata,”mereka adalah yang beriman kepada
Isa. Ketika Muhammad saw datang, mereka pun beriman kepada kerasulan beliau.
Ayat ini turun pada mereka. Dalam riwayat lain dari Mujahid , dia berkata,”dulu ada
orang yang beriman kepada Isa dan ada yang kafir terhadapnya. Ketika Rasulullah
diutus, orang yang tidak beriman kepada Isa beriman kepada beliau, sedangkan
yang beriman kepada Isa tidak beriman kepada beliau. Maka allah menurunkan
ayat ini.
Ayat 267
alHakim, tirmidzi, ibnu majah dan lainnya meriwayatkan dari al-Barra’, dia
32
berkata,”ayat ini turun pada kami, orang Anshar. Kami adalah pemilik kebun
kurma. Dulu seseorang menyedekahkan sebagian hasil kebunnya sesuai dengan
jumlah yang dimiliki. Dan ahlus shuffah tidak mengharapkan yang baik-baik. Maka
ada yang memberikan tandan kurma yang terdiri dari kurma jelek yang tidak keras
bijinya dan kurma basah yang sudah rusak serta tandan yang telah patah. Maka
Allah menurunkan ayat ini.
Abu daud, an-Nasai dan al-hakim meriwayatkan dari sahl bin hanif, dia
berkata,”dulu orang-orang memilih kurma yang jelek dari kebunnya untuk
disedekahkan. Maka Allah menurunkan ayat ini
Alhakim meriwayatkan dari jabir. Nabi saw diperintahkan untuk membayar
zakat fitrah dengan satu sha’ kurma. Lalu seseorang datang dengan membawa
kurma yang jelek. Maka turunlah ayat ini.
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari ibnu Abbas. Dulu para sahabat membeli
bahan makanan yang murah, lalu mereka menyedekahkannya. Maka turunlah ayat
ini.
Ayat 272
An-Nasai,al-hakim,al-Bazzar, at-Thabrani dan lainya meriwayatkan dari ibnu
abbas. Dulu orang-orang tidak rela dinasab mereka terdapat orang musyrik. Mereka
bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu. Maka Rasul saw memberi kemudahan
tentang hal itu. lalu turunlah ayat ini.
Ayat 274
At-Thabrani dan ibni abi hatim meriwayatkan dari yazid bin abdillah bin arib
dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi saw, beliau besabda, “ayat..orang-orang
yang menafkahkan hartanya..(2:274) turun kepada para pemilik kuda”. Yazid dan
ayahnya adalah Majhul.
Abdurrazaq, ibnu jarir, ibnu abi hatim dan at-Tabrani meriwayatkan dengan
sanad yang lemah dari ibnu abbas. Ayat ini turun pada ali bin abi tahlib. Ia
mempunyai emapt dirham. Lalu dia menginfakkan satu dirham di malam hari, satu
dirham di siang hari, satu dirham secara diam-diam dan satu dirham secara terang-
terangan.
Ibnul munzir meriwayatkan dari ibnul musayyab. Ayat ini turun pada
Abdurrahman bin auf dan usman bin affan yang menyedekahkan harta mereka
pada perang tabuk.
Ayat 278
33
Abu ya’la dalam musnadnya dan ibnu mandah meriwayatkan dari al-kalbi dari
abu shaleh dari ibnu abbas, dia berkata,”sampai kepada kami, ayat ini turun pada
bani amr bin auf yang berasal dari tsaqif dan bani al-mughirah. Ketika itu bani
mughirah mempunyai hutang dari hasil riba kepada orang-orang tsaqif. Ketika allah
menaklukkan Mekah untuk Rasul-Nya maka allah membatalkan semua bentuk riba.
Kemudian keduanya berselisih dalam masalah pembayaran utang karena hasil riba
mereka. Lalu mereka mendatangi attab bin usaid yang ketika itu menjadi Gubernur
mekah. Orang Banil mughirah berkata,”kami menjadi orang yang paling sengsara
karena riba. Sedangkan Rasulullah telah membatalkan riba dari selain kami”. Bani
Amr pun menyahut.’ Kami telah berdamai dengannya (Muhammad) dan telah
sepakat bahwa riba kami dan orang selain muslim adalah hak kami. Lalu attab
mengabarkan hal itu kepada Rasulullah. Lalu turunlah ayat ini dan ayat setelahnya.
Ibnu jarir meriuwayatkan dari ikrimah. Ayat ini turun pada orang-orang tsaqif.
Diantara mereka terdapat mas’ud, Habib, rabi’ah dan abdul yala’il, mereka adalah
bani Amr dan bani Umair.
Ayat 285
Ahmad, muslim dan lainya meriwayatkan dari abu hurairah. Ketika turun
ayat … jika kamu nyatakan apa yang ada dalam hatimu…(2:284). Para sahabat
pun merasa sedih. Lalu mereka mendatangi rasulullah dan berlutut dihadapan
beliau, lalu berkata, ‘telah turun kepadamu ayat ini, sedangkan kami tidak mampu
menanggungnya. Maka Rasul saw bersabda, ‘apakah kalian ingin mengatakan
seperti perkataan dua ahli kitab sebelum kalian, kami mendengar dan kami
melanggarnya? Bahkan katakanlah, kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya
tuhan kami, kepadamulah tempat kembali (2:285). “ ketika mereka mengucapkan
kata-kata tersebut dengan mudah, Allah menurunkan ayat berikutnya (2:286).
Muslim dan lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas dengan riwayat yang sama.
SURAH ALI IMRAN
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dan ar-Rabi’ bahwa pada suatu hari orang-
orang Nasrani mendatangi Rasulullah, lalu mereka mendebat beliau dalam masalah
Nabi Isa as.. Maka Allah rnenurunkan firman-Nya, “Alif laam miim. Allah, tidak ada
tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).
Dia menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung
kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan
Injil.” (Ali Imran: 1-3) Hingga ayat kedelapan puluhan.
diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab Dalaailun Nubuwwah. Ibnu Ishaq
34
berkata, “Muhammad bin Sahl bin Abi Umamah berkata, ‘Ketika orang-orang
Najran mendatangi Rasulullah, mereka menanyakan tentang Isa Ibnu Maryam.
Maka turun pada mereka pembukaan surah Ali Imran hingga awal ayat kedelapan
puluh.’
Ayat 12
Abu Dawud dalam sunannya dan al-Baihaqi dalam Dalaailun Nubuwwah
meriwayatkan dari Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Sa’id
atau Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa setelah mengalahkan orang-orang Quraisy
pada Perang Badar, Rasulullah kembali ke Madinah lalu mengumpulkan orang-
orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa’. Lalu beliau bersabda, “Wahai orang-orang
Yahudi, masuk Islamlah kalian sebelum Allah menimpakan kepada kalian apa yang
menimpa orang-orang Quraisy.”
Lalu orang-orang Yahudi itu menyahut, “Wahai Muhammad, jangan engkau
merasa sombong karena telah membunuh beberapa orang Quraisy yang tidak
berpengalaman dalam beperang. Demi Allah, jika engkau berperang melawan
kami, niscaya engkau akan tahu bahwa kami adalah orang-orang yang ahli perang
dan engkau tidak pemah bertemu dengan orang-orang seperti kami.” Maka Allah
menurunkan ayat ini dan ayat berikutnya
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, “Pada Perang Badar,
Fankhash, seorang Yahudi, berkata, ‘Jangan sampai Muhammad merasa sombong
karena telah membunuh dan mengalahkan orang-orang Quraisy. Karena orang-
orang Quraisy itu tidak bisa berperang.’ Maka turunlah ayat 12 surah Ali Imran.”
Ayat 23
Ibnu Abi Hatim dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas,
dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah masuk ke rumah Midras yang di dalamnya
terdapat orang-orang Yahudi. Lalu beliau mengajak mereka kepada Allah. Lalu
Nu’aim bin Amr dan al-Harits bin Zaid berkata,”Engkau sendiri beragama apa wahai
Muhammad?’ Beliau menjawab, ‘Agama Ibrahim.’ Mereka berkata, “Sesungguhnya
Ibrahim beragama Yahudi.’ Maka Rasulullah bersabda kepada mereka, ”Mari kita
membaca Taurat karena ia ada bersama kita saat ini.’ Namun mereka tidak mau
melakukannya. Maka Allah menurunkan ayat ini dan ayat berikutnya.
Ayat 26
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah, dia berkata, “Kami diberi tahu
bahwa Rasulullah meminta kepada Allah untuk menjadikan Raja Romawi dan Persia
35
sebagai umat beliau. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 28
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sa’id atau lkrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“al-Hajjaj bin Amr- sekutu Ka’ab ibnul Asyraf-, lbnu Abil Haqiq dan Qais bin Zaid
tinggal berbaur dengan beberapa orang Anshar untuk mengganggu keislaman
mereka dan menjadi murtad kembali.
Maka Rifa’ah ibnul-Mundzir, Abdullah ibnuz-Zubair dan Sa’id bin Hatsmah
berkata kepada orang-orang itu, ‘Jauhilah orang-orang Yahudi itu dan jangan
tinggal bersama mereka agar mereka tidak membuat kalian keluar dari agama
kalian.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 31
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, dia berkata, “Beberapa
kaum pada masa Nabi kita berkata, ‘Wahai Muhammad, demi Allah kami sungguh
mencintai Allah.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 58
lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hasan, dia berkata, “Pada suatu hari
Rasulullah didatangi dua orang pendeta dari Najran.
Lalu salah satu dari keduanya bertanya kepada beliau, ‘Siapakah isa?’ Rasulullah
tidak menjawab langsung pertanyaan itu untuk menunggu perintah Allah. Lalu
turunlahfirmanAllah,‘DemikianlahKamibacakankepadamu(Muhammad)sebagian
ayat-ayat dan peringatan yang penuh hikmah. Sesungguhnya perumpamaan
(penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari
tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, ‘Jadilah!’Maka jadilah sesuatu itu.” (Ali
Imran: 58-59)
Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari al-Aufi dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“Beberapa orang Najran yang di antara mereka terdapat orang-orang terhormat
dan orang-orang bawahan mendatangi Rasulullah. Lalu mereka berkata, ‘Apa
urusanmu menyebut-nyebut Shahib kami.’ Beliau balik bertanya, ‘Siapa dia?’
Mereka menjawab, ‘isa. Bukankah engkau katakan dia adalah hamba Allah.’
Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Lalu mereka berkata, ‘Apakah engkau pernah melihat
orang seperti isa atau engkau diberi tahu tentang-Nya?’
Kemudian mereka pergi meninggalkan beliau. Lalu Rasulullah didatangi
Jibril dan berkata,”Jika mereka datang lagi kepadamu, katakan kepada
36
mereka,”Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti
(penciptaan) Adam... agar Iaknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang
dusta.” (Ali Imran: 59-61)
Al-Baihaqi juga meriwayatkan dalam Dalaailun Nubuwwah dari Salamah
bin Abdi Yasyu’ dari ayahnya dari kakeknya bahwa sebelum turun firman Allah,
“Thaasiin Sulaimaan,” Rasulullah menulis surat untuk orang-orang Kristen Najran,
“Dengan nama Tuhan Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, dan Muhammad, seorang Nabi.
. ., dan seterusnya.
Di antara isi hadits tersebut adalah mereka mengutus Syarahbil bin Wada’ah
al-Hamadani, Abdullah bin Syarahbil al-Ashbahi dan Jabbar al-Haritsi. Lalu ketiga
orang itu mendatangi Nabi saw.. Kemudian Rasulullah berdiskusi dengan mereka.
Ketiga orang itu bertanya kepada Rasulullah, “Apa yang kau katakan tentang Isa?”
Beliau menjawab, “Saya tidak mempunyai jawaban untuk itu hari ini. Tinggallah
kalian di sini hingga saya memberi tahu kalian tentang jawabannya.” Keesokan
harinya, Allah telah menurunkan kepada beliau firman-Nya, “Sesungguhnya
perumpamaan (penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam... agar
Iaknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Ali lmran: 59-61)
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dalam kitab ath-Thabaqat dari al-Azraq bin Qais, dia
berkata, “Pada suatu hari Uskup Najran dan bawahannya mendatangi Nabi saw..
Lalu Nabi saw. mengajak mereka masuk Islam. Maka keduanya menjawab ‘Kami
adalah orang-orang muslim sebelum kamu.’
Rasulullah bersabda, ‘Kalian bohong. Sesungguhnya ada tiga hal yang
membuat kalian tidak dalam Islam. Yaitu keyakinan kalian bahwa Allah mempunyai
seorang anak, makannya kalian daging babi, dan sujud kalian terhadap patung.”
Maka keduanya bertanya kepada beliau, “Kalau demikian, siapa ayah Isa?”
Rasulullah tidak menjawab pertanyaan mereka hingga Allah menurunkan firman-
Nya,‘Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘Isa bagi Allah,...’ hingga firman-
Nya, ‘dan sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.’(Ali Imran: 59-62) Lalu
beliau mengajak mereka untuk mula’anah. Namun keduanya menolak dan lebih
memilih untuk membayar jizyah, lalu keduanya kembali.”
Ayat 65
Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya yang berulang-ulang dari Ibnu
Abbas, dia berkata, “Pada suatu ketika orang-orang Nasrani dari Najran dan para
pendeta Yahudi berkumpul di tempat Rasulullah. Lalu mereka berdebat di sisi
beliau. Para pendeta Yahudi berkata, ‘Ibrahim tidak lain adalah seorang Yahudi.’
37
Orang-orang Nasrani membalas, ‘Ibrahim tidak lain adalah orang Nasrani.’ Maka
Allah menurunkan firman-Nya, ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu berbantah-
bantahan...”
Riwayat ini diriwayatkan al-Baihaqi dalam Dalaa’ilun Nubuwwah.
Ayat 72
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Abdullah ibnush-Shaif,
Adi bin Zaid, dan al-Harits bin Auf saling mengajak, ‘Mari kita beriman kepada apa
yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad dan para sahabatnya di pagi hari,
lalu kita kafir kepadanya di malam hari. Hingga kita merancukan agama mereka.
Semoga mereka juga melakukan hal yang sama dengan apa yang kita lakukan
sehingga mereka meninggalkan agama mereka itu.’ Maka Allah menurunkan
firman-Nya atas mereka, ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mencampuradukkan
kebenaran dengan kebatilan,.. ‘hingga firman-Nya, ‘...Allah Mahaluas, Maha
Mengetahui.” (Ali lmran: 71-73)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi dari Abu Malik, dia berkata, “Dulu
para pendeta Yahudi berkata kepada orang-orang yang mengikuti mereka, ‘Jangan
kalian beriman kecuali dengan orang yang mengikuti agama kalian.’ Maka Allah
menurunkan firman-Nya, ‘...Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya petunjuk itu
hanyalah petunjuk Allah... .“ (Ali Imran: 73)
Ayat 77
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan yang lainnya meniwayatkan bahwa al-
Asy’ats berkata, “saya dan seorang Yahudi pernah mempunyai sebidang tanah
milik bersama. Lalu dia mengkhianatiku, maka saya mengadu kepada Rasulullah.
Lalu beliau bertanya kepadaku, ‘Apakah engkau mempunyai bukti?’ Saya
jawab,”Tidak.’ Beliau berkata kepada orang Yahudi itu,”Bersumpahlah engkau.’
Maka saya langsung katakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah. Jika dia bersumpah,
tentu dia akan membawa harta milik saya.’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya,
‘Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-
sumpah mereka dengan harga murah, hingga akhir ayat.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa bahwa seorang lelaki
menjual barang dagangannya di pasar. Lalu dia bersumpah atas nama Allah bahwa
dia telah menerima barang dagangan tersebut dengan harga di atas harga yang
dia tawarkan untuk membujuk seorang lelaki muslim. Maka turunlah firman Allah,
“Sesungguhnya orang-orang yang rnemperjualbelikan janji Allah dan sumpah-
sumpah mereka dengan harga murah,” hingga akhir ayat.
38
Ibnu Hajjar dalam syarah Bukhari berkata, “Tidak ada kontradiksi antara dua
hadits ini, tetapi dapat dipahami bahwa sebab turun ayat ini adalah dua peristiwa.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah bahwa ayat ini turun pada Huyai bin Akhthab,
Ka’ab ibnul-Asyraf, dan orang-orang Yahudi lainnya yang menyembunyikan Taurat
asli yang diturunkan oleh Allah. Lalu mereka mengubahnya dan bersumpah bahwa
itu adalah dari Allah.
Al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Ayat ini mempunyai kemungkinan beberapa sebab,
akan tetapi yang menjadi sandaran adalah yang disebutkan dalam Kitab Shahih.”
Ayat 79
Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Abu
Rafi’ al-Qarzhi berkata, ‘Ketika para pendeta Yahudi dan pendeta Nasrani dan Najran
berkumpul di tempat Rasulullah dan beliau mengajak mereka untuk masuk Islam,
mereka berkata, ‘Apakah engkau ingin agar kami menyembahmu sebagaimana
orang-orang Nasrani menyembah Isa?’ Maka Rasulullah menjawab, ‘Na’udzu billah
(Kami berlindung kepada Allah dari hal itu).” Maka Allah menurunkan firman-
Nya pada peristiwa itu, ‘Tidak murigkin bagi seseorang...,’ hingga firman-Nya, ‘...
setelah kamu menjadi muslim?” (Ali Imran: 79-80)
Abdurrazzaq dalam tafsirnya meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, dia
berkata, “datang kepada saya bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah,
‘Wahai Rasulullah, kami akan mengucapkan salam kepadamu sebagaimana kami
.mengucapkan salam kepada sesama kami. Lalu apakah kami perlu bersujud
kepadamu?’ Rasulullah menjawab, ‘Tidak, akan tetapi muliakan Nabi kalian dan
ketahuilah hak keluarganya. Karena sesungguhnya tidak sepantasnya seseorang
sujud kepada selain Allah.’Lalu Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 86
An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “Dulu ada seorang lelaki dari Anshar yang masuk Islam lalu dia murtad.
Kemudian dia menyesal dan mengirim pesan kepada kaumnya yang isinya, ‘Tanyakan
kepada Rasulullah apakah saya masih bisa bertobat?’ Maka turunlah ayat ini hingga
ayat 89. Setelah itu kaumnya mengirimkan berita gembira itu kepadanya, lalu dia
masuk Islam lagi.”
Musaddad dalam musnadnya dan Abdurrazzaq meriwayatkan dari Mujahid,
dia berkata, “Al-Harits bin Suwaid mendatangi Rasulullah dan masuk Islam.
Kemudian dia kafir lagi dan kembali kepada kaumnya. Lalu Allah menurunkan
39
firman-Nya atasnya, ‘Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum
yang kafir setelah mereka beriman,...’ hingga firman-Nya, ‘... maka sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang. “(Ali Imran: 86-89)
Lalu seseorang dari kaumnya menyampaikan tentang ayat tersebut kepadanya
dan membacakannya kepadanya. Maka al-Harits berkata, ‘Demi Allah, sungguh
engkau adalah orang yang sangat jujur. Sesungguhnya Rasulullah lebih jujur
darimu. Dan sesungguhnya Allah paling jujur.’ Lalu dia masuk Islam lagi dan
berislam dengan baik.”
Ayat 97
Sa’id bin Manshur meriwayatkan dari lkrimah. Ketika turun firman Allah, ‘Dan
barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang yang rugi.”(Ali Imran: 85) Orang-orang Yahudi berkata, ‘Kalau
demikian kami juga orang muslim.’ Rasulullah berkata, ”Sesungguhnya Allah
mewajibkan atas orang-orang muslim untuk menunaikan haji.’ Orang-orang Yahudi
menjawab, ‘Haji tidak diwajibkan atas kami.’ Dan, mereka pun enggan menunaikan
haji. Maka Allah menurunkan firman-Nya,‘.. .Barangsiapa mengingkari (kewajiban)
haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya dari seluruh alam.”
Ayat 100
AI-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“Pada masa jahiliah orang-orang Aus dan al-Khazraj saling bermusuhan. Pada
suatu ketika, setelah kedatangan Islam, mereka berkumpul dan berbincang-
bincang tentang apa yang pemah terjadi di antara mereka sebelum kedatangan
Islam. Hingga akhirnya mereka sama-sama naik pitam dan sebagian mereka saling
menghunus senjata. Lalu turunlah firman Allah ta’ala, ‘Dan bagaimana kamu
(sampai) menjadi kafir..” (Ali Imran: 101) Dan dua ayat setelahnya.
Ibnu Ishaq dan Abusy Syekh meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, dia berkata,
“suatu hari Syas bin Qais, seorang Yahudi, melintasi orang-orang dari kabilah Aus
dan Khazraj yang sedang berbincang-bincang. Syas sangat tidak suka dengan
keakraban kedua kabilah tersebut setelah permusuhan yang sekian lama terjadi
antar mereka. Maka dia menyuruh seorang pemuda Yahudi yang bersamanya untuk
ikut bergabung bersama orang-orang Aus dan Khazraj tersebut, lalu mengingatkan
mereka tentang Hari Bi’ats. Pemuda itu pun melakukan perintah Syas. Akibatnya
orang-orang Aus dan Khazraj pun saling berselisih dan saling membangga-
banggakan kabilah mereka. Hingga seorang dari Aus yang bemama Aus bin Qaizhi
dan seorang dari Khazraj yang bemama Jabbar bin Shakar melompat berdiri dan
40
keduanya saling mencela. Amarah kedua kabilah tersebut pun memuncak dan
mereka sudah bersiap-siap untuk berperang. Lalu kejadian itu sampai kepada
Rasulullah. Maka beliau mendatangi mereka, lalu menyampaikan nasihat kepada
mereka dan memperbaiki kembali hubungan mereka. Mereka pun mendengarkan
dan menaati nasihat Rasulullah tersebut. Lalu Allah menurunkan firman-Nya pada
Aus dan Jabbar serta orang-orang yang bersama mereka, ‘Wahai orang-orang
yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi Kitab…” (Ali
Imran: 100) Dan Allah menurunkan kepada Syas bin Qais firman-Nya, ‘Katakanlah
(Muhammad), ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi …..”(Ali
Imran: 99)
Ayat 113
Ibnu Abi Hatim, ath-Thabrani, dan lbnu Mandah dalam ash-Shahabah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ketika Abdullah bin Salam, Tsa’labah
bin Sa’iyyah, Usaid bin Sa’iyyah, Asad bin Abd, dan orang-orang Yahudi lainnya
masuk Islam serta beriman, membenarkan Islam dan senang dengan Islam, para
pendeta Yahudi dan orang-orang kafir dari mereka berkata,”Hanya orang-orang
yang tidak baik dari golongan kami yang beriman kepada Muhammad dan
mengikutinya. Seandainya mereka itu orang-orang yang baik, tentunya mereka
tidak akan meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti yang lain.’
Lalu Allah menurunkan firman-Nya pada peristiwa itu,’Mereka itu tidak sama...”.
Ahmad, an-Nasai dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dia berkata,
“Pada suatu hari Rasulullah mengakhirkan shalat isya. Ketika beliau datang ke
masjid, orang-orang masih menunggu shalat. Lalu beliau bersabda, ‘Sesungguhnya
tidak seorang pun dari pengikut agama-agama yang ada ini yang berzikir kepada
Allah pada waktu ini kecuali kalian.’Lalu turun firman Allah, ‘Mereka itu tidak
(seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca
ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat).... Dan Allah
Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 113-115)
Ayat 118
Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu
orang-orang muslim menjalin hubungan baik dengan orang-orang Yahudi karena
ketika masa jahiliah mereka membuat janji setia untuk saling membela. Lalu Allah
menurunkan firman-Nya kepada mereka yang melarang mereka menjadikan orang-
orang Yahudi itu sebagai teman kepercayaan demi menghindari keburukan.
41
Ayat 121
Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya’la meriwayatkan dari al-Miswar bin Makhramah,
dia berkata, “Saya katakan kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Beri tahu saya tentang
kisah kalian pada Peperangan Uhud.’ Ibnu Mas’ud menjawab,”Bacalah ayat setelah
120 dari surah Ali Imran, maka engkau akan mendapati kisah kami, ‘Dan (ingatlah),
ketika engkau (Muhammad) berangkat pada pagi hari…” Hingga ayat, ‘Ketika dua
golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut,...”(Ali Imran: 122)
lbnu Mas’ud berkata lagi, ‘Mereka adalah orang-orang yang meminta jaminan
keamanan kepada orang-orang musyrik, hingga firman-Nya, ‘Dan kamu benar-benar
mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; maka (sekarang)
kamu sungguh, telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.” (Al i Imran: 143)
Ibnu Mas’ud berkata, ‘ltu adalah angan-angan para orang mukmin untuk bertemu
musuh, hingga firman-Nya, “Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke
belakang (murtad)?...” (Ali Imran: 144) Ibnu Mas’ud berkata lagi, ‘ltu adalah teriakan
setan pada Perang Uhud, yaitu, ‘Muhammad telah terbunuh.’Hingga firman-Nya,
‘.. . Keamanan (berupa) kantuk...’, maksudnya adalah membuat mereka merasa
mengantuk.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia
berkata, “Firman Allah, ‘Ketika dua golongan dari kamu ingin (mundur) karena
takut....” (3: 122) Ayat itu turun kepada kami, Bani Salamah dan Bani Haritsah.
Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan
dari asy-Sya’bi bahwa pada Perang Badar orang-orang muslim mendengar bahwa
Kirz bin Jabir al-Muharibi memberi bantuan kepada orang-orang musyrik. Hal itu
membuat mereka gelisah. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “…Apakah tidak
cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu..” hingga ayat “..memakai tanda.”
(Ali Imran: 124-125)
Kemudian Kirz mendengar berita kekalahan orang-orang musyrik. Maka dia
pun tidak jadi memberi bantuan kepada orang-orang musyrik dan Allah pun tidak
memberi bantuan pasukan lima ribu malaikat kepada orang-orang muslim.
Ayat 128
Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa pada Perang Uhud, gigi
Nabi saw. patah, wajah beliau terluka hingga darah mengalir di wajah beliau. Lalu
beliau bersabda, “Bagaimana satu kaum akan beruntung jika mereka melakukan
hal ini terhadap nabi mereka yang mengajak mereka kepada Tuhan mereka?” Lalu
Allah menurunkan ayat ini
42
Ahmad dan al-Bukhari meniwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, “Saya
mendengar Rasulullah berdoa, ‘Ya Allah laknatlah si Fulan. Ya Allah laknatlah al-
Harits bin Hisyam. Ya Allah laknatlah Suhail bin ‘Amr. Ya Allah laknatlah Shafwan bin
Umayyah.’ Maka turunlah ayat ini. Lalu mereka semua diampuni.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah hadits yang semisal dengan di atas.
Al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Cara menggabungkan kedua hadits di atas
adalah ketika shalat, Rasulullah mendoakan keburukan atas orang-orang yang
disebutkan tersebut setelah apa yang menimpa beliau pada Perang Uhud. Lalu
turunlah firman Allah pada dua hal tersebut secara bersamaan, tentang apa yang
menimpa beliau dan doa beliau karena hal itu.”
Selanjutnya al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Akan tetapi sebuah riwayat di
dalam Shahih Muslim membuat penggabungan tersebut menjadi rancu. hadits
yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah di waktu fajar ketika
shalat berdoa, ‘Ya Allah laknatlah Ra’al, Dzikwan, dan Ashiyyah.’ Hingga Allah
menurunkan, ‘Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad)....”. Bentuk kerancuan
yang ditimbulkannya adalah ayat di atas turun pada kisah Perang Uhud, sedangkan
kisah Ra’al dan Dzikwan terjadi setelahnya. Kemudian saya melihat ada ’illah (cacat)
pada hadits ini, yaitu terjadi idraj (kata-kata perawi yang masuk ke dalam hadits)
di dalamnya. Karena kata-kata, ‘Hingga Allah menurunkan,’ adalah munqathi’
dari riwayat az-Zuhri dari orang yang menyampaikannya kepada az-Zuhri. Hal itu
dijelaskan Muslim. Model balaagh (yaitu kata-kata seorang perawi, ‘Telah sampai
kepada saya’) seperti ini tidak bisa diterima dari orang yang saya sebutkan itu.”
Al-Hafizh Ibnu Hajjar juga berkata, “Kemungkinan juga bisa dikatakan
bahwa kisah Ra’al dan Dzakwan terjadi setelah Perang Uhud dan ayat di atas
turun belakangan dari sebab turunnya. Kemudian ayat di atas turun pada semua
peristiwa itu.”
Terdapat riwayat tentang sebab turun ayat di atas yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari di dalam tarikhnya dan oleh Ibnu lshaq dan Salim bin Abdillah bin
Umar, dia berkata, ‘Seorang lelaki dari Quraisy mendatangi Rasulullah lalu berkata,
‘Sesungguhnya engkau melarang kami untuk mencaci.’ Kemudian dia membalikkan
badannya dan membelakangi Rasulullah lalu membuka pakaiannya sehingga
pantatnya kelihatan. Maka Rasulullah melaknatnya dan mendoakan keburukan
atasnya. Maka Allah menurunkan firmanNya, ‘Itu bukan menjadi urusanmu
(Muhammad)..” Kemudian lelaki itu masuk Islam dan dia pun berislam dengan
haik.” Hadits ini Mursal ghariib.
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd

More Related Content

What's hot (20)

Ulumul Qur'an (2)
Ulumul Qur'an (2)Ulumul Qur'an (2)
Ulumul Qur'an (2)
 
Lafadz ‘am
Lafadz ‘amLafadz ‘am
Lafadz ‘am
 
KEISTIMEWAAN DAN KEUNGGULAN AKIDAH ISLAM BERBANDING AGAMA DAN IDEOLOGI LAIN
KEISTIMEWAAN DAN KEUNGGULAN AKIDAH ISLAM BERBANDING AGAMA DAN IDEOLOGI LAINKEISTIMEWAAN DAN KEUNGGULAN AKIDAH ISLAM BERBANDING AGAMA DAN IDEOLOGI LAIN
KEISTIMEWAAN DAN KEUNGGULAN AKIDAH ISLAM BERBANDING AGAMA DAN IDEOLOGI LAIN
 
Topik 3 penghijrahan ke habsyah
Topik 3 penghijrahan ke habsyahTopik 3 penghijrahan ke habsyah
Topik 3 penghijrahan ke habsyah
 
Munasabat al quran
Munasabat al quranMunasabat al quran
Munasabat al quran
 
Perang Khaibar
Perang KhaibarPerang Khaibar
Perang Khaibar
 
Slide Presentasi Fiqh dan Ushul Fiqh
Slide Presentasi Fiqh dan Ushul FiqhSlide Presentasi Fiqh dan Ushul Fiqh
Slide Presentasi Fiqh dan Ushul Fiqh
 
Alam kubur
Alam kuburAlam kubur
Alam kubur
 
Siti khadijah
Siti khadijahSiti khadijah
Siti khadijah
 
Asmaul Husna
Asmaul HusnaAsmaul Husna
Asmaul Husna
 
Kewajiban sesama muslim
Kewajiban sesama muslimKewajiban sesama muslim
Kewajiban sesama muslim
 
Kisah Nabi Ibrahim dan 4 Malaikat : Perbandingan 4 Surah
Kisah Nabi Ibrahim dan 4 Malaikat : Perbandingan 4 SurahKisah Nabi Ibrahim dan 4 Malaikat : Perbandingan 4 Surah
Kisah Nabi Ibrahim dan 4 Malaikat : Perbandingan 4 Surah
 
Penghayatan Maqasid Surah Hud
Penghayatan Maqasid Surah HudPenghayatan Maqasid Surah Hud
Penghayatan Maqasid Surah Hud
 
Teladan siti khadijah
Teladan siti khadijahTeladan siti khadijah
Teladan siti khadijah
 
Penulisan hasil kajian qd
Penulisan hasil kajian qdPenulisan hasil kajian qd
Penulisan hasil kajian qd
 
Bekalan Tadabbur Juzuk Amma
Bekalan Tadabbur Juzuk AmmaBekalan Tadabbur Juzuk Amma
Bekalan Tadabbur Juzuk Amma
 
Beriman Kepada Rasul
Beriman Kepada RasulBeriman Kepada Rasul
Beriman Kepada Rasul
 
Solat jumaat
Solat jumaatSolat jumaat
Solat jumaat
 
Tahsin Al-Fatihah
Tahsin Al-FatihahTahsin Al-Fatihah
Tahsin Al-Fatihah
 
Perubatan islam
Perubatan islamPerubatan islam
Perubatan islam
 

Similar to Asbabun nuzul imam as suyuti.indd (20)

03.Kitab Ilmu.
03.Kitab Ilmu.03.Kitab Ilmu.
03.Kitab Ilmu.
 
Kitab sifat orang munafik dan hukum tentang mereka
Kitab sifat orang munafik dan hukum tentang merekaKitab sifat orang munafik dan hukum tentang mereka
Kitab sifat orang munafik dan hukum tentang mereka
 
Kitab sifat orang munafik dan hukum tentang mereka
Kitab sifat orang munafik dan hukum tentang merekaKitab sifat orang munafik dan hukum tentang mereka
Kitab sifat orang munafik dan hukum tentang mereka
 
Kitab ilmu
Kitab ilmuKitab ilmu
Kitab ilmu
 
Kitab ilmu
Kitab ilmuKitab ilmu
Kitab ilmu
 
Kitab ilmu
Kitab ilmuKitab ilmu
Kitab ilmu
 
Nukhbatul fikr ringkasan ilmu hadist
Nukhbatul fikr ringkasan ilmu hadistNukhbatul fikr ringkasan ilmu hadist
Nukhbatul fikr ringkasan ilmu hadist
 
Asbabbun nuzul
Asbabbun nuzulAsbabbun nuzul
Asbabbun nuzul
 
Al ghurbah
Al ghurbahAl ghurbah
Al ghurbah
 
Al ghurbah
Al ghurbahAl ghurbah
Al ghurbah
 
Nasehat bagi para penghafal quran
Nasehat bagi para penghafal quranNasehat bagi para penghafal quran
Nasehat bagi para penghafal quran
 
Al ghurbah (keterasingan)
Al ghurbah (keterasingan)Al ghurbah (keterasingan)
Al ghurbah (keterasingan)
 
Kitab keutamaan keutamaan kota madinah
Kitab keutamaan keutamaan kota madinahKitab keutamaan keutamaan kota madinah
Kitab keutamaan keutamaan kota madinah
 
Kitab tafsir
Kitab tafsirKitab tafsir
Kitab tafsir
 
Kitab tafsir
Kitab tafsirKitab tafsir
Kitab tafsir
 
Tafsir Al azhar 108 al kautsar
Tafsir Al azhar 108 al kautsarTafsir Al azhar 108 al kautsar
Tafsir Al azhar 108 al kautsar
 
Sejarah perang mu'tah
Sejarah perang mu'tahSejarah perang mu'tah
Sejarah perang mu'tah
 
Sejarah Syaikh Nawawi Al
Sejarah Syaikh Nawawi AlSejarah Syaikh Nawawi Al
Sejarah Syaikh Nawawi Al
 
Kitab istisqa
Kitab istisqaKitab istisqa
Kitab istisqa
 
Kitab istisqa
Kitab istisqaKitab istisqa
Kitab istisqa
 

More from elra

Wh Questions
Wh Questions Wh Questions
Wh Questions elra
 
future will
future willfuture will
future willelra
 
Metode tahfidz qishoff
Metode tahfidz qishoffMetode tahfidz qishoff
Metode tahfidz qishoffelra
 
Bios44 gapo
Bios44 gapoBios44 gapo
Bios44 gapoelra
 
outbond qsoft
outbond qsoftoutbond qsoft
outbond qsoftelra
 
Surah al-fatiha-vocabulary
Surah al-fatiha-vocabularySurah al-fatiha-vocabulary
Surah al-fatiha-vocabularyelra
 
Basic handout QSOFT 7.05
Basic handout QSOFT 7.05Basic handout QSOFT 7.05
Basic handout QSOFT 7.05elra
 
Yaasiin
YaasiinYaasiin
Yaasiinelra
 
1 al fatihah
1 al fatihah1 al fatihah
1 al fatihahelra
 
Tutorial Qsoft
Tutorial QsoftTutorial Qsoft
Tutorial Qsoftelra
 
Essential english idoms
Essential english idomsEssential english idoms
Essential english idomselra
 
Near synonyms-nouman-ali-khan-muslimmattersorg
Near synonyms-nouman-ali-khan-muslimmattersorgNear synonyms-nouman-ali-khan-muslimmattersorg
Near synonyms-nouman-ali-khan-muslimmattersorgelra
 
Sabiili (al) Allaahi
Sabiili (al) AllaahiSabiili (al) Allaahi
Sabiili (al) Allaahielra
 
Qsoft teknik mencari ayat kembar
Qsoft teknik mencari ayat kembarQsoft teknik mencari ayat kembar
Qsoft teknik mencari ayat kembarelra
 
QSOFT
QSOFTQSOFT
QSOFTelra
 
International workshop writing @ipdn
International workshop writing @ipdnInternational workshop writing @ipdn
International workshop writing @ipdnelra
 
CLIL workshop: Studying abroad – advantages & considerations
CLIL workshop: Studying abroad – advantages & considerationsCLIL workshop: Studying abroad – advantages & considerations
CLIL workshop: Studying abroad – advantages & considerationselra
 
Chapter 10 recognizing systoms
Chapter 10 recognizing systomsChapter 10 recognizing systoms
Chapter 10 recognizing systomselra
 
Chapter 8 the digestive system
Chapter 8 the digestive systemChapter 8 the digestive system
Chapter 8 the digestive systemelra
 
Chapter 9 physical assessment
Chapter 9 physical assessmentChapter 9 physical assessment
Chapter 9 physical assessmentelra
 

More from elra (20)

Wh Questions
Wh Questions Wh Questions
Wh Questions
 
future will
future willfuture will
future will
 
Metode tahfidz qishoff
Metode tahfidz qishoffMetode tahfidz qishoff
Metode tahfidz qishoff
 
Bios44 gapo
Bios44 gapoBios44 gapo
Bios44 gapo
 
outbond qsoft
outbond qsoftoutbond qsoft
outbond qsoft
 
Surah al-fatiha-vocabulary
Surah al-fatiha-vocabularySurah al-fatiha-vocabulary
Surah al-fatiha-vocabulary
 
Basic handout QSOFT 7.05
Basic handout QSOFT 7.05Basic handout QSOFT 7.05
Basic handout QSOFT 7.05
 
Yaasiin
YaasiinYaasiin
Yaasiin
 
1 al fatihah
1 al fatihah1 al fatihah
1 al fatihah
 
Tutorial Qsoft
Tutorial QsoftTutorial Qsoft
Tutorial Qsoft
 
Essential english idoms
Essential english idomsEssential english idoms
Essential english idoms
 
Near synonyms-nouman-ali-khan-muslimmattersorg
Near synonyms-nouman-ali-khan-muslimmattersorgNear synonyms-nouman-ali-khan-muslimmattersorg
Near synonyms-nouman-ali-khan-muslimmattersorg
 
Sabiili (al) Allaahi
Sabiili (al) AllaahiSabiili (al) Allaahi
Sabiili (al) Allaahi
 
Qsoft teknik mencari ayat kembar
Qsoft teknik mencari ayat kembarQsoft teknik mencari ayat kembar
Qsoft teknik mencari ayat kembar
 
QSOFT
QSOFTQSOFT
QSOFT
 
International workshop writing @ipdn
International workshop writing @ipdnInternational workshop writing @ipdn
International workshop writing @ipdn
 
CLIL workshop: Studying abroad – advantages & considerations
CLIL workshop: Studying abroad – advantages & considerationsCLIL workshop: Studying abroad – advantages & considerations
CLIL workshop: Studying abroad – advantages & considerations
 
Chapter 10 recognizing systoms
Chapter 10 recognizing systomsChapter 10 recognizing systoms
Chapter 10 recognizing systoms
 
Chapter 8 the digestive system
Chapter 8 the digestive systemChapter 8 the digestive system
Chapter 8 the digestive system
 
Chapter 9 physical assessment
Chapter 9 physical assessmentChapter 9 physical assessment
Chapter 9 physical assessment
 

Recently uploaded

PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 

Recently uploaded (7)

PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 

Asbabun nuzul imam as suyuti.indd

  • 1. Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul Imam As Suyuti
  • 2. ii Lubab an-Nuqul fi Asbab al-Nuzul Penerjemah: Tim Konten Cordoba Internasional Editor: Tim Cordoba Pemeriksa Aksara Topik Mulyana, M.Pd. Layout: Tim Cordoba Desain Cover: Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengcopi atau menggandakan isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit All rights reserved Penerbit: Jl. Setrasari Indah No. 33, Bandung 40152 Telp. 022-2008776/Fax. 022-2013097 Email: @yahoo.com.
  • 3. 1 ASBABUN NUZUL ‫اﻟﺮﺣﲓ‬ ‫اﻟﺮﲪﻦ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﺑﺴﻢ‬ Ini adalah kitab “Lubaab an-Nuquul fi Asbaab al-Nuzuul SURAT AL-BAQARAH Al-Faryabi dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Empat ayat di awal surat al-Baqarah turun berkenaan dengan orang-orang beriman, dua ayat turun berkenaan dengan orang-orang kafir, dan tiga belas ayat turun berkenaan dengan orang-orang munafik.” Ayat 6-7: Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari Ikrimah atau dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwa kedua ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi di Madinah. Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari ar-Rabi’ bin Anas, dia berkata, “Dua ayat turun berkenaan dengan perang Ahzab yaitu, ‘Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka,…’ sampai, ‘…, dan mereka akan mendapat siksaan yang berat.’” (Al-Baqarah: 6-7) Ayat 14: Al-Wahidi dan ats-Tsa’labi meriwayatkan dari Muhammad bin Marwan as- Suddi as-Shagir, dari al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat tersebut turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya. Pada suatu hari mereka bertemu dengan sekelompok sahabat Rasulullah Saw. Maka Abdullah bin Ubay berkata, ‘Lihatlah bagaimana aku menjauhkan orang-orang bodoh ini dari kalian.’ Kemudian dia pergi menghampiri Abu Bakar dan memegang tangannya, lalu berkata, ‘Selamat datang ash-Shiddiiq, tuan Bani Tamim, syaikhul Islam, orang kedua setelah Rasulullah saat berada dalam gua, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.’ Kemudian dia memegang tangan Umar dan berkata, ‘Selamat datang tuan Bani ‘Addi bin Ka’ab, al-Faruuq yang kokoh di dalam agama Allah, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.’ Kemudian dia memegang tangan Ali dan berkata, ‘Selamat datang sepupu Rasulullah dan menantu beliau, tuan Bani Hasyim setelah Rasulullah.’ Kemudian mereka pergi secara terpisah.
  • 4. 2 Lalu Abdullah bin Ubay berkata kepada kawan-kawannya, ‘Bagaimana pendapat kalian tentang yang telah aku lakukan tadi? Jika kalian melihat mereka, maka lakukanlah seperti apa yang aku lakukan.’ Maka mereka memujinya. Kemudian orang-orang muslim menemui Nabi dan menceritakan hal tersebut, maka turunlah ayat ini.” Isnad riwayat ini sangat lemah. Karena as-Suddi ash-Shaghir dan al-Kalabi adalah pendusta. Dan Abu Shalih sendiri adalah orang yang lemah. Ayat 19: Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi al-Kabiir, dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dan dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud dan sekelompok sahabat, mereka berkata, “Dulu ada dua orang munafik penduduk Madinah yang melarikan diri dari Rasulullah menuju tempat orang-orang musyrik. Kemudian mereka ditimpa hujan yang Allah sebutkan ini. Hujan tersebut disertai dengan guruh yang dahsyat, petir dan kilat. Setiap kali petir menyambar mereka menutup telinga karena takut petir tersebut memekakan telinga sehingga dapat membunuh mereka. Jika ada kilat berkelebat, mereka berjalan menuju cahayanya. Namun jika tidak ada cahaya kilat, mereka berdua tidak dapat melihat. Maka mereka pulang kembali ke tempat mereka. Mereka berkata, ‘Andai saja sekarang telah pagi, niscaya kita mendatangi Muhammad kemudian berbai’at kepadanya.’ Kemudian mereka berdua mendatangi beliau dan masuk Islam. Mereka menjadi muslim yang baik. Maka Allah menjadikan keadaan kedua orang ini sebagai perumpamaan bagi orang-orang munafik di Madinah. Setiaporang-orangmunafikMadinahmenghadirimajelisNabimerekamenutup telinga karena takut mendengar jika ada wahyu yang turun berkenaan dengan mereka atau mereka diingatkan dengan sesuatu yang dapat membuat mereka mati ketakutan. Hal ini seperti dua orang munafik yang menutupi telinganya. ‘…Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawahnya…’ (Al-Baqarah: 19). Jika orang-orang muslim memiliki harta dan anak yang banyak juga mendapatkan ghanimah atau kemenangan, mereka ikut di dalamnya dan berkata, ‘Sesungguhnya agama Muhammad kali ini benar.’ Maka mereka istiqamah di dalamnya seperti dua orang munafik yang berjalan jika kilat menyinari mereka tadi.‘…Dan jika gelap menimpa mereka, mereka berhenti…’ (Al-Baqarah: 19). Maka jika harta dan anak orang-orang muslim sedikit serta ditimpa kesulitan, mereka berkata, ‘Ini karena agama Muhammad.’ Mereka pun murtad dan kembali kafir. Hal ini seperti yang dikatakan dua orang munafik tersebut ketika mereka kilat tidak menyinari mereka.”
  • 5. 3 Ayat 26: Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi dengan sanad-sanadnya, bahwa ketika ketika Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang munafik. Yaitu firman-Nya, ‘Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api…’ (Al-Baqarah: 17) dan firman-Nya, ‘Atau bagaikan orang yang ditimpa hujan lebat dari langit…’(Al- Baqarah: 19). Orang-orang munafik itu berkata, ‘Allah terlalu agung dan mulia untuk membuat perumpamaan-perumpamaan ini.’ Maka Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Allah tidak segan untuk membuat perumpamaan…’ sampai firman-Nya, ‘…Mereka adalah oran-orang yang merugi.’ (Al-Baqarah: 26-27). Al-Wahidi meriwayatkan melalui jalur Abdul Ghani bin Sa’id ats-Tsaqafi, dari Musa bin Abdul Rahman, dari Juraij, dari ‘Atha, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Sesungguhnya Allah menceritakan tentang tuhan-tuhan orang-orang musyrik. Dia berfirman, ‘…Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka…’ (Al-Hajj: 73). Dan Dia menyebutkan tipu daya tuhan-tuhan itu, Dia mengumpamakannya dengan rumah laba-laba. Maka orang-orang musyrik berkata, ‘Tidakkah kalian perhatikan Allah menyebutkan lalat dan laba-laba dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Muhammad, apa yang dapat Dia lakukan dengan keduanya?’ maka Allah menurunkan ayat ini. Akan tetapi Abdul Ghani sangat lemah.” Abdul Razzaaq berkata dalam tafsirnya, “Mua’ammar memberitahukan kami dari Qatadah, ketika Allah menyebutkan laba-laba dan lalat, orang-orang musyrik berkata, ‘Untuk apa laba-laba dan lalat disebutkan?’ Maka Allah menurunkan ayat ini.” Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Hasan, dia berkata, “Ketika ayat ‘Wahai manusia, telah dibuat suatu perumpamaan…’ (Al-Hajj: 73) turun, orang-orang musyrik berkata, ‘Ini tidak termasuk perumpamaan-perumpamaan.’ Atau, ‘Ini tidak menyerupai perumpamaan-perumpamaan.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Sesungguhnya tidak merasa segan untuk membuat perumpamaan…’ (Al-Baqarah: 26).” Pendapat pertama sanadnya lebih benar dan lebih sesua dengan awal surat. Penyuebutan orang-orang musyrik tidak cocok dengan ayat ini sebagai ayat Madaniyyah. Riwayat yang kami sebutkan dari Qatadah dan al-Hasan, disebutkan oleh al-Wahidi dari mereka berdua tanpa sanad, dengan lafal, “Orang-orang Yahudi berkata…”, dan ini lebih sesuai. Ayat 44: Al-Wahidi dan ats-Tsa’labi meriwayatkan dari jalur al-Kalabi, dari Abu Shalih,
  • 6. 4 dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah. Salah seorang dari mereka berkata kepada keluarga menantu, para kerabat dan orang-orang muslim yang sesusu dengannya, ‘Tetaplah berada dalam agamamu dan pada apa yang laki-laki itu (Muhammad) perintahkan karena apa yang dia perintahkan adalah benar.” Ketika itu, orang-orang Yahudi selalu memerintahkan orang-orang hal itu, namun mereka sendiri tidak melakukannya.” Ayat 62: Ibnu Abi Hatim dan al-‘Adni dalam musnadnya meriwayatkan dari jalur Ibnu Abi Nujaih, dari Mujahid, dia berkata, “Salman berkata, ‘Saya bertanya kepada Nabi tentang para pemeluk agama yang dulu saya anut. Lalu aku ceritakan tentang shalat dan ibadah mereka. Maka turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi…’ (Al-Baqarah: 62).’” Al-Wahidi meriwayatkan dari jalur Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, dia berkata, “Ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah tetntang kawan-kawannya dulu beliau berkata, ‘Mereka masuk neraka.’ Salman berkata, ‘Maka bumi terasa gelap bagiku.’ Kemudian turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi…’ sampai firman-Nya, ‘…Mereka tidak bersedih hati.’ (Al- Baqarah: 62). Dia berkata, ‘Seakan-akan sebuah gunung telah disingkirkan dari atas tubuhku.’” Ibnu Jariri dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur as-Suddi, dia berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kawan-kawan Salman al-Farisi dulu.” Ayat 76: Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Ketika perang Bani Quraizhah, Nabi berdiri di bawah benteng mereka seraya berkata, ‘Wahai saudara- saudara kera, wahai saudara-saudara babi, wahai para penyembah thaghut!’ Maka mereka berkata, ‘siapa yang memberitahukan Muhammad tentang ini? Hal ini pasti berasal dari kalian. Apakah kalian mengatakan kepada mereka apa yang Allah terangkan kepada kalian agar mereka memiliki hujah untuk mengalahkan kalian?’ Maka turunlah ayat tersebut.” Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Jika mereka bertemu dengan orang-orang beriman, mereka berkata, ‘Kami percaya bahwa kawan kalian itu adalah utusan Allah. Akan tetapi khusus bagi kalian.’ Dan jika mereka mereka kembali kepada kawan-kawan mereka, mereka berkata, ‘Apakah dia memberitahukan orang-orang Arab dengan hal ini? Karena sesungguhnya dulu kalian meminta bantuan kepadanya untuk mengalahkan mereka padahal dia adalah
  • 7. 5 bagian dari mereka.’ Maka turunlah firman Allah, ‘Dan jika mereka bertemu…’ (Al- Baqarah: 76).” Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, “Ayat tersebut turun berkenaan dengan segolongan orang Yahudi yang beriman, kemudian mereka menjadi munafik dan berkata kepada orang-orang Arab yang beriman tentang siksaan yang dulu menimpa golongan mereka. Maka orang-orang Yahudi itu berkata kepada sebagian yang lain, ‘Apakah kalian menceritakan kepada mereka tentang siksaan yang Allah hilangkan dari kalian agar mereka berkata, ‘Kami lebih Allah cintai dan lebih Allah muliakan daripada kalian.’’” Ayat 79: An-Nasai meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini turn berkenaan dengan Ahli Kitab.” Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan para pendeta Yahudi. Mereka mendapati ciri-ciri Nabi tertulis dalam kitab Taurat, yaitu bahwa pelupuk di sekeliling matanya berwarna hitam, bertubuh sedang, berambut ikal dan berwajah tampan. Namun kemudian mereka menghapusnya dikarenakan kedengkian dan kezaliman mereka. Atau mereka berkata, ‘Kami mendapatinya bertubuh tinggi, berkulit biru dan berambut lurus.’” Ayat 80: Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Mu’jam al-Kabiir, begitu pula dengan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari jalur Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah tiba di Madinah dan ketika itu orang-orang Yahudi berkata, ‘Sesungguhnya usia dunia adalah tujuh ribu tahun. Dan sesungguhnya manusia disiksa dalam neraka selama satu hari menurut perhitungan akhirat yang sama dengan seribu tahun dalam hitungan dunia. Maka siksaan itu hanyalah tujuh hari. Kemudian siksaan pun berhenti.’ Maka Allah berfirman berkenaan dengan hal itu, ‘Dan mereka berkata, ‘Api neraka tidak akan menyentuh kami…’ sampai firman- Nya. ‘…Mereka kekal di dalamnya.’ (Al-Baqarah: 80).” Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur adh-Dhahhaak, dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya memenuhi sumpah Allah. Yaitu selama empat puluh hari, sesua dengan waktu ketika kami menyembah patung sapi. Setelah itu siksaan pun berhenti.” Maka turunlah ayat tersebut. Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Ikrimah dan lainnya
  • 8. 6 Ayat 89: Al-Hakim meriwayatkan dalam kitab al-Mustadrak, begitu pula al-Baihaqi dalam kitab Dalaail an-Nubuwwah dengan sanad yang lemah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Yahudi Khaibar selalu berperang dengan suku Ghathafan. Yahudi selalu mengalami kekalahan. Karena itu mereka berdoa, ‘Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dengan kebenaran Muhammad, Nabi yang ummi, yang Kau janjikan akan diutus kepada kami, tolonglah kami untuk mengalahkan mereka.’Setiap kali berperang, mereka membaca doa tersebut. Maka mereka berhasil mengalahkan orang-orang Ghathafan. Namun ketika Nabi diutus kepada mereka, mereka mengingkarinya. Maka Allah berfirman, ‘…Sedangkan dulu mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir…’ (Al-Baqarah: 89)” Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Yahudi dulu mereka memohon kemenangan atas Aus dan Khazraj dengan bertawasul kapada Rasulullah sebelum beliau diutus. Namun ketika Allah telah mengutusnya berasal dari golongan Arab, mereka mengingkarinya dan melanggar apa yang telah mereka katakan. Maka Mu’adz bijn Jabal, Basyar bin al-Barra’ dan Daud bin Salamah berkata kepada mereka, ‘Wahai orang-orang Yahudi, takutlah kalian kepada Allah dan masuk Islamlah. Karena sesunggunhya kalian dulu memohon agar dapat mengalahkan kami dengan bertawasul dengan Nabi Muhammad ketika kami masih musyrik. Dan kalian memberitahukan kami bahwa beliau akan diutus dan kalian menyebutkan sifat-sifatnya sesuai dengan sifat-sifatnya saat ini.’ Maka Salam bin Misykam, salah seorang Yahudi Bani an-Nadhiir berkata, ‘Dia tidak datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang kami kenal. Maka dia bukanlah orang yang kami sebutkan kepada kalian.’ Karen itu Allah berfirman, ‘Dan ketika kitab dari sisi Allah telah sampai kepada mereka…’ (Al-Baqarah: 89).” Ayat 94: Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu al-‘Aaliyah, dia berkata, “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Yang akan masuk surga hanyalah orang-orang Yahudi.’ Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 97: Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Rasulullah ketika dia sedang berada di kebunnya saai musim panen. Maka dia mendatangi Nabi dan berkata, ‘Sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu tentang tiga perkara yang hanya diketahui oleh seorang nabi.
  • 9. 7 Apa tanda-tanda awal terjadinya kiamat? Apa makanan pertama para penghuni surga? Apa yang menyebabkan seorang anak mirip ayah atau ibunya?’ Rasulullah bersabda, ‘Baru saja Jibril memberitahukanku tentang semua itu.’ Dia berkata, ‘Dia adalah musuh orang-orang Yahudi dari kalangan malaikat.’ Maka beliau membacakan ayat ini. Syaikhul Islam Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, “Secara zhahir dari konteks tersebut, bahwa Nabi membacakan ayat tersebut sebagai sanggahan bagi ucapan orang Yahudi itu. Hal itu tidak berarti bahwa ayat tersebut turun ketika itu.” Dia berkata kembali, “Dan inilah yang paling kuat.” Terdapat kisah lain yang shahih mengenai sebab turunnya ayat tersebut. Ahmad, Tirmidzi dan an-Nasai meriwayatkan dari jalur Bakir bin Syihab, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Abu al-Qasim, sesungguhnya kami hendak bertanya kepadamu tentang lima perkara. Jika kau memberitahukan kami hal tesebut, maka kami tahu bahwa kau adalah seorang nabi.’” Lalu Ibnu Abbas menyebutkan hadits tersebut. Di antaranya, mereka bertanya kepada beliau mengenai apa yang diharamkan Israil (Ya’qub) kepada dirinya sendiri, tentang ciri kenabian, tentang petir dan suaranya, tentang bagaimana wanita dijadikan laki-laki atau perempuan dan tentang siapa yang memberitahukannya mengenai berita langit, sampai mereka berkata, ‘Maka beritahukanlah kami siapa yang menyertaimu?’ beliau bersabda, ‘Jibril.’ Salah seorang dari mereka berkata, ‘Jibril adalah yang turun membawa peperangan, pembunuhan dan siksaan. Dia adalah musuh kami. Kalaulah kau mengatakan Mikail yang turun membawa rahmat, tumbuhan dan hujan, niscaya itu lebih baik.’ Maka turunlah ayat tersebut. Ishaq bin Rahawaih meriwayatan dalam musnadnya, begitu pula dengan Ibnu Jarir dari jalur as-Sya’bi, bahwa Umar mendatangi orang-orang Yahudi kemudian mendengar bacaan Taurat. Maka dia merasa takjub karena kitab tersebut membenarkan isi Al-Quran. Kemudian Nabi lewat di depan mereka. Maka aku (Umar) berkata, ‘Demi Allah, tidakkah kalian tahu bahwa dia adalah utusan Allah?’ seorang pendeta mereka menjawab, ‘Ya, kami tahu bahwa dia adalah utusan Allah. Aku bertanya, ‘Lantas mengapa kalian tidak mengikutinya?’ mereka berkata, ‘Kami telah bertanya kepadanya tentang siapa yang membawa berita kenabian kepadanya. Maka dia mengatakan musuh kami, Jibril. Karena dia turun membawa kebencian, kesusahan, peperangan dan kebinasaan.’ Aku bertanya, ‘Lantas siapakah malaikat yang menjadi utusan Allah untuk kalian?’ mereka menjawab, ‘Mikail, dia turun membawa hujan dan rahmat.’ Aku kembali bertanya, ‘Bagaimana posisi
  • 10. 8 keduanya di sisi Allah?’ mereka menjawab, ‘Salah satunya berada di sisi kanan-Nya dan yang lainnya berada di sisi kiri-Nya.’ Aku berkata, ‘Sesungguhnya Jibril tidak mungkin memusuhi Mikail. Dan Mikail tidak mungkin berdamai dengan musuh Jibril. Aku bersaksi bahwa keduanya dan Tuhan keduanya berdamai dengan siapa saja yang berdamai dengan mereka. Dan memerangi siapa saja yang memerangi mereka.’ Kemudian aku mendatangi Nabi karena ingin memberitahukannya tentang hal ini. Maka ketika aku berjumpa dengannya, beliau berkata, ‘Inginkah kau kuberitahukan tentang ayat yang turun kepadaku?’ Aku berkata, ‘Tentu, wahai Rasulullah.’ Maka beliau membaca, ‘Katakanlah (Muhammad), barang siapa menjadi musuh Jibril…’ sampai firman- Nya, ‘…bagi orang-orang kafir.’ Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, demi Allah, aku datang dari tempat orang-orang Yahudi untuk memberitahukanmu tentang apa yang mereka katakan dan apa yang aku katakan kepada mereka. Namun Allah telah mendahuluiku.’ Sanad riwayat ini shahih hingga asy-Sya’bi. Namun dia tidak bertemu langsung dengan Umar. Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkannya dari jalur lain dari asy-Sya’bi. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari jalur as-Suddi dari Umar. Juga dari jalur Qatadah dari Umar. Kedua riwayat tersebut juga terputus sanadnya. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdul Rahman bin Abi Laila, bahwa seorang Yahudi bertemu dengan Umar bin Khathab, maka dia berkata, “Sesungguhnya Jibril yang disebutkan oleh kawanmu adalah musuh kami.” Maka Umar menjawab, “Barang siapa yang menjadi musuh bagi Allah, para malaikat-Nya, para rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah menjadi musuh bagi orang-orang kafir.” Maka ayat tersebut turun melalui lisan Umar. Maka riwayat-riwayat ini saling menguatkan. Ibnu Jarir menyatakan ijma’ bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah hal itu. Ayat 99-100: Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ibnu Shuriya berkata kepada Nabi, ‘Wahai Muhammad, kau tidak datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang kami kenal. Dan Allah tidak menurunkan ayat yang nyata kepadamu.’ Maka Allah berfirman berkenaan dengan hal tersebut, ‘Dan sungguh Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu…’ (Al-Baqarah: 99). Malik bin ash-Shaif berkata ketika Rasulullah diutus dan menyebutkan perjanjian yang diambil dari mereka juga kewajiban atas mereka
  • 11. 9 terhadap Nabi, ‘Demi Allah, kami tidak dibebani kewajiban apapun terhadap Muhammad. Dan tidak ada perjanjian yang ditetapkan atas kami.’ Maka Allah berfirman berkenaan dengan hal itu, ‘Apakah setiap kali mereka berjanji…’ (Al- Baqarah: 100).’” Ayat 102: Ibnu Jarir meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab, dia berkata, “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Lihatlah kalian kepada Muhammad, dia mencampuradukkan antara yang benar dan yang salah. Dia berkata bahwa Sulaiman termasuk para nabi. Padahal dia hanyalah seorang penyihir yang mengendarai angin.’ Maka Allah berfirman, ‘Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan…’” Ayat 104: Ibnu al-Mundzir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, “Ada dua orang Yahudi, yaitu Malik bin ash-Shaif dan Rifa’ah bin Zaid. Jika mereka berjumpa dengan Nabi, mereka berkata, ‘Raa’inaa (perhatikanlah kami) dan dengarlah apa yang tidak didengar.’ Maka orang-orang muslim mengira hal tersebut adalah suatu ungkapan bagi Ahli Kitab untuk menghormati para nabi mereka. Karena itu mereka pun mengatakan hal tersebut kepada Nabi. Maka Allah berfirman, ‘Wahai orang- orang beriman, janganlah kalian berkata, ‘Raa’inaa.’ Namun katakanlah ‘Unzhurnaa (perhatikanlah kami) dan dengarkanlah oleh kalian…’ Abu Nu’aim meriwayatkan dalam kitab Dalaail an-Nubuwwah dari jalur as- Suddi ash-Shaghir, dari al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Kata raa’inaa dalam bahasa Yahudi adalah sebuah celaan yang buruk. Ketika orang-orang Yahudi mendengar para sahabat beliau berkata, ‘Nyatakanlah hal tersebut kepada beliau.’ Maka orang-orang Yahudi itu mengatakannya dengan tertawa. Lalu turunlah firman Allah tersebut. Ketika Sa’ad bin Mu’adz mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut orang-orang Yahudi, dia berkata, ‘Wahai musuh- musuh Allah, jika aku mendengar kalimat tersebut dari salah seorang diantara kalian setelah majelis ini, niscaya aku akan memenggal kepalanya.’ Ibnu Jarir meriwayatkan dari adh-Dhahhak, dia berkata,” dulu seseorang dari kalangan Yahudi berkata, ‘ar’ini sam’ak.’ Maka Allah swt menurunkan ayat ini. Beliau juga meriwayatkan dari Athiyyah, dia berkata, “ beberap orang Yahudi selalu berkata kepada Nabi saw, ‘ar’inaa sam’ak’, hingga beberapa orang Muslim ikut mengucapkannya. Sedangkan hal itu tidak disukai Allah. Beliau juga meriwayatkan dari Qatadah, dia berkata “ dulu orang-orang berkata Raa’inaa sam’ak, lalu orang Yahudi datang kepada Rasulullah saw dan mengatakan hal itu. Dan diriawayatkan
  • 12. 10 dari Atha’, dia berkata, “ kalimat Raa’inaa adalah bahasa bahasa orang Anshar di masa Jahiliyah. Dan diriwayatkan dari Abul Aliyah, dia berkata, “ kebiasaan orang Arab apabila bicara dengan temannya mengucapkan Ar’ini sam’ak, lalu mereka pun dilarang mengatakannya. Ayat 106 Ibnu abi hatim meriwayatkan dari ikrimah dari ibnu Abbas, dia berkata, “ terkadang turun wahyu kepada Nabi saw pada malam hari namun siang tiba beliau lupa. Maka Allah menuunkan ayat ini Ayat 108 Ibnu abi hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rafi bin Huraimalah dan wahab bin zaid berkata kepada Rasulullah: wahai Muhammad datangkanlah kitab yang kau turunkan kepada kami dari langit dan bias kami baca atau pancarkanlah sungai-sungai untuk kami, maka kami akan mengikuti dan membenarnkanmu. Maka Allah menurunkan ayat ini. Huyay bin Akhthab dan Abu yasir bin Akhthan adalah dua orang yahudi yang iri kepada orang-orang arab karena karena Allah mengutus Rasul-Nya kepada mereka. Keduanya sekuat tenaga untuk membuat orang-orang meninggalkan Islam. Maka allah menurunkan ayat 109. Ibnu jarir meriwayatkan dari mujahid, dia berkata, “ orang-orang Quraisy meminta Nabi saw untuk mengubah bukit shafa menjadi emas, maka Nabi saw menjawab, “saya akan melakukannya dan ia akan menjadi seperti makanan yang diturunkan dari langit kepada bani israil jika kalian menjadi kafir. Mereka pun tidak menyanggupi syarat tersebut dan menarik kembali permintaan itu. Beliau juga meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata,” orang-orang arab meminta Nabi saw untuk mendatangkan Allah sehingga mereka dapat melihat-Nya dengan jelas. Maka turunlah ayat ini. Dan dari Abul Aliyah, dia berkata, seseorang berkat kepada Nabi saw, ‘ya Rasulullah andai saja kifarat kami seperti kifaratnya bani israil.” Maka rasul saw pun berkata, “ apa yang Allah berikan kepada kalian itu lebih baik. Dulu jika salah seorang dari mereka melakukan sebuah dosa, maka dia akan menemukan dosa itu tertulis di daun pintu rumahnya dengan kafaratnya. Apabila ia menebusnya, maka itu akan menjadi kehinaan baginya di Akhirat. Sungguh Allah telah memberi kalian hal yang lebih baik dari itu. Allah berfirman dalam surat annisa110. Dan shalat lima waktu serta hari jumat ke jumat adalah kafarat untuk dosa yang dilakukan diantara keduanya. Maka turunlah ayat ini. Ayat 113
  • 13. 11 Ibnu Abi hatim dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata, “ ketika orang-orang nasrani najran mendatangi Rasulullah, para pendeta yahudi mendatangi merkla dan mereka pun berdebat. Rabi bin huraimalah berkata, ‘ kalian tidak mempunyai landasan apa-apa’. Dan dia mengikari kenabian Isa dan kebenaran injil. Lalu diantara mereka berkata,’ kalian tidak mempunyai landasan apa-apa’ maka diapun mengingkari kenabian musa dan kebenaran taurat Ayat 114 Ibnu Abi hatim dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas bahwa orang Quraisy melarang Rasul saw shalat di Ka’bah. Maka turunlah ayat ini. Menurut Ibnu jarir dari ibnu zaid, bahwa ayat ini turun pada orang-orang musyrik ketika merka melarang Rasulullah datang ke Makkah pada masa Hudaibiyyah. Ayat 115 Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasai meriwayatkan dari ibnu umar dia berkata, “ dulu Nabi saw shalat sunnah diatas unta beliau kemanapun arah unta itu . suatu ketika beliau datang dari Makah ke Madinah, lalu ibnu umar membaca ayat ini. Dan dia mengatakan ayat ini turun pada masalah tersebut. Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, “ ayat ini maksudnya engkau boleh shalat sunnah kemanapun arah unta yang engkau tunggangi. Dia berkata hadits ini shahih sesuai syarat muslim. Ini adalaah riwayat yang sanadnya paling shahih tentang sebab turunnya ayat di atas. Sejumlah ulama pun menguatkannya. Akan tetapi tidak ada penjelasan yang sharih bahwa itu adalah sebab turunnya ayat ini. Namun dia berkata, ayat ini turun pada masalah ini. Ibnu jarir dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari ali bin abi thalhah dari ibnu abbas bahwa Rasulullah ketika hijrah ke Madinah, Allah memerintahkan beliau untuk menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat, maka orang Yahudi pun senang. Maka beliau berkiblat selam 16 bulan ke Baitulmaqdis sedangkan beliau senang dengan kiblatnya Ibrahim. Karenanya beliau sering berdoa dengan melihat ke arah langit. Maka turunlah ayat “maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram (2:144). Orang yahudi pun meragukan perubahan kiblat itu, mereka berkata, ‘apa yang membuat mereka berpaling dari kiblat mereka yang dulu? Maka Allah swt berfirman “dan milik Allah timur dan barat” dan firman-Nya “kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah”. Terdapat beberapa riwayat lemah mengenai sebab turunnya ayat ini. Pertama, at-Tirmidzi, ibnu majah dan ad-Daruquthny meriwayatkan dari jalur Asy’ats as-saman dari Ashim bin Abdillah bin amir bin rabiah dari ayahnya dia
  • 14. 12 berkata, “ pada suatu malam kami bersama Nabi saw dalam perjalanan yang gelap dan kami tidak tahu arah kiblat. Maka masing-nasing dari kami shalat dengan menghadap ke arah depannya. Ketika pagi tiba kami menceritakan hal itu kepada Rasulullah, maka turunlah ayat ini. At-Tirmidzi berkata, “ riwayat ini gharib. Dan Asy’ats dilemahkan dalam hadits. Kedua, ad-Daruqutny dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari jalur al-arzami dari atha’ dari jabir, dia berkata, “ suatu ketika rasulullah mengutus satu pasukan dan saya termasuk didalamnya. Lalu kami terjebak dalam kegelapan sehingga kami tidak tahu arah kiblat, yaitu kearah utara dari sini. Lalu mereka pun melakukan shalat dan membuat garis ke arah yang mereka yakini sebagai kiblat. Namun sebagian yang lain berkata, ‘arah kiblat disini adalah ke selatan’, maka mereka pun membuat garis kea rah yang mereka yakini sebagai kiblat. Ketika pagi tiba dan matahari menyinari bumi, tampak bahwa garis-garis yang kami buat tidak mengarah kea rah kiblat. Maka ketika kami kembali dari perjalanan, kami pun bertanya kepada Nabi saw. Maka turunlah ayat ini. Ketiga, ibnu mardawaih meriwayatkan dari al-Kalbi dari abu shaleh dari ibnu abbas bahwa pada suatu ketika rasulullah mengutus pasukan. Ketika dalam perjalanan, kabut membuat sekeliling mereka menjadi gelap sehingga mereka tidak mengetahui arah kiblat. Lalu mereka shalat. Setelah matahari terbit, mereka baru tahu bahwa shalat mereka tidak menghadap kiblat. Setelah kembali, mereka menghadap Rasulullah dan memberitahukan hal itu. Maka turunlah ayat ini. Keempat, ibnu jarir meriwayatkan dari qatadah bahwa Nabi saw bersabda, “sesungguhnya seorang saudara kalian (raja najasy) telah meninggal dunia, maka shalatilah dia.” Mereka berkata, ‘apakah kami menshalati orang yang bukan muslim? Maka turunlah firman-Nya, “dan diantara ahlu kitab ada yang beriman kepada allah…(ali imran:199. Lalu mereka berkat lagi, ‘sesungguhnay ketika masih hidup dia tidak shalat menghadap arah kiblat.’ Maka turunlah ayat ini. Riwayat ini sangat gharib dan mursal atau mu’dhal. Kelima, ibnu jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, ketika turun firman Allah, “….berdoalah kepadaku niscaya aku aka perkenankan bagimu…( almu’min: 60). Mereka berkata, ke arah mana? Maka turunlah ayat ini. Ayat 118 Ibnu jarir dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata, “Rafi’ bin huraimalah berkata kepada Rasulullah, jika benar engkau adalah utusan Allah seperti yang engkau katakan, maka samapaikanlah
  • 15. 13 kepada Allah agar Dia berbicara kepada kami hingga kami mendengar kata-kata- Nya. Maka turunlah ayat ini. Ayat 119 Abdurrazaq berkata, At-Tsauri memberitahu kami dari musa bin ubaidillah dari Muhammad bin ka’ab al-Qarzhi bahwa Rasulullah bersabda,’ duhai apakah yang terjadidengan kedua orang tuaku? Maka turunlah ayat ini. Allah tidak menyebutkan tentang kedua orang tuanya hingga beliau meninggal. Hadits ini mursal. Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu Juraij, dia berkata, “ daud bin abi ashim memberitahu saya bahwa pada suatu hari Nabi saw berkata, ‘dimanakah kedua orang tuaku? Maka turunlah ayat ini. Riwayat ini juga mursal. Ayat 120 Ats-Tsa’labi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ orang yahudi madinah dan nasrani najran berharap agar Rasulullah shalat menghadap kea rah kiblat mereka. Ketika Allah mengubah kiblat ke ka’bah mereka pun tidak suka dan putus asa untuk membuat beliau mengikuti agama mereka. Maka turunlah ayat ini. Ayat 125 Al-bukhary dan yang lainnya meriwayatkan dari Umar, dia berkata, “ tiga hal yang saya katakan sesuai dengan firman Allah. Pertama, saya berkata, ‘ya Rasulullah, sekiranya engkau jadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Maka turunlah ayat ini. Kedua, saya berkata, ‘ya Rasulallah, sesungguhnya yang mendatangi para istrimu ada orang yang baik dan ada yang jahat. Seandainya engkau perintahkan mereka untuk berhijab. Maka turunlah ayat hijab. Ketiga, suatu ketika para istti Rasulullah melampiaskan rasa cemburu kepada beliau. Maka saya katakan kepada mereka, ‘mudah-mudahan Allah akan member ganti kepadanya istri-istri yang lebih baik daripada kalian. Maka turunlah firman Allah dalam hal ini. Riwayat diatas mempunyai jalan periwayatan yang banyak: Pertama, diriwayatkan oleh ibnu abi hatim dan ibnu mardawaih dari jabir, dia berkata, ‘ ketika Nabi saw melakukan tawaf (pada hari fathul Makkah) , umar berkata kepada beliau. ‘ inikah maqam ayah kami Ibrahim? Beliau menjawab: ya. Umar bertanya, ‘mengapa kita tidak jadikannya sebagai tempat shalat? Maka Allah menurunkan ayat ini. Kedua, ibnu mardawaih meriwayatkan dari ‘amr bin maimun dari umar bin Khaththab bahwa dia melewati Maqam Ibrahim, lalu ia berkata, ya Rasulallah bukankah kita sedang berdiri di Maqam kekasih Tuhan kita? Rasul saw menjawab: ya. Umar berkata : mengapa kita tidak menjadikannya sebagai tempat shalat. Tidak
  • 16. 14 lama dari itu turunlah ayat ini. Secara zahir riwayat ini dan riwayat sebelumnnya, ayat ini diturunkan pada haji wada’. Ayat 130 Ibnu uyainah berkata, “diriwayatkan bahwa Abdullah bin salam mengajak kedua keponakannya, salamah dan muhajir, untuk masuk Islam. Dia berkata, “ telah kalian ketahui bahwa Allah berfirman dalam Taurat, ‘sesungguhnya Aku akan mengutus seorang Nabi yang bernama Ahmad dari keturunan Ismail. Siapa yang beriman kepadanya, maka dia mendapat petunjuk dan berada dalam kebenaran. Dan siapa yang tidak beriman, maka dia akan terlaknat”. Maka salamah pun masuk Islam, namun muhajir tidak mengikuti jejaknya. Lalu turunlah ayat ini. Ayat 135 Ibnu abi hatim meriwayatkan dari Sa’id atau ikrimah dari ibnu Abbas, dia berkata, “ibnu shuriya berkata kepada Nabi saw ‘petunjuk itu hanyalah apa yang kami ikuti. Karena itu ikutilah kami hai Muhammad agar engkau juga mendapat petunjuk’. Orang-orang Nashrani juga mengatakan hal yang serupa. Maka Allah menurukna ayat ini. Ayat 142 Ibnu ishaq berkata, “Ismail bin khalid memberitahu saya dari abu ishaq dari al-barra’, dia berkata,’ Dulu Rasulullah shalat menghadap ke arah Baitulmaqdis. Ketika itu beliau sering melihat ke langit menantikan perintah Allah. Maka turunlah ayat 144. Lalu seorang muslim berkata, kami ingin mengetahui tentang orang yang meninggal sebelum arah kiblat berubah dan bagaimana shalat kita ketika masih menghadap ke Baitulmaqdis? Maka Allah menurunkan ayat 143. Namun orang-orang yang akalnya kurang berkata,’ apa yang membuat mereka meninggalkan kiblat mereka sebelumnya? Maka Allah menurunkan ayat 142. Terdapat beberapa riwayat lain yang sejenis. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari al-Barra’, dia berkata,” beberapa orang meninggal dan terbunuh sebelum arah kiblat diubah sehingga kami tidak tahu apa yang kami katakan tentang mereka. Maka Allah menurunkan ‘……dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu…(143) Ibnu jarir meriwayatkan dari as-suddi dengan sanad-sanadnya, dia berkata,”ketika kiblat shalat Rasulullah dipindahkan ke arah ka’bah yang sebelumnya ke Baitulmaqdis, Musyrikin Mekah berkata, ‘Muhammad bingung dengan agamanya
  • 17. 15 sehingga kiblatnya mengarah kepada kalian. Dia tahu bahwa kalian lebih benar dan dia pun akan masuk ke dalam agama kalian.” Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 154 Ibnu Mandah meriwayatkan dalam shahabah dari as-Suddi ash-Shagir dari al- Kalbi dari Abu shaleh dari ibnu abbas, dia berkata,”Tamim ibnul Hammam terbunuh pada perang Badar, maka ayat ini diturunkan tentangnya dan yang lainnya yang syahid. Abu nu’aim berkata,’ para ulama sepakat bahwa yang terbunuh itu Umair ibnul Hammam dan as-Suddi melakukan kesalahan ketika menuliskan namanya. Ayat 158 Imam Bukhari, imam muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari urwah, dia berkata,” saya katakan kepada Aisyah istri Nabi saw, perhatikanlah firman Allah ayat 158. Saya kira tidak ada dosa bagi orang yang tidak melakukan sai di antara keduanya. Maka Aisyah berkata,’ buruk sekali yang kamu katakan itu wahai anak saudariku. Seandainya makana ayat itu seperti yang engkau pahami, maka artinya, tidak ada dosa baginya utnuk tidak melakukan sai daiantara keduanya.’ Akan tetapi ayat itu turun karena orang Anshar belum masuk Islam, melakukan sai diantara keduanya sambil menyebut-nyebut nama patung Manat sebagai sebuah prosesi ritual. Setlah masuk Islam, mereka merasa keberatan untuk melakukan sai antara shafa dan marwah. Maka mereka bertanya kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulallah, sesungguhnya kami tidak suka untuk melakukan sai antara shafa dan marwah pada masa jahiliah. Maka allah menurunkan ayat ini. Imam Bukhari meriwayatkan dari ashim bin sulaiman, dia berkata,” saya bertanya kepada anas tentang shafa dan marwah. Maka dia menjawab, ‘dulu keduanya bagian dari ritual jahiliah, ketika Islam datang, kami pun tidak melakukanya lagi. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Al-Hakim meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata,” pada masa jahiliah, setan-setan bernyanyi sepanjang malam di antara shafa dan marwah . dan dulu diantara keduanya terdapat sejumlah berhala yang disembah oleh orang Musyrik. Ketikla Islam datang, orang-orang muslim berkata kepada Rasulullah,’ Ya Rasulullah, kami tidak akan melakukan sai antata shafa dan marwah karena kami melakukan hal itu pada masa jahiliah. Maka turunlah ayat ini. Ayat 159 Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang
  • 18. 16 bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa Mu’adz bin Jabal, Sa’d bin Mu’adz dan Kharijah bin Zaid bertanya kepada segolongan Pendeta Yahudi tentang beberapa hal yang terdapat di dalam Taurat. Para pendeta menyembunyikan hal tersebut dan enggan memberitahukannya. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 164 Sa’id bin Manshur di dalam Sunannya, al-Faryabi di dalam Tafsirnya, dan al- Baihaqi dalam Kitab Syu’bul Iman meriwayatkan dari Abudh-Dhuha, dia berkata, ketika turun ayat “ dan tuhan kamu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia….”(2: 163), kaum musyrikin kaget dan bertanya-tanya. “Apakah benar Tuhan itu tunggal? Jika benar demikian, berikanlah kepada kami bukti-buktinya!” Maka turunlah ayat ini. Saya berpendapat bahwa Hadits ini mu’dlal, tetapi ada syahid (penguat) yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu-Syaikh di dalam kitab al-’Izhmah yang bersumber dari ‘Atha’, bahwa setelah turun ayat “ dan tuhan kamu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia….”(2: 163), kepada Nabi SAW di Madinah, kafir Quraisy di Mekah bertanya. “Bagaimana Tuhan Yang Tunggal dapat mendengar manusia yang banyak?” Maka turunlah ayat ini. Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dengan sanad yang baik dan bersambung dari ibnu abbas, dia berkata, “kaum Quraisy berkata kepada Nabi Muhammad SAW. “Berdoalah kepada Allah untuk mengubah bukit shafa dan marwah meenjadi emas untuk kita jadikan bekal menghadapi musuh”. Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (S. 5: 115) untuk menyanggupi permintaan mereka dengan syarat apabila mereka kufur setelah dipenuhi permintaan mereka, Allah akan memberikan siksaan yang belum pernah diberikan kepada yang lain di alam ini. Maka Nabi saw berdoa: “biarlah aku berdakwah kepada kaumku hari demi hari secara perlahan.” Maka Allah menurunkan ayat ini. Bagaimana mereka memintamu mengubah shafa dan marwah menjadi emas, sedangkan mereka telah melihat bukti-bukti kebesaran Allah yang lebih besar? Ayat 170 Ibnu abi hatim meriwayatkan dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata,” Rasulullah mengajak dan mendorong orang-orang Yahudi masuk Islam. Beliau juga memperingatkan mereka akan siksa Allah. Maka Rafi bin Huraimalah dan malik bin auf berkata, ‘kami hanya akan mengikuti apa yang dianut nenek moyang kami karena mereka lebih tahu dan lebih baik dari kami. Maka Allah menurunkan ayat ini.
  • 19. 17 Ayat 174 Ibnu jarir meriwayatka dari ikrimah tentang ayat ini dan ayat dalam surat ali imran: 77. Keduanya turun pada orang Yahudi. Ats-Tsa’labi meriwayatkan dari al-kalbi dari abu shaleh dari ibnu abbas. Ayat di atas turun kepada para pemimpin dan pendeta Yahudi, mereka mengambil hadiah dan pemberian dari rakyat mereka. Mereka berharap agar Nabi yang akan diutus dari kalangan mereka. Ketika Rasulullah diutus bukan dari mereka, mereka pun takut kedudukan dan sumber kehidupan mereka hilang. Maka mereka mengubah isi taurat yang menyebutkan ciri-ciri Nabi Muhammad. Kemudian mereka memperlihatkan isi Taurat yang sudah diubah itu kepada orang Yahudi lainnya dan mereka berkata,’sifat nabi yang turun di akhir zaman tidak sesuai dengan sifat orang yang mengaku nabi itu. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 177 Abdurraazaq berkata,” Muammar memberitahu kami dari Qatadah. Orang Yahudi beribadah menghadap ke barat. Sedangkan orang Nasrani menghadap ke timur. Maka allah menurunkan ayat ini. Ibnu abi hatim juga meriwayatkan dari abul aliyah seperti riwayat ini. Ibnu jarir dan ibnul mundzir meriwayatkan dari qatadah. Kami diberitahu bahwa seorang laki-laki pernah bertanya kepada Nabi saw tentang kebajikan. Maka Allah menurunkan ayat ini. Kemudian Beliau memanggil orang yang bertanya tadi dan beliau membacakannya. Ketika orang itu bersyahadat, kewajiban menunaikan ibadah fardu belum turun, kemudian orang itu meninggal dunia. Rasulullah pun mengharapkan kebaikan untuknya. Ketika itu orang yahudi beribadah menghadap barat dan Nasrani ke timur. Ayat 178 Ibnu abi hatim meriwayatkan dari sa’ad ibn zubair. Pada masa jahiliyah, penduduk dua perkampungan arab pernah berperang karena sebab yang sepele, diantara mereka banyak yang mati dan terluka, sampai budak dan wanita pun terbunuh, mereka tidak mempermasalahkannya hingga mereka masuk Islam. Ketika itu salah satu perkampungan mempunyai persenjataan dan harta yang lebih banyak. Mereka bersumpah apabila seorang budak terbunuh, maka balasannya orang merdeka dibunuh lagi, dan bila seorang wanita yang terbunuh, maka dengan laki-laki. Maka allah menurunkan ayat ini. Ayat 184
  • 20. 18 Ibnu sa’ad dalam at-Thabaqat meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata.” Ayat ini turun pada tuan saya, Qais ibnus-saaib. Lalu diapun tidak berpuasa dan memberi makan kepada orang miskin untuk setiap harinya. Ayat 186 Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaih, Abussyaikh dan lain-lainnya meriwayatkan dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as- Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu’awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya. Suatu hari seorang Arab Badui mendatangi Nabi SAW lalu bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat bermunajat kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus berteriak menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini ‘Abdurrazzaq meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, beberapa shahabat bertanya kepada Nabi SAW: “Dimanakah Tuhan kita?” maka turunlah ayat ini. Riwayat ini mursal, tapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Pertama, Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Ali. Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman “… berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya.. (al-Mu’min: 60)”. Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?” maka turunlah ayat ini. Kedua, Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Atha bin abi Rabah, bahwa ketika turun ayat “… berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya.. (al-Mu’min: 60)”. para shahabat tidak mengetahui waktu yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini. Ayat 187 Imam Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Laila, yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal Para sahabat menganggap bahwa makan, minum dan menggauli istrinya pada malam hari bulan Ramadhan, hanya boleh dilakukan sebelum mereka tidur. Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar) merasa kepayahan setelah bekerja pada siang harinya. Karenanya setelah shalat Isya, ia tertidur, sehingga tidak makan dan minum hingga pagi. Adapun Umar bin Khaththab menggauli istrinya setelah tertidur pada malam hari bulan Ramadhan. Keesokan harinya ia menghadap kepada Nabi SAW untuk menerangkan hal itu. Maka turunlah ayat ini. Ini adalah hadits masyhur dari abu laila, akan tetapi ia tidak pernah mendengar dari muadz secara langsung, dan riwayat ini mempunyai sejumlah penguat. Imam Bukhari meriwayatkan dari al-Barra. Seorang shahabat Nabi SAW tidak
  • 21. 19 makan dan minum pada malam bulan Ramadhan, karena tertidur setelah tibanya waktu berbuka puasa. Pada malam itu ia tidak makan sama sekali, dan keesokan harinya ia berpuasa lagi. Seorang shahabat lainnya bernama Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar), ketika tiba waktu berbuka puasa, meminta makanan kepada istrinya yang kebetulan belum tersedia. Ketika istrinya menyediakan makanan, karena lelahnya bekerja pada siang harinya, Qais bin Shirmah tertidur. Setelah makanan tersedia, istrinya mendapatkan suaminya tertidur. Berkatalah ia: “Wahai, celakalah engkau.” (Pada waktu itu ada anggapan bahwa apabila seseorang sudah tidur pada malam hari bulan puasa, tidak dibolehkan makan). Pada tengah hari keesokan harinya, Qais bin Shirmah pingsan. Kejadian ini disampaikan kepada Nabi SAW. Maka turunlah ayat tersebut ini. sehingga gembiralah kaum Muslimin. imam Bukhari meriwayatkan juga dari al-Barra. Para shahabat Nabi SAW apabila tiba bulan Ramadhan tidak mendekati istrinya sebulan penuh. Akan tetapi terdapat di antaranya yang tidak dapat menahan nafsunya. Maka turunlah ayat ini Imam Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Ka’b bin Malik, dari bapaknya. Pada waktu itu para sahabat beranggapan bahwa pada bulan Ramadhan haram bagi yang shaum untuk makan, minum dan menggauli istrinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka puasa keesokan harinya. Pada suatu ketika ‘umar bin Khaththab pulang dari rumah Nabi SAW setelah larut malam. Ia menginginkan menggauli istrinya, tapi istrinya berkata: “Saya sudah tidur.” ‘Umar berkata: “Kau tidak tidur”, dan ia pun menggaulinya. Demikian juga Ka’b berbuat seperti itu. Keesokan harinya ‘umar menceritakan hal dirinya kepada Nabi SAW. Maka turunlah ayat ini. Firman-Nya : . Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’id. Diturunkan ayat ‘…dan makan minumlah hingga terang bagimu benar putih dari benang hitam…’ tanpa Kata “minal fajri”. Ketika itu, jika orang-orang ingin berpuasa mereka mengikat kaki dengan tali putih dan tali hitam. Mereka makan dan minum sampai jelas terlihat perbedaan antara ke dua tali itu, Maka turunlah ayat “minal fajri”. Kemudian mereka mengerti bahwa khaithul abydlu minal khaitil aswadi itu tiada lain adalah siang dan malam. ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah. Apabila seseorang sedang beritikaf, lalu ia keluar dari masjid dan pulang ke rumah jika dia mau menggauli istrinya. Maka turunlah ayat ‘…dan janganlah kalian campuri mereka (istri) ketika kamu sedang beritikaf di masjid..’ Ayat 188
  • 22. 20 Ibnu hatim meriwayatkan dari said bin zubair, dia berkata, “Umru’ul Qais bin abis dan abdan bin asywa’ al-hadhrami memperebutkan sebidang tanah. Lalu Umru’ul Qais ingin bersumpah. Maka turunlah ayat ini. Ayat 189 Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Ufi dari Ibnu Abbas. Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang hilal. Lalu tuurnlah ayat ini. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abil ‘Aliah. Kami mendengar bahwa para sahabat bertanya kepada Rasulullah: “Untuk apa diciptakan hilal?” Maka turun ayat ini Abu Na’im dan Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dalam tarikh Dimasyqa, dari as-Suddi as-Shaghir, dari al-Kalbi dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas bahwa Mu’adz bin Jabal dan Tsa’labah bin Ghunamah bertanya kepada Nabi saw. “Ya Rasulullah! Mengapa hilal itu tampak kecil sehalus benang, kemudian bertambah besar hingga bundar dan kembali seperti semula, tiada tetap bentuknya?” maka turunlah ayat ini. al-Bukhari meriwayatkan dari al-Barra. kebiasaan orang jahiliyyah sepulangnya menunaikan ihram di Baitullah memasuki rumahnya dari pintu belakang. Maka turunlah ayat ini Ibnu Abi Hatim dan al-Hakim meriwayatkan dari Jabir dan al-hakim men- shahikannya, orang-orang Quraisy yang diberi jukukan al-Hams (Ksatria), mereka memasuki rumah melalui pintunya ketika ihram, akan tetapi kaum Anshar dan orang-orang Arab lainnya masuk dan keluar tidak melalui pintunya. Suatu ketika, Rasulullah berada di sebuah kebun lalu beliau keluar melalui pintunya.ketika itu Quthbah bin Amir al-anshary keluar melalui pintu mengikuti beliau. Serempaklah mereka mengadu atas pelanggaran tersebut, sehingga Rasulullah SAW segera menegurnya.Quthbahmenjawab:“Sayahanyamengikutiapayangengkaulakukan.” Rasulullah SAW bersabda: “Aku ini seorang Ahmas.” Quthbah menjawab: “Saya pun penganut agamamu.” Maka turunlah ayat ini. Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-aufi dari Ibnu Abbas riwayat yang serupa dengan ini. at-Thayalisi meriwayatkan dalam musnadnya dari al-Barra, kaum Anshar yang apabila pulang dari perjalanan, tidak masuk rumah melalui pintunya. Maka turunlah ayat ini. ‘abdu bin Hamid meriwayatkan dari Qais bin Habtar an-Nahsyali,. Orang- orang apabila hendak berihram di Baitullah tidak masuk melalui pintunya, kecuali golongan ksatria (al-Hams). Rasulullah SAW masuk dan keluar halaman Baitullah melalui pintunya. rifa’ah bin Tabut mengikutinya, padahal dia bukan Ahmas. Maka mengadulah orang-orang yang melihatnya: “Wahai Rasulullah, Rifa’ah melanggar.”
  • 23. 21 Rasulullah SAW bersabda kepada Rifa’ah: “Mengapa kamu berbuat demikian?” Ia berkata: “Saya mengikuti tuan.” Nabi bersabda: “Aku ini Ksatria.” Ia menjawab: “Agama kita satu,” Maka turunlah ayat ini. Ayat 190 al-Wahidi meriwayatkan dari al-Kalbi dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ ayat ini turun pada Perjanjian Hudaibiyah yaitu ketika Rasulullah SAW dihalangi untuk memasuki Baitullah. Adapun isi perdamaian tersebut antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Ketika Rasulullah SAW beserta shahabatnya mempersiapkan diri untuk melaksanakan umrah sesuai dengan perjanjian, para shahabat khawatir kalau-kalau orang-orang Quraisy tidak menepati janjinya, bahkan memerangi dan menghalangi mereka masuk di Masjidil Haram, padahal kaum Muslimin enggan berperang pada bulan haram. Maka turunlah ayat ini. Ayat 194 Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah. Pada bulan Dzulqaidah Nabi SAW dengan para shahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dengan membawa qurban. Setibanya di Hudaibiah, dicegat oleh kaum Musyrikin, dan dibuatlah perjanjian yang isinya antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Pada bulan Dzulqaidah tahun berikutnya berangkatlah Nabi SAW beserta shahabatnya ke Mekah, dan tinggal di sana selama tiga malam. Kaum musyrikin merasa bangga dapat menggagalkan maksud Nabi SAW untuk umrah pada tahun yang lalu. Allah SWT membalasnya dengan meluluskan maksud umrah pada bulan yang sama pada tahun berikutnya. Lalu turunlah ayat ini. Ayat 195 al-Bukhari meriwayatkan dari Hudzaifah. ayat ini turun pada masalah sedekah. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Ayub al-Anshari. Menurut Tirmidzi hadits ini shahih. Ketika Islam telah berjaya dan berlimpah pengikutnya, kaum Anshar berbisik kepada sesamanya: “Harta kita telah habis, dan Allah telah menjayakan Islam. Bagaimana sekiranya kita membangun dan memperbaiki ekonomi kembali?” Maka turunlah ayat ini. Maka kebinasaan adalah menjaga dan merawat harta dengan meninggalkan perang. at-Thabarani meriwayatkan dengan sanad yang shahih, dari Jabir an-Nu’man
  • 24. 22 bin Basyir . ada orang yang melakukan perbuatan dosa, lalu karena putus asa dia berkata ‘Allah tidak akan mengampuniku. Maka turunlah ayat ini. Hadits ini diperkuat oleh al-Hakim yang bersumber dari al-Barra Ayat 196 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Shafwan bin Umayyah. Seorang laki- laki berjubah yang semerbak dengan minyak za’faran menghadap kepada Nabi SAW dan berkata. “Ya Rasulullah, apa yang harus saya lakukan dalam menunaikan umrah?” Maka turunlah “Wa atimmulhajja wal ‘umrata lillah.” Rasulullah bersabda: “Mana orang yang tadi bertanya tentang umrah itu?” Orang itu menjawab: “Saya ya Rasulullah.” Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda. “Tanggalkan bajumu, bersihkan hidung dan mandilah dengan sempurna, kemudian kerjakan apa yang biasa kau kerjakan pada waktu haji.” Diriwayatkanolehal-BukhariyangbersumberdariKa’bbin‘Ujrah.Ketikasedang melakukan umrah, saya merasa kepayahan, karena di rambut dan di muka saya bertebaran kutu. Ketika itu Rasulullah SAW melihat aku kepayahan karena penyakit pada rambutku itu. Maka turunlah “fafidyatum min shiyamin aw shadaqatin aw nusuk” khusus tentang aku dan berlaku bagi semua. Rasulullah bersabda: “Apakah kamu punya biri-biri untuk fidyah?” Aku menjawab bahwa aku tidak memilikinya. Rasulullah SAW bersabda: “Berpuasalah kamu tiga hari, atau beri makanlah enam orang miskin. Tiap orang setengah sha’ makanan, dan bercukurlah kamu Diriwayatkan oleh Ahmad dari Ka’b. ketika Rasulullah SAW beserta shahabat berada di Hudaibiyah sedang berihram, kaum musyrikin melarang mereka meneruskan umrah. Salah seorang shahabat, yaitu Ka’b bin Ujrah, kepalanya penuh kutu hingga bertebaran ke mukanya. Ketika itu Rasulullah SAW lewat di hadapannya dan melihat Ka’b bin ‘Ujrah kepayahan. lalu Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kutu-kutu itu mengganggu?” Rasulullah menyuruh agar orang itu bercukur dan membayar fidyah. Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari ‘Atha dari Ibnu Abbas. Ketika Rasulullah SAW dan para shahabat berhenti di Hudaibiahdatanglah Ka’ab bin ‘Ujrah yang di kepala dan mukanya bertebaran kutu karena banyaknya. Ia berkata: “Ya Rasulullah, kutu- kutu ini sangat menyakitkanku.” Maka turunlah ayat ini. Ayat 197 Al-Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata, “ orang yaman selalumenunaikan haji tanpa membawa bekal. Dan mereka berkata, ‘kami bertawakkal kepada Allah’. Maka turunlah ayat ini.
  • 25. 23 Ayat 198 Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Abbas. pada zaman Jahiliyyah terkenal pasar-pasar bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu. Mereka bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hal itu. Maka turunlah ayat ini. Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, al-Hakim dan lainnya dari Abi Umamah at-Taimi. Dia bertanya kepada Ibnu Umar tentang menyewakan kendaraan sambil naik haji. Ibnu Umar menjawab: “Pernah seorang laki-laki bertanya seperti itu kepada Rasulullah SAW yang seketika itu juga turun “Laisa ‘alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min rabbikum”. Rasulullah SAW memanggil orang itu dan bersabda: “Kamu termasuk orang yang menunaikan ibadah haji.” Ayat 199 Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas. orang-orang Arab wuquf di ‘Arafah, sedang orang-orang Quraisy wuquf di Muzdalifah, Maka turunlah ayat ini Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dari Asma binti Abi Bakar. orang-orang Quraisy wuquf di dataran rendah Muzdalifah, dan selain orang Quraisy, wuquf di dataran tinggi ‘Arafah kecuali Syaibah bin Rabi’ah. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 200 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas. orang-orang Jahiliyyah wuquf di musim pasar. Sebagian dari mereka selalu membangga-banggakan nenek moyangnya yang telah membagi-bagi makanan, meringankan beban, serta membayarkan diat. Dengan kata lain, di saat wuquf itu, mereka menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya. Maka turunlah ayat ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid. orang-orang di masa itu apabila telah melakukan manasik, berdiri di sisi jumrah menyebut-nyebut jasa-jasa nenek moyang di zaman jahiliyyah. Maka turunlah ayat ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas. salah satu suku bangsa Arab sesampainya ke tempat wuquf berdoa: “Ya Allah, semoga Allah menjadikan tahun ini tahun yang banyak hujannya, tahun makmur yang membawa kemajuan dan kebaikan. Mereka tidak menyebut-nyebut urusan akhirat sama sekali. Maka Allah menurunkan ayat ini. Setelah itu kaum Muslimin berdoa sesuai petunjuk dalam ayat 201. yang kemudian ditegaskan oleh Allah SWT dengan firman-Nya ayat berikutnya Ayat 204
  • 26. 24 Ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata, “ketika rombongan pasukan yang di dalamnya terdapat ashim dan martsad kalah perang, dua orang munafiq berkata,’rugilah orang-orang yang tertipu dan binasa seperti itu. Mereka tidak duduk bersama keluarga, tidak juga menunaikan tugas pemimpinnya. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ibnu jarir meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata, “ ayat ini turun mengenai al-akhnas bin syariq. Dia pernah mendatangi Nabi saw dan menampakkan keislamannya, hal itu membuat Nabi takjub. Kemudian dia pergi dari hadapan nabi saw. Diperjalanan dia melihat tanaman milik orang Muslim dan beberapa ekor keledai. Lalu dia membakar kebun itu dan membunuh keledainya. Maka allah menurunkan ayat ini. Ayat 207 Al-harit bin abi usamah dalam musnadnya dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari said ibn al-Musayyab, dia berkata ,” ketika suhaib hijrah ke madinah, dia diikuti beberapa orang quraisy. Kemudaian shuhaib turun dari tunggangannya dan mengambil anak panah dari tempatnya. Kemudian dia berkata,’wahai orang quraisy, kalian tahu bahwa aku paling pandai memanah, demi Allah kalian tidak akan sampai padaku hingga aku menggunakan seluruh anak panahku untuk membunuh kalian, kemudian aku akan menggunakan pedangku selama masih ada di tanganku. Setelah itu lakukan apa yang ingin lakukan terhadapku. Jika kalian mau, maka kau serahkan hartaku yang ada di mekah dan biarkan akau melanjutkan perjalanan. Maka orang quraisy itu setuju. Ketika sampai di madinah, Rasulullah berkata kepada shuhaib, ‘beruntunglah jual belimu hai abu yahya, abu yahya telah beruntung dalam jual belinya’. Maka allah turunkan ayat ini. Al-hakim meriwayatkan dalam al-mustadrak riwayat yang sejenis dengan riwayat diatas dari ibnu al-musayyab dari shuhaib dengan sanad yang mausul. Al- hakim juga meriwayatkan hadis yang serupa dengannya dari mursal ikrimah. Al-Hakim juga meriwayatkan dari hamad bin salmah dari tsabit dari anas. Di dalam riwayat ini terdapat penjelasan tentang turunnya ayat di atas. Dan al-Hakim berkata ‘ riwayat ini shahih sesuai syarat muslim. Ibnu jarir meriwayatkan dari ikrimah, dia berkata, “ ayat diatas turun pad shuhaib, abu dzar dan jundub ibnus-sakan, kerabat abu dzar. Ayat 208 Ibnu jarir meriwayatkan dari ikrimah, dia berkata, “ abdulah bin salam, Tsa’labah, ibnu yamin, asad bin kaab, usaid bin ka’ab, saad bin amir dan qais bin zaid,
  • 27. 25 mereka adalah orang Yahudi. Pada suatu ahri mereka berkata kepada Rasulullah,’ ya Rasulallah, hari sabtu adalah hari yang kami agungkan. Maka biarkanlah kami melakukan ibadah pada hari itu.dan Taurat adalah kitab Allah, maka biarkanlah kami bangun malam dengannya’. Maka turunlah ayat ini. Ayat 214 Abdurrazaq berkata, :”Muammar memberitahu kami dari qatadah, dia berkata,’ayat ini turun pada saat terjadinya perang Ahzab. Ketika Nabi saw diserang dan dikepung musuh-musuh Islam. Ayat 215 Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu juraij, dia berkata, “orang-orang mukmin bertanya kepada Rasulullah, kepada siapakah mereka harus sedekah, maka turunlah ayat ini. Ibnul mundzir meriwayatkan dari abu hayyan bahwa amr bin jamuh bertanya kepada Nabi saw, “ apa yang kami sedekahkan dari harta kami dan kepada siapa kami memberikannya? Maka turunlah ayat ini. Ayat 217 Ibnu jarir, ibnu abi hatim, ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul kabir dan al- Baihaqi dalam sunannya, meriwayatkan dari Jundub bin Abdillah bahwa Rasulullah mengutus beberapa orang yang dipimpin oleh Abdullah bin jahsy. Ketika dalam perjalanan mereka bertemu dengan ibnu al-Hadhrami. Lalu mereka membunuhnya dan mereka tidak tahu bahwa ketika itu adalah bulan Rajab atau bulan Jumadi Tsani. Maka orang musyrik berkata kepad orang muslim,’kalian membunuh pada bulan haram’. Maka turunlah ayat ini. Sebagian mereka berkata,”jika mereka tidak mendapatkan dosa karena yang mereka lakukan itu, maka mereka tidak mendapatkan pahala”. Maka Allah menurunkan ayat berikutnya. Ibnu mundih juga meriwayatkannya dalam kitab as-Shahabah dari Utsman bin Atha dari Ayahnya dari Ibnu Abbas. Ayat 219 Firman Allah Ta’ala, “mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.” Sebab turunnya ayat ini akan dijelaskan pada surah al-maidah. Firman Allah Ta’ala, “…dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan…”. Ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas bahwa ketika turun perintah untuk memberikan sedekah fi sabilillah, beberapa sahabat mendatangi Nabi saw, lalu mereka berkata, ‘sungguh kami tidak tahu tentang sedekah yang engkau perintahkan kepada kami, apa yang kami sedekahkan
  • 28. 26 darinya? Maka turunlah ayat ini. Ibnu hatim juga meriwayatkan dari yahya bahwa dia mendengar muadz bin jabal dan Tsa’labah mendatangi Rasul saw dan berkata,’Ya Rasulullah, sesungguhnya kami mempunyai budak dan keluarga, maka apa yang kami sedekahkan dari harta kami? Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 220 Abu dawud, an-Nasai, al-Hakim dan lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata,’ ketika turun ayat, ‘dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat)…(al-isra:34)’ dan ayat ‘sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim…(an-Nisa:10). Orang yang merawat anak yatim memisahkan makanan dan minumannya dari makanan dan minuman anak yatim. Sehinga terkadang makanan anak yatim itu tersisa dan dibiarkan saja hingga dimakan lagi oleh dia atau sampai rusak. Maka hal itu membuat mereka susah. Lalu mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 221 Ibnul munzir, ibnu abi hatim dan al-wahidi meriwayatkan dari muqatil, dia berkata,’ ayat ini turun pada ibnu abi Martsad al-ghanawi ketika dia meminta izin kepada Nabi saw untuk menikahi seorang wanita muda musyrik yang memiliki kekayaan dan kecantikan. Al-wahidi meriwayatkan dari as-suddi dari abu malik dari ibnu abbas, dia berkata,”ayat ini turun pada Abdullah bin rahawah, ketika itu ia memiliki seorang budak wanita berkulit hitam. Suatu hari dia marah kepada budaknya dan menamparnya. Kemudian ia mendatangi Nabi saw dan memberitahu beliau perkara itu, lalu dia berkata,’sungguh saya akan memerdekakannya dan menikahinya’. Lalu dia melakukan apa yang dikatakannya itu. Melihat apa yang dilakukannya, sebagian muslimin mencelanya, mereka berkata,’ dia menikahi seorang budak wanita. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 222 Imam muslim dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari anas bahwa orang-orang yahudi, ketika istri mereka haid, mereka tidak memberinya makan dan tidak menggaulinya di rumah. Pada sahabat menanyakan kepda Nabi saw tentang hal itu. Lalu turunlah ayat ini. Maka Rasul saw bersabda “lakukanlah apa saja terhadapnya kecuali jima’…”
  • 29. 27 Al-Barudi meriwayatkan dalam kitab ash-Shahaabah dari ibnu ishaq dari Muhammad bin abi Muhammad dari ikrimah atau said dari ibnu abbas bahwa Tsabit bin ad-dahdah bertanya kepada Nabi saw. Maka turunlah ayat ini. Ibnu jarir juga meriwayatkan dari as-suddi hadis yang serupa. Ayat 223 Imam bukhari, imam muslim, abu daud dan at-tirmidzi meriwayatkan dari jabir, dia berkata,”orang-orang yahudi berkata bahwa jika seseorang menggauli istrinya dari bekalang maka anaknya akan bermata juling”. Maka turunlah ayat ini. Imam ahmad dan at-tirmidzi meriwayatkan dari ibnu abbas, dai berkata, “suatu hari umar mendatangi Rasulullah sambil berkata, ‘celaka saya ya Rasulullah” Rasul pun bertanya,’apa yang membuatmu celaka? Umar menjawab,’ semalam saya menggauli istri saya dari belakang,’ namun Rasulullah tidak menjawab. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Rasulullah bersabda,’gaulilah istrimu dari arah depan atau dari belakang dan hindari menjima’ istri pada duburnya dan ketika sedang haidh”. Abu daud dan hakim meriwayatkan dari ibnu abbas, “sesungguhnya ibnu umar-semoga Allah mengampuninya dan sahabat lainnya-. orang anshar, penduduk perkampungan ini, mereka penyembah berhala, berdampingan dengan perkampungan yahudi. Orang yahudi itu merasa mempunyai keutamaan ilmu melebihi orang anshar, dan orang anshar banyak meniru kebiasaan orang yahudi tersebut. Diantara kebiasaan orang yahudi tersebut adalah menggauli istrinya dari arah samping, dengan itu wanita lebih tertutupi. Orang anshar pun banyak menirunya. Sedangkan orang quraisy menjima’ istrinya dalam keadaan terlentang. Ketika muhajirin datang ke Madinah, salah seorang dari mereka menikahi wanita anshar, lalu dia menjimanya seperti cara orang quarisy. Sang istri pun menyalahkannya dan berkata,’ kami hanya dijima’ dari samping.’ Lalu mereka mendiamkan masalah tersebut, namun Rasulullah mendengar hal itu. Maka turunlah ayat ini. Maknanya, gauli-lah istrimu dari arah depan, dari belakang ataupun dalam keadaan terlentang, selama pada kemaluannya. Al-Hafizh ibnu hajar dalam syarah bukhari berkata sebab turunnya ayat yang disebutkan ibnu umar itu terkenal. Dan seakan-akan hadis dari abu said tidak sampai kepada ibnu abbas. Sedangkan yang sampai kepadanya adalah riwayat dari ibnu umar, maka dia pun meragukan ibnu umar tentang sebab turunya ayat ini. Ayat 224 Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu juraij, dia berkata,” saya diberitahu ayat ini
  • 30. 28 turun pada abu bakar, berkaitan dengan sumpahnya terhadap Misthah. Ayat 228 Abu daud dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari asma binti yazid bin sakan al-anshariah, dia berkata,” saya dicerai pad zaman Rasulullah dan ketika itu belum ditetapkan iddah untuk para wanita yang dicerai. Maka Allah menurunka ayat ini. Ats-Tsa’labi, Hibbatullah bin salamah dalam kitab an-Naasikh meriwayatkan dari al-Kalbi dan Muqatil bahwa pada masa Rasulullah, Ismail bin Abdullah al-ghifari mencerai istrinya, qatilah, dan dia tidak tahu bahaw istrinya sedang hamil, maka diapun merujuknya kembali. Lalu istrinya melahirkan, namun keduanya meninggal. Maka turunlah ayat ini. Ayat 229 Firman-Nya :” Talaq( yang dapat dirujuk ) itu dua kali…..(2:229)”. At-tirmidzi, al-hakim dan lainya meriwayatkan dari Aisyah, dia berkata,” dulu laki-laki bebas mencerai istrinya dan menjadi suaminya kembali jika merujuknya, walaupun setelah mencerainya seratu kali. Hingga suatu ketika ada seorang laki-laki berkata kepada istrinya,’ demi Allah, aku tidak akan menceraikanmu sehingga engkau berpisah denganku. Dan aku tidak akan menaungimu selamanya.’ Dengan heran sang istri pun bertanya, ‘bagaimana hal itu bisa terjadi?sang suami menjawab,’ aku akan menceraimu dan setiap masa iddahmu akan habis, aku merujukmu kembali.’ Maka sang istri mengadu kepada Rasulullah perihal suaminya. Beberapa saat rasulullah terdiam, hingga turunlah ayat ini. Firmannya : “ dan tidak halal bagi kamu…(2:229)”. Abu dawud dalam an- nasikh wal mansukh mereiwayatkan dari ibnu abbas. Dulu seorang suami memakan dari pemberian yang telah ia berikan pada istrinya dan yang lainya tanpa meresa dosa akan hal itu. Maka allah menurunkan ayat ini. Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu jauraij, dia berkata,” ayat ini turun pad Tsabit bin qais dan habibah istrinya. Habibah mengadukan suaminya kepada Rasulullah untuk kemudian minta diceraikan. Maka rasulullah berkata pada habibah,’apakah engkau mau mengembalikan kebun yang dia jadikan mahar untukmu?. Dia menjawab.’ Ya, saya mau’. Lalu Rasul memanggil Tsabit bin qais dan memberitahukannya tentang apa yang dilakukan istrinya. Maka Tsabit berkata,’ apakah dia rela melakukannya? Rasulullah menajawab,’Ya, dia rela.’ Istrinya pun berkata,’ saya benar-benar telah melakukannya.’ Maka turunlah ayat ini. Ayat 230
  • 31. 29 Ibnul munzir meriwayatkan dari muqatil bin hayyan, dia berkata,” ayat ini turun untuk Aisyah binti Abdurrahman bin atik, ketika ia menjadi istri Rifa’ah bin wahab bin atik. Suatu ketika Rifa’ah mencerai Aisyah dengan talaq bain. Setelah itu aisyah menikah dengan Abdurrahman bin zubair al-qarzhi, lalu ia mencerainya lagi. Maka aisyah mendatangi Nabi saw dan berkata, “Ya Rasulullah, Abdurrahman menceraikan saya sebelum menggauli saya. Bolehkan saya kembali kepada suami pertama? Rasulullah menjawab, “Tidak, hingga ia menggaulimu. Maka turunlah firman Allah pad aisyah: “jika suami mentalaqnya, maka wanita itu tidak halal baginya kecuali setelah menikah dengan laki-laki lain”. Dan dia menjima’nya. Jika dia menceraikannya setelah menjima’nya maka tidak berdosa bagi suami pertama untuk merujuknya kembali. Ayat 231 Ibnu jarir meriwayatkan dari al-aufi dari ibnu abbas, dia berkata ,”dulu seorang suami mencerai istrinya kemudian merujuk kembali sebelum habis masa iddahnya, setelah itu menceraikannya lagi. Hal itu dilakukan untuk mempersulit istri dan menghalanginya menikah dengan yang lain. Maka turunlah ayat ini. Ibnu jarir juga meriwayatkan dari as-suddi. Ayat ini turun pada seorang laki-laki anshar bernama Tsabit bin Yassar. Suatu ketika dia menceraikan istrinya, ketika 2-3 hari menjelang habis masa iddah, dia merujuknya kembali. Setelah itu menceraikan lagi istrinya. Hal ini membuat madharat pada istrinya. Maka allah menurunkan ayat ini. Ibnu abi Umar dalam musnadnya dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari abu darda’, dia berkata,”ada seorang suami mencerai istrinya, lalu berkata, ‘saya main- main saja’ dan dia menceraikannya lagi, kemudian berkata lagi,’ saya hanya main- main saja. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ibnu munzir meriwayatkan hadits serupa dari uabadah bin shamit. Begitu juga ibnu mardawih dari ibnu abbas dan ibnu jarir dari mursal alhasan. Ayat 232 Al-Bukhari, abu dawud, at-tirmidzi dan lainnya meriwayatkan dari Ma’qil bin yasar bahwa ma’qil mengawinkan saudarinya dengan seorang muslim. Kemudian sang suami menceraikan adik wanitanya dan tidak merujuknya kembali hingga habis masa iddahnya. Namun dia ingin kembali menikahinya begitu juga sebaliknya. Maka dia pun melamarnya. Ma’qil berkata dengan marah,”wahai bodoh, dulu aku telah memuliakanmu dan menikahkanmu dengan adikku, namum kemudian engkau menceraikannya. Demi allah, dia tak akan kembali lagi padamu”. Allah
  • 32. 30 maha tahu keperluan suami itu begitu juga sebaliknya. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ketika m a’qil mendengar ayat ini, ia pun berkata, “aku mendengar dan taat kepada tuhanku”. Kemudian dia memanggil lelaki itu dan berkata,” kini aku menikahkanmu dengan adikku dan memuliakanmu”. Ibnu mardawaih meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata,” ayat ini turun pada jabir bin abdululllah al-anshari. Ada seorng anak pamannya yang tinggal bersamanya. Setelah menikah, suaminya mencerainya sampai habis masa iddah, kemudian suami itu ingin kembali menikahinya. Namun jabir menolaknya dan mengatakan,’ engkau telah menceraikan anak paman kami dan kini engkau ingin menikah lagi? Sedangkan keponakannya telah memaafkannya dan ingin kembali kepadanya. Maka turunlah ayat ini. Ayat 238 Diriwayatkan oleh ahmad, bukhari dalam tarikhnya, abu dawud, albaihaqi dan ibnu jarir dari zaid bin tsabit bahwa nabi saw melakukan shalat zuhur ketika siang hari, ketika itu shalat zuhur adalah shalat yang paling berat bagi para sahabat. Maka turunlah ayat ini. Ahmad, annasai dan ibnu jarir meriwayatkan dari zaid bin tsabit bahwa Nabi saw shalat zuhur pada siang hari, ketika itu makmum dibelakang beliau hanya satu atau dua shaf saja. Karena pada saat-saat itu orang tidur siang atau berniaga. Maka allah menurunkan ayat ini. Imam yang enam (Bukhari, muslim, abu daud, tirmidzi, nasai, ibnu majah) dan lainnya meriwayatkan dari zaid bin aslam, dia berkata,”pada zaman Rasulullah, ketika sedang shalat kami boleh berbicara sengan sahabat yang lain yang juga sedang shalat. Hingga turunlah ayat ini. Maka kami diperintahkan untuk khusyu dan kami dilarang berbicara ketika shalat. Ibnu jarir meriwayatkan dari mujahid, dia berkata,”dulu orang-orang berbincang ketika shalat. Mereka juga menyuruh saudaranya untuk suatu keperluan. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 240 Ishaq bin Rahawaih dalam tafsirnya meriwayatkan dari muqatil bin hayyan bahwa seorang laki-laki dari thaif datang ke madinah dengan anak-anaknya, juga membawa orang tua dan istrinya. Lalu dia wafat di madinah. Hal tersebut disampaikan kepad Nabi saw. Maka beliau memberikan bagian warisan kepad kedua orangtuanya dan memberikan anak-anaknya dengan bagian yang baik, namun beliau tidak memberi apa-apa kepada istrinya. Hanya saja merka diperintahkan
  • 33. 31 untuk memberi nafkah kepadanya dari warisan selama satu tahun. Pada peristiwa inilah turun ayat ini. Ayat 241 Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu zaid, dia berkata,”ketika turun firman Allah… (2:236). Seseorang berkata,’jika saya mau berbuat baik, saya akan melakukannya. Namun jika saya tidak mau, maka saya pun tidak akan melakukannya. Maka turunlah ayat ini. Ayat 245 Ibnu hibban dalam shahihnya dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari ibnu umar, dia berkata, ketika turun ayat 261. Rasulullah berdoa,”ya Allah, berilah tambahn untuk ummatku’ . maka turunlah ayat ini Ayat 256 Abu dawud dan ibnu hibban meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata,”dulu ada seorang wanita yng setiap kali melahirkan anaknya selalu mati. Lalu dia bernazar jika anaknya hidup dia akan menjadikannya yahudi. Ketika bani Nadhir diusir dari madinah, diantar mereka terdapat anak-anak anshar, mereka pun berkata,’kita tidak bisa membiarkan anak-anak kita.’ Maka turunlah ayat ini. Ibnu jarir meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata, firman-Nya…tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam… turun pada seorang laki-laki dari bani salim bin auf bernama al-hushain. Dia mempunyai dua anak yang Nasrani, sedangkan dia sendiri muslim. Maka dia pun mengadu kepad Rasulullah, “apakah perlu saya paksa mereka berdua untuk masuk islam?’ maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 257 Ibnu jarir meriwayatkan dari abduh bin abi lubabah tentang firma Allah… Allah pelindung orang beriman..’ dia berkata,”mereka adalah yang beriman kepada Isa. Ketika Muhammad saw datang, mereka pun beriman kepada kerasulan beliau. Ayat ini turun pada mereka. Dalam riwayat lain dari Mujahid , dia berkata,”dulu ada orang yang beriman kepada Isa dan ada yang kafir terhadapnya. Ketika Rasulullah diutus, orang yang tidak beriman kepada Isa beriman kepada beliau, sedangkan yang beriman kepada Isa tidak beriman kepada beliau. Maka allah menurunkan ayat ini. Ayat 267 alHakim, tirmidzi, ibnu majah dan lainnya meriwayatkan dari al-Barra’, dia
  • 34. 32 berkata,”ayat ini turun pada kami, orang Anshar. Kami adalah pemilik kebun kurma. Dulu seseorang menyedekahkan sebagian hasil kebunnya sesuai dengan jumlah yang dimiliki. Dan ahlus shuffah tidak mengharapkan yang baik-baik. Maka ada yang memberikan tandan kurma yang terdiri dari kurma jelek yang tidak keras bijinya dan kurma basah yang sudah rusak serta tandan yang telah patah. Maka Allah menurunkan ayat ini. Abu daud, an-Nasai dan al-hakim meriwayatkan dari sahl bin hanif, dia berkata,”dulu orang-orang memilih kurma yang jelek dari kebunnya untuk disedekahkan. Maka Allah menurunkan ayat ini Alhakim meriwayatkan dari jabir. Nabi saw diperintahkan untuk membayar zakat fitrah dengan satu sha’ kurma. Lalu seseorang datang dengan membawa kurma yang jelek. Maka turunlah ayat ini. Ibnu abi hatim meriwayatkan dari ibnu Abbas. Dulu para sahabat membeli bahan makanan yang murah, lalu mereka menyedekahkannya. Maka turunlah ayat ini. Ayat 272 An-Nasai,al-hakim,al-Bazzar, at-Thabrani dan lainya meriwayatkan dari ibnu abbas. Dulu orang-orang tidak rela dinasab mereka terdapat orang musyrik. Mereka bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu. Maka Rasul saw memberi kemudahan tentang hal itu. lalu turunlah ayat ini. Ayat 274 At-Thabrani dan ibni abi hatim meriwayatkan dari yazid bin abdillah bin arib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi saw, beliau besabda, “ayat..orang-orang yang menafkahkan hartanya..(2:274) turun kepada para pemilik kuda”. Yazid dan ayahnya adalah Majhul. Abdurrazaq, ibnu jarir, ibnu abi hatim dan at-Tabrani meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari ibnu abbas. Ayat ini turun pada ali bin abi tahlib. Ia mempunyai emapt dirham. Lalu dia menginfakkan satu dirham di malam hari, satu dirham di siang hari, satu dirham secara diam-diam dan satu dirham secara terang- terangan. Ibnul munzir meriwayatkan dari ibnul musayyab. Ayat ini turun pada Abdurrahman bin auf dan usman bin affan yang menyedekahkan harta mereka pada perang tabuk. Ayat 278
  • 35. 33 Abu ya’la dalam musnadnya dan ibnu mandah meriwayatkan dari al-kalbi dari abu shaleh dari ibnu abbas, dia berkata,”sampai kepada kami, ayat ini turun pada bani amr bin auf yang berasal dari tsaqif dan bani al-mughirah. Ketika itu bani mughirah mempunyai hutang dari hasil riba kepada orang-orang tsaqif. Ketika allah menaklukkan Mekah untuk Rasul-Nya maka allah membatalkan semua bentuk riba. Kemudian keduanya berselisih dalam masalah pembayaran utang karena hasil riba mereka. Lalu mereka mendatangi attab bin usaid yang ketika itu menjadi Gubernur mekah. Orang Banil mughirah berkata,”kami menjadi orang yang paling sengsara karena riba. Sedangkan Rasulullah telah membatalkan riba dari selain kami”. Bani Amr pun menyahut.’ Kami telah berdamai dengannya (Muhammad) dan telah sepakat bahwa riba kami dan orang selain muslim adalah hak kami. Lalu attab mengabarkan hal itu kepada Rasulullah. Lalu turunlah ayat ini dan ayat setelahnya. Ibnu jarir meriuwayatkan dari ikrimah. Ayat ini turun pada orang-orang tsaqif. Diantara mereka terdapat mas’ud, Habib, rabi’ah dan abdul yala’il, mereka adalah bani Amr dan bani Umair. Ayat 285 Ahmad, muslim dan lainya meriwayatkan dari abu hurairah. Ketika turun ayat … jika kamu nyatakan apa yang ada dalam hatimu…(2:284). Para sahabat pun merasa sedih. Lalu mereka mendatangi rasulullah dan berlutut dihadapan beliau, lalu berkata, ‘telah turun kepadamu ayat ini, sedangkan kami tidak mampu menanggungnya. Maka Rasul saw bersabda, ‘apakah kalian ingin mengatakan seperti perkataan dua ahli kitab sebelum kalian, kami mendengar dan kami melanggarnya? Bahkan katakanlah, kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya tuhan kami, kepadamulah tempat kembali (2:285). “ ketika mereka mengucapkan kata-kata tersebut dengan mudah, Allah menurunkan ayat berikutnya (2:286). Muslim dan lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas dengan riwayat yang sama. SURAH ALI IMRAN Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dan ar-Rabi’ bahwa pada suatu hari orang- orang Nasrani mendatangi Rasulullah, lalu mereka mendebat beliau dalam masalah Nabi Isa as.. Maka Allah rnenurunkan firman-Nya, “Alif laam miim. Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil.” (Ali Imran: 1-3) Hingga ayat kedelapan puluhan. diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab Dalaailun Nubuwwah. Ibnu Ishaq
  • 36. 34 berkata, “Muhammad bin Sahl bin Abi Umamah berkata, ‘Ketika orang-orang Najran mendatangi Rasulullah, mereka menanyakan tentang Isa Ibnu Maryam. Maka turun pada mereka pembukaan surah Ali Imran hingga awal ayat kedelapan puluh.’ Ayat 12 Abu Dawud dalam sunannya dan al-Baihaqi dalam Dalaailun Nubuwwah meriwayatkan dari Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Sa’id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa setelah mengalahkan orang-orang Quraisy pada Perang Badar, Rasulullah kembali ke Madinah lalu mengumpulkan orang- orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa’. Lalu beliau bersabda, “Wahai orang-orang Yahudi, masuk Islamlah kalian sebelum Allah menimpakan kepada kalian apa yang menimpa orang-orang Quraisy.” Lalu orang-orang Yahudi itu menyahut, “Wahai Muhammad, jangan engkau merasa sombong karena telah membunuh beberapa orang Quraisy yang tidak berpengalaman dalam beperang. Demi Allah, jika engkau berperang melawan kami, niscaya engkau akan tahu bahwa kami adalah orang-orang yang ahli perang dan engkau tidak pemah bertemu dengan orang-orang seperti kami.” Maka Allah menurunkan ayat ini dan ayat berikutnya Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, “Pada Perang Badar, Fankhash, seorang Yahudi, berkata, ‘Jangan sampai Muhammad merasa sombong karena telah membunuh dan mengalahkan orang-orang Quraisy. Karena orang- orang Quraisy itu tidak bisa berperang.’ Maka turunlah ayat 12 surah Ali Imran.” Ayat 23 Ibnu Abi Hatim dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah masuk ke rumah Midras yang di dalamnya terdapat orang-orang Yahudi. Lalu beliau mengajak mereka kepada Allah. Lalu Nu’aim bin Amr dan al-Harits bin Zaid berkata,”Engkau sendiri beragama apa wahai Muhammad?’ Beliau menjawab, ‘Agama Ibrahim.’ Mereka berkata, “Sesungguhnya Ibrahim beragama Yahudi.’ Maka Rasulullah bersabda kepada mereka, ”Mari kita membaca Taurat karena ia ada bersama kita saat ini.’ Namun mereka tidak mau melakukannya. Maka Allah menurunkan ayat ini dan ayat berikutnya. Ayat 26 Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah, dia berkata, “Kami diberi tahu bahwa Rasulullah meminta kepada Allah untuk menjadikan Raja Romawi dan Persia
  • 37. 35 sebagai umat beliau. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 28 Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sa’id atau lkrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, “al-Hajjaj bin Amr- sekutu Ka’ab ibnul Asyraf-, lbnu Abil Haqiq dan Qais bin Zaid tinggal berbaur dengan beberapa orang Anshar untuk mengganggu keislaman mereka dan menjadi murtad kembali. Maka Rifa’ah ibnul-Mundzir, Abdullah ibnuz-Zubair dan Sa’id bin Hatsmah berkata kepada orang-orang itu, ‘Jauhilah orang-orang Yahudi itu dan jangan tinggal bersama mereka agar mereka tidak membuat kalian keluar dari agama kalian.’ Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 31 Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, dia berkata, “Beberapa kaum pada masa Nabi kita berkata, ‘Wahai Muhammad, demi Allah kami sungguh mencintai Allah.’ Maka Allah menurunkan ayat ini. Ayat 58 lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hasan, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah didatangi dua orang pendeta dari Najran. Lalu salah satu dari keduanya bertanya kepada beliau, ‘Siapakah isa?’ Rasulullah tidak menjawab langsung pertanyaan itu untuk menunggu perintah Allah. Lalu turunlahfirmanAllah,‘DemikianlahKamibacakankepadamu(Muhammad)sebagian ayat-ayat dan peringatan yang penuh hikmah. Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, ‘Jadilah!’Maka jadilah sesuatu itu.” (Ali Imran: 58-59) Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari al-Aufi dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Beberapa orang Najran yang di antara mereka terdapat orang-orang terhormat dan orang-orang bawahan mendatangi Rasulullah. Lalu mereka berkata, ‘Apa urusanmu menyebut-nyebut Shahib kami.’ Beliau balik bertanya, ‘Siapa dia?’ Mereka menjawab, ‘isa. Bukankah engkau katakan dia adalah hamba Allah.’ Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Lalu mereka berkata, ‘Apakah engkau pernah melihat orang seperti isa atau engkau diberi tahu tentang-Nya?’ Kemudian mereka pergi meninggalkan beliau. Lalu Rasulullah didatangi Jibril dan berkata,”Jika mereka datang lagi kepadamu, katakan kepada
  • 38. 36 mereka,”Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam... agar Iaknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Ali Imran: 59-61) Al-Baihaqi juga meriwayatkan dalam Dalaailun Nubuwwah dari Salamah bin Abdi Yasyu’ dari ayahnya dari kakeknya bahwa sebelum turun firman Allah, “Thaasiin Sulaimaan,” Rasulullah menulis surat untuk orang-orang Kristen Najran, “Dengan nama Tuhan Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, dan Muhammad, seorang Nabi. . ., dan seterusnya. Di antara isi hadits tersebut adalah mereka mengutus Syarahbil bin Wada’ah al-Hamadani, Abdullah bin Syarahbil al-Ashbahi dan Jabbar al-Haritsi. Lalu ketiga orang itu mendatangi Nabi saw.. Kemudian Rasulullah berdiskusi dengan mereka. Ketiga orang itu bertanya kepada Rasulullah, “Apa yang kau katakan tentang Isa?” Beliau menjawab, “Saya tidak mempunyai jawaban untuk itu hari ini. Tinggallah kalian di sini hingga saya memberi tahu kalian tentang jawabannya.” Keesokan harinya, Allah telah menurunkan kepada beliau firman-Nya, “Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam... agar Iaknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Ali lmran: 59-61) Ibnu Sa’ad meriwayatkan dalam kitab ath-Thabaqat dari al-Azraq bin Qais, dia berkata, “Pada suatu hari Uskup Najran dan bawahannya mendatangi Nabi saw.. Lalu Nabi saw. mengajak mereka masuk Islam. Maka keduanya menjawab ‘Kami adalah orang-orang muslim sebelum kamu.’ Rasulullah bersabda, ‘Kalian bohong. Sesungguhnya ada tiga hal yang membuat kalian tidak dalam Islam. Yaitu keyakinan kalian bahwa Allah mempunyai seorang anak, makannya kalian daging babi, dan sujud kalian terhadap patung.” Maka keduanya bertanya kepada beliau, “Kalau demikian, siapa ayah Isa?” Rasulullah tidak menjawab pertanyaan mereka hingga Allah menurunkan firman- Nya,‘Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘Isa bagi Allah,...’ hingga firman- Nya, ‘dan sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.’(Ali Imran: 59-62) Lalu beliau mengajak mereka untuk mula’anah. Namun keduanya menolak dan lebih memilih untuk membayar jizyah, lalu keduanya kembali.” Ayat 65 Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya yang berulang-ulang dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada suatu ketika orang-orang Nasrani dari Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul di tempat Rasulullah. Lalu mereka berdebat di sisi beliau. Para pendeta Yahudi berkata, ‘Ibrahim tidak lain adalah seorang Yahudi.’
  • 39. 37 Orang-orang Nasrani membalas, ‘Ibrahim tidak lain adalah orang Nasrani.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu berbantah- bantahan...” Riwayat ini diriwayatkan al-Baihaqi dalam Dalaa’ilun Nubuwwah. Ayat 72 Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Abdullah ibnush-Shaif, Adi bin Zaid, dan al-Harits bin Auf saling mengajak, ‘Mari kita beriman kepada apa yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad dan para sahabatnya di pagi hari, lalu kita kafir kepadanya di malam hari. Hingga kita merancukan agama mereka. Semoga mereka juga melakukan hal yang sama dengan apa yang kita lakukan sehingga mereka meninggalkan agama mereka itu.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya atas mereka, ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan,.. ‘hingga firman-Nya, ‘...Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (Ali lmran: 71-73) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi dari Abu Malik, dia berkata, “Dulu para pendeta Yahudi berkata kepada orang-orang yang mengikuti mereka, ‘Jangan kalian beriman kecuali dengan orang yang mengikuti agama kalian.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘...Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya petunjuk itu hanyalah petunjuk Allah... .“ (Ali Imran: 73) Ayat 77 Imam Bukhari, Imam Muslim, dan yang lainnya meniwayatkan bahwa al- Asy’ats berkata, “saya dan seorang Yahudi pernah mempunyai sebidang tanah milik bersama. Lalu dia mengkhianatiku, maka saya mengadu kepada Rasulullah. Lalu beliau bertanya kepadaku, ‘Apakah engkau mempunyai bukti?’ Saya jawab,”Tidak.’ Beliau berkata kepada orang Yahudi itu,”Bersumpahlah engkau.’ Maka saya langsung katakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah. Jika dia bersumpah, tentu dia akan membawa harta milik saya.’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah- sumpah mereka dengan harga murah, hingga akhir ayat. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa bahwa seorang lelaki menjual barang dagangannya di pasar. Lalu dia bersumpah atas nama Allah bahwa dia telah menerima barang dagangan tersebut dengan harga di atas harga yang dia tawarkan untuk membujuk seorang lelaki muslim. Maka turunlah firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang rnemperjualbelikan janji Allah dan sumpah- sumpah mereka dengan harga murah,” hingga akhir ayat.
  • 40. 38 Ibnu Hajjar dalam syarah Bukhari berkata, “Tidak ada kontradiksi antara dua hadits ini, tetapi dapat dipahami bahwa sebab turun ayat ini adalah dua peristiwa.” Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah bahwa ayat ini turun pada Huyai bin Akhthab, Ka’ab ibnul-Asyraf, dan orang-orang Yahudi lainnya yang menyembunyikan Taurat asli yang diturunkan oleh Allah. Lalu mereka mengubahnya dan bersumpah bahwa itu adalah dari Allah. Al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Ayat ini mempunyai kemungkinan beberapa sebab, akan tetapi yang menjadi sandaran adalah yang disebutkan dalam Kitab Shahih.” Ayat 79 Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Abu Rafi’ al-Qarzhi berkata, ‘Ketika para pendeta Yahudi dan pendeta Nasrani dan Najran berkumpul di tempat Rasulullah dan beliau mengajak mereka untuk masuk Islam, mereka berkata, ‘Apakah engkau ingin agar kami menyembahmu sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa?’ Maka Rasulullah menjawab, ‘Na’udzu billah (Kami berlindung kepada Allah dari hal itu).” Maka Allah menurunkan firman- Nya pada peristiwa itu, ‘Tidak murigkin bagi seseorang...,’ hingga firman-Nya, ‘... setelah kamu menjadi muslim?” (Ali Imran: 79-80) Abdurrazzaq dalam tafsirnya meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, dia berkata, “datang kepada saya bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, kami akan mengucapkan salam kepadamu sebagaimana kami .mengucapkan salam kepada sesama kami. Lalu apakah kami perlu bersujud kepadamu?’ Rasulullah menjawab, ‘Tidak, akan tetapi muliakan Nabi kalian dan ketahuilah hak keluarganya. Karena sesungguhnya tidak sepantasnya seseorang sujud kepada selain Allah.’Lalu Allah menurunkan ayat ini. Ayat 86 An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu ada seorang lelaki dari Anshar yang masuk Islam lalu dia murtad. Kemudian dia menyesal dan mengirim pesan kepada kaumnya yang isinya, ‘Tanyakan kepada Rasulullah apakah saya masih bisa bertobat?’ Maka turunlah ayat ini hingga ayat 89. Setelah itu kaumnya mengirimkan berita gembira itu kepadanya, lalu dia masuk Islam lagi.” Musaddad dalam musnadnya dan Abdurrazzaq meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Al-Harits bin Suwaid mendatangi Rasulullah dan masuk Islam. Kemudian dia kafir lagi dan kembali kepada kaumnya. Lalu Allah menurunkan
  • 41. 39 firman-Nya atasnya, ‘Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman,...’ hingga firman-Nya, ‘... maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. “(Ali Imran: 86-89) Lalu seseorang dari kaumnya menyampaikan tentang ayat tersebut kepadanya dan membacakannya kepadanya. Maka al-Harits berkata, ‘Demi Allah, sungguh engkau adalah orang yang sangat jujur. Sesungguhnya Rasulullah lebih jujur darimu. Dan sesungguhnya Allah paling jujur.’ Lalu dia masuk Islam lagi dan berislam dengan baik.” Ayat 97 Sa’id bin Manshur meriwayatkan dari lkrimah. Ketika turun firman Allah, ‘Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”(Ali Imran: 85) Orang-orang Yahudi berkata, ‘Kalau demikian kami juga orang muslim.’ Rasulullah berkata, ”Sesungguhnya Allah mewajibkan atas orang-orang muslim untuk menunaikan haji.’ Orang-orang Yahudi menjawab, ‘Haji tidak diwajibkan atas kami.’ Dan, mereka pun enggan menunaikan haji. Maka Allah menurunkan firman-Nya,‘.. .Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya dari seluruh alam.” Ayat 100 AI-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada masa jahiliah orang-orang Aus dan al-Khazraj saling bermusuhan. Pada suatu ketika, setelah kedatangan Islam, mereka berkumpul dan berbincang- bincang tentang apa yang pemah terjadi di antara mereka sebelum kedatangan Islam. Hingga akhirnya mereka sama-sama naik pitam dan sebagian mereka saling menghunus senjata. Lalu turunlah firman Allah ta’ala, ‘Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir..” (Ali Imran: 101) Dan dua ayat setelahnya. Ibnu Ishaq dan Abusy Syekh meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, dia berkata, “suatu hari Syas bin Qais, seorang Yahudi, melintasi orang-orang dari kabilah Aus dan Khazraj yang sedang berbincang-bincang. Syas sangat tidak suka dengan keakraban kedua kabilah tersebut setelah permusuhan yang sekian lama terjadi antar mereka. Maka dia menyuruh seorang pemuda Yahudi yang bersamanya untuk ikut bergabung bersama orang-orang Aus dan Khazraj tersebut, lalu mengingatkan mereka tentang Hari Bi’ats. Pemuda itu pun melakukan perintah Syas. Akibatnya orang-orang Aus dan Khazraj pun saling berselisih dan saling membangga- banggakan kabilah mereka. Hingga seorang dari Aus yang bemama Aus bin Qaizhi dan seorang dari Khazraj yang bemama Jabbar bin Shakar melompat berdiri dan
  • 42. 40 keduanya saling mencela. Amarah kedua kabilah tersebut pun memuncak dan mereka sudah bersiap-siap untuk berperang. Lalu kejadian itu sampai kepada Rasulullah. Maka beliau mendatangi mereka, lalu menyampaikan nasihat kepada mereka dan memperbaiki kembali hubungan mereka. Mereka pun mendengarkan dan menaati nasihat Rasulullah tersebut. Lalu Allah menurunkan firman-Nya pada Aus dan Jabbar serta orang-orang yang bersama mereka, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi Kitab…” (Ali Imran: 100) Dan Allah menurunkan kepada Syas bin Qais firman-Nya, ‘Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi …..”(Ali Imran: 99) Ayat 113 Ibnu Abi Hatim, ath-Thabrani, dan lbnu Mandah dalam ash-Shahabah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ketika Abdullah bin Salam, Tsa’labah bin Sa’iyyah, Usaid bin Sa’iyyah, Asad bin Abd, dan orang-orang Yahudi lainnya masuk Islam serta beriman, membenarkan Islam dan senang dengan Islam, para pendeta Yahudi dan orang-orang kafir dari mereka berkata,”Hanya orang-orang yang tidak baik dari golongan kami yang beriman kepada Muhammad dan mengikutinya. Seandainya mereka itu orang-orang yang baik, tentunya mereka tidak akan meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti yang lain.’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya pada peristiwa itu,’Mereka itu tidak sama...”. Ahmad, an-Nasai dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah mengakhirkan shalat isya. Ketika beliau datang ke masjid, orang-orang masih menunggu shalat. Lalu beliau bersabda, ‘Sesungguhnya tidak seorang pun dari pengikut agama-agama yang ada ini yang berzikir kepada Allah pada waktu ini kecuali kalian.’Lalu turun firman Allah, ‘Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat).... Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 113-115) Ayat 118 Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu orang-orang muslim menjalin hubungan baik dengan orang-orang Yahudi karena ketika masa jahiliah mereka membuat janji setia untuk saling membela. Lalu Allah menurunkan firman-Nya kepada mereka yang melarang mereka menjadikan orang- orang Yahudi itu sebagai teman kepercayaan demi menghindari keburukan.
  • 43. 41 Ayat 121 Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya’la meriwayatkan dari al-Miswar bin Makhramah, dia berkata, “Saya katakan kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Beri tahu saya tentang kisah kalian pada Peperangan Uhud.’ Ibnu Mas’ud menjawab,”Bacalah ayat setelah 120 dari surah Ali Imran, maka engkau akan mendapati kisah kami, ‘Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat pada pagi hari…” Hingga ayat, ‘Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut,...”(Ali Imran: 122) lbnu Mas’ud berkata lagi, ‘Mereka adalah orang-orang yang meminta jaminan keamanan kepada orang-orang musyrik, hingga firman-Nya, ‘Dan kamu benar-benar mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; maka (sekarang) kamu sungguh, telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.” (Al i Imran: 143) Ibnu Mas’ud berkata, ‘ltu adalah angan-angan para orang mukmin untuk bertemu musuh, hingga firman-Nya, “Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)?...” (Ali Imran: 144) Ibnu Mas’ud berkata lagi, ‘ltu adalah teriakan setan pada Perang Uhud, yaitu, ‘Muhammad telah terbunuh.’Hingga firman-Nya, ‘.. . Keamanan (berupa) kantuk...’, maksudnya adalah membuat mereka merasa mengantuk.” Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata, “Firman Allah, ‘Ketika dua golongan dari kamu ingin (mundur) karena takut....” (3: 122) Ayat itu turun kepada kami, Bani Salamah dan Bani Haritsah. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari asy-Sya’bi bahwa pada Perang Badar orang-orang muslim mendengar bahwa Kirz bin Jabir al-Muharibi memberi bantuan kepada orang-orang musyrik. Hal itu membuat mereka gelisah. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “…Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu..” hingga ayat “..memakai tanda.” (Ali Imran: 124-125) Kemudian Kirz mendengar berita kekalahan orang-orang musyrik. Maka dia pun tidak jadi memberi bantuan kepada orang-orang musyrik dan Allah pun tidak memberi bantuan pasukan lima ribu malaikat kepada orang-orang muslim. Ayat 128 Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa pada Perang Uhud, gigi Nabi saw. patah, wajah beliau terluka hingga darah mengalir di wajah beliau. Lalu beliau bersabda, “Bagaimana satu kaum akan beruntung jika mereka melakukan hal ini terhadap nabi mereka yang mengajak mereka kepada Tuhan mereka?” Lalu Allah menurunkan ayat ini
  • 44. 42 Ahmad dan al-Bukhari meniwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah berdoa, ‘Ya Allah laknatlah si Fulan. Ya Allah laknatlah al- Harits bin Hisyam. Ya Allah laknatlah Suhail bin ‘Amr. Ya Allah laknatlah Shafwan bin Umayyah.’ Maka turunlah ayat ini. Lalu mereka semua diampuni. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah hadits yang semisal dengan di atas. Al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Cara menggabungkan kedua hadits di atas adalah ketika shalat, Rasulullah mendoakan keburukan atas orang-orang yang disebutkan tersebut setelah apa yang menimpa beliau pada Perang Uhud. Lalu turunlah firman Allah pada dua hal tersebut secara bersamaan, tentang apa yang menimpa beliau dan doa beliau karena hal itu.” Selanjutnya al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Akan tetapi sebuah riwayat di dalam Shahih Muslim membuat penggabungan tersebut menjadi rancu. hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah di waktu fajar ketika shalat berdoa, ‘Ya Allah laknatlah Ra’al, Dzikwan, dan Ashiyyah.’ Hingga Allah menurunkan, ‘Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad)....”. Bentuk kerancuan yang ditimbulkannya adalah ayat di atas turun pada kisah Perang Uhud, sedangkan kisah Ra’al dan Dzikwan terjadi setelahnya. Kemudian saya melihat ada ’illah (cacat) pada hadits ini, yaitu terjadi idraj (kata-kata perawi yang masuk ke dalam hadits) di dalamnya. Karena kata-kata, ‘Hingga Allah menurunkan,’ adalah munqathi’ dari riwayat az-Zuhri dari orang yang menyampaikannya kepada az-Zuhri. Hal itu dijelaskan Muslim. Model balaagh (yaitu kata-kata seorang perawi, ‘Telah sampai kepada saya’) seperti ini tidak bisa diterima dari orang yang saya sebutkan itu.” Al-Hafizh Ibnu Hajjar juga berkata, “Kemungkinan juga bisa dikatakan bahwa kisah Ra’al dan Dzakwan terjadi setelah Perang Uhud dan ayat di atas turun belakangan dari sebab turunnya. Kemudian ayat di atas turun pada semua peristiwa itu.” Terdapat riwayat tentang sebab turun ayat di atas yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam tarikhnya dan oleh Ibnu lshaq dan Salim bin Abdillah bin Umar, dia berkata, ‘Seorang lelaki dari Quraisy mendatangi Rasulullah lalu berkata, ‘Sesungguhnya engkau melarang kami untuk mencaci.’ Kemudian dia membalikkan badannya dan membelakangi Rasulullah lalu membuka pakaiannya sehingga pantatnya kelihatan. Maka Rasulullah melaknatnya dan mendoakan keburukan atasnya. Maka Allah menurunkan firmanNya, ‘Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad)..” Kemudian lelaki itu masuk Islam dan dia pun berislam dengan haik.” Hadits ini Mursal ghariib.