3. MASA PEMBABARAN DHAMMA SANG
BUDDHA
Pada abad 600 Sebelum Masehi ( 600 SM ) di
Negara India wilayah Benares sekarang terdapat
sebuah kerajaan bernama Asoka dengan rajanya
bernama Sri Baginda Raja Suddhodana dari Suku
Sakya dan Permainsuri adalah Sri Ratu Maha Maya
Dewi.
Pangeran Siddharta Gautama dilahirkan pada Th.
623 SM di Taman Lumbini, dan Ibunda Sri Ratu
Maha Maya Dewi meninggal dunia 7 hari setelah
Pangeran Siddharta Gautama
4. MASA PEMBABARAN DHAMMA SANG
BUDDHA
Sang Pangeran Siddharta Gautama diberi kemewahan-
kemewahan Istana dan pada usia 16 tahun Sang
Pangeran dinikahkan dengan Seorang Putri bernama
Yasodhara
dan di usia 29 tahun dikaruniai anak dan diberi nama
Rahula yang berarti sandungan / ganjalan.
di usia 29 tahun itu ia meninggalkan Istri dan
anaknya di Istana dengan menunggang kuda dengan
penunggang bernama kantaka menuju hutan uruwela
dan memotong rambutnya untuk diberikan ke Istana.
5. MASA PEMBABARAN
DHAMMA SANG BUDDHA
Sang Pangeran selama 6 tahun bertapa dibawah
Pohon Bodhi / pohon sala dengan ditemani Pertapa
Alara Kalana dan Pertapa Uddaka Rama Putra,
dimasa laku tapa ia hampir saja mati dan bertemu
dengan seorang pengembala domba dan diberi minum
susu domba.
Pada Usia 35 tahun ia Sang Pangeran menjadi Buddha
mendapat penerangan sempurna / penerangan agung
dihutan Uruwela sekarang disebut Buddha Gaya
7. Ruang lingkup pembahasan
Brahma Sahampati
pendirian sangha
kisah tekait hari raya Buddhis
munculnya sutta penting ( kalama sutta )
Maha satipathana sutta
8. Brahma Sahampati
(Brahmà Sahampati yang agung adalah seorang Thera mulia bernama
Sahaka pada masa Buddha Kassapa. Dalam kapasitasnya, ia
berhasil mencapai Jhàna Pertama Råpàvacara dan karena ia meninggal
dunia tanpa terjatuh dari Jhàna, ia terlahir di Alam Jhàna Pertama dan
menjadi Mahàbrahmà yang memiliki umur kehidupan enam puluh
empat antara kappa yang setara dengan satu asaïkhyeyya kappa. Ia
disebut Brahmà Sahampati di alam brahmà tersebut. Saÿyutta
Atthakatthà dan Sàrattha Tikà).
Ketika Buddha masih tidak berkeinginan untuk berusaha
mengajarkan Dhamma, Mahàbrahmà Sahampati berpikir, “Nassati
vata bho loko! Vinassati vata bho loko!” “O teman, dunia akan binasa!
O teman, dunia akan binasa!” Buddha yang layak mendapat
penghormatan oleh dewa dan manusia karena telah menembus
pengetahuan semua Dhamma di dunia tidak sudi mengajarkan
Dhamma!”
9. Brahma Sahampati
Brahma Sahampati berkata kepada Sang Buddha :
“Semoga Sang Tathagata, demi belas kasihan kepada para manusia,
berkenan mengajarkan Dhamma. Dalam dunia ini terdapat juga orang-orang
yang sedikit dihinggapi kekotoran batin dan mudah dapat mengerti Dhamma
yang akan diajarkan.”
Hingga kini permohonan Brahma Sahampati kepada Sang Buddha tetap
diperingati dengan permohonan kepada seorang Bhikkhu untuk mengajar
Dhamma yang berbunyi sebagai berikut :
“Brahma ca lokadhipati Sahampati
Katanjali adhivarang ayacatha
Santidha sattapparajakka jatika
Desetu Dhammang anukampimang pajang.”
Artinya :
“Brahma Sahampati, Penguasa dunia ini
Merangkap kedua tangannya dan memohon,
Ada makhluk-makhluk yang dihinggapi sedikit kekotoran batin
Demi belas kasihan kepada mereka, ajarkanlah mereka Dhamma.”
Itu menjadi alasan sang buddha menganjarkan dhamma
10. pendirian sangha
- setelah Sang Buddha mencapai kesucian, Beliau tidak langsung
mengajar. Beliau berdiam diri dulu selama 7×7 minggu, sampai
dengan pengajaran Dhamma, yaitu di bulan Asadha.untuk pertama
kalinya Sang Buddha membabarkan dhamma kepada lima orang
pertapa
yaitu Kondanna, Mahanama, Bhadiya, Vappa, Assaji. 588 S.M di
Migadaya, Taman Rusa di Isipatana.
- Sang Bhagava membabarkan kotbah pertama-Nya,
Dhammacakkappavattana Sutta (Kotbah Mengenai Pemutaran Roda
Dhamma). Dalam khotbah ini, Sang Bhagava membabarkan kepada
kelima petapa tersebut bahwa terdapat dua ekstrem – yaitu
pemanjaan diri dan penyiksaan diri – yang harus dihindari oleh
orang yang telah meninggalkan keduniawian. Ia membabarkan Empat
Kebenaran Mulia. Ia juga menunjukkan latihan Jalan Tengah, yang
terdiri dan delapan faktor, yaitu Jalan Mulia Berfaktor Delapan.
11. pendirian sangha
kelima petapa itu menjadi lima siswa bhikkhu yang
pertama, yang juga dikenal sebagai “Bhikkhu
Pancavaggiya” Sejak saat itu, Persamuhan Bhikkhu
(Sangha Bhikkhu) terbentuk yang di tabis melalui
“Ehi Bhikkhu Upasampadã”.
12. hari raya Buddhis
Maghapuja (februari) 2
waisak ( mei )5
Asadha (juli) 7
Khatina (oktober) 10
13. waisak
LAHIRNYA PANGERAN SIDHARTA
PANGERAN SIDHARTA MENCAPAI PENERANGAN
SEMPURNA
Pada usia 35 tahun Pangeran Sidharta mencapai
Penerangan Sempurna dan mendapatkan sebuah gelar
Sang Buddha.
PENCAPAIAN PARINIBBANA
Sang Buddha wafat pada usia 80 tahun atau PARINIBBANA
di Kusinara
14. Asadha
Untuk pertama kali Sang Buddha membabarkan Ajaran-Nya
kepada 5 (lima) orang pertapa, bekas teman-temannya sebelum
menjadi Buddha, bertempat di Taman Rusa Isipatana, dekat
Vanarasi, India, pada purnama sidhi di bulan Asalha. Khotbah
pertama Sang Buddha ini terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka
Pâli dengan nama Dhammacakkappavattana Sutta.
Kelima pertapa tersebut adalah Kondañña, Bhadiya, Vappa,
Mahanama dan Asajji. Dengan adanya 5 (lima) orang pertapa
yang menjadi murid Sang Buddha, maka kemudian
terbentuklah Sangha.
Dengan demikian lengkaplah tiga perlindungan Umat Buddha,
yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha atau yang disebut Tiratana
(Tiga Perlindungan)
15. Maghapuja
Disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Ajaran Sang Buddha
dan Etika Pokok Para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha ini
dibabarkan di Veluvana Vihara di Rajagaha,
- Di hadapan 1.250 Arahat.
- Kesemua Arahat
- tersebut ditahbiskan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu)
- Kehadiran para Arahat tersebut tanpa diundang dan tanpa ada
perjanjian satu dengan yang lainnya terlebih dahulu.
Inti Ajaran Sang Buddha:
Jangan berbuat jahat
Tambahlah kebajikan
Sucikan hati dan pikiran
Itulah Ajaran Para Buddha
(Dhammapada 183)
16. Khatina
peringatan melainkan upacara perayaan yang diselenggarakan setelah
para Bhikkhu melakukan vassa. Vassa adalah masa dimana para
bhikkhu melakukan retret/latihan selama musim hujan. Pada awalnya
para bhikkhu melakukan penyiaran Dharma tidak mengenal waktu
atau sepanjang tahun. Hal ini menimbulkan kritikan dari masyarakat
karena pada musim hujan banyak serangga dan tunas-tunas yang
terinjak oleh para bhikkhu (Vin. I, 137-138).
Karena itu, Buddha mengijinkan para bhikkhu untuk melakukan
latihan atau penyepian di satu vihara tertentu dan mematuhi peraturan
vassa. Kewajiban ini tidak mengabaikan tugas bhikkhu lain yang
penting sehingga para bhikkhu masih diperkenankan bepergian
sepanjang tidak lebih dari tujuh hari (Vin. I, 143). Maka, masa
kebhikkhuan seorang bhikkhu diukur dari berapa vassa yang sudah
dijalani dengan baik, bukan dari berapa lama ia menjadi bhikkhu.
17. KALAMA SUTTA
Dikabarkan bahwa petapa Gotama, putra Sakya yang
meninggalkan keluarga Sakya, telah tiba di kota
Kesaputta. setelah merealisasikannya dengan
pengetahuan langsung-nya sendiri. Beliau
mengajarkan Dhamma yang indah di awal, indah di
tengah, dan indah di akhir, dengan arti yang benar dan
ungkapan yang benar; Beliau mengungkapkan
kehidupan suci yang sepenuhnya lengkap murni.
18. KALAMA SUTTA
Sabda buddha:
Wahai, suku Kalama.
Jangan begitu saja mengikuti tradisi
lisan,
ajaran turun-temurun,
kata orang,
koleksi kitab suci,
penalaran logis,
penalaran lewat kesimpulan,
perenungan tentang alasan,
penerimaan pandangan setelah
memikirkannya,
pembicara yang kelihatannya
meyakinkan,
atau karena kalian berpikir,
‘Petapa itu adalah guru kami’(²).
Tetapi setelah kalian mengetahui
sendiri,
‘ hal-hal ini adalah tidak
bermanfaat,
hal-hal ini dapat dicela;
hal-hal ini dihindari oleh para
bijaksana;
hal-hal ini, jika dilaksanakan dan
dipraktekkan,
akan menyebabkan kerugian dan
penderitaan’,
maka kalian
harusmeninggalkannya.”
Ini merupaka sutta buddha untuk suku
kalama yang merasa ragu untuk menerima
doktrin ajaran buddha untuk , dimana hal
ini menjadi landasan kepada mereka bahwa
untuk menerima doktrin baru itu tidak
mudah . Tapi merupakan suatu perluasan
cara berfikir dan analisa suatu ajaran
19. Maha satipathana sutta
Maha Satipatthana Sutta: Khotbah mengenai 4 macam
meditasi (mengenai badan jasmani, perasaan, pikiran
dan Dhamma) disertai penjelasan mengenai 4
Kesunyataan
20. Selama pencerahanNya
Selama pencerahanNya, Buddha menemukan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan ini. Ia menemukan tiga
kebenaran besar. Dia menjelaskan kebenaran-
kebenaran ini dengan cara sederhana sehingga semua
orang bisa memahaminya.
1. Tidak ada yang hilang di alam semesta
Materi berubah menjadi energi, energi berubah menjadi
materi
2. Semuanya Berubah
3. Hukum Sebab Akibat
21. MAKANAN TERAKHIR SANG
BHAGAVA
Cunda puta si pande besi mempersiapkan makanan yang
mewah, termasuk masakan khusus yang disebut
sukaramaddava (menurut Digha Nikaya Atthakatha,
sukaramaddava atau daging babi lunak adalah daging
seekor babi yang tidak terlalu muda atau terlalu tua,
namun yang tidak dibunuh khusus untuk-Nya
[pavattamamsa]; sebagian ahli menafsirkannya sebagai
beras lunak yang ditanak dengan lima macam makanan
olahan dari sapi; sementara sebagian ahli lainnya
mengatakan bahwa makanan tersebut adalah makanan
khusus yang dipersiapkan dengan ramuan tertentu yang
lezat dan sangat bergizi yang disebut rasayana).
22. MAKANAN TERAKHIR SANG
BHAGAVA
Ketika makanan dipersembahkan, Sang Bhagava meminta
Cunda untuk menghidangkan sukaramaddava kepada diri-
Nya semata, dan menghidangkan makanan lainnya bagi
Sangha bhikkhu. Seusai makan, Sang Bhagava meminta
Cunda untuk memendam sisa sukaramaddava itu di dalam
lubang karena Ia tidak melihat siapa pun yang mampu
mencernanya dengan baik. Namun, setelah makan, sejenis
disentri akut menyerang Sang Bhagava, dan menyebabkan
kucuran darah yang disertai rasa sakit yang amat menusuk.
Sang Bhagava menahan rasa sakit ini tanpa mengeluh dan
tetap berperhatian murni dengan pemahaman jernih.
Dengan menahan sakit, Sang Bhagava berkata, “Mari, kita
pergi ke Kusinara.”
23. DI BAWAH POHON SALA KEMBAR
Sang Bhagava memberikan petunjuk mengenai empat
tempat yang layak diziarahi oleh umat yang penuh
keyakinan dan yang akan menginspirasikan kebangkitan
spiritual dalam diri mereka. Tempat-tempat itu meliputi:
1. Lumbini, tempat kelahiran Tathagata.
2. Buddha Gaya, tempat Tathagata mencapai Pencerahan
Sempurna.
3. Taman Rusa di Isipatana dekat Baranasi (Benares),
tempat Tathagata memutar roda Dhamma pertama kali.
4. Kushinara, tempat Tathagata mencapai Parinibbana,
Pembebasan Akhir, terhentinya kelima gugus secara
penuh.
24. SABDA TERAKHIR
Sang Bhagava berkata kepada Bhikkhu Ananda:
“Ananda, engkau mungkin berpikir: ‘Bimbingan dan
Sang Guru tak ada lagi; sekarang kita tak lagi memiliki
guru.’ Namun, engkau tak seharusnya berpikir
demikian karena apa yang telah Saya ajarkan dan Saya
babarkan kepadamu sebagai Dhamma dan Vinaya
akan menjadi gurumu setelah Saya wafat.”