Dokumen tersebut membahas kontroversi mengenai bunga dan riba dalam pandangan ekonomi Syariah. Terdapat berbagai pendapat ulama tentang halal atau haramnya bunga, serta perbedaan antara riba dan bunga bank. Dokumen ini juga menjelaskan sejarah, definisi, dan jenis-jenis riba menurut pandangan Islam.
2. Suku Bunga
Suku bunga atau tingkat bunga biasanya memiliki peran
terbentuknya harga yang terdapat di pasar uang dan modal.
Tingkat bunga memiliki fungsi alokatif dalam perekonomian
khususnya dalam penggunaan uang atau modal.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
3. Lanjutan.........
Bunga merupakan tanggungan pada pinjaman uang, yang
biasanya dinyatakan dengan persentase dari uang yang
dipinjamkan.
Bunga merupakan sejumlah uang yang harus dibayar atau
dikalkulasikan untuk penggunaan modal.
Jumlah bunga biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase
dengan sejumlah pinjaman atau modal tertentu. Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
4. Permasalahan Pokok Perekonomian
Pertama, berapa banyak faktor produksi yang harus
digunakan/dialokasikan untuk menghasilkan beberapa barang yang
berbeda pada waktu/saat yang bersamaan
Kedua, masalah alokasi penggunaan faktor produksi untuk
menghasilkan barang yang akan digunakan sekarang atau di kemudian
hari
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
7. Sejarah Riba
Bagi agama non islam terutama bagi orang – orang Yahudi, mereka juga mengenal apa
yang disebut dengan riba.
Salah satu perbedaan pengetian dengan para kaum muslim adalah, orang Yahudi
melarang Riba hanya pada golongan kaum Yahudi/ sesama, kemudian meraka
menghalalkan riba jika dilakukan kepada bukan orang Yahudi
Riba itu sendiri sebenarnya sudah ada pada zaman Nabi Musa setelah beliau berhasil
membebaskan perbudakaan dari Fir’aun
Pada masa itu mulai ada praktik – praktik riba’ dikarenakan hidup meraka yang penuh
kesenangan dan akhirnya mengalami kejatuhan pada masa Nabi Isa Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
8. Bangsa Yahudi merupakan bangsa dimana mereka memiliki reputasi yang
sangat bagus tentang bisnis pembungaan uang baik itu terdapat pada lembaga
perbankan atau lembga non perbankan.
Sedangkan pada umat nasrani telah terpampang jelas bahwa mereka
mengharamkan riba bagi semua orang tanpa terkecuali tanpa membedakan
agama.
Yang menjadikan riba dewasa ini mulai mendapatkan perlakuan yang berbeda
ketika para kaum periba berusaha menghalalkan riba dengan motif haruslah
ada biaya administrasi dan organisasi dalam setiap transaksi ekonomi.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
9. Larangan Riba
Salah satu sumber penting peningkatan kekayaan yang tidak diperbolehkan adalah
menerima keuntungan moneter dalam sebuah transaksi bisnis tanpa memberikan
suatu imbalan yang setimpal yang adil
Larangan riba yang diturunkan dalam Al-Quran tidak serta merta dengan nada yang
mendoktrin, kaku dan cenderung otoriter akan tetapi dengan bahasa yang halus,
santun dan mudah dimengerti tanpa mengurangi esensi dari pengetian riba itu
sendiri.
Pertama, diturunkannya surat (Ar’Ruum : 39) menyatakan bahwa bunga akan
menjauhkan keberkahan Allah dalam kekayaan, sedangkan sedekah akan
meningkatkannya keberkahan atas kekayaan yang dimiliki Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
10. Kedua (An-Nisa: 161), mulai berisi mengutuk dengan keras praktik riba’, seirama dengan
larangannya pada kitab – kitab terdahulu. Dalam hal ini Allah mensejajarkan orang yang
mengambil riba sama dengan mereka yang mengambil kekyaan orang lain dengan cara
tidak benar dan Allah mengancam dengan siksa yang pedih
Ketiga (Ali-Imran : 275 – 281); kaum muslimin jika menginginkan kesejahteraan maka
mereka harus menjauhi riba’
Keempat (Al-Baqarah : 275 – 281); dalam hal ini mengutuk keras riba’, menegaskan
perbedaan yang jelas antara perniagaan dan riba dan menuntut kaum muslimin agar
menghapuskan seluruh utang piutang yang mengandung riba, menyerukan meraka agar
mengambil pokoknya saja, dan mengikhlaskan kepada peminjam yang mengalami
kesulitan.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
11. Riba
Selama ini hampir setiap manusia mengatakan bahwa, ketika berbicara mengenai
riba maka tidak akan lepas dari pandangan ekonomi islam.
Akan tetapi sebenarnya ketika berbicara riba bukan hanya umat Islam saja yang
melarang akan tetapi non muslim dalam hal ini dunia Kristen pun melarang apa
yang dimaksud dengan riba.
Riba itu sendiri semakin menyebar ke berbagai negara dan penyebarannya sulit
sekali diberantas sehingga pemerintah biasa melakukan pembatasan dan
pengaturan tentang pembungaan uang. Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
12. Arti Riba’
Riba secara literal berarti bertambah, berkembang atau tumbuh.
Akan tetapi tidak semua penambahan atau pertumbuhan itu dilarang oleh
Islam.
Menurut pengertian syariah, riba secara teknis mengacu kepada pembayaran
premi yang harus dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman
disamping pengembalian pokok sebagai syarat pinjaman atau perpanjangan
jatuh tempo.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
13. RibaTambahan terhadap modal uang yang timbul akibat transaksi utang piutang
yang harus diberikan terutang kepa pemilik uang pada saat utang jatuh
tempo
Riba ini berlangsung begitu pesat dikalangan Yahudi dan juga berlangsung
juga di Arab sebelum datangnya agama Islam.
Pada zaman dulu ditetapkan riba oleh kaum masyarakat Barat dikarenakan
belum mapannya kondisi pasar keuangan sehingga penguasa harus
menetapkan suatu tingkat bunga yang dianggapnya wajar
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
14. Hal yang Menjadi Diskusi dan Dipertentangkan
Riba dewasa ini dipertentangkan pengertiannya dengan zakat.
Riba dikatakan tidak menambah sesuatu nilai tambah dalam pandangan
Allah.
Dalam pandangan konvensional dikatakan dalam dunia riil, riba akan
menambah nilai pada kekayaan seseorang.
Zakat yang diberikan kepada orang lain secara teori hanya mampu
memberikan tambahan amalan/ paha seseorang akan tetapi akan
mengurangi harta seorang pemberi zakat Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
15. Tahapan Ekonomi Moneter Islam
Teori – teori keuangan moneter dalam Islam tidak kaku seperti yang selama
ini dikabarkan, dalam hal riba untuk mengatakan riba tersebut haram
terdapat tiga tahapan;
1. Transaksi jual beli itu tidak sama dengan riba
2. Perdagangan diperbolehkan, sedangkan riba itu diharamkan
3. Mereka yang mendengarkan ayat larangan riba, segera harus berhemti,
tanpa mengembalikan riba yang telah ditarik Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
16. Macam – Macam Riba dan Hukumnya
Riba Fadl, adalah riba yang berlaku pada jual beli yang didefinisikan oleh para
ulama fiqh dengan “kelebihan pada salah satu harta sejenis yang
diperjualbelikan dengan ukuran syarak”.
Syarak adalah timbangan atau ukuran tertentu.
Riba fadl, biasanya lebih sering terjadi pada perdagangan yang sifatnya barter.
Contohnya, satu kilogram beras dijual dengan seperempat kilogram.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
17. Riba Fadl
Riba yang dilibatkan pada transaksi pembelian dari tangan ke tangan dan
penjualan komoditas.
Terdapat enam komoditas yang termasuk dalam golongan riba fadl yaitu; emas,
perak, gandum, jelai, kurma, garam.
Emas dan perak merupakan komoditas yang dapat mewakili uang pada saat itu
Sedangkan empat lainnya merupakan barang kebutuhan pokok, dapat dimakan,
tahan lama dimana dapat menimbulkan riba’ dan biasanya pada zaman dahulu
keempat komoditas ini digunakan sebagai pengganti uang
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
18. Riba Nasi’ah
Istilah nasi’ah berasal dari arti menunda, menangguhkan atau
menunggu dan mengacu kepada waktu yang diberikan bagi pengutang
untuk membayar kembali utang dengan memberikan tambahan atau
premi.
Larangan riba nasi’ah mengandung implikasi bahwa penetapan suatu
keuntungan positif di depan pada suatu pinjaman sebagai imbalan
karena menunggu, menurut syariah tidak diperbolehkan.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
19. Apabila waktu jatuh tempo sudah tiba, ternyata orang yang berutang tidak
sanggup membayar utang dan kelebihannya, maka waktunya bisa diperpanjang
dan jumlah utang bertambah pula.
Pelarangan riba’ an-nasi’ah mempunyai pengertian bahwa penetapan
keuntungan positif atas uang yang harus dikembalikan dari suatu pinjaman
sebagai imbalan karena menanti, pada dasaranya tidak diizinkan oleh syari’ah
Menurut syariah, waktu tunggu selama pembayaran kembali pinjaman tidak
dengan sendirinya memberikan justifikasi atas keuntungan positif yang
dimaksud
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
20. Riba, Bunga dan Bank
Perkembangan riba’ menuju bunga tidak terelepas dari perkembangan
lembaga keuangan khususnya perbankan
Timbulnya lembaga keuangan tidak lain karena kebutuhan modal untuk
membiayai industri dan perdagangan, dimana biasanya modal didapat
dari para pedagang.
Pelopor dari pendiri bank adalah kaum Yahudi yang kemudian diikuti
oleh orang – orang pribumi Italia.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
21. Kebutuhan modal
bagi pengembangan
usaha
Muncullah bank sebagai
lembaga keuangan bagi
yang membutuhkan kredit
Pada awalnya kredit hanya untuk keperluan
usaha, akan tetapi kemudian bank
mendifersifikasikan menjadi kredit konsumsi,
produksi, perdagangan
Untuk kredit konsumsi
biasaya perbankan mau
memberikan kredit ketika
terdapat jaminan
Pada akhirnya sebenarnya yang
menjadi sasaran pihak
perbankan adalah orang – orang
kaya bukan orang – orang miskin
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
22. Bank harus
mengenakan ongkos
kepada peminjam, dan
harus membayar
ongkos kepada nasabah
Hal tersebut biasa
disebut dengan modal
murni, yaitu tingkat
bunga nominal
dikurangi beberapa
biaya ongkos
Biaya – biaya ongkos ini
biasa langsung
dibebeankan
seluruhnya kepada para
debitur/ peminjam
Tujuan dikenakannya
ongkos oleh perbankan
tidak lain dalam rangka
menjaga amanat dari
pemilik modal
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
23. Beban dan Resiko Meminjam dan Menyimpan
Uang di Perbankan
Pertama, akan kehilangan kesempatan memanfaatkan uangnya, baik
untuk keperluan usaha maupun konsumsi.
Kedua, nilai uang bisa turun, apalagi jika terjaadi inflasi ataupun
aktifitas ekonomi ekonomi lainnya yang mengakibatkan nilai uang
berfluktuasi tidak menentu.
Ketiga, pemilik uang juga menanggung resiko uang tidak kembali.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
24. Pendapat dan Tanggapan Tentang Bunga Bank
Tidak Sama Dengan Riba
Pendapat Imam Akbar Syekh Mahmud Syaltut adalah “pinjaman
berbunga diperbolehkan bila sangat dibutuhkan”
Fatwa ini muncul ketika beliau ditanya tentang kredit yang berbunga
dan kredit suatu negara dari negara lain atau perorarangan. Juga
ditanya mengenai saham dan surat – surat berharga
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
25. Pendapat Syeh Rasyid Ridla, bahwa beliau membenarkan kaum muslimin mengambil
hasil bunga dari penduduk negeri yang kafir terutama dari golongan kafir harbi, yang
mana kafir harbi adalah seseorang yang membahayakan kaum muslim.
Terdapat pendapat bahwa “tidak termasuk dalam pengertian riba, jika seseorang
memberikan kepada orang lain harta (uang) untuk diinvestasikan sambil menetapkan
kadar tertentu (persentase) baginya dari hasil usaha tersebut, karena dianggap
menguntungkan bagi pemilik dan peminjam harta
Sedangkan riba yang diharamkan yang merugikan salah seorang tanpa sebab, kecuali
keterpaksaannya, serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha, kecuali melalui
penganiayaan dan ketamaan.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
26. Beberapa Pendapat Ulama Tentang Suku Bunga
1. Dalam keadaan – keadaan darurat bunga halal hukumnya.
2. Hanya bunga yang berlipat ganda saja yang dilarang, adapun suku bunga yang
“wajar” dan tidak mendhalimi diperkenankan.
3. Lembaga keuangan bank, demikian juga lembaga keuangan non bank sebagai
lembaga hukum.
4. Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan bunga dilarang, adapun
yang produktif tidak demikian.
5. Bunga diberikan sebagai ganti rugi atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari pengelolaan dana tersebut. Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
27. 6. Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang – barang lainnya
sehingga dapat disewakan atau diambil upah atas pengunaannya.
7. Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang mengakibatkan
menyusutnya nilai uang atau daya beli uang itu.
8. Jumlah uang pada masa kini mempunyai nilai yang lebih tinggi dari jumlah
yang sama pada suatu masa nanti, oleh karena itu bunga diberikan untuk
mengimbangi penurunan nilai atau daya beli beli uang
9. Bunga diberikan sebagai imbalan atas pengorbanan tidak/ berpantang
menggunakan pendapatan yang diperoleh.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
28. Pendapat 1 -3 meruapakan pendapat ulama islam yang mereka putus
asa akan kemungkinan dapat dioperasionalkannya secara murni bank
syariah di Indonesia
Kebanyakan ulama khawatir apabila umat islam menjauhi bank
keadaan ekonomi mereka tidak akan semakin bertambah maju.
Sedangkan pendapat 4 - 9 sebenarnya merupakan pendapat ahli
ekonomi barat yang belum mengetahui tentag berita bahwa imbalan
bunga dapat diganti dengan agi hasil yang lebih adil
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
29. Bagimana Penetapan Bunga Bank yang
Terdapat di Lembaga Keuangan Indonesia?
Fatwa Majelis Ekonomi Muhammadiyah menyatakan bahwa bunga bank
yang ditetapkan di bank – bank pemerintah tidak termasuk riba.
Fatwa tersebut mempunyai alasan bahwa penetepan suku bunga di bank
pemerintah, biasanya telah disepkati oleh para wakil rakyat.
Akan tetapi biasanya lembaga keuangan yang bukan milik pemerintah
biasanya menerapakan bunga yang semakin tinggi, yang pada akhirnya dapat
menyengsarakan debitur maka penetapan bunga ini yang termasuk riba.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
30. Penerapan Sistem Bunga Pada Bank Konvensional
• Tingkat suku bunga dikatakan menarik apabila:
1. Lebih tinggi dari tingkat inflasi, karena pada tingkat bunga yang rendah, dana yang
disimpan nilainya akan habis dikikis inflasi.
2. Lebih tinggi dari bunga riil di luar negeri karena pada tingkat bunga yang rendah
dengan dianutnya sistem devisa bebas, dana – dana besar akan lebih
menguntungkan untuk disimpan di luar negeri.
3. Lebih bersaing di dalam negeri, karena penyimpan dana akan memilih bank yang
paling tinggi menawarkan tingkat bunga simpanannya dan memberikan berbagai
jenis hadiah Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam
31. Penyebab Sistem Bunga yang Selalu Disamakan
Dengan Riba
1. Mengakumulasikan dana untuk keuntungannya sendiri.
2. Bunga adalah konsep biaya yang digeserkan kepada penanggung
berikutnya.
3. Menyalurkan hanya kepada mereka yang mampu.
4. Penanggung terakhir adalah masyarakat.
5. Meng-nonaktifkan kebijakan stabilitas ekonomi dan investasi.
6. Terjadi kesenjangan yang tidak akan ada habisnya.
Ekonomi Syariah
Fakultas Agama Islam