1. http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-penalaran-induktif/
Kemampuan Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu proses berfikir berupa penarikan kesimpulan yang bersifat umum
(berlaku untuk semua/ banyak) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal khusus (fakta). Artinya
dari fakta-fakta yang diperoleh kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Penalaran induktif dapat
dilakukan secara terbatas dengan mencoba-coba. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran
induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus khusus menjadi kesimpulan yang
bersifat umum.
Penarikan kesimpulan dari suatu penalaran induktif tidak dapat dijadikan bukti. Ini dikarenakan
kesimpulan yang diperoleh, ditarik dari pemeriksaan beberapa contoh kasus khusus yang benar,
tetapi belum tentu berlaku benar untuk semua kasus. Kesimpulan tersebut boleh jadi valid (syah)
pada contoh yang diperiksa, tetapi bisa jadi tidak dapat diterapkan pada seluruh kasus. Untuk
membuktikannya berlaku dalam setiap kasus, maka harus dilakukan proses pembuktian secara
deduksi.
Penalaran induktif berperan penting dalam perkembangan matematika. Banyak penemuan konsep
matematika berawal dari penarikan kesimpulan dengan menerapkan penalaran induktif. Selain itu
penalaran induktif banyak dijadikan sebagai pijakan untuk mendapatkan konsep matematika.
Dengan kata lain penalaran secara induktif dapat menggiring siswa menemukan pola berpikir
deduktif. Misalnya melalui suatu permainan atau melakukan sesuatu secara terbatas dengan
mencoba-coba, contohnya pada permainan Menara Hanoi.
Pembelajaran matematika berpikir induktif masih sangat diperlukan penggunaannya dalam
pembelajaran matematika. Pola pikir induktif dapat membantu siswa menuju pola berpikir
deduktif. Misalnya siswa diminta membuktikan bahwa dua bilangan ganjil jika ditambahkan
hasilnya adalah bilangan genap. Siswa membuktikannya dengan menggunakan kasus khusus: 3 +
5 = 8; 3 + 7 = 10; dan 5 + 7 = 12, lalu siswa mengambil kesimpulan sementara bahwa benar
jumlah dua bilangan ganjil adalah genap. Setelah itu tugas guru adalah mengarahkan siswa
kepada pembuktian deduktif, dengan pengalamannya menggunakan contoh khusus, siswa akan
sampai pada pola pikir deduktif dengan memisalkan bilangan ganjil sebagai (2n + 1).
Kesimpulan yang ditarik secara induktif tidak selalu dapat dibuktikan secara deduktif.
Kesimpulan yang demikian dinamakan suatu konjektur. Konjektur adalah suatu tebakan,
penyimpulan, teori atau dugaan yang didasarkan pada fakta yang tak tertentu atau tak lengkap.
Penalaran induktif terdiri dari terdiri dari tiga jenis yaitu: generalisasi, analogi dan hubungan
kausal (sebab akibat). Penalaran induktif juga melibatkan persepsi tentang keteraturan.
Keteraturan itu terlihat misalnya dalam menarik kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat
khusus kemudian menemukan pola/ aturan yang melandasinya atau dalam mendapatkan
kesamaan/ keserupaan dari contoh-contoh yang berbeda. Dalam matematika, menarik kesimpulan
dari kasus-kasus yang bersifat khusus dan mendapatkan kesamaan/ keserupaan dari contoh-
contoh yang berbeda dapat menjadi dasar dalam rangka pembentukan konsep. Proses penalaran
dengan mengaitkan konsep yang serupa dinamakan analogi matematis, sedangkan menarik
kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus dinamakan generalisasi matematis.
Penalaran induktif yang dikaji dalam penelitian ini adalah penalaran analogidan penalaran
generalisasi. Penalaran analogi merupakan kegiatan dan proses menyimpulkan berdasarkan
kesamaan data atau fakta, sedangkan penalaran generalisasi merupakan penarikan kesimpulan
umum dari data atau fakta-fakta yang diberikan atau yang ada. Shurter dan Pierce menyatakan
bahwa analogi induktif adalah penalaran dari satu hal tertentu kepada satu hal lain yang serupa
kemudian menyimpulkannya. Copi et al. dan Soekadijo menyatakan bahwa generalisasi induktif
yaitu proses penalaran memperoleh kesimpulan umum berdasarkan data empiris.
DAFTAR PUSTAKA
Sukadijo, G.R. (1999). Logika Dasar Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia