SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
CINTA DATANG TEPAT WAKTU
Karya : HENI HANDAYANI
Sinar mentari hangat menyapa pagiku. Rasanya begitu hangat
hingga enggan aku beranjak dari tempat tidurku. Ingin rasanya aku
melanjutkan perjalanan di alam bawah sadarku. Namun, semua itu sirna
ketika ku dengar ibu membuka pintu kamarku. Memang pintu kamarku
sudah reot, jadi ketika dipegang sedikit saja pastilah terdengar bunyi seperti
singa mengaum. Bahkan tak hanya pintu kamarku saja yang demikian.
Semua pintu yang ada di rumahku juga menimbulkan bunyi yang sama.
Maklumlah rumahku memang sudah uzur. Tapi, itu semua tak mengubah
kebahagiaan dalam keluarga kecilku itu. Kami tinggal berempat, ayah, ibu,
aku, dan adik perempuanku. Itu jika ayahku di rumah. Ayahku bekerja
sebagai penjual es cendol keliling di ibu kota. Itu semua beliau lakukan
untuk menunjang ekonomi keluarga kami yang pas-pasan. Maklumlah
ibuku hanya bekerja sebagai buruh cuci. Jadi, dapat dipastikan gaji ibu tak
mungkin cukup untuk membiayai kuliahku dan sekolah adikku. Apalagi
tahun ini adikku akan melanjutkan pendidikannya di bangku SMP. Itu
akan menambah pengeluaran keluarga kami. Tentunya orang tuaku ingin
adikku sekolah di SMP favorit, tempatku sekolah dulu. Adikku memang
cukup pintar. Namun, untuk bersekolah disitu tentu biaya yang
dikeluarkan tak sedikit. Oleh karena itulah orang tuaku membanting tulang
untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Ingin rasanya aku membantu
mereka, tetapi mereka melarangku. Mereka beralasan aku akan sakit jika
terlalu banyak kegiatan. Jadi, sebaiknya aku berkonsentrasi pada kuliaku
dahulu. Memang kondisi fisikku mudah melemah. Jika banyak tugas yang
harus aku selesaikan dan kurang istirahat aku akan mudah sekali sakit.
Tapi, aku juga tak tega jika harus membebankan semua biaya kuliahku pada
mereka.
Jika ku pandangi kondisi rumahku sekarang rasanya aku putus asa
untuk melanjutkan kuliah. Bagaimana tidak ? Rumahku kini masih
beralaskan tanah di saat rumah-rumah lain telah beralaskan keramik
dengan megahnya. Kadang aku iba dengan adikku. Aku tahu dia malu
mengajak teman-temannya berkunjung ke rumah kami. Teman-temannya
memang tergolong anak orang berada. Jadi, mungkin itulah alasannya
adikku tak pernah mengajak temannya untuk sekedar bermain ke rumah
kami. Aku mengerti benar yang tengah ia rasakan. Apalagi kini ia
mengajak remaja. Selayaknyya remaja lain pasti ingin membanggakan apa
saja yang ia miliki, walaupun itu milik orang tua. Namun, orang tuaku tak
punya apa-apa. Jadi, menurut adikku tak ada yang bisa ia banggakan.
Kadang sempata aku kesal dengan sikap adikki yang selalu memaksa
ketika menginginkan sesuatu. Sering aku marah padanya. Namun,
biasanya setelah itu aku menyesali kata-kataku. Dia adikku satu-satunya,
itu artinya hanya dia saudaraku. Jadi, yang bisa kulakukan sekarang
hanyalah menghemat pengeluaran kuliahku agar orang tuaku tak semakin
terbebani.
Sekarang tengah liburan semester. Jadi ku habiskan waktuku untuk
bercengkerama dengan keluargaku di kampung halamanku. Maklumlah,
saa-saat ini memang tak dapat aku nikmati ketika perkuliahan sudah aktif.
Hari-hariku akan ku habiskan di rumah keduaku yaitu di tempat kost.
Walaupun letaknya tak jauh dari tempat tinggalku, tetapi aku jarang
pulang. Hal ini aku lakukan karena mengingat biaya transport yang
nantinya akan ku keluarkan. Jadi,kuputuskan untuk pulang sebulan sekali
walaupun rindu akan kampung halaman kian mendera jiwaku.
Ku lihat ibu tengah berdiri di samping tempat tidurku ketika ku buka
mataku.
“Jam berapa Bu ?” tanyaku sambil bermalas-malasan
“Sudahh jam 8 Nak. Cepatlah bangun Nak.” Katanya sembari melipat
selimutku.
“Nuri sudah berangkat Bu ?” tanyaku lagi
“Ya sudah to Nduk. Apalagi hari ini kan dia ujian praktik.” jawab ibu.
“Lho sudah ujian praktik Bu ?” tanyaku memastikan.
“Kamu ini sepertinya terlalu sibuk dengan tugas kuliahmu ya Nduk.
Sampai-sampai lupa kalau adikmu sebentar lagi akan masuk SMP.” Jawab
ibuku sambil menyodorkan sepucuk surat berwarna pink padaku.
“Apa ini Bu ?” tanyaku tak mengerti.
“Undangan Nduk. Tadi Zulfa kemari, katanya kamu disuruh datang ke
resepsi pernikannya. Coba diibuka dulu to. Ya sudahlah, Ibu ke rumah Bu
Yanti dulu ya. Cuciannya sudah banyak.” Pamit ibu.
“Iya Bu.” Jawabku sambil mencium telapak tanga ibuku.
Ku buka plastic pembungkus undangan itu. Dari sampulnya
sepertinya apa yang disampaikan ibu tadi benar. Terdapat foto Zulfa dan
seorang lelaki setengah baya tengah berpose mesra, dan dapat dipastikan
dialah calon suami Zulfa. Ingin rasanya aku tak melanjutkan untuk
membuka undangan itu karena sudah bisa ditebak isinya. Tapi, aku
penasaran juga kapan resepsinya akan digelar. Setelah ku baca perlahan,
ternyata acaranya akan diadakan tanggal 1 Juli. Waduh….itukan tanggal
sidang skripsiku. Dan dapat ku pastikan bbahwa aku tak mungkin dapat
menghadiri acara itu. Tentunya aku akan lebih mementingkan sidangku.
Aku yakin Zulfa dapat mengerti keadaanku.
Semua yang aku pikirkan ternyata jauh dari kenyataan yang ada.
Ternyata Zulfa tak mau tahu akan alasan yang ku sampaikan. Ia
menganggapku tak setia kawan. Bahkan tak hanya Zulfa yang
berpandangan demikian, Tyas dan Ima ( teman akrabku ) pun mengatakan
demikian. Semua teman yang aku kenal seakan mengiyakan pandangan
yang mereka lontarkan. Tapi, aku hanya bisa pasrah. Terserah mereka
memandangku seperti apa. Aku tak pernah menyesali apa yang telah aku
lakukan. Keputusan yang aku ambil bukanlah tanpa pertimbangan yang
matang. Salah satu alasan yang terkuat untuk tidak menghadiri acara itu
adalah sidang skripsiku itu. Namun, ada alasan lain yang tak mungkin
aku ungkapkan pada mereka. Sebenarnya ku rindu untuk bercengkerama
dengan mereka layaknya 4 tahun yang lalu. Namun, pandangan mereka
terhadapku tak dapat ku hapus begitu saja. Pernah beberapa kali mereka tak
menganggapku sebagai teman karena aku hampir tak melanjutkan
pendidikanku ke jenjang perguruan tinggi. Tak satu pun dari mereka dapat
ku hubungi. Baru setelah mereka mendengar aku ternyata kuliah, mereka
menghibungiku satu persatu melalui akun pribadiku. Itu sangat
menyakitkan bagiku. Tak hanya itu saja alasanku. Di acara itu pastinya
mereka akan memamerkan kemesraan dengan pasangan masiing-masing.
Dan setelah itu mereka akan bertanya “Kamu kapan nyusul ?”. pertanyaan
klise yang sungguh menbuat telingaku panas. Usiaku kini baru 22 tahun.
Apa salahnya usia segitu tapi belum menikah ? Di luar sana juga banyak
kan. Ah memikirkan hal demikian membuatku semakin tak enak makan
saja.
Satu-satunya hal yang membuatku bahagia adalah kini aku telah
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan nilai yang memuaskan.
Setelah diwisuda, aku mencoba untuk melamar pekerjaan ke sekolah-sekolah
di daerahku dulu. Namun, keberhasilan memang butuhh waktu. Seharian
aku berkeliling dengan motor antikku belum juga ada sekolah yang mau
menerimaku. Namun, aku tak putus asa. Aku ingat kata dosenku bahwa
konselor tak hanya diperlukan di sekolah saja, tetapi juga di instansi
nonpendidikan. Berbekal saran dosenku itu, akhirnya aku nekad melamar
ke salahh satu rumah sakit milik pemerintah. Sepertinya memang mereka
belum terlalu mengenal akan profesiku. Namun, perlahan-lahan ku jelaskan
mengenai tugas dari profesi konselor. Sedikit demi sedikit mereka mengerti.
Dan akhirnya mereka memberiku kesempatan untuk bekerja disana. Namun,
ada syarat tertentu yang harus ku penuhi. Aku harus melanjutkan
pendidikanku ke jenjang S 2. Benar-benar syarat yang sulit. Darimana aku
mendapat biayanya.
Tiap malam aku memutar otak untuk mendapatkan biaya guna
melanjutkan pendidikanku. Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba-
coba jalur beasiswa di salah sattu perguruan tinggi negeri. Sempat aku
pesimis menunggu hasil seleksi itu. Namun, kabar itu membuat pandangan
itu sirna. Aku diterima untuk melanjutkan pendidikanku ke jenjang S 2.
Kini waktuku semakin tersita untuk kuliah dan bekerja. Ini mebuatku
semakin tak semmpatt uuntuk memikirkan tentang lelaki dulu. Untung
saja orang tuaku dapat mengerti keadaanku. Mereka tak pernah mendesakku
untuk segera menikah.
Dua tahun berlalu kini aku diwisuda dan mendapat gelar M.Si. tak
hanya sampai disitu, akupun berniat mengambil pendidikan profesi selama
satu tahun. Dan beruntungnya diriku, orang tuaku mengizinkan. Satu
tahun tampaknya waktu yang sangat singkat hingga tak terasa kini
titelku bertambah lagi. Dengan gelar yang aku miliki sekarang pangkatku
di tempat kerja pun naik. Kini aku menjabat sebagai kepala konselor. Tak
hanya itu saja, dengan kemampuan public speaking yang ku miliki,
panggilan uuntuk menjadi motivator di berbagai perusahaanpun kian
mengalir. Dengan pengahsilan yang aku dapat kini aku dapat
menghadiahkan sepetak sawah untuk kedua orang tuaku. Rumahku pun
kini telah menjadi rumah yang layak huni. Aku sungguh bahagia melihat
ibuku yang kini tak lagi mengais rejeki di rumah orang dan ayahku yang
harus mendorong gerobak cendolnya. Kini kegiatan mereka sehari-hari
cukup mengurus sawah yang menjadi milik mereka dan beberapa hewan
ternak yang mereka miliki. sepertinya itu mebuatku tenang karena
InsyaAllah itu semua akan cukup untuk mmembiayai pendidikan adk
semata wayangku.
Saat semua yang aku impikan telah tercapai, kini aku mulai berpikir
untuuk mengarungi kehidupanku dengan seorang pria. Hingga pada suatu
hari aku bertemu dengan pasienku. Dia seorang wanita setengah baya.
Sebenarnya sakit yang ia derita bukanlah penyakit yang kronis. Namun,
karena beban psikologis yang ia pikul dianggapnya berat, jadi ia tak
kunjung sembuh. Intensitas pertemuanku dengan beliau sangat sering.
Bahkann tak jarang ia berkunjung ke ruanganku. Ia juga tak segan
menceritakn tentang keluarganya. Hingga pada akhirnya ia menanyakan
kesiapanku untuk menikah dengan kemenakannya. Aku tak tahu harus
menjawab apa. Tapi, mengingat usiaku yang semakin hari kian bertambah,
akhirnya kuputuskan untuk mennerima walapun aku tak tahu siapa yang
menikahiku. Tapi aku yakin dia orang baik karena akuu sudah cukup
mengenal keluarrga pasienku itu.
Suatu hari aku dipertemukan dengan sosok pria yang akan
menikahiku. Dia benar-benar menawan hatiku. Tak pernah ku sangka sosok
inilah yang akan menjadi pendampingku. Ku akui dia memang tampan,
ggagah, serta berwibawa. Pekerjaannyapun cukup menjanjikan. Kini ia
bekerja sebagai jaksa di pengadiilan nnegeri. Sungguh beruntung orang
yang memilikinya, dan orang itu adalah aku. Selang beberapa minggu
setelah itu, kami menikah. Pesta pernikahan kami digelar dengan
sederhhana. Awalnya dia Mas Restu ingin pesta yang megah. Namun, aku
tak sependapat dengannya. Aku tahu benar kebutuhanku setelah menikah
nanti. Jadi, ku minta padanya supaya biaya itu lebiih baik ditabung saja.
Perkawinan kami semakin lengkap ketika aku melahirkan anak
pertama kami yang ternyata lahir kembar. Kami sepakat memberi nama Fira
dan Fera pada buah hati kami. Aku semakin mencintai keluarga kecilku ini.
Namun, aku juga tak meluupakan kelurga yang ttelah membersarkanku.
Ya, ayah, ibu, dan Nuri. Kini mereka dappat meresakan kebahagiaan.
Nuripun kini telah tumbuh menjadi sosok gadis yang tengah menempuh
jenjang S1nya di salah satu perguruan tinggi negeri.
Tuhan, terima kasih akan nikmatmu ini. Aku yakin hidupku akan
menemui bahagia layaknya sinetron yang akan menuju ke titik
antiklimaksnya,hehe…….dan ternyata cintaku datang di saat yang tepat.
Cintaku datang tepat di waktu aku tengah mendambanya.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Cinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhir
 
Toga i'm coming
Toga i'm comingToga i'm coming
Toga i'm coming
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
173533428 cerpen
173533428 cerpen173533428 cerpen
173533428 cerpen
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Kelompok borobudur
Kelompok  borobudurKelompok  borobudur
Kelompok borobudur
 
Cerita pendek (cerpen)
Cerita pendek (cerpen)Cerita pendek (cerpen)
Cerita pendek (cerpen)
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Untukmu_aku_ada
  Untukmu_aku_ada  Untukmu_aku_ada
Untukmu_aku_ada
 
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
 
Aku hanya guru lesmu
Aku hanya guru lesmuAku hanya guru lesmu
Aku hanya guru lesmu
 
Kado buat elisa
Kado buat elisaKado buat elisa
Kado buat elisa
 
Alinalisis cerpen
Alinalisis cerpenAlinalisis cerpen
Alinalisis cerpen
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
Belum ada judul
Belum ada judulBelum ada judul
Belum ada judul
 

Similar to Cinta datang tepat waktu

Presentation1 ( cerpen , novel, roman)
Presentation1 ( cerpen , novel,  roman) Presentation1 ( cerpen , novel,  roman)
Presentation1 ( cerpen , novel, roman) Ardabellaviescha
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibujefkenzie
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiTito Aloysius
 
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1ENDAHSANTOSO
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuAgnes Ervinda Ginting
 
Kado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaKado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaReza Mahendra
 
Penantian ibu saat 21 mei 2006 (iqbal latief)
Penantian ibu saat 21 mei 2006 (iqbal latief)Penantian ibu saat 21 mei 2006 (iqbal latief)
Penantian ibu saat 21 mei 2006 (iqbal latief)Arvinoor Siregar SH MH
 
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasicerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasiHendryPutrihijau
 
Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Shika Nara
 
Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)Mungkin AndaKenal
 
Ruangan adila radio klasik nasional ini
Ruangan adila radio klasik nasional iniRuangan adila radio klasik nasional ini
Ruangan adila radio klasik nasional iniFaridah Daud
 

Similar to Cinta datang tepat waktu (20)

NOVEL ESTERRRR.ppt
NOVEL ESTERRRR.pptNOVEL ESTERRRR.ppt
NOVEL ESTERRRR.ppt
 
Berhijab dalam hati
Berhijab dalam hatiBerhijab dalam hati
Berhijab dalam hati
 
Presentation1 ( cerpen , novel, roman)
Presentation1 ( cerpen , novel,  roman) Presentation1 ( cerpen , novel,  roman)
Presentation1 ( cerpen , novel, roman)
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
 
Asmanadia rembulandimataibu.
Asmanadia rembulandimataibu.Asmanadia rembulandimataibu.
Asmanadia rembulandimataibu.
 
Cerita versi ku
Cerita versi kuCerita versi ku
Cerita versi ku
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
 
Bahasa pdf small hway
Bahasa pdf small hwayBahasa pdf small hway
Bahasa pdf small hway
 
Kado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaKado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bunda
 
Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti
 
Penantian ibu saat 21 mei 2006 (iqbal latief)
Penantian ibu saat 21 mei 2006 (iqbal latief)Penantian ibu saat 21 mei 2006 (iqbal latief)
Penantian ibu saat 21 mei 2006 (iqbal latief)
 
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasicerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..
 
Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)
 
Adekecil
AdekecilAdekecil
Adekecil
 
Ruangan adila radio klasik nasional ini
Ruangan adila radio klasik nasional iniRuangan adila radio klasik nasional ini
Ruangan adila radio klasik nasional ini
 
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRizalAminulloh2
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 

Cinta datang tepat waktu

  • 1. CINTA DATANG TEPAT WAKTU Karya : HENI HANDAYANI Sinar mentari hangat menyapa pagiku. Rasanya begitu hangat hingga enggan aku beranjak dari tempat tidurku. Ingin rasanya aku melanjutkan perjalanan di alam bawah sadarku. Namun, semua itu sirna ketika ku dengar ibu membuka pintu kamarku. Memang pintu kamarku sudah reot, jadi ketika dipegang sedikit saja pastilah terdengar bunyi seperti singa mengaum. Bahkan tak hanya pintu kamarku saja yang demikian. Semua pintu yang ada di rumahku juga menimbulkan bunyi yang sama. Maklumlah rumahku memang sudah uzur. Tapi, itu semua tak mengubah kebahagiaan dalam keluarga kecilku itu. Kami tinggal berempat, ayah, ibu, aku, dan adik perempuanku. Itu jika ayahku di rumah. Ayahku bekerja sebagai penjual es cendol keliling di ibu kota. Itu semua beliau lakukan untuk menunjang ekonomi keluarga kami yang pas-pasan. Maklumlah ibuku hanya bekerja sebagai buruh cuci. Jadi, dapat dipastikan gaji ibu tak mungkin cukup untuk membiayai kuliahku dan sekolah adikku. Apalagi tahun ini adikku akan melanjutkan pendidikannya di bangku SMP. Itu akan menambah pengeluaran keluarga kami. Tentunya orang tuaku ingin adikku sekolah di SMP favorit, tempatku sekolah dulu. Adikku memang cukup pintar. Namun, untuk bersekolah disitu tentu biaya yang dikeluarkan tak sedikit. Oleh karena itulah orang tuaku membanting tulang untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Ingin rasanya aku membantu mereka, tetapi mereka melarangku. Mereka beralasan aku akan sakit jika terlalu banyak kegiatan. Jadi, sebaiknya aku berkonsentrasi pada kuliaku dahulu. Memang kondisi fisikku mudah melemah. Jika banyak tugas yang harus aku selesaikan dan kurang istirahat aku akan mudah sekali sakit.
  • 2. Tapi, aku juga tak tega jika harus membebankan semua biaya kuliahku pada mereka. Jika ku pandangi kondisi rumahku sekarang rasanya aku putus asa untuk melanjutkan kuliah. Bagaimana tidak ? Rumahku kini masih beralaskan tanah di saat rumah-rumah lain telah beralaskan keramik dengan megahnya. Kadang aku iba dengan adikku. Aku tahu dia malu mengajak teman-temannya berkunjung ke rumah kami. Teman-temannya memang tergolong anak orang berada. Jadi, mungkin itulah alasannya adikku tak pernah mengajak temannya untuk sekedar bermain ke rumah kami. Aku mengerti benar yang tengah ia rasakan. Apalagi kini ia mengajak remaja. Selayaknyya remaja lain pasti ingin membanggakan apa saja yang ia miliki, walaupun itu milik orang tua. Namun, orang tuaku tak punya apa-apa. Jadi, menurut adikku tak ada yang bisa ia banggakan. Kadang sempata aku kesal dengan sikap adikki yang selalu memaksa ketika menginginkan sesuatu. Sering aku marah padanya. Namun, biasanya setelah itu aku menyesali kata-kataku. Dia adikku satu-satunya, itu artinya hanya dia saudaraku. Jadi, yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menghemat pengeluaran kuliahku agar orang tuaku tak semakin terbebani. Sekarang tengah liburan semester. Jadi ku habiskan waktuku untuk bercengkerama dengan keluargaku di kampung halamanku. Maklumlah, saa-saat ini memang tak dapat aku nikmati ketika perkuliahan sudah aktif. Hari-hariku akan ku habiskan di rumah keduaku yaitu di tempat kost. Walaupun letaknya tak jauh dari tempat tinggalku, tetapi aku jarang pulang. Hal ini aku lakukan karena mengingat biaya transport yang nantinya akan ku keluarkan. Jadi,kuputuskan untuk pulang sebulan sekali walaupun rindu akan kampung halaman kian mendera jiwaku.
  • 3. Ku lihat ibu tengah berdiri di samping tempat tidurku ketika ku buka mataku. “Jam berapa Bu ?” tanyaku sambil bermalas-malasan “Sudahh jam 8 Nak. Cepatlah bangun Nak.” Katanya sembari melipat selimutku. “Nuri sudah berangkat Bu ?” tanyaku lagi “Ya sudah to Nduk. Apalagi hari ini kan dia ujian praktik.” jawab ibu. “Lho sudah ujian praktik Bu ?” tanyaku memastikan. “Kamu ini sepertinya terlalu sibuk dengan tugas kuliahmu ya Nduk. Sampai-sampai lupa kalau adikmu sebentar lagi akan masuk SMP.” Jawab ibuku sambil menyodorkan sepucuk surat berwarna pink padaku. “Apa ini Bu ?” tanyaku tak mengerti. “Undangan Nduk. Tadi Zulfa kemari, katanya kamu disuruh datang ke resepsi pernikannya. Coba diibuka dulu to. Ya sudahlah, Ibu ke rumah Bu Yanti dulu ya. Cuciannya sudah banyak.” Pamit ibu. “Iya Bu.” Jawabku sambil mencium telapak tanga ibuku. Ku buka plastic pembungkus undangan itu. Dari sampulnya sepertinya apa yang disampaikan ibu tadi benar. Terdapat foto Zulfa dan seorang lelaki setengah baya tengah berpose mesra, dan dapat dipastikan dialah calon suami Zulfa. Ingin rasanya aku tak melanjutkan untuk membuka undangan itu karena sudah bisa ditebak isinya. Tapi, aku penasaran juga kapan resepsinya akan digelar. Setelah ku baca perlahan, ternyata acaranya akan diadakan tanggal 1 Juli. Waduh….itukan tanggal sidang skripsiku. Dan dapat ku pastikan bbahwa aku tak mungkin dapat
  • 4. menghadiri acara itu. Tentunya aku akan lebih mementingkan sidangku. Aku yakin Zulfa dapat mengerti keadaanku. Semua yang aku pikirkan ternyata jauh dari kenyataan yang ada. Ternyata Zulfa tak mau tahu akan alasan yang ku sampaikan. Ia menganggapku tak setia kawan. Bahkan tak hanya Zulfa yang berpandangan demikian, Tyas dan Ima ( teman akrabku ) pun mengatakan demikian. Semua teman yang aku kenal seakan mengiyakan pandangan yang mereka lontarkan. Tapi, aku hanya bisa pasrah. Terserah mereka memandangku seperti apa. Aku tak pernah menyesali apa yang telah aku lakukan. Keputusan yang aku ambil bukanlah tanpa pertimbangan yang matang. Salah satu alasan yang terkuat untuk tidak menghadiri acara itu adalah sidang skripsiku itu. Namun, ada alasan lain yang tak mungkin aku ungkapkan pada mereka. Sebenarnya ku rindu untuk bercengkerama dengan mereka layaknya 4 tahun yang lalu. Namun, pandangan mereka terhadapku tak dapat ku hapus begitu saja. Pernah beberapa kali mereka tak menganggapku sebagai teman karena aku hampir tak melanjutkan pendidikanku ke jenjang perguruan tinggi. Tak satu pun dari mereka dapat ku hubungi. Baru setelah mereka mendengar aku ternyata kuliah, mereka menghibungiku satu persatu melalui akun pribadiku. Itu sangat menyakitkan bagiku. Tak hanya itu saja alasanku. Di acara itu pastinya mereka akan memamerkan kemesraan dengan pasangan masiing-masing. Dan setelah itu mereka akan bertanya “Kamu kapan nyusul ?”. pertanyaan klise yang sungguh menbuat telingaku panas. Usiaku kini baru 22 tahun. Apa salahnya usia segitu tapi belum menikah ? Di luar sana juga banyak kan. Ah memikirkan hal demikian membuatku semakin tak enak makan saja. Satu-satunya hal yang membuatku bahagia adalah kini aku telah mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan nilai yang memuaskan.
  • 5. Setelah diwisuda, aku mencoba untuk melamar pekerjaan ke sekolah-sekolah di daerahku dulu. Namun, keberhasilan memang butuhh waktu. Seharian aku berkeliling dengan motor antikku belum juga ada sekolah yang mau menerimaku. Namun, aku tak putus asa. Aku ingat kata dosenku bahwa konselor tak hanya diperlukan di sekolah saja, tetapi juga di instansi nonpendidikan. Berbekal saran dosenku itu, akhirnya aku nekad melamar ke salahh satu rumah sakit milik pemerintah. Sepertinya memang mereka belum terlalu mengenal akan profesiku. Namun, perlahan-lahan ku jelaskan mengenai tugas dari profesi konselor. Sedikit demi sedikit mereka mengerti. Dan akhirnya mereka memberiku kesempatan untuk bekerja disana. Namun, ada syarat tertentu yang harus ku penuhi. Aku harus melanjutkan pendidikanku ke jenjang S 2. Benar-benar syarat yang sulit. Darimana aku mendapat biayanya. Tiap malam aku memutar otak untuk mendapatkan biaya guna melanjutkan pendidikanku. Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba- coba jalur beasiswa di salah sattu perguruan tinggi negeri. Sempat aku pesimis menunggu hasil seleksi itu. Namun, kabar itu membuat pandangan itu sirna. Aku diterima untuk melanjutkan pendidikanku ke jenjang S 2. Kini waktuku semakin tersita untuk kuliah dan bekerja. Ini mebuatku semakin tak semmpatt uuntuk memikirkan tentang lelaki dulu. Untung saja orang tuaku dapat mengerti keadaanku. Mereka tak pernah mendesakku untuk segera menikah. Dua tahun berlalu kini aku diwisuda dan mendapat gelar M.Si. tak hanya sampai disitu, akupun berniat mengambil pendidikan profesi selama satu tahun. Dan beruntungnya diriku, orang tuaku mengizinkan. Satu tahun tampaknya waktu yang sangat singkat hingga tak terasa kini titelku bertambah lagi. Dengan gelar yang aku miliki sekarang pangkatku di tempat kerja pun naik. Kini aku menjabat sebagai kepala konselor. Tak
  • 6. hanya itu saja, dengan kemampuan public speaking yang ku miliki, panggilan uuntuk menjadi motivator di berbagai perusahaanpun kian mengalir. Dengan pengahsilan yang aku dapat kini aku dapat menghadiahkan sepetak sawah untuk kedua orang tuaku. Rumahku pun kini telah menjadi rumah yang layak huni. Aku sungguh bahagia melihat ibuku yang kini tak lagi mengais rejeki di rumah orang dan ayahku yang harus mendorong gerobak cendolnya. Kini kegiatan mereka sehari-hari cukup mengurus sawah yang menjadi milik mereka dan beberapa hewan ternak yang mereka miliki. sepertinya itu mebuatku tenang karena InsyaAllah itu semua akan cukup untuk mmembiayai pendidikan adk semata wayangku. Saat semua yang aku impikan telah tercapai, kini aku mulai berpikir untuuk mengarungi kehidupanku dengan seorang pria. Hingga pada suatu hari aku bertemu dengan pasienku. Dia seorang wanita setengah baya. Sebenarnya sakit yang ia derita bukanlah penyakit yang kronis. Namun, karena beban psikologis yang ia pikul dianggapnya berat, jadi ia tak kunjung sembuh. Intensitas pertemuanku dengan beliau sangat sering. Bahkann tak jarang ia berkunjung ke ruanganku. Ia juga tak segan menceritakn tentang keluarganya. Hingga pada akhirnya ia menanyakan kesiapanku untuk menikah dengan kemenakannya. Aku tak tahu harus menjawab apa. Tapi, mengingat usiaku yang semakin hari kian bertambah, akhirnya kuputuskan untuk mennerima walapun aku tak tahu siapa yang menikahiku. Tapi aku yakin dia orang baik karena akuu sudah cukup mengenal keluarrga pasienku itu. Suatu hari aku dipertemukan dengan sosok pria yang akan menikahiku. Dia benar-benar menawan hatiku. Tak pernah ku sangka sosok inilah yang akan menjadi pendampingku. Ku akui dia memang tampan, ggagah, serta berwibawa. Pekerjaannyapun cukup menjanjikan. Kini ia
  • 7. bekerja sebagai jaksa di pengadiilan nnegeri. Sungguh beruntung orang yang memilikinya, dan orang itu adalah aku. Selang beberapa minggu setelah itu, kami menikah. Pesta pernikahan kami digelar dengan sederhhana. Awalnya dia Mas Restu ingin pesta yang megah. Namun, aku tak sependapat dengannya. Aku tahu benar kebutuhanku setelah menikah nanti. Jadi, ku minta padanya supaya biaya itu lebiih baik ditabung saja. Perkawinan kami semakin lengkap ketika aku melahirkan anak pertama kami yang ternyata lahir kembar. Kami sepakat memberi nama Fira dan Fera pada buah hati kami. Aku semakin mencintai keluarga kecilku ini. Namun, aku juga tak meluupakan kelurga yang ttelah membersarkanku. Ya, ayah, ibu, dan Nuri. Kini mereka dappat meresakan kebahagiaan. Nuripun kini telah tumbuh menjadi sosok gadis yang tengah menempuh jenjang S1nya di salah satu perguruan tinggi negeri. Tuhan, terima kasih akan nikmatmu ini. Aku yakin hidupku akan menemui bahagia layaknya sinetron yang akan menuju ke titik antiklimaksnya,hehe…….dan ternyata cintaku datang di saat yang tepat. Cintaku datang tepat di waktu aku tengah mendambanya.